No Nama NPM
1. Puspita Yanti 16700128
FAKULTAS KEDOKTERAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah,
rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan dan menyusun laporan
praktikum yang berjudul Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Suhu Tubuh, Denyut Nadi,
Tekanan Darah dan Pernapasan). Dalam laporan ini diuraikan tentang otot polos dan
pengaruh-pengaruh obat-obatan terhadap otot polos itu sendiri serta hasil dari praktikum yang
kami lakukan.
Laporan ini kami susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Faal Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Selain itu laporan ini disusun untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan semua mahasiswa dalam hal Ilmu Faal khususnya
tentang otot polos terutama lambung pada tubuh kita.
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak,
baik bantuan yang berupa materi maupun bantuan dukungan moral. Oleh sebab itu pada kata
pengantar ini kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Dosen Mata Kuliah Ilmu Faal dalam
membimbing serta mengarahkan proses penyusunan laporan ini dan praktikum yang kami
lakukan serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk digunakan selama
pemeriksaan fsik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Teknik-teknik ini digunakan
sebagai bingkai kerja yang menfokuskan pada indera penglihatan, pendengaran, sentuhan dan
penciuman.
a. Inspeksi
Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu melihat dan
mengevaluasi pasien secara visual. Secara formal, pemeriksa menggunakan indera penglihatan
berkonsentrasi untuk melihat pasien secara seksama, persisten dan tanpa terburu-buru, sejak
detik pertama bertemu, dengan cara memperoleh riwayat pasien dan, terutama, sepanjang
pemeriksaan fisik dilakukan.
b. Palpasi
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah kedua pada
pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah diperoleh melalui inspeksi
sebelumnya.
c. Perkusi
Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh secara
ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara
di bawahnya.
d. Auskultasi
Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung,
pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen. Umumnya, auskultasi adalah teknik
terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat
auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera
abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. Suara terauskultasi
dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keraslemahnya), durasi, kualitas (timbre) dan
waktunya.Pemeriksa akan mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah (suara
Korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh. Auskultasi
di bantu dengan alat stestoschope.
Tanda vital merupakan tanda yang sangat penting dalam perawatan pasien. karena
mempunyai nilai akurasi yang sangat tinggi. Perubahan dari tanda vital tersebut berarti
menandakan terjadi gangguan fungsi dari tubuh atau perubahan dari kondisi pasien, hal ini
perlu mendapat perhatian dengan seksama dan perlu penanganan segera. Tiap individu
mempunyai variasi tanda vital yang berbeda, seperti adanya perubahan cuaca, umur, keadaan
emosional, olahraga, makan, dsb. Berikut ini beberapa tanda vital pada tubuh manusia antara
lain : suhu, tekanan darah, frekwensi denyut nadi, frekwensi pernapasan, berat badan, tinggi
badan dan elastisitas kulit.
Di dalam pemeriksaan fisik terdapa pemeriksaan vital sign yang terdiri dari :
Pengukuran suhu tubuh bayi dilakukan pada rektal, pemeriksaan secara aksiler adalah
pemeriksaan yang lazim dilakukan.
Bila demam disertai dengan sakit otot, rasa lemas, tak nafsu makan,
mungkin pilek, batuk dan sakit tenggorok biasanya digolongkan sebagai
influenza (common cold).
Kausa demam selain infeksi, juga bisa akibat toksemia, keganasan, obat,
dan gangguan pusat pengatur suhu sentral (heat stroke, perdarahan otak,
koma).
Hal-hal khusus yang diperhatikan pada demam seperti cara timbul, lama
demam, sifat, tinggi demam, keluhan serta gejala lain demam. Demam yang
tiba-tiba tinggi, mungkin diakibatkan virus.
Demam Belum Terdiagnosis merupakan keadaan seseorang yang
mengalami demam terus-menerus selama 3 minggu dengan suhu badan >
38.3 C dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti
selama seminggu secara intensif dengan menggunakan laboratorium dan
penunjang medis lainnya.
