Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN KEJANG DEMAM

DI SUSUN OLEH :
Raniah Dafira Hasnah 2214901043
Wuri Handayani 2214901053
Yosi Cahyaningtiyas 2214901055
Gita Metavia handayani 2214901066
Ni Ketut Ratna Dewi 2214901067

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling
seringdijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar didapatkan
bahwa sekitar2,2%-5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka
mencapai umur 5 tahun.Penelitian di jepang bahkan mendapatkan angka kejadian
(inseden) yang lebih tinggi,mendapatkan angka 9,7% (pada pria 10,5% dan pada
wanita 8,9% dan Tsuboi mendapatkanangka sekitar 7%. (Maeda DKK, 2016).
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% da Amerika Serikat, Amerika
Selatan danEropa Barat. Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan kejang
demamkomplek.Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan
yaitu kejangdemam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum,
dan kejang demamkomplek yang berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau
multifel (lebih dari 1 kalikejang demam dalam 24 jam) (Arif Manajer, 2000).
Kejang demam bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA,
radang telinga,campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh
sebesar 10 C pun bisamengakibatkan kenaikan metabolisme basal yang
mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan
otak sebesar 20 %. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak akan
kejang. Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak
sisa jika kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap me
ndapat penanganan agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuen
sinya dari kejang pertama. Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan
berbagai masalah seperti resiko cidera, resiko terjadinya aspirasi atau yang lebih
fatal adalah lidah jatuh ke belakangyang mengakibatkan obstruksi pada jalan
nafas.Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan
segera.Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindaricacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering.
Tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan t
ersebut sertamampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan
penderita, yang meliputiaspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara
terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang
utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.
Dengan melihat latar belakang tersebut, masalah atau kasus ini dapat
diturunkan melaluiupaya pencegahan dan penanggulangan optimal yang diberikan
sedini mungkin pada anak.Dan perlu diingat bahwa maslah penanggulangan kejang
demam ini bukan hanya masalah di rumah sakit tetapi mencskup permasalahan yang
menyeluruh dimulai dari individu anaktersebut, keluarga, kelompok maupun
masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan umum: Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit kejang demam
pada anak
2. Tujuan khusus:
Untuk mengetahui;
a. Definisi penyakit kejang demam pada anak.
b. Etiologi penyakit kejang demam pada anak
c. Manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak .
d. Patofisiologi penyakit kejang demam pada anak.
e.Pemeriksaan diagnostik penyakit kejang demam pada anak .
f. Penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.
g. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan kejang demam
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang bersifat
paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otak
yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi
pada suhu badan tinggi (kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan
ektrakranial. Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Jadi
dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat dari peningkatan
suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang diakibatkan karena proses
ekstrakranium (Indrayati & Haryanti, 2020).
Definisi kejang demam menurut National Institutes of Health Consensus
Conference adalah kejadian kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara usia 3
bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tanpa adanya bukti-bukti infeksi
atau sebab yang jelas di intrakranial. Kejang Demam adalah suatu kejang yang terjadi
pada usia antara 6 bulan hingga 5 tahun yang berkaitan dengan demam namun tanpa
adanya tanda – tanda infeksi intracranial atau penyebab yang jelas. Kejang demam
adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayin atau anak mengalami demam tanpa
infeksi sistem saraf pusat. Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak (Rasyid et al.,
2019)
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behaviordalam waktu
terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otakyang terjadi karena kenaikan
suhu tubuh >390C. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti
anaktidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detikatau
menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainansyaraf. Kejang
demam dapat berlangsung lama dan atau parsial (Kaya etal., 2021).

