Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

DIABETES MELITUS

DISUSUN
KELOMPOK 1:
1. TSABITUL ISMI
2. NOVIRA EGAN CAHYANINGRUM
3. NURFADILLA
4. LINDAYATI
5. YENI SAFITRI
6. PRATAMA PUTRA
7. ARIATI MULYANI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kesehatan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas KMB II. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen
yang telah memberikan pengarahan sehingga kami dapat menyesuaikan tugas ini dengan baik.
Akhirnya, penulis memohon taufik dan hidayahnya-Nya semoga makalah ini dapat
berguna bagi semua orang. Namun kekurangan pasti ada, untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan.

Mataram, 25 April 2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2
2.1 Pengertian..........................................................................................................2
2.2 Klasifikasi dan Etiologi.....................................................................................2
2.3 Patofisiologi.......................................................................................................3
2.4 Pathway..............................................................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis...............................................................................................7
2.6 Komplikasi.........................................................................................................8
2.7 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................11
...........................................................................................................................
2.8 Penatalaksanaan..................................................................................................12
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................14
BAB III PENUTUP.............................................................................................................22
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................22
3.2 Saran...................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu diantara penyakit tidak menular yang masih
menjadi permasalahan di Indonesia. DM terjadi ketika adanya peningkatan kadar glukosa
dalam darah atau yang disebut hiperglikemi, dimana tubuh tidak dapat menghasilkan cukup
hormon insulin atau menggunakan insulin secara efektif (International Diabetes Federation,
2017). Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa DM merupakan
penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia setelah Stroke dan penyakit Jantung
Koroner (Kemenkes RI, 2016). DM apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
timbulnya komplikasi (World Health Oraganization, 2006). Komplikasi DM seperti
retinopathy, nephropathy, peripheral neuropathy (PN), penyakit jantung koroner, penyakit
pembuluh darah perifer (PVD), amputasi dan gangguan psikologis juga dianggap sebagai
masalah serius (Abdelgadir et al., 2009). Strategi yang efektif untuk meminimalkan
komplikasi DM meliputi peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan diabetes self
management (DSM) (Williams and Pickup, 2004), namun penderita DM hanya sebagian
yang melakukan DSM, mereka sebagian tidak menaati program diet, perawatan kaki
(Primanda, 2011;Sae-Sia, Maneewat and Kurniawan, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian Diabetes Melitus?
2. Bagaimana Klasifikasi, Etiologi, Patofisiologi, Pathway, Manifestasi Klinis,
Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan, dan Konsep Asuhan
Keperawatan Diabetes Melitus?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Diabetes Melitus
2. Mengetahui Klasifikasi, Etiologi, Patofisiologi, Pathway, Manifestasi Klinis,
Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan, dan Konsep Asuhan
Keperawatan Diabetes Melitus

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diabetes Melitus
American Diabetes Association 2010 menjelaskan Diabetes Melitus (DM) merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik ditandai terjadinya hiperglikemia akibat kelainan
sekresi insulin dan kerja insulin atau kedua-duanya (Ndraha, 2014).
Diabetes adalah penyakit serius kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah, atau glukosa), atau ketika
tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan (World Health
Organization, 2016).
Diabetes melitus adalah kondisi kronis yang terjadi ketika ada peningkatan kadar glukosa
dalam darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau cukup hormon insulin atau
menggunakan insulin secara efektif (International Diabetes Federation, 2017).

2.2 Klasifikasi dan Etiologi Diabetes


Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association 2010 dalam (Ndraha, 2014) yaitu :
a. Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun.
Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat
ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi
sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
b. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Mellitus/NIDDM
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa
membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang
merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena
terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap
kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin.
Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa
bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pancreas akan mengalami
desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan

2
karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi yang terjadi perlahan-lahan akan
mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa berkurang. DM tipe ini sering
terdiagnosis setelah terjadi komplikasi. Sekitar 90-95% penderita DM adalah tipe 2,
DM tipe 2 ini adalah jenis paling sering dijumpai. Biasanya terjadi pada usia diatas 40
tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia diatas 20 tahun (Tandra, 2017).
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel beta,
defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin
lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.
d. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati
pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM
gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM
gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam
jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.

