Anda di halaman 1dari 38

TUGAS KEPERAWATAN ANAK I

Untuk Memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester Keperawatan Anak I

Dosen Pengampu : Ns. Neneng Aria Nengsih,S.Kep., M,Kep

Di susun oleh :

Indi Rahmawati CKR0180058

Keperawatab Reg. B / Semester 4

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN AJARAN 2018/2019

Jalan Lingkar Kadugede No.02 Kuningan-Jawa Barat

Telp.0232-875847 Fax.0232-875123

E-mail : infostikeskuningan.ac.id Website : http;//stikeskuningan.ac.id


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Berkat
rahmat dan hidayah-Nya pula,kami dapat menyelasikan makalah Keperawatan Anak
mencakup “LP ASKEP DEMAM DAN MTBS” yang insya allah tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahawa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa ada
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.Untuk itu,
kritik dan saransangat dibutuhkan untuk di jadikan pedoman dalam penulisan kearah yang
baik lagi.Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.Aamiin.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya mohon maaf.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kuningan, Juli 2020

Penyusun
Indi Rahmawati

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Maksud dan Tujuan.........................................................................................................2

D. Sistematika Penulisan......................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................3

LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM.................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................9

JURNAL NONFARAMAKOLOGO DEMAM........................................................................9

BAB III.....................................................................................................................................18

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM.................................................................................18

BAB IV....................................................................................................................................34

LAPORAN MTBS DEMAM...................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................37

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut ( Tamsuri. 2006 ) Febris (panas) dapat didefenisikan keadaan ketika
individual mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh terus menurus lebih
dari 37,8 °C peroral atau 37,9°C perrectal karena faktor eksternal. Sedangkan menurut
( Ann M Arivin. 2000 ) Suhu tubuh dapat dikatakan normal apabila suhu 36,5 °C – 37,5
°C, febris 37 °C - 40°C dan febris > 40 °C. Demam terjadi bila berbagai proses infeksi
dan non infeksi dan berinteraksi dengan mekanisme hospes. Pada perkembangan anak
demam disebbkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan demam menghilang
sesudah masa yang pendek. Menurut pendapat lain (Sodikin. 2012 ) Demam merupakan
suatu keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu
di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada
pusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit – penyakit yang ditandai dengan
adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan
dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi.
Menurut ( Setiawati. 2013 ) Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan
jumlah kasus demam di seluruh dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu
kematian tiap tahunnya. Di Brazil terdapat sekitar 19% - 30% ank diperiksa karena
menderita demam. Penelitian oleh Jalil Jumah & Al – Baghli (2007) di Kwuit
menunjukan bahwa sebaian besar anak usia 3 bulan sampai 36 bulan mengalami serangan
demam rata – rata enam kali peratahunnya. Di Indonesi penderita demam sebanyak 465
(91,0 % ) dari 511 ibu yang memakai perabaan untuk menilai demam pada anak mereka
sedangkan sisianya 23,1 saja yang menggunakan termometer.
Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan oleh
virus, dan anak sembuh tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius seperti
meningitis, sepsis, osteomilitis, srtritis spesis, infeksi traktus urinarius, pneumonia,
endokarditis, gastroenteritis dapat mula – mula muncul sebagai demam tampa tanda yang
menunjuk pada suatu lokasi. Tantangan bagi klinis adalah melakukan penatalaksanaan
adekuat semua anak dengan infeksi bakteri serius, tanpa melakukan pengobatan
berlebihan terhadap mayoritas luas anak yang menderita infeksi virus.

1
B. Rumusan Masalah
1. Laporan Pendahuluan Demam beserta jurnal nonfarmakologi
2. Asuhan keperawatan demam/febris
3. Laporan MTBS demam

C. Maksud dan Tujuan


1. Mampu mengetahui susunan laporan pendahuluan demam
2. Dapar mengetahui konsep teori dari asuhan keperawatan demam
3. Dapat mengetahui format laporan MTBD

D. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan makalah ini :

BAB I PENDAHULUAN yang terdiri atas latar belakang , rumusan masalah, maksud
dan tujuan, dan sistematika penulisan.

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN terdiri dari Definisi demam, etiologi demam,


tanda dan gejala demam, patofisiologi demam, pathway demam, pemeriksaan
pennjang,penatalaksanaan.

BAB III JURNAL NONFARMAKOLOGI Demam


BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM
BAB V LAPORAN MTBS

2
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM


A. Definisi demam

Menurut ( Tamsuri. 2006 ) Febris (panas) dapat didefenisikan keadaan ketika


individual mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh terus menurus
lebih dari 37,8 °C peroral atau 37,9°C perrectal karena faktor eksternal. Sedangkan
menurut ( Ann M Arivin. 2000 ) Suhu tubuh dapat dikatakan normal apabila suhu 36,5
°C – 37,5 °C, febris 37 °C - 40°C dan febris > 40 °C. Demam terjadi bila berbagai
proses infeksi dan non infeksi dan berinteraksi dengan mekanisme hospes. Pada
perkembangan anak demam disebbkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan
demam menghilang sesudah masa yang pendek. Menurut pendapat lain (Sodikin. 2012 )
Demam merupakan suatu keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan
pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan
akibat dari perubahan pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit –
penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain
itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan
non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi. Sebagian
besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan anak
sembuh tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius seperti meningitis, sepsis,
osteomilitis, srtritis spesis, infeksi traktus urinarius, pneumonia, endokarditis,
gastroenteritis dapat mula – mula muncul sebagai demam tampa tanda yang menunjuk
pada suatu lokasi. Tantangan bagi klinis adalah melakukan penatalaksanaan adekuat
semua anak dengan infeksi bakteri serius, tanpa melakukan pengobatan berlebihan
terhadap mayoritas luas anak yang menderita infeksi virus.

Jadi dapat disimpulkan febris keaadaan dimana seseorang yang mengalami atau
beresiko kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih dari batas normal suhu tubuh yaitu <
37,5 °C, dan demam juga dapat berperan penting terhadap peningkatan perkembangan
imunitas dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi, demam dapat
terjadi karena berbagai proses infeksi dan non infeksi yang berinteraksi dengan hospes.

