GANGGUAN HIPERTERMIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Dasar II
Pembimbing Akademik Ibu Ns. Rahayu Savitri, M.Kep
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya yang
Penulis menyadari bahwa Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari kata
sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................2
A. Latar Belakang..................................................................................................2
B. Tujuan Penulisan (Umum dan Khusus)............................................................2
BAB II......................................................................................................................2
A. Konsep Dasar Gangguan Hipertermia..............................................................2
1. Pengertian Hipertermia..............................................................................2
2. Etiologi.......................................................................................................2
3. Patofisiologi...............................................................................................2
4. Pathway......................................................................................................2
5. Manifestasi Klinis......................................................................................2
6. Suhu Tubuh Normal Berdasarkan Usia.....................................................2
7. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................2
8. Penatalaksanaan.........................................................................................2
9. Komplikasi.................................................................................................2
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertermia............................................2
1. Pengkajian..................................................................................................2
C. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................2
D. Intervensi Keperawatan....................................................................................2
E. Implementasi Keperawatan...............................................................................2
F. Evaluasi Keperawatan.......................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................2
LEMBAR PENGKAJIAN.......................................................................................2
BAB IV....................................................................................................................2
A. Kesimpulan.......................................................................................................2
B. Saran.................................................................................................................2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal (suhu
36-37,5ᵒC). Hipertermia juga biasanya berhubungan dengan infeksi, baik lokal
maupun sistemik (Maryunani, 2010). Salah satu penyakit yang disebabkan
oleh infeksi adalah DBD, dimana penyebabnya adalah virus dengue. Virus
dengue yang masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan demam akut (suhu
meningkat tiba-tiba) dan terkadang disertai dengan menggigil. Karakteristik
penyakit DHF memiliki masa inkubasi intrinsik selama 3 – 14 hari tetapi
biasanya 2 – 7 hari, dengan gejalanya adalah demam tinggi mendadak
berlangsung sepanjang hari (Sudoyo,2009). Sedangkan masa inkubasi
ekstrinsiknya selama 8 – 12 hari, dimana nyamuk menjadi inefektif setelah
menghisap darah penderita yang sedang viremia dan tetap efektif selama
hidupnya (Kurane, 2007).
Menurut WHO tahun 2015 prevalensi DBD diperkirakan mencapai 3,9
milyar orang di 128 negara berisiko terinfeksi virus dengue. Sejak tahun 1968
sampai 2009 WHO mencatat kasus DBD tertinggi di wilayah Asia Tenggara
adalah negara Indonesia (Kurniasary, 2015). Jumlah penderita DHF tahun
2013 dan 2014 di Indonesia sebanyak 112.511 orang dan 71.668 orang
sedangkan jumlah kasus meninggal dunia sebanyak 871 penderita dan 641
penderita (DepKes RI,2015). Virus dengue yang telah masuk ke tubuh
penderita akan menimbulkan viremia. Virus tersebut masuk kedalam
pembuluh darah otak melalui aliran darah. Sebagai respon terhadap masuknya
mikroba, sel-sel fagosik tertentu (makrofag) mengeluarkan suatu bahan kimia
yang dikenal sebagai pirogen endogen yang bekerja pada pusat termoregulasi
untuk meningkatkan patokan termostat yang menyebabkan respons produksi
panas. Sehingga di hipotalamus terjadi termoregulasi instabil yaitu
peningkatan suhu tubuh (hipertermia) (Alves & Almeida, 2008).
1
Dampak yang ditimbulkan hipertermia dapat berupa penguapan cairan
tubuh yang berlebih sehingga terjadi kekurangan cairan dalam sel dan dapat
menimbulkan terjadinya dehidrasi. Hipovolemi juga dapat terjadi jika
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan mengalami kebocoran
plasma. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang
akhirnya terjadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan
menurun dan jika teratasi menimbulkan hipoksia jaringan.
Hipertermia juga dapat meningkatkan metabolisme basal sehingga
terjadinya timbunan asam laktat dan CO2 yang akan merusak neuron
kemudian meningkatkan cerebral blood flow (CBF), oksigen dan glukosa
sehingga menyebabkan gangguan pengaliran ion-ion keluar masuk sel. Dalam
keadaan ini dapat terjadi reaksi kejang (Alves & Almeida, 2008).
