PENDAHULUAN
Febris atau demam adalah panas yang ditandai dengan kenaikan suhu tubuh diatas
(380C) yang disebabkan oleh ekstranium (shulman, 2013)
Demam masih bnyak menjangkit Bayi pada umur 0 sampai 1 tahun berkisar 64%
hamipir 25% terjadi pada anak-anak. Demam merupakan salah sayu pnyebab kematian pada
anak-anak. Demam relatif sangat capat awalnya hanya sekitar suhu normal tapi taba-tiba
mencapai suhu lebih dari 380 C adanya demam atau panas dikarenakan badan atau tubuh
melawan kuman penykit yang akan masuk kedalam tubuh reaksi tubuh akan melawan dan
akan terjadi panas.
Tingginya angka kejadian demem mencapai hampir 50% maka penulis tertarik
mengambil judul “ Asuhan Kebidanan pada An. D dengan febris di Puskesmas Saronggi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.Pengertian Demam
Demam berarti suhu tubuh di atas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan
dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. ( Guyton, 2013 )
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38oC atau lebih. Ada
juga yang mengambil batasan lebih dari 37,8oC. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40oC
disebut demam tinggi ( hyperpireksia ). ( Julia, 2012 )
Menurut Suriadi ( 2012 ), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara
abnormal.
2
III.Patofisiologi Demam
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set
point. ( Julia, 2013)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh ( respon imun ) anak terhadap
infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk
ketubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen
adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh ( pirogen endogen ) dan luar
tubuh ( pirogen eksogen ) yang berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan
reaksi imunologik terhadap terhadap benda asing ( non infeksi ). Pirogen selanjutnya
membawa pesan melalui alat penerima ( reseptor ) yang terdapat pada tubuh untuk
disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan
drangsang pelepasan asam arakidonat serta menyebabkan peningkatan produksi prostaglandin
( PGEZ ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun,
terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan
demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” ( sel makrofag
dan sel limfosit T ) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis
yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibody atau sistem
kekebalan tubuh. ( Sinarty, 2010 ). Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau
krisis/ flush.
Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang
lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan, zat pirogen atau dehidrasi.
Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru, krisis/ flush. Bila
faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disisngkirkan, termostat hipotalamus
dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal.
( Guyton,2013)
IV. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel ( suhu lebih tinggi dari 37,8oC-40oC.
2. Kulit kemerahan.
3. Hangat pada sentuhan.
3
4. Peningkatan frekuensi pernafasan.
5. Menggigil.
6. Dehidrasi.
7. Kehilangan nafsu makan.
V. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat kepemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap digunakan untuk
ultrasonografi, endoskopi atau scaning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan
kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsy
pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi,
aortografi atau limfangiografi.
VI. Penatalaksanaan Demam
1. Secara fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan pengukuran suhu secara berkala setiap 1-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut atau mengigau. Perhatikan pula
apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-
kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai
oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat
seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan.
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan.
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang
akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya minuman yang diberikan
dapat berupa air putih, susu ( anak diare menyesuaikan ), air buah atau air teh.
f. Tujuannya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suh tubuh
memperoleh gantinya.
g. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang.
h. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan
suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini
dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres.
Jangan menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit
4
dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
intoksikasi ( keracunan ).
i. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku.
2. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh
akan menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh
lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi dikulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga
akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
3. Obat-obat antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat
enzim cyclooxygenase sehingga sel point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal
yang mana diperintah memproduksi panas di atas normal dan mengurangi pengeluaran panas
tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik :
a. Bayi 6-12 bulan : ½- 1 sendok teh sirup paracetamol.
b. Anak 1-6 tahun : ¼- ½ paracetamol 500 mg atau 1- 1 ½ sendok teh sirup
paracetamol.
Tablet paracetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh
manis. Obat penurun panas ini diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat
dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
VII. Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan
kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara 25-50 %, umumnya terjadi pada 6
bulan pertama.
VIII. Komplikasi
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
5
IX. Pengkajian
1. Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi : sejak kapan timbul demam, gejala
lain yang menyertai demam ( misalnya : mual muntah, nafsu makan, diaforesis,
eliminasi, nyeri otot dan sendi dll ), apakah anak menggigil, gelisah atau lhetargi,
upaya yang harus dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik.
3. Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal : keadaan umum, vital sign.
4. Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti : pemeriksaan laboratorium, foto
rontgent ataupun USG.
XI. Asuhan Kebidanan
Diagnosa kebidanan : Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam
menunjukkan temperature dalam batas normal.
Kriteria hasil :
1. Bebas dari kedinginan.
2. Suhu tubuh stabil 36-37oC.
Intervensi :
1. Pantau suhu klien ( derajat dan pola ) perhatikan menggigil/ diaforsis.
2. Pantau suhu lingkungan.
3. Berikan kompres hangat hindari penggunaan alkohol.
4. Berikan minuman sesuai kebutuhan.
5. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik.
6
2.2 Manajemen asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalahAktivitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh bidan
kepada klien yang mempunyai kebutuhan / permasalaha. Khususnyan dalam bidang KIA/KB.
Manajement kebidanan adalahProses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah.
Penemuan-penemuan, keterampilan dan rangkaian atau tahapan yang logis untuk
pengambilan keputusan yang berfokus kepada klien.
1). Langkah-langkah asuhan kebidanan
1. Mengumpulkan data yang dikumpulkan
tahap ini merupakan langkah yang akan menentukan langkah berikutnya sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi
yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus meliputi
data subyektif, obyektif dan hasil pemeriksaan.
a) Data subyektif
1. Identitas : nama anak, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, status anak, anak ke
berapa,identitas ibu dan ayah.