B. Klasifikasi demam

3
1. Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :1. Fever

Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis.2.


HyperthermiaKeabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk
hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi
(gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan.3. Malignant
Hyperthermia Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai
kekakuan otot karena anestesi total.

2. Tipe - tipe demam.diantaranya:

a. Demam Septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut
turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

b. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam
septik.

c. Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa
jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.

d. Demam intermiten Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.

e. Demam siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

C. Etiologi demam
Etiologi Demam merupakan gejala yang muncul karena adanya berbagai macam
reaksi yang timbul pada tubuh, dan menandakan bahwa melakukan perlawanan terhadap
suatu penyakit. Namun berbagai penelitian setuju bahwa penyebab terbesar adalah
4
infeksi. Penelitian di RSCM menemukan bahwa angka kejadian demam yang diakibatkan
oleh infeksi mencapai angka 80%, sedangkan sisanya adalah karena kolagen-vaskuler
sebanyak 6%, dan penyakit keganasan sebanyak 5%. Untuk penyakit infeksi karena
bakteri mencakup tubercolosis, bakterimia,demam tifoid, dan infeksi sakuran kemih
(ISK) sebagai penyebab tertinggi ( Bakry b, Tumberlaka A, Chair I. 2008 )Dalam studi
yang dilakukan oleh Limper M et. al (2011), mereka mendapatkan temuan yang sama
seperti yang dilakuakn di RSCM. Ditemukan bahwa infeksi merupakan penyebab demam
terbanyak. Hal ini sudah dipastikan melalui kultur darah. Ditemukan bahwa bakteri yang
di temukan paling banyak adalah bakteri gram positif dengan infeksi saluran pernafasan
atas dan bawah sebagai diagnosis terbanyak. Untuk bakteri gram negatif sendiri lebih
cendrung menyebabkan bakterimia,atau dengan kata lain memberikan infeksi sistematik.
Hanya 1 dari 20 pasien yang ditemukan dengan demam selain dari bakteri ( Limper M et,
al. 2011 ). Penyebab demam paling non infeksi yang dapat ditemukan adalah demam
karena kanker melalui jalur tumor, alergi, dan tranfusi darah ( Dalal S, Donna S,
Zhukovsky. 2006).
D. Tanda dan gejala
1. Suhu badan lebih 37,2 ºC
2. Banyak berkeringat
3. Pernafasan meninggi
4. Menggigil
E. Komplikasi
Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuhKejang demam : jarang sekali terjadi (1
dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan
dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam
ini juga tidak membahayan otak.Menurut Corwin (2000),komplikasi febris
diantaranya:
a. Takikardi
b. Insufisiensi jantung
c. Insufisiensi pulmonald. Kejang demam
F. Pathway

5
G. Patofisiologi
Peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme basa. Jika hal
ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka simpanan
karbohidrat, protein serta lemak menurun dan metabolisme tenaga otot dan lemak dalam
tubuh cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini mengarah
pada ketosis (Sacharin. 1996 ).
Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran lobus
hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan bingung, pembicaraan
menjadi inkoheren dan akirnya ditambah dengan timbulnya stupor dan koma (Sacharin.
1996 ).Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan
eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi
apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan.Pada pasien febris atau
demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan darah
lengkap misalnya : Hb, Ht, Leokosit. Pada pasienfebris atau demam biasanya pada Hb
akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami peningkatan.
6
LED akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui penyebabnya,
( pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk
– batuk ) ( Isselbacher. 1999 )
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis
danefaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi.Pemerksaan status
generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah pasientertolong tokis atau
tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari evaluasi secara menagis, reaksi terhadap orang
tua, variasikeadaan, respon social, warna kulit, dan status hidrasi. Pemeriksaan awal :
Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau feses, pengembalian cairan,
Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan feses rutin, morfolografi darah tepi, hitung
jenis leokosit.
I. Penatalaksanaan
1. Medis Pada keadaan hipepireksia ( demam ≥ 41 °C ) jelas diperlukan penggunaan
obat – obatan antipiretik. Ibuprofen mungkin aman bagi anak – anak dengan
kemungkinan penurunan suhu yang lebih besar dan lama kerja yang serupa dengan
kerja asetaminofin ( Isselbacher. 1999 ).
2. Keperawatan Pengelolaan pada penderita febris meliputi diagnosa keperawatan dan
rencana tindakan sebagai berikut:Diagnosa pertama yang muncul yaitu hipertemi
yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh dari 37,8 °C peroral atau 38,8 °C
perektal. Diagnosa ini mempunyai tujuan yaitu : kaji tentang penyebab hipertemi,
monitor tanda – tanda vital, berikan kompres air hangat untuk merangsang penurunan
panas atau demam, anjurkan pasien untuk banyak istirahat, pantau dan pengeluaran,
ajarkan pentingnya peningkatan masukan cairan selama cuaca Hangat dan latihan,
jelaskan kebutuhan untuk menghindari alkohol, kafein, dan makan banayak selama
cuaca panas, hindari aktivitas di luar ruangan anatara pukul 11.00 – 14.00, ajarkan
tanda – tanda awal hipertemi atau sengatan panas : kulit merah, sakit kepala,
keletihan, kehilangan nafsu makan, kaloborasi dalam pemeberian antipiretik.
Diagnosa keperawatan yang kedua muncul yaitu resiko defesit volume cairan
yang ditandai dengan dehidrasi peningkatan penguapan / evaporasi ( Doenges.
2000 ). Tujuan yang hendak dicapai adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan,
defisit volume cairan dapat diatasi. Kriteria hasil yang diharapkan adalah
mempertahankan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Intervensinya yaitu kaji masukan
dan haluan cairan, kaji tanda – tanda vital pasien, ajarkan pasien pentingnya
mempertahankan masukan yang adekuat ( sedikitnya 2000 ml / hari, kecuali terdapat
7
kontra indikasi penyakit jantung, ginjal ), kaji tanda dan gejala dini defeisit volume
cairan ( mukosa bibir kering, penurunan berat badan ), timbang berat badan setiap
hari.
Diagnosa ketiga yang akan muncul yaitu resiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dengan penurunan keinginan untuk makan ( anoreksi ) ( carpenito.
1999 ). Tujuannya yaitu kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil yang diharapkan
yaitu berat badan normal, nafsu makan ada / bertamabah. Intervesi yang akan
dialakukan yaitu timbang berat badan pasien tiab hari. Jelaskan pentingnya nutrisi
yang adekuat beri diet lunak, ajarkan pasien untuk makan sedikit taoi sering,
pertahankan kebersihan mulut dengan baik, sajikan makan dalam bentuk yang
menarik.
Diagnosa keempat yang akan muncul yaitu gangguan intoleransi aktivitas
ditandai dengan ketidsk mampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari – hari,
meningkatnya keluhan fisik ( Carpenito. 2000, Carpenito. 1999 ). Tujuan setelah
diakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan intoleransi aktivitas dapat
diatasi. Kriteria hasil yang diharapkan yaitu klien dapat meningkatkan toleransi
terhadap aktivitas sehari. Intervensi yang akan dilakukan : ukur tanda – tanda vital
sebelum dan sesudah aktivitas, tingkatkan aktivitas perawatan diri klien dari
perawatan didri persial sampai lengkap sesuai dengan indikasi, ajarkan pasien teknik
penghetan energi, rencanakan periode istirahat sesuai jadwal harian klien, identivikasi
dan dorong kemajuan klien.
Diagnosa keperawatan kelima yaitu kurang pengetahuan ditandai dengan
mengungkapkan kurang penegetahuan atau keterampilan atau permintaan informasi
( Carpenito, 2000 ). Tujuannya yaitu penegetahuan keluarga tentang demam
bertambah. Kriteria hasil yang diharapakn yaitu keluarga menyatakan kepahamannya
tentang perawatan demam di rumah. Intervensinya yaitu kaji tingkat pengetahuan
tentang anak demam dirumah. Beri penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang
perawatan anak demam dirumah. Beri evaluasi tentang pendidikan kesehatan yang
diberikan oleh perawat, beri reword kepada orang tua atas keberhasilan menjawab
yang di ajukan oleh perawat.

