Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG

DEMAM
Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dokumentasi Keperawatan
Dosen pembimbing : Ningning, S. M.Kep.

Disusun Oleh :

Muhamad Reza Yogaswara (P17320320021)


Salsa Destiyanti Komala (P17320320033)

Tingkat 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM”. Sholawat serta
salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi masa masa
kegelapan dan menyebarkan ajaran Iman dan Islam. Semoga kita semua mendapatkan
syafaat di Hari Kiamat nanti Amin ya Robal Alamin.
Kami ucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Ningning, S. M.Kep. selaku
dosen mata kuliah Dokumentasi Keperawatan yang telah memberi kami kesempatan
untuk menyusun makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN KEJANG DEMAM”, hingga kami dapat menambah wawasan
dan juga pengalaman kami berdasarkan studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah menyediakan
segala sumber pengetahuannya hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari betul bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan memperluas wawasan bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bogor, 15 Agustus 2021

Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2. Tujuan.......................................................................................................................4
BAB II KONSEP PENYAKIT............................................................................................6
2.2. Faktor Resiko............................................................................................................6
2.3. Etiologi......................................................................................................................6
2.4. Patofisiologi..............................................................................................................7
2.5. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................7
2.6. Klasifikasi.................................................................................................................8
2.7. Manifestasi................................................................................................................9
2.8. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis........................................................9
2.9. Penatalaksanaan......................................................................................................10
2.10. Komplikasi..............................................................................................................12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................14
I. Pengkajian keperawatan.............................................................................................14
II. Analisa data................................................................................................................23
III. Prioritas diagnosa keperawatan .................................................................................24
IV. Rencana perawatan..................................................................................................25
V. Implementasi..............................................................................................................37
VI. Catatan perkembangan...............................................................................................39
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................42
4.1. Kesimpulan.............................................................................................................42
4.2. Saran.......................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................43

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah
yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila
demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang sering
terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam (Ngastiyah,
2012).
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi
bersamaan dengan demam. Keadaaan ini merupakan salah satu gangguan
neurologik yang paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak dan menyerang
sekitar 4% anak (Wong, 2009). Kejang demam terjadi pada kenaikan suhu tubuh
yang biasanya disebabkan oleh proses ekstrakranium sering terjadi pada anak,
terutama pada penggolongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun (Ridha, 2014).
Penelitian Gunawan, dkk (2012), menyebutkan hampir 1,5 juta kejadian
kejang demam terjadi tiap tahunnya di USA, dan sebagian besar terjadi dalam
rentang usia 6 hingga 36 bulan dengan puncak pada usia 18 bulan. Angka
kejadian kejang demam bervariasi diberbagai negara. Daerah Eropa Barat dan
Amerika tercatat 2 sampai 4% angka kejadian kejang demam pertahunnya.
Sedangkan di India sebesar 5 sampai 10 % dan di Jepang 8,8%. Hampir 80%
kasus
Christopher (2012), menyebutkan 2 sampai 5 % dari seluruh anak di dunia
yang berumur ≤5 tahun pernah mengalami kejang demam, lebih dari 90% terjadi
ketika anak berusia <5 tahun. Insiden tertinggi kejang demam terjadi pada usia
dua tahun pertama (Vestergaard, 2006).

1.2. Tujuan
1.1. Tujuan umum

Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada


pasien anak dengan kejang demam.

4
1.2. Tujuan khusus

Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :

a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan penyakit kejang


demam.
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kasus
penyakit kejang demam.
c. Mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
kejang demam.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan kasus penyakit
kejang demam.
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan kasus penyakit
kejang demam.

5
BAB II
KONSEP PENYAKIT

2.1. Pengertian
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang bersifat
paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di
otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno, 2012).
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang
demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan
suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari,2016).Jadi dapat
disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat dari peningkatan
suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang diakibatkan karena proses
ekstrakranium.

2.2. Faktor Resiko


Menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam
diantaranya :
a. Faktor-faktor prinatal
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genetika
d. Demam
e. Gangguan metabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan Sirkulasi

2.3. Etiologi
Etiologi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang memicu eksitasi sel
saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Semua kenaikan suhu tubuh bisa
menyebabkan kejang demam. Kenaikan suhu ini paling sering disebabkan oleh:

6
1. Infeksi

Infeksi virus lebih sering menyebabkan demam yang berujung pada


kejang demam bila dibandingkan dengan infeksi bakteri. Infeksi virus
menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang tinggi, seperti contohnya
adalah campak, cacar air dan rubella.

