SKENARIO II
MORBILI
Oleh Kelompok D3 :
1. Sandra Widyanti (16700130)
2. Fitria Nirwana (16700132)
3. Novianti Indah Puspitasari (16700134)
4. Titalonica Buana Pramesti (16700136)
5. Mergerizka Amiko Kapindo (16700138)
6. Putu Dian Pradnya (16700140)
7. Aulia Tri Tusri S (16700146)
8. Eric Satrio Adi (16700148)
9. Fatin Sabrina (16700150)
10. Agustika Pramitasari (10700214)
Dosen Pembimbing :
dr. Sugiharto, MBA
Dalam penulisan makalah ini, Kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca dan
semua orang yang memanfaatkannya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar..
Daftar
Isi.
Skenario
..
BAB I
PENDAHULUAN.
1.1 Latar
Belakang........
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
Penelitian.........
BAB II ANALISIS DAN
PEMBAHASAN..
2.1
ANALISIS
2.1.1 Definisi
Morbili..
2.1.2 Cara Penularan
Morbili..
2.1.3 Tanda dan Gejala
Morbili..
2.1.4 Kerentanan
Morbili
2.1.5 Pencegahan
Morbili...
2.1.6 Penatalaksanaan
Morbili
2.2 PEMBAHASAN..
2.2.1 Definisi
KLB.
2.2.2 Definisi kasus awal, kepastian diagnosis dan hubungan
epidemiologi
..
2.2.3 Kriteria
KLB..
2.2.4 Penanggulangan
KLB
2.2.5 Faktor resiko imunisasi dengan
morbili
2.2.6 5 level prevention (Leavell &
Clarke)...
2.2.7 Desain penelitian epidemiologi pada kasus
KLB..
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Skenario 2
Data penyelidikan
1. Status gizi 55 18 73
2. Higience 63 10 73
perorangan
3. Pengetahuan orang 43 30 73
tua
4. Kepadatan hunian 50 23 73
5. Status imunisasi 55 18 73
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik KLB?
2. Bagaimana upaya penanggulangan penyakit Morbili?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami dan mengetahui cara mengatasi angka kejadian yang cukup
tinggi akibat Morbili
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi bagaimana pengaruh pola hidup sehat terhadap
penyebaran Morbili.
b) Agar lebih mengetahui tentang cara penularan penyakit Morbili.
c) Agar masyarakat lebih memahami dampak yang ditimbulkan dari
Morbili.
d) Agar dapat menentukan upaya upaya pemberantasan Morbili.
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
2.2. Pembahasan
2.2.1 Metode Pemastian KLB Berdasarkan Deskripsi Menurut
Waktu, Tempat, dan Orang
Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Wabah adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka dan ditetapkan oleh Menteri.
Penetapan KLB dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Dalam skenario yang kami dapatkan mengenai timbulnya penyakit menular dengan
gejala dan banyak penderita dapat kami buat dalam tabel seperti berikut :
Penetapan ini pada skenario yang kami dapatkan, kami gambarkan melalui
grafik jumlah kasus yang terjadi pada waktu Januari hingga Febuari, sebagai berikut
:
Jumlah Kasus
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
9-Jan 11-Jan 13-Jan 15-Jan 17-Jan 19-Jan 21-Jan 23-Jan 25-Jan 27-Jan 29-Jan 31-Jan 2-Feb
Jumlah Kasus
1. Timbulnya penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun
dalam jam, hari, atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakit.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut
jenis peyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan
menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka
rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukann kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50 % (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proposi penyakit (Propotional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Dari kriteria KLB diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa skenario yang
kami dapat merupakan skenario dengan kasus KLB. Hal ini termasuk dalam
point ke 2 (dua) dan Ke 4 (empat).
2.2.4 Penetapan Langkah Penanggulangan KLB
Penetapan langkah peanggulanga KLB dapat dilakukan dengan cara
:
1. Penyelidikan epidemologis
2. Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk karantina.
3. Pencegahan penyebaran
4. Pemusnahan penyebab penyakit
5. Penangan Jenazah akibat wabah
6. Penyuluhan kepada masyarakat; dan
7. Penanggulangan lainya.
a. Penetapan Hubungan Kepastian Etiologi, Sumber dan Cara
Penularan serta Keleluasan Penyelidikan.
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus
genus Morbillivirus famili Paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang
sama dengan virus gondongan (mumps), virus parainfuenza, virus human
metapneumovirus, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus).
