Anda di halaman 1dari 12

BAB III

HASIL PRAKTIKUM

No. Pemeriksa Orang Coba Frekuensi Garpu Telinga Kanan Telinga Kiri
Tala (Detik) (Detik)
1. Ida Ayu 426,6 Hz + 27 detik + 28 detik
2. Putu Dian 426,6 Hz +19 detik + 21 detik
3. Ida Bagus T Eric Satrio 341,3 Hz + 24 detik + 18 detik
4. Puspita Y Aulia Tri 341,3 Hz + 8 detik + 6 detik
5. Aulia T Puspita Y 341,3 Hz + 8 detik + 9 detik
6. Fatin Novianti I 512 Hz + 17 detik + 19 detik
7. Kurnia Mergerizka 512 Hz + 18 detik + 14 detik
8. Titalonica
TANPA SUMBATAN
1. PEMERIKSAAN RENNI

Keterangan :
(+) Positif Bila BC> AC
(-) Negatif Bila BC < AC
Pemeriksaan renni merupakan pemeriksaan yang membandingkan konduksi melalui
udara dan konduksi melalui tulang. Konduksi melalui udara/ Air Conduction (AC) merupakan
penghantaran bunyi melalui telinga luar dan telinga tengah kemudian dilanjutkan ke cchlearis
dan seterusnya. Sedangkan, konduksi melalui tulang/ Bone Conduction (BC) merupakan
penghantaran bunyi dengan cara menempelkan benda yang begetar secara periodik (garpu tala).
Konduksi melalui udara merupakan penghantaran bunyi yang terjadi secara normal karena
getaran suara diterima di mulai telinga luar ( Meatus Acusticus Externus) dihantakan ke telinga
bagian tengah dan dilanjutkan sampai ke otak.
Hasil pemeriksaan pada tabel merupakan hasil pemeriksaan normal karena konduksi
melalui udara ( AC) lebih baik di bandingkan dengan hantaran melalui tulang (BC), sehingga
dikatakan tidak ada tuli konduksi (gangguan telinga luar atau telinga tengah).

2. PEMERIKSAAN SWABACH

No Pemeriksa Orang Frek. Telinga Kanan Telinga Kiri


Kesimpula Kesimpulan
. Coba Garp
n
u Tala
1. Ida Ayu 426,6 - - Normal - - Normal
Hz
2. Putu Dian 426,6 - - Normal - - Normal
Hz
3. Ida Bagus Eric Satrio 341,3 + - Memendek - - Normal
T Hz
4. Puspita Y Aulia Tri 341,3 + - Memendek + - Memendek
Hz
5. Aulia T Puspita Y 341,3 - + Memanjang - + Memanjang
Hz
6. Fatin Novianti I 512 + - Memendek + - Memendek
Hz
7. Kurnia Mergerizk 512 - - Normal - - Normal
a Hz
8. Miylanlie Titalonica 426,6 + - Memendek - - Normal
m Hz
9. Novianti Fatin S 512 - - Normal - - Normal
Hz
Keterangan :
OC = Orang Coba
OPT = Operator
Tanda (+) Bila Masih Terdengar
Tanda (- ) Bila Tidak Terdengar
Kesimpulan Normal / Memanjang / memendek

