Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

‘’ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM PADA ANAK’’

DOSEN PENGAMPUH : Ernawati,S.Kep,M.Kep

ANGGOTA KELOMPOK 1 :

Dede Saputra (PO71200210004)

Yolanda (PO71200210014)

Elina sulistri (PO71200210024)

Asni Assyifa Darmelia (PO71200210032)

Arsy putri priyani (P071200210052)

Diah Ayu Tantri (PO71200210058)

Arifqi Muthahhari (PO71200210064)

Jerika Ananda Putri (PO71200210068)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul "Asuhan
Keperawatan Kejang Demam Pada Anak" Tugas Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak 1.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ernawati,S.Kep,M.Kep selaku dosen Mata Kuliah
Keperawatan Anak I atas bimbingan yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan Tugas
Makalah ini.

Dalam menyelesaikan Tugas Makalah ini penulis sangat menyadari bahwa Makalah ini masih
sangat terbatas dan masih banyak kekurangan dalam mengkaji teori asuhan keperawatan pada
anak dengan kejang demam, untuk ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat semua pihak yang membacanya, dan juga dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkannya, terima kasih.

Jambi,31 Agustus 2022

Penulis

Kelompok 1 kep anak

DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………………..…….i
Daftar isi………………………………………………………………………………………….ii
Bab l pendahuluan…………………………………………………………………………..1
a. Latar belakang………………………………………………………………………..
b. Rumusan masalah…………………………………………………………………..
c. Tujuan penulisan……………………………………………………………………

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara yang berkembang termasuk Indonesia terdapat dua faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak yaitu gizi dan infeksi. Terjadinya proses infeksi dalam tubuh menyebabkan
kenaikan suhu tubuh yang biasa disebut dengan demam, Demam merupakan faktor resiko utama
terjadinya kejang demam. Kejang demam merupakan kondisi kegawatdaruratan yang
memerlukan penanganan pertama, diikuti kondisi kegawat daruratan lain yang terjadi pada anak
adalah sesak nafas, kenaikan suhu yang terus menerus, dan cedera fisik, Kebanyakan ibu tidak
menyadari akan bahaya yang ditimbulkan dari kejang demam. Setiap kejang yang lama (lebih
dari 5 menit) berdampak membahayakan karena dapat menyebabkan kerusakan sel sel otak
akibat kekurangan oksigen, semakin lama dan semakin sering kejang maka sel sel otak yang
rusak akan semakin banyak (Chomaria, 2015).

Kejadian kejang demam terjadi pada 2-4% anak-anak, dengan insiden puncak pada usia 2 tahun,
30% kasus kejang demam akan terjadi kembali pada penyakit demam berikutnya, prognosis
kejang demam baik, kejang demam bersifat benigna. Angka kematian mencapai 0,64-0.75%.
Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi
epilepsi sebanyak 2-7%. Kejang demam dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta
penurunan intelegensi dan pencapaian tingkat akademik, 4% penderita kejang demam secara
bermakna mengalami tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi. Meskipun memiliki
prognosis yang baik, namun kejang demam tetap menjadi hal yang menakutkan bagi orang tua.
Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi berulangnya kejang
demam yang bisa diberikan kepada orangtua untuk meredakan ketakutan yang berlebihan dan
kepentingan tatalaksana. Data mengenai insiden kejang agak sulit diketahui. Diperkirakan bahwa
10% orang akan mengalami paling sidikit satu kali kejang selama hidupnya dan sekitar 0,3-0,5 %
akan didiagnosis mengidap epilepsi (didasarkan pada 2 atau lebih kejang spontan atau tanpa
pemicu). Laporan spesifik jenis kelamin angka yang sedikit lebih besar pada laki-laki dari pada
perempuan (Prince & Wilson, 2017)

Kejang demam hal yang menakutkan bagi sebagian besar orang tua khususnya ibu. Seorang ibu
akan merasa khawatir dan panik jika melihat anaknya mendadak mengalami kejang demam.
Seringkali ibu tidak tahu harus berbuat apa saat anak mengalami kejang demam. Oleh karena itu,
kejang demam yang terjadi pada anak akan Berdampak pada psikologis orang tua terutama ibu,
dimana kebanyakan ibu mengalami Ansietas (kecemasan berlebihan), depresi, merasa bersalah,
ketakutan akan berulangnya kejang.