2. Alasan kunjungan / keluhan utama.
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kasehatan sekarang
b. Riwayat penyakit keluarga
5. Pola kebiasaan anak
Pola nutrisi, pola eleminasi, pola aktivitas, pola tidur, pola hubungan dan peran pola
kepercayaan dan tata nilai.
b) Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum, kesadaran, TTV, berat badan, tinggi badan, lingkar kepala.
2. Pemeriksaan fisik
Kepala, muka, mata, hidung, telinha, mulut, leher, dada,perut, pelipatan paha
genetalia, punggung, anus, ektrimitas tas, rktrimitas bawah.
2.Menginterpretasikan data untuk meningkatkan disgnosa/masalah
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
7
3.Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan
antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan
4.Menetapkan perlunya tindakan segera
Menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5.Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Dalam rangka ini direncanakan asuhan yang menyeluruh oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutanmanajement terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi/diantisipasi.
6.Implementasi
Pada langkah ke 6 ini asuhan rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di uraikan pada
lanhkah ke 5 di laksanakan efisien danaman,
7.Evaluasi
Pada langkah ke 7 ini dilaksanakan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan danbantuan apakah benar-benar telah terpenuhi. Sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam diagnosa dan masalah.
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Tanggal /jam : 05 Maret 2020
Tempat : Puskesmas Saronggi
I. Data Subyektif
1. Biodata
a. Anak
Nama bayi : An “D”
Umur : 5 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
b. Orang tua
Nama ibu : Ny. S Nama Ayah : Tn. A
Umur : 28 Tahun Umur : 29 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :Saronggi
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kesehatan anaknya dengan keluhan batuk, pilek,
panas 2 hari.
3. Riwayat kesehatan
Ibu menegatakan anaknya tidak memiliki riwayat kesehatan seperti asma, TBC dan
lain-lain
4. Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi Umur diberikan Tempat pelayanan
9
DPT 1 2 bulan puskesmas
DPT 2 4 bulan puskesmas
DPT 3 6 bulan puskesmas
Campak - -
5. Riwayat persalinan
Jenis persalinan : Normal
Tempat : Puskesmas
Penolong : Bidan
Penyulit : Tidak ada
Apgar Score : 7-8
Antropometri waktu lahir
BB : 3500 gram LD: 33 cm
PB : 49 cm LK: 34 cm
6. Kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum sakit : ibu mengatakan memberikan MPASI dan ASInya
Saat sakit : ibu mengatakan saat menyusu berkurang
b. Eliminasi
Sebelum sakit : ibu mengatakan BABnya 2 kali dan BAK 3 kali
Saat sakit : ibu mengatakan BABnya 1 kali dan BAK 3 kali
c. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit : ibu mengatakan istirahatnya cukup
Saat sakit : ibu mengatakan istirahatnya terganggu
d. Personal Hygiene
Sebelum sakit : ibu mengatakan mandi 2 kali sehari
Saat sakit : ibu mengatakan anaknya hanya di waslap
e. Aktivitas sehari-hari
Sebelum sakit : ibu mengatakan anaknya sangat aktif
Saat sakit : ibu mengatakan anaknya kurang aktif
10
b. Pemeriksaan Khusus
Kepala : rambut hitam, bersih, tidak rontok, panas
Muka : tidak pucat dn tidak odem
Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih. Tidak cekung
Hidung : terdapat lendir dan sekret, tidak yampak cuping hidung
Telinga : tidak dikaji
Mulut : bibir kering, lidah berwarna merah muda
Leher : tidak dikaji
Axilla : tidak dikaji
Dada : simetris, tidak ada whezing dan ronchi, tidak ada retraksi dada
Abdomen: simetris, tidak ada benjolan abnormal, kembung
Genetalia: tidak dikaji
Anus : tidak dikaji
Ekstremitas: - atas: simetris, tidak odema, pergerakan kurang katif
-bawah: simetris, tidak odema, pergerakan kurang katif
Kulit : turgor kulit menurun
III. ASSESMENT
An “D” dengan usia 5 tahun dengan obs. febris
IV. PENATALKSANAAN
Tanggal 05-03-2020 jam : 10.35 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
2. Menganjurkan ibu untuk mengompres anaknya dengan air hangat untuk mempercepat
penurunan suhu tubuh.
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengenakan pakaian yang tipis.
4. Menganjurakan ibu memberikan banyak minum untuk mrncegah terjadinya dehidrasi
5. Memberikan terapi obat-obatan : seperti syrup pamol, puyer bintamox dan omegtamin
V. EVALUASI
Tanggal : 05-03-2020 Jam : 10.40 WIB
S : Ibu mengatakan mengerti
Ibu dapat mengulang penjelasan petugas kesehatan
O : Ibu mangangguk
A : Anak dengan demam
P : Lanjutkan rencana
- Anjurkan ibu untuk meminumkan obat secara teratur
- Kembali 1 minggu lagi jika demam anak belum turun
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
a. Bagi pasien
Untuk mencapai keberhasilan dalam asuhan kebidanan pada apras sakit, maka ia di
perlukan kerja sama yang baik untuk memecahkan masalah yang timbul.
b. Bagi petugas
Untuk meningkatkan kemampuan dsn keterampilan dengan meningkatkan peran
bidan dalam tugasnya sebagai pelaksana pelayanan pada asuhan kebidanan pada apras
sakit.
c. Bagi pendidikan
Untuk memperhatikan penulis pada saat penulisan agar tersusun sebuah tugas atau
laporan yang baik dan benar
12
DAFTAR PUSTAKA
Widjaja.2001, Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka
13