Pemeriksaan Schwabach merupakan pemeriksaan yang membandingkan konduksi


melalui tulang (BC) antara orang coba dengan pemeriksa. Pada pemeriksaan ini, pemeriksa
dianggap normal. Hal ini karena pemeriksa digunakan sebagai pembanding (normal) atau
rujukan.
Hasil pemeriksaan pada tabel, meliki hasil sebagai berikut :
- Hasil Pemeriksaan pada no 1, no 2, no 7, dan no 9 merupakan hasil percobaan normal
(baik telinga kanan atau telinga kiri). Hal ini karena saat orang coba tidak mendengar
dengungan kemudian garpu tala dipindahkan kepada pemeriksa, pemeriksa juga tidak
mendengar dengungan. Sebaliknya, saat pemeriksa sudah tidak mendengar dengungan
kemudian garpu tala dipindahkan ke orang coba, orang coba tidak mendengar dengungan
juga.
- Hasil pemeriksaan no 4 dan no 6 merupakan hasil percobaan yang terjadi pemendekan
( Baik telingan kanan atau telinga kiri). Hal ini karena saat orang coba tidak mendengar
dengungan (getaran) kemudian garpu tala dipindahkan kepada pemeriksa, pemeriksa
masih mendengar dengungan. Sebaliknya, saat pemeriksa sudah tidak mendengar
dengungan kemudian garpu tala dipindahkan ke orang coba, orang coba tidak mendengar
dengungan juga. Terjadinya pemendekan kemungkinan karena adanya gangguan pada
reseptor pendengaran (tuli pesepsi).
- Hasil pemeriksaan no 3 dan no 8 merupakan hasil percobaan yang terjadi karena
kemungkinan terdapat gangguan pada reseptor pendengaran telinga kiri (tuli persepsi).
No. Pemeriksa Orang Coba Frekuensi Garpu Telinga Kanan Telinga Kiri
Tala (Detik) (Detik)
1. Ida Ayu 426,6 Hz + 8detik + 12 detik
2. Putu Dian 426,6 Hz +8 detik + 11 detik
3. Ida Bagus T Eric Satrio 341,3 Hz + 17 detik + 26 detik
4. Puspita Y Aulia Tri 341,3 Hz - + 2 detik
5. Aulia T Puspita Y 341,3 Hz - + 10 detik
6. Fatin Novianti I 512 Hz +21 detik + 20 detik
7. Kurnia Mergerizka 512 Hz + 5 detik + 14 detik
8. Titalonica
3. PEMERIKSAAN WEBER

No. Pemeriksa Pasien Coba Frekuensi Garpu Tala Hasil Pemeriksaan


1. Ida Ayu 426,6 Hz Lateralisasi (-)
2. Putu Dian 426,6 Hz Lateralisasi (-)
3. Ida Bagus T Eric Satrio 341,3 Hz Lateralisasi (-)
4. Puspita Y Aulia Tri 341,3 Hz Lateralisasi (-)
5. Aulia T Puspita Y 341,3 Hz Lateralisasi (-)
6. Fatin Novianti I 512 Hz Lateralisasi (-)
7. Kurnia Mergerizka 512 Hz Lateralisasi (-)
Titalonica

DENGAN SUMBATAN PADA TELINGA KANAN

1. PEMERIKSAAN RINNE

Keterangan :
(+) Positif Bila BC> AC
(-) Negatif Bila BC < AC

2. PEMERIKSAAN SWABACH

No. Pemeriksa Orang Frek. Telinga Kanan Telinga Kiri


Kesimpulan Kesimpulan
Coba Garpu
Tala
1. Ida Ayu 426,6 - - Normal - - Normal
Hz
2. Putu Dian 426,6 - + Memendek - + Memendek
Hz
3. Ida Bagus Eric Satrio 341,3 + - Memendek - + Memanjang
T Hz
4. Puspita Y Aulia Tri 341,3 + - Memendek + - Memendek
Hz
5. Aulia T Puspita Y 341,3 - + Memanjang - + Memanjang
Hz
6. Fatin Novianti I 512 + - Memendek + - Memendek
Hz
7. Kurnia Mergerizka 512 - - Normal - - Normal
Hz
8. Titalonica

Keterangan :
OC = Orang Coba
OPT = Operator
Tanda (+) Bila Masih Terdengar
Tanda (- ) Bila Tidak Terdengar
Kesimpulan Normal / Memanjang / memendek

3. PEMERIKSAAN WEBER

No. Pemeriksa Pasien Coba Frekuensi Garpu Tala Hasil Pemeriksaan


1. Ida Ayu 426,6 Hz Lateralisasi (-)
2. Putu Dian 426,6 Hz Lateralisasi (-)
3. Ida Bagus T Eric Satrio 341,3 Hz Lateralisasi Kanan
4. Puspita Y Aulia Tri 341,3 Hz Lateralisasi Kanan
5. Aulia T Puspita Y 341,3 Hz Lateralisasi Kanan
6. Fatin Novianti I 512 Hz Lateralisasi Kanan
7. Kurnia Mergerizka 512 Hz Lateralisasi (-)
8. Mei Titalonica
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Teori

1.1.1. Indera Pendengaran

Indera pendengaran merupakan salah satu sistem sensorik khusus yang menerima informasi
berupa perubahan tekanan/getaran udara dari sumber suara yang ditransmisikan ke sistem saraf
pusat.