B. ETIOLOGI
Penyebab kejang demam Menurut Maiti & Bidinger (2018) yaitu:
1. Faktor Genetika
Faktor keturunan dari salah satu penyebab terjadinya kejang demam, 25-50% anak
yang mengalami kejang demam memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami
kejang demam.
2. Penyakit infeksi
a. Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius, pharyngitis, tonsillitis, otitis media.
b. Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dengue (virus penyebab demam
berdarah)
3. Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan
demam tinggi, demam pada anak paling sering disebabkan oleh :
a. ISPA
b. Otitis media
c. Pneumonia
d. Gastroenteritis
e. ISK
4. Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme seperti uremia, hipoglikemia, kadar gula darah kurang dari 30
mg% pada neonates cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat
badan lahir rendah atau hiperglikemia
5. Trauma
Kejang berkembang pada minggu pertama setelah kejadian cedera kepala
6. Neoplasma, toksin
Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapa pun, namun mereka
merupakan penyebab yang sangat penting dari kejang pada usia pertengahan dan
kemudian ketika insiden penyakit neoplastik meningkat
7. Gangguan sirkulasi
8. Penyakit degenerative susunan saraf.
C. MANIFESTASI & KLASIFIKASI
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada pasien dengan kejang demam adalah sebagai
berikut (Nishiyama et al., 2021):
a. Demam tinggi >390C
b. b. Bola mata naik ke atas
c. Gigi terkatup
d. Tubuh, termasuk tangan dan kaki menjadi kaku, kepala terkulai kebelakang,
disusul gerakan kejut yang kuat
e. Gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol
f. Lidah dapat seketika tergigit
g. Lidah berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan
h. Saat periode kejang, terjadi kehilangan kesadaran

Menurut (Hardika & Mahailni, 2019) kejang demam dibagi 3 jenis, yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat pada anak
umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh yang mencapai ≥ 39⁰C.
Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, umumnya berlangsung beberapa detik/menit
dan jarang sampai 15 menit. Pada akhir kejang kemudian diakhiri dengan suatu
keadaan singkat seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya
sekali dalam 24 jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan
fisik dan riwayat perkembangan normal, demam bukan disebabkan karena meningitis
atau penyakit lain dari otak.
2. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion) biasanya
kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam 24 jam dan terdapat
kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca bangkitan. Umur pasien, status
neurologik dan sifat demam adalah sama dengan kejang demam sederhana.
3. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat dan umur
demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan sebelumnya anak mempunyai
kelainan neurologi atau penyakit akut. Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi
merupakan gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang bermula pda umur < 12
bulan dengan kejang kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka
pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya
meningitis.

D. PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun
(Na+ ) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI- ). Akibatnya konsentrasi ion K+
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel,
maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan
bantuan enzim Na+/K+ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial membran ini dapat diubah oleh : Perubahan konsentrasi ion diruang
ekstraselular, rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya, perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena
penyakit atau keturunan (Hardika & Mahailni, 2019).
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari
ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran
sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu rendahnya ambang
kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu (Sari et al.,
2021).
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama ( lebih dari
15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas
otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah
faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang
(Wulandini et al., 2019).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien denganpenyakit
kejang demam adalah sebagai berikut (Kaya et al., 2021):
a. Laboratorium darah
Pemeriksaan laboratorium darah berupa darah lengkap, kultur
darah,glukosa darah, elektrolit, magnesium, kalsium dan fosfor dilakukan
untukmencari etiologic kejang demam.
b. Urinalisis
Urinalisis direkomendasikan untuk pasien-pasien yang tidak ditemukanfokus
infeksinya
c. Fungsi lumbal
Fungsi lumbal direkomendasikan untuk menegakkan atau
menyingkirkankemungkinan meningitis
d. Radiologi
Neuroimaging dipertimbangkan jika terdapat gejala klinis
gangguanneurologis
e. Elektroensefalografi (EEG)
Elektroensefalografi (EEG) direkomendasikan untuk
menyingkirkankemungkinan epilepsi

