DI SUSUN OLEH :
Raniah Dafira Hasnah 2214901043
Wuri Handayani 2214901053
Yosi Cahyaningtiyas 2214901055
Gita Metavia handayani 2214901066
Ni Ketut Ratna Dewi 2214901067
B. Tujuan
1. Tujuan umum: Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit kejang demam
pada anak
2. Tujuan khusus:
Untuk mengetahui;
a. Definisi penyakit kejang demam pada anak.
b. Etiologi penyakit kejang demam pada anak
c. Manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak .
d. Patofisiologi penyakit kejang demam pada anak.
e.Pemeriksaan diagnostik penyakit kejang demam pada anak .
f. Penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.
g. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan kejang demam
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang bersifat
paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otak
yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi
pada suhu badan tinggi (kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan
ektrakranial. Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Jadi
dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat dari peningkatan
suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang diakibatkan karena proses
ekstrakranium (Indrayati & Haryanti, 2020).
Definisi kejang demam menurut National Institutes of Health Consensus
Conference adalah kejadian kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara usia 3
bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tanpa adanya bukti-bukti infeksi
atau sebab yang jelas di intrakranial. Kejang Demam adalah suatu kejang yang terjadi
pada usia antara 6 bulan hingga 5 tahun yang berkaitan dengan demam namun tanpa
adanya tanda – tanda infeksi intracranial atau penyebab yang jelas. Kejang demam
adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayin atau anak mengalami demam tanpa
infeksi sistem saraf pusat. Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak (Rasyid et al.,
2019)
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behaviordalam waktu
terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otakyang terjadi karena kenaikan
suhu tubuh >390C. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti
anaktidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detikatau
menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainansyaraf. Kejang
demam dapat berlangsung lama dan atau parsial (Kaya etal., 2021).
B. ETIOLOGI
Penyebab kejang demam Menurut Maiti & Bidinger (2018) yaitu:
1. Faktor Genetika
Faktor keturunan dari salah satu penyebab terjadinya kejang demam, 25-50% anak
yang mengalami kejang demam memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami
kejang demam.
2. Penyakit infeksi
a. Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius, pharyngitis, tonsillitis, otitis media.
b. Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dengue (virus penyebab demam
berdarah)
3. Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan
demam tinggi, demam pada anak paling sering disebabkan oleh :
a. ISPA
b. Otitis media
c. Pneumonia
d. Gastroenteritis
e. ISK
4. Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme seperti uremia, hipoglikemia, kadar gula darah kurang dari 30
mg% pada neonates cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat
badan lahir rendah atau hiperglikemia
5. Trauma
Kejang berkembang pada minggu pertama setelah kejadian cedera kepala
6. Neoplasma, toksin
Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapa pun, namun mereka
merupakan penyebab yang sangat penting dari kejang pada usia pertengahan dan
kemudian ketika insiden penyakit neoplastik meningkat
7. Gangguan sirkulasi
8. Penyakit degenerative susunan saraf.
C. MANIFESTASI & KLASIFIKASI
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada pasien dengan kejang demam adalah sebagai
berikut (Nishiyama et al., 2021):
a. Demam tinggi >390C
b. b. Bola mata naik ke atas
c. Gigi terkatup
d. Tubuh, termasuk tangan dan kaki menjadi kaku, kepala terkulai kebelakang,
disusul gerakan kejut yang kuat
e. Gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol
f. Lidah dapat seketika tergigit
g. Lidah berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan
h. Saat periode kejang, terjadi kehilangan kesadaran
Menurut (Hardika & Mahailni, 2019) kejang demam dibagi 3 jenis, yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat pada anak
umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh yang mencapai ≥ 39⁰C.
Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, umumnya berlangsung beberapa detik/menit
dan jarang sampai 15 menit. Pada akhir kejang kemudian diakhiri dengan suatu
keadaan singkat seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya
sekali dalam 24 jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan
fisik dan riwayat perkembangan normal, demam bukan disebabkan karena meningitis
atau penyakit lain dari otak.
2. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion) biasanya
kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam 24 jam dan terdapat
kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca bangkitan. Umur pasien, status
neurologik dan sifat demam adalah sama dengan kejang demam sederhana.
3. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat dan umur
demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan sebelumnya anak mempunyai
kelainan neurologi atau penyakit akut. Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi
merupakan gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang bermula pda umur < 12
bulan dengan kejang kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka
pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya
meningitis.
D. PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun
(Na+ ) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI- ). Akibatnya konsentrasi ion K+
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel,
maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan
bantuan enzim Na+/K+ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial membran ini dapat diubah oleh : Perubahan konsentrasi ion diruang
ekstraselular, rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya, perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena
penyakit atau keturunan (Hardika & Mahailni, 2019).
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari
ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran
sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu rendahnya ambang
kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu (Sari et al.,
2021).
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama ( lebih dari
15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas
otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah
faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang
(Wulandini et al., 2019).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien denganpenyakit
kejang demam adalah sebagai berikut (Kaya et al., 2021):
a. Laboratorium darah
Pemeriksaan laboratorium darah berupa darah lengkap, kultur
darah,glukosa darah, elektrolit, magnesium, kalsium dan fosfor dilakukan
untukmencari etiologic kejang demam.
b. Urinalisis
Urinalisis direkomendasikan untuk pasien-pasien yang tidak ditemukanfokus
infeksinya
c. Fungsi lumbal
Fungsi lumbal direkomendasikan untuk menegakkan atau
menyingkirkankemungkinan meningitis
d. Radiologi
Neuroimaging dipertimbangkan jika terdapat gejala klinis
gangguanneurologis
e. Elektroensefalografi (EEG)
Elektroensefalografi (EEG) direkomendasikan untuk
menyingkirkankemungkinan epilepsi
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Maiti & Bidinger (2018). Pengobatan medis saat terjadi kejang
1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam menghentikan
kejang, dengan dosis pemberian:
a. 5 mg untuk anak < 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak > 3 tahun
b. 4 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB > 10 kg 0,5 – 0,7
mg/kgBB/kali
2. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2 – 0,5 mg/kgBB.
Pemberian secara perlahan – lahan dengan kecepatan 0,5 – 1 mg/menit untuk
menghindari depresi pernafasan, bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan
penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih
kejang, Diazepam tidak dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan
baik.
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB perlahan –
lahan, kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50 mg IM dan pasang
ventilator bila perlu. b Setelah kejang berhenti Bila kejang berhenti dan tidak
berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan pengobatan intermetten yang
diberikan pada anak demam untuk mencegah terjadinya kejang demam. Obat yang
diberikan berupa:
a. Antipirentik Parasetamol atau asetaminofen 10 – 15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbanganefek samping berupa
hiperhidrosis.
b. Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali
c. Antikonvulsan
d. Berikan diazepam oral dosis 0,3 – 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulang
e. Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari Bila kejang
berulang Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asamn valproat
dengan dosis asam valproat 15
40 mg/kgBB/hari dibagi 2 – 3 dosis, sedangkan fenobarbital 3
5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