Telinga adalah tempat beradanya indera pendengaran yang memiliki saraf pendengaran.
Telinga terbagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Pada
bagian rumah siput tersebut terdapat ujung saraf yang berhubungan dengan pusat pendengaran.
Didalam telinga juga terdapat alat keseimbangan yang terletak pada tiga saluran setengah
lingkaran. Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah
meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam
akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.

a. Susunan Telinga

Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
1) Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani (gendang telinga).
Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang mendukung
fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara. Bentuk daun telinga yang sangat
sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk
saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi
dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang
menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering.

2) Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara agar
seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga tengah dengan
faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga luar melalui membran timpani.
Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui jendela oval dan jendela bundar
yang keduanya dilapisi dengan membran yang transparan. Selain itu terdapat pula tiga tulang
pendengaran yang tersusun seperti rantai yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela
oval. Ketiga tulang tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan
tulang landasan (inkus). Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak
sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes) yang berhubungan
dengan jendela oval. Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi terdapat sendi yang
memungkinkan gerakan bebas. Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan
getaran suara dari gendang telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke
jendela oval.

3) Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan labirin membran.
Ada 5 bagian utama dari labirin membran, yaitu sebagai berikut:
Tiga saluran setengah lingkaran
Ampula
Utrikulus
Sakulus
Koklea atau rumah siput Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga
saluran setengah lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan, dan
keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin tulang. Koklea mengandung organ
Korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum
yang berhubungan dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani yang berhubungan
dengan jendela bundar, dan saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran.
Di antara saluran vestibulum dengan saluran tengah terdapat membran Reissner, sedangkan di
antara saluran tengah dengan saluran timpani terdapat membran basiler. Dalam saluran tengah
terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel dengan membran
basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar tersebar di permukaan
membran basiler dan ujungnya berhadapan dengan membran tektorial. Dasar dari sel pendengar
terletak pada membran basiler dan berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung
membentuk saraf pendengar. Bagian yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebut organ Korti.

Pada proses tersebut terdapat struktur fungsional, yang terdiri dari :

a. Telinga luar yang terdirii aurikula dan meatus akustikus externus yang berfungsi
menerima getaran suara dari berbagai sumber suara mencapai membrane timpani. Disini
gelombang suara ditransmisikan ke sistem saraf.

b. Telinga tengah yang dibatasi oleh membrane, terdiri dari tulang-tulang maleus, inkus, dan
stepes yang menerusan getaran suara membrane timpani dan meneruskan gelombang
suara menuju ke ruang telinga bagian dalam serta berfungsi sebagai proteksi terhadap
suara yang merusak.

c. Di dalam ruang telinga bagia dalam melalui fenestra ovalis, getaran suara masihh
diteruskan secara mekanisme dalam cairan perilimp dari skala vestibule dan skala media,
dan baru menjadi gelombang listrik setelah melewati membrane basalis dari organo korti
selanjutnya implus-implus saraf menuju ke otak melalui N. Cochlearis.

Getaran suara dapat pua diteruskan melalui tulang-tulang tengkoran (cranium) mencapai
reseptor pendengaran (oragan corti pada kohlea) di ruang telinga dalam.

Mekanisme penghantaran suara


1.1.2. Pemeriksaan Indera Pendengaran

Pemeriksaan garpu tala untuk memeriksa indera pengdengar, Garpu tala yang dapat
digunakan berfrekuensi 512, 1024, dan 2048 Hz karena untuk pendengaran sehari-hari
yang paling efektif terdengar adalah bunyi antara 500-2000 Hz. Apabila tidak
memungkinkan penggunaan tiga garpu tala yang telah disebut, maka yang digunakan
adalah garpu tala dengan frekuensi 512 Hz. Garpu tala tersebut tidak terlalu dipengaruhi
suara bising lingkungan. Pemeriksaan garpu tala ada beberapa macam yang memiliki
prinsip pemeriksaan yang berbeda, yaitu :