F. PENATALAKSANAAN
Menurut Maiti & Bidinger (2018). Pengobatan medis saat terjadi kejang
1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam menghentikan
kejang, dengan dosis pemberian:
a. 5 mg untuk anak < 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak > 3 tahun
b. 4 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB > 10 kg 0,5 – 0,7
mg/kgBB/kali
2. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2 – 0,5 mg/kgBB.
Pemberian secara perlahan – lahan dengan kecepatan 0,5 – 1 mg/menit untuk
menghindari depresi pernafasan, bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan
penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih
kejang, Diazepam tidak dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan
baik.
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB perlahan –
lahan, kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50 mg IM dan pasang
ventilator bila perlu. b Setelah kejang berhenti Bila kejang berhenti dan tidak
berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan pengobatan intermetten yang
diberikan pada anak demam untuk mencegah terjadinya kejang demam. Obat yang
diberikan berupa:
a. Antipirentik Parasetamol atau asetaminofen 10 – 15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbanganefek samping berupa
hiperhidrosis.
b. Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali
c. Antikonvulsan
d. Berikan diazepam oral dosis 0,3 – 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulang
e. Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari Bila kejang
berulang Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asamn valproat
dengan dosis asam valproat 15
 40 mg/kgBB/hari dibagi 2 – 3 dosis, sedangkan fenobarbital 3
 5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
4. Pengobatan keperawatan saat terjadi kejang demam menurut adalah:
a. Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan pertama kali adalah ABC
(Airway, Breathing, Circulation)
b. Setelah ABC aman, Baringkan pasien ditempat yang rata untuk mencegah
terjadinya perpindahan posisi tubuh kearah danger
c. Kepala dimiringkan dan pasang sundip lidah yang sudah di bungkus kasa
d. Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien yang bisa menyebabkan bahaya
e. Lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
f. Bila suhu tinggi berikan kompres hangat
g. Setelah pasien sadar dan terbangun berikan minum air hangat
h. Jangan diberikan selimut tebal karena uap panas akan sulit dilepaskan

G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG


1. Anamnesis
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan
orang tua., mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6
bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada
anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C,
pasien mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam
kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang : biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya
terasa panas, nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya
tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak
c. Riwayat kesehatan : Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan
kejang demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan perkembangan dan
intelegensi pada anak serta mengalami kelemahan pada anggota gerak
(hemifarise).
d. Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap rentan
tertular penyakit infeksi atau virus seperti virus influenza. Riwayat nutrisi Saat
sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntahnya
3. Pemeriksaan Fisik
Pada anak yang mengalami kejang demam di perlukan pemeriksaan fisik untuk
mengetahui apakah ada kelainan yang terjadi pada anak meliputi.
a. Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis, dan terjadi
gejala mengantuk sesaat setelah kebangkitan
b. Tanda- tanda vital : Suhu : biasanya >38,0⁰C, Respirasi: pada usia < 12 bulan :
biasanya > 49 kali/menit Pada usia 12 bulan - 40 kali/menit, Nadi : biasanya >100
x/i
c. Berat badan pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti, namun bisanya terjadi kekurangan cairan.
d. Kepala Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
e. Mata Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva anemis
f. Mulut dan lidah Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah
tampak kotor
g. Telinga Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan katus
mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara, nyeri
tekan mastoid
h. Hidung Biasanya penciuman baik, terdapat pernafasan cuping hidung, bentuk
simetris, mukosa hidung berwarna merah muda, terdapat otot bantu pernafasan
ketika kejang terjadi
i. Leher Biasanya terjadi pembesaran kelenjar getah bening
j. Dada meliputi Thoraks : Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan, Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama,
Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi
k. Jantung Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung I: Ictus
cordis tidak terlihat P: Ictus cordis di SIC V teraba P: batas kiri jantung : SIC II
kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea
midclavicularis kiri. Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV
kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang intercosta II kanan linea
parasternalis kanan. A: BJ II lebih lemah dari BJ I
l. Abdomen biasanya lemas, datar, kembung, dan bising usus diatas normal
m. Ekstermitas : Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > detik, akral
dingin. Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral
dingin.
n. Penilaian kekuatan otot : Penilaian Kekuatan Otot Respon Skala : Kekuatan otot
tidak ada : 0 ,Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada : 1 ,Dapat digerakkan,
mampu terangkat sedikit : 2 ,Terangkat sedikit < 450 , tidak mampu melawan
gravitasi : 3 ,Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak mampu melawan
tahanan pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi : 4 ,Kekuatan otot normal : 5

