Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ’W’ USIA 56 TAHUN

DENGAN DIAGNOSA OBSERVASI FEBRIS

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PIRU

LAPORAN INDIVIDU

Oleh :

DELANI MAWENE

NPM : 1540120015

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA

TA 2021 / 2022

1
LEMBARAN PERSETUJUHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ‘W’ USIA 56 TAHUN

DENGAN DIAGNOSA OBSERVASI FEBRIS

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PIRU

LAPORAN INDIVIDU

Disusun oleh :

DELANI MAWENE

NPM 1540120015

Disetujui Tanggal :

………………………

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Welma Riry, Amd.Keb Sarti. N. Elbetan, SST,M.Kes

NIP/NIK : 198102262005012016 NIDK/NIK : 8207960410202101

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Kebidanan

Windatania Mayasari, SST.M.Kes

NIDN : 1204079001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya kita diberikan kesehatan sampai sekarang dan saya
bisa menyelesaikan laporan individu dengan diagnose OBSERVASI FEBRIS
pada NY ‘W’ USIA 56 TAHUN.

Laporan ini sudah saya susun dengan maksimal dan penuh rasa
syukur saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen dan
pembimbing lahan yang telah membimbing saya dalam pembuatan laporan
ini.

Dalam penulisan dan penyusuan kata - kata pada laporan ini masih
banyak kesalahan penulisan, untuk itu saya selaku penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pambaca demi
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.

Piru 30 januari 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................i

LEMBARAN PERSETUJUAN .......................................................ii

KATA PENGANTAR .........................................................................iii

DAFTAR ISI .........................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................1


B. Tujuan ......................................................................................2
1. Tujuan umum .................................................................2
2. Tujuan khusus .................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................3

A. Pengertian febris ........................................................................3


B. Etiologi febris .............................................................................3
C. Klasifikasi febris .......................................................................4
D. Penatalaksanaan febris .............................................................6
E. Manifentasi klinis febris ..........................................................8
F. Komplikasi febris .......................................................................8

BAB III TATALAKSAAN KASUS ................................................10

A. Data subyektif ............................................................................10


B. Data obyektif ............................................................................12

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................14

BAB V PENUTUP ..............................................................................15

1. Kesimpulan .................................................................................15
2. Saran ............................................................................................15

DAFTAR PUSTA ................................................................................16

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu
keadaan suhu tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Demam pada bayi dan anak balita merupakan salah satu kasus yang
tidak dapat diabaikan begitu saja. Demam pada balita membutuhkan penanganan
tersendiri yang sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Perlakuan dan penanganan yang salah, lambat, dan tidak tepat akan
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita,
bahkan dapat membahayakan keselamatan jiwanya (Cahyaningrum & Siwi,
2018).

Demam mempunyai risiko terhadap penyakit-penyakit serius pada balita dan


dipengaruhi oleh usia.Demam secara umum tidak berbahaya namun dapat
membahayakan anak jika demam. Anak yang mengalami demam dapat
memberikan dampak yang negatif yang bisa membahayakan anak seperti
dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan neurologis dan kejang demam (febrile
convulsions). Untuk meminimalisir dampak negatif maka demam harus ditangani
dengan benar (Cahyaningrum & Siwi, 2018).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di


seluruh Dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap
tahunnya. Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat
sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karena menderita demam (Setyowati
dalam Wardiyah, 2016). Di Indonesia dilaporkan bahwa angka kejadian kejang
demam 3-5% dari anak yang berusia 6 bulan–5 pada tahun 2017-2018. angka
tersebut terus bertambah menjadi 6% pada tahun 2019 (Sulystowati,2019). Di
Jawa Timur terdapat 2-3% dari 100 anak pada tahun 2014-2015 anak yang
mengalami demam (Prastyo, 2017).

1
B. TUJUAN
a. Tujuan umum
1. Untuk memahami pengertian febris.
2. Untuk memahami etiologi febris.
3. Untuk memahami klasifikasi febris.
4. Untuk memahami penatalaksanaan febris
5. Untuk memahami menifentasi klinis febris
6. Untuk memahami komplikasi febris.

b. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnose febris
2. Mampu melakukan tindakan penaganan pada pasien febris

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN FEBRIS
Febris (demam) adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi
yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh
normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan
infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C,
biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit),
penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan (Surinah dalam
Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal
sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian
besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat
panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai
dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam
mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik
dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap
infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).