2. Demam Pasca-Imunisasi

Pasca-imunisasi, demam dapat terjadi sebagai bagian dari kejadian


ikutan pasca imunisasi (KIPI). Imunisasi yang sering menyebabkan demam
adalah imunisasi yang memiliki kuman hidup yang dilemahkan, yaitu difteri-
tetanus-pertussis (DTP) dan mumps-measles-rubella (MMR). Perlu
diinformasikan kepada orang tua bahwa kejang disebabkan karena demam-nya
bukan karena imunisasi.

2.4. Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1℃ akan menyebabkan
kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat
sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65%
dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada
kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan
dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium
maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan
listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel
tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada tinggi atau rendahnya
ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian
kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang kejang yang rendah,
sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut mempunyai ambang kejang yang
tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih
sering terjadi pada ambang kejang yang rendah (Ngastiyah, 2007).

7
2.5. Pemeriksaan Penunjang
1) Elektroensefalogram (EEG) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus
dari kejang.
2) Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya
untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3) Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang tidak jelas terliht bila menggunakan
pemindaian CT.
4) Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang
yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau
alirann darah dalam otak.
5) Uji laboratorium
6) Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler.
7) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit.
8) Panel elektrolit
9) Skrining toksik dari serum dan urin.
10) GDA

2.6. Klasifikasi
Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone :

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun

2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit

3. Kejang bersifat umum

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria
tersebut (modifikasi livingstone) digolongkan pada kejang demam kompleks.

8
(Ngastiyah, 2012).`
Widagno (2012), mengatakan berdasarkan atas studi epidemiologi, kejang
demam dibagi 3 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat pada anak
umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh yang mencapai ≥ 39⁰C.
Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, umumnya berlangsung beberapa
detik/menit dan jarang sampai 15 menit. Pada akhir kejang kemudian diakhiri
dengan suatu keadaan singkat seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan
kejang terjadi hanya sekali dalam 24 jam, anak tidak mempunyai kelainan
neurologik pada pemeriksaan fisis dan riwayat perkembangan normal, demam
bukan disebabkan karena meningitis atau penyakit lain dari otak.
b. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion) biasanya
kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam 24 jam dan terdapat
kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca bangkitan. Umur pasien, status
neurologik dan sifat demam adalah sama dengan kejang demam sederhana.

c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat dan umur
demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan sebelumnya anak
mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut. Faktor resiko untuk timbulnya
epilepsi merupakan gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang bermula pda
umur < 12 bulan dengan kejang kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal
meragukan maka pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan
kemungkinan adanya meningitis.

2.7. Manifestasi
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada pasien
dengan kejang demam diantaranya :
1. Suhu tubuh mencapai >38⁰C

2. Anak sering hilang kesadaran saat kejang

3. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang
(gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
4. Kulit pucat dan membiru

5. Akral dingin

9
2.8. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
1. Sistem Pernapasan

Pada anak dengan kejang demam laju metabolisme akan meningkat. Sebagai
kompensasi tubuh, pernapasan akan mengalami peningkatan pula sehingga anak
tampak pucat sampai kebiruan terutama pada jaringan perifer (Brunner & Suddart,
2013).
2. Sistem Thermogulasi

Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput otak akan menstimulasi sel host
inflamasi.hipotalamus akan menghasilkan “set poin”. Demam terjadi karena
adanya gangguan pada “set poin”. Mekanisme tubuh secara fisiologis pada anak
dengan kejang demam mengalami vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh
meningkat. (Suriadi & yuliani, 2010).
3. Sistem Neurologis

Kurangnya suplai oksigen ke otak akan menyebabkam iskemik jaringan otak,


bila tidak diatasi segera akan menyebabkan hipertrofi pada jaringan otak yang
beresiko pada abses serebri. Keluhan yang muncul pada anak kejang demam
kompleks adalah penurunan kesadaran (Muttaqin, 2008).
4. Sistem Muskulosketal

Peningkatan suhu tubuh pada anak dengan kejang demam menyebabkan


terjadinya gangguan pada metaboilsme otak. Konsekuensinya,
keseimbangan sel otak pun akan terganggu dan terjadi pelepasan muatan listrik
yang menyebar keseluruh jaringan, sehingga menyebabkan kekakuan otot
disekujur tubuh terutama di anggota gerak.

