Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 3 (ILMU DASAR PENYAKIT)


“SKENARIO 1”

Tutor : dr. Dewi Karita, M.Sc. dr

Ketua : Ahimsa Sanggya Heningbumi 2013010025


Sekretaris : Abdul Karim Ghozi 2013010023
Anggota : Alvyna Mutiara Laksita Jayanti 2013010048
Alfi Khikmatul Fikriyah 2013010039
Alin Amalia Putri 2013010030
Afaf Mutia Zahwa 2013010037
Amanda Putri Dyah Wulandari 2013010017
Alif Reydinata Putra Turut 2013010020
Shifa Amarullah 2013010001
Amalia Maulidia Husna 2013010062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan skenario 2 blok
2 ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran Program Studi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
dr. Dewi Karita, M.Sc. dr selaku tutor serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan tutorial ini. Kami menyadari laporan ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan sangat kami harapkan guna
perbaikan di masa mendatang.

ii
DAFTAR ISI

LAPORAN TUTORIAL..........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................1
SKENARIO 3......................................................................................................................................1
KLARIFIKASI ISTILAH.........................................................................................................................1
BAB II............................................................................................................................................2
Identifikasi Masalah.........................................................................................................................2
BAB III...........................................................................................................................................3
Curah Pendapat................................................................................................................................3
BAB IV..............................................................................................................................................4
ANALISIS MASALAH......................................................................................................................4
SKEMA..........................................................................................................................................9
BAB V.............................................................................................................................................10
LEARNING OBJECTIVE.................................................................................................................10
BAB VI............................................................................................................................................11
BELAJAR MANDIRI......................................................................................................................11
BAB VII...........................................................................................................................................12
HASIL DISKUSI BELAJAR MANDURI.............................................................................................12
PENUTUP........................................................................................................................................22
KESIMPULAN..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................23

iii
BAB I

SKENARIO 1

“Panasnya Cuaca”

Seorang perempuan berusia 65 tahun diantar keluarganya dan petugas medis ke IGD RS
dengan keluhan demam tinggi sejak 1 jam yang lalu. Pasien sedang menjalankan ibadah haji.
Suhu udara saat itu sangat panas dan tidak terasa angin berhembus. Dari alloanamnesa
didapatkan, pasien menderita penyakit gagal jantung (congestif heart failure) dan sedang
dalam pengobatan. Pasien sedikit minum karena jika terlalu banyak bertambah sesak. Saat
sedang melaksanakan ibadah haji,pasien tiba-tiba pingsan dan kemudian dibawa ke tempat
sejuk oleh teman-temannya. Saat diraba,tubuh pasien panas dan kemudian diberikan kompres
air dingin dan dikipasi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak gelisah, tubuh
teraba kering tidak berkeringat, suhu 410 C, tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi
110x/menit, dan frekuensi napas 20x/menit.

STEP 1 (KLARIFIKASI ISTILAH)

1. IGD adalah saalahsatu unit pelayanan di RS yang menyediakan penanganan


awawl (bagi pasien yg dating langsung ke RS) (permenkes RI no.47 2018)
2. Alloanamnesa adalah wawancara medis yg dilakukan dokter dengan keluarga
pasien yg membawa pasien tsb ke dokter (Makmur, 2000)
3. Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yg masuk ke tubuh saat
tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal (surinah dalam hartini,2015)
4. Gagal jantung adalah kelainan struktur atau fungsi jantung yg menyebabkan
kegagalan jantung untk memberi suplai darah untuk memenuhu kebutuhan
metabolism jaringan (arianda rh,2014)

1
5. Sesak adalah sesuatu yang menggambarkan suatu persepsi subjektif mengenai
ketidaknyamanan bernafas yang terdiri dari berbagai sensasi yg berbeda
intensitasnya (jurti vol.02, 2018)
6. Pingsan adalah kehilangan kesadaran karena kesadaran otak terganggu
Pingsan adalah kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh yg tuba tiba dan
bersifat sementara konsekuensi terdapat pemulihan spontan (hardisman, 2014)
Pingsan atau syncope adalah kehilangan kesadaran sementara akibat iskemia
cerebral umum (Dorland ed. 28)
7. Suhu tubuh adlah perbedaan antara jumlah panas yg diproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yg hilang ke lingkungan luar (perry,2005)

