Oleh :
QURRATUL AINI
NPM : 719621311
KEJANG DEMAM
A. Pengertian
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering
dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh
adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri
atau virus. (Price, 1995).
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya
terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi
tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Arif
Mansjoer, 2000)
1. Kejang demam adalah kejang yang terjadi biasanya karena suhu tubuh
yang tinggi. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi. Epilepsi
ditandai dengan :
Insiden epilepsi lebih sering dijumpai pada keturunan orang yang
menderita epilepsi.
2. Ditandai dengan aktivitas serangan kejang berulang tanpa demam.
3. Serangan tidak lama, tidak terkontrol serta timbul secara episodik.
4. Diakibatkan kelainan fungsional (motorik, sensorik atau psikis)
5. Menyerang segala kelompok usia dan segala jenis bangsa / keturunan.
6. Biasanya pasien tetap sadar tetapi berhalusinasi. (Sylvia A. Price, 2000)
B. Epidemiologi
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6
bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada
laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita
didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME.
Sumijati, 2000;72-73).
C. Patofisiologi
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui
membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter
dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin
meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan
pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi
serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama
dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.
D. PATHWAY
E. Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam menurut Fukuyama dibedakan menjadi dua
yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam
sederhana harus memenuhi semua kreteria antara lain : keluarga penderita
tidak ada riwayat epilepsy, sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh
penyebab apapun, serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6
bulan sampai 6 tahun, lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit,
kejang tidak bersifat fokal, tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca
kejang, sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau
abnormal perkembangan, kejang tidak berulang dalam waktu singkat. Bila
kejang demam tidak memenuhi kriteria tersebut di atas maka digolongkan
sebagai kejang deman jenis kompleks. Kejang demam kompleks adalah
kejang demam yang lebih lama dari 15 menit, fokal atau multiple (lebih
daripada 1 kali kejang perepisode demam).
F. Manifestasi klinis
G. Pemeriksaan diagnostic
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi
organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang
setelah kejang.
2. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema
serebral, dan Abses.
3. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di
otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
4. Laboratorium
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini
apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam. (Arif Mansyoer,2000)
H. Penatalaksanaan Medis
Dalam penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu
c. Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam
atau (2) profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk
profilaksis intermiten diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat
diberikan pula secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg
(BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C.
efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.
Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang
demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat
mencegah terjadinya epilepsy dikemudian hari. Profilaksis terus menerus
setiap hari dengan fenobarbital 4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40
mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah kejang
terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan
Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria
(termasuk poin 1 atau 2) yaitu :
- Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist
atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)
- Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan
neurologist sementara dan menetap.
- Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.
- Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau
terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.
Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan ingin memberikan obat jangka
panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak
demam dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik.
2. Komplikasi
Menurut Arif Mansyoer,2000) kejang demam dapat mengakibatkan :
a. Kerusakan sel otak
b. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15
menit dan
bersifat unilateral
c. Kelumpuhan
2) Intervensi :
- Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang
rendah
Rasional :Meminimalkan injuri saat kejang.
- Jangan tinggalkan klien selama fase kejang.
Rasional :Meningkatkan keamanan-pasien.
- Beri tongue spatel antara gigi dan lidah.
Rasional :Menurunkan resiko trauma pada mulut.
- Letakkan klien pada tempat tidur yang lembut.
Rasional :Membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstremitas ketika
kontrol otot volunter berkurang
- Setelah kejang berikan klien posisi miring, bila tidak memungkinkan angkat
dagunya ke atas dan ke depan dengan kepala mendongak ke belakang.
Rasional : Mencegah penutupan jalan nafas.
- Kendurkan pakaian pasien.
Rasional :Mengurangi tekanan pada jalan nafas.
- Catat tipe dan frekuensi kejang.
Rasional : Membantu menurunkan lokasi area cereberal yang terganggu.
- Catat tanda-tanda vital setelah fase kejang.
Rasional :Mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal
g. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakit dan perawatan
1) Tujuan:Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya
2) Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan keluarga.
Rasional :Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan
kebenaran informasi yang didapat.
- Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
Rasional : Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu
menambah wawasan keluarga.
- Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah
kejang demam.
Rasional :Agar keluarga mengetahui cara menolong anak kejang dan
rnencegah kejang demam.
- Jelaskan setiap tindakan keperawatan yang dilakukan.
Rasional :Agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan.
h. Risiko terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan kejang berulang.
1) Tujuan:Pertumbuhan dan perkembangan tidak mengalami gangguan.
2) Intervensi :
- Cegah terjadinya kejang berulang
Rasional :dengan tidak terjadinya kejang berulang dapat mencegah terjadinya
kerusakan motorik dan sensorik.
- Konsul dengan ahli terapi untuk mengevaluasi obat sesuai indikasi
Rasional :Pengobatan yang teratur akan dapat mencegah terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
- Berikan anak latihan dan kesempatam meningkatkan hubungan sosial
Rasional :Latihan dan hubungan sosial dengan orang lain dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan.
- Berikan nutrisi yang cukup/memenuhi kebutuhan tubuh.