2.3 Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat akibat kurangnya insulin berikut: berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel
tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200
mg/dl.peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding
pembuluh darah dan akibat dari berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puas yang normal atau toleransi sesudah makan.pada hiperglikemia yang
parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi gula darah sebesar 160-180 mg/100
ml), akan timbul glokosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan
poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potassium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dihedrasi dan timbul polidpsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka
pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta

3
cenderung terjadi poligafi. Akibat yang lain yaitu astenia atau kekurangan energi sehingga
pasien menjadi cepet lelah dan mengantuk dan disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya
protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energy. Hiperglikemia
yang lama akan mengakibatkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan
pada syaraf perifer. Ini akan mempermudah terjadi gangrene pasien-pasien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadara glukosa yang normal, atau toleransi
glokosa sesudah makan karbohidrat, jika hiperglikemianya parah dan melebihi ambanag
ginjal, maka timbul glukosoria. Glukosoria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
meningkatkan mengeluarkan kemih (poliuria) harus testimulasi,akibatnya akan minum dalam
jumlah banyak karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan
kalori negatif dan berat bdan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia)
timbul sebagai akibat hilanganya kalori (prince, 2006).
Menurut Brunner & Suddarth (2005), patofisiologi dari Diabetes Mellitus
1. Diabetes tipe 1
Pada Diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia
puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu,
glukosa yang berasl dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berda dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(Glukosoria). Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin, eksresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan,pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polydipsia).
Defisiensi inulin juga menganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Klien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia) akibat menurunya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
produksi badan keton yang merupakn produk samping pemecahan lemak. Badan

4
keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkan dapat menyebabkan
tanda dan gejal seperti nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadran, koma bahkan
kematian.
2. Diabtes tipe 2
Pada Diabetes tipe 2 terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangakaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam
sel. Resistensi insulin pada Diabetes tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel
ini. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif
maka awitan Diabtes tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalnya dialami
klien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,
poliuria, polidpsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang
kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi). Penyakit Diabetes membuat
gangguan/komplikasi memalui kerusakan pada pembuluh darah diseluruh tubuh,
disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjaln kronik dan terbagi dua yaitu gangguan
pada pembuluh darah besar (makrovaskuler) disebut makroangiopati, dan pada
pembuluh darah halus (mikrovaskuler) disebut mikroangiopati .ada 3 problem utama
diabetes mellitus yaitu penurunan penggunaan glukosa, peningkatan mobilisasi
lemak, peningkatan penggunaan protein.

5
2.4 Pathway

6
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala diabetes pada setiap penderita tidak selalu sama. Ada macam diabetes, dan yang tidak
termasuk kelompok itu. Gejala Klasik yang ditunjukkan meliputi: banyak makan (polifagia),
banyak minum (polidipsia), banyak kencing (poliuria), berat badan turun dan menjadi kurus .
Beberapa keluhan dan gejala klasik pada penderita DM tipe (Kariadi, 2009) . yaitu :
1. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah

Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita kehilangan cadangan lemak
dan protein digunakan sebagai sumber energi untuk menghasilkan tenaga akibat dan
kekurangan glukosa yang masuk ke dalam sel
2. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)

Kadar glukosa darah yang tinggi, jika kadar gula darah melebihi nilai ambang ginjal
(> 180 mg/dl) gula akan keluar bersama urine, untuk menjaga agar urine yang keluar
yang mengandung gula itu tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak
mungkin kedalam urine sehinga volume urine yang keluar banyak dan kencing pun
menjadi sering terutama pada malam hari

7
3. Polidipsi (peningkatan rasa haus)

Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui sekresi urin lalu akan berakibat pada terjadinya dehidrasi intrasel
sehingga merangsang pengeluaran Anti Diuretik Hormone (ADH) dan menimbulkan
rasa haus.
4. Polifagia (peningkatan rasa lapar)

Pada pasien DM, pamasukan gula dalam sel-sel tubuh berkurang sehingga energi
yang dibentuk kurung. Inilah sebabnya orang merasa kurang tenaga dengan demikian
otak juga berfikir bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh
berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar. Kalori
yang dihasilkan dari makanan setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam
darah, tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan sehingga penderita selalu merasa lapar.

