Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPARAWATAN

KEJANG DEMAM PADA ANAK

Oleh :

QURRATUL AINI
NPM : 719621311

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM

A. Pengertian
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering
dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh
adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri
atau virus. (Price, 1995).

Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang


terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38oC) yang disebabkan
oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997).

Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya
terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi
tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Arif
Mansjoer, 2000)

1. Kejang demam adalah kejang yang terjadi biasanya karena suhu tubuh
yang tinggi. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi. Epilepsi
ditandai dengan :
Insiden epilepsi lebih sering dijumpai pada keturunan orang yang
menderita epilepsi.
2. Ditandai dengan aktivitas serangan kejang berulang tanpa demam.
3. Serangan tidak lama, tidak terkontrol serta timbul secara episodik.
4. Diakibatkan kelainan fungsional (motorik, sensorik atau psikis)
5. Menyerang segala kelompok usia dan segala jenis bangsa / keturunan.
6. Biasanya pasien tetap sadar tetapi berhalusinasi. (Sylvia A. Price, 2000)

B. Epidemiologi
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6
bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada
laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita
didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME.
Sumijati, 2000;72-73).

Penyebab kejang demam belum diketahui dengan pasti, namun disebutkan


penyebab utama kejang demam ialah demam yag tinggi. Menurut Arif
Mansjoer. 2000) demam yang terjadi sering disebabkan oleh :
1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
2. Gangguan metabolik
3. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media,
bronchitis.
4. Keracunan obat
5. Faktor herediter
6. Idiopatik.

Selain penyebab diatas Ada 5 Faktor yang mempengaruhi kejang, faktor –


faktor tersebut adalah
1. Umur
a. Kurang lebih 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
mengalami kejang demam.
b. Jarang terjadi pada anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun.
c. Insiden tertinggi didapatkan pada umur 2 tahun dan menurun setelah
berumur 4 tahun. Hal ini mungkin disebabkan adanya kenaikan dari
ambang kejang sesuai dengan bertambahnya umur. Serangan pertama
biasanya terjadi dalam 2 tahu pertama dan kemudian menurun dengan
bertambahnya umur.
b. Jenis kelamin
Kejang demam lebih sering didapatkan pada anak laki-laki daripada anak
perempuan dengan perbandingan 2:1. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
karena pada wanita didapatkan kematangan otak yang lebih cepat dibanding laki-
laki.
c. Suhu badan
Adanya kenaikan suhu badan merupakan suatu syarat untuk terjadinya kejang
demam. Tingginya suhu badan pada saat timbulnya serangan merupakan nilai
ambang kejang. Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara
38.30C – 41.40C. Adanya perbedaan ambang kejang ini dapat menerangkan
mengapa pada seseorang anak baru timbul kejang sesudah suhu meningkat sangat
tinggi sedangkan pada anak lainnya kejang sudah timbul walaupun suhu
meningkat tidak terlalu tinggi.
d. Faktor keturunan
Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam.
Beberapa penulis mendapatkan 25 – 50% daripada pada anak dengan kejang
demam mempunyai anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam
sekurang-kurangnya sekali.

C. Patofisiologi
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui
membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter
dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin
meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan
pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi
serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama
dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.

D. PATHWAY
E. Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam menurut Fukuyama dibedakan menjadi dua
yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam
sederhana harus memenuhi semua kreteria antara lain : keluarga penderita
tidak ada riwayat epilepsy, sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh
penyebab apapun, serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6
bulan sampai 6 tahun, lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit,
kejang tidak bersifat fokal, tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca
kejang, sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau
abnormal perkembangan, kejang tidak berulang dalam waktu singkat. Bila
kejang demam tidak memenuhi kriteria tersebut di atas maka digolongkan
sebagai kejang deman jenis kompleks. Kejang demam kompleks adalah
kejang demam yang lebih lama dari 15 menit, fokal atau multiple (lebih
daripada 1 kali kejang perepisode demam).

F. Manifestasi klinis

Adapun tanda gejala yang dapat ditemukan yaitu :

a. Serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral


b. Mata terbalik ke atas
c. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya
sentakan atau
kekakuan fokal
d. Umumnya kejang berlangsung kurang dari 6 menit, kurang dari 8%
berlangsung
lebih dari 15 menit
e. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya
sentakan atau
kekakuan fokal.
f. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis todd),
g. Suhu 38oc atau lebih.

G. Pemeriksaan diagnostic
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi
organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang
setelah kejang.

2. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema
serebral, dan Abses.

3. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di
otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
4. Laboratorium
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini
apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam. (Arif Mansyoer,2000)

H. Penatalaksanaan Medis

Dalam penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu

a. Pengobatan Fase Akut


Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien
dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas
harus bebas agar oksigennisasi terjami. Perhatikan keadaan vital seperti
kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu
tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam
yang diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-
0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal
20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan
penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum
dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit
gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB<10>10kg). bila kejang tidak
berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga,
berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena
perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus
dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa
dan menyebabkan iritasi vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan
fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk
bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara
intramuscular. Empat jama kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat.
Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan
setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi
200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi,penurunan kesadaran dan
depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkna
fenitoin dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.

b. Mencari dan mengobati penyebab


Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang
demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan
pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitiss,
misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang demam berlangsung lama.

c. Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam
atau (2) profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk
profilaksis intermiten diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat
diberikan pula secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg
(BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C.
efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.
Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang
demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat
mencegah terjadinya epilepsy dikemudian hari. Profilaksis terus menerus
setiap hari dengan fenobarbital 4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40
mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah kejang
terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan
Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria
(termasuk poin 1 atau 2) yaitu :
- Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist
atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)
- Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan
neurologist sementara dan menetap.
- Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.
- Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau
terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.
Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan ingin memberikan obat jangka
panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak
demam dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik.

2. Komplikasi
Menurut Arif Mansyoer,2000) kejang demam dapat mengakibatkan :
a. Kerusakan sel otak
b. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15
menit dan
bersifat unilateral
c. Kelumpuhan

3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data subyektif
- Badan terasa panas
- Adanya mual dan muntah
- Merasa haus
- Adanya kesulitan saat bernafas
- Adanya aktivitas kejang berulang, pergerakan otot tidak terkoordinasi,
kelemahan
- Merasa tidak nyaman, gerah.
- Adanya kekhawatiran orang tua.
b. Data obyektif
- Suhu meningkat / tinggi
- Badan teraba panas
- Membran mukosa / kulit kering
- Perubahan tonus/kekuatan otot, gerakan involunter/ kontraksi sekelompok
otot.
- Penurunan kesadaran, pernafasan stridor.
- Tingkah laku distraksi/gelisah
- Tampak kecemasan, kebingungan.
- Saliva keluar berlebih.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan Carpenito (2001) dan Doenges, (2000), diagnosa keperawatan
yang sering muncul pada pasien kejang demam adalah :
a. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder
terhadap infeksi
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan oral
d. Risiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan hipertermi
e. Risiko terhadap cidera berhubungan dengan gerakan tonik/klonik sekunder
akibat kejang.
f. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakit dan perawatan.
h. Risiko terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan kejang berulang.
3. Rencana asuhan keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder
terhadap infeksi.
1) Tujuan : suhu tubuh normal : 36,5 – 37 oC
2) Intervensi :
- Kaji factor penyebab terjadinya hipertermi
Rasional : mengetahui penyebab terjadinya hipertermi. Penambahan
pakaian/selimut dapat menghambat penurunan panas.
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Rasional : pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan
perkembangan perawatan.
- Pertahankan suhu tubuh normal
Rasional :suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu
lingkungan, kelembaban tinggi akan mempengaruhi panas atau dinginnya
tubuh.
- Beri kompres dingin
Rasional :perpindahan panas secara konduktif
- Longgarkan pakaian, berikan pakaian yang tipis yang menyerap keringat
Rasional :proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat.
- Beri ekstra cairan (air, susu, sari buah dll)
Rasional :saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
- Batasi aktivitas fisik
Rasional :aktivitas meningkatkan metabolisme sehingga meningkatkan
produksi panas
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik, antipiretik
Rasional :menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis.
- Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (darah lengkap)
Rasional : peningkatan kadar WBC merupakan indicator adanya infeksi
b. Resiko terjadi kejang berulang berhubungan dengan hipertermi
1) Tujuan : Kejang berulang tidak terjadi.
2) Intervensi :
- Observasi kejang dan dokumentasikan karakteristiknya : awitan dan durasi,
kejadian pra kejang dan pasca kejang.
Rasional :Untuk mengetahui kejang secara dini dan jika ada kelainan akibat
kejang.
- Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang menyerap keringat
Rasional :proses konfeksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak
menyerap keringat
- Beri kompres dingin
Rasional :perpindahan panas secara konduksi.
- Beri extra cairan (air, susu, sari buah dan lain-lain )
Rasional :saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat
- Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
Rasional :Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan.
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik, antipiretik.
Rasional :Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan Sebagai propilaksis

c. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dcngan penumpukan secret


1) Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif
2) Intervensi
- Lakukan suction
Rasional : Untuk rnengeluarkan cairan atau sekret yang ada dalam saluran
pernafasan.
- Setelah kejang berikan pasien posisi miring, bila tidak memungkinkan
angkat dagunya ke atas dan ke depan dengan kepala mendongak ke belakang.
Rasional : Untuk mencegah bila terjadi aspirasi, isi lambung tidak menutupi
jalan nafas
- Atur tempat tidur di bagian kepala ditinggikan kurang lebih 45o
Rasional : Kepala lebih tinggi akan memudahkan pasien dalam bernafas.
- Berikan tongue spatel antara gigi dan lidah
Rasional : Untuk mencegah resiko cidera yaitu lidah tergigit
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
1) Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi
2) Intervensi :
- Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan batuk dan mengatasi
sekresi
Rasional :faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan
- Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau hilangnya atau suara
yang hiperaktif
Rasional :bising usus membantu dalam menentukan respons untuk makan atau
berkembangnya komplikasi
- Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional :mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian
nutrisi
- Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dengan
teratur
Rasional :meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap
nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.
- Tingkatkan kenyamanan lingkungan yang santai termasuk sosialisasi saat
makan
Rasional :sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat
meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
Rasional :merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
kalori atau nutrisi tergantung pada usia, berat badan, ukuran tubuh, keadaan
penyakit sekarang.
e. Kekurangan volume cairan kebutuhan penurunan masukan oral
1) Tujuan : Cairan pasien adekuat
2) Intervensi :
- Awasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Rasional :kekurangan atau perpindahan cairan menurunkan tekanan darah,
mengurangi volume nadi.
- Catat perkembangan turgor kulit, hidrasi, membran mukosa
Rasional :kekurangan cairan juga dapat diidentifikasi dengan penurunan
turgor kulit, membran mukosa kering.
- Ukur atau hitung masukan, pengeluaran dan keseimbangan cairan, catat
kehilangan tidak tampak (IWL)
Rasional :memberikan informasi tentang status cairan umum, kecenderungan
keseimbangan cairan negatif dapat menunjukkan terjadi defisit.
- Timbang berat badan setiap hari
Rasional :perubahan cepat menunjukkan gangguan dalam air tubuh total .
- Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena
Rasional :salah satu cara untuk memenuhi keseimbangan cairan dalam tubuh
ialah dengan cara pemberian melalui parentral
f. Risiko terhadap cidera berhubungan dengan gerakan tonik/klonik skunder
akibat kejang.
1) Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan

2) Intervensi :
- Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang
rendah
Rasional :Meminimalkan injuri saat kejang.
- Jangan tinggalkan klien selama fase kejang.
Rasional :Meningkatkan keamanan-pasien.
- Beri tongue spatel antara gigi dan lidah.
Rasional :Menurunkan resiko trauma pada mulut.
- Letakkan klien pada tempat tidur yang lembut.
Rasional :Membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstremitas ketika
kontrol otot volunter berkurang
- Setelah kejang berikan klien posisi miring, bila tidak memungkinkan angkat
dagunya ke atas dan ke depan dengan kepala mendongak ke belakang.
Rasional : Mencegah penutupan jalan nafas.
- Kendurkan pakaian pasien.
Rasional :Mengurangi tekanan pada jalan nafas.
- Catat tipe dan frekuensi kejang.
Rasional : Membantu menurunkan lokasi area cereberal yang terganggu.
- Catat tanda-tanda vital setelah fase kejang.
Rasional :Mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal
g. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakit dan perawatan
1) Tujuan:Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya
2) Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan keluarga.
Rasional :Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan
kebenaran informasi yang didapat.
- Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
Rasional : Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu
menambah wawasan keluarga.
- Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah
kejang demam.
Rasional :Agar keluarga mengetahui cara menolong anak kejang dan
rnencegah kejang demam.
- Jelaskan setiap tindakan keperawatan yang dilakukan.
Rasional :Agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan.
h. Risiko terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan kejang berulang.
1) Tujuan:Pertumbuhan dan perkembangan tidak mengalami gangguan.
2) Intervensi :
- Cegah terjadinya kejang berulang
Rasional :dengan tidak terjadinya kejang berulang dapat mencegah terjadinya
kerusakan motorik dan sensorik.
- Konsul dengan ahli terapi untuk mengevaluasi obat sesuai indikasi
Rasional :Pengobatan yang teratur akan dapat mencegah terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
- Berikan anak latihan dan kesempatam meningkatkan hubungan sosial
Rasional :Latihan dan hubungan sosial dengan orang lain dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan.
- Berikan nutrisi yang cukup/memenuhi kebutuhan tubuh.
Rasional :Nutrisi akan dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.j. (2000). Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.