8
BAB II

JURNAL NONFARAMAKOLOGO DEMAM

PENGARUH PEMBERIAN TEPID SPONGE TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH


PADA ANAK DEMAM USIA TODDLER (1-3 TAHUN)

Oleh : Hera Hijriani (STIKes YPIB Majalengka)

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka# Volume V


Nomor 10 Juli 2019

ABSTRAK
Demam merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh mengalami peningkatan di
atasnormal. Seseorang dapat dikatakan demam jika suhu tubuhnya mencapai lebih dari
37,5°C. Suhu tubuh demam dapat diatasi secara farmakologis dan non farmakologis. Terapi
non farmakologis ada beberapa cara salah satunya dengan metode kompres tepid sponge.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepid sponge terhadap
penurunan suhu tubuh pada anak demam usia toddler (1-3 tahun) di RSUD Majalengka tahun
2017.Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimen one group pretest-posttestt.
Banyak sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 responden usia 1-3 tahun.
Teknikpengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan acidental sampling. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan thermometer digital dan air hangat (26°C-35°C). Hasil
penelitian menunjukan ada pengaruh pemberian tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh
pada anak demam usia toddler (1-3 tahun) di RSUD Majalengka tahun 2017.Dilihat dari hasil
analisis uji paired t test di dapat p value sebesar 0,000 < 0,05 denganrata- rata penurunan
suhu sebelum dan sesudah sebesar 0,64 °C .Kesimpulan penelitian ini adalah adanya
pengaruh pemberian tepid sponge terhadappenurunan suhu tubuh pada anak demam.
Diharapkan penelitian tepid sponge ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan untuk perawat
dan orang tua untuk membantu menurunkan suhu tubuh pada anak demam.Kata Kunci :
Tepid Sponge, Suhu Tubuh DemamDaftar Pustaka : 28 Pustaka (2008-2016)

ABSTRACT

9
Fever is a condition where the body temperature has increased above normal. A person can
be said to have a fever if his body temperature reaches more than 37.5°C. The high
temperature can be treated pharmacologically and non- pharmacologically. There are several
ways of non pharmacological therapy, one of them is by the method of tepid sponge
compress. This study aims to determine the effect of tepid sponge on the decrease of body
temperature in children at toddler age (1-3 years) with fever at District General Hospital
Majalengka in 2017. The design of this study used quasi experimental one group pretest-
posttest. The samples used in this study were 20 respondents aged 1-3 years. Sampling
technique in this study used accidental sampling. In this study the author used a digital
thermometer and warm water (26°C-35°C). The study results showed that there was an effect
of giving tepid sponge on the decrease of body temperature in children at toddler age (1-3
years) with fever at District General Hospital Majalengka in 2017. The analysis result of
paired t testshowed p value of 0.000 <0,05, with the mean of temperature decrease beforeand
after treatment of 0.64°C. The conclusion of this study was that there was an effect of giving
tepid sponge on the decrease of body temperature in children with fever. It is expected that
this tepid sponge study can be used as additional knowledge for nurses and parents to help
lowering body temperature in children with fever.Keywords : Tepid Sponge, Fever Body
TemperatureBibliography : 28 References (2008-2016)