B. ETIOLOGI FEBRIS
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan
karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi

3
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015).
Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi,
gingi vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih,
pyelonephritis, meningitis, bakterimia, reaksi imun, neoplasma,
osteomyelitis
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab
demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan
holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang
menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
dalam Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi

C. KLASIFIKASI FEBRIS
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.

4
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.

c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.

d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.

e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit


tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,
malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan
suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan
demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit
yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.
Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi
bakterial. (Nurarif, 2015)

5
D. PENATALAKSANAAN FEBRIS

Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam


dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non

farmakologis maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat


dilakukan untuk menangani demam pada anak :

a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa:

1) Paracetamol

Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama


untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg
BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada
2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4
jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari
dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC,
sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan untuk
menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena alasan
kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang
sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau
gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang
bugar(sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor
lingkungan atau kurang cairan.
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi,
alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena
perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas),

6
hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti
pada cacar air (memperpanjang masa sakit).

2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki
efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam,
bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan
jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat
dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-
4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen
memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan
saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih
dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.

b. Tindakan non farmakologis


Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin
pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk
menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis kompres yaitu kompres
hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti menerapkan
penggunaan kompres hangat.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau
handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada
bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan
menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016).

7
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat
membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016).
Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan
selama 10 – 15 menit dengan temperature air 30-32oC, akan membantu
menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui
proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena
pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan
banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak
vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi
yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke
kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015)

E. MANIFENTASI KLINIS FEBRIS


Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:

a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)


b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi

F. KOMPLIKASI FEBRIS

Menurut Nurarif (2015) komplikasidari demam adalah:


a) Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
b) Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan
dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak
berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.

8
Menurut Lestari (2016) komplikasi yang dapat terjadi pada anak
demam thypoid yaitu :
a. Perdarahan usus, perporasi usus dan illius paralitik
b. Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi
c. Anemia hemolitik
d. Pneumoni, empyema dan pleuritis
e. Hepatitis, koleolitis

9
BAB III
TATALAKSANA KASUS
PENGKAJIAN FISIK

Tanggal masuk : 26 – 01 – 2022


Jam : 23: 50
Tanggal pengkajian : 29 – 01- 2022
Jam : 09 : 40
Nomor Registrasi Pasien : 045548
Diagnosa masuk : Gangguan rasa nyaman

PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas/Biodata
Nama : NY. W Nama anak : Tn. A
Umur :56 Thn Umur : 22 Thn
Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : belum berkerja
Kewarganegaraan : WNI Kewarganegaraan : WNI
Alamat : Air Nama Alamat : Air Nama
2. Alasan Datang
Untuk mendapatkan perawatan yang intensif

3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri perut pada bagian sebelah kiri

4. Riwayat kesehatan :
a. sekarang
Ibu mengatakan tubuh terasa lemas dan nyeri pada uluhati
serta demam

b. Riwayat kesehatan yang lalu


Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya

10
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit turunan

5. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari :

Kebutuhan Sebelum sakit Saat sakit Keluhan


Nutrisi
a. Makan Nasi, lauk – Nasi, lauk – Tidak ada
pauk 1 piring pauk 1 piring
habis 2x habis 3x
sehari sehari
b. Minum 6 – 7 7 gelas/hari Tidak ada
gelas/hari
Eliminasi
a. BAK 3 – 4x/hari 4 – 5x/hari Tidak ada
b. BAB 2 – 3x sehari 2x sehari
Istirahat Tidur siang 1 Tidur siang 2
jam/hari – 3 jam/hari Tidak ada
Tidur malam Tidur malam
7 – 8 jam/hari 8 jam/hari

Aktifitas Melakukan Tidak


pekrjaan melakukan Tidak ada
rumah tangga pekerjaan
dan berjualan apapun
dipasar
Personal
Hygiene
Mandi, gosok 2x sehari, 2x 1x sehari,
gigi, cuci sehari, 1kali sehari, Tidak ada
rambut, 2x/minggu, 1x/minggu,
menganti pakian 2x sehari 1x sehari
dalam
rekreasi 1x/minggu Tidak ada Tidak ada

6. Data psikologis
Ibu merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya

7. Data Sosial – Budaya


a. Hubungan dengan keluarga
Ibu mengatakan hubungan dengan keluarga baik

b. Hubungan dengan tetangga


Ibu mengatakan hubungan dengan keluarga baik

8. Data Spiritual
Ibu mengatakan beragama Kristen dan selalu beribadah

11
B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Status Emosional: Baik
d. Tanda vital
1) TD : 120/80 mmHg
2) N : 78x/m
3) R : 20x/m
4) S : 37C