2.9. Penatalaksanaan
Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa faktor
yang perlu dikerjakan yaitu:

1. Penatalaksanaan Medis

a. Memberantas kejang secepat mungkin

10
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat
pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara intravena.
Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan berat badan,
kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg dan
untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3
mg /kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun,
dan 10 mg pada anak yang lebih besar.

Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit, bila


masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga melalui
intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih kejang, diberikan
suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi pemberiannya secara
intramuskular, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat
diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena. Efek samping dari
pemberian diazepan adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernapasan.

Pemberian diazepan melalui intravena pada anak yang kejang


seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif adalah melalui
rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat badan ialah berat badan
dengan kurang dari 10 kg dosis yang diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari 10
kg diberikan 10 mg.

Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang atau status


konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion karena tidak
mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan, tetapi dapat
mengganggu frekuensi irama jantung.
b. Pengobatan penunjang

Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan


penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring
untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk
menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan
darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan
intravena sebaiknya diberikan dengan dipantau untuk kelainan metabolik dan
elektrolit. Obat untuk hibernasi adalah klorpromazi 2-. Untuk mencegah edema
otak diberikan kortikorsteroid dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam

11
3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid misalnya dexametason 0,5-1 ampul
setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
c. Memberikan pengobatan rumat

Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja


diazepan sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntikan,
oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama.
Lanjutan pengobatan rumat tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan
ini dibagi atas dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan
pengobatan profilaksis jangka panjang.
d. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi


oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media
akut. Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati penyakit
tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang datang untuk pertama
kali sebaiknya dilakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya faktor infeksi didalam otak misalnya meningitis.
2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Pengobatan fase akut

 Airway

- Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasangkan


sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik.

- Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan pakaian yang


mengganggu pernapasan.

- Berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.

 Breathing

- Isap lendir sampai bersih

 Circulation

- Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.

- Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat ( berbeda dengan

12
pasien tetanus yang jika kejang tetap sadar).

- Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi dokter
apakah perlu pemberian obat penenang.

b. Pencegahan kejang berulang


Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata 0,3mg/kgBB atau
diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit dapat diulang
dengan dengan dosis dan cara yang sama. Bila diazepan tidak tersedia, langung
dipakai fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan
pengobatan rumat.

2.10. Komplikasi
Kompikasi kejang demam menurut Waskitho (2013) adalah
a. Kerusakan neorotransmiter
Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan kerusakan pada neuron.
b. Epilepsi
Kerukan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga
terjadi serangan epilepsy yang sepontan
c. Kelainan anatomi di otak
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan kelainan
diotak yang lebih banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan sampai 5 tahun
d. Kecacatan atau kelainan neorologis karena disertai demam

13
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN GANGGUAN KEJANG DEMAM

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Identitas :
1. Klien
a. Nama : An. D
b. Tempat tanggal lahir : Jakarta/15 September 2016
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Perkawinan : Belum Kawin
e. Pendidikan :-
f. Agama : Islam
g. Pekerjaan :-
h. Alamat : Ciomas, Bogor
i. No. RM : 312435
j. Diagnosa Medik ;-
k. Tanggal masuk : 10 Agustus 2021
l. Tanggal Pengkajian : 11 Agustus 2021

2. Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 35 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
g. Alamat : Ciomas, Bogor
h. Hubungan keluarga ; Ibu

14
B. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang dirasakan An. D adalah panas tinggi sejak hari Minggu
tanggal 8 Agustus 2021. Keluarga mengatakan pada hari Selasa siang An. D
tubuhnya panas.

C. Riwayat Kesehatan Sekarang :


1. Provokative/palliative
a) Apa penyebabnya
Keluarga juga menceritakan bahwa saat kecil ayah dan ibu pasien
memiliki riwayat kejang namun kejang biasa.
b) Hal yang memperbaiki keadaan
Kompres buli-buli air hangat yang di berikan pada pasien yaitu di
dahi ataupun ketiak.
2. Quantity/quality
a) Bagaimana dirasakan
Anak selalu menangis dan selalu gelisah`
b) Bagaimana dilihat
Anak terlihat rewel,mata sendu,malas beraktivitas
c) Suhu tubuh
Suhu tubuh pasien 39 oC
3. Region
a) Dimana lokasinya
Seluruh tubuh.
b) Apakah menyebar
Keluarga pasien mengatakan tidak menyebar
4. severity
Akibat penyakit nya pasien tampak lemas dan sering meringis
5. Time