2.6 Komplikasi
DM yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut dan kronis. DM
merupakan penyakit metabolik yang tidak dapat disembuhkan, oleh karena itu kontrol
terhadap kadar gula darah sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi baik komplikasi
akut maupun kronis.Lamanya pasien menderita DM dikaitkan dengan komplikasi akut
maupun kronis. Hal ini didasarkan pada hipotesis metabolik, yaitu terjadinya komplikasi
kronik DM adalah sebagai akibat kelainan metabolik yang ditemui pada pasien DM

8
(Waspadji, 2009). Semakin lama pasien menderita DM dengan kondisi hiperglikemia, maka
semakin tinggi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi kronik. Kelainan vaskuler sebagai
manifestasi patologis DM dari pada sebagai penyulit karena erat hubungannya dengan kadar
glukosa darah yang abnormal, sedangkan untuk mudahnya terjadinya infeksi seperti
tuberkolosis atau gangrene diabetic lebih sebagai komplikasi (Waspadji, 2009).
Menurut (Ernawati, 2013) komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
1. Komplikasi akut
Gangguang keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek meliputi
hipoglikemi, ketoasidosis diabeteik dan syndrome HHNK (Koma hiperglikemik
hiperosomolar nonketotik) atau hyperosmolar nonketotik (HONK).
a. Hipoglikemi
Hipoglikemi merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada
perjalanan penyakit DM. glukosa merupakan bahan bakar utama untuk
melakukan metabolisme di otak. Sehingga kadar glukosa darah harus selalu
dipertahankan diatas kadar kritis, merupakan salah satu fungsi penting sistem
pengatur glukosa darah. Hipoglikemi merupakan keadaan dimana kadar gula
darah abnormal yang rendah yaitu dibawah 50 hingga 60 mg/ dl (2,7 hingga
3,3 mmol/ L) (smeltzer & Bare, 2002). Seorang juga dikatan hipoglikemi jika
kadar glukosa darah < 80 mg/ dl dengan gejala klinis.
b. Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD adalah keadaaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh
trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi
insulin absolut atau relative. Keadaan komplikasi akut ini memerlukan
penanganan yang tepat karena merupakan ancaman kematian bagi penderita
diabetes.
2. Komplikasi kronis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Komplikasi makrovaskuler
a) Penyakit arteri koroner
Penyakit arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung koroner
merupakan salah satu komplikasi makrovaskuler yang sering terjadi
pada penderita DM tipe 1 maupun DM tipe 2. Proses terjadinya

9
penyekit jantung koroner pada penderita DM disebabkan oleh kontrol
glukosa darah yang buruk dalam waktu yang lama yang disertai dengan
hipertensi, resistensi insulin, hiperinsulinemia, hiperamilinemia,
dislipedemia, gangguan sistem koagulasi dan hiperhormosisteinemia.
b) Penyakit serebrovaskuler
Penyakit serebrovaskuler pasien DM memiliki kesamaan dengan pasien
non DM, namun pasien DM memiliki kemungkinan dua kali lipat
mengalami penyakit kardiovaskuler. Pasien yang mengalami perubahan
aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau pembentukan
emboli ditempat lain dalam sistem pembuluh darah sering terbawa
aliran darah dan terkadang terjepit dalam pembuluh darah serebral.
Keadaan ini dapat mengekibatkan serangan iskemia sesaaat Transient
Ischemic Attack (TIA)
c) Penyakit vaskuler perifer
Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer dua
hingga tiga kali lipat diabandingkan pasien non DM. hal ini disebabkan
pasien DM cenderung mengalami perubahan aterosklerotik dalam
pembuluh darah besar pada ekstermitas bawah. Pasien dengan
gangguan pada vaskuler perifer akan mengalami berkurangnya denyut
nadi perifer dan klaudikasio intermiten (nyeri pada pantat atau betis
ketika berjalan). Penyakit oklusif arteri yang parah pada ekstermitas
bawah merupakan penyebeb utama terjadinya ganggren yang dapat
berakibat amputasi pada pasien DM.
b. Komplikasi mikrovaskuler
a) Retinopati diabetic
Retinopati diabetik merupakan kelainan patologis mata yang disebabkan
perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina mata, keadaan
hiperglikemia yang berlangsung lama merupakan faktor risiko utama
terjadinya retinopati diabetik.