a. Pemeriksaan Rinne

Pemeriksan ini digunakan untuk membandingkan hantaran melalui udara (air


conduction/AC) dengan hantaran melalui tulang (Bone Conduction/BC). Pemeriksaan
dillakukannya dengan menggetarkan garpu tala (mencubit ujungnya atau memukulkan
pada telapak tangan), lalu menempelkan ganggangnya pada prosesus mastoideus. Setelah
suara tidak terdengar lagi oleh pasien atau orang coba, pindahkan garpu tala pada sisi
lubang telinga di depan telinga kurang lebih 1,5 cm. Bila suara masih terdengar saat
garpu tala dipindahkan pada sisi lubang telinga, maka tes Rinne disebut positif (+)
sedangkan bila tidak terdengar pada sisi lubang telinga disebut RInne negatif (-).
Evaluasi test rinne, yaitu :
- Rinne positif berarti normal atau tuli periperal. Rinne negatif berarti tuli konduktif.
- Rinne Negatif Palsu. Dalam melakukan test rinne harus selalu hati- hati dengan apa yang
dikatakan Rinne negatif palsu. Hal ini terjadi pada tuli periperal dan berat. Pada waktu
meletakkan garpu tala di Procesus mastoideum getarannya di tangkap oleh telinga yang
baik dan tidak di test (cross hearing).Kemudian setelah garpu tala diletakkan di depan
meatus acusticus externus getaran tidak terdengar lagi sehingga dikatakan Rinne negatif

b. Pemeriksaan Schwabach

Setelah digetarkan, penala diletakkan di prosesus mastoideus telinga pasien atau


orang coba. Ketika bunyi menghilang, penala dipindahkan ke prosesus mastoideus
pemeriksa. Apabila bunyi masih terdengar, berarti pendengaran pasien telah mengalami
pemendekan. Namun apabila bunyi sudah tidak terdengar lagi, maka kemungkinannya
adalah pendengaran pasien normal atau memanjang. Untuk memastikannya. Dilakukan
tes yang sama tapi dengan perubahan urutan; penala digetarkan mula-mula pada prosesus
mastoid pemeriksa, lalu setelah bunyinya hilang dipindahkan ke prosesus mastoid pasien.
Apabila pasien masih dapat mendengar bunyi, berarti pendengarannya memanjang
(Schwabach memanjang), sedangkan bila tidak dapat mendengar lagi maka
pendengarannya normal (Schwabach sama dengan pemeriksa).

Evaluasi pemeriksaan schwabach :


- Schwabach memendek berarti pemeriksa masih mendengar dengungan dan keadaan ini
ditemukan pada tuli periperal.
- Schwabach memanjang berarti penderita masih mendengar dengungan dan keadaan ini
ditemukan pada tuli konduktif
- Schwabach normal berarti pemeriksa dan penderita sama-sama tidak mendengar
dengungan. Karena telinga pemeriksa normal berarti telinga penderita normal juga.

c. Pemeriksaan Weber

Pada tes Weber, garpu tala digetarkan lalu ditempelkan pada verteks atau dahi ( pada
garis median) orang coba atau pasien. Orang coba atau Pasien lalu diminta menyebutkan
apakah bunyi terdengar lebih keras di telinga tertentu. Pada orang normal, bunyi sama-
sama terdengar atau bisa juga terdapat lateralisasi. Apabila terdapat lateralisasi,
pemeriksanya adalah Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila bunyi terdengar sama
kerasnya di kedua telinga, pelaporannya adalah Weber tidak ada lateralisasi. Bila
mendengar langsung ditanyakan di telinga mana didengar lebih keras. Bila terdengar
lebih keras di kanan disebut lateralisasi ke kanan.
Evaluasi Tets Weber. Bila terjadi lateralisasi ke kanan maka ada beberapa kemungkinan
- Telinga kanan tuli konduktif, kiri normal
- Telinga kanan tuli konduktif, kiri tuli periperal
- Telinga kanan normal, kiri tuli periperal
- Kedua telinga tuli konduktif, kanan lebih berat
- Kedua telinga tuli periperal, kiri lebih berat
Dengan kata lain test weber tidak dapat berdiri sendiri oleh karena tidak dapat
menegakkan diagnosa secara pasti.

d. Pemeriksaan Bing

Pemeriksaan bing berguna untuk memeriksa Occlusion Effect pada konduksi melalui
tulang. Pemeriksaan dilakukan dengan cara sengaja melakukan penyumbatan (oklusi) pada
telinga npr,a; dengan cara menekan pinna, maka seharusnya orang coba akan mendengar
rangsangan yang mengeras. Bila tidak demikia, maka kemungkinan hal in dapat disebabakan
adanya oklusi atau gangguan lain pada telinga luar (meatus acusticus externus) dan atau telinga
bagian tengah (middle ear).

1.2. Permasalahan

1.3. Tujuan Praktikum

Anda mungkin juga menyukai