1
Kejang demam ialah suatu kelainan neurologis yang paling sering ditemukan pada anak, hal ini
terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Para peneliti telah membuat berbagai
kesimpulan, bahwa bangkitan kejang demam berhubungan dengan usia, tingkatan suhu serta
kecepatan peningkatan suhu, termasuk faktor hereditas juga memiliki peran terhadap bangkitan
kejang demam dimana pada anggota keluarga penderita memiliki peluang untuk mengalami
kejang lebih banyak dibandingkan dengan anak normal. Setiap kejang kemungkinan dapat
menimbulkan epilepsi dan trauma pada otak, sehingga mencemaskan orang tua. Pengobatan
dengan antikonvulsan setiap hari yaitu dengan fenobarbital atau asam valproat mengurangi
kejadian kejang demam berulang. Obat pencegah kejang tanpa demam (epilepsi) tidak pernah
dilaporkan. Pengobatan intermittent dengan diazepam pada permulaan pada kejang demam
pertama.

memberikan hasil yang lebih baik. Antipiretik bermanfaat, tetapi tidak dapat mencegah kejang
demam namun tidak dapat mencegah berulangnya kejang demam,

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud kejang demam padaanak?

2. Bagaimana etiologi kejang demam pada anak?

3.. Bagaimana manifestasi klinis kejang demam pada anak?

4. Apa saja klasifikasi kejang demam pada anak?

5. Bagaimana patofisiologi kejang demam pada anak?

6. Bagaimana gambaran pathway kejang demam pada anak?

7. Apa saja pemeriksaan penunjang ketika terjadi kejang demam pada anak?

8. Bagaimana penatalaksanaan medis yang dilakukan saat kejang demam pada anak?

9. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan saat kejang demam pada anak"?

10. Apa saja komplikasi yang terjadi saat kejang demam pada anak?

11. Bagaimana model asuhan keperawatan kejang demam pada anak?

2
1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

a) Mengetahui apa itu kejang demam pada anak.

b) Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus kejang demam.

2. Tujuan Khusus

a) Mampu mendeskripsikan pengkajian pada anak dengan kasus kejang demam.

b) Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada anak dengan kasus kejang demam.

c) Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada anak dengan kasus kejang demam.

d) Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan kasus kejang demam. e)
Mampu mendeskripsikan evaluasi pada anak dengan kasus kejang demam.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang penulis gunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode penulisan
Pustaka. Metode penulisan pustaka yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari buku dan jurnal.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definis kejang demam

Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah: yang terjadi dalam
tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila demam tinggi dapat menyebabkan
masalah serius pada anak. Masalah yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38°C
yaitu kejang demam (Lestari Titik,2019).

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38°C biasanya terjadi
pada usia 3 bulan -5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak
termasuk dalam kategori ini, Kejang demam yang sering disebut step, merupakan kejang yang
terjadi pada saat seorang bayi ataupun anak mengalami demam tanpa infeksi sestem saraf pusat
yang dapat timbul bila seorang anak mengalami demam tinggi.Jadi bedasarkan uraian diatas,
dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium terutama pada
anak umur 3 bulan- 5 tahun.

2.2. Klasifikasi Kejang Demam Ada 2 golongan kejang demam menurut Ridha 2018:

a. Kejang demam sederhana

1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy

2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun

3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan - 6 tahun

4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit

5) Kejang tidak bersifat tonik klonik

6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau abnormalitas perkembangan

8) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

9) Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam.

4
2.4 Klasifikasi Kejang Demam Sederhana

a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion

Kejang demam ini biasanya terdapat pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan
suhu tubuh yang mencapai lebih dari 39°C. Kejang bersifat umum

dan tonik-klonik, umumnya berlangsung beberapa detik atau menit dan jarang sampai 15 menit.
Pada akhir kejang kemudian diakhiri dengan suatu keadaan singkat seperti

mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya sekali dalam 24 jam. anak tidak
mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan fisis dan riwayat perkembangan normal,
demam bukan disebabkan karena meningitis atau penyakit lain.

b. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion).

Kejang demam ini biasanya kejang terjadi selama lebih dari 15 menit atau

kejang berulang dalam 24 jam dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam masa

pasca bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah sama dengan kejang
demam sederhana.

c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure).