15
Demam di hari minggu siang dan panas tinggi sejak hari senin yang di
sertai kejang dengan durasi 30 detik

D. Riwayat Kesehatan yang lalu :


1. Penyakit yang pernah dialami
a) Kecelakaan :-
b) Pernah dirawat: -
*Penyakit :-
*Waktu :-
c) Operasi :-
2. Alergi :-
3. Imunisasi :

Klien sudah diberikan imunisasi

No. Jenis Imunisasi Pemberian

1 BCG √

2 DPT ( I, II, III ) √

3 Polio ( I, II, III, IV ) √

4 Hepatitis √

5 Campak √

E. Riwayat Kesehatan Keluarga :


1. Keluarga menceritakan bahwa saat kecil ayah dan ibu pasien memiliki riwayat
kejang namun kejang biasa, sekarang sudah tidak pernah terjadi.
2. Klien memiliki satu orang saudara kandung. Saudaranya tidak memiliki penyakit
seperti yang di deritanya.Yang pernah dialami cuma demam biasa.

16
F. Genogram :

Keterangan:
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

G. Pemeriksaan Fisik:
1. Keadaan Umum
Klien lemah,sadar dan pasien terbaring di tempat tidur
2. Tanda-tanda vital
a) Berat badan : 22 kg
b) Tinggi badan : 110 cm
c) Nadi : 130x/menit
d) Frekuensi Napas : 40x/menit
e) Suhu Tubuh : 39˚C
f) Keadaan Umum :[ ] Ringan [ √ ] Sedang [ ] Berat

H. Pemeriksaan Sistematis (Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)


1. Kepala:
a. Kepala :

17
i) Bentuk simetris
ii) Tidak ditemukan benjolan atau kelainan
b. Rambut :
i) Penyebaran rambut merata dan tumbuh berwarna hitam
c. Wajah :
i) Simetris antara kiri dan kanan
ii) Tidak ada benjolan
d. Mata :
i) Mata lengkap dan simetris
ii) Konjungtiva anemis
iii) Sclera berwarna putih
iv) Bentuk pupil isokor (besar dan bentuk kedua pupil sama)
e. Hidung:
i) Bentuk simetris, klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan
ii) tidak ada polip
iii) tidak ada pernapasan cuping hidung
f. Telinga :
i) Bentuk simetris, terdapat sedikit serumen
ii) Fungsi pendengaran baik
g. Mulut :
i) Mukosa bibir kering, lidah berwarna pucat
ii) Keadaan gigi berlubang
h. Leher :
i) Bentuk leher kanan dan kiri simetris
ii) Terjadi pembesaran Kelenjar Getah Bening
2. Thorak dan fungsi pernapasan:
Paru-paru :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada luka atau benjolan, tidak ada retraksi
dinding dada
Palpasi : vokal vremitus kiri dan kanan simetris

18
Perkusi : terdapat bunyi sonor
Auskultasi : suara paru vesikuler
3. Pemeriksaan jantung:
Inspeksi : bentuk normal, iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : tidak ada pembesaran jantng, ikus cordis teraba
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 normal
4. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : bentuk abdomen terlihat cembung kedalam
Auskultasi : bising usus 20x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : ditemukan hipertympani
5. Kulit dan ekstremitas:
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada edema, terpasang infus di lengan kanan
Palpasi : turgor kulit tidak elastis, akral hangat
Perkusi : kekuatan otot mengalami kelemahan
6. Genetalia :
Inspeksi : tidak ada kelainan pada genetalia anak

I. Data Psikologi :
Ibu klien mengatakan risau dengan penyakit anaknya

J. Data Sosial:
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya dikelilingi oleh orang-orang yang selalu
menyayaninya dan memberikan dukungan kepada anaknya