10
b) Komplikasi oftalmologi yang lain
Katarak, peningkatan opasitas lensa mata pada penderita DM sehingga
katarak terjadi pada usia lebih muda dibandingkan pasien non DM, dan
perubahan lensa mata mengalami perkembangan ketika kadar gula darah
naik.
c) Nefropati
Merupakan sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai dengan
albuminuria menetap (>300 mg/24 jam) minimal dua kali pemeriksaan
dalam waktu tiga hingga enam bulan.
d) Neuropati diabetes
Adalah gangguan klinis maupun sublkinis yang terjadi pada penderita
DM tanpa penyebab neuropati perifer yang lain (konfrensi neuropati,
febuari1988 di san Antonio).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Munurut Wijaya & Putri, 2013. Pemeriksaan penunjang Diabetes Mellitus dibagi menjadi
1. Kadar glukosa
a. Gula darah sewaktu/random >200mg/dl
b. Gula darah puasa/nucher >140 mg/dl
c. Gula darah 2 jam pp (post prandial) >200mg/dl
2. Aseton plasma: hasil (+) mencolok
3. Aseton lemak bebas: peningkatan lipid dan kolestrol
4. Osmolaritas serum (>330osm/l)
5. Urinalisis: proteuria, ketonuria, glukosoria
Apabila terdapat gejala Diabetes Mellitus + salah satu dari gula darah (puasa
>140mg/dl, 2 jam pp >200mg/dl, random >200mg/dl). Tidak terdapat gejala Diabetes
Mellitus tetapi terdapat 2 hasil dari gula darah (puasa >140mg/dl,2 jam pp
>200mg/dl, random >200mg/dl.

11
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Wijaya & Putri, 2013 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus:
1. Jangaka panjang: mencegah komplikasi
2. Jangka pendek: menghilangkan keluhan/gejala Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
a. Diet
Perhimpunan diabetes Amerika dan persatuan Dietetik Amerika
Merekomendasikan 50-60% kalori yang berasal dari :
1. Karbohidrat 60-70%
2. Protein 12-20%
3. Lemak 20-30%
b. Obat hipoglikemik oral
1. Sulfonilurea obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan .
b) Menurunkan ambang sekresi insulin.
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa
2. Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah
normal
3. Inhibitor a glukosidase: menghambat kerja enzim a glucosidase
didalam saluran cerna: sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia pasca prandial
4. Insulin sensiting agen meningkatkan sensivitas insulin,sehingga bisa
mengatasi masalah retisensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia,
tetapi obat ini belum beredar diindonesia
5. Insulin
Indikasi gangguan
a) Diabetes Mellitus dengan berat badan menurun dengan cepat
b) Ketoasidosis asidosis laktat dengan koma hiperosmolar
c) Diabetes Mellitus yang mengalami stress berat (infeksi sistemik)

12
d) Diabetes Mellitus dengan kehamilan atau Diabetes Mellitus
gastasional yang tidak terkendali dalam pola makan
e) Diabetes Mellitus tidak berhasil dengan obat hipoglikemik oral
dengan dosis maksimal (kontradiksi dengan obat tersebut).
Insulin oral/suntikan dimulai dari dosis rendah, lalu dinaikkan
perlahan,sedikit demi sedikit sesuai dengan hasil pemeriksaan
gula darah pasien.
c. Latihan
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama
kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik
seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani
selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
meningkatkan sensitifitas insulin.
d. Pemantauan
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri.
e. Pendidikan
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang
memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien. Upaya edukasi
dilakukan secara komphrehensif dan berupaya meningkatkan motivasi pasien
untuk memiliki perilaku sehat. Tujuan dari edukasi diabetes adalah
mendukung usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti perjalanan
alami penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah
kesehatan/komplikasi yang mungkin timbul secara dini/saat masih reversible,
ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan
perubahan perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan. Edukasi pada
penyandang DM meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki,
ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas
fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.