PENDAHULUAN
Demam merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh mengalami peningkatan di atas normal.
Seseorang dapat dikatakan demam jika suhu tubuhnya mencapai lebih dari 37,5°C. Demam
pada dasarnya dapat dialami oleh seluruh kalangan usia, mulai dari bayi sampai orang lanjut
usia. Hal ini dapat terjadi karena pada dasarnya demam menunjukkan bahwa mekanisme
dalam tubuh berjalan normal dalam melawan penyakit yang menimbulkan reaksi infeksi oleh
virus, bakteri, jamur, atau parasit (Sodikin et all, 2012).
Badan Kesehatan Dunia WHO (2013) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh dunia
mencapai 16 - 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap tahunnya, anak merupakan yang
paling rentan terkena demam, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa.
Hampir semua daerah endemik, insidensi demam banyak terjadi pada anak usia 3-12 tahun.
Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30%
anak diperiksa karena menderita demam (Jayanti, 2011; Supiyanto, 2016).
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila mengalami
demam. Adapun beberapa metode kompres yang seringdigunakan adalah pemberian kompres
air hangat, kompres air biasa, dan kompres alkohol (Sodikin, 2012). Tepid sponge merupakan
10
kombinasi teknik blok dengan seka. Teknik ini menggunakan kompres blok tidak hanya di
satu tempat saja, melainkan langsung dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh darah
besar. Selain itu masih ada perlakuan tambahan yaitu dengan memberikan seka di beberapa
area tubuh sehingga perlakuan yang di terapkan terhadap klien pada teknik ini akan semakin
komplek dan rumit dibanding dengan teknik yang lain. Namun dengan kompres blok
langsung diberbagai tempat ini akan mempasilitasi penyampaian sinyal ke hipotalamus
dengan lebih gencar. Selain itu pemberian seka akan mempercepat pelebaran pembuluh darah
perifer akan mempasilitasi perpindahan panas dari tubuh kelingkungan sekitar yang akan
semakin mempercepat penurunan suhu tubuh (Reiga, 2010; Hamid, 2011).Hasil studi
pendahuluan didapatkan prevalensi demam pada anak di RSUD Majalengka tahun 2016
mengalami peningkatan dari tahun 2015 yaitu sebesar 667 anak (63,89%). Tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi demam pada anak selain menggunakan terapi antipiretik yaitu
dengan menggunakan kompres hangat dan menganjurkan banyak minum air putih.
Berdasarkan uraian diatas maka pertanyaan dari penelitian ini apakah ada pengaruh
pemberian teknik tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia toddler
di RSUD Majalengka ?Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia toddler di
RSUD Majalengka.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian metode penelitian eksperimental dengan
pendekatan one group pretest- posttest. Dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pemberian tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia toddler (1 – 3
tahun) di Ruang Perawatan Anak di RSUD Majalengka Tahun 2017. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien anak demam usia toddler yang di rawat di ruang Melati
RSUD Majalengka. Dalam menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan
Acidental sampling yaitu mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia
di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmojo, 2010). ). Menurut Sugiyono
(2010) jumlah sampel minimum dalam penelitian eksperimen adalah 10-20 sampel, maka
peneliti mengambi sampel sebanyak 20 responden. Untuk mengetahui apakah ada perubahan
suhu tubuh, maka dilakukan tabulasi dan analisa data bivariat dengannuji normalitas data
yang menggunakan Shapiro Wilk karena sampel kurang dari 50 responden. Uji T test
dependen untuk membandingkan data sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan
tingkat signifikasi 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Pengambilan data dilakukan melalui
pengamatan dengan menggunakan lembar obervasi yang telah disiapkan. Pengisian lembar
11
observasindilakukan 2 kali yaitu sebelum dilakuka tepid sponge dan langsung setelah
dilakukan tepid sponge. Penelitian dimulai dengan penentuan sampel yang diambil dari
seluruh pasien demam. Kemudian melakukan informed consent kepada keluarga responden
dengan memberipenjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur intervensi penelitian
serta dimintai persetujuannya. Setelah mendapat penjelasan, apabila keluarga responden
bersedia, maka keluarga responden mengisi lembar persetujuan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Mengetahui rata-rata suhu tubuh padananak demam usia toddler di RSUD Majalengka
Tahun 2017 sebelum dilakukan tepid sponge.

Tabel 4.1 Rata-rata Suhu Tubuh Anak Demam Usia Toddler (1-3 Tahun) di RSUD
Majalengka Tahun 2017 Sebelum Dilakukan Tepid Sponge.