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
3. Patofisiologi
Perubahan pengaturan homeostatis suhu normal oleh hipotalamus dapat
diakibatkan dari infeksi bakteri, virus, tumor, trauma, dan sindrom
malignan dan lain-lain bersifat pirogen eksogen yang merangsang sel
4
makrofag, leukosit dan sel lain untuk membentuk pirogen endogen.
Pirogen seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
Saat bakteri dan virus tersebut masuk ke dalam tubuh, pirogen bekerja
sebagai antigen akan mempengaruhi ndone imun (Widagdo, 2012).
Saat substansi ini masuk ke sirkulasi dan mengadakan interaksi dengan
reseptor dari neuron preoptik di hipotalamus anterior, dan menyebabkan
terbentuknya prostaglandin E2. IL-2 yang bertindak sebagai mediator dari
respon demam, dan berefek pada neuron di hipotalamus dalam pengaturan
kembali (penyesuaian) dari thermostatic set point. Akibat demam oleh
sebab apapun maka tubuh membentuk respon berupa pirogen endogen
termasuk IL- 1, IL-6, tumor necrotizing factor (TNF) (Widagdo, 2012).
Oleh karena itu, sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk
meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi.Selain itu, substansi
sejenis ndones dilepaskan untuk selanjutnya mempertahankan melawan
infeksi. Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set
point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi tubuh
memproduksi dan menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam untuk
mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama periode ini, orang
tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan, meskipun suhu tubuh
meningkat (Potter & Perry, 2010).
Fase menggigil berakhir ketika set point baru yaitu suhu yang lebih
tinggi tercapai. Selama fase berikutnya, masa stabil, menggigil hilang dan
pasien merasa hangat dan kering. Jika set point baru telah “melampaui
batas”, atau pirogen telah dihilangkan, terjadi fase ketiga episode febris.
Set point hipotalamus turun, menimbulkan respons pengeluaran panas.
Kulit menjadi hangat dan kemerahan karena vasodilatasi. Diaforesis
membantu evaporasi pengeluaran panas (Potter&Perry, 2010).
5
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala pada hipertermi menurut Huda (2013)
1) Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
2) Konvulsi (kejang)
3) Kulit kemerahan
4) Pertambahan RR
5) Takikardi
6) Saat disentuh tangan terasa hangat
6
7) Fase – fase terjadinya hipertermia
a) Fase I : awal
1. Peningkatan denyut jantung
2. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3. Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat
4. Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi
5. Merasakan sensasi dingin
6. Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi.
7. Rambut kulit berdiri.
8. Pengeluaran keringat berlebih.
9. Peningkatan suhu tubuh
a) Fase II : proses demam
a. Proses menggigil lenyap.
b. Kulit terasa hangat / panas.
c. Merasa tidak panas / dingin.
d. Peningkatan nadi & laju pernapasan.
e. Peningkatan rasa haus.
f. Dehidrasi ringan sampai berat.
g. Mengantuk, delirium / kejang akibat iritasi sel saraf
h. Lesi mulut ndonesi.
i. Kehilangan nafsu makan.
j. Kelemahan, keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat
katabolisme protein.
b) Fase III : pemulihan
1. Kulit tampak merah dan hangat.
2. Berkeringat.
3. Menggigil ringan.
4. Kemungkinan mengalami dehidrasi.
6. Suhu Tubuh Normal Berdasarkan Usia
a. Suhu normal pada bayi: 36,3–37,7 derajat Celsius
b. Suhu normal pada anak: 36,1–37,7 derajat Celsius
7
c. Suhu normal pada orang dewasa: 36,5–37,5 derajat Celsius.
7. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah lengkap (leukosit, trombosit, eritrosit, hematokrit,
HB)
- Kultur darah: kadang-kadang terlihat seperti banyak darah diambil
untuk dilakukan kultur, tetapi penting bahwa darah cukup untuk
mendapatkan hasil yang akurat. Darah yang diambil mungkin kurang
dari satu sendok the (5 ml) pada bayi dan 1-2 sendok the (5-10 Ml)
pada anak-anak yang lebih tua. Jumlah darah yang diambil sangat kecil
dibandingkan dengan jumlah darah dalah tubuh, dan itu akan
diperbaharui dalam waktu 24-48 jam
- Pemeriksaan urin dan feses
8. Penatalaksanaan
a. Medis
Beri obat penurun panas seperti paracetamol, dan obat penurun panas
lainnya
Rasional: Membantu dalam penurunan panas
b. Keperawatan
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu:
1) Observasi keadaan umum pasien
Rasional : Mengetahui perkembangan keadaan umum dari pasien
2) Observasi tanda-tanda vital pasien
Rasional: Mengetahui perubahan tanda-tanda vital dari pasien
3) Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
Rasional: Membantu kemudahan penguapan panas
4) Anjurkan pasien banyak minum
Rasional: Mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas
5) Anjurkan pasien banyak istirahat
Rasional: Meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh
tubuh
6) Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak,
lipatan paha, leher bagian belakang
8
Rasional: Mempercepat dalam penurunan produksi panas
7) Beri kesehatan pendidikan ke pasien dan keluarganya mengenai
pengertian, penanganan, dan terapis yang diberikan tentang
penyakitnya
Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari pasien
dan keluarganya
9. Komplikasi
Kerugian yang ndo terjadi pada seseorang yang mengalami demam
dan hipertermia adalah dehidrasi, karena pada keadaan demam terjadi pula
peningkatan pengeluaran cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan tubuh
kekurangan cairan. Pada kejang demam, juga ndo terjadi tetapi
kemungkinannya sangat kecil (Hartini, 2012)
Silbernagl, (2007) dalam patofisiologinya menjelaskan akibat yang
ditimbulkan oleh demam adalah peningkatan frekuensi denyut jantung dan
metabolisme ndone. Hal ini menimbulkan rasa lemah, nyeri sendi dan sakit
kepala, gelombang tidur yang lambat (berperan dalam perbaikan fungsi
otak), dan pada keadaan tertentu dapat menimbulkan gangguan kesadaran
dan persepsi (delirium karena demam) serta kejang. Keadaan yang lebih
berbahaya lagi ketika suhu inti tubuh mencapai 40°C karena pada suhu
tersebut otak sudah tidak dapat lagi mentoleransi. Bila mengalami
peningkatan suhu inti dalam waktu yang lama antara 40°C-43°C, pusat
pengatur suhu otak tengah akan gagal dan pengeluaran keringat akan
berhenti. Akibatnya akan terjadi disorientasi, sikap apatis dan kehilangan
kesadaran (Hartini, 2012).
9
b. Keluhan Utama
Meliputi keluhan paling utama yang dialami oleh pasien
c. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Riwayat penyakit yang diderita sekarang ditanyakan. Apakah ada
keluhan tambahan. Tanyakan juga kepada keluarga pasien keluhan
apa yang dilihat oleh keluarga.
2) Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, trauma kepala, gagap bicara (khususnya pada
penderita ndonesi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA,
OMA, Morbili dan lain-lain.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan tersebut
sebelumnya, umur berapa saat terjadi untuk pertama kalinya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah keluarga yang memiliki penyakit seperti pasien.
f. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi:
Personal ndone (kepribadian/ tingkah laku ndone): berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
Motorik halus: berhubungan dengan kemampuan pasien untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan
koordinasi yang cermat.
Motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
g. Pola Fungsional
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit.
10
- Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan
tindakan medis.
Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan
kesehatan yang diberikan, tindakan apabila anggota keluarga yang
sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
- Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi pasien, ditanyakan
bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi
oleh pasien, makanan apa saja yang disukai dan yang tidak,
bagaimana selera makan pasien, berapa kali minum, jenis dan
jumlahnya per hari.
- BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secata makroskopis
ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah, serta
ditanyakan apakah disertai nyeri saat akan kencing.
- BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak bagaimana
konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir.
- Pola aktivitas dan latihan
Apakah pasien senang menyendiri atau bersosialisasi dengan teman
sebayanya, berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam aktivitas
apa yang disukai.
- Pola tidur/ istirahat
Berapa jam sehari tidur, pergi tidur jam berapa. Bangun tidur jam
berapa, kebiasaan sebelum tidur, serta bagaimana dengan tidur siang.
Data objektif
1. Pemeriksaan umum
2. Pertama kali perhatikan keadaan umum vital: tingkat kesadaran,
tekanan darah, respirasi, nadi dan suhu.