4. Pengobatan keperawatan saat terjadi kejang demam menurut adalah:
a. Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan pertama kali adalah ABC
(Airway, Breathing, Circulation)
b. Setelah ABC aman, Baringkan pasien ditempat yang rata untuk mencegah
terjadinya perpindahan posisi tubuh kearah danger
c. Kepala dimiringkan dan pasang sundip lidah yang sudah di bungkus kasa
d. Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien yang bisa menyebabkan bahaya
e. Lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
f. Bila suhu tinggi berikan kompres hangat
g. Setelah pasien sadar dan terbangun berikan minum air hangat
h. Jangan diberikan selimut tebal karena uap panas akan sulit dilepaskan
H. DIAGNOSA KPERAWATAN
1. Hipertermia b.d Proses Penyakit
2. Resiko Cedera b.d Kegagalan Mekanisme Pertahanan Tubuh
3. Pola napas tidak efektif b.d kerusakan inervasi diafragma
A. Identitas
Nama : An. N
Umur : 2.5 Tahun
Nama Ayah : Tn. D
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Hadimulyo Timur
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan :-
B. Keluhan Utama
Demam
C. RiwayatKesehatahn Sekarang
Pasien di bawa ke IGD rumah sakit pada tanggal 20 September 2022 pukul 21.18
diantar oleh keluarganya dengan keluhan kejang, demam, batuk
D. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Prental : Ibu mengatakan tidak ada masalah saat kehamilan
2. Natal : Ibu melahirkan secara normal
3. Postnatal: Ibu mengatakan tidak ada masalah setelah melahirkan
E. Riwayat Kesehatan Masa Lampau
1. Penyakit waktu kecil
Ibu mengatakan An.N pernah mengalamikejang demam saat usia 1 tahun
2. Riwayat di rumah sakit
Ibu mengatakan An.N sudah pernah di rawat dirumah sakit dengan riwayat
kejang demam
3. Obat-obat yang digunakan
Ibu mengatakan saat demam hanya diberikan paracetamol
4. Tindakan (operasi)
Tidak ada riwayat tindakan operasi
5. Alergi
Tidak ada alergi
6. Kecelakaan
Ibu mengatakan An.N tidak ada riwayat kecelakaan
7. Imunisasi
Ibu mengatakan An.N sudah mendapatkan imunisasi lengkap
F. Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
G. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh
Ibu mengtakan yang mengasuh dirumah ibu, ayah dan keluarga lainnya
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarga baik
3. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan An.N berhubungan baik dengan teman sebayanya
4. Pembawaan secara umum
Pasien tampak tenang dan merespon baik saat komunikasi
5. Lingkungan Rumah
Keluarga mengatakan di sekitar rumah banyak anak-anak seusia pasien
H. Kebutuhan Dasar
1. Makanan
a. Makanan yang di suka
Ibu mengatakan makanan yang disukai An.N adalah ayam goreng
b. Selera
Ibu mengatakan selera makan An.N yang manis dan tidak pedas
c. Alat makan yang dipakai
Alat makan yang dipakai An.N saat dirumah adalah sendok dan piring
sedangkan saat dirumah sakit menggunakan anlat yang disediakan dari rumah
sakit
d. Pola makan/jam:
Ibu mengatakan An.N sarapan pagi pukul 07.00 , makan siang pukul 12.00
dan makan malam pukul 17.00
2. Pola Tidur
a. Kebiasaan sebelum tidur (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa
tidur )
Ibu mengatakan An.N tidak ada kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur
b. Tidur siang
Ibu mengatakan An.N saat dirumah tidur siang terpenuhi saat dirumah sakit
juga tidur siang An. N terpenuhi
3. Kebersihan Diri (Mandi)
An.N saat dirumah mandi 2x sehari dengan dimandikan oleh ibunya saat
dirumah sakit An.N hanya di lap
4. Aktivitas Bermain
Ibu mengatakan An.N saat dirumah aktif bermain dengan teman dan
keluarganya , saat dirumah sakit An.N kurang aktif dalam bermain.
5. Eliminasi
Ibu mengatakan An.N dirumah BAB 1x sehari, BAK 4x sehari , saat di rumah
sakit An.N baru BAB 1x
I. Keadaan Kesehatan Saat ini
1. Diagnosa Medis : Kejang Demam
2. Tindakan Operai : Tidak ada tindakan operasi yang dilakukan
3. Status cairan : An.N minum 600ml/hari dan terpasang infus D5 ½ NS
4. Status Nutrisi : Makan pasien selalu habis
5. Obat-obatan
N Na Dosis 22- 23-09-
o ma Obat 09-2022 2022
P S M P S M
1 D5 10 0 2 1
½ NS tpm/16 jam 8 4 6
2 Am 500mg/8 0 1 0 0 1 0
picilin jam/iv 9 7 1 9 7 1