K. Data Spiritual :
Klien selalu melaksanakan ibadah didampingi oleh orangtuanya

L. Pola Kebisaan Sehari-hari (di rumah dan di RS)

19
POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit/Sebelum di
Saat Di Rumah Sakit
RS
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan:….x/hari a. Frekuensi makan : a. Frekuensi makan :
b. Nafsu makan: baik/tidak 3x/hari (pagi, siang, 3x/hari (pagi, siang,
Alasan : mual/ muntah/ malam) malam)
sariawan/ …lain-lain b. Nafsu makan : baik b. Nafsu makan : tidak
c. Porsi makanan yang c. Porsi makan : 1 baik (alasan mual)
dihabiskan porsi/makan c. Porsi makan : <1
d. Makanan yang tidak disukai d. Makanan yang tidak porsi/makan
e. Makanan yang membuat disukai : - d. Makanan yang tidak
alergi e. Makanan yang membuat disukai : -
f. Makanan pantangan alergi : - e. Makanan yang
g. Makanan diet f. Makanan pantangan : - membuat alergi : -
h. Penggunaan obat-obatan g. Makanan diet : - f. Makanan pantangan
sebelum makan h. Penggunaan obat :-
i. Penggunaan alat bantu sebelum makan : - g. Makanan diet : -
(NGT, dll) i. Penggunaan alat bantu : - h. Penggunaan obat
sebelum makan : -
Penggunaan alat bantu :
-
2. Pola Eliminasi
a. BAK: a. BAK : a. BAK :
1) Frekuensi : ……x/hari 1) Frekuensi : 7x.hari 1) Frekuensi : 4x.hari
2) Warna :…………….. 2) Warna : kuning jernih 2) Warna : kuning
3) Keluhan :…………….. 3) Keluhan : tidak ada 3) Keluhan : tidak ada
4) Penggunaan alat bantu 4) Penggunaan alat bantu : 4) Penggunaan alat

20
(kateter,dll) tidak ada bantu : tidak ada

b. BAB: b. BAB : b. BAB :


1) Frekuensi :…..x/hari 1) Frekuensi : 1x/hari 1) Frekuensi : 1x/hari
2) Waktu : 2) Waktu : tak menentu 2) Waktu : tak menentu
……………. 3) Warna : kuning 3) Warna : kuning
3) Warna : 4) Keluhan : Tidak ada 4) Keluhan : Tidak ada
……………. 5) Konsistensi : cair 5) Konsistensi : cair
4) Keluhan : berampas berampas
……………. 6) penggunaan laktasif : 6) penggunaan laktasif :
5) Konsistensi :……………. tidak tidak
6) Penggunaan Laksatif
(ya/tidak, jika ya tuliskan
nama obatnya)
3. Pola Personal Hygiene
a. Mandi a. Mandi a. Mandi
1) Frekuensi 1)Frekuensi : 2x/hari 1)Frekuensi : 1x/hari
:…………x/hari 2)Waktu : pagi dan sore 2)Waktu : pagi
2) Waktu
:Pagi/Sore/Malam b. Oral hygiene : b. Oral hygiene :
b. Oral Hygiene 1)Frekuensi : 1x/hari 1)Frekuensi : 1x/hari
1) Frekuensi:…………x/ 2)Waktu : pagi hari 2)Waktu : pagi hari
hari
2) Waktu : Pagi/ Siang/ c)Cuci rambut c)Cuci rambut
Setelah makan/ Sebelum frekuensi : 1x/2hari frekuensi : -
tidur
c. Cuci Rambut
Frekuensi :
……………………
4. Pola Istirahat dan Tidur

21
a. Lama Tidur siang : a. Lama tidur siang : +- 1 a. Lama tidur siang : +-
….jam/ hari jam/hari 1 jam/hari
b. Lama Tidur malam: b. Lama tidur malam : +- 8 b. Lama tidur malam :
….jam/ hari jam/hari +- 5jam/hari
c. Kebiasaan sebelum tidur: c. kebiasaan sebelum tidur :- c. kebiasaan sebelum
………….. tidur : -
5. Pola Aktiivitas dan Latihan
a. Waktu bekerja :Pagi/ Siang/ a. Waktu bekerja : - a. Waktu bekerja : -
Malam b. Olahraga : - b. Olahraga : -
b. Olah raga: Ya/Tidak c. Jenis olahraga : - c. Jenis olahraga : -
c. Jenis Olah Raga: d. Frekuensi olehraga : - d. Frekuensi olehraga :
…………… e. Keluhan dalam -
d. Frekuensi olah raga: beraktivitas : - e. Keluhan dalam
……….. x/mgg beraktivitas : pusing
e. Keluhan dalam beraktivitas ketika bangun
(pergerakan tubuh/mandi/
mengenakan pakaian/sesak
setelah beraktifitas dll)
6. Kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
a. Merokok : Ya/Tidak a. Merokok : Tidak a. Merokok : Tidak
1) Frekuensi :……………… b. Minuman keras/NAPZA : b. Minuman
2) Jumlah : Tidak keras/NAPZA : Tidak
………………
3) Lama pemakaian
b. Minuman keras/NAPZA:
Ya/Tidak
1) Frekuensi :……………..
2) Jumlah :……………..
3) Lama Pemakaian

22
II. ANALISA DATA

Data Masalah Keperawatan Penyebab

D. 0130 Proses penyakit


Data Subjektif : Hipetermia

- Ibu pasien mengatakan


anaknya demam terus Peningkatan suhu
menerus tubuh

Data Objektif :
- Pasien tampak lemas dan
Hipertermi
pucat
- Suhu tubuh : 390C.