Demam Dibuat-Buat (Factitius Fever) merupakan demam yang dibuat
seseorang dengan sengaja dengan berbagai cara agar suhu badannya
melebihi suhu badan sebenarnya.
5. Status Gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme
20 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang
dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang
mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh
(hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung
tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang
cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan
sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
6. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme,
mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan
energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga
38,3 40,0 C.
7. Gangguan Organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan.
Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat
merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar
keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu
tubuh terganggu.
8. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya
panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih
dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat memengaruhi suhu tubuh
manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian
besar melalui kulit.
2. Konduksi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lainnya melalui kontak
langsung, misalnya kontak langsung dengan es
3. Konveksi adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan udara,
misalnya udara yang berdekatan dengan badan akan menjadi hangat
4. Evaporisasi adalah pemindahan panas yang terjadi melalui proses penguapan, misalnya
pernapasan dan perspiration dari kulit. Misalnya keringat meningkatkan pengeluaran
panas tubuh
Suhu tubuh terjaga konstan meskipun adanya perubahan kondisi lingkungan. Hal ini
disebabkan karena adanya proses pengaturan suhu melalui negatiffeedback sistem (
mekanisme umpan balik ). Organ pengatur suhu yang utama adalah hipotalamus. Untuk
regulasi panas tubuh diperlukan konsentrasi sodium dan kalsium yang cukup, terutama didalam
dan disekitar Hipotalamus posterior. Variasi suhu orang yang sehat berkisar 0.7 derajat Celcius
dari normal ( 1,40 F ).
Faktor- faktor yang mempengaruhi suhu lainnya tubuh yaitu antara lain :
1. Umur :
Bayi yang baru lahir sangat dipengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya, maka
dari itu harus dilindungi dari perubahan iklim yang dapat berubah dengan cepat. Anak-
anak mempunyai suhu yang lebih labil dari pada orang dewasa.
2. Aktifitas tubuh
Aktifitas otot dan proses pencernaan sangat mempengaruhi suhu tubuh. Pada
pagi hari jam 04.00 06.00 suhu tubuh paling rendah, sedangkan sore hari sekitar jam
16.00 20.00 yang paling tinggi, perubahan suhu berkisar antara 1,1 1,60 C ( 2 30F).
3. Jenis Kelamin
Wanita lebih efisien dalam mengatur suhu internal tubuh dari pada pria, hal ini
disebabkan karena hormon estrogen dapat meningkatkan jaringan lemak.
Meningkatnya progesteron selama ovulasi akan meningkatkan suhu wanita sekitar 0.3
0.50 C (0.5 10 F) sedangan estrogen dan testoteron dapat meningkatkan Basal
Metabolic Rate.
4. Perubahan emosi
Emosi yang meningkat akan menambah kadar Adrenalin dalam tubuh sehingga
metabolisme meningkat dan suhu tubuh menjadi naik.
5. Perubahan Cuaca
Makanan, minuman dan rokok dapat merubah suhu oral, misalkan minum air es
dapat menurunkan suhu oral sekitar 0.90 C (1.60 F). Untuk itu dianjurkan mengukur
suhu oral sekitar 30 menit setelah makan, minum atau merokok, sedangkan temperatur
rectal diukur setelah 15 menit melakukan lavemen / enema.
1. Tipe Pernafasan
2. Frekuensi
2. Arteri Brankialis
3. Arteri Karotis
Metode Langsung: Metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan
kedalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini
merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memerlukan
persyaratan dan keahlian khusus
Metode Tak Langsung: Metode yang menggunakan sphygmomanometer. Pengukuran
tak langsung ini menggunakan 2 cara yaitu
Palpasi yang mengukur tekanan sistolik tanpa menggunakan stetoskop
Auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini
memerlukan stetoskop
Tabel tekanan darah
Bayi 65 115 42 80
anak 7 - 10 th 87 117 48 64
1.2 Permasalahan
1. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan vital sign dengan benar ?
