DEMAM
DOSEN PENGAMPUH : Ns.Rosani Naim, S.Kep.,M.Kep
KELOMPOK 1
NOVIANTI AINUN RAMADHANI (202431042)
NUR SYAFIKA (202431043)
TRI IKA PUTRI SUDIRMAN (202431053)
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................1
1.3 TUJUAN..............................................................................................................1
1.4 MANFAAT.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 KONSEP PENYAKIT.......................................................................................3
2.1.1 PENGERTIAN KEJANG DEMAM.............................................................3
2.1.2 ETIOLOGI KEJANG DEMAM....................................................................4
2.1.3 KLASIFIKASI KEJANG DEMAM..............................................................4
2.1.4 PATOFISIOLOGI KEJANG DEMAM.......................................................5
2.1.5 MANIFESTASI KLINIS................................................................................5
2.1.6 PENATALAKSANAAN................................................................................6
Kejang demam adalah kejang yang disertai demam/terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal >38OC) yang disebabkan suatu proses ekstrakranium. Kejang demam
merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak. Kejang demam umumnya
terjadi pada anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang demam merupakan
kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anakanak, terutama pada golongan
umur 3 bulan sampai 5 tahun.1,2 Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu
kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.
Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan masa perkembangan yang dimulai
dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/oddler (1-1,5 tahun), dan pra-sekolah (2.5-5 tahun).
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak biasanya rentang sakit (Aziz, 2005).
Para ahli menggolongkan usia balita pada usia pra-sekolah 3 - 4 tahun sebagai tahapan
perkembangan anak yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit dan penyakit
yang sering dijumpai adalah penyakit infeksi (Wong, 2009).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa hasil studi yang dilakukan
pada 400 anak usia 1 bulan – 13 tahun dengan riwayat kejang, paling banyak anak
menderita kejang demam 77%. Di Indonesia dilaporkan pada tahun 2012 – 2013 angka
kejadian kejang demam 3-4% dari anak yang berusia 6 bulan – 5 tahun (Wibisono,2015).
Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
38ºC, yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium, biasanya terjadi pada usia 3
bulan – 5 tahun (Sujono & Suharsono, 2010).
Kejang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada
anak, terutama pada anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang
berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam (Ngastiyah, 2014). Kejang
demam dibagi menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.
Kejang demam dibagi menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks. Anak-anak yang mengalami kejang demam sederhana tidak memiliki
peningkatan resiko kematian. Pada kejang demam kompleks yang terjadi sebelum usia 1
tahun, atau dipicu oleh kenaikan suhu < 39ºC dikaitkan dengan angka kematian 2 kali
lipat selama 2 tahun pertama setelah terjadinya kejang (Wulandari & Erawati, 2016).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran untuk menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien kejang demam.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khususnya, dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan kejang dema terutama dalam hal
a. Mahasiswa dapat mengkaji, mengenal masalah utama dari kejang demam
b. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala yang terpenting dari kejang
demam
c. Mahasiswa dapat memahami penanganan kejang demam
d. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan kejang demam
e. Mahasiswa dapat mengevaluasi, mendokumentasikan sebagai tolak ukur guna
menerapkan asuhan keperawatan kejang demam
D. MANFAAT
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam memepelajari lebih dalam ilmu
keperawatan khususnya pada penyakit kejang demam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang
disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk
diagnosa kejangdemam adalah 38 derajat celcius atau lebih suhu rektal. Kejang terjadi
akibat loncatan listrikabnormal dari sekelompok neuron otak yang mendadak dan
lebih dari biasanya, yang meluaske neuron sekitarnya atau dari substansia grasia
ke substansia alba yang disebabkan olehdemam dari luar otak.
2.1.4 Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel
+
neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K ) dan sangat sulit dilalui oleh ion
+ -
Natriun (Na ) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI ). Akibatnya konsentrasi
+ +
ion K dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na rendah, sedang diluar sel
neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada
permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan metabolisme
basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa
hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel
disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu rendahnyaambang
kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
- Tonik Klonik
a. Penatalaksanaan Medis
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat pilihan
utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis yang
diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan berat badan, kurang dari 10 kg
0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5
mg/KgBB. Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan maksimum
5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang lebih besar.
Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang atau status konvulsivus yang
dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion karena tidak mengganggu kesadaran dan
tidak menekan pusat pernapasan, tetapi dapat mengganggu frekuensi irama jantung.
2) Pengobatan penunjang
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja diazepan
sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntikan, oleh karena itu
harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan
rumat tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu
pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan profilaksis jangka panjang.