D.0055 Peningkatan suhu


Data Subjektif : Gangguan Pola Tidur tubuh
- Ibu pasien mengatakan,
anaknya tidak bisa tidur
- Ibu klien mengatakan
jumlah tidur malam 5 jam
Klien gelisah, dan
siang 1 jam
menangis

Data Objektif :
- Klien susah tidur
- Suhu tubuh pasien 39oC

23
- Pasien menangis Gangguan pola tidur
D.0005 Ganguan neurologis
Data Subjektif : Pola Napas Tidak Efektif (Gangguan kejang)
- Ibu pasien mengatakan
respirasi anaknya tidak
teratur
Klien gelisah
Data Objektif :
- Frekuensi napas 40x/menit

Pola napas tidak efektif

III. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. D.0130 Hipetermia (Proses penyakit  Peningkatan suhu tubuh  Hipetermia)


2. D.0055 Gangguan pola tidur (Peningkatan suhu tubuh  Klien gelisah dan menangis
 Gangguan pola tidur)
3. D.0005 Pola napas tidak efektif (Gangguan Neurologis (gangguan kejang)  Klien
gelisah  Pola napas tidak efektif)

24
IV. RENCANA PERAWATAN

Ruangan : Ruang Mawar


Diagnosa medis : Kejang Demam
Nama klien : An. D

Diagnosa Keperawatan
No Tanggal Tujuan Rencana Tindakan
dan Data Penunjang
Rasional
SDKI SLKI SIKI
Kode Diagnosa Kode Luaran Kode Intervensi
1 10 D.0130 Hipetermia L.14134 Luaran Utama : I.15506 Intervensi Utama :
Agustus (Proses Termoregulasi Manajemen
2021 penyakit  Hipertermia
Peningkatan Tupan : Setelah dilakukan Tindakan Observasi :
suhu tubuh keperawatan selama 2x24 jam, Observasi : -Untuk
 diharapkan : Pengaturan suhu tubuh -Identifikasi mengetahui
Hipetermia) agar tetap berada pada rentang penyebab penyebab
normal membaik hipertermia hipertermia
-Monitor suhu -Untuk
Tupen : Setelah dilakukan tindakan tubuh mengetahui

25
keperaawatan sealama 2x24 jam -Monitor kaadar suhu tubuh
diharapkan : elektrolit
1. Menggigil menurun -Monitor haluaran Terapeutik :
2. Suhu tubuh membaik urine -Untuk
-Monitor memberikan
komplikasi akibat rasa nyaman
hipetermia pada klien

Terapeutik :
-Sediakan
lingkungan yang
dingin
-Longgarkan atau
lepaskan pakaian
-Basahi dan kapasi
permukaan tubuh
-Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap
har atau lebih
sering jika
mengalami

26
hyperhidrosis
-Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Selimut hipotermia,
atau kompres
dingin pada dahi,
leher, dada,
abdomen, aksila)
-Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
-Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi :
-Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi :
-Kolaborasi
pemberian cairan

27
atau elektrolit, jika
perlu
2 10 D.0055 Gangguan L.05045 Luaran Utama : I.05174 Intervensi utama :
Agustus pola tidur Pola Tidur Dukungan Tidur
2021 (Peningkatan
suhu tubuh Tupan : Setelah dilakukan Tindakan Observasi : Observasi :
 Klien keperawatan selama 2x24 jam, - Identifikasi - Agar klien
gelisah dan diharapkan I pola aktivitas dapat dengan
menangis  ntensitas kebutuhan tidur terpenuhi dan tidur tidur dengan
Gangguan - Identifikasi nyenyak
pola tidur) Tupen : Setelah dilakukan Tindakan faktor - Pola tidur
keperawatan selama 2x24 jam, pengganggu menjadi
diharapkan tidur nyenyak tidur (fisik teratur
dan/atau
psikologis) Terapeutik :
- Identifikasi - Agar klien
makanan dan merasa
minuman yang nyaman.
mengganggu
tidur (mis.
Kopi, the, Edukasi :
alkohol, makan -Untuk