2. Pemeriksaan Fisik
 Kepala
a. Rambut : bersih, tidak ada odema, putih, pendek
b. Muka : simetris, tidak ada odema, tidak pucat
c. Mata : simetris, skelera putih bersih, konjungtifa pucat,
d. Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret
e. Telinga : simetris, ridak ada secret
f. Mulut : bibir pucat, tidak ada stomatitis, ada karies dan
tidak utuh
g. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
h. Dada : tidak ada retraksi dinding dada
i. Mamae : simetris kiri dan kanan
j. Perut : tidak ada bekas luka operasi
k. Pingang : tidak ada odem
l. Genetali : tidak dilakukan pemeriksaan
m. Ekstramitas
a. Atas : semertis, jari – jari tangan lengkap, tidak ada
odem
b. Bawah : simetris, jari – jari kaki lengkap, tidak ada
odem

3. Pemeriksaan penunjang/labolatorium
 Ultrasonografi ( USG )
 Endoskopi atau Scanning
 Pemeriksaan darah dan urin

II. ASSEMEN
1. Diagnosa
NY. W umur 56 tahun dengan observasi febris

12
III. PENATALAKSANAAN

1. Kolaborasi dengan Dokter untuk terapi pada demam


2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang teratur dan
tepat waktu
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
4. Anjurkan ibu menghabiskan obat sesuai dengan terapy yang
diberikan Dokter

IV. EVALUASI
S : pasien mengatakan nyeridan demam sadah berkurang
Istirahat yang cukup

O : ibu tampak lebih membaik

KU : Baik

Kesadaran : compos Metis

Tanda – tanda vital :

TD : 120/80 mmHg

N : 78x/m

R : 20x/m

S : 37C

A : Masalah sudah teratasi

P : intervensi dihentikan

13
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini merupakan pembahasan dari asuhan


kebidanan dari Ny.W dengan Observasi Febris di Rumah Sakit
Umum Daerah Piru. Dalam pembahasan ini akan dibandikan
antar teori dan praktek kenyataan, dalam kasus dengan melihat
kesenjakan yang ada yang diuraikan sesuai dengan prosedur
yakni, pengkajian atau wawancara, observasi, palpasi, perkusi
auskultasi, inspeksi, dan evaluasi.

1) Pengkajian atau wawancara

Pengkajian adalah tahap yang sistematik dalam


pengumpulan data tentang individu, keluarga dan kelompok
yang meliputi identitas. Pada saat pengkajian pasien, data
didapat dari pengkajian pasien, keluarga, catatan medis, serta
tenaga kesehatan lainnya.

2) Observasi

Pengkajian atau pengumpulan data bisa juga didapat dari


melihat keadaan dan kondisi pasien saat dikaji.

3) Palpasi

Pengkajian data ini biasa disebut juga dengan


meraba,agar bisa dinilai secara teliti bagian manakah yang
merasa nyeri atau sakit pada saat palpasi agar bisa ditindak
lanjuti kondisi pasien.

4) Perkusi

Tahapan ini berujuan untuk mengetahui bentuk, lokasi,


dan struktur dibawah kulit, mengalami reflek yang baik atau
tidak.

5) Auskultasi

Pemeriksaan untuk mendengarkan bunyi dari dalam tubuh


dengan menempelkan stetoskop diarea tersebut, dengan teknik
ini dapat mempermudah pengkajian data pasien.

6) evaluasi

Dengan cara atau tindakan evaluasi ini dapat menyediakan


informasi atau data tentang pasien sudah sejauh mana tindakan
yang dilakukan atau dicapai.

14
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Febris atau yang biasa disebut dengan demam
merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas batas normal
biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak
sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi.
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi
pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi,
penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain.
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal
bahwa etiologi febris,diantaranya: Suhu lingkungan.
Adanya infeksi, Pneumonia. Malaria. Otitis media.
Imunisasi

B. SARAN

Diharapkan pasien dapat memahami cara yang


sederhana untuk mengatasi demam serta diharapkan
keluarga dapat menerapkan atau memberikan kompres
hangat saat pasien demam atau dapat memberikan obat
penurun panas

DAFTAR PUSTAKA

15
Ayu, E.I. (2015). Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila dan
Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien
Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Jurnal Ners
dan Kebidanan vol 3No .1, 10-14 . Diakses dari
www.researchgate.net pada 9 Januari 2018

Lestari, Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta:


Nuha Medika

Aryanti Wardiyah. et. Al. 2016 Tentang : Perbandingan


Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid
Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang
Mengalami Demam Di Ruang Alamanda RSU Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung, jurnal keperawatan
muhamadiyah.

Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction

16

Anda mungkin juga menyukai