Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEJANG DEMAM SIMPLEK

ASUHAN KEBIDANAN PADA AN “H”


DENGAN UMUR 18 BULAN DI RUANGAN ANAK
DI RSUD PROF.DR.MA.HANAFIAH SM BATUSANGKAR

Disusun Oleh:
Nama : Dinda Silvia
Nim : 1801056

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT (YPSB) PADANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA BARAT (STIKES SUMBAR)
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL: ASUHAN KEBIDANAN PADA AN”H” DENGAN KEJANG DEMAM


SIMPLEK DI RUANGAN ANAK DI RSUD PROF.DR.MA.HANAFIAH SM
BATUSANGKAR.

Makalah kasus ini telah di periksa dan di setujui CI lapangan dan pembimbing Akademi
Tanggal : , februari 2021

Diketahui:

Pembimbing Lapangan/CI anak Pembimbing Akademik

( ) ( )
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang akan di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam me nyelesaikan pendidikan prodi D-III kebidanan sekolah tinggi ilmu kesehatan sumatera barat
lubuk alung dengan judul “asuhan kebidanan kejang demam simplek pada anak “K” dengan umur 5 tahun
Di ruangan anak Di RSUD Prof.Dr.Ma.Hanafiah Sm Batusangkar. Tanggal 8 januari 2021.
Dalam pembuatan makalah seminar ini kami mendapatkan banyak bimbingan dan masukan dari
berbagai pihak,dan kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr.puthi Dwi untari, M.KM selaku direktur sekolah tinggi ilmu kesehatan sumatera barat lubuk
alung.
2. Ibu Yohana Suganda,S.ST.,M.Keb selaku pembimbing akademik sekolah tinggi ilmu kesehatan
sumatera barat lubuk alung.
3. Staf Dosen Sekolah tinggi Ilmu kesehatan sumatera barat yang telah memberikan kesempatan
menyelesaikan makalah seminar ini.
4. Bapak Dr.H.Afrizal Hasan selaku direktur di RSUD Prof.Dr,Ma.Hanafiah Sm Batu sangkar.
5. Ibu RAFIAH STR.Keb selaku pembimbing lapangan ruangan anak yang telah membimbing dan
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut membantu menyelesaikan
makalah ini.

BatuSangkar, februari 2021

Dinda Silvia
Daftar isi

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KONSULTASI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa menakutkan pada kebanyakan
orang tua karena kejadianya yang mendadak dan kebanyakan orang tua tidak tau harus berbuat
apa. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal > 38) yang
disebabkan oleh suatu proses diluar otak. Tidak jarang orang tua khawatir jika anaknya panas ,
apakah nanti akan kejang atau tidak .
Dari penelitian , kejang demam sendiri telah terlalu besar yaitu sekitar 2-4% artinya dari
100 anak dengan demam ada sekitar 2-4% yang mengalami kejang. Kejang demam terjADI pada
usia 6 bln- 5 thn dan terbanyak terjadi pada usia 17-23bln saat menghadapiu sikecil yang sedang
kejang sedapat mungkin cobalah bersikap tenang.

B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana bagaimana proses terjadinya kejang demam secara
sistematis, serta mengetahui apa yang yang menjadi konsep penyakit yang terjadi pada klien yang
mengalami kejang demam, serta dapat mengaplikasakanya dalam bentuk asuhan keperawatan
yang di alami kliendengan gejala kejang demam.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai
>38°C). Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakanial maupun ekstrakanial. Kejang demam
terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun. Paling sering pada anak usia 17-23 bulan.
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)


Ciri – ciri kejang ini adalah :
a. Kejang berlangsung singkat
b. Umurnya serangan berhenti sendiri dalam waktu >10 menit
c. Tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Ciri kejang ini :
a. Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam

B. Etiologi

Kejang dibedakan menjadi intrakanial dan ekstrakranial.

Intrakanial meliputi:

a. Trauma (perdarahan) : perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikuler

b. Infeksi : bakteri, virus, parasite misalnya meningitis

c. Kongenital : disgenesis, kelainan serebri

Ekstrakranial
a. Gangguan metabolic : hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia, gangguan elektrolit (Na dan K)
misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya.

b. Toksik : intoksikasi, anestesi local, sindroma putus obat

c. Kongenital : gangguan metabolism asam basa atau ketergantungan dan kekurangan piridoksin

Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu :

a. Riwayat kejang dalam keluarga

b. Usia kurang dari 18 tahun


c. Tingginya suhu badan sebelumnya kejang makin tinggi suhu sebelum kejang demam,
semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang
d. Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara mulainya demam dengan
kejang, maka semakin besar risiko kejang demam berulang.

