LAPORAN INDIVIDU
Oleh :
DELANI MAWENE
NPM : 1540120015
TA 2021 / 2022
1
LEMBARAN PERSETUJUHAN
LAPORAN INDIVIDU
Disusun oleh :
DELANI MAWENE
NPM 1540120015
Disetujui Tanggal :
………………………
Mengetahui,
NIDN : 1204079001
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya kita diberikan kesehatan sampai sekarang dan saya
bisa menyelesaikan laporan individu dengan diagnose OBSERVASI FEBRIS
pada NY ‘W’ USIA 56 TAHUN.
Laporan ini sudah saya susun dengan maksimal dan penuh rasa
syukur saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen dan
pembimbing lahan yang telah membimbing saya dalam pembuatan laporan
ini.
Dalam penulisan dan penyusuan kata - kata pada laporan ini masih
banyak kesalahan penulisan, untuk itu saya selaku penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pambaca demi
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
3
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................i
1. Kesimpulan .................................................................................15
2. Saran ............................................................................................15
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu
keadaan suhu tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Demam pada bayi dan anak balita merupakan salah satu kasus yang
tidak dapat diabaikan begitu saja. Demam pada balita membutuhkan penanganan
tersendiri yang sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Perlakuan dan penanganan yang salah, lambat, dan tidak tepat akan
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita,
bahkan dapat membahayakan keselamatan jiwanya (Cahyaningrum & Siwi,
2018).
1
B. TUJUAN
a. Tujuan umum
1. Untuk memahami pengertian febris.
2. Untuk memahami etiologi febris.
3. Untuk memahami klasifikasi febris.
4. Untuk memahami penatalaksanaan febris
5. Untuk memahami menifentasi klinis febris
6. Untuk memahami komplikasi febris.
b. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnose febris
2. Mampu melakukan tindakan penaganan pada pasien febris
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN FEBRIS
Febris (demam) adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi
yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh
normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan
infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C,
biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit),
penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan (Surinah dalam
Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal
sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian
besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat
panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai
dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam
mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik
dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap
infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
B. ETIOLOGI FEBRIS
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan
karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi
3
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015).
Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi,
gingi vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih,
pyelonephritis, meningitis, bakterimia, reaksi imun, neoplasma,
osteomyelitis
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab
demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan
holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang
menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
dalam Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
C. KLASIFIKASI FEBRIS
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
4
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
5
D. PENATALAKSANAAN FEBRIS
a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa:
1) Paracetamol
6
hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti
pada cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki
efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam,
bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan
jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat
dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-
4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen
memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan
saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih
dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
7
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat
membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016).
Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan
selama 10 – 15 menit dengan temperature air 30-32oC, akan membantu
menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui
proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena
pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan
banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak
vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi
yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke
kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015)
F. KOMPLIKASI FEBRIS
8
Menurut Lestari (2016) komplikasi yang dapat terjadi pada anak
demam thypoid yaitu :
a. Perdarahan usus, perporasi usus dan illius paralitik
b. Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi
c. Anemia hemolitik
d. Pneumoni, empyema dan pleuritis
e. Hepatitis, koleolitis
9
BAB III
TATALAKSANA KASUS
PENGKAJIAN FISIK
PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas/Biodata
Nama : NY. W Nama anak : Tn. A
Umur :56 Thn Umur : 22 Thn
Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : belum berkerja
Kewarganegaraan : WNI Kewarganegaraan : WNI
Alamat : Air Nama Alamat : Air Nama
2. Alasan Datang
Untuk mendapatkan perawatan yang intensif
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri perut pada bagian sebelah kiri
4. Riwayat kesehatan :
a. sekarang
Ibu mengatakan tubuh terasa lemas dan nyeri pada uluhati
serta demam
10
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit turunan
6. Data psikologis
Ibu merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya
8. Data Spiritual
Ibu mengatakan beragama Kristen dan selalu beribadah
11
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Status Emosional: Baik
d. Tanda vital
1) TD : 120/80 mmHg
2) N : 78x/m
3) R : 20x/m
4) S : 37C
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
a. Rambut : bersih, tidak ada odema, putih, pendek
b. Muka : simetris, tidak ada odema, tidak pucat
c. Mata : simetris, skelera putih bersih, konjungtifa pucat,
d. Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret
e. Telinga : simetris, ridak ada secret
f. Mulut : bibir pucat, tidak ada stomatitis, ada karies dan
tidak utuh
g. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
h. Dada : tidak ada retraksi dinding dada
i. Mamae : simetris kiri dan kanan
j. Perut : tidak ada bekas luka operasi
k. Pingang : tidak ada odem
l. Genetali : tidak dilakukan pemeriksaan
m. Ekstramitas
a. Atas : semertis, jari – jari tangan lengkap, tidak ada
odem
b. Bawah : simetris, jari – jari kaki lengkap, tidak ada
odem
3. Pemeriksaan penunjang/labolatorium
Ultrasonografi ( USG )
Endoskopi atau Scanning
Pemeriksaan darah dan urin
II. ASSEMEN
1. Diagnosa
NY. W umur 56 tahun dengan observasi febris
12
III. PENATALAKSANAAN
IV. EVALUASI
S : pasien mengatakan nyeridan demam sadah berkurang
Istirahat yang cukup
KU : Baik
TD : 120/80 mmHg
N : 78x/m
R : 20x/m
S : 37C
P : intervensi dihentikan
13
BAB IV
PEMBAHASAN
2) Observasi
3) Palpasi
4) Perkusi
5) Auskultasi
6) evaluasi
14
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Febris atau yang biasa disebut dengan demam
merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas batas normal
biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak
sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi.
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi
pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi,
penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain.
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal
bahwa etiologi febris,diantaranya: Suhu lingkungan.
Adanya infeksi, Pneumonia. Malaria. Otitis media.
Imunisasi
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
15
Ayu, E.I. (2015). Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila dan
Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien
Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Jurnal Ners
dan Kebidanan vol 3No .1, 10-14 . Diakses dari
www.researchgate.net pada 9 Januari 2018
16