Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM
RUANG IGD RSI FATIMAH BANYUWANGI
BANYUWANGI

Disusun Oleh:
IFTITAH SAILY ZAKIAH
201802022

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Keperawatan Kegawat Daruratan “Kejang Demam”


Telah Disetujui Sebagai Tugas Individu Praktik Klinik Keperawatan Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi Periode 20 Juni 2022 s/d
06 Juli 2022

Nama Mahasiswa

Iftitah Saily Zakiah


NIM. 201802022

Banyuwangi, Juni 2021

Menyetujui,

Pembimbing Institusi/Dosen Pembimbing Lahan/CI

(Rudiyanto, S.Kep. Ns, M.Kep) ( )


NIK.06.098.0815
1. Konsep Teori Penyakit Kejang Demam

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(suhu tubuh diatas 38℃) karena terjadi kelainan ekstrakranial. Kejang
demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari,
2016).
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik yang bersifat
paroksimal dan dalam waktu tertentu akibat dari adanya aktifitas listrik
abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno, 2012).
Menurut Wulandari & Ernawati (2016) Kejang demam merupakan
kelaianan neurologis yang paling sering ditemukan pada anak, terutama
pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.
B. Etiologi
Hingga saat ini penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti,
namun kejang demam yang disebabkan oleh hipertermi yang muncul secara
cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Pada umumnya
berlangsung secara, dan mungkin terdapat predisposisi familiar (Kusuma,
2015). Menurut lestari (2016) kejang demam dapat disebabkan infeksi
saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan infeksi saluran
kemih, sedangkan menurut Ridha (2014) mengatakan bahwa faktor risiko
terjadinya kejang demam diantaranya :
1. Faktor – faktor prenatal
2. Malformasi otak congenital
3. Faktor genetika
4. Demam
5. Gangguan metabolisme
6. Trauma
7. Neoplasma
8. Gangguan sirkulasi
C. Klasifikasi
Widagno (2012) mengatakan berdasarkan epidemiologi, kejang demam
dibagi 3 jenis yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terjadi
pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, yang disertai kenaikan suhu
tubuh yang mencapai ≥ 39℃. Kejang bersifat umum, umumnya
berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai 15 menit. Pada
akhir kejang diakhiri dengan suatu keadaan singkat seperti mengantuk
(drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya sekali 24 jam, anak
tidak mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan fisik dan
riwayat perkembangan normal, demam bukan disebabkan karena
meningitis atau penyakit lain dari otak.
2. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion)
biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam
24 jam dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca
bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah sama
dengan kejang demam sederhana.
3. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat
dan umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan
sebelumnya anak mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut.
Faktor risiko untuk timbulnya epilepsi merupakan gambaran kompleks
waktu bangkitan. Kejang bermula pada umur < 12 bulan dengan kejang
kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka
pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan
adanya meningitis.
Sedangkan menurut prosesnya kejang demam dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Intrakranial
a. Trauma (perdarahan) : perdarahan subarachnoid, subdural atau
ventrikuler.
b. Infeksi : bakteri, virus, parasit misalnya meningitis
c. Kongenital : disgenesis, kelainan sserebri
2. Ekstrakranial
a. Gangguan metabolik : hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia,
gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan
riwayat diare sebelumnya.
b. Toksis : intoksikasi, anastesi lokal, sindroma putus obat.
c. Kongenital : gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan
dan kekurangan piridoksin (Kusuma, 2015).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Vidia & Pongki (2016) :
1. Tremor / gemetar
2. Hiperaktif
3. Kejang-kejang
4. Tiba-tiba menangis melengking
5. Tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran
6. Pergerakan tidak terkendali
7. Nistagmus atau mata mengedip-ngedip paroksimal
E. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ionkalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan

Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan


kenaikkan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena
itu kenaikkansuhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran
sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
ke membran sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan
terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan
tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan
menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak


berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan
oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktifitas oto dan mengakibatkan metabolisme otak
meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlasungnya kejang (Lestari,
2016 dan Ngastiyah, 2016).
F. Pathway

RISIKO PERFUSI
PERIFER TIDAK
EFEKTIF

HIPERTERMIA
POLA NAFAS TIDAK
EFEKTIF
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif (2015) :
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap,
elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak
manunjukkan kelainan yang berarti.
2. Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal fungsi
pada pasien dengan kejang demam meliputi :
a. Bayi < 12 bulan harus dilakukan lumbal fungsi karena gejala
meningitis sering tidak jelas.
b. Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal
fungsi kecuali pasti bukan meningitis.
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.
4. Pemeriksaan foto kepala, CT-scan/MRI tidak dianjurkan pada pasien
anak tanpa kelainan meurologist karena hampir semuanya
menunjukkan gambaran normal. CT-scan/MRI direkomendasikan
untuk kasus kejang demam fokal untuk mencari lesi organil di otak
H. Komplikasi
a. Aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
I. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Ngastiyah (2012) :
a. Pengobatan fase akut
1) Airway
a) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan
pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada
guedel lebih baik.
b) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan
pakaian yang mengganggu pernapasan.
c) Berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
2) Breathing
a) Isap lendir sampai bersih
3) Circulation
a) Bila suhu tubuh tinggi lakukan kompres hangat secara intensif
b) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat
(berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap sadar)
jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi
dokter apakah perlu pemberian obat penenang.
b. Pencegahan kejang berulang
1) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata 0,3 mg/kg BB
atau diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit
dapat diulang dengan dosis dan cara yang sama.
2) Bila diazepam tisak tersedia, langsung dipakai fenobarbital dengan
dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumah.
2. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Dalam mengkaji identitas pasien kejang demam yang perlu menjadi
perhatian adalah nama lengkap pasien, jenis kelamin, dan usia dari
pasien. Pada beberapa kasus kejang demam sering ditemukan pada anak
dengan usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun.
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien
mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam
kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya orang tua pasien akan mengatakan badan anaknya terasa
panas, nafsu makan munurun, lama terjadi kejang biasanya
tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak.
3) Pemeriksaan Primer
a. A (Airway) : Jalan nafas tidak bersih, tidak terdengar adanya bunyi
nafas ronchi, tidak ada jejas badan daerah dada
b. B (Breathing) : Penurunan frekuensi nafas, nafas dangkal,
kelemahan otot pernafasan, kesulitan bernafas : sianosis
c. C (Circulation) : Pingsan, hipertensi, depresi dengan penurunan
nadi dan pernafasan, pusing, kejang-kejang
d. D (Disability) : Dapat terjadi penurunan kesadaran
e. E (Exposure) : Dapat terjadi luka dan perdarahan karena lidah
tergigit.
4) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum pada kejang demam yang sering dijumpai ialah jika
pada anak maka sering terlihat rewel hingga mengalami penurunan
kesadaran
b. TTV :
- Suhu : > 38 ℃
- Respirasi : pada usia 2 - <12 bulan : biasanya > 49 kali/menit,
pada usia 12 bulan - < 5 tahun : biasanya > 40 kali/menit.
- Nadi : biasanya > 100x/menit.
c. Berat badan
Pada anak kejang demam biasanya tidak mengalami penurunan
berat badan yang signifikan
d. Kepala
Kepala tampak simetri, dan tidak ada kelainan yang tampak pada
kepala.
e. Mata
Mata melotot, skelera tidak ikterik, konjungtiva sering ditemukan
anemis.
f. Mulut dan lidah
Mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak kotor.
g. Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan
katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang
bersifat sementara, nyeri tekan mastoid.
h. Hidung
Penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk
simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
i. Leher
Terjadi pembesaran kelenjar getah bening.
j. Dada
1) Thoraks
a. Inspeksi : gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan
b. Palpasi : vokal fremitus kiri dan kanan sama
c. Aukultasi : biasanya ditemukan bunyi napas tambahan
seperti ronchi
d. Perkusi : perkusi pada jantung ditemukan pekak
2) Jantung
Pada umumnya akan terjadi penurunan atau peningkatan denyut
jantung.
a. Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : ictus cordis di SIC V teraba
c. Perkusi : batas kiri jantung : SIC II kiri di linea prasternalis
kiri (pinggang jantung), SIC V kiri agak ke medial linea
midclavicularis kiri. batas bawah kanan jantung disekitar
ruang intercostals III-IV kanan, dilinea parasternalis kanan,
batas atasnya di ruang intercosta II lanan linea parasternalis
kanan.
d. Auskultasi : bunyi jantung terdengar tunggal
k. Abdomen
a. Inspeksi : abdomen simetris, umbilikus memusat
b. Auskultasi : bising usus dalam batas normal
c. Perkusi : thympani
d. Palpasi : perut teraba supel
l. Genetalia dan anus
Pada umumnya tidak ditemukan gangguan pada area genetalia
m. Ekstremitas
a. Atas : lengan kaku, tonus otot mengalani kelemahan, CRT > 2
detik.
b. Bawah : tungkai kaku, tonus otot mengalami kelemahan, CRT
>2 detik.
n. Integumen
Kulit pucat dan membiru akral sering teraba dingin.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d Gangguan neurologis (D.0005)
2. Hipertermia b.d Peningkatan laju metabolisme (D.0130)
3. Risiko perfusi perifer tidak efektif b.d Prosedur endovaskuler (D.0015)
4. Risiko aspirasi b.d Penurunan tingkat kesadaran (D.0006)
C. Intervensi Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d Gangguan neurologis
Pola napas (L.01004)
Definis : inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi
adekuat.
Ekspektasi : Membaik
Kriteria hasil :
Cukup Cukup Meningkat
Kriteria Hasil Menurun Sedang
Menurun Meningkat
Ventilasi 5
1 2 3 4
semenit
Tekanan 5
1 2 3 4
ekspirasi
Tekanan 5
1 2 3 4
inspirasi
Cukup Cukup Menurun
Meningkat Sedang
Meningkat Menurun
Dispnea 1 2 3 4 5

