Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan skenario 2 blok
2 ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran Program Studi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
dr. Dewi Karita, M.Sc. dr selaku tutor serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan tutorial ini. Kami menyadari laporan ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan sangat kami harapkan guna
perbaikan di masa mendatang.
ii
DAFTAR ISI
LAPORAN TUTORIAL..........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................1
SKENARIO 3......................................................................................................................................1
KLARIFIKASI ISTILAH.........................................................................................................................1
BAB II............................................................................................................................................2
Identifikasi Masalah.........................................................................................................................2
BAB III...........................................................................................................................................3
Curah Pendapat................................................................................................................................3
BAB IV..............................................................................................................................................4
ANALISIS MASALAH......................................................................................................................4
SKEMA..........................................................................................................................................9
BAB V.............................................................................................................................................10
LEARNING OBJECTIVE.................................................................................................................10
BAB VI............................................................................................................................................11
BELAJAR MANDIRI......................................................................................................................11
BAB VII...........................................................................................................................................12
HASIL DISKUSI BELAJAR MANDURI.............................................................................................12
PENUTUP........................................................................................................................................22
KESIMPULAN..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................23
iii
BAB I
SKENARIO 1
“Panasnya Cuaca”
Seorang perempuan berusia 65 tahun diantar keluarganya dan petugas medis ke IGD RS
dengan keluhan demam tinggi sejak 1 jam yang lalu. Pasien sedang menjalankan ibadah haji.
Suhu udara saat itu sangat panas dan tidak terasa angin berhembus. Dari alloanamnesa
didapatkan, pasien menderita penyakit gagal jantung (congestif heart failure) dan sedang
dalam pengobatan. Pasien sedikit minum karena jika terlalu banyak bertambah sesak. Saat
sedang melaksanakan ibadah haji,pasien tiba-tiba pingsan dan kemudian dibawa ke tempat
sejuk oleh teman-temannya. Saat diraba,tubuh pasien panas dan kemudian diberikan kompres
air dingin dan dikipasi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak gelisah, tubuh
teraba kering tidak berkeringat, suhu 410 C, tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi
110x/menit, dan frekuensi napas 20x/menit.
1
5. Sesak adalah sesuatu yang menggambarkan suatu persepsi subjektif mengenai
ketidaknyamanan bernafas yang terdiri dari berbagai sensasi yg berbeda
intensitasnya (jurti vol.02, 2018)
6. Pingsan adalah kehilangan kesadaran karena kesadaran otak terganggu
Pingsan adalah kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh yg tuba tiba dan
bersifat sementara konsekuensi terdapat pemulihan spontan (hardisman, 2014)
Pingsan atau syncope adalah kehilangan kesadaran sementara akibat iskemia
cerebral umum (Dorland ed. 28)
7. Suhu tubuh adlah perbedaan antara jumlah panas yg diproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yg hilang ke lingkungan luar (perry,2005)
BAB II
4. Mekanisme demam
5. Patofisiologi demam
2
BAB III
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal
pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
3
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga
demam hektik. b. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari
tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang
badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan
bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus
suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi
4
saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90%
dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus
4. Dehidrasi
I
Tubuh kehilangan cairan elektrolit
I
Penurunan cairan ekstrasel dan intrasel
I
Demam
5. Patofisiologi demam
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu
5
pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari
lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen
adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh
pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN.
Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan
limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika
6. Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal
lain yang berperan sebagai penyebab demam non infeksi adalah gangguan
6
untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior sehingga kekurangan
akan mengganggu termoregulasi di hipotalamus anterior menyebabkan demam (Guyton
2012)
BAB IV
1 Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) menyebabkan elektrolit yang berada di dalam
pembuluh darah berkurang. Elektrolit ini dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk
menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior sehingga kekurangan akan
mengganggu termoregulasi di hipotalamus anterior menyebabkan demam (Guyton 2012)
7
3. Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai
4 Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) menyebabkan elektrolit yang berada di dalam
pembuluh darah berkurang. Elektrolit ini dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk menjaga
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior sehingga kekurangan akan mengganggu
termoregulasi di hipotalamus anterior menyebabkan demam (Guyton 2012)
5. Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit,
limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator
inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat
kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN).
panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan
memberikan kompres
8
8. Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai
9
SKEMA
10
BAB V
LEARNING OBJECTIVE
BAB VI
11
BELAJAR MANDIRI
BAB VII
12
HASIL DISKUSI BELAJAR MANDURI
Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan
antipiretik berupa:
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat
pilihan pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang
diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam
dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4
jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6
jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan
1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol
bukan untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan
suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2
bualn karena alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya
belum memiliki fungsi hati yang sempurna, sementara efek
samping paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati.
Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar
(sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor
lingkungan atau kurang cairan.
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri
perut, reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik
kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit),
bronkospasme (penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan
dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada
cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga
memiliki efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan
kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen
dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis
sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan
berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari
parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual,
muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel,
sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat
menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
b. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
13
dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh
dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat
menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan. Kompres meupakan metode untuk menurunkan
suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis kompres yaitu kompres
hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti
menerapkan penggunaan kompres hangat.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan
kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang
ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat
memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh
(Maharani dalam Wardiyah 2016).