3. Pemeriksaan fisik
11
a. Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali, adakah disperse
bentuk kepala, adakah tanda-tanda kenaikan tekanan ndonesia, yaitu
ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar
menutup atau belum.
b. Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut.
Pasien dengan malnutrisi ndone protein mempunyai rambut yang
jarang kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menyebabkan rasa sakit pada pasien.
c. Muka/ wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis
tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik
ke sisi sehat. Adakah tanda rhesus sardonicus, opistotonus, trimus,
apakah ada gangguan nervus cranial.
d. Mata
Bagaimana pupil dan ketajaman penglihatan. Bagaimana keadaaan
ndone, konjungtiva.
e. Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga,
keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
f. Hidung
Adakah ada pernafasan cuping hidung, polip yang menyumbat jalan
nafas, apakah keluar secret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya.
g. Mulut
Bagaimana keadaan lidah, adakah stomatitis, berapa jumlah gigi
yang tumbuh, apakah ada carries gigi.
h. Tenggorokan
12
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil, adakah tanda-tanda infeksi
faring.
i. Leher
Adakah tanda-tanda kaku duduk, pembesaran kelenjar tyroid,
adakah pembesaran vena jugularis.
j. Thorax
Amati bentuk dada pasien, bagaimana gerak pernafasan,
frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi dada. Pada
auskultasi adakah suara nafas tambahan.
k. Jantung
Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya, adakah
bunyi tambahan.
l. Abdomen
Adakah distensi abdomen serta kekakuan otot pada abdomen,
bagaimana turgor kulit dan ndonesia usus, adakah pembesaran lien
dan hepar.
m. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya,
apakah terdapat oedema, hemangioma, bagaimana keadaan turgor
kulit.
n. Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, secret yang keluar dari vagina,
tanda-tanda infeksi.
C. Diagnosa Keperawatan
Perawat mengkaji temuan pengkajian dan pengelompokkan karakteristik
yang ditentukan untuk membuat ndonesi keperawatan. Misalnya, pada
peningkatan suhu tubuh, kulit kemerahan, kulit hangat saat disentuh, dan
takikardia menandakan diagnosis hipertermia. Diagnosa keperawatan
mengidentifikasi ndone risiko pasien terhadap perubahan suhu tubuh atau
perubahan suhu ndone. Jika pasien memiliki ndone yang meningkatkan
13
perubahan suhu. Pada hipertermia, ndone yang berhubungan dengan aktivitas
yang berat akan menghasilkan intervensi yang sangat berbeda dari pada ndone
yang berhubungan dengan ketidakmampuan atau berkeringat. Beratnya
perubahan suhu dan efeknya, diserai dengan status kesehatan pasien secara
kesehatan pasien secara umum, akan mempengaruhi prioritas perawat dalam
merawat pasien (Potter &Perry, 2005).
D. Intervensi Keperawatan
Pasien yang berisiko mengalami perubahan suhu membutuhkan rencana
perawatan individu yang ditunjukkan dengan mempertahankan normotermia
dan mengurangi ndone risiko. Hasil yang diharapkan ditetapkan untuk
menentukan kemajuan ndones kembalinya suhu tubuh ke batas normal.
Misalnya, hasil dari masukan yang sama dengan haluaran penting untuk
menetapkan cairan yang diberikan perawat untuk menangani risiko pasien
terhadap ketidakseimbangan cairan dan elektronit (Potter dan Perry, 2005).
Pendidikan penting sehingga pasien dapat berpartisipasi dalam
mempertahankan normotermia. Hal ini terutama sekali penting pada kasus
orang tua yang perlu mengetahui bagaimana bertindak bila pada bayi atau anak
mereka terjadi perubahan suhu dirumah. Rencana perawatan bagi pasien
dengan perubahan suhu yang ndone berfokus pada pemulihan normotermia,
meminimalkan komplikasi dan meningkatkan kenyamanan (Potter & Perry,
2005).