BAB II

STEP 2 (Identifikasi Masalah)

1. Faktor yang mempengaruhi seseorang pingsan?

2. Apa saja klasifikasi demam

3. Mengapa seseorang dapat mengalami demam

4. Mekanisme demam

5. Patofisiologi demam

6. Factor apa saja yang menyebabkan demam

7. Bagaimana cara menurunkan demam

8. Apa manifestasi klinis untuk demam

2
BAB III

STEP 3 (Curah Pendapat)

1. Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) menyebabkan elektrolit yang berada di


dalam pembuluh darah berkurang. Elektrolit ini dibutuhkan dalam metabolisme di otak
untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior sehingga
kekurangan akan mengganggu termoregulasi di hipotalamus anterior menyebabkan
demam (Guyton 2012)

2. Klasifikasi Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai

berikut: a. Demam septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang

tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal

pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila

3
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga

demam hektik. b. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari

tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang

mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar

perbedaan suhu yang dicatat demam septik. c. Demam intermiten Suhu

badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.

Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan

bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam

disebut kuartana. d. Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak

berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus

tinggi sekali disebut hiperpireksia. 13 e. Demam siklik Terjadi kenaikan

suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode

bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan

suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan

suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria.

Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan

segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi

4
saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat

dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90%

dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya

merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau

penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus

tetap waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)

3. Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non-infeksi berintraksi

dengan mekanisme pertahanan hospes. Demam pada kebanyakan anak

disebabkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan demam

menghilang sesudah masa yang pendek (Arvin, 2000).

4. Dehidrasi
I
Tubuh kehilangan cairan elektrolit
I
Penurunan cairan ekstrasel dan intrasel
I
Demam

5. Patofisiologi demam

Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.

Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu

5
pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari

pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau

mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin

lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen

adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh

pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN.

Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan

limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika

terstimulasi (Dinarello & Gelfand, 2005).

6. Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal

antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan eksternal yang terlalu

tinggi), penyakit autoimun, keganasan dan pemakaian obat-obatan. Hal

lain yang berperan sebagai penyebab demam non infeksi adalah gangguan

sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma,

cedera hipotalamus atau gangguan lainnya.

7. terdapat dua cara yaitu ada yang farmakologis dan nonfarmako.

8. Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) menyebabkan elektrolit yang berada di


dalam pembuluh darah berkurang. Elektrolit ini dibutuhkan dalam metabolisme di otak

6
untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior sehingga kekurangan
akan mengganggu termoregulasi di hipotalamus anterior menyebabkan demam (Guyton
2012)

BAB IV

STEP 4 (ANALISIS MASALAH)

1 Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) menyebabkan elektrolit yang berada di dalam
pembuluh darah berkurang. Elektrolit ini dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk
menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior sehingga kekurangan akan
mengganggu termoregulasi di hipotalamus anterior menyebabkan demam (Guyton 2012)

2 Jenis – Jenis Demam


a. Demam septik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada
pagi hari.
b. Demam hektik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat yang normal pada pagi
hari.
c. Demam remiten Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu normal.
d. Demam intermiten Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari.
e. Demam Kontinyu Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang
tidak berbeda lebih dari satu derajat.
f. Demam Siklik Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula. (Nelwan, 2009)

7
3. Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai

bagian tubuh sebagai berikut: suhu aksila/ketiak diatas 37,2°C, suhu

oral/mulut diatas 37,8°C, suhu rektal/anus diatas 38,0°C, suhu dahi

diatas 38,0°C, suhu di membran telinga diatas 38,0°C. Sedangkan

dikatakan demam tinggi apabila suhu tubuh diatas 39,5°C dan

hiperpireksia bila suhu diatas 41,1°C (Bahren, et al., 2014).

4 Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) menyebabkan elektrolit yang berada di dalam
pembuluh darah berkurang. Elektrolit ini dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk menjaga
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior sehingga kekurangan akan mengganggu
termoregulasi di hipotalamus anterior menyebabkan demam (Guyton 2012)

5. Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit,

limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator

inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat

kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN).

Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus

untuk membentuk prostaglandin (Dinarello & Gelfand, 2005). Prostaglandin yang

terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi

hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari

suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk

meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme

volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi

panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan

suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).

7. farmakologis dengan menggunakan obat paracetamol sama ibuprofen

nonfarmako dengan cara diberi minum yang banyak

tempatkan pada ruangan yang suhunya normal

menggunakan pakaian yang tidak tebal

memberikan kompres

8
8. Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai

bagian tubuh sebagai berikut: suhu aksila/ketiak diatas 37,2°C, suhu

oral/mulut diatas 37,8°C, suhu rektal/anus diatas 38,0°C, suhu dahi

diatas 38,0°C, suhu di membran telinga diatas 38,0°C. Sedangkan

dikatakan demam tinggi apabila suhu tubuh diatas 39,5°C dan

hiperpireksia bila suhu diatas 41,1°C (Bahren, et al., 2014).

9
SKEMA

wanita berusia 65 tahun demam 1 jam yang lalu dibawa ke IGD

suhu udara panas tidak terasa angin


alloanamnesa gagal jantung
berhembus

pemeriksaan fisik ; gelisah dan tidak


minum banyak jadi sesak
berkeringat

10
BAB V

LEARNING OBJECTIVE

1. Penanganan saat demam


2. Organ yang berperan dalam regulasi demam
3. Perbedaan febris, hipertermi, hiperpereksi
4. Hubungan antara usia dan control suhu pada cuaca panas
5. Factor kelainan yang dpat terjadi di lingkungan panas
6. Produksi panas dari tubuh scr fisiologis
7. Pelepasan panas oleh kulit dan jaringan
8. Mekanisme demam berdasarkan kasus
9. Cara mengetahui demam
10. Etiologi demam
11. Mekanisme yang diaktifkan oleh panas dan dingin
12 Patofisiologi demam

BAB VI

11
BELAJAR MANDIRI

BAB VII

12
HASIL DISKUSI BELAJAR MANDURI

1. Penanganan saat demam

Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan
antipiretik berupa:
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat
pilihan pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang
diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam
dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4
jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6
jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan
1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol
bukan untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan
suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2
bualn karena alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya
belum memiliki fungsi hati yang sempurna, sementara efek
samping paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati.
Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar
(sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor
lingkungan atau kurang cairan.
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri
perut, reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik
kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit),
bronkospasme (penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan
dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada
cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga
memiliki efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan
kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen
dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis
sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan
berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari
parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual,
muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel,
sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat
menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
b. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat

13
dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh
dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat
menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan. Kompres meupakan metode untuk menurunkan
suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis kompres yaitu kompres
hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti
menerapkan penggunaan kompres hangat.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan
kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang
ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat
memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh
(Maharani dalam Wardiyah 2016).
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh
dapat membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh
(Dewi, 2016). Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak
dan lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit dengan
temperature air 30-32oC, akan membantu menurunkan panas
dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses
penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih
efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat
pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar
keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga
akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang
akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh
ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015)
2. Organ yang berperan dalam regulasi demam
a. Organ yang Berperan dalam Pengaturan Demam

Menurut Guyton & Hall (2014) dan Sherwood (2014) suhu tubuh diatur hampir
seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan balik, dan semua mekanisme ini terjadi
melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus. Oleh karena itu, organ
yang berperan dalam pengaturan demam adalah hipotalamus.

3. Perbedaan febris, hipertermi, hiperpereksi


Demamadalah peninggian suhu tubuhdarivariasi suhu normalsehari-hari yang
berhubungan dengan peningkatan set point (titik patokan) suhu di hipotalamus. Suhu tubuh
normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal
temperature ≥38,0°C atau oral temperature≥37,5°Catauaxillarytemperature≥37,2°C. Demam
bisa dikelompokkan menurut kenaikan suhunya, menjadi demam derajad rendah dimana
suhunya tidak lebih dari 37,5°C, derajad sedang 37,5-39,0°C, derajad tinggi 39,1-40,0°C dan