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh
dapat membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh
(Dewi, 2016). Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak
dan lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit dengan
temperature air 30-32oC, akan membantu menurunkan panas
dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses
penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih
efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat
pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar
keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga
akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang
akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh
ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015)
2. Organ yang berperan dalam regulasi demam
a. Organ yang Berperan dalam Pengaturan Demam
Menurut Guyton & Hall (2014) dan Sherwood (2014) suhu tubuh diatur hampir
seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan balik, dan semua mekanisme ini terjadi
melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus. Oleh karena itu, organ
yang berperan dalam pengaturan demam adalah hipotalamus.
14
diatas 40,5°C disebut hiperpireksia. Ada referensi yang menyebutkan bahwa hiperpireksia
adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan
infeksi yang parahtetapipalingseringterjadipadapasiendenganperdarahansistemsarafpusat.
Terdapat istilah hipertermia, suatu gangguan panas yang bersifat eksogenous, meningkatnya
suhu tidak disertai peningkatan set-point suhu di hipotalamus, sedangkan demam (fever)
merupakan
gangguanpanasyangbersifatendogenous.Hipotermiadalahkeadaandimanasuhu<35°C.
Menurut Guyton & Hall (2014) pada demam biasa suhu tubuh berada disekitar
diatas norrmal saja, adapun keadaan demam yang lebih berat yaitu hiperpireksia
suhu tubuh lebih daripada 41,1oC atau 106oF. Sherwood (2014) menyatakan bahwa
hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal. Kata demam
biasanya dinyatakan untuk peningkatan suhu akibat pelepasan pirogen endogen yang
menyetel ulang titik patokan (set point) suhu hipotalamus selama infeksi atau
peradangan. Sedangkan hipertermia merujuk kepada semua ketidakseimbangan antara
penambahan panas dan pengeluaran panas yang meningkatkan suhu tubuh.
Hipertermia memiliki berbagai sebab, sebagian normal dan tidak berbahaya, yang lain
patologik dan mematikan. Adapun penyebab tersering hipertermia adalah olahraga
yang berkepanjangan. Hipertermia juga dapat terjadi akibat malfungsi pusat kontrol
hipotalamus. Lesi otak tertentu, misalnya mengurangi kemampuan termostat
hipotalamus untuk mengatur suhu normal. Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa
hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu
kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai
suhu bagian tubuh di bawah 35 °C.
15
Summary of age-related changes in thermoregulation during heat stress. Compared with
young adults during heat stress, older individuals typically respond with attenuated
individual sweat gland outputs, decreased skin blood flows, reduced cardiac outputs and
smaller redistributions of blood flow from the splanchnic and renal circulations.
https://journals.physiology.org/doi/full/10.1152/japplphysiol.00202.2003
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/7febda5a61b17ad84d808b6c432549
14.pdf
7. Pelepasan panas oleh kulit dan jaringan
https://media.neliti.com/media/publications/116441-ID-adaptasi-suhu-tubuh-terhadap-
latihan-dan.pdf
8. Mekanisme demam berdasarkan kasus
Dehidrasi
16
Demam
17
Terjadi dua tahap
Tahap pertama adalah mekanisme vaskular yaitu dengan mengubah aliran darah di kulit.
Hipotalamus mengirim impuls saraf ke pusat vasomotor dalam batang otak yang mengatur
otot polos arteriol perifer dan dengan demikian mengatur aliran darah dari inti tubuh ke
permukaan tubuh
Tahap kedua adalah mekanisme non vaskular yaitu dengan meningkatkan sekresi keringat
pada kepanasan dan meningkatkan tonus otot dan bahkan kontraksi-kontraksi involunter
(menggigil) pada kedinginan.
https://www.youtube.com/watch?v=_3LAeMDM34U
PENUTUP
18
KESIMPULAN
Demam adalah peninggian suhu dari variasi suhu normal sehari hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hypothalamus. Demam
disebabkan karena faktor infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi meliputi bakteri,
virus, jamur, dan parasit sedangkan faktor non infeksi salah satunya adalah pengaruh
suhu eksternal lingkungan yang tinggi. Fase terjadinya demam meliputi fase
kedinginan, fase demam dan fase kemerahan. Salah satu gangguan fisiologis demam
adalah hipertermi yang meliputi heat cramps, heat exhaustion dan heat stroke. Heat
stroke disebabkan karena suhu lingkungan yang terlalu tinggi dan terganggunya
fungsi hipotalamus sebagai pusat regulasi yang dapat menyebabkan kematian.
Penatalaksaan demam meliputi terapi non farmakologis yaitu melalui mekanisme
kompres hangat dan mekanisme kompres dingin pada heat stroke serta terapi
farmakologis menggunakan antipiretik.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
A.Brockop, Dorothy Young .1999. Dasar-Dasar Riset Keperatan, Edisi 2, Jakarta, EGC, hal
124-126.
19
Aguspairi .2011. Efektifitas Metode Tepid Sponge dan Kompres Dingin dalam Menurunkan
Suhu Tubuh Anak Demam. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.11 No.3 Tahun
2011. Diakses pada tanggal 18 Desember 2014
Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., & Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis
Kozier & Erb. Edisi 5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Berne, R M .1993. Physiology, Third Edition, St Louis: Mosby Year Book, p- 109.company.
1984; 120-3
Dalal, S. & Zhukovsky, D.S. 2006. Pathophysiology and management of fever. The Journal
of Supportive Oncology 4(2), 9-15.
dalam gout. Dalam: Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta:EGC. 1992; 474-
Dinarello, C.A., and Gelfand, J.A., 2005. Fever and Hyperthermia. In: Kasper, D.L., et. al.,
ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. Singapore: The McGraw-Hill
Company, 104-108.
Dorland, W.A.N. 2012. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC..
20
21