2. Bagaimana pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah ?
3. Bagaimana pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah ?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Memeriksa suhu tubuh dengan menggunakan thermometer.
2. Memeriksa pernafasan dengan cara inspeksi
3. Memeriksa denyut nadi dan mengukur tekanan darah
a. Memeriksa denyut nadi secara palpasi
b. Memeriksa tekanan darah secara palpasi.
c. Mengukur tekanan darah secara auskultasi
4. Mengamati dan mempelajari pengaruhi posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan
darah.
5. Mengamati dan memperlajari pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan
darah.
BAB II
METODE KERJA
B. Pilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC1-2 pada
arteri radialis sinistra selama praktikum.
2. MC1-2 suruh berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit, kemudian tentukan
frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta dan tekanan darah pada
lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut)
selanjutnya serta bilang nilai rata-ratanya.
3. MC1-2 suruh duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian : tentukan frekuensi
dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan
secara auskultasi (masing-masing diukur sebanyak juga kali berturut-turut)
selanjutnya hitung nilai rata-ratanya.
4. MC1-2 suruh berdiri tenang dengan sikap anatomis selama 2-3 menit, kemudian
: tentukan frekuensi, irama denyut arteria radialis sinistra dan tekanan darah
pada lengan kanan secara auskultasi, masing-masing diukur tiga kali berturut-
turut, serta hitung nilai rata-ratanya.
2. MC1-2 suruh duduk tenang selama 2-3 menit kemudian : periksa denyut nadi
arteria radialis sinistra serta dan tekanan darah pada lengan kanan secara
auskultasi, ( masing-masing diperiksa atau diukur tiga kali berturut-turut).
3. Dengan manset tetap terpasang dengan lengan atas kanan, MC1-2 melakukan
latihan fisik secara : Step test ( naik turun bangku ) 20 kali permenit selama
duamenit dengan dipandu oleh irama metronom yang disetting pada frekuensi
80 ketukan permenit.
4. Setelah step test berakhir, MC1-2 suruh segera duduk, ukurlah frekuensi nadi
serta tekanan darahnya masing-masing satu kali saja.
5. Teruskan mengukur frekunsi nadi dan tekanan darah dengan interval 2 menit (
menit ke-3..menit ke 5menit ke 7.dan seterusnya ) sampai nilainya
kembali seperti keadaan sebelum latihan.
Catatan : Untuk setiap saat atau interval pengukuran denyut nadi dan tekanan
darah hanya diukur satu kali.
HASIL PRAKTIKUM
Tabel 4 : Data Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan
Darah
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Posisi Denyut Nadi
(auskultasi) (auskultasi)
Tubuh
MC1 MC2 MC1 MC2 MC1 MC2
85 110 85
84 110 80
Berbaring
88 110 90
Terlentang
Mean = Mean =
Mean = Mean = Mean = Mean = 83
85,7 110
73 110 80
71 110 80
Duduk 73 110 80
Mean = Mean =
Mean = Mean = Mean = Mean = 80
72,3 110
84 110 80
85 110 80
Berdiri 91 110 80
Mean =
Mean = Mean = Mean = Mean = Mean = 80
110
Waktu Denyut Nadi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
(Auskultasi) (Auskultasi)
PRA LATIHAN MC1 MC2 MC1 MC2 MC1 MC2
85 110 85
84 110 80
88 110 90
Mean = Mean = Mean =
85,67 110 85
PASCA Menit Ke 1 135 130 85
LATIHAN Menit Ke 3 103 120 80
Menit Ke 5 96 120 80
Menit Ke 7 83 110 80
Menit Ke 9 80 110 80
GRAFIK
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari data hasil praktikum kelompok kami, kami dapat menyimpulkan bahwa
posisi tubuh dan aktivitas latihan mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah. Hal ini
disebabkan karena :
1. Denyut Nadi
Bila seseorang sedang istirahat jantung dapat memompa 4 sampai 6 liter darah permenit,
selama bekerja berat jantung mungkin perlu memompa darah sebanyak empat samapi tujuh
kali lipat dari jumlah biasanya.