Doenges, M.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3. Jakarta :


EGC.

Hasan, dkk. (1985). Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : FKUI.

Mansjoer, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2.


Jakarta : Media Aesculapius.

Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 3. Edisi ke-15. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : FKUI.

Price S.A. (1995). Patofisiologi. Edisi Ke-4. Jakarta : EGC

Soetomenggolo, Taslims. (2000). Buku Ajar Neurologi Anak. Cetakan ke-2.


Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC


FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ANAK

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An.A
2. Tempat tgl lahir/usia : Sumenep. 7 Juni 2018
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : Tidak/ belum sekolah
6. Alamat : Dsn. Dandan Pragaan Daya
7. Tgl masuk : 10 Januari 2020 (jam18:00)
8. Tgl pengkajian : 10 Januari 2020
9. Diagnosa medik : Kejang Demam
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. N a m a : Tn. S
b. U s i a : 30 tahun
c. Pendidikan : S1
d. Pekerjaan : PNS
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Dsn dandan Pragaan Daya
2. Ibu
a. N a m a : Ny. J
b. U s i a : 28 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : .Dsn dandan Pragaan Daya

II. Riwayat Kesehatan


A. Keluhan Utama : Demam dan kejang
Riwayat Kesehatan Sekarang : pasien datang ke ugd
puskesmas diantar keluarganya pada tanggal 10 januari 2020 jam
18:00 WIB dengan keluhandemam dan kejang. Pasien panas
sejak 2 hari yang lalusebelum masuk puskesmas. Pasien kejang
dirumah 2 kali selama kurang lebih 5 menit setiap kejang. Ibu
pasien mengatakan saat kejang mengalami penurunan kesadaran.
Ibu pasien megatakan apabila anaknya kejang diberi sendok
dilapisi kain untuk mencegah gigi patah. Saat pengkajian pasien
mengalami kejang 1x, suhu 40 ֯C. Pasien dipasang infus RL
30tpm, diberikan paracetamol 250mg.
Riwayat penyakit dahulu: px tidak pernah menderita kejang
sebelumnya dan belum pernah MRS

B. Riwayat Kesehatan Keluarga : ibu pasien mengatakan


dahulu keluarganya tidak ada yang menderita demam atau
kejang. Dan tidak pernah menderita penyakit seperti hipertensi,
TBC, stoke dan yang lainnya.
C. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)
Jenis Reaksi
N Waktu
O immunis setelah
pemberian
asi pemberian
1. BCG 1x Panas
2. DPT 3X Panas
3. POLIO 4X -
4. CAMPAK 1X Demam
5. HEPATITI 1X -
S

D. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Pertumbuhan Fisik
a. Berat badan :8 kg
b. Tinggi badan :76 cm.
c. Waktu tumbuh gigi :19 bulan

E. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI : pertama kali disusui sekitar 1 jam setelah melahirkan,
waktu pemberian tidak teratur (setiap kali mengangis), lama pemberian
sampai anak berhenti sendiri, ASI diberikan sampai usia 10 bulan.
2. Pemberian susu formula
a. Alasan pemberian : kebutuhan asi tidak mencukupi
b. Jumlah pemberian : diberikan selang seling dengan asi selama 10 bulan
c. Cara pemberian : menggunakan dot
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

F. Reaksi Hospitalisasi
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
a. Ibu membawa anaknya ke RS karena : anaknya demam dan kejang
b. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : .iya
c. Perasaan orang tua saat ini : sangat khawatir dengan keadaan anaknya
saat ini
d. Orang tua selalu berkunjung ke RS : iya
e. Yang akan tinggal dengan anak : ibu
f. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Anak masih belum mengerti dan selalu mengangis ketika melihat petugas

G. Aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Selera makan Baik Berkurang
b. Menu makan Porsi habis Porsi tidak habis
c. Frekuensi 3x sehari 2x sehari
d. Pantangan makan - Yang berminyak
e. Cara makan Didulang Didulang

2. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Jenis minuman Air dan susu Air dan susu
b. Frekuensi minum Sering Jarang
c. Kebutuhan cairan 800ml/ 24 jam 800ml/ 24jam
d. Cara pemenuhan Minum susu dan air Susu, air dan cairan
infus

3. Eliminasi (BAB&BAK)
BAB
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Tempat pembuangan
b. Frekuensi (waktu)
c. Konsistensi
d. Kesulitan
e. Obat pencahar
BAK
Kondisi
Kondisi Sebelum
Sebelum Sakit
Sakit Saat
SaatSakit
Sakit
a. Kegiatan sehari-hari
Tempat pembuangan Bermain
Pampers dengan Hanya
Pampers tiduran saja
4. Istirahat tidur b. Pengaturan jadwal harian teman
Frekuensi (waktu) sebayanya dan 3x/hari
4x/ hari dan digendong
Kondisi
c. Penggunaan
Warna tidak ada
Sebelum kesulitan
Sakit
alat Bantu Kuning kecoklatan Kuning oleh
Saatibu px
Sakit
kecoklatan
a.d.Jam tidur
aktifitas dalam
Khas melakukan Khas
Bau
Olah Raga pergerakan
200cc 300cc
5.
e. -Kesulitan
d. Siang
Volume pergerakan12:00 15:00
-
21:00 -
19:00
f. -tubuh
Malam
Kesulitan
b. Pola tidur Tidak terganggu Terganggu
Minum susu Minum susu
c. Kebiasaan sebelum tidur
Tidak ada Kondisi lingkungan
d. Kesulitan tidur tidak tenang
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Program olah raga
b. Jenis dan frekuensi
c. Kondisi setelah olah raga

6. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Mandi
o Cara Dimandikan Hanya di lap
o Frekuensi 3x sehari menggunakan air
o Alat mandi hangat 2x sehari
b. Cuci rambut
1x/hari Selama MRS tidak
o Frekuensi Di cucikan dicuci
o Cara
c. Gunting kuku
o Frekuensi 1minggu/kali Selama sakit tidak
o Cara Dipotongkan oleh dipotong
d. Gosok gigi ibu px
o Frekuensi Tidak gosok gigi
o Cara Sehari 2x
Digosokan ibu

7. Aktifitas/Mobilitas Fisik

8. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Perasaan saat sekolah
b. Waktu luang
c. Perasaan setelah rekreasi
d. Waktu senggang klg
e. Kegiatan hari libur

H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Lemah
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 80/50 mmHg
b. Denyut nadi : 108 x / menit
c. Suhu :40 o C
d. Pernapasan : 30 x/ menit
4. Berat Badan : 8kg
5. Tinggi Badan : 76cm
6. Kepala :
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala : bersih
a. Warna rambut : hitam
b. Penyebaran : merata
c. Mudah rontok : tidak
d. Kebersihan rambut : bersih
Palpasi
Benjolan : ada / tidak ada : tidak ada
Nyeri tekan : ada / tidak ada : tidak ada
Tekstur rambut : kasar/halus : halus
7. Muka Inspeksi
a. Simetris / tidak : simetris
b. Bentuk wajah : bulat
c. Gerakan abnormal : tidak ada
d. Ekspresi wajah : sedih
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak ada nyeri tekan

8. Mata Inspeksi
a. Pelpebra : tidak Edema
b. Sklera : tidak Icterus
c. Conjungtiva : tidak Anemis
d. Pupil :
i. Myosis / midriasis
ii. Refleks pupil terhadap cahaya :.positif
e. Posisi mata :
Simetris / tidak : simetris
f. Gerakan bola mata : normal
g. Penutupan kelopak mata : normal
h. Keadaan bulu mata : normal
i. Keadaan visus : normal.
j. Penglihatan : - tidak Kabur

Palpasi
Tekanan bola mata : tidak ada nyeri tekan.
9. Hidung & Sinus Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris
b. Bentuk hidung : mancung
c. Keadaan septum : normal
d. d. Secret / cairan: tidak ada
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : simetris
b. Ukuran / bentuk telinga : normal
c. Aurikel : normal
d. Lubang telinga : Bersih
e. Pemakaian alat bantu : .................................................................
Palpasi
Nyeri tekan / tidak Pemeriksaan
Uji pendengaran
a. Rinne : .................................................................
b. Weber : .................................................................
c. Swabach : .................................................................
Pemeriksaan vestibuler : .................................................................
Data lain : .................................................................
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : normal
- Karang gigi / karies : tidak da
- Pemakaian gigi palsu : tidak ada
b. Gusi
Merah / radang / tidak : tidak ada radang
c. Lidah
Kotor / tidak : kotor
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : tidak
- Basah / kering / pecah : kering
- Mulut berbau / tidak : tidak
- Kemampuan bicara : baik