Penapasan 5
1 2 3 4
cuping hidung
Cukup Cukup Membaik
Memburuk Sedang
Memburuk Membaik
Frekuensi 5
1 2 3 4
napas
Kedalaman 5
1 2 3 4
napas

Manajemen jalan napas (I.01011)


Intervensi :
a. Observasi :
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi napas tambahan
b. Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tlit dan chin-lift
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler
- Berikan oksigen jika, jika perlu
c. Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektik
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
2. Hipertermia b.d Peningkatan laju metabolisme
Termoregulasi (L.14134)
Definis : Pengedaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh tubuh dan
pengambilan zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari tubuh.
Ekspektasi : Membaik
Kriteria hasil :
Cukup Cukup Meningkat
Kriteria Hasil Menurun Sedang
Menurun Meningkat
Kekuatan nadi 1 2 3 4 5

Saturasi 5
1 2 3 4
oksigen
Cukup Cukup Menurun
Meningkat Sedang
Meningkat Menurun
Pucat 1 2 3 4 5

Akral dingin 1 2 3 4 5

Bunyi nafas 5
1 2 3 4
tambahan
Cukup Cukup Membaik
Memburuk Sedang
Memburuk Membaik
Tekanan darah 5
1 2 3 4
sistolik
Tekanan darah 5
1 2 3 4
diastolik
Tekanan nadi 1 2 3 4 5

Berat badan 1 2 3 4 5

Manajemen hipertermia (I.15506)