C. Patofisiologi
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 0c akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15%
dan kebutuhan o2 akan meningkat 20%. Kenakan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion k+ maupun Na+, melalui membran
tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik, hal ini bisa meluas ke seluruh sel maupun ke bembran sel
sekitarnya dengan bantuan neuron transmiter dan terjadilah kejang. Kejang yang berlangsung lama
disertai dengan apnea, meningkatkan kebutuhan o 2 dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnea dll,selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat hingga terjadi
kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
D. Klasifikasi
Kejang demam dapat di klasifikasikan dalam tiga bentuk :
1. Kejang tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa
kehamilan kurang dari 34 minggu dengan bayi prenatal berat berlangsung 10 s/d 15 menit, bisa
juga lebih.
2. Kejang klonik
Kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,biasanya berlangsung selama 1-2 menit
3. Takikardia : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit
4. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjasi sebagai akibat menurunnya curah
jantung
5. Gejala bendungan system vena : Hepatomegali dan peningaktan tekanan vena jugularis.
E. Manifestasi Klinis
1. sebagian besar kejang demam terjadi dalam 24 jam pertama  sakit
2. Sering  sewaktu  suhu  tubuh  meningkat  cepat,  tetapi  pada  sebagian  anak,  tanda  pertama
penyakit mungkin kejang dan pada yang lain, kejang terjadi saat demam menurun
(Abraham M. Rudolph, 2006)
1. kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu
tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tonik klonik
lama beberapa detik sampai 10 menit
2. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi
atau toksik
3. Mata terbalik ke atas disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang.
(Behman (2000: 843)
F. Komplikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya & tidak menimbulkan
gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih lama (>15 menit) yaitu:
1. Kerusakan otak
2. Retardasi mental
3. Biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosislaktat, hipotensi artrial, suhu tubuh
makin meningkat.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit, dan glukosa darah
dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan yang berarti.
2. Indikasi lumbal pungsi pada keajng demam adalah untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal pungsi pada pasien dengan kejang demam meliputi:
a. Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala meningitis sering tidak jelas
b. Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal pungsi kecuali pasti
bukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
4. Pemeriksaan foto kepala, CT-Scan, dan.atau MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa kelainan
neurologist karena hamper semuanya menunjukkan gambaran normal. CT Scan atau MRI
direkomendasiakan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi organic di otak.
H. Discharge Planning
Menurut Ngastiyah ( 1997: 236-239) pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan berulang
dan penegahan segera saat kejang berlangsung.
a. Pencegahan berulang
1. Mengobati infeksi yang mendasari kejang
2. Pengetahuan kesehatan tentang
a) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter
b) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran
suhu tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37ºC)
c) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan
jangan menunggu sampai meningkat
d) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang
demam bila anak akan diimunisasi.
b. Mencegah cedera saat kejang berlangsung
a) Baringkan pasien pada tempat yang rata
b) Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
c) Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d) Lepaskan pakaian yang ketat
e) Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera

I. Penatalaksanaan
a. Medis
a.) Pengobatan saat terjadi kejang
1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam menghentikan kejang.
Dosis pemberian :
- 5mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3tahun
- Atau 5mg untuk BB <10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB >10 KG
- 0,5-0,7 mg/kgBB/kali
2. Diazepam intravena diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5 mg/kgBB. Pemberian secara
perlahan – lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per menit untuk menghindari depresi
pernafasan. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan penyuntikkan. Diazepam dapat
diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam tidak dianjurkan
diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB perlahan – lahan.
Kejang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50mg IM dan pasang ventilator bila perlu.
b) Setelah kejang berhenti
Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan pengobatan
intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah terjadinya kejang demam. Obat
yang diberikan berupa :
1. Antipiretik, parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali atau tiap 6
jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek samping berupa hyperhidrosis. Dan
Ibuprofen 10mg.kgBB/kali diberikan 3 kali
2. Antikonvulsan, berikan diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam
menurun resiko berulangnya kejang.
c) Bila kejang berulang
Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproate dengan dosis asam
valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis, sedangkan fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 2 dosis indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan adalah :
1. Kejang lama >15 menit
2. Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang misalnya
hemiparese, cerebral palsy, hidrocefalus
3. Kejang fokal
4. Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsy
Disamping itu, terapi rumatan dapat dipertimbangkan untuk
a) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
b) Kejang demam terjasi pada bayi <12 bulan

b. Keperawatan
Perawat memberikan Asuhan Keperawatan dengan Pembebasan jalan nafas dengan cara
kepala dimiringkan, pakaian di longgarkan dan pengisapan lendir, Pemberian kompres untuk
membantu menurunkan suhu tubuh. Kompres diletakan pada jaringan penghantar panas, dan
Tirah baring.
BAB III

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA KEJANG DEMAM SIMPLEK ANAK “K”
USIA 5 TAHUN DI RSUD PROF.DR.MA.HANAFIAH SM
TANGGAL: 8 FEBRUARI 2021

3.1 Format pengkajian


Tanggal pengkajian : 7 februari 2021
Jam : 21.15 WIB
Tempat pengkajian : Ruang anak
No rekam medik : 15 16 06
A. Identitas biodata
a) Anak
Nama anak : An “H”
Tanggal lahir : 09-06-2019
Umur : 19 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 14,25 kg
Anak ke :1 (pertama)
b) Orang tua
Nama : Ny”K’
Umur : 28 tahun
Suku : Minang
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Sungai patai
B. Anamnesa (Data subjektif)
1. Alasan masuk : ibu mengatakan anak kejang demam 1x, ½ jam sebelum ke rumah
Sakit, durasi : 5 menit, setelah kejang pasien menangis.