Variabel Mean Median Min- SD


Max
Suhu tubuh 38.00
Sebelum 39.00
Tepid Sponge 38.3000 38.3000 0,24495
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata suhu tubuh anak demam usia
toddler sebelum diberikan tindakan tepid sponge adalah 38,3 °C, Median 38,3 °C dengan
standar deviasi 0,24495 dan nilai minimum serta maksimumnya adalah 38,0 °C dan 39,0 °C.
Menurut Sodikin (2012) pada manusia, suhu tubuhnya cenderung berfluktuasi tiap saat. Ada
banyak faktor yang menjadi penyebab fluktuasi suhu tubuh tersebut, agar suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan, maka diperlukan pengaturan (regulasi) suhu tubuh akan
menentukan suhu tubuh. Keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh karena kecepatan reaksi
kimia bervariasi sesuai suhu, selain itu sistem enzim tubuh juga memiliki rentang suhu sempit
agar berfungsi optimal, maka fungsi tubuh yang normal tergantung pada suhu badan yang
relatif tetap.
2. Mengetahui Rata-rata Suhu TubuhPada Anak Demam Usia Toddler Di RSUD Majalengka
Tahun 2017 Sesudah Dilakukan Tepid Sponge.
Tabel 4.2 Rata-rata Suhu Tubuh Anak Demam Usia Toddler (1-3 Tahun) di RSUD
Majalengka Tahun 2017 Sesudah Dilakukan Tepid Sponge
Variabel Mean Median Min- SD
Max
12
Suhu tubuh 37.20
Sebelum 38.40
Tepid Sponge 37.6600 37.6500 0,24495
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata suhu tubuh anak demam usia
toddler sesudah diberikan tindakan tepid sponge adalah 37,6 °C, Median 37,6 °C dengan
standar deviasi 0,27222 dan nilai minimum serta maksimumnya adalah 37,20 °C dan
38,40n°C dengan rata-rata penurunan suhu tubuh sebesr 0,64 °C. Demam terjadi jika
berbagai proses infeksi ataupun non infeksi saling berinteraksi dengan mekanisme pertahanan
hospes (penjamu). Kebanyakan demam pada anak akibat perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus (Sodikin,2012). Kausa demam selain infeksi juga dapat
disebabkan oleh keadaan toksemia, karena keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat.
Selain itu juga karena gangguan pada pusat regulasi suhu sentral yang menyebabkan
peninggianbtemperatur seperti pada heat stroke, perdarahan otak, koma atau gangguan sentral
lainnya (Sodikin, 2012). Komplikasi dari demam yang dapat terjadi yaitu bisa timbulnya
kejang, resiko persisten bakteremia, resiko meningitis, dan risiko ke arah keseriusan penyakit
(Suriadi, 2010). Menurut Valita (2008) dalam Supiyanto (2016) dampak demam jika tidak
mendapatkan penanganan lebih lanjut antara lain dehidrasi sedang hingga berat, kerusakan
neurologis, dan kejang demam.
3. Mengetahui Pengaruh Pemberian Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada
Anak Demam Usia Toddler (1-3 Tahun) Di RSUD Majalengka Tahun 2017.
Tabel 4.3 Pengaruh Pemberian Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak
Demam Usia Toddler (1-3 Tahun) Di RSUD Majalengka Tahun 2017
Variabel Mean SD CI 95% df p Value
Pre test- 0,64 0,09 0,5934- 19 0,000
Post test 0,68655
Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian dengan menggunakan uji paired T test (T
Dependen) di dapatkan nilai p value = 0,000 < nilai α = 0,05) dengan demikian Ho ditolak,
yang artinya ada pengaruh teknik Tepid Sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada anak
demam usia toddler di RSUD Majalengka Tahun 2017.nProsedur pendinginan seperti
mengusap atau mandi air hangat tidak efektif dalam mengatasi demam pada anak-anak baik
jika digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan antipiretik,ndan menyebabkan
ketidaknyamanan (Sharber, 1997; Wong, et.al, 2009). Tetapi ada kecenderungan bahwa
pemberian antipiretik yang disertai dengan tepid sponge mengalami penurunan suhu lebih
besar bila dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja (Setiawati,2009; Sodikin, 2012).
Teknik tepid sponge merupakan kombinasi teknik blok dengan seka. Teknik tepid sponge ini
13
menggunakan kompres blok tidak hanya di satu tempat saja, melainkan langsung dibeberapa
tempat yang memiliki pembuluh darah besar seperti di leher, ketiak, dan lipat paha. Selain itu
masih ada perlakuan tambahan yaitu dengan memberikan seka dibeberapa area tubuh
sehingga perlakuan yang diterapkan terhadap klien pada teknik ini akan semakin komplek
dan rumit dibandingkan dengan teknik yang lain. Namun dengan kompres blok langsung
diberbagai tempat ini akan memfasilitasi penyampaian sinyal ke hipotalamus dengan lebih
gencar. Selain itu pemberian seka akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan
memfasilitasi perpindahan panas di tubuh ke lingkungan sekitar yang akan semakin
mempercepat penurunan suhu tubuh (Reiga, 2010; Supiyanto, 2016).
Dalam penelitian (Hamid, 2011) pada tepid sponge pemberian kompres dapat
diberikan sesuai dengan protap tindakan yaitu selama 10-15 menit, kemudian pemberian
kompres dihentikan, waslap diambil dan tubuh dibiarkan terbuka. Hal ini akan memfasilitasi
evaporasi melalui kulit yang telah berdilatasi kelingkungan sekitar menjadi maksimal. Tepid
sponge dapat kembali diberikan setelah 90 menit kemudian. Ini merupakan waktu yang tepat
karenansetelah 90 menit efek terapi tepid sponge mulai menghilang yang ditandai dengan
kembali meningkatnya suhu pada anak. Pemberian tepid sponge yang selanjutnya akan
mencegah kenaikan suhu lebih lanjut.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ns. Sri
Haryani S, S.Kep Dan Ns. Syamsul Arif, M.Kes (2012) tentang “Pengaruh Kompres Tepid
Sponge Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-10 Tahun Dengan
Hipertermia Di RSUD Tugurejo Semarang”. Dengan hasil penelitian menunjukan ada
pengaruh kompres tepid sponge hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak umur 1-10
tahun dengan hipertermia. Dilihat dari hasil rata – rata penurunan suhu tubuh sebesar 1,4ºC
setelah 30 menit dilakukan Kompres Tepid Sponge. Pemberian kompres tepid sponge dalam
penelitian ini terbukti dapat menurunkan suhu tubuh pasien. Hasil penelitian mendapatkan
bahwa suhu tubuh pada pasien anak setelah pemberian kompres tepid sponge rata-rata dapat
mengalami penurunan sebesar 0,64 °C. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini relatif
singkat yaitu 15 menit.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapanhal
sebagai berikut:1. Rata-rata suhu tubuh pada anak demam usia toddler (1-3 tahun) di RSUD
Majalengka tahun 2017 sebelum diberikan teknik tepidnsponge adalah 38,3 °C dengan
standar deviasi 0,24495.2. Rata-rata suhu tubuh pada anak demam usia toddler (1-3 tahun) di
RSUD Majalengka tahun 2017 sesudah diberikan teknik tepid sponge adalah 37,6 °C dengan
standar deviasi 0,27222.3. Ada pengaruh pemberian tepid sponge terhadap penurunan suhu
14
tubuh pada anak demam usia toddler (1-3 tahun) di RSUD Majalengka Tahun 2017. Yaitu
ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah di lakukan tepid sponge
didapatkan nilai p value= 0,000b(<0,05).

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dannpembahasan ditemukan beberapa hal untuk
dijadikan beberapa saran sebagai berikut ini:1. Petugas kesehatan berupaya menerapkan
tindakan tepid spongenuntuk membantu menurunkan suhu tubuh pada anak demam.
Memberikan informasi kepadanresponden untuk membantu menurunkan suhu tubuh pada
anak demam selain menggunakan antipiretik juga dapat menggunakan kompres tepid sponge.
2. Petugas kesehatan agar berupaya menerapkan pengetahuan tentang kompres tepid sponge
kepada orang tua pasien untuk membantu menurunkan suhu tubuh pada anak demam.
Memberikan penyuluhan kepada responden mengenai tindakan kompres tepid sponge dengan
air hangat yang dilakukan peneliti dapat membantu menurunkan suhu tubuh pada anak
demam.
3. Petugas kesehatan dapat menerapkan teknik tepid sponge sebagai alternatif untuk
membantu menurunkan suhu tubuh pada pasien demam secara mandiri. Memberikan
penyuluhan kepada responden agar melakukan kompres tepid sponge secara mandiri baik di
rumah sakit ataupun di rumah apabila suhu tubuh anak mengalami peningkatan kembali.

