Anda di halaman 1dari 7

Nama : Windy Kumala Stiaji

Nim : 19.71.021024
Mata Kuliah : Undang-Undang Kesehatan

1. MENURUT Narkotika PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PREKURSOR :

a. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
Narkotika

b. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis


bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.

c. Prekursor sebagai bahan pemula atau bahan kimia banyak digunakan


dalam berbagai kegiatan baik pada industri farmasi, industri non
farmasi, sektor pertanian maupun untuk kepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. digunakan sebagai bahan
baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau
produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung
ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine,
ergotamin, ergometrine, atau Potasium Permanganat.

d. Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan Narkotika dan Psikotropika.

e. Menurut undang – undang obat keras ( St. No. 419 tgl. 22 Desember
1949 ) pasal 1 Undang – undang obat keras ( St. 1937 No. 541)
ditetapkan kembali sebagai berikut : Pasal 1 Yang dimaksud dalam
ordonansi ini dengan : a. “ Obat-obat keras “ yaitu obat-obatan yang
tidak digunakan untuk keperluan tehnik, yang mempunyai khasiat
mengobati, menguatkan, membaguskan, mendesinfeksikan dan lain-
lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan maupun tidak, yang
ditetapkan oleh Secretaris Van Staat, Hoofd van het Departement van
Gesondheid

f. Kementerian Kesehatan RI melalui Permenkes nomor


919/Menkes/Per/X/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan
tanpa resep dokter, harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

 Tidak untuk diberikan pada anak di bawah usia 2 tahun atau


orang tua yang berusia di atas 65 tahun. Pengobatan sendiri
yang tidak mengandung risiko kelanjutan penyakit.
 Penggunaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang
hanya bisadilakukan oleh tenaga medis.
 Obat bebas terbatas digunakan untuk mengatasi penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia.
 Obat tersebut berkhasiat dan aman bila digunakan untuk
pengobatan sendiri.

g. Menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.949/VI/2000

Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa
resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika,
obat keras, obat bebas terbatas, dan sudah terdaftar di DEPKES RI.

2. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 3 TAHUN 2015


TENTANG PEREDARAN,PENYIMPANAN,PEMUSNAHAN, DAN
PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR
FARMASI.
Cara memperoleh sebagai berikut :
a. Narkotika
Pada pasal 6 Permenkes Nomor 3 Tahun 2015 industri farmasi yang
memproduksi narkotika dan PBV atau instalasi farmasi pemerintah
menyalurkan narkotika wajib memiliki izin khusus dari menteri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Cara memperolehnya digunakan dalam program terapi dan rehabilitasi
medis dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan.Bisa diperoleh
di Rumah sakit, apotek, puskesmas, Instalasi farmasi klinik, dan
Dokter.
b. Psikotropika
Pada pasal 6 Permenkes Nomor 3 Tahun 2015 industri farmasi yang
memproduksi psikotropika dan PBV atau instalasi farmasi pemerintah
menyalurkan psikotropika wajib memiliki izin khusus dari menteri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Cara memperolehnya digunakan dalam program terapi dan rehabilitasi
medis dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan. Bisa
diperoleh di Rumah sakit, apotek, puskesmas, Instalasi farmasi klinik,
dan Dokter.
c. Prekursor
Pasal 22 paragraf 3 mengenai cara memperoleh prekursor dilakukan
oleh:
 Apotek
 Puskesmas
 Instalasi farmasi rumah sakit
 Instalasi farmasi klinik
 Dokter ; dan
 Pasien
d. Obat Keras
Pasal 22 paragraf 3 mengenai cara memperoleh obat keras dilakukan
oleh:
 Apotek
 Puskesmas
 Instalasi farmasi rumah sakit
 Instalasi farmasi klinik

Hanya dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan jumlah


golongan obat keras berdasarkan resep yang diterima.

e. Obat Bebas Terbatas


Pasal 22 paragraf 3 mengenai cara memperoleh obat bebas terbatas
dilakukan melalui :
 Apotek ke apotek lainnya
 Puskesmas
 Instalasi farmasi rumah sakit
 Instalasi farmasi klinik
 Toko obat hanya dilakukan untuk memenuhi kekurangan
kebutuhan harian golongan obat bebas terbatas yang
diperlukan untuk pengobatan.
f. Obat Bebas
Pasal 22 paragraf 3 mengenai cara memperoleh obat bebas terbatas
dilakukan melalui :
 Apotek ke apotek lainnya
 Puskesmas
 Instalasi farmasi rumah sakit
 Instalasi farmasi klinik
 Toko obat berizin karena ada apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian yang menjadi penanggung jawab.