3 Cef 500mg/1 0 2 0 2
otaxime 2jam/iv 9 1 9 1
6. Aktivitas
Ibu mengatakan An.N cenderung tidak melalukan aktivitas bermain hanya
menonton TV dan menonton youtube
7. Hasil Laboratorium
Leukosit : 4.290/ul
Eritrosit : 4.650/ul
Hemoglobin : 12.4g/dl
Hematrokit : 35.3%
Trombosit : 365.000/ul
J. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Pasien tampak lemas, demam , batuk
2. Tanda Vital : RR : 28 x/m
HR : 125 x/m
Suhu : 38oC
3. TB/BB : 11.5 kg
4. Kepala : Kepala tampak simetris, tidak ada benjolan, kulit
kepala tampak bersih
5. Mata : Mata tampak simetris, konjungtiva an anemis
6. Leher : Leher tidak teraba ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
7. Telinga : Telinga tampak simetris, tidak ada lesi, tampak bersih
8. Hidung : Hidung simetris, tidak ada nyeri tekan, tampak bersih
9. Mulut : Tidak ada lesi, membrane mukosa tampak kering
10. Dada : Dada simetris, pergerakkan dinding dada simetris
11. Paru-paru : Perfusi terdengar sonor, suara nafas tambahan ronki
12. Jantung : Jantung terdengar lupdup, tidak ada bunyi tambahan
13. Perut : Tidak ada nyeri tekan
14. Punggung : Tidak ada fraktur pada punggung
15. Genitalia : Tampak bersih dan normal
16. Ekstremitas atas : Tampak simetris , tidak ada lesi,
17. Ekstremitas bawah : Tampak simetris , tidak ada lesi
K. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1. Kemandirian dan sosialisasi
Ibu mengatakan kemapuan An.N dalam bersosialisasi dengan baik, dapat
berkomunikasi dengan keluarga maupun teman sebayanya. Ibu mengatakan
kemandirian pasien masih banyak dibantu oleh keluarganya.
2. Motorik halus
Ibu mengatakan kemampuan motorik halus seperti membuka dan menutup
wadah, menyusun balok sudah cukup baik
3. Motorik Kasar
Ibu mengatakan An.N mampu melakukan aktivitas seperti berjalan, berlari,
menendang bola dan melompat dengan baik
4. Kemampuan bicara dan bahasa
Kemampuan bicara An.N sudah cukup baik hanya kurang lancar
DIAGNOSA
ANALISA DATA
TA DATA MASALAH ETIOLO
NGGAL KEPERAWATAN GI
22- DS : Hipertermia Proses
09-2022 Ibu mengatakan Penyakit
An.N demam H5
naik turun
Ibu mengatakan
pasien lemas
Ibu mengatakan
badan anaknya
panas
DO :
Leukosit : 4.290/ul
Hemoglobin :
12.4g/dl
Trombosit :
365.00/ul
S :38OC
N :125x/m
SPo2 : 98%
Pasien terpasang
infus D5 ½ NS
Pasien tampak
demam disertai
batuk
22- DS : Bersihan Sekresi
09-2022 Ibu mengatakan Jalan nafas tidak yang Tertahan
pasien batuk efektif
berdahak
Pasien mengatakan
batuk sulit
dikeluarkan
DO :
Pasien tampak
batuk berdahak
terdengar suara
tambahan ronki
Posisi tidur pasien
semi fowler
Terdapat secret
yang sulit
dikeluarkan
22- DS : Resiko Kegagala
09-2022 Ibu mengatakan Cedera n Mekanisme
An.N sudah dua Pertahan Tubuh
kali kejang
Ibu mengatakan
tidak mengetahui
apa yang harus
dilakukan jika
An.N kejang
DO :
Pasien tampak
tidur di tempat
tidur
Kesadaran :
Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Tempat tidur
pasien terdapat
pagar pengaman
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang demam adalah kondisi dimana terjadi perubahan aktivitas motorik yang
bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktivitas listrik
abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh. Kejang demam merupakan
kejang yang terjadi pada suhu tubuh tinggi (diatas 38°C) karena terjadi kelainan
ekstrakranial.
Asuhan keperawatan berupa pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi yang telah dilakukan kepada An. N di ruang anak RSUD Ahmad Yani Kota
Metro dengan diagnosa medis kejang demam didapatkan tiga diagnosa keperawatan
yang ditemukan, antara lain:
1. Hipertermia b.d Proses Penyakit
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
3. Risiko cedera b.d kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
Intervensi dan implementasi yang diberikan telah sesuai dengan pedoman
keperawatan dalam buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
B. Saran
Pada saat pemberian asuhan keperawatan kepada anak diharapkan perawat lebih
fokus dan teliti dalam mengobservasi perubahan kondisi tubuh anak agar perubahan-
perubahan yang terjadi dapat terpantau sehingga intervensi yang dilakukan sesuai
dengan kebutuhan pasien.