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal
dari penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan
melekat di sel-sel epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi
dan diikuti dengan penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah
penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul multiplikasi virus di sistem
retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga
terjadi di tempat awal melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi,
terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan saluran
pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke-14, virus ada di darah, saluran
pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai
berkurang.
b. Pemberian Rekomendasi Penanggulangan
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi
MMR (Measles, Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi
IDAI tahun 2014, vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya,
vaksin penguat dapat diberikan pada usia 2 tahun. Apabila vaksin MMR
diberikan pada usia 15 bulan, tidak perlu vaksinasi campak pada usia 2
tahun. Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada usia 5-6 tahun.13 Dosis
vaksin campak ataupun vaksin MMR 0,5 mL subkutan.
OR = (axd)/ (bxc)
= (50x122)/ (5x23)
= 6100/115
= 53,04
1. STATUS GIZI
OR = (axd)/ (bxc)
OR = (55x67)/(60x18)
= 3865/1080
= 3,41
Status gizi yang buruk merupakan salah satu indikator penyebab morbili yang
memiliki nilai OR sebesar 3,41. Dengan nilai OR tersebut maka statsus gizi yang buruk
maka dapat digolongkan dalam kategori faktor resiko.
2. HIGIENITAS
OR = (axd)/(bxc)
= (63x100)/(27x10)
= 6300/270
= 23,33
Higenitas yang buruk merupakan salah satu indikator penyebab morbili yang memiliki
nilai OR sebesar 23,33. Dengan nilai OR tersebut maka higenitas buruk maka dapat
digolongkan dalam kategori faktor resiko.
OR = (axd)/(bxc)
= (43x80)/(47x30)
= 3440/1410
= 2,4
Pengetahuan orang tua yang kurang merupakan salah satu indikator penyebab morbili
yang memiliki nilai OR sebesar 2,4. Dengan nilai OR tersebut maka pengetahuan orang tua
yang kurang maka dapat digolongkan dalam kategori faktor resiko.
4. KEPADATAN HUNIAN
KEPADATAN Morbili Tidak Morbili Total
HUNIAN
- 50 47 97
+ 23 80 103
Total 73 127 200
OR = (axd)/(bxc)
= (50x80)/ (47x23)
= 4000/1082
= 3,7
Kepadatan penduduk yang berebihan merupakan salah satu indikator penyebab morbili
yang memiliki nilai OR sebesar 3,7. Dengan nilai OR tersebut maka kepadatan penduduk
yang berebihan maka dapat digolongkan dalam kategori faktor resiko.
5. STATUS IMUNISASI
OR = (axd)/(bxc)
= (55x87)/ (40x18)
= 6,65
Tidak dilakukannya imunisasi merupakan salah satu indikator penyebab morbili yang
memiliki nilai OR sebesar 6,5. Dengan nilai OR tersebut maka tidak dilakukannya
imunisasi maka dapat digolongkan dalam kategori faktor resiko.
Pada kasus kami dapat dilakukan deteksi dini penyakit morbili dan
pengobatan segera morbili dilakukan dengan cara :
Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>380C), mata merah, dan ruam
makulopapular. Pemeriksaan Laboratorium pemeriksaandarah berupa leukopenia
dan limfositopenia. Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) campak juga dapat
membantu diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari pertama dan
ke-2 setelah timbulnya ruam. IgM campak ini dapat tetap terdeteksi setidaknya
sampai 1 bulan sesudah infeksi.
Pengobatan segera dilakukan dengan cara Pada campak tanpa komplikasi
tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring, antipiretik (parasetamol 10-15
mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam), cairan yang cukup, suplemen
nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang
meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat
menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia. Vitamin A
diberikan satu kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut:
200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau Lebih
100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan
50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan
Pemberian vitamin A tambahan satu kali
3. Tertiary prevention
- Rehabilitation
Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder,
maka perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.
Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan kebutuhan untuk
mengurangi edema otak, di samping pemberian kortikosteroid dosis tinggi yaitu
:
Hidrokostison 100 200 mg/hari selama 3 4 hari.
Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu., perlu dilakukan
koreksi elektrolit dan ganguan gas darah.
Bronchopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari
dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per
oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda.
Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan
intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Campak atau Morbili merupakan infeksi yang umum terjadi pada anak dan
menyebar melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet). Morbili
merupakan salah satu penyebab kematian pada anak anak meskipun telah
ditemukan vaksin terhadap virus campak.Morbili adalah suatu penyakit yang
sangat menular karena paramyxovirus yang ditandai oleh prodromal infeksi
saluran pernafasan atas dan kehitaman seperti demam,batuk,pilek dan
konjungtivitis yang diikuti dengan ruam makulopolar.
B. SARAN
Upaya penanggulangan penyakit Morbili harus ditingkatkan salah satunya
dengan cara memberikan imunisasi kepada anak anak dan memberikan penyuluhan
masyarakat, dengan harapan agar penyebaran penyakit ini dapat ditanggulangi dan
dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesi Nomor 150/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penaggulanganya. 2010.
2. Halim, R. G. (2016). Campak Pada Anak. CDK-238, 186-189.