13
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian menurut Wijaya & Putri, tahun 2013
1. Identitas klien
Berdasarkan jenis kelamin laki-laki 40-70 dan perempuan usia antara 25-35
tahun. Terjadi pada klien dengan aktivitas kurang berolahraga dan
menyebabkan timbunan lemak, sehingga berat badan meningkat dan
menyebabkan Diabetes Mellitus.
2. Keluhan utama
Klien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri, lemas diseluruh tubuh
3. Riwayat kesehatan sekarang
a. Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh-sembuh
b. Kesemutan
c. Penurunnya berat badan
d. Meningkatnya nafsu makan
e. Sering haus
f. Banyak kencing
g. Menurunnya ketajaman penglihatan
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya penyakit Diabetes Mellitus riwayat penyakit pankreas, hipertensi,
obesitas
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga dengan Diabetes mellitus
6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilku, perassan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.

14
7. Pola Fungsi kesehatan
a. Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya
tentang pengetahuan dan penatalaksanaan diabetes mellitus dengan
resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah.
b. Pola nutrisi
Penderita diabetes mellitus sering mengeluh dengan anoreksia, mual
muntah, haus, pengguaan diuretik terjadi penurunanan berat badan.
c. Pola eliminasi
Terjadi perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anoria), diare.
d. Pola aktivitas/istirahat
Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, sulit
bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
e. Nilai dan keyekinanan
Gambaran tentang penyakit diabetes mellitus dengan penyakit yang
dideritanya menurut agama dan kepercayaan, kecemasan akan
kesembuhan, tujuan dan harapan akan sakitnya.
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Secara umum keadaan umum Diabetes Mellitus meliputi Baik, Cukup,
Berat.
b. IMT(Indeks Massa Tubuh)
Indeks massa tubuh dihitung sebagai berat badan dalam kilogram
(kg) dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan (m²) dan tidak terkait
dengan jenis kelamin. Pengguaan IMT hanya berlaku untuk orang
dewasa yang berusia 18 tahun ke atas. IMT tidak diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan, serta tidak dapat diterapkan
dalam keadaan khusus (penyakit lainnya), seperti edema, asites, dan
hematomegali (Supariasa et al, 2012).

15
Rumus menentukan IMT: IMT= Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m2)

Indeks masaa tubuh banyak digunakan di rumah sakit untuk


mengukur status gizi pasien karena IMT dapat memperkirakan ukuran
tubuhyang sekalipun hanya ekstinasi, tetapi lebih akurat dari pada
pengukuran berat badan saja. Di samping itu, pengukuran IMT lebih
banyak dilakukan saat ini karena orang kelebihan berat badan atau yang
gemuk lebih beresiko untuk menderita penyakit Diabetes, penyakit
jantung, stroke, hipertensi, osteoarthritis, dan beberapa bentuk penyakit
kanker (Hartono, 2006). Klasifikasi IMT, berdasrkan Perkeni 2015,
maka pembagian IMT dapat dibagi sebagai berikut:
Definisi kategori Indeks Massa Tubuh (PERKENI, 2015)
Kategori Indeks IMT (Kg/m2)
Berat badan kurang (underweight) <18,5
Berat badan normal > 30
Berat berlebih (overweight) ≥ 23,0
Obes derajat I 23,0 -24,9
Obes derajat II 18,5 – 22,9

c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi. Pernapasan reguler
atauireguler, adanya bunyi napas tambahan, respiration rate (RR) normal
15-20 kali/menit, pernapasan dalam atau dangkal. Denyut nadi reguler
atau ireguler, adanya takikardi, denyutan kuat atau lemah. Suhu tubuh
meningkat apabila terjadi infeksi.
d. Kesadaran
Secara Kualitatif
a) Composmentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya.

16
b) Apatis, yaitu keadaan yang segan untuk berhubungan dengan
sekiranya, sikapnya acuh tag acuh.
c) Delerium, yaitu gelisah, disorentasi (orang, tempat waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
d) Somnolen (letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal
e) Stupor yaitu kesadaran seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
f) Coma yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon korneamaupun reflek
muntah, mungkin tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
e. Sistem Pernafasan
Adanya sesak nafas, nyeri dada, penderita Diabetes Mellitus mudah
terjadi infeksi.
f. Sistem Kardiovaskuler
Adanaya riwayat hipertensi, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki penyembuhan yang cukup lama, takikardi/brakikardi, perubahan
tekanan darah.
g. Sistem Neurologi
Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorentasi.
h. Sistem Perkemihan
Poliuri, retensi insulin, rasa panas atau rasa sakit saat berkemih.
i. Sistem Pencernaan
Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dihedrasi,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