14
membrane mukosa - Kulit dan membrane
mulut, hidung, mata, mukosa kering
dan kulit, cubit kulit - Haus
untuk melihat kerutan - Penurunan turgor kulit
yang lambat, elastic - Masukan cairan
- Pantau dengan cermat berkurang
masukan dan tingkat - Urine pekat
haluaran terhadap
masukan yang lebih
sedikit dari haluaran
Rencana Asuhan Keperawatan untuk Hipertermia berhubungan dengan
paparan terhadap lingkungan yang panas
Tujuan Hasil Yang Intervensi Rasional
Diharapkan
Pasien akan - Suhu tubuh - Pertahankan - Suhu ruangan
Kembali ke turun paling suhu tubuh sekitar dapat
Batasan suhu sedikit 1˚C sampai meningkatkan
tubuh yang setelah terapi ruangan 21˚C suhu tubuh,
normal - Suhu tubuh kecuali jika namun
tetap sama pasien menggigil
antara 36˚C – menggigil harus
37˚C sampai - Berikan dihindarkan
paling sedikit asetaminofen karena
24 jam sesuai program meningkatkan
ndon apabila suhu tubuh
suhu lebih (Guyton,
tinggi dari 1991)
39˚C - Antipiretik
menurunkan
set point.
Keseimbangan - Masukan akan - Anjurkan Cairan keluar
cairan elektrolit keseimbangan cairan PO melalui kedatangan
akan dengan sebagai pilihan air tidak kasat mata
dipertahankan haluaran pasien tiap 4 yang
- Tidak ada jam membutuhkan
bukit adanya penggantian.
hipotensi
ndonesi
selama
ambulasi
E. Implementasi Keperawatan
Prosedur yang digunakan untuk mengintervensi dan mengatasi naiknya
suhu bergantung pada penyebab demam, efek yang merugikan, kekuatan,
intensitas, durasinya. Dokter mencoba demam dengan mengisolasi pirogen
15
penyebab. Perawat mengambil kultur ndonesi untuk analisa laboratorium
seperti urine, darah, sputum, dan tempat luka.
Pengumpulan ndonesi ini memerlukan teknik ndones yang tepat untuk
menghindari masuknya organisme dari luar yang dapat mempengaruhi hasil
kultur. Dokter akan menginstruksikan pemberian obat ndonesia setelah kultur
didapat. Pemberian ndonesia akan mengahancurkan bakteri pirogen dan
menghilangkan stimulus tubuh terhadap demam. Perawat memberikan
ndonesia dengan tepat dan menganjurkan pasien mengenai pentingnya
mengkonsumsi dan melanjutkan ndonesia sampai pengobatan selesai.
Terapi keperawatan nonfarmakologis juga dapat digunakan untuk
menurunkan demam dengan cara peningkatan pengeluaran panas melalui
evaporasi, konduksi, konveksi, atau radiasi. Secara tradisional perawat telah
menggunakan mandi tepid sponge, mandi dengan menggunakan larutan air
ndones, kompres es pada daerah aksila dan lipatan paha dan kipas ndone.
Menurut Morgan yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005), riset terbaru
tidak ada menunjukan keuntungan dari metode-metode ini ndonesia medikasi
antipiretik. Selimut yang didinginkan dengan mensirkulasi air yang
dihantarkan oleh unit yang menggunakan motor, meningkatkan pengeluaran
panas konduktif. Perawat harus mengikuti instruksi dalam menggunakan
selimut hipotermia karena jika salah menggunakannya akan menyebabkan
terjadinya risiko rusaknya kulit dan “freeze burn” menempatkan selimut mandi
diantara pasien dan selimut hipotermia serta dianjurkan membungkus
ekstermitas distal.