Dua cara dasar pengaturan volume darah yang dipompakan oleh jantung adalah
Kemampuan intrinsik jantung untuk beradaptasi terhadap volume yang meningkat akibat
aliran masuk darah disebut mekanisme Frank-Straling dari jantung. Bila sejumlah darah
tambahan mengalir ke dalam ventrikel, otot jantung sendiri akan lebih renggang. Keadaan ini
selanjutnya akan menyebabkan otot berkontraksi dengan kekuatan yang bertambah karena
filamen aktin dan miosin mendekati tahap tumpang tindih yang optimal membangkitkan
kekuatan. Oleh karena itu, ventrikel meningkatkan pemompaan secara otomatis darah
terpompa lebih banyak ke dalam arteri.
Kemampuan otot yang diregangkan, sampai mencapai panjang yang optimal untuk
berkontrasi dengan curah kerja yang bertambah. Selain pengaruh penting pemanjangann otot
jantung, masih ada faktor lain yang dapat meningkatkan daya pompa jantung bila volumenya
meningkatlan. Peregangan dinding atrium kanan secara langsung akan meningkatkan
frekuensi denyut jantung sebesar 10 sampai 20 persen; keadaan ini juga membantu
meningkatkan jumlah darah yang dipompa setiap menit, walupun perannya tidak sebesar peran
mekanisme Frank-Starling.
b. Pengendalian Denyut Jantung dan Kekuatan Pemompaan Jantung Oleh Sistem Saraf
Otonom
Efektivitas pompa jantung dikendailkan oleh saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) yang
mempersarafi jantung dalam jumlah banyak. Pada tekanan atrium tertentu jumlah darah yang
dipompa seitap menitnya (curah jantung) sering dapat meningkat lebih dari 100 persen melalui
rangsangan simpatis. Sebaliknya, curah jantung juga dapat di turunkan sampai serendah nol
atau hampir nol melalui rangsangan vagus (parasimpatis).
Perasangan sipatif yang kuat dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung pada manusi
dewasa muda dari frekuensi normal 70 denyut/menit menjadi 180 sampai 200 atau hingga 250
denyut/menit (jarang terjadi). Disamping itu, perangsangan simpatis meningkatkan kekuatan
kontraksi otot jantung sampai dua kali normal sehingga akan meningkatkan volume darah yang
dipompa dan meningkatkan tekanan ejeksi. Jadi perasangan simpatis sering dapat
meningkatkan curah jantung maksimun sebanyak dua sampai tiga kli lipat, di samping
peningkatan curahaan yang disebabkan oleh mekanisme Frank-Starling.
Perasangan serat saraf parasimpatis di dalam nervus vagus yang kuat pada jantung dapat
menghentikan denyut jantung selama beberapa detik, tetapi biasanya jantung akan
mengatasinya dan berdenyut dengan kecepatan 20 sampai 40 denyut/menit selama
perasangan saraf parasimpatis terus berlanjut. Selain itu, perangsanganvagus yang kuat dapat
menurunkan kekuatan kontraksi otot jantung sbesar 20 sampai 30 persen.
Serat-serat vagus didistribusikan terutama ke atrium dan tidak begitu banyak di ventrikel,
tempat terjadinya tenaga kontraksi sebenarnya. Hal ini menjelaskan pengaruh pengaruh
perangsangan vagus yang terutama mengurangi frekuensi denyut jantung dan bukan
mengurangi kekuatan kontraksi jantung. Meskipun demikian, penuran frekuensi jantung yang
besar digabungkan dengan penurunan kekuatan kontraksi jantung yang kecil akan dapat
menurunkan pemompaan ventrikel sebesar 50 persen.