Kejang demam ini biasanya sifat dan umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana
dan sebelumnya anak mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut. Faktor resiko untuk
timbulnya epilepsi merupakan gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang bermula pada umur
kurang dari usia 12 bulan dengan kejang kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal
meragukan maka pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya
meningitis.

2.3. Tanda dan Gejala

Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak akan terlihat aneh untuk
beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki kaku, tersentak sentak atau kelojotan, dan mata
berputar-putar sehingga hanya putih mata yang terlihat. Anak tidak responsive untuk beberapa
waktu, napas akan terganggu dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Namun, tidak
seberapa lama kemudian, anak akan segera normal kembali.

5
2.4. Etiologi Kejang Demam

Penentuan etiologi kejang berperan penting dalam tata laksana kejang selanjutnya. Keadaan ini
sangat penting terutama pada kejang yang sulit diatasi atau kejang berulang.

Etiologi Kejang pada Anak

Kejang Demam Sederhana

Infeksi :

- Infeksi meningitis, ensefalitis intrakranial:

Gangguan metabolik hipoglikemia

hiponatremia- hipoksemia- Shigellosis

Keracunan:- Alkohol- hipokalsemia -Gangguan elektrolit atau dehidrasi

- Defisiensi ppiridoksi-Gagal ginjal

Gagal hati Kelainan metabolik bawaan

Teofilin- KokainLain-lain:

- Ensefalopati hipertensi- Tumor otak

- Perdarahan intrakranial

kepala 2 dari 12

Penghentian obat anti epilepsi Trauma

Idiopatik

2.5 Manifestasi Klinis

Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau tonik-
klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi
apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali
tanpa adanya kelainan syaraf. Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau parsial. Pada
kejang yang unilateral kadang-kadang di ikuti olch hemiplegi sementara (Todd's hemiplegia)
yang berlansung beberapa jam atau beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh
hemiplegi yang menetap. Kejang demam terkait dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan
biasanya berkembang.

6
bila suhu tubuh mencapai 39°C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh
tionik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap lebih dari 15
menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik, selain itu juga dapat
terjadi mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan
berulang (Behman, 2000: 843).

Tanda dan Gejala kejang demam menurut Mansjoer (2000: 434), yaitu: a. Peningkatan suhu
tubuh yang tinggi (suhu rektal diatas 38°C).

b. Kejang yang bersifat kejang kolonik atau tonik-kolonik bilateral. c. Mata terbalik keatas
disertai kekakuan atau kelemahan.

d. Gerakan sentakan berulang tanpa di dahului kekakuan atau hanya sentakan atau kekuatan
fokal.

e. Pada sebagian kejang disertai hemiparesis sementara yang berlangsung beberapa jam

sampai beberapa hari atau juga bersifat menctap.

Dewanto (2019), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada pasien

dengan kejang demam diantaranya:

a. Suhu tubuh mencapai lebih dari 38°C.

b. Anak scring hilang kesadaran saat kejang.

c. Mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang (gejala

kejang bergantung pada jenis kejang).

d. Kulit pucat dan membiru.

e. Akral dingin.

7
2.5 Patofisiologi

a.Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO, dan air.
Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar
yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium
(K) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI).
Akibatnya konsentrasi ion K dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na rendah, sedang diluar
sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan
luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron.

Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim

Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
diubah oleh:

a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular.

b.Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya.

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadaan
demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikkan metabolisme basal 10-15% dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa

hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran
sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
akibat terjadinya lepas muatan listrik Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun ke membran sel disekitarnya dengan bantuan "neurotransmitter"
dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu
rendahnyaambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2019)

8
2.6 Pemeriksaan Penunjang

a. EEG (Electroencephalogram) Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak
menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral
menunjukan kejang demam kompleks (Dewi, 2011)

b. Pemeriksaan fungsi lumbal merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan kanal tulang
belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan
setelah kejang demam pertama pada bayi (usia<12 bulan) karena gejala dan tanda meningitis
pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada anak dengan usia > 18 bulan, fungsi
lumbal dilakukan jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang
menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat (Dewi, 2018).

Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi yang memiliki tanda
peradangan selaput otak (contoh: kaku leher), mengalami complex partial seizure, kunjungan
kedokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam sebelumnya), kejang saat tiba di
IGD, keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga 1 jam setelah
kejang adalah normal, kejang pertama setelah usia 3 tahun.

Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning,
menunjukan pigmen kuning santokrom, jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari
normal (normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80- 120ml dan dewasa 130-
150ml), Perubahan biokimia: kadar Kalium menigkat (normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-
5.8mEq/L).

c. Neuroimaging, yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-Scan,

dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru

terjadi untuk pertama kalinya. Pemeriksaan tersebut dianjurkan bila anak menujukkan

kelainan saraf yang jelas, misalnya ada kelumpuhan, gangguan keseimbangan, sakit

kepala yang berlebihan, ukuran lingkar kepala yang tidak normal.

d. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium ini harus ditujukan untuk mencari


sumber demam, bukan sekedar pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaaan darah
rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah.

9
2.7 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis kejang demam meliputi :

a. Menghentikan kejang secepat mungkin, bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus
(kejang), obat pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara intravena.
Pemberian diazepam melalui intravena pada anak yang kejang sering kali menyulitkan, cara
pemberian yang mudah dan efektif adalah melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan
berat badan ialah berat badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang diberikan sebesar 5 mg. berat
lebih dari 10 kg diberikan 10 mg. Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang atau status
konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion karena tidak mengganggu
kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan, tetapi dapat mengganggu frekuensi irama
jantung.

b. Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih kejang, dosis yang diberikan pada
pasien kejang disesuaikan dengan berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg per kgBB dengan
minimal dalam spuit 7.5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg per KgBB. Biasanya dosis rata-
rata yang dipakai 0,3 mg kgBB per kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari
5 tahun, dan 10 mg pada anak yang lebih besar. Setelah disuntikan pertama secara intravena
ditunggu 15 menit, bila masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
melalui intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih kejang, diberikan suntikan
ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi pemberiannya secara intramuskular, diharapkan
kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldchid 4 %
secara intravena. Efek samping dari pemberian diazepan adalah mengantuk,

hipotensi, penekanan pusat pernapasan.

c. Pemberian oksigen, usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila
perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.

d. Penghisapan lendir jika diperlukan.

e. Mencari dan mengobati penyebab, penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang
diprovokasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut.
Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati penyakit tersebut. Secara akademis
pasien kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaliknya dilakukan pungsi lumbal untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi didalam otak misalnya meningitis.

f. Pengobatan rumat untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan
dan antipiretika. Lanjutan pengobatan rumat tergantung daripada keadaan pasien.pengobatan ini
di bagi atas dua bagian,yaitu pengobatan profilaksis interniten dan pengobatan profilaksi jangka
panjang.

10
2.8 Penatalaksanaan Keperawatan

a. Semua pakaian ketat dibuka

b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.

c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.

d. Monitor suhu tubuh, Cara paling akurat adalah dengan suhu rektal.

e. Obat untuk penurun panas, pengobatan ini dapat mengurangi ketidaknyamanan anak dan
menurunkan suhu 1 sampai 1,5 °C.

f. Berikan Kompres Hangat, mengompres dilakukan dengan handuk atau washcloth (washlap
atau lap khusus badan) yang dibasahi dengan dibasahi air hangat (30°C) kemudian dilapkan
seluruh badan. Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena
itu, anak jangan "dibungkus" dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam air karena
penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan aimya bila demamnya semakin tinggi.
Sebenarnya mengompres kurang efektif dibandingkan obat penurun demam. Karena itu
sebaiknya digabungkan dengan pemberian obat penurun demam, kecuali anak alergi terhadap
obat tersebut.

g. Menaikkan asupan cairan anak, anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya
tidak memaksa anak untuk makan. Akan tetapi cairan seperti susu (ASI atau atau susu formula)
dan air harus tetap diberikan atau bahkan lebih sering. Anak yang lebih tua dapat diberikan sup
atau buah-buahan yang banyak mengandung air.

h. Istirahatkan anak saat demam, demam menyebabkan anak lemah dan tidak nyaman. Orang tua
sebaiknya mendorong anaknya untuk cukup istirahat. Sebaiknya tidak memaksa anak untuk tidur
atau istirahat atau tidur bila anak sudah merasa baikan dan anak dapat kembali ke sekolah atau
aktivitas lainnya ketika suhu sudah normal dalam 24 jam.