Tindakan keperawatan mandiri meningkatkan kenyamanan, menurunkan
kebutuhan ndonesia dan memberi nutrisi untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan ndone (Potter &Perry, 2005)
F. Evaluasi Keperawatan
Semua evaluasi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan respons
ndone pasien terhadap hasil yang diharapkan dari rencana keperawatan. Setelah
semua intervensi, perawat mengukur suhu pasien untuk mengevaluasi
perubahan. Selain itu, perawat menggunakan tindakan ndonesia lain seperti
16
palpasi kulit dan pengkajian nadi dan respirasi. Jika terapi efektif, suhu tubuh
akan kembali ke batas normal, tanda-tanda vital yang lain akan stabil dan
pasien akan menyatakan rasa nyaman
Tujuan Tindakan Evaluasi Hasil Yang
Diharapkan
Suhu tubuh pasien akan Pantau suhu tubuh - Suhu tubuh turun
Kembali ke batas setelah intervensi paling sadikit 1˚C
normal (misalnya, medikasi setelah diterapi
antipiretik) - Suhu tubuh tetap
berada antara 36
dan 38 selama
paling sedikit 23
jam
Keseimbangan cairan - Pantau suhu tubuh - Kadar elektrolit
elektrolit akan tiap 4 jam tetap dalam batas
dipertahankan - Ukur kadar masukan normal
dan haluaran - Masukan
seimbangan dengan
haluaran
17
DAFTAR PUSTAKA
Buku konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan teori dan praktik
Sari, Minah. 2017. Hipertermi pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan
https://www.halodoc.com/artikel/bagaimana-cara-mengukur-suhu-tubuh-
manusia-yang-tepat
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/5103/3/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf
http://repository.unimus.ac.id/2980/3/BAB%20II.pdf
https://www.alodokter.com/hipertermia
18
BAB III
LEMBAR PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. B DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE
HEMORAGIC FEVER
DI RUANG SAKURA 1 RS TK II DUSTIRA
19
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
(Head To Toe)
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Bambang S Nama : Ny. Erna
Usia : 56 Tahun Usia : 54 Tahun
Status Perkawinan : Menikah Jenis Kelamin : Perempuan
Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam
Agama : Islam Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Sunda Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S3 PGSD Hubungan Dengan Klien : Istri
Pekerjaan : Dosen
Alamat : JL. PADAT KARYA NO 27 CIBEBER CIMAHI
20
Keterangan :
: laki-laki
: pasien laki-laki
: perempuan
Usaha Mengatasi
kesulitan : -
Pola Eliminasi: - -
BAK : 5 × sehari, jernih, bau, 8 × sehari, kuning pekat,
bau
Jumlah, Warna,
Bau, Masalah, Cara
Mengatasi.
21
Masalah, Cara
Mengatasi
Pola Istirahat Tidur - -
Pola Kebersihan - -
Diri (PH)
c. Frekuensi Bersih
Gosok gigi 2 × sehari
d. Keadaan kuku
e. Ganti baju
Aktivitas Lain - -
Berkebun di halaman
Aktivitas apa yang rumah
dilakukan klien
untuk mengisi
waktu luang ?
2. Riwayat Psikologis
a. Status Emosi
Ekspresi hati dan perasaan klien senang
Suasana yang membahagiakan klien yaitu ketika ditemani oleh istrinya
Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman ketika demam
naik turun
22
b. Gaya Komunikasi
Klien tidak tampak hati-hati dalam berbicara
Pola komunikasi klien spontan
Klien tidak menolak untuk diajak komunikasi
Komunikasi klien jelas
Kepribadian klien terbuka
c. Kondisi emosi/perasaan klien
Suasana hati klien gembira dan emosinya sesuai dengan ekspresi
wajahnya
3. Riwayat Sosial
Orang yang dekat dan dipercaya klien yaitu istrinya
Interaksi klien aktif
4. Riwayat Spiritual
Kebutuhan untuk beribadah terpenuhi
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Keadaan umum: Sedang
Kesadaran: Composmentis
GCS: 15 (E: 4, M; 6, V: 5)
2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah (TD) : 120/90 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Suhu : 38,3°C
d. Respiratory Rate (RR) :20x/menit
e. TB : 167 cm
f. BB : 78 kg
g. LILA : 35 cm
h. Lingkar perut : 110 cm
3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis
b. Hidung
Bentuk simetris dan tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan
pada hidung
c. Mulut
Tidak ada lesi, bibir pecah-pecah dan warna lidah merah muda
d. Telinga
Bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu pendengaran
23
b. Leher
Tidak ada peradangan
5. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Tidak ada kelainan
AUSKULTASI
Bisisng usus 8x/menit
PALPASI
Perut kembung, nyeri tekan dirasakan pada kuadran kanan atas, terdapat
pembesaran hepar/hepar teraba
PERKUSI
Dullness pada daerah kanan atas , timpani pada kuadran yang lain.