Otot jantung sama seperti otot rangka, menggunakan energi kimia untuk menimbulkan
kontraksi. Pada keadaan normal, sekitar 70-90 persen energi dihasilkan dari metabolisme
oksidatif asam lemak dan sekitar 13- 30 persen diperoleh dari bahan makanan lain, khususnya
laktat dan glukosa. Oleh karena itu, kecepatan pemakaian oksigen oleh jantung merupakan
ukuran yang baik untuk energi kimia sewaktu jantung melakukan kerjanya. Besarnya
penggunaan oksigen juga menunjukan sebanding dengan tegangan yang terjadi di dalam otot
jantung selama kontraksi dikalikan dengan lama waktu disebut indeks tegangan waktu. Oleh
karena tegangganya tinggi pada saat tekanan sistolik tinggi, dengan sendirinya lebih banyak
oksigen yang digunakan dan ditambah pula lebih banyak energi kimia yang dikeluarkan,
walaupun tekanan sistolik normal, apabila terdapat dilatasi ventrikel abnormal, karena
tegangan otot jantung selama kontraksi berbanding lurus dengan tekanan dikali diameter
ventrikel. Hal ini menjadi penting pada gagal jantung, terdapat dilatasi ventrikel dan
sebaliknya, jumlah energi kimia yang dibutuhkan untuk curah jantung tertentu lebih besar dari
jantung meskipun jantung telah mengalami kegagalan.
2. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas
dinding pembuluh darah.
Peran sistem saraf dalam pengaturan tekanan arteri dengan cepat akan menigkatkan fungsi
vasokontrastriktor dan kardioakselerator sistem saraf simpatis yang mengakibatkan terjadi
penginhibisian resiprokal sinyal penghambat vagal parasimpatis. Akibatnya timbul tiga
perubahan utama secara serentak yang asing-masing membantu meningkatkan tekanan arteri.
Ketiga perubahan tersebut adalah sebagi berikut :
Hal ini akan sangat meningkatkan tahanan perifer total dan dengan demikian menigkatkan
tekanan arteri.
b. Pembuluh besar lain dalam sirkulasi, terutama vena akan berkontraksi dengan kuat.
Keadaan ini akan memindah darah keluar dari pembuluh darah besar di perifer menuju jantung,
sehingga meningkatkan volume darah dalam rongga jantung. Perenggangan jantung kemudian
menyebabkan jantung berdenyut dengat kekuatan lebih besar sehingga darah dalam jumlah
lebih besar sehingga meningkatkan tekanan arteri
c. Akhirnya, jantung secara langsung dirangsang oleh sistem saraf otonom yang
selanjutnya memperkuat pompa jantung.
Keadaan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan frekuensi denyut jantung,
kadang-kadang sampai sebesar tiga kali normal. Selain itu, sinyal saraf simpatis mempuyai
pengaruh langsung yang signifikan kekuatan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat
meningkatkan kemapuan jantung untuk memompa darah. Hal ini turut beberperan dalam
menimbulkan peningkatan tekanan arteri yang lebih tinggi lagi.
Peningkatan tekanan arteri selama kerja fisik terutama akibat efek ketika area motorik otak
menjadi teraktivasi untuk menyebabkan kerja fisik, pada saat bersamaan sebagian besar sistem
pengaktivasi retikular pada batang otak juga teraktivasi, yang melibatkan peningkatan
perasangan yang sangat besar di area vasokonstriktor dan kardioakselerator di pusat vasomotor.
Keadaan ini meningkatkan tekanan arteri dengan segera untuk menyetarakan besarnya
peningkatan aktivitas otot.
Pada banyak jenis stres di samping kerja otot peningkatan darah yang serupa juga dapat
terjadi. Sebagai contoh, pada ketakutan yang sangat amat, tekanan arteri kadang-kadang
meningkat setinggi 75 hingga 100 mmHg dalamm waktu beberapa detik.
4.2 Disukusi Jawaban Pertanyaan