28
mendekati memberikan
waktu tidur, pemhaman
minum banyak kepada
air sebelum klien/keluarga
tidur)
- Identifikasi
obat tidur yang
dikonsumsi

Terapeutik :
- Modifikasi
lingkungan
(mis.
Pencahayaan,
kebisingan,
suhu, matras,
dan tempat
tidur)
- Batasi waktu
tidur siang, jika

29
perlu
- Fasilitasi
menghilangkan
stres sebelum
tidur
- Tetapkan
jadwal tidur
rutin
- Lakukan
prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan
(mis. Pijat,
pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
- Sesuaikan
jadwal
pemberian obat
dan/atau
Tindakan untuk
menunjang

30
siklus tidur-
terjaga

Edukasi :
- Jelaskan
pentingnya
tidur cukup
selama sakit
- Anjurkan
menepati
kebiasaan
waktu tidur
- Anjurkan
menghindari
makanan/minu
man yang
mengganggu
tidur
- Anjurkan
penggunaan
obat tidur yang
tidak

31
mengandung
supresor
terhadap tidur
REM
- Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur (mis.
Psikologis,
gaya hidup,
sering berubah
shift bekerja)
- Ajarkan
relaksasi otot
autogenic atau
cara
nonfarmakologi
lainnya

32
3 10 D.0005 Pola napas L.01004 Luaran Utama : I.01011 Intervensi Utama :
Agustus tidak efektif Pola Napas Manajemen Jalan
2021 (Gangguan Napas
Neurologis Tupan : Setelah dilakukan Tindakan Observasi :
(gangguan keperawatan selama 2x24 jam, Observasi : -Untuk
kejang)  diharapkan sesak nafas berkurang - Monitor pola mengetahui
Klien gelisah sampai dengan hilang. napas (frekuensi, sedini
 Pola napas kedalaman, usaha mungkin
tidak efektif) Tupen : Setelah dilakukan Tindakan napas) komplikasi
keperawatan selama 2x24 jam, - Monitor bunyi yang dapat
diharapkan : napas tambahan terjadi
1. Ekspirasi dada (mis. Gurgling,
simetris mengi, wheezing,
2. Tidak ada ronkhi kering)
penggunaan otot - Monitor sputum Terapeutik :
bantu pernafasan (jumlah, warna, -Untuk
3. Tidak ada nafas aroma) memberikan
pendek kenyamanan
Terapeutik : kepada klien
- Pertahankan
kepatenan jalan Edukasi :
napas dengan -Untuk

33
head-tilt dan memberikan
chin-lift (jaw- pemhaman
thrust jika kepada
curiga trauma klien/keluarga
servikal)
- Posisikan semi-
Fowler atau
Fowler
- Berikan minum
hangat
- Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
- Lakukan
penghisapan
lendir kurang
dari 15 detik
- Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan

34
endotrakeal
- Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsep McGill
- Berikan
oksigen, jika
perlu

Edukasi :
- Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan Teknik
batuk efektif

Kolaborasi :
-Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol

35
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu

36
V. IMPLEMENTASI
Nama Klien : An. D
Ruang Rawat : Ruang Mawar
Diagnosa Medis : Kejang Demam

Tanggal No. Implementasi


dan jam Dx

10-08-2021 1 Tindakan mandiri:


10.30
1. Membina hubungan saling percaya dengan An.D dan keluarga
2. Melakukan pengkajian identitas hingga pemeriksaan head to toe pada An.D
3. Mengobservasi tanda-tanda Vital
4. Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang peningkatan suhu
tubuh yang terjadi
5. Menganjurkan keluarga pasien agar memberikan pakaian tipis dan
menyerap keringat
6. Menganjurkan keluarga pasien agar memberikan pasien untuk minum
banyak kurang lebih 0,8 liter/hari
7. Memberikan kompres hangat (buli-buli air hangat)

Tindakan kolaboratif: Memberikan parasetamol 3x1


11.25 2 Tindakan mandiri:
1. Membina hubungan saling percaya dengan An.D dan keluarga
2. Mengobservasi tanda-tanda Vital
3. Memberikan lingkungan yang nyaman.
4. Menganjurkan untuk istirahat
5. Memonitor suhu klien