Rasional :Nutrisi akan dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.j. (2000). Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.
Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 3. Edisi ke-15. Jakarta : EGC.
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An.A
2. Tempat tgl lahir/usia : Sumenep. 7 Juni 2018
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : Tidak/ belum sekolah
6. Alamat : Dsn. Dandan Pragaan Daya
7. Tgl masuk : 10 Januari 2020 (jam18:00)
8. Tgl pengkajian : 10 Januari 2020
9. Diagnosa medik : Kejang Demam
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. N a m a : Tn. S
b. U s i a : 30 tahun
c. Pendidikan : S1
d. Pekerjaan : PNS
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Dsn dandan Pragaan Daya
2. Ibu
a. N a m a : Ny. J
b. U s i a : 28 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : .Dsn dandan Pragaan Daya
E. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI : pertama kali disusui sekitar 1 jam setelah melahirkan,
waktu pemberian tidak teratur (setiap kali mengangis), lama pemberian
sampai anak berhenti sendiri, ASI diberikan sampai usia 10 bulan.
2. Pemberian susu formula
a. Alasan pemberian : kebutuhan asi tidak mencukupi
b. Jumlah pemberian : diberikan selang seling dengan asi selama 10 bulan
c. Cara pemberian : menggunakan dot
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
F. Reaksi Hospitalisasi
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
a. Ibu membawa anaknya ke RS karena : anaknya demam dan kejang
b. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : .iya
c. Perasaan orang tua saat ini : sangat khawatir dengan keadaan anaknya
saat ini
d. Orang tua selalu berkunjung ke RS : iya
e. Yang akan tinggal dengan anak : ibu
f. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Anak masih belum mengerti dan selalu mengangis ketika melihat petugas
G. Aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Selera makan Baik Berkurang
b. Menu makan Porsi habis Porsi tidak habis
c. Frekuensi 3x sehari 2x sehari
d. Pantangan makan - Yang berminyak
e. Cara makan Didulang Didulang
2. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Jenis minuman Air dan susu Air dan susu
b. Frekuensi minum Sering Jarang
c. Kebutuhan cairan 800ml/ 24 jam 800ml/ 24jam
d. Cara pemenuhan Minum susu dan air Susu, air dan cairan
infus
3. Eliminasi (BAB&BAK)
BAB
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Tempat pembuangan
b. Frekuensi (waktu)
c. Konsistensi
d. Kesulitan
e. Obat pencahar
BAK
Kondisi
Kondisi Sebelum
Sebelum Sakit
Sakit Saat
SaatSakit
Sakit
a. Kegiatan sehari-hari
Tempat pembuangan Bermain
Pampers dengan Hanya
Pampers tiduran saja
4. Istirahat tidur b. Pengaturan jadwal harian teman
Frekuensi (waktu) sebayanya dan 3x/hari
4x/ hari dan digendong
Kondisi
c. Penggunaan
Warna tidak ada
Sebelum kesulitan
Sakit
alat Bantu Kuning kecoklatan Kuning oleh
Saatibu px
Sakit
kecoklatan
a.d.Jam tidur
aktifitas dalam
Khas melakukan Khas
Bau
Olah Raga pergerakan
200cc 300cc
5.
e. -Kesulitan
d. Siang
Volume pergerakan12:00 15:00
-
21:00 -
19:00
f. -tubuh
Malam
Kesulitan
b. Pola tidur Tidak terganggu Terganggu
Minum susu Minum susu
c. Kebiasaan sebelum tidur
Tidak ada Kondisi lingkungan
d. Kesulitan tidur tidak tenang
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Program olah raga
b. Jenis dan frekuensi
c. Kondisi setelah olah raga
6. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Mandi
o Cara Dimandikan Hanya di lap
o Frekuensi 3x sehari menggunakan air
o Alat mandi hangat 2x sehari
b. Cuci rambut
1x/hari Selama MRS tidak
o Frekuensi Di cucikan dicuci
o Cara
c. Gunting kuku
o Frekuensi 1minggu/kali Selama sakit tidak
o Cara Dipotongkan oleh dipotong
d. Gosok gigi ibu px
o Frekuensi Tidak gosok gigi
o Cara Sehari 2x
Digosokan ibu
7. Aktifitas/Mobilitas Fisik
8. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Perasaan saat sekolah
b. Waktu luang
c. Perasaan setelah rekreasi
d. Waktu senggang klg
e. Kegiatan hari libur
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Lemah
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 80/50 mmHg
b. Denyut nadi : 108 x / menit
c. Suhu :40 o C
d. Pernapasan : 30 x/ menit
4. Berat Badan : 8kg
5. Tinggi Badan : 76cm
6. Kepala :
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala : bersih
a. Warna rambut : hitam
b. Penyebaran : merata
c. Mudah rontok : tidak
d. Kebersihan rambut : bersih
Palpasi
Benjolan : ada / tidak ada : tidak ada
Nyeri tekan : ada / tidak ada : tidak ada
Tekstur rambut : kasar/halus : halus
7. Muka Inspeksi
a. Simetris / tidak : simetris
b. Bentuk wajah : bulat
c. Gerakan abnormal : tidak ada
d. Ekspresi wajah : sedih
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak ada nyeri tekan
8. Mata Inspeksi
a. Pelpebra : tidak Edema
b. Sklera : tidak Icterus
c. Conjungtiva : tidak Anemis
d. Pupil :
i. Myosis / midriasis
ii. Refleks pupil terhadap cahaya :.positif
e. Posisi mata :
Simetris / tidak : simetris
f. Gerakan bola mata : normal
g. Penutupan kelopak mata : normal
h. Keadaan bulu mata : normal
i. Keadaan visus : normal.
j. Penglihatan : - tidak Kabur
Palpasi
Tekanan bola mata : tidak ada nyeri tekan.