VI.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tanggal 29 mei 2022:
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
1 Hemo 16.5 g/dL (13.2 - 17.3
g/dL),
2 Hematokrit 48.7 % (33- 45 %)
3 Leukosit 5.96 ribu/ul (5.0-10.0
ribu/ul),
4 Trombosit 142ribu/ ul (150- 440
ribu/uL),
5 Eritrosit 5.3 juta/uL (4.40-5.90
juta/uL),
6 Mcv 92.6 fl (80.0- 100.0 fL)
7 Mch 31.4 pg (25.0 - 32. 0 pg)
8 Mchc 33.9 g/ dl (32.0- 36.0 g/dL)
9 RDW 12.6 % (10.0- 16.0%)
VII. TERAPI
Tanggal : 29 Mei 2022
24
mg penyakit untuk
DRIP (jam antibiotik hepar aktif meredakan
(melalui 06.00 derajat berat nyeri ringan
wadah dan hingga sedang
intavena) jam seperti sakit
13.00) kepala, sakit
gigi, nyeri otot,
serta menurun
2 Psidii Pemberian 3x Obat Herbal Fitofarmaka Psidii Kapsul
via oral 500 Terstandarisas digunakan
mg i (OHT) untuk
(jam membantu
06.00 meningkatkan
dan jumlah
jam trombosit darah
13.00) terutama pada
pasien demam
berdarah
3 Domperido Pemberian 3x 10 Antiemetik Antiemetik meredakan
n via oral mg (antimuntah) mual dan
(jam muntah
06.00
dan
jam
13.00)
4 Sucralfate Pemberian 3x 10 Antasida Antiucerant mengobati
via oral mg tukak
(jam lambung,mence
06.00 gah pendarahan
dan cerna
jam
13.00)
5 Ranitidine Pemberian 2x 10 Antasida, Antagonis H2 menurunkan
via mg antirefluks, produksi asam
intravena (jam antiulserasi lambung
06.00 berlebih
dan
jam
13.00)
25
mg penyakit untuk
DRIP (jam antibiotik hepar aktif meredakan
(melalui 21.00, derajat berat nyeri ringan
wadah jam hingga sedang
intavena) 06.00 seperti sakit
dan kepala, sakit
jam gigi, nyeri otot,
13.00) serta menurunk
2 Psidii Pemberian 3x Obat Herbal fitofarmaka Psidii Kapsul
via oral 500 Terstandarisas digunakan
mg i (OHT) untuk
(jam membantu
21.00, meningkatkan
jam jumlah
06.00 trombosit darah
dan terutama pada
jam pasien demam
13.00) berdarah
3 Domperido Pemberian 3x 10 antiemetik Antiemetik meredakan
n via oral mg (antimuntah) mual dan
(jam muntah
21.00,
jam
06.00
dan
jam
13.00)
4 Sucralfate Pemberian 3x 10 Antasida Antiucerant mengobati
via oral mg tukak
(jam lambung,mence
21.00, gah pendarahan
06.00 cerna
dan
jam
13.00)
5 Ranitidine Pemberian 2x 10 Antasida, Antagonis H2 menurunkan
via mg antirefluks, produksi asam
intravena (jam antiulserasi lambung
21.00, berlebih
06.00
dan
jam
13.00)
26
VIII. ANALISA DATA
27
>37,05◦C
↓
Hipertermia
29 Mei 2022 DS: pasien Virus dangue Gangguan
mengatakan Ketidakseimbangan
merasa mual,tidak Reaksi antigen –anti nutrisi kurang dari
selera makan body kebutuhan
↓
DO: pasien terlihat Viremia
mual,porsi makan ↓
tidak habis Mual
↓
Nafssu makan
menurun
↓
Intake in adekuat
↓
Ketidak seimbangan
nurtrisi kurang dari
kebutuhan
X. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO TUJUAN & HASIL RENCANA RASIONAL PARAF
DX KRITERIA TINDAKAN
1 Setelah Manajemen Mengetahui dan
mendapatkan Hipertermia memonitor ttv
tindakan Monitor ttv klien
keperawatan x 24 Berikan cairan Menyeimbangkan
jam demam pasien oral kebutuhan cairan
teratasi dengan Lakukan klien
kriteria hasil: pendinginan Menurunkan suhu
D.01.30 ekternal (kompres dengan teknis non
1. Suhu tubuh pasien ) farmakologis
tetap berada pada Anjurkan tirah Meminimalisir
rentang normal baring jumlah kegiatan
Kolaborasi klien
(36,05◦c)