DAFTAR PUSTAKA
Alves, J. G. B., & Almedia, Tepid Sponge Plus Dypirone Versus Dyvirone Alone In
Reducing Body Temperatur In Febrile Children, Brazil, 2008.
http://www.scielo.br/scielo.php?scr ip=scl_arttex&spid=s1516- 31802008000200008.
Diakses tanggal 12 Febuari 2017.
Anggi Pradila Erlin, Ade Fitriani. 2016. Asuhan Keperawatan Pada An. Di Usia Pra Sekolah
(5 Tahun) Dengan Febris Di Ruang Melati Badan Layanan Umum Daerah Kabupaten
Ciamis. www.ejournal.stikessmucis.ac.id. Diakses tanggal 13 Febuari 2017.
Arfiana, Arum Lusiana. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: Trans Medika Hamid Mohammad Ali. 2011. Keefektifan Kompres Tepid
Sponge Yang Dilakukan Ibu Dalam Menurunkan Demam Pada Anak: Randomizer Control
Trial Di Puskesmas Numbulsari Kabupaten Jember. http://eprints.uns.id/211211812201
107501.pdf. Diakses tanggal 12 Febuari 2017.

15
Handy Fransisca. 2016. A-Z Penyakit Langganan Anak. Jakarta: Pustaka Bunda. Haryani Sri,
Syamsul Arif. 2012. Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap Penurunan Suhu
Tubuh Pada Anak Umur 1- 10 Tahun Dengan Hipertermi Di RSUD Tuguredjo Semarang.
http://180.250.144.150/ejournal/index.pha/ilmukeperawatan/atricle/do wnload/85/122.
Diakses tanggal 12 Febuari 2017.
Hidayat Alimul Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan I. Jakarta:Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Kesehatan Dalam Kerangka SDGs. http://depkes.co.id.
Diakses tanggal 20 Febuari 2017.
2015. Profil Kesehatan Indonesia. www.depkes.co.id. Diakses tanggal 10 April 2017.
2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat. http://pusdalisbang.jabarprov.go.id. Diakses
tanggal 12 April 2017.
Mahayu Puri. 2016. Buku Lengkap Perawatan Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Saufa.
Maharani, Lindya. 2015. Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid
Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Balita Yang Mengalami Demam Di
Puskesmas Rawat Inap Karya Wanita Rumbai Pesisisr.
https://www.scribd.com/doc/73195543/all-ok. Diakses tanggal 13 februari 2017.
Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta. Riwidikdok, Handoko. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
CendikiaRusilanti, dkk. 2015. Gizi Dan Kesehatan Anak Prasekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Said, 2014. Perbedaan Pengetahuan IbunSebelum Dan Sesudah Diberikan
Penyuluhan Tentang Penanganan Anak Dengan Demam Di Wilayah Kerja Puskesmas
Manggala Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014, Skripsi, PSIKUniversitas Malahayati,
2014. Diakses tanggal 13 Febuari 2017.
Sari, dkk. 2015.Tepid Sponge Terhadap Suhu Tubuh Pasien Demam Akibat Dengue
Hemoragic Fever. http://dspace.library.uph.edu//1234 56789/26762089-922X. Diakses
tanggal 5 April 2017.
Setiadi. 2013. Konsep Dan PraktiknPenulisan Riset Keperawatan.nYogyakarta: Graha Ilmu.
Setyowati, Lina. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Penanganan
Demam Pada Anak Balita Di Kampung Bakalan Kadipiro Banjarsari Surakarta, Skripsi,
STIKES PKU Muhamadiah Surakarta.. http://stikespku.com/diglib/files/dis k1/1/stikes
%20pku-linasetyow- 44- 120101292.pdf. Diakses tanggal 13 Febuari 2017.
Setiawati, Tia. 2009. Pengaruh Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Dan
Kenyamanan Pada Anak Usia Prasekolah Dan Sekolah Yang MengalaminDemam Di Ruang
Perawatan Anak Rumah Sakit Muhamadiyah Bandung. http://lib.ui.ac.id.abstracpdf.Diakses
tanggal 5 April 2017.
16
Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharsimi, Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta. Suprapti, 2008. Perbedaan Pengaruh Kompres Hangat Dengan Kompres Dingin
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Karena InfeksiDi RSUD Djojonegoro
Temanggung. http://digilib.unimus.ac.id/. Diakses tanggal 12 Febuari 2017. Supiyanto, dkk.
2016. Manfaat Kompres Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh AnakbYang
Mengalami Demam. https://www.scribd.com. Diakses tanggal 5 April 2017.
Suriadi, Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:Sagung Seto
Wong, L.Dona. 2009. Buku AjarannKeperawatan Pediatrik. Jakarta:bEGC.
Wardiah, Aryanti, dkk. 2014.bPerbandingan Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid Sponge
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam Di RSUD dr. H.ABDUL
MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM

Ny. S datang membawa anaknya ke rumah sakit karena anaknya bernama hasan,
jenis kelamin laki-laki, umur 37 bulan, BB 9,6 kg, TB 87 cm karena panas sudah 3 hari
dengan suhu badan 37,5, terlihat bibir kering, menggigil dan terus menangis, ia tidak
batuk dan tidak sukar bernafas. Ia juga tidak diare , resiko malaria didaerah tersebut
rendah, tidak ada riwayat perjalanan keluar daerah selama 2 minggu terakhir. Ia tidak
menderita campak selama 3 bulan terakhir.
1. Data Demografi
1) Biodata
- Nama : An. H
- Usia : 37 bulan
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Alamat : Karang mangu, Baturaden.
- Suku / bangsa :
- Status pernikahan : Belum menikah
- Agama / keyakinan : Islam
- Diagnosa medik : Febris
- No. Medical record : 20 – 08 – 1989
- Tanggal masuk : 28 November 2017 (Jam. 15.00 WIB)
- Tanggal pengkajian : 29 November 2017 (Jam. 20.00)
- Terapi medik : Antipiretik, Cairan infus NS, Antibiotik
2) Penanggung Jawab
- Nama : Ny, S
- Usia : 42 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan / sumber penghasilan : Ibu rumah tangga
- Hubungan dengan klien : Ibu Klien
2. Keluhan Utama
Orang tua klien mengatakan, klien mengalami panas tinggi, dan tidak turun – turun
selama 3 hari.
3. Riwayat Kesehatan

18
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Orang tua klien mengatakan klien sudah 3 hari yang lalu mengalami panas.
- Orang tua klien mengatakan anaknya pilek dan terus menangis
- Panas suhu saat di kaji 37,5 C.
b. Riwayat kesehatan lalu
- Orang tua klien mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami atau
menderita penyakit berat sebelumnya dan belum pernah d rawat.
- Orang tua klien mengatakan klien pernah mendapatkan program imunisasi
BCG, DPT, MMR.
- Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi
sebelumnya, baik alergi makanan, obat – obatan, zat/ substansi dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga.
- Orang tua klien mengatakan tidak mempunyai penyakit berat sebelumnya
4. Riwayat Psikososial
- Orang tua klien mengatakan apabila dirumah klien aktif dalam melakukan
tindakan.
- Orang tua klien mengatakan jika dirumah klien bermain dengan teman
sejawatnya.
- Orang tua klien mengatakan apabilah dirumah klien tidak rewel, akan tetapi saat
dirumah sakit klien cenderung rewel.
- Orang tua klien mengatakan tidak terlalu memfikirkan beban biaya rumah sakit
karena orang tua klien memiliki asuransi kesehatan keluarga.
- Klien cenderung pendiam dan tidak aktif dalam bermain.
5. Riwayat Spiritual.
- Ritual yang biasa dijalankan : -
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaaan umum klien
- Tanda – tanda dari distress : klien sering rewel
- Ekspresi wajah,bicara, mood : wajah klien nampak pucat, klien nangis terus,
kliean tidak terlalu mood dalam melakukan aktivitas.
- Berpakaian dan kebersihan umum : kliean mandi 2 hari sekali dan selalu
mengati pakaiannya.
- Tinggi badan, BB, gaya berjalan : 87 cm, 9,6 Kg, Gaya berjalan normal seperti
anak - anak pada umumnya.
b. Tanda - tandaVital :
19
- Suhu : 37,5 derajat
- Nadi : 77 kali/menit
- Pernafasan : 29 kali/ menit
c. Sistem Pernafasan
- Hidung : Inspeksi : kesimetrisan (+), pernafasan cuping hidung (-) adanya
secret atau polip (-), passase udara (-).
- Leher : Inspeksi dan palpasi : pembesaran kelenjar (-), tumor (-).
- Dada : Inspeksi ; bentuk dada ( normal), ukuran ( sama ), gerakan dada ( kiri
dan kanan seimbang, retraksi (-), keadaan PX ( normal), Auskultasi : suara
nafas ( normal), suara nafas tambahan (-), Palpasi : Clubbing finger (-).
d. Sistem Kardiovaskuler.
- Inspeksi : Conjungtiva (anemia), bibir (pucat), pembesaran jantung (-)
- Palpasi :Arteri carotis (normal), Tekanan vena jugularis (normal), Ictus
cordis/apex (teraba diantara costa 4)
- Auskultasi : suara jantung tambahan (-), bising aorta (-), murmur (-), gallop
(-).
e. Sistem Pencernaan.
- Inspeksi : seklera (-), bibir (kering), Mulut (stomatitis (-), jumlah gigi (22
buah), kemampuan menelan (-), gerakan lidah (-).
- Gaster : kembung (-), gerakan peristaltik (-)
- Abdomen : Inspeksi ; tidak ditemukan luka, bentuk simetris. Palpasi : Tidak
ditemukan pembesaran di kuadran I – IV, Tidak ditemukan nyeri tekan.
Perkusi : suara timpani. Auskultasi : bising usus (+)
- Anus : kondisi (normal).
f. Sistem Indra
a. Mata
- Kelopak mata (+), bulu mata (+), alis (+), lipatan epikantus dengan ujung
atas telinga (+).
- Visus (+)
- Lapang pandang (+)

b. Hidung
- Penciuman (+), perih dihidung (-), trauma (-), mimisan (-).
- Secret yang menghalangi penciuman (-).
c. Telinga