H. DIAGNOSA KPERAWATAN
1. Hipertermia b.d Proses Penyakit
2. Resiko Cedera b.d Kegagalan Mekanisme Pertahanan Tubuh
3. Pola napas tidak efektif b.d kerusakan inervasi diafragma

I. TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
1 Hipertemia b.d Proses Setelah dilakukan Observasi
Penyakit tindakan keperawatan - Identifikasi penyebab
selama 2x24 jam hipertermia (mis,
diharapkan termoregulasi dehidrasi, terapar
membaik dengan kriteria lingkungan panas)
hasil : - Monitor suhu tubuh
- Suhu tubuh membaik - Monitor kadar elektrolit
- Kejang menurun - Monitor komplikasi
- Menggigil menurun akibat hipertemia
- Pucat menurun Terapeutik
- Hipoksia menurun - Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Berikan cairan oral
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
2 Resiko Cedera b.d Setelah dilakukan Observasi
Kegagalan Mekanisme tindakan keperawatan - Idenifikasi area
Pertahanan Tubuh selama 2x24 jam lingkungan yang
diharapkan tingkat cedera berpotensi menyebabkan
menurun dengan kriteria cedera
hasil : - Identifikasi obat yang
- Kejadian cedera berpotensi menyebabkan
menurun cedera
- Luka menurun - Identifikasi kesesuaian
- Gangguan mobilisasi alas kaki atau stoking
menurun elastis ada ekstremitas
- Toleransi aktifitas bawah
meningkat Terapeutik
- Sediakan pencahayaan
yang memadai
- Diskusikan megenai
latihan dan terapi fisik
yang diperlukan
- Sosialisasikan pasien dan
keluarga dengan
lingkungan ruang rawat
- Gunakan pengamanan
tempat tidur sesuai
dengan kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
- Tingkatkan frekuensi
observasi dan pegawasan
pasien
Edukasi
- Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan
duduk selama beberapa
menit sebelum berdir
3 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan Observasi
b.d kerusakan inervasi tindakan keperawatan - Monitor pola napas
diafragma selama 2x24 jam (frekuensi, kedalaman )
diharapkan pola nafas - Monitor bunyi napas
membaik dengan kriteria tambahan (gurgling , mengi ,
hasil : wheezing , ronkhi kering )
- Dispnea menurun Terapeutik
- Penggunaan otot bantu - Posisikan semi fowler
napas menurun atau fowler
- Frekuensi napas - Berikan minum
membaik hangat
- Kedalaman napas - Berikan oksigen jika
membaik perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml / hari
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator , ekspektoran,
mukolotik jika perlu
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas
Nama : An. N
Umur : 2.5 Tahun
Nama Ayah : Tn. D
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Hadimulyo Timur
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan :-
B. Keluhan Utama
Demam
C. RiwayatKesehatahn Sekarang
Pasien di bawa ke IGD rumah sakit pada tanggal 20 September 2022 pukul 21.18
diantar oleh keluarganya dengan keluhan kejang, demam, batuk
D. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Prental : Ibu mengatakan tidak ada masalah saat kehamilan
2. Natal : Ibu melahirkan secara normal
3. Postnatal: Ibu mengatakan tidak ada masalah setelah melahirkan
E. Riwayat Kesehatan Masa Lampau
1. Penyakit waktu kecil
Ibu mengatakan An.N pernah mengalamikejang demam saat usia 1 tahun
2. Riwayat di rumah sakit
Ibu mengatakan An.N sudah pernah di rawat dirumah sakit dengan riwayat
kejang demam
3. Obat-obat yang digunakan
Ibu mengatakan saat demam hanya diberikan paracetamol
4. Tindakan (operasi)
Tidak ada riwayat tindakan operasi
5. Alergi
Tidak ada alergi
6. Kecelakaan
Ibu mengatakan An.N tidak ada riwayat kecelakaan
7. Imunisasi
Ibu mengatakan An.N sudah mendapatkan imunisasi lengkap
F. Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien

G. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh
Ibu mengtakan yang mengasuh dirumah ibu, ayah dan keluarga lainnya
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarga baik
3. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan An.N berhubungan baik dengan teman sebayanya
4. Pembawaan secara umum
Pasien tampak tenang dan merespon baik saat komunikasi
5. Lingkungan Rumah
Keluarga mengatakan di sekitar rumah banyak anak-anak seusia pasien
H. Kebutuhan Dasar
1. Makanan
a. Makanan yang di suka
Ibu mengatakan makanan yang disukai An.N adalah ayam goreng
b. Selera
Ibu mengatakan selera makan An.N yang manis dan tidak pedas
c. Alat makan yang dipakai
Alat makan yang dipakai An.N saat dirumah adalah sendok dan piring
sedangkan saat dirumah sakit menggunakan anlat yang disediakan dari rumah
sakit
d. Pola makan/jam:
Ibu mengatakan An.N sarapan pagi pukul 07.00 , makan siang pukul 12.00
dan makan malam pukul 17.00
2. Pola Tidur
a. Kebiasaan sebelum tidur (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa
tidur )
Ibu mengatakan An.N tidak ada kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur
b. Tidur siang
Ibu mengatakan An.N saat dirumah tidur siang terpenuhi saat dirumah sakit
juga tidur siang An. N terpenuhi
3. Kebersihan Diri (Mandi)
An.N saat dirumah mandi 2x sehari dengan dimandikan oleh ibunya saat
dirumah sakit An.N hanya di lap
4. Aktivitas Bermain
Ibu mengatakan An.N saat dirumah aktif bermain dengan teman dan
keluarganya , saat dirumah sakit An.N kurang aktif dalam bermain.
5. Eliminasi
Ibu mengatakan An.N dirumah BAB 1x sehari, BAK 4x sehari , saat di rumah
sakit An.N baru BAB 1x
I. Keadaan Kesehatan Saat ini
1. Diagnosa Medis : Kejang Demam
2. Tindakan Operai : Tidak ada tindakan operasi yang dilakukan
3. Status cairan : An.N minum 600ml/hari dan terpasang infus D5 ½ NS
4. Status Nutrisi : Makan pasien selalu habis
5. Obat-obatan
N Na Dosis 22- 23-09-
o ma Obat 09-2022 2022
P S M P S M
1 D5 10 0 2 1
½ NS tpm/16 jam 8 4 6
2 Am 500mg/8 0 1 0 0 1 0
picilin jam/iv 9 7 1 9 7 1
3 Cef 500mg/1 0 2 0 2
otaxime 2jam/iv 9 1 9 1