17
j. Sistem Integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembapan dan sushu kulit di daerah ulkus dan ganggren. Kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
k. Sistem Muskuloskeletal
Penderita Diabetes Mellitus akan mengalami penurunan gerak karena
kelemahan fisik, kram otot, dan penurunan otot tonusyang didapatkan
pada pengkajian terja di penurunan skor kekuatan otot pada ekstremitas.
Range Of Motion (ROM) dari rentang persendian juga mengalami
penurunan derajat sudutnya. Penderita juga dapat jatuh karena
penurunan glukosa pada otak akan berakibat penurunan kerja pusat
keseimbangan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein,
lemak.
Tujuan: kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil:
 Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrient yang tepat
 Berat badan stabil atau penambahan kea rah rentang biasanya
 Mual dan muntah pasien berkurang sampai hilangPasien dapat mencerna
jumlah kalori atau nutrient yang tepat
 Berat badan stabil atau penambahan kea rah rentang biasanya
 Mual dan muntah pasien berkurang sampai hilang
 Gula darah dalam batas normal dan terkontrol
 TTV dalam keadaan normal

18
 Ansietas menurun

Intervensi

 Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi


 Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.
 Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/ perut kembung,
mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan
keadaan puasa sesuai dengan indikasi
 Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrient) dan
elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui
oral
 Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan
indikasi
 Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab/ dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas,
sakit kepala.
 Motivasi klien untuk oral hygine sebelum dan setelah makan
 Anjurkan klien untuk minum air hangat kuku
 Anjurkan klien segera makan saat hidangan makanan masih hangat dan
tentunya makan sesuai dengan porsi yang telah di tetapkan oleh ahli gizi
 Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah
 Kolaborasi pemberian pengobatan insulin
 Kolaborasi dengan ahli diet
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic
Tujuan: kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil:
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluran urin
tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

19
Intervensi:
 Pantau tanda-tanda vital, nadi tidak teratur dan catat adanya perubahan
TD ortostatik.
 Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
 Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
 Pantau input dan output
 Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi jantung
 Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung
 Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB
 Kolaborasi: berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrose
 Kolaborasi: pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolic (neuropati perifer)
Tujuan: gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan
penyembuhan
Kriteria Hasi:
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi:
 Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, adanya push, edema, dan
discharge
 Kaji frekuensi ganti balut
 Kaji tanda vital
 Kaji adanya nyeri dan infeksi
 Lakukan perawatan luka dengan teknik steril
 Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi
 Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi

20
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan: pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil: pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi:
 Hindarkan lantai yang licin
 Gunakan bed yang rendah
 Orientasikan klien dengan waktu, tempat dan ruangan
 Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
 Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
 Motivasi klien untuk menggunakan alat bantu atau penyanggah tubuh
ketika berjalan.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DM terjadi ketika adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah atau yang disebut
hiperglikemi, dimana tubuh tidak dapat menghasilkan cukup hormon insulin atau
menggunakan insulin secara efektif Banyak sekali faktor yang menyebabkan seseorang
menderita penyakit Diabetes Militus. Seperti conohnya, Obesitas(berat badan berlebih),faktor
genetis, pola hidup yang tidak sehat (jarang berolah raga), kurang tidur, dan masih banyak
yang lainnya.
3.2 Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Selalu berhati – hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga dan istirahat
yang cukup
2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman
yang terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.

22
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiyanto Dheni Mohammad. 2019. HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DAN LAMA
MENDERITA DENGAN SELF MANAGEMENT PADA PASIEN DIABETES
MELITUS (DM) TIPE 2 DI POLI PENYAKIT DALAM RSU HAJI SURABAYA
[Skripsi]. Fakultas Keperawatan. Surabaya: Universitas Airlangga.
Maslikah Nurul.2018. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELLITUS
TIPE 2 DENGAN MASALAH RISIKO KETIDAKSTABILAN KADAR
GLUKOSA DARAH [Karya Tulis Ilmiah]. Fakultas Keperawatan. Jombang: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendikia Medika.
Padila. 2012. Buku Ajar: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Bengkulu: Medical Book.

23

Anda mungkin juga menyukai