14
diatas 40,5°C disebut hiperpireksia. Ada referensi yang menyebutkan bahwa hiperpireksia
adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan
infeksi yang parahtetapipalingseringterjadipadapasiendenganperdarahansistemsarafpusat.
Terdapat istilah hipertermia, suatu gangguan panas yang bersifat eksogenous, meningkatnya
suhu tidak disertai peningkatan set-point suhu di hipotalamus, sedangkan demam (fever)
merupakan
gangguanpanasyangbersifatendogenous.Hipotermiadalahkeadaandimanasuhu<35°C.
Menurut Guyton & Hall (2014) pada demam biasa suhu tubuh berada disekitar
diatas norrmal saja, adapun keadaan demam yang lebih berat yaitu hiperpireksia
suhu tubuh lebih daripada 41,1oC atau 106oF. Sherwood (2014) menyatakan bahwa
hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal. Kata demam
biasanya dinyatakan untuk peningkatan suhu akibat pelepasan pirogen endogen yang
menyetel ulang titik patokan (set point) suhu hipotalamus selama infeksi atau
peradangan. Sedangkan hipertermia merujuk kepada semua ketidakseimbangan antara
penambahan panas dan pengeluaran panas yang meningkatkan suhu tubuh.
Hipertermia memiliki berbagai sebab, sebagian normal dan tidak berbahaya, yang lain
patologik dan mematikan. Adapun penyebab tersering hipertermia adalah olahraga
yang berkepanjangan. Hipertermia juga dapat terjadi akibat malfungsi pusat kontrol
hipotalamus. Lesi otak tertentu, misalnya mengurangi kemampuan termostat
hipotalamus untuk mengatur suhu normal. Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa
hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu
kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai
suhu bagian tubuh di bawah 35 °C.

4. Hubungan antara usia dan control suhu pada cuaca panas

15
Summary of age-related changes in thermoregulation during heat stress. Compared with
young adults during heat stress, older individuals typically respond with attenuated
individual sweat gland outputs, decreased skin blood flows, reduced cardiac outputs and
smaller redistributions of blood flow from the splanchnic and renal circulations.
https://journals.physiology.org/doi/full/10.1152/japplphysiol.00202.2003

5. Factor kelainan yang dpat terjadi di lingkungan panas


file:///C:/Users/user/Downloads/2013-2732-1-PB.pdf

6. Produksi panas dari tubuh scr fisiologis

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/7febda5a61b17ad84d808b6c432549
14.pdf
7. Pelepasan panas oleh kulit dan jaringan
https://media.neliti.com/media/publications/116441-ID-adaptasi-suhu-tubuh-terhadap-
latihan-dan.pdf
8. Mekanisme demam berdasarkan kasus

Dehidrasi

Tubuh Kehilangan Cairan Elektrolit

Penurunan Cairan Ekstra Sel dan Intra Sel

16
Demam

Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) menyebabkan elektrolit yang ada


dalam pembuluh darah berkurang. Elektrolit ini dibutuhkan dalam metabolisme di
otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.
Sehingga kekurangan akan menggangu termoregulasi hipotalamus anterior
sehingga menimbulkan demam.

9. Cara mengetahui demam


http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123885-S09009fk-Pengetahuan%20ibu-Literatur.pdf

10. Etiologi demam


Potter & Perry (2005), Sherwood (2014), dan Guyton & Hall (2014)
menyataakan bahwa demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non
infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur,
ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-
anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis,
bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis
media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain.
Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral
pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus
umum seperti H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara
lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit yang pada
umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis
(Jenson & Baltimore, 2007).
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara
lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan
tumbuh gigi), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupuserythematosus, vaskulitis),
keganasan (penyakit hodgkin, limfoma nonhodgkin, leukemia), dan pemakaian obat-
obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin). Selain itu anak-anak juga dapat
mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-
10 hari. Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam
adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma,
cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya (Graneto, 2010)

11. Mekanisme yang diaktifkan oleh panas dan dingin

17
Terjadi dua tahap

Tahap pertama adalah mekanisme vaskular yaitu dengan mengubah aliran darah di kulit.
Hipotalamus mengirim impuls saraf ke pusat vasomotor dalam batang otak yang mengatur
otot polos arteriol perifer dan dengan demikian mengatur aliran darah dari inti tubuh ke
permukaan tubuh

Tahap kedua adalah mekanisme non vaskular yaitu dengan meningkatkan sekresi keringat
pada kepanasan dan meningkatkan tonus otot dan bahkan kontraksi-kontraksi involunter
(menggigil) pada kedinginan.