12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : normal
b. Nyeri tekan : tidak ada
c. Nyeri menelan : tidak ada
13. Leher
Inspeksi
a. Kelenjar thyroid : tidak Palpasi
b. Kelenjar thyroid : tidak
c. Kaku kuduk / tidak : tidak
d. Kelenjar limfe : tidak
14. Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada : ..simetris
b. Irama pernafasan : vesikuler
c. Pengembangan di waktu bernapas: normal
d. Tipe pernapasan : pernafasan dada
Palpasi
a. Vokal fremitus : normal
b. Massa / nyeri : tidak ada
Auskultasi
a. Suara nafas : Vesikuler
b. Suara tambahan: tidak ada
Perkusi: tympani
15. Jantung
Palpasi : teraba ictus cordis di SIC V-VI
Ictus cordis : .tidak tampak
Perkusi
Auskultasi :terdengar bunyi S1 dan S2
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : tidak
b. Ada luka / tidak : tidak
Auskultasi
Peristaltik : 13x/menit
Palpasi
a. Hepar : tidak pembesaran hepar
b. Lien : normal
c. Nyeri tekan : tidak ada
Perkusi
17. Ekstremitas : tidak oedema, terpasang infus RL10 tpmdi ekstremitas atas sinistra
I. Test Diagnostik Laboratorium
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................

J. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


Inf. RL 800cc/ 24jam
Inj. Diazepam (bila kejang)
Inj. Norages 3x1/5 amp/iv
Po. Syr. Pamol 3x 250mg
Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS: 1. Ibu pasien Hipertermi Proses infeksi
mengatakan anaknya
demam 2hari yang lalu
2. ibu pasien mengatakan
anaknya kejang dirumah
2 kali selama kurang
lebih 5 menit setiap
kejang
3. ibu pasien mengatakan
kejang terjadi saat suhu
tubuh meningkat

DO:
1. Px kejang 1x
2. Suhu tubuh 40 C
3. Px di pasang
infus RL 30tpm
4. Diberkan
paracetamol
250mg
DS: ibu px mengatakan Resiko cidera Kejang
apabila px kejang diberi
sendok dilapisi kain
untuk mencegah gigi
patah

DO:
1. Px gatik
2. Tubuh px kaku

Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas


1. hipertemi berhubungan dengan proses infeksi
2. resiko cidera berhubungan dengan kejang
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
(Nursing Care Plan)

HARI/ DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
TGL KEPERAWATA
N
Jum’at Hipertermi b/d Setelah 1. Monitor 1. Mengetahui
10-01- proses infeksi dilakukan suhu tubuh suhu tubuh
20 tindakan kep. 2. Monitor 2. Mengetahui
Selama 1x24 jam warna dan tanda2
masalah suhu kulit hipertermi
hipertermia dapat 3. Monitor 3. Memenuhi
teratasi dengan intake output kebutuhan
KH: 4. Berikan anti cairan
1. Suhu piretik 4. Menurunkan
tubuh 5. Pakai baju susu tubuh
dalam yang tipis 5. Memudahkan
batas 6. Kompres untuk
normal pada lipat terjadinya
37C paha dan prosesevapor
2. Kebutuha aksila asi
n cairan 6. Mengurangi
terpenuhi suhu tubuh
3. Ttv
dalam
batas
normal
4. Kesadara
n anak
compos
mentis
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien :An. K No. RM : .2335


Umur :1 tahun Dx Medis : KDS

Dx. TTD /
Hari/Tgl Keperawatan Jam Implementasi Nama Evaluasi TTD/Nama
Sabtu/ 11- Hipertermi b/d 18.30 1. Memonit Aini S: ibu px Aini
01-20 proses infeksi or suhu mengataka
tubuh n suhu
2. Memonit tubuh
or warna anaknya
dan suhu sudah
kulit mulai turun
3. Memonit O: k/u
or intake lemah
output N=110x/
4. memberi menit
kan anti S=37C
piretik RR=26x/
5. memakai menit
baju yang A: masalah
tipis teratasi
6. mengkom sebagian
pres pada P:-obs ttv
lipat paha Lanj.interv
dan aksila ensi 1-6

Anda mungkin juga menyukai