9. Hidung & Sinus Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris
b. Bentuk hidung : mancung
c. Keadaan septum : normal
d. d. Secret / cairan: tidak ada
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : simetris
b. Ukuran / bentuk telinga : normal
c. Aurikel : normal
d. Lubang telinga : Bersih
e. Pemakaian alat bantu : .................................................................
Palpasi
Nyeri tekan / tidak Pemeriksaan
Uji pendengaran
a. Rinne : .................................................................
b. Weber : .................................................................
c. Swabach : .................................................................
Pemeriksaan vestibuler : .................................................................
Data lain : .................................................................
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : normal
- Karang gigi / karies : tidak da
- Pemakaian gigi palsu : tidak ada
b. Gusi
Merah / radang / tidak : tidak ada radang
c. Lidah
Kotor / tidak : kotor
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : tidak
- Basah / kering / pecah : kering
- Mulut berbau / tidak : tidak
- Kemampuan bicara : baik
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : normal
b. Nyeri tekan : tidak ada
c. Nyeri menelan : tidak ada
13. Leher
Inspeksi
a. Kelenjar thyroid : tidak Palpasi
b. Kelenjar thyroid : tidak
c. Kaku kuduk / tidak : tidak
d. Kelenjar limfe : tidak
14. Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada : ..simetris
b. Irama pernafasan : vesikuler
c. Pengembangan di waktu bernapas: normal
d. Tipe pernapasan : pernafasan dada
Palpasi
a. Vokal fremitus : normal
b. Massa / nyeri : tidak ada
Auskultasi
a. Suara nafas : Vesikuler
b. Suara tambahan: tidak ada
Perkusi: tympani
15. Jantung
Palpasi : teraba ictus cordis di SIC V-VI
Ictus cordis : .tidak tampak
Perkusi
Auskultasi :terdengar bunyi S1 dan S2
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : tidak
b. Ada luka / tidak : tidak
Auskultasi
Peristaltik : 13x/menit
Palpasi
a. Hepar : tidak pembesaran hepar
b. Lien : normal
c. Nyeri tekan : tidak ada
Perkusi
17. Ekstremitas : tidak oedema, terpasang infus RL10 tpmdi ekstremitas atas sinistra
I. Test Diagnostik Laboratorium
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
DO:
1. Px kejang 1x
2. Suhu tubuh 40 C
3. Px di pasang
infus RL 30tpm
4. Diberkan
paracetamol
250mg
DS: ibu px mengatakan Resiko cidera Kejang
apabila px kejang diberi
sendok dilapisi kain
untuk mencegah gigi
patah
DO:
1. Px gatik
2. Tubuh px kaku
HARI/ DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
TGL KEPERAWATA
N
Jum’at Hipertermi b/d Setelah 1. Monitor 1. Mengetahui
10-01- proses infeksi dilakukan suhu tubuh suhu tubuh
20 tindakan kep. 2. Monitor 2. Mengetahui
Selama 1x24 jam warna dan tanda2
masalah suhu kulit hipertermi
hipertermia dapat 3. Monitor 3. Memenuhi
teratasi dengan intake output kebutuhan
KH: 4. Berikan anti cairan
1. Suhu piretik 4. Menurunkan
tubuh 5. Pakai baju susu tubuh
dalam yang tipis 5. Memudahkan
batas 6. Kompres untuk
normal pada lipat terjadinya
37C paha dan prosesevapor
2. Kebutuha aksila asi
n cairan 6. Mengurangi
terpenuhi suhu tubuh
3. Ttv
dalam
batas
normal
4. Kesadara
n anak
compos
mentis
CATATAN PERKEMBANGAN
Dx. TTD /
Hari/Tgl Keperawatan Jam Implementasi Nama Evaluasi TTD/Nama
Sabtu/ 11- Hipertermi b/d 18.30 1. Memonit Aini S: ibu px Aini
01-20 proses infeksi or suhu mengataka
tubuh n suhu
2. Memonit tubuh
or warna anaknya
dan suhu sudah
kulit mulai turun
3. Memonit O: k/u
or intake lemah
output N=110x/
4. memberi menit
kan anti S=37C
piretik RR=26x/
5. memakai menit
baju yang A: masalah
tipis teratasi
6. mengkom sebagian
pres pada P:-obs ttv
lipat paha Lanj.interv
dan aksila ensi 1-6