6. Aktivitas
Ibu mengatakan An.N cenderung tidak melalukan aktivitas bermain hanya
menonton TV dan menonton youtube
7. Hasil Laboratorium
Leukosit : 4.290/ul
Eritrosit : 4.650/ul
Hemoglobin : 12.4g/dl
Hematrokit : 35.3%
Trombosit : 365.000/ul
J. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Pasien tampak lemas, demam , batuk
2. Tanda Vital : RR : 28 x/m
HR : 125 x/m
Suhu : 38oC
3. TB/BB : 11.5 kg
4. Kepala : Kepala tampak simetris, tidak ada benjolan, kulit
kepala tampak bersih
5. Mata : Mata tampak simetris, konjungtiva an anemis
6. Leher : Leher tidak teraba ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
7. Telinga : Telinga tampak simetris, tidak ada lesi, tampak bersih
8. Hidung : Hidung simetris, tidak ada nyeri tekan, tampak bersih
9. Mulut : Tidak ada lesi, membrane mukosa tampak kering
10. Dada : Dada simetris, pergerakkan dinding dada simetris
11. Paru-paru : Perfusi terdengar sonor, suara nafas tambahan ronki
12. Jantung : Jantung terdengar lupdup, tidak ada bunyi tambahan
13. Perut : Tidak ada nyeri tekan
14. Punggung : Tidak ada fraktur pada punggung
15. Genitalia : Tampak bersih dan normal
16. Ekstremitas atas : Tampak simetris , tidak ada lesi,
17. Ekstremitas bawah : Tampak simetris , tidak ada lesi
K. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1. Kemandirian dan sosialisasi
Ibu mengatakan kemapuan An.N dalam bersosialisasi dengan baik, dapat
berkomunikasi dengan keluarga maupun teman sebayanya. Ibu mengatakan
kemandirian pasien masih banyak dibantu oleh keluarganya.
2. Motorik halus
Ibu mengatakan kemampuan motorik halus seperti membuka dan menutup
wadah, menyusun balok sudah cukup baik
3. Motorik Kasar
Ibu mengatakan An.N mampu melakukan aktivitas seperti berjalan, berlari,
menendang bola dan melompat dengan baik
4. Kemampuan bicara dan bahasa
Kemampuan bicara An.N sudah cukup baik hanya kurang lancar
DIAGNOSA
ANALISA DATA
TA DATA MASALAH ETIOLO
NGGAL KEPERAWATAN GI
22- DS : Hipertermia Proses
09-2022  Ibu mengatakan Penyakit
An.N demam H5
naik turun
 Ibu mengatakan
pasien lemas
 Ibu mengatakan
badan anaknya
panas
DO :
 Leukosit : 4.290/ul
 Hemoglobin :
12.4g/dl
 Trombosit :
365.00/ul
 S :38OC
 N :125x/m
 SPo2 : 98%
 Pasien terpasang
infus D5 ½ NS
 Pasien tampak
demam disertai
batuk
22- DS : Bersihan Sekresi
09-2022  Ibu mengatakan Jalan nafas tidak yang Tertahan
pasien batuk efektif
berdahak
 Pasien mengatakan
batuk sulit
dikeluarkan
DO :
 Pasien tampak
batuk berdahak
 terdengar suara
tambahan ronki
 Posisi tidur pasien
semi fowler
 Terdapat secret
yang sulit
dikeluarkan
22- DS : Resiko Kegagala
09-2022  Ibu mengatakan Cedera n Mekanisme
An.N sudah dua Pertahan Tubuh
kali kejang
 Ibu mengatakan
tidak mengetahui
apa yang harus
dilakukan jika
An.N kejang
DO :
 Pasien tampak
tidur di tempat
tidur
 Kesadaran :
Compos Mentis
GCS : E4M6V5
 Tempat tidur
pasien terdapat
pagar pengaman

DIAGNOSA KEPERAWATAN (Berdasarkan Prioritas)