pemberian cairan Membantu
2. Suhu kulit tidak
dan elektrolit IV dengan
teraba hangat
menurunkan suhu
/panas Regulasi dengan
Temperatur farmakologi
28
Monitor tekana Membantu
darah frekuensi perubahan
pernafasan dan tekanan
nadi darah,frekuensi
Sesuaikan suhu pernafasan dan
lingkungan nadi
dengan Dapat
kebutuhan klien menstabilkan
Kolaborasi suhu tubuh klien
pemberian Antipiretik
paracetamol berguna untuk
menurunkan
panas
2 Setelah Anjurkan pasien Nutrisi tetap
mendapatkan makan sedikit normal dan untuk
tindakan tapi sering mencegah rasa
keperawatan 2 x 24 Berikan informasi mual pada pasien
jam keseimbangan tentang Pasien
nutrisi pasien kebutuhan nutrisi memahami dan
terpenuhi, dengan Tanyakan mengerti tentang
kriteria hasil: makanan kebutuhan
1. Adanya kesukaan pasien nutrisinya.
peningkatan berat Kolaborasi Supaya nafsu
badan sesuai dengan ahli gizi makan pasien
dengan tujuan dalam pemberian meningkat
2. Berat badan ideal nutrisi Agar ahli gizi
sesuai dengan Identifikasi alergi tersebut bisa
tinggi badan makanan pasien memonitor
3. Mampu asupan nutrisi
mengidentifikasi Mencegah
kebutuhan nutrisi terjadinya
4. Tidak terjadi komplikasi
penurunan berat
badan yang berarti
5. Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
29
XI. EVALUASI
DX TANGGAL/ TINDAKAN paraf Evaluasi
jam
Hipertemi b.d penyakit 29 /05/ 2022 Manajemen Tekanan Darah
dhf d.d suhu pasien Hipertermia (TD) : 120/ 90
diatas batas normal 15.00 Monitor ttv mmHg
15.30 Berikan cairan Nadi:80x/
15.35 oral menit
Lakukan Su
pendinginan hu
15.40 ekternal :38
(kompres ) ,03
17.00 Anjurkan tirah C
baring Respiratory Rate
Kolaborasi (RR) :20x/mEnit
pemberian cairan
dan elektrolit IV
Pasien
15.00 dianjurkan
Regulasi
Temperatur meminum sehari
8 kali
15.45 Sesuaikan suhu
lingkungan Pasien
dengan dikompres
kebutuhan klien menggunkan air
16.00 Kolaborasi hangat
pemberian
antipiretik Menganjurkan
paracetamol pasien tirah
baring
(+)IVFD RL
20/tpm
Menganjurkan
pasien
menggunakan
selimut
Memberikan
obat oral
paracetamol 3 ×
30
1 (500 mg)
Pasien di
berikan cairan
RL 20/tpm
Menganjurkan
pasien
menggunakan
selimut
Memberikan
obat oral
paracetamol 3 ×
1 (500 mg)
31
kebutuhan b.d intake tapi sering sedikit-sedikit
yang tidak adekuat d.d Berikan tapi sering
Klien mual, tidak selera 15.35 informasi
makan. tentang Memberikan
16.00 kebutuhan informasi
nutrisi tentang
Tanyakan kebutuhan
makanan nutrisi pasien
kesukaan pasien
Kolaborasi Memberikan
16.15 dengan ahli gizi makanan
dalam kesukaan pasein
pemberian
16.30 nutrisi Memberikan gizi
Identifikasi alergi yang cukup dan
makanan pasien baik untuk
pasien
Menanyakan
apakah pasien
mempunyai
alergi terhadap
makanan apa
tidak
Cacatan perkembangan
BAB IV
PENUTUP
32
A. Kesimpulan
Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang
normal tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermia adalah
peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermia
terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk
mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan
suhu tubuh (Potter, 2010).
Hipertermia dapat disebabkan oleh virus dan mikroba. Mikroba serta
produknya berasal dari luar tubuh adalah bersifat pirogen eksogen yang
merangsang sel makrofag, leukosit dan sel lain untuk membentuk pirogen
endogen.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang Laporan
Pendahuluan dan Laporan Kasus diatas, dengan sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bias untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan yang telah dijelaskan.
33