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi oleh demam
biasanya adalah infeksi respiratoriu bagian atas dan otitis media akut. Pemberian
antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati penyakit tersebut. Secara akademis
pasien kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaliknya dilakukan pungsi
lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi didalam otak
misalnya meningitis
b. Penatalaksanaan keperawatan
a) Airway
(1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasangkan
sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik.
c) Circulation
(2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat ( berbeda dengan
pasien tetanus yang jika kejang tetap sadar).Jika dengan tindakan ini
kejang tidak segera berhenti, hubungi dokter apakah perlu pemberian obat
penenang.
b) Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital dengan dosis awal dan
selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumah
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Kejang Demam
2.2.1 Pengkajian
a. Anamnesis
1) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
penghasilan orang tua. Wong (2009), mengatakan kebanyakan serangan kejang
demam terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan
frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Respon Skala
e. Pemeriksaan penunjang
a) EEG(Electroencephalogram)
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan
kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral menunjukan
kejang demam kompleks.
b) Lumbal Pungsi
Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan kanal tulang
belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini
dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi (usia<12 bulan) karena gejala dan
tanda meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada anak
dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal dilakukan jika tampak tanda peradangan
selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat.
c) Neuroimaging
Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT- Scan, dan
MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi
untuk pertama kalinya. Pemeriksaan tersebut dianjurkan bila anak menujukkan
kelainan saraf yang jelas, misalnya ada kelumpuhan, gangguan keseimbangan, sakit
kepala yang berlebihan, ukuran lingkar kepala yang tidak normal.
d) Pemeriksaan laboratorium
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada kasus kejang demam adalah
hipertermia, yang berhubungan dengan proses penyakit (SDKI, 2016).
Tabel 1
Diagnosa keperawatan pada anak kejang demam dengan hipertermia
2. Objektif : suhu tubuh tidak 3. Proses penyakit (mis infeksi, Subkategori : keamanan dan
Gejala dan Tanda Minor 4. Ketidaksesuaian pakaian Definisi : suhu tubuh meningkst
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan incubator
Tabel 2
Perencanaan keperawatan Pada Anak Kejang Demam Dengan
Hipertermia
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
e. Lakukan pendinginan
eksternal(mis. Selimut hipotermia
atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen,aksilla).
3. Edukasi
4. Kolaborasi
perlu.
2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah tahap ke empat dari proses keperawatan . tahap ini muncul
jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Tindakan yang dilakukan
mungkin sama mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah di buat pada
dilakukan dengan rencana yang tepat,aman,serta sesuai dengan kondisi pasien (Ode
Debora, 2013).
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. pada tahap ini perawat
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah
ditetapkan serta menilai apakah masakah yang terjadi sudah diatasi seluruhnya,hanya
sebagian,atau belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan
yaitu suatu proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien untuk
mengetahuikesesuain tindakan keperawatan,perbaikan tindakan
keperawatan,kebutuhan klien saat ini,perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain dan
perlu menyusun ulang prioritas diagnosa supaya kebutuhan klienbisa terpenuhui atau
teratasi (Ode Debora, 2013). Evaluasi dinilai berdasarkan respon pasien terhadap
implementasi yang telah dilakukan, sehingga kriteria hasil yang diharapkan :
a. Menggigil menurun.
c. Kejang menurun.
e. Takikardia menurun.
f. Takipnea menurun.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang
disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk
diagnosa kejangdemam adalah 38 derajat celcius atau lebih suhu rektal. Kejang terjadi
akibat loncatan listrikabnormal dari sekelompok neuron otak yang mendadak dan
lebih dari biasanya, yang meluaske neuron sekitarnya atau dari substansia grasia
ke substansia alba yang disebabkan olehdemam dari luar otak.
3.2 SARAN
Penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
demi perbaikan makalah kami, lebih kurang kami mohon maaf jika ada kekurangan dari
makalah kami
DAFTAR PUSTAKA
Dewanti, A., Widjaja, J. A., Tjandrajani, A., & Burhany, A. A. (2016). Kejang demam dan faktor
yang mempengaruhi rekurensi. Sari Pediatri, 14(1), 57-61.
Pangesti, N. A., & Atmojo, B. S. R. (2020). Penerapan Kompres Hangat Dalam Menurunkan
Hipertermia Pada Anak Yang Mengalami Kejang Demam Sederhana. Nursing
Science Journal (NSJ), 1(1),29-35
Purwanti, O. S., & Maliya, A. (2008). Kegawatdaruratan kejang demam pada anak. Jurnal
Berita Ilmu Keperawatan, 1(2), 97-100.