Intervensi :
a. Observasi :
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
b. Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Lakukan pendinginan eksternal
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
- Ajarkan tirah baring
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan eletrolit intravena, jika perlu.
3. Risiko perfusi perifer tidak efektif b.d Prosedur endovaskuler
Perfusi perifer (L.02011)
Definis : Keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk
mempertahankan jaringan.
Ekspektasi : Meningkat
Kriteria hasil :
Cukup Cukup Meningkat
Kriteria Hasil Menurun Sedang
Menurun Meningkat
Denyut nadi 5
1 2 3 4
perifer
Cukup Cukup Menurun
Meningkat Sedang
Meningkat Menurun
Warna kulit 5
1 2 3 4
pucat
Kelemahan 5
1 2 3 4
otot

Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik


Memburuk Membaik
Pengisian 5
1 2 3 4
kapiler
Akral 1 2 3 4 5

Turgor kulit 1 2 3 4 5

Tekanan darah 5
1 2 3 4
sistol
Tekanan darah 5
1 2 3 4
diastol

Pencegahan syok (I.02068)


Intervensi :
a. Observasi :
- Monitor kardiopulmonal
- Monitor status oksigenasi
- Monitor status cairan
- Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
- Periksa riwayat alergi
b. Terapeutik
- Berikan oksigensi untuk mempertahankan saturasi oksigen
>94%
- Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
- Pasang jalur IV, jika perlu
- Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV, jika perlu.
4. Risiko aspirasi b.d Penurunan tingkat kesadaran
Tingkat aspirasi (L.01006)
Definis : Kondisi masuknya partikel cair atau padat ke dalam paru-paru.
Ekspektasi : Menurun
Kriteria hasil :
Cukup Cukup Meningkat
Kriteria Hasil Menurun Sedang
Menurun Meningkat
Tingkat 5
1 2 3 4
kesadaran
Kebersihan 5
1 2 3 4
mulut
Cukup Cukup Menurun
Meningkat Sedang
Meningkat Menurun
Dispnea 1 2 3 4 5

Kelemahan 5
1 2 3 4
otot
Sianosis 1 2 3 4 5

Cukup Cukup Membaik


Memburuk Sedang
Memburuk Membaik
Frekuensi 5
1 2 3 4
napas

Manajemen jalan napas (I.01011)


Intervensi :
a. Observasi :
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi napas tambahan
b. Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tlit dan chin-lift
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler
- Berikan oksigen jika, jika perlu
c. Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektik
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA

ABDI, M. R. M. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG


DEMAM DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
HYPERTERMI DI RS MUHAMMADIYAH GRESIK (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Arief, R. F. (2015). Penatalaksanaan kejang demam. Cermin Dunia
Kedokteran, 42(9), 658-661.
Atika, Vidia dan Pongki Jaya. 2016. Asuhan kebidanan pada Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : Trans Info Media.
Deliana, M. (2016). Tata laksana kejang demam pada anak. Sari Pediatri, 4(2),
59-62.
Kusuma dharma, K. (2015). Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta: Cv.
Trans info media.
Lestari , Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta. Nuha Medika.
Ngastiyah, 2012. Perawatan anak sakit.Edisi II. Jakarta: EGC.
Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction
publishing.
Ridha N. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Rosa, L. F. (2020). Asuhan Keperawatan Hipertermia Pada Anak Kejang
Demam Di Ruang Anggrek Rsud Dr. Soegiri Lamongan (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Wibisono, A., Kep, I. S., & Ns, M. (2015). Asuhan Keperawatan Pada An. M
Dengan Kejang Demama Di Ruang Mawar Rsud Banyudono (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:
CV Sagung Seto.
Wulandari, D., & Meira Ernawati. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
Institute Of Health Sciences
Jl. Letkol Istiqlah No. 109 Banyuwangi, Telp (0333) 421610

LEMBAR KONSULTASI
Pembimbing : Rudiyanto, S.Kep. Ns, M.Kep
NO TANGGAL REVISI PARAF/TTD

Anda mungkin juga menyukai