1. Hipertermi b.d Proses Penyakit
2. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d Sekresi yang Tertahan
3. Resiko Cedera b.d Kegagalan Mekanisme Pertahanan Tubuh
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal
N Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional Paraf
o Keperawatan
22-09-2022
1 Hipertermi b.d Setelah dilakukan Observasi  Mengetahui
proses penyakit tindakan keperawatan - Identifikasi penyebab penyebab
selama 2x24 jam hipertermia (mis, hipertermia
diharapkan dehidrasi, terapar  Mengetahui suhu
termoregulasi lingkungan panas) tubuh
membaik dengan - Monitor suhu tubuh  Mengetahui
kriteria hasil : - Monitor kadar komplikasi akibat
- Suhu tubuh elektrolit hipertermia
membaik - Monitor komplikasi  Mendapatkan
- Kejang akibat hipertemia lingkungan yang
menurun Terapeutik dingin
- Menggigil - Sediakan lingkungan  Cairan oral
menurun yang dingin terpenuhi
- Pucat menurun - Longgarkan atau
Hipoksia lepaskan pakaian
menurun - Berikan cairan oral
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit intravena
22-09-2022
2 Bersihan jalan Setelah dilakukan Observasi  Mengetahui
nafas tidak tindakan keperawatan - Monitor pola napas kempuan batuk
efektif b.d sekresi selama 1x24 jam (frekuensi, kedalaman )  Mengetahui
yang tertahan diharapkan pola nafas - Monitor bunyi napas adanya retensi
membaik dengan tambahan (gurgling , sputum
kriteria hasil : mengi , wheezing ,  Mengetahui tanda
- Dispnea ronkhi kering ) dan gejala infeksi
menurun Terapeutik saluran nafas
- Penggunaan - Posisikan semi fowler  Mengetahui input
otot bantu atau fowler dan output cairan
napas menurun - Berikan minum hangat  Memberikan
- Frekuensi - Berikan oksigen jika posisi yang
napas membaik perlu nyaman
Kedalaman Edukasi  Memudahkan
napas membaik - Anjurkan asupan pasien dalam
cairan 2000 ml / hari batuk
Kolaborasi  Mengetahui
- Kolaborasi pemberian tujuan dan
bronkodilator , prosedur batuk
ekspektoran, mukolotik efektif
jika perlu  Mengetahui trik
Nfas dalam
22-09-2022
3 Resiko Cedera Setelah dilakukan Observasi  Mengetahui status
d.d kegagalan tindakan keperawatan - Idenifikasi area neurologis
mekanisme selama 2x24 jam lingkungan yang  Mengetahui tanda
pertahan tubuh diharapkan tingkat berpotensi tanda vital
cedera menurun menyebabkan cedera  Memberikan
dengan kriteria hasil : - Identifikasi obat yang kenyamanan
- Kejadian berpotensi pasien
cedera menyebabkan cedera  Meminimalisir
menurun - Identifikasi kesesuaian terjadinya cedera
- Luka menurun alas kaki atau stoking  Mengetahui
- Gangguan elastis ada ekstremitas penanganan
mobilisasi bawah kejang
menurun Terapeutik
Toleransi - Sediakan pencahayaan
aktifitas meningkat yang memadai
- Diskusikan megenai
latihan dan terapi fisik
yang diperlukan
- Sosialisasikan pasien
dan keluarga dengan
lingkungan ruang
rawat
- Gunakan pengamanan
tempat tidur sesuai
dengan kebijakan
fasilitas pelayanan
kesehatan
- Tingkatkan frekuensi
observasi dan
pegawasan pasien
Edukasi
- Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga
Anjurkan berganti
posisi secara perlahan dan
duduk selama beberapa menit
sebelum berdiri

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


IMPLEMENTASI EVALUASI
Tanggal & Tindakan Paraf Tan Evaluasi Paraf
Jam ggal & Jam
22-  Melakukan identifikasi 22-09-2022 S:
09-2022 penyebab hipertermia 08.20  Ibu mengatakan pasien
08.  Memonitor tanda tanda vital demam naik turun H5
00  Memonitor komplikasi akibat  Ibu mengatakan pasien lemas
hipertermia  Ibu mengatakan badan anak
 Menyediakan lingkungan panas
yang dingin O
 Leukosit : 4.290/ul
 Memberikan cairan oral  S : 38OC
 Membasahi dan mengkipasi RR : 28x/m
permukaan tubuh N : 125x/m
 Mengkolaborasi pemberian SPo2 : 98%
cairan dan elektrolit intravena  Pasien tampak batuk
 Pasien di ruangan AC
 Pasien minum 600ml/hari
 Pasien tampak sedang di
kompres
 Pasien tepasang infuse D5 ½
NS
A : Hipertermi
P : Monitor tanda tanda vital
Memonitor komplikasi
hipertermi
22-09-2022  Mengidentifikasi kemampuan 22-09-2022 S:
08.00 batuk 08.20  Ibu mengatakan pasien
 Memonitor adanya retensi batuk berdahak
sputum  Ibu mengatakan dahak sulit
 Mengatur posisi semi fowler dikeluarkan
atau fowler O:
 Membuang secret pada tempat  Pasien tampak batuk
sputum berdahak
 Menjelaskan tujuan prosedur  Terdengar suara tambahan
batuk efektif rongki
 Memonitor tanda dan gejala  Posisi tidur pasien semi
infeksi saluran nafas fowler
 Pasien membuang secret
pada tempatnya
 Pasien tampak mulai
mencoba prosedur batuk
efektif
 Pasien batuk tidak disertai
pilek
A : Bersihan jalan nafas
tidak efektif
P : Memonitor adanya
retensi sputum
Memonitor tanda dan gejala
infeksi saluran nafas
22-09-2022  Memonitor status neurologis S:
08.00  Memonitor tanda tanda vital  Ibu mengatakan An.N sudah
 Membaringkan pasien agar dua kali kejang
tidak terjatuh  Ibu mengatakan jika An.N
 Memasang benda-benda kejang tidak mengetahui apa
berbahaya terutama benda yang harus dilakukan
tajam O:
 Mengajarkan keluarga  Kesadaran ; Compos Mentis
pertolongan pertama kejang GCS : E4M6V5
 S : 38OC
N : 125x/m
RR : 28x/m
SPo2 : 98 %
 Paien tampak tidur di tempat
tidur
 Tempat tidur pasien terdapat
pagar pengaman
 Disekitar pasien tidak ada
benda-benda tajam
 Keluarga tampak tidak
mengtahui pertolongan
pertama saat kejang
A : Resiko Cedera
P : Memonitor tanda tanda
vital
Memonitor status neurologis
23-09-2022  Memonitor tanda tanda vital S : Ibu mengatakan anak
09.00  Memonitor komplikasi akibat sudah tidak demam
hipertermia O:
 Menyediakan lingkungan  S : 36.9OC
yang dingin N : 112x/m
 Memberikan cairan oral SPo2 : 98%