2.9 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi dari kejang demam jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat
adalah:

a. Kerusakan neurotransmitter, lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel ataupun membran sel yang menyebabkan kerusakan pada neuron.

b. Epilepsi, kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang
yang berlangsung lama sehingga dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi
serangan cpilepsi yang spontan.

11
c. Kelainan anatomis di otak Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan
kelaian di otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4bulan sampai 5 tahun.

d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam, kemungkinan


mengalami kematian.

e. Aspirasi, ialah kondisi dimana partikel kecil seperti cairan atau serpihan makanan masuk ke
dalam paru-paru yang bisa menyebabkan seseorang kesulitan bernapas. Aspirasi pada umumnya
banyak terjadi pada bayi.

f. Asfiksia, merupakan gangguan dalam pengangkutan O₂ ke jaringan tubuh yang disebabkan


terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah, ataupun jaringan tubuh.

g. Kerusakan Otak, terjadi melalui mekanisme eksitoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang
melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA (M Metyl D Asparate) yang mengakibatkan
ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuron secara irreversible.

h. Retardasi Mental, hal ini dapat terjadi karena defisit neurologis pada demam neonates.

3.0 KONSEP ASKEP PADA PASIEN KASUS KEJANG DEMAM

3.0.1.Pengkajian

1) Anamanesis

(1) Identitas pasien

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, pendidikan, nama
orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, tempat tinggal. Demam adalah peningkatan suhu
tubuh diatas normal yang tidak teratur dan disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan
pembatasan panas.

(2) Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama, biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38 °c, pasien mengalami kejang
dan bahkan pada pasien kejang demam sederhana biasanya mengelami kejang 1 kali dengan durasi 15
detik dan mengalami penurunan kesadaran.

2. Riwayat kesehatan sekarang, biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas,
anaknya sudah mengalami kejang 1 kali atau berulang dan durasi kejangnya berapa lama, tegantung jenis
kejang demam yang dialami anak

3. Riwayat kesehatan lalu, khusus anak usia 0-5 tahun dilakukan pengkajian prenatalcare, natal dan
postnatal.

12
4. Riwayat kesehatan keluarga, biasanya orang tua anak atau salah satu dari orang tuanya ada
yang memiliki riwayat kejang demam sejak kecil.

5. Riwayat imunisasi, anak yang tidak lengkap melakukan imunisasi biasanya lebih rentan
terkena infeksi atau virus seperti virus influenza.

2) Pemeriksaan fisik keadaan umum biasanya anak rewel dan selalu menangis, biasanya
kesadaran compos mentis. Menurut Lestari (2016) pemeriksaan fisik meliputi sebagai berikut:

(1) Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum biasanya anak rewel dan menangis, kesadaran composmentis.

2. TTV (tanda-tanda vital) suhu tubuh biasanya >38 °c, respirasi untuk anak 20-30 kali / menit,
nadi pada anak usia 2 - 4 tahun 100 - 110 kali /menit.

3. BB (berat badan), biasanya pada anak kejang demam sederhana tidak mengalami penurunan
berat badan yang berarti.

4. Kepala, tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak

5. Mata, kedua mata simetris antara kiri dan kanan, sklera anemis dan konjungtiva pucat.

6. Hidung, penciuman baik dan tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk hidung simetris,
mukosa hidung berwarna merah muda.

7. Mulut, gigi lengkap dan tidak ada caries, mukosa bibir pucat dan pecah pecah, tongsil tidak
hiperemis.

8. Leher, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

9. Thoraks (dada), inspeksi biasanya gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan. Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama. Auskultasi, biasanya ditemukan suara
nafas tambahan.

10. Jantung, biasanya mengalami penurunan dan peningkatan denyut jantung. Inspeksi, cordis
tidak terlihat. Palpasi, iktus cordis di ICS V teraba. Perkusi, batas kiri jantung: ICS II kiri di line
parastrenalis kiri (pinggang jantung), ICS V kiri agak ke mideal linea midclavicularis kiri.
Batasan bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV kanan, dilinea parasternalis
kanan, batas atasnya di ruang intercostal II kanan linea parasternalis kanan. Auskultasi, bunyi
jantung s1 s2 lup dup.

13
11. Abdomen, lemas dan datar, tidak ada kembung, tidak ada nyeri tekan.