2. Keluhan utama : -Anak demam dengan suhu tubuh 39,4. Batuk (+), Mual (-),
Muntah (-), Pilek(-).

3. Riwayat penyakit sekarang : Anak datang dengan demam ,suhu tubuh :39,4

4. Riwayat penyakit Dahulu : Kejang

5. Riwayat penyakit keluarga : memiliki riwayat kejang dari orang tua


C. Pemeriksaan fisik (data objektif)
a. Pemeriksaan umum
 Ku : Sedang
 Kesadaran : Composmentis
 Tanda - Tanda vital
P : 20 x/i
S : 38,4
N :112 x/i
SPO2 : 98 %
b. Pemeriksaan khusus
 Kepala : Bersih,tidak berketombe,rambut tidak rontok.
 Muka : Simetris kiri dan kanan.
 Mata : kongjungtiva tidak anemis,sclera tidak interik.
 Telinga : simetris kiri dan kanan
 Mulut : bersih,tidak ada sariawan,gigi tidak berlubang,bibir lembab.
 Dada : simetris ditak ada kelainan.
 Jantung : frekuensi 123x/i
 Abdomen : normal tidak ada kelainan pada abdomen.
 Ekstremitas : aktif ,atas dan bawah . terpasang infus di tangan kiri anak.
 Genetalia : tidak ada kemerahan dan kelainan pada genetalia
 Anus : (+)
c. Pemeriksaan penunjang
 HB : 12,7
 HT : 37,8
 Leukosit : 16.600
 Trombosit : 213.000
 GDR : 116
3.2 Manajemen Varney

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “K” USIA 5 TAHUN


DENGAN KEJANG DEMAM SIMPLEK DI RUANGAN ANAK
RSUD PROF.DR.MA HANAFIAH SM
TANGGAL:8 FEBRUARI 2021
Pengumpulan Data Interprestasi Dx potensial Tindakan Perencanaan
Data Segera
Tanggal: 08 februari
2021
Pukul: 08.20 WIB

Ds:
1. Anak “K”umur 5 tahun
Masuk dengan kejang
Demam simplek
pada tanggal 7-2-2021
pukul: 21:15 WIB

Do:
1. JK: Perempuan
2. Umur : 19 bulan
3. Bb : 10,5 kg
4. Ku : Baik
5. Ttv :
P : 20
N : 132 x/i
S : 39,4
SPO2: 98%
6. Demam (+)
7. Kejang (+)

14
15
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu mencapai >38°C). Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakanial
maupun ekstrakanial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6
bulan s/d 5 tahun. Paling sering pada anak usia 17-23 bulan.
b. Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf cortex serebral
yang ditandai dengan serangan yang tiba – tiba (marillyn, doengoes. 1999 : 252)
Penyebab dari kejang demam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu : Obat – obatanracun,
alkhohol, obat yang diminum berlebihan Ketidak seimbangan kimiawi,hiperkalemia.
Hipoglikemia dan asidosis. Demam paling sering terjadi pada anak balita, Patologis
otakakibat dari cidera kepala, trauma, infeksi, peningkatan TIK, Eklampsiahipertensi prenatal,
toksemia gravidarumIdiopatikpenyebab tidak diketahui.

B. Saran
Diharapkan semoga dengan “Makalah tentang Kejang Demam Pada Anak” ini yang
merupakan bagian dari Keperawatan Dawat darurat dapat bermanfaat bagi kami dan teman-
teman dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sehingga perawat mengetahui atau mengerti
tentang makalah ini. tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan
klien tersebut.
Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami butuhkan,
baik itu dari teman-teman ataupun para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

16
a) Huda N. Amin.dkk .Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-
NIC NOC.Jilid 1. Yogyakarta:Med Action Publishing ; 2013.
b) Asuhan Keperawatan Kejang Demamhttp://asprasasti.blogspot.com/2011/05/kejang-demam-
pada-anak.html , 15 Februari 2015.
c) Asuhan Keperawatan Kejang Demam. Http://panduankeperawatan.com/asuhan-
keperawatan/asuhan-keperawatan-kejang-demam/ , 15 Februari 2015.
d) Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Vol.3.Jakarta : EGC ; 2002.

17

Anda mungkin juga menyukai