 Mengkolaborasi pemberian RR : 26x/m

cairan dan elektrolit intravena  Pasien masih tampak batuk


 Pasien masih tidur di
ruangan AC
 Pasien minum 800 ml/hr
 Pasien terpasang infus D5 ½
NS
A : Hipertermi teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Memonitor tanda tanda vital

23-09-2022  Memonitor adanya retensi 23-09-2022 S:


09.00 sputum 09.20  Ibu mengatakan anak masih
 Mengatur posisi semi fowler batuk berdahak
dan fowler  Ibu mengatakan dahak sudah
 Memonitor tanda dan gejala ada yang dikeluarkan
infeksi saluran nafas O:
 Terdengar suara tambahan
rongki
 Posisi tidur pasien semi
fowler
 Pasien hanya batuk berdahak
A : Bersihan jalan nafas
tidak efektif
P : Lanjutkan Intervensi
Memonitor adanya
retensi sputum
Memonitor tanda dan
gejala infeksi saluran
nafas
23-09-2022  Memonitor status neurologis 23-09-2022 S : Ibu mengatakan sudah
09.00  Memonitor tanda tanda vital 09.20 mengetahui pertolongan
 Memasang side-rail tempat pertama saat anaknya
tidur kejang
O:
 Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
 S : 36.9 OC
RR : 26x/m
SPo2 : 98 %
N : 112 x/m
 Tempat tidur pasien
terpasang pagar pengaman n
A : Resiko Cedera Teratasi
P : Stop Intervensi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejang demam adalah kondisi dimana terjadi perubahan aktivitas motorik yang
bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktivitas listrik
abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh. Kejang demam merupakan
kejang yang terjadi pada suhu tubuh tinggi (diatas 38°C) karena terjadi kelainan
ekstrakranial.
Asuhan keperawatan berupa pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi yang telah dilakukan kepada An. N di ruang anak RSUD Ahmad Yani Kota
Metro dengan diagnosa medis kejang demam didapatkan tiga diagnosa keperawatan
yang ditemukan, antara lain:
1. Hipertermia b.d Proses Penyakit
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
3. Risiko cedera b.d kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
Intervensi dan implementasi yang diberikan telah sesuai dengan pedoman
keperawatan dalam buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

B. Saran
Pada saat pemberian asuhan keperawatan kepada anak diharapkan perawat lebih
fokus dan teliti dalam mengobservasi perubahan kondisi tubuh anak agar perubahan-
perubahan yang terjadi dapat terpantau sehingga intervensi yang dilakukan sesuai
dengan kebutuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai