Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEJANG PADA ANAK

OLEH :

KELOMPOK 6

1. MUUMINAH
2. NURFADILLA
3. PRATAMA PUTRA
4. TRIA RIZKY ANANDA
5. YENI SAFITRI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S.1
MATARAM
2020

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Eesa karena dengan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan kejang pada anak"
tugas keperawatan anak
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pembuatan makalah
ini,namun kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Jika didalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,maka kami memohon
maaf atasnya.Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kesempurnaan.
Lebih dan kurangnya di ucapkan Terima Kasih.

Mataram, 15 april 2020

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Definisi kejang pada anak


2.2 Etiologi kejang pada anak
2.3 Klasifikasi kejang pada anak
2.4 Manifestasi Klinis kejang pada anak
2.5 Patofisiologi kejang pada anak
2.6 Patthway
2.7 Pemeriksaan penunjang

2.8 Pencegahan kejang pada anak

BAB III Asuhan Keperawatan Kejang Pada Anak 20

BAB VI PENUTUP

4.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa yang menakutkan pada
kebanyakan orang tua karena kejadiannya yang mendadak dan kebanyakan orang tua
tidak tahu harus berbuat apa. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal >38°C) yang disebabkan oleh suatu proses diluar otak. Tidak
jarang orangtua khawatir jika anaknya panas, apakah nanti akan kejang atau tidak. Dari
penelitian, kejadian kejang demam sendiri tidaklah terlalu besar yaitu sekitar 2-4 %,
artinya dari100 anak dengan demam ada sekitar 2-4 yang mengalami kejang. Kejang
demam terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan terbanyak terjadi pada usia 17- 23 bulan.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering ditemukan
pada anak,karenabangkitan kejang demam berhubungan dengan usia, tingkatan suhu serta
kecepatan peningkatan suhu, termasuk faktor hereditas juga memiliki peran terhadap
bangkitan kejang demam dimana pada anggota keluarga penderita memiliki peluang
untuk mengalami kejang lebih banyak dibandingkan dengan anak normal.Kejang demam
adalah bangkitan yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38°C),
disebabkan suatu proses ekstrakranium.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu kejang pada anak?
2. Bagaiaman etiologi kejang pada anak?
3. Apa saja klasifikasi kejang pada anak?
4. Apa saja gejala kejang pada anak?
5. Apa saja faktor resiko kejang pada anak?
6. Bagaimana patofisiologi kejang pada anak?
7. Bagaimana pencegahan kejang pada anak?
8. Bagaimana konsep Asuhan Kepeawatan kejang pada anak?

1.3. Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi kejang pada anak
2. Dapat mengetahui etiologi kejang pada anak
3. Dapat mengetahui klasifikasi kejang pada anak
4. Dapat mengetahui gejala kejang pada anak
5. Dapat mengetahui faktor resiko kejang pada anak
6. Dapat mengetahui patofisiologi kejang pada anak
7. Dapat mengetahui pencegahan kejang pada anak
8. Dapat mengetahui askep kejang pada anak

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi kejang pada anak


Kejang demam merupakan suatu gangguan pada anak-anak yang terjadi
bersamaan dengan demamakibat kenaikan suhu (rectal > 38,0 C dan aksila >
38,80 C) disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam
berlangsung kurang dari 15 menit. Keadaan ini adalah salah satu gangguan
neurologik yang paling sering di jumpai pada anak-anak dikarenakan, anak yang
masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit
disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna. Kejang
demam apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan terjadinya sebuah
kerusakan pada sel-sel otak akibat kekurangan oksigen dalam otak, pengeluaran
secret yang lebih dan resiko kegawat daruratan untuk aspirasi jalan napas yang
menyebabkan tersumbatnya jalan napas anak. Hal ini apabila tidak segera
ditangani dengan baik akan beresiko kematian. Demam pada bayi atau balita tidak
dapat diabaikan begitu saja karena pada masa ini, otak anak sangat rentan
terhadap peningkatan suhu tubuh yang mendadak. Jika demam tidak segera
diatasi, maka sering terjadi kejang

2.2 Etiologi anak kejang


Kejang demam disebabkan oleh infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial atau
ekstrakranium seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis. Penyakit virus
merupakan penyebab utama kejang demam. Kepustakaan terbaru menunjukan
keterlibatan human herpes simplex virus 6 (HHSV-6) sebagai penyebab
timbulnya roseola pada 20% dari sekelompok klien yang datang dengan kejang
demam mereka yang pertama. Genetik juga merupakan penyebab dari kejang
demam, kejang demam cenderung terjadi pada keluarga. Bila anak terkena kejang
demam maka resiko saudara kandungnya terkena adalah sebesar 10%.
Kemungkinan ini menjadi 50% jika orangtuanya pernah menderita kejang dema

2.3 Klasifikasi kejang pada anak


kejang demam dibagi kedalam 2 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile sizure), merupakan kejang
demam dengan karateristik :
1) Kejang demam yang berlangsung singkat, umumnya berlangsung
<15 menit.
2) Tidak berulang dalam waktu 24 jam, atau hanya terjadi sekali
dalam 24 jam.
3) Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, tanpa gerakan fokal.
4) Kejang ini tidak meningkatkan resiko kematian, kelumpuhan atau
retardasi mental. Pada akhir kejang diakhiri dengan suatu keadaan
singkat seperti mengantuk (drowsiness).
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure), merupakan kejang
demam dengan karateristik :
1) Kejang demam berlangsung lama, lebih dari 15 menit.
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
3) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.

2.4 Manifestasi klinis


a. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38°C
b. Timbulnya kejang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau akinetik.
Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi
apapun tetapi beberapa saat kemudian anak akan tersadar kembali tanpa
ada kelainan persarafan.
c. Takikardi : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit
d. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai
akibat menurunnya curah jantung.

2.5 Patofisiologi kejang pada anak


Patofisiologi kejang demam yaitu penyebab terbanyak kejang demam terjadi pada
infeksi luar kranial dari bakteri, seperti tonsilitis,bronkitis dan otitis media akut
akibat bakteri yang bersifat toksik.Toksik yang dihasilkan menyebar ke seluruh
tubuh secara hematogenataupun limfogen.Naiknyasuhu di hipotalamus, otot,
kulit,dan jaringan tubuh yanglain akan mengeluarkan mediatorkimia berupa
epinefrin dan prostaglandin. Pengeluaran mediator kimia ini merangsang
peningkatan potensial aksi pada neuron. Pada keadaan kejang demam terjadi
peningkatan reaksi kimia tubuh, sehingga reaksi-reaksi oksidasi terjadi lebih cepat
dan menyebabkan oksigen cepat habis sehingga terjadi hipoksia. Pada kejadian ini
transport ATP terganggu sehingga Naintrasel dan K ekstrasel meningkat dan
menyebabkan potensial membran cenderung turun dan aktifitas sel saraf
meningkat terjadi fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang.
2.6 Patthway

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. CT-Scan
Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak : tumor, edema,
infark, lesi congenital dan hemogragik.
b. MRI (Magnetic Resenance Imaging )
Menentukan adanya perubahan / patologis SSP
c. Rontgen Tengkorak
Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang kecuali untuk
mengetahui adanya fraktur
2.8 Pencegahan kejang pada anak
Penanggulangan atau pencegahan kejang demam pada anak terdapat 3 faktor
yang perlu dikerjakan, yaitu:
1 Memberantas kejang secepat mungkin bila pasien datang dalam keadaan
status convulsifus, obat pilihan utama adalah diazepam.
2 Pengobatan penunjang sebelum memberantas kejang tidak boleh
dilupakan perlunya pengobatan penunjang;
a. Posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi isi lambung
b. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen; bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi
c. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur
d. Diberikan oksigen
e. Semua pakaian ketat dibuka
f. Awasi secara ketat kesadaran
g. Kompres hangat
3 Mencari dan mengobati penyebab Untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya infeksi diotak diperlukan pungsi lumbal. Pada pasien yang kejang
lama pemeriksaan lebih inntensif seperti pungsi lumbal, darah rutin, gula
darah, faal hati, elektrolit, Bila perlu rontgen kepala, EEG, ensefalografi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG

A. Pengkajian
a. Identitas pasien

Kaji identitas klien seperti:

Nama: untuk membedakan pasien yang satu dengan yang lainnya.