12. Patofisiologi demam


Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen
adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen
adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah
produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen
eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif.
Jenis lain dari pirogen adalah pirogen
endogenyangmerupakanpirogenyangberasaldaridalamtubuhpasien.Contohdaripirogenendo
gen antaralainIL-1,IL-6,TNF-
α,danIFN.Sumberdaripirogenendogeninipadaumumnyaadalahmonosit,
neutrofil,danlimfositwalaupunsellainjugadapatmengeluarkanpirogenendogenjikaterstimulasi
. Prosesterjadinya demamdimulai daristimulasi sel-sel darahputih (monosit, limfosit,
danneutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun.
Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN).
Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk
membentuk prostaglandin. Prostaglandinyangterbentukkemudianakanmeningkatkanset-
pointtermostat dipusattermoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu
sekarang lebih rendah dari set-point yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme
untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme
volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan
penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkansuhutubuhnaikkeset-
pointyangbarutersebut.

https://www.youtube.com/watch?v=_3LAeMDM34U

PENUTUP

18
KESIMPULAN

Demam adalah peninggian suhu dari variasi suhu normal sehari hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hypothalamus. Demam
disebabkan karena faktor infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi meliputi bakteri,
virus, jamur, dan parasit sedangkan faktor non infeksi salah satunya adalah pengaruh
suhu eksternal lingkungan yang tinggi. Fase terjadinya demam meliputi fase
kedinginan, fase demam dan fase kemerahan. Salah satu gangguan fisiologis demam
adalah hipertermi yang meliputi heat cramps, heat exhaustion dan heat stroke. Heat
stroke disebabkan karena suhu lingkungan yang terlalu tinggi dan terganggunya
fungsi hipotalamus sebagai pusat regulasi yang dapat menyebabkan kematian.
Penatalaksaan demam meliputi terapi non farmakologis yaitu melalui mekanisme
kompres hangat dan mekanisme kompres dingin pada heat stroke serta terapi
farmakologis menggunakan antipiretik.

SARAN

Sebagai mahasiswa kedokteran sebaiknya kita harus selalu aktif mencari


pengetahuan secara mandiri serta kritis dalam menggali pengetahuan baru yang
berhubungan dengan ilmu kedokteran. Setelah kegiatan tutorial ini kita diharapkan
memahami mengenai mekanisme terjadinya demam dan etiologinya serta berbagai
macam penyakit yang ditandai dengan keadaan demam. Selain itu, sebagai calon
doter kita juga harus selalu berusaha untuk selalu menjaga kesehatan diri maupun
lingkungan sekitar kita.

DAFTAR PUSTAKA

A.Brockop, Dorothy Young .1999. Dasar-Dasar Riset Keperatan, Edisi 2, Jakarta, EGC, hal
124-126.

19
Aguspairi .2011. Efektifitas Metode Tepid Sponge dan Kompres Dingin dalam Menurunkan
Suhu Tubuh Anak Demam. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.11 No.3 Tahun
2011. Diakses pada tanggal 18 Desember 2014

Arikunto, S .1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Renika


Cipta.hal 96-117

Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., & Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis
Kozier & Erb. Edisi 5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Berne, R M .1993. Physiology, Third Edition, St Louis: Mosby Year Book, p- 109.company.
1984; 120-3

Dalal, S. & Zhukovsky, D.S. 2006. Pathophysiology and management of fever. The Journal
of Supportive Oncology 4(2), 9-15.

dalam gout. Dalam: Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta:EGC. 1992; 474-

Declan, T. Wash.1997. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi. Jakarta:EGC

Depkes RI .1994. Prosedur Keperawatan Dasar, Jakarta:PPNI

Dinarello, C.A., and Gelfand, J.A., 2005. Fever and Hyperthermia. In: Kasper, D.L., et. al.,
ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. Singapore: The McGraw-Hill
Company, 104-108.

Dorland, W.A.N. 2012. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC..

20
21

Anda mungkin juga menyukai