Tindakan kolaboratif:
Memberikan parasetamol Sirup

37
11-08-2021 1 Tindakan mandiri :
09.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital setiap jam sekali
2. Melakukan pengkajian identitas hingga pemeriksaan head to toe pada
An.D
3. Mengobservasi tanda-tanda Vital
4. Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang peningkatan
suhu tubuh yang terjadi
5. Menganjurkan keluargapasie agar memberikanpa kaian tipisdan
menyerap keringat
6. Menganjurkan keluargapasien agar memberikan pasien untuk minum
banyak kurang lebih 0,8liter/hari
7. Memberikan kompreshangat (buli-buli air hangat)

Tindakan kolaboratif:
Memberikan parasetamol 3x1
11.00 2 Tindakan mandiri:
1. Membina hubungan saling percaya dengan An.D dan keluarga
2. Mengobservasi tanda-tanda Vital
3. Memberikan lingkungan yang nyaman.
4. Menganjurkan untuk istirahat
5. Memonitor suhu klien

Tindakan kolaboratif:
Memberikan parasetamol Sirup

38
VI. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : An.D
Ruang Rawat : Ruang Mawar
Diagnosa Medis : Kejang Demam
Tgl No Dx Paraf
keperawatan SOAP &
nama
10 – 08 2021 1 S:
 Ibu An.D mengatakan badan An.D terasa panas

 Ibu An.D mengatakan An.D lemas dan rewel

O:
 Tampak lemah dan terlihat agak pucat

 An.D tampak rewel

 Wajah pasien terlihat kemerah- merahan

 An.D dalam keadaan berkeringat

 An.D Demam, Temp:390C

A:
 Masalah hipertermi belum teratasi

 Wajah An.D masih terlihat pucat dan


kemerah- merahan,
 mukosa bibir kering dan pucat,
 Temp:390C, TTV belum Stabil, masih
terlihat lemas

P.
 Intervensi keperawatan dilanjutkan
10 - 08 - 2021 2 S:
 Orang tua klien mengatakan panas nya sudah
menurun

39
O:
 Bibir masih terlihat kering, suhu 38,5oC
 Kulit terlihat kering

A:

 Masalah teratasi sebagian

P:

 Intervensi di lanjutkan

 Monitor suhu

 MonitorTTV
11 – 08 - 2021 1 S:

 Ibu An.D mengatakan demam pasien sudah


berkurang
 Ibu An.D mengatakan pasien masih lemas
 Ibu An.D mengatakan bahwa An.D sudah
mau minum sebanyak 800 milliliter

O:

 An.D tampak lemas dan pucat


 An.D masih terlihat rewel
 An.D masih terlihat dalam keadaan berkeringat
 An.D demam,380C
 Bibir masih terlihat sedikit pecah-pecah
 Pemeriksaan tanda-tanda vital

A:

40
 Masalah hipertermi teratasi sebagian.
 Temp berkurang menjadi 380C
 Mukosa bibir tidak kering lagi tapi masih
terlihat pecah-pecah

P:
 Intrvensi di Lanjutkan
11 – 08 - 2021 2 S:
 Orangtua klien mengatakan panas klien
sudah menurun

O:
 Suhu 37,5oC

 Mukosa bibir tampak lembab


 Kulit tidak kering

A:

 Masalah teratasi

P:
 Hentikan intervensi

41
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang
bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik
abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno, 2012).
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang
demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Lestari,2016).Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang
terjadi akibat dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang
yang diakibatkan karena proses ekstrakranium.

4.2. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kata kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dan mendukung guna sempurnanya makalah ini. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

42
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/
DESI_REGINA_PUTRI.pdf&ved=2ahUKEwjsjpX-
kLjyAhWR8XMBHSygCzwQFnoECAMQAQ&usg=AOvVaw2j-
4dyurpBpUeZ3L_Xfj_z
 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
repo.stikesperintis.ac.id/143/1/21SUSI%2520SUSANTI%2520KEJANG
%2520DEMAM.pdf&ved=2ahUKEwir75KO6rfyAhVTjeYKHXwKBmEQ
FnoECCgQAQ&usg=AOvVaw3r_gJheN16xmTwfEygl6jc
 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
repository.unimus.ac.id/940/3/Bab
%25202.pdf&ved=2ahUKEwibl9Gg6rfyAhWS7HMBHSgYBaEQFnoECB8
QAQ&usg=AOvVaw3aGw5YAyNwscf4DV9m1b24
 https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-anak/kejang-demam/
etiologi
 https://www.halodoc.com/kesehatan/kejang-demam
 http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2352/3/BAB%20II.pdf

43

Anda mungkin juga menyukai