Umur: untuk mengetahui masa lanjutan pasien beresiko tinggi atau tidak
Agama: untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada ibu sesuai
dengan kepercayaannya
Pendidikan: untuk mengetahui status sosial, ekonomi, dan pengaruhnya terhadap
hiperemsis gravidarum.
Alamat: untuk mengetahui tempat tinggal dan untuk memudahkan menghubungi
keluarga klien jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.
Penanggung jawab: untuk mengetahui penanggung jawab klien jika terjadi
sesuatu yang tidak di inginkan.

B. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam
hari, terjadinya kejang dan penurunan kesadaran.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari kejang
demam, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang
dapat muncul
c) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah sebelumnya ada keluarga klien mengalami penyakit yang
sama seperti klien.

C. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran
Kesadaran biasanya kompos mentis.
b. Tanda vital
a) Kaji TD: normalnya 110/70-130/80 mmhg
b) Suhu: normal suhu 36,5-37,20C
c) Nadi: normal nadi 80-100 ×/mnt
d) Pernafasan: normal pernafasan 16-20 ×/mnt
e) BB: kenaikan BB normal pada trimester I kurang lebih 1-2 kg.
f) Tinggi badan: kurang lebih 145 cm
c. Kepala
Periksa ada dan tidaknya ketombe, massa, dan nyeri tekan pada kepala.
d. Wajah
Terdapat odema, tidak ada cloasma, dan tidak ada bekas luka.
e. Mata
Tidak ada secret, selera putih, dan konjungtiva pucat
f. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung.
g. Mulut
Bersih , tidak ada stromatis, dan tidak ada karies gigi
h. Telinga
Tidak ada Simetris, tidak seruman dan pendengaran baik
i. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, getah bening dan vena jugularis.
j. Dada
Datar, tidak ada retraksi dinding dada, tidak bunyi wheezing, payudara simetris,
putting susu menonjol, areola mamae hiperpigmentasi, tidak ada massa, tidak
nyeri tekan, dan belum ada pengeluaran kolostrum.
k. Abdomen
Tidak ada striae, tidak ada bekas operasi, terdapat linea nigra.

l. Ekstremitas atas
Kesimterisannya, ujung-ujung jari sianosis atau tidak ada oedema.
m. Ekstremitas bawah
Kesimetrisannya, ada tidaknya oedema, sianosis, bagaimana pergerakannya,
reflex patella.

D. Analisa data

No Symptom Etiologi Problem

1 Ds : data yang Mioklonik Resiko injury


dikeluhkan pasien

Do: data yang bisa


diukur Kesadaran umum

2 Ds : data yang Kesadaran umum Bersihan jalan nafas


dikeluhkan pasien tidak efektif

reflekmenelan turun

Do: data yang bisa


diukur
aspirasi

3 Ds : data yang Mioklonik Gangguan perfusi


dikeluhkan pasien jaringan

Gangguan peredaran darah


Do: data yang bisa
diukur

4 Ds : data yang Mioklonik Resiko nutrisi


dikeluhkan pasien kurang dari
kebutuhan.

Do: data yang bisa


diukur Kesadaran umum

5 Ds : data yang Metabolisme Hipertermi


dikeluhkan pasien

Do: data yang bisa


diukur Suhu meningkat

E. Diagnosa keperawatan
1 Resiko injury berhubungan dengan kejang/psikomotor, disorientasi/penurunan
status mental
2 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas,
peningkatan produksimukus.
3 Gangguan perfusi jaringan tidak efektif b.d reduksi aliran darah ke otak.
4 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat
5 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakitnya dehidrasi.

F. Perencanaan Keperawatan

No Dx Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)


1 1 Tujuan: a. Bimbing pergerakan untuk
mencegah injury
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1×24 jam. b. Pertahankan jalan nafas:
miringkan kepala
KH:
c. Pasang sudip lidah/ tong spatel
1 Tidak terjadi kejang yang telah dibungkus dengan
2 lidah tidak tergigit kasa diantara gigi untuk
mencegah lidah tergigit
3 tidak terjadi fraktur
d. Buka pakaian yang ketat

e. Singkirkan benda-benda yang


ada disekitar pasien

f. Temani klien saat kejang

g. Hindari penggunaann restrain

h. Monitor vital sign

2 2 Tujuan: a. Monitor respirasi dan status


oksigenasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1×24 jam. b. Perhatikan tipe dan jumlah
sekresi
KH:
c. Auskultasi suara paru
1 Klien/anak dapat
mempertahankan jalan d. Pasang endotrackeal sesuai
nafas efektif kebutuhan

e. Ajarkan tehnik nafas dalam dan


batuk efektif bila kondisi
memungkinkan

3 3 Tujuan: a. Monitor TD, nadi, suhu, respirasi


rate.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1×24 jam. b. Catat adanya fluktuasi TD
Diharapkan suplai darah ke otak
dapat kembali normal c. Monitor jumlah dan irama
jantung.

d. Monitor TD pada saat klien


berbaring, duduk maupun
KH: berdiri.

1 TD sistolik & diastole dbn

2 Kekuatan nadi dbn

3 Tekanan vena sentral dbn

4 4 Tujuan: a. Buat tujuan berat badan


minimum dan kebutuhan nutrisi
Setelah dilakukan tindakan harian.
keperawatan 1×24 jam.
b. Gunakan pendekatan konsisten,
KH: duduk dengan pasien saat makan,
1 Makan klien habis BB sediakan dan buang makanan
klien normal tanpa persuasi dan/komentar.

c. Berikan makan sedikit dan


makanan kecil tambahan, yang
tepat.

d. Buat pilihan menu yang ada dan


izinkan pasien untuk mengontrol
pilihan sebanyak mungkin.

5 5 Tujuan: a. Berikan antipiretik jika


diperlukan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1×24 jam.deficit b. Buka pakaian sampai hanya
pengetahuan klien lebih dapat di tinggal celana dalamnya saja.
pahami Pastikan ia memperoleh banyak
udara segar tanpa menjadi
KH: kedinginan
1 ipertermi teratasi c. Berikan tapid sponge bed dengan
2 terjadi keseimbangan air hangat
antara produksi panas dan d. Berikan intake cairan yang
kehilangan panas adekuat

e. Pasang IV Line untuk memenuhi


kebutuhan cairan

f. Berikan sirkulasi udara yang


baik

g. Berikan oksigen jika diperlukan

G. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan spesifik.
Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukkan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

H. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatanpasien
dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien
digunakan komponen SOAP, yang di maksud dengan SOAP adalah:
a. S: data subyektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih di rasakan setelah dilakukan
tindakan keperawatan
b. O: data obyektif
Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung
kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
c. A: Analis
Interprestasi dari data subjektif dan obyektif.
d. P: planning
Perencanaan keperawatan yang akan di lanjutkan, dihentikan, di modifikasi, atau
di tambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kejang demam pada anak sering terjadi pada masyarakat. Banyak keluarga tidak
menyadari . Berbagai kondisi kegawatan dapat terjadi pada kasus kejang demam pada
anak yang tidak segera ditangani. Kegawatan tersebut diantaranya : kegawatan karena
kejang, sesak nafas, suhu yang meninggi dan cedera.Perawat sebagai pelaksana
asuhan keperawatan hendaknya menyadari hal hal yang perlu diajarkan pada keluarga
dalam menghadapi anak yang kejang demam. Pada anak yang sudah kejang demam
dan dirawat di Rumah sakit pearawat harus memahami patofisiologi dan proses
penyakit sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik. Penggunaan
pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi hendaknya
dilakukan dengan sungguh-sungguh karena proses keperawatan merupakan kerangka
kerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Niswah Afifah Isitiqomah.(2016).”Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar


Pada An. R dengan Kejang Demam di Paviliun Badar Rs. Islam Cempaka Jakarta Pusat”. KTI.
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah.
Jakarta.

Sari Padiarti. (2010). Faktor Resiko Bangkitan Kejang Demam Pada Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 12(3):1-8

Sari padiarti.(2002). Tata Laksana Kejang Demam Pada Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
4(2): 1-4.

Anda mungkin juga menyukai