12. Anus, biasanya tidak terjadi kelainan pada genitalia dan tidak ada lecet pada anus

13. Ekstermitas atas dan bawah tonus otot mengalami kelemahan dan CRT >2 detik, akral teraba
dingin. Penilaian tingkat kesadaran Compos mentis (consclus), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya, nilai GCS: 15-

14. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh, nilai 13-12. Delirium, yaitu gelisah dan disorentasi (waktu, tempat dan orang),
membrontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai GCS: 11-10. Somnolen
(obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9-7. Stupor (spoor koma), yaitu kesadaran seperti
tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6-4. Coma (comatose), yaitut idak
biasa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya), nialai GCS: ≤3.

2) Tahap perkembangan menurut beberapa teori yaitu:

(1) Teori perkembangan menurut Sigmund Freud. Tahap phallic (3 – 6 tahun) kesenangan anak
terfokus pada kelamin, kepuasan terletak pada autoerotic atau daerah kemaluan. Menurut Freud,
pada fase ini anak cenderung mengidentifikasikan diri dengan orangtua yang sama jenis dan
mencintai orangtuanya yang berbeda jenis kelamin. Peristiwa ini disebut oedipus complex, yaitu
anak laki-laki mencintai ibunya dan berusaha menghindari ayahnya. Begitu juga sebaliknya,
pada anak perempuan yang disebut sebagai electra complex. Pada tahap ini saya merasa dekat
dengan kedua orangtua, termasuk ayah. Hal tersebut dapat terlihat dari intensitas ayah mengajak
bermain, misalnya bermain mobil-mobilan. Di sisi lain, bukan berarti saya ingin menghindari
ibu. Justru pada masa tersebutlah ibu yang selalu berada di samping saya, dikarenakan ayah
harus bekerja di luar kota sehingga jarang bertemu. Saat itu saya sempat berpikir “kenapa ayah
bekerja jauh?” dan terbesit sedikit perasaan tidak rela. Mungkin inilah yang membentuk karakter
pribadi saya sebagai seorang yang perasa. Dari perilaku mengidentifikasikan diri dengan ibu,
saya dapat memahami peran yang seharusnya dijalankan sebagai seorang perempuan adalah
seperti itu. Misalnya melihat ibu yang berkerudung dan memakai bedak, maka secara
berkelanjutan perilaku tersebut juga melekat pada diri saya hingga sekarang.

14
(2) Teori perkembangan menurut Erik Erikson. Otonomi, malu dan raguragu, masa bayi (1-3
tahun), anak cenderung aktif dalam segala hal. Anak harus didorong untuk mengalami situasi-
situasi yang menuntut kemandirian dalam melakukan pilihan. Rasa mampu mengendalikan diri
membuat anak memiliki kemauan yang baik dan bangga yang bersifat menetap. Sebaliknya,
pembatasan ruang gerak pada anak dapat menyebabkan anak akan mudah menyerah dan
kehilangan kontrol diri sehingga menyebabkan perasaan malu dan ragu-ragu dalam bertindak
yang juga bersifat menetap.

(3) Tahap perkembangan menurut teori kognitif (Piaget). Tahap preoprasional (2-7 tahun), anak
mulai menjaskan dunia dengan katakata dan gambaran, kata-kata dan gambaran ini
mencerminkan meningkatnya pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris
dan tindakan fisik.

3.0.2 Diagnosa keperawatan

1. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia terhadap gangguan
kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan respon dari seorang individu, keluarga,
kelompok atau komunitas (Heardman & Shigemi Kamitsuru, 2018). Menurut Diagnosa
Keperawatan Nanda tahun 2017-2019 kemungkinan diagnosa yang bisa muncul dari penyakit
kejang demam :

1) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, gangguan pusat pengatur suhu

2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan jalan napas terganggu

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi

4) Risiko cedera berhubungan dengan kurangnya kesadaran, gerakan tonik atau kloni yaitu:

1) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

2) Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan suhu tubuh meningkat.

3) Resiko cidera berhubungan dengan kejang berulang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh.

4) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan kerusakan sel neuron otak.

15
3.0.3 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan


penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan hasil klien. Intervensi
keperawatan mencakup baik perawatan langsung dan tidak langsung yang ditujujan pada
individu, keluarga dan masyarakat, serta orang- orang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter
maupun pemberi pelayanan kesehatan lainnya.

1) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, gangguan pusat pengaturan suhu.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh normal Kriteria hasil :
(1) Suhu tubuh (36,5 o -37,5 o C).
(2) Nadi (60-100 kali/menit) dan Respirasi Rate (16-24 kali/menit).
(3) Tidak ada perubahan warna kulit. Rencana tindakan :
a) Monitor suhu tubuh Rasional: suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,5
b) Monitor tekanan darah, nadi dan pernafasan Rasional: TTV dalam batas normal
c) Berikan antipiretik Rasional: Untuk menurunkan demam
d) Kolaborasi pemberian cairan intravena Rasional: untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh
e) Kompres pasien pada lipat paha dan aksila Rasional: Menurunkan panas

2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan jalan terganggu napas Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan pola napas efektif Kriteria hasil :

(1) Frekuensi pernafasan dalam batas normal

(2) Tidak menggunakan otot bantu pernafasan

(3) Irama pernafasan teratur

(4) Tanda-tanda vital dalam batas normal

Rencana tindakan :

(1) Kaji status pernapasan klien


Rasional: TTV dalam batas normal
(2) Kaji penyebab ketidakefektifan pernapasan
Rasional: Frekuensi pernafasan dalam batas normal
(3) Auskultasi bunyi paru dan observasi pernapasan klien
Rasional: Suara nafas vesikuler (
(4) Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi obat
Rasional: Pilihan terapi untuk mengontrol pola nafas

16
2) ganggguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ventilasi dan oksigenasi
pada jaringan adekuat Kriteria Hasil :

(1) Oksigenasi yang adekuat

(2) Bebas dari tanda-tanda distress pernafasan

(3) Mendemonstrasikan batuk efektif

(4) Mampu bernafas dengan mudah Rencana tindakan :

(1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Rasional: TTV dalam batas normal

(2) Monitor respirasi dan status O2 Rasional: TTV dalam batas normal

(3) Auskultasi suara nafas Rasional: suara nafas vesikuler

(4) Lakukan suction Rasional: Agar sesak berkurang

4) Resiko cedera berhubungan dengan kurangnya kesadaran gerakan tonik atau klonik Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi cedera atau komplikasi Kriteria hasil :

(1) Terbebas dari cedera

(2) Tidak ada perlukaan, kesadaran composmentis

(3) Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/cedera

(4) Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/perilaku personal

Rencana tindakan:

(1) Kaji sifat dan penyebab timbulnya kejang Rasional: untuk mengetahui faktor-faktor resiko
kejang

(2) Pasang side rail tempat tidur Rasional: klien terbebas dari cedera

(3) Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih Rasional: klien dapat tidur dengan nyaman

(4) Anjurkan keluarga untuk menemani pasien Rasional: agar klien aman dan terjaga

17
3.0.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan kepada klien.
Pencataan mencakup tindakan keperawatan yang diberikan baik secara mandiri maupun
kolaboratif, serta pemenuhan kriteria hasil terhadap tindakan yang diberikan kepada klien
(Hutahean, 2018). Implemtasi yang umum dilakukan pada kasus kejang demam pada anak yaitu
kompres hangat, pemenuhan cairan, kolaborasi pemberian obat penurun panas Paracetamol dan
pencegah kejang Diazepam.

3.0.5 Evaluasi

Keefektifan tindakan keperawatan dan pencapaian hasil yang teridentifikasi terus dievaluasi
sebagai penilaian status klien. Evaluasi harus terjadi di setiap langkah proses keperawatan
(Herdman & Shigemi Kamitsuru, 2019). Evaluasi yang umum dilakukan yaitu monitor TTV
pada anak serta kriteria hasil pencapaian dari implementasi yang telah dilakukan.

18
Kesimpulan
Daftar Pustaka

Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi &

Klasifikasi NIC-NOC 2017-2019 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Hutahean, (2018). Konsep dan dokumentasi peroses keperawatan. Jakarta : Trans

Info Media

KEMENKES RI, 2018, Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyrakat.

Jakarta : kemenkes

Lestari. 2019. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Widodo, Prabowo.P.Dkk, 2018, Pemodelan Sistem Berorientasi Obyek Dengan

UML, Graha ilmu, Yogyakarta.

Dewanto, (2019)

Anda mungkin juga menyukai