Jadi sumber pembelian obat dijamin aman dan resmi, dan


penyimpanan obat memenuhi syarat, agar tidak rusak saat
digunakan
3. Jual beli secara online atau media ini menjadi pelarangan yang
merupakan salah satu cara melindungi konsumen. Sebab obat yang dijual
secara online belum dibuktikan keasliannya. Selain itu produk yang
berkaitan dengan kesehatan harus dijual dengan ketat tidak bisa menjual
produk yang palsu apalagi produk yang berhubungan dengan kesehatan
seperti lewat BPOM bahwa obat-obatan harus ada izin edarnya.
Penjualam melalui blok media ini harus punya izin edar kemudian obat
keras harus ada resep dokter. Apotek yang dapat melakukan penjualan
secara online pun haruslah apotek yang sudah ada secara fisik, tidak
semata-mata hadir dalam digital saja. penjualan obat begitu sebenarnya
tidak boleh dilakukan karena bahan obat seperti nakotika hanya dapat di
jual di apotik dan dapat dibeli dengan resep dokter yang telah di atur
dalam UU kesehatan.
4. Menurut UU No.22 tahun 1997 narkotika digolongkan menjadi 3
golongan yaitu :
 Golongan I
Hanya di gunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan ,
tidak di gunakan dalam terapi. Potensi ketergantungan sangat tinggi,
contohnya heroin, (putauw), kokain, ganja
 Golongan II
Untuk pengobatan pilihan terakhir, untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, potensi ketergantungan sangat tinggi. Contohnya fentanil,
petidin, morfin
 Golongan III
Digunakan dalam terapi potensi ketergantungan ringgan, contohnya
kodein dan difenoksilat
5. Obat – obat yang sering disalahgunakan oleh kaum muda yaitu:
1. Opiat / Opium
2. Morfin
3. Heroin
4. Kodein
5. Opiat Sintetik / Sintetis
6. Kokain / Cocaine Hydrochloride
7. Ganja
8. Metadon
9. Alfaprodina
10.Fentanil
6. Narkotika, menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika (“UU 35/2009”), adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
Sedangkan, menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (“UU 5/1997”), pengertian psikotropika adalah zat atau
obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
7. Perbedaan narkotika dan prekursor :
“ Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat mengurangi atau
memperbaiki kesadaran, dapat mengatasi, mengurangi hingga
menghilangkan rasa sakit, dan dapat membantu meningkatkan, yang
dapat dibedakan ke dalam golongan-golongan yang digunakan terlampir
dalam Undang-Undang ini. " ( Pasal 1 ayat [1] UU No. 35 Tahun 2009
tentang Narkotika - “UU Narkotika” )
" Prekursor Narkotika adalah bahan atau bahan pemula atau bahan kimia
yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan dalam
tabel yang diperbolehkan terlampir dalam Undang-Undang ini." ( Pasal 1
ayat [2] UU Narkotika) UU Narkotika tidak menjelaskan secara spesifik
apa yang diminta dengan narkotika. Namun, kita dapat melihat pada
ketentuan Pasal 1 ayat (15) UU Narkotika yang menyatakan bahwa
penyalah guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
menentang hukum. Dengan demikian, dapatkah kita berbicara tentang
narkotika adalah penggunaan narkotika tanpa hak atau melawan hukum.
8. Tujuan kaum muda menggunakan narkotika :
1. Ingin mencoba
2. Untuk menghilangkan stres akibat hubungan dengan kerabat atau
keluarga
3. Agar diterima di sebuah pergaulan
4. Minimnya pengetahuan tentang narkotika/narkoba
5. Lemahnya pengawasan orang tua

Anda mungkin juga menyukai