20
- Keadaan daun telinga (+), operasi telinga (-)
- Kanal auditoris (+)
- Membran tympani (+)
- Fungsi pendengaran (+)
d. Sistem Saraf.
1) Fungsi celebral
- Status mental : daya ingat (+), perhatian dan perhitungan (+), bahasa (+).
- Kesadaran : GCS 7
- Bicara : expresive dan reseptive (-).
2) Fungsi cranial
- Saraf cranial I s/d XII (+)
3) Fungsi motorik
- Massa (-)
- Tonus dan kekuatan otot (+4)
4) Fungsi sensorik
- Suhu : 38,5 derajat
- Nyeri : (+)
- Getaran posisi dan diskriminasi : (-)
5) Fungsi cerebellum
- Koordinasi dan keseimbangan (+)
6) Refleks
- Ekstermitas atas : (+4)
- Ekstermitas bawah : (+4)
- Superficial : (+4)
e. Sistem Muskuloskeletal
- Kepala : bentuk kepala bundar
- Vertebrae : Normal
- Pelvis dan Lutut, kaki: Normal
- Bahu dan Tangan : Simetrsis, normal
f. Sistem Integumen
- Rambut : tebal, warna hitam dan halus.
- Kulit : warna pucat, temperatur ( 38,5 derajat), kelembaban (-), bulu kulit
(halus), tahi lalat ( di bawah bibir sebelah kiri ), ruam (-).
- Kuku : warna (putih bening), mudah patah (-), kebersihan (+).
g. Sistem Endokrin
21
- Kelenjar tiroid : pembesaran (-)
- Percepatan pertumbuhan : Normal
- Gejala keratinisme atau gigantisme : (-)
- Ekskresi urin berlebihan (-), polidipsi (-), poliphagi (-)
- Suhu tubuh yang tidak seimbang (+), keringat berlebihan (+), leher
kaku(-).
- Riwayat bekas air seni dikelilingi semut : (-).
h. Sistem Perkemihan
- Edema Palpebra (-),Edema Anasarka (-)
- Moon face (-)
- Keadaan kandung kemih (+)
- Nocturia (-), dysuria (-), kencing batu (-).
- Penyakit hubungan seksual (-).
i. Sistem Reproduksi
- Keadaan glendpenis : tidak dikaji
- Testis : tidak dikaji
j. Sistem Imun
- Alergi (-)
- Imunisasi : BCG, DPT, MMR
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : Flu (+)
- Riwayat transfusi dan reaksinya : (-)
7. Aktivitas Sehari – hari
 Nutrisi
- Selera makan : menurun
- Menu makan dalam 24 jam : BSTIK
- Frekuensi makanan dalam 24 jam : 2 kali sehari
- Makanan yang disukai : telur mata sapi
- Makanan pantangan : sayur wortel
- Pembatasan pola makan : (-)
- Cara makan : menggunakan sendok dan piring
- Ritual sebelum makan : membaca doa sebelum makan
 Cairan
- Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam : air putih dan susu
- Frekuensi minum : tidak menentu
- Kebutuhan cairan dalam 24 jam : tidak diketahui
22
 Eliminasi ( BAB & BAK )
- Tempat pembuangan : toilet
- Frekuensi : tidak diketahui
- Konsistensi : padat
- Kesulitan dan cara menanganinya : tidak
- Obat – obat untuk memperlancar BAK/BAB : -
 Istirahat Tidur
- Apakah cepat tertidur : (+)
- Jam tidur : siang 3 jam dan malam hari 9 jam (dirumah), siang 2 jam dan
malam 5 jam ( di RS )
- Bila tidak dapat tidur apa yang di lakukan : orang tua klien mengendong dan
mengajak jalan – jalan
- Apakah tidur secara rutin : iya.
 Personal Hygiene
- Mandi : frekuensi ( 2 kali sehari ), alat mandi : gayun, kesulitan (-),
mandiri/dibantu : dibantu, cara : seperti biasanya.
- Cuci rambut : 3 kali dalam seminggu
- Gunting kuku : 1 kali dalam 2 minggu.
- Gosok gigi : 2 kali sehari.
 Aktivitas / mobilitas fisik
- Kegiatan sehari – hari : bermain dan belajar
- Pengaturan jadwal harian : -
- Penggunaan alat bantu untuk aktivitas : (-)
- Kesulitan pergerakan tubuh : (-)

8. Test Diagnostik
 Laboratorium
- Hemoglobin : 14, 8 Normal L: 13,5 – 18,09 /dl, P: 11,5 – 16,09 /dl
- Leukosit : 2.800 Normal : 3.300 / 10.300 / cmm
- LED : 15 – 22 Normal L: 6 – 15 mm P: 0 – 20 mm
- Hitung jenis : 0/0/1/73/26/0 Normal : 1-2/0-1/3-5/54-6225 – 33/3-7
- Hematokrit : 47,0 Normal L : 40 – 54 % P : 35 – 47 %
- Trombosit : 262.000 Normal : 130.000 – 450.000
- Eritrosit : 4.980.000 Normal L: 4,5 – 6,5 juta / cmm, P : 3,0 – 6,0 juta / cmm
23
- Widal : O : Post 1/400 ( N. Negative )
H : Post 1/200 ( N. Negative )
PA : Negt / - ( N. Negative )
PB : Post 1/400 ( N. Negative)
 Ro foto, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG, dll : -
9. Terapi Saat Ini.
 Antipiretik : Parasetamol
 Antibiotik
 NS
DATA FOKUS

NAMA PASIEN : AN. H


NO REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF

-  Bibir kering
-  Suhu badan 38,5 derajat
-  Banyak berkeringat
Orang tua klien mengatakan klien selama 3 hari
-  Pernafasan meninggi
mengalami panas tinggi.Orang tua klien
-  Mengigil
mengatakan klien sering rewel.
-  Kulit kering
-  Sering menangis
- Sulit tidur

ANALISA DATA

NAMA PASIEN : AN. H


NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 DS : Orang tua klien mengatakan klien


selama 3 hari mengalami panas tinggi
DO :-  Bibir kering Hypertermi Proses infeksi
- Suhu badan 38,5 derajat
- Mengigil
- Kulit kering
24
2 DS : Orang tua klien mengatakan klien
selama 3 hari mengalami panas tinggi Resiko kekurangan Intake yang kurang dan
DO : - Suhu badan : 37,5 derajat volume cairan deperosis
- Mengigil
- Banyak berkeringat
3 DS : Orang tua klien mengatakan klien
sering rewel. Cemas Hipertermi
DO : - Klien sering menangis
- Sulit tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : AN. H


NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
NO MASALAH / DIAGNOSA TGL DITEMUKAN TGL TERATASI

Hipertermi berhubungan dengan proses


1. 28 November 2018 1 Desember 2018
infeksi

Resiko kekurangan volume cairan


2. berhungan dengan intake yang kurang 28 November 2018 1 Desember 2018
dan deperosis

3. Cemas berhubungan dengan hipertermi 28 November 2018 1 Desember 2018

RENCANA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : AN. H


NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek

N DX. DAN DATA TUJUAN DAN


TGL RENCANA TINDAKAN
PENUNJANG KRITERIA HASIL

28/11/2018 1 Setelah dilakukan - Pantau suhu klien (derajat dan


DS : Orang tua klien tindakan keperawatan pola) perhatikan menggigil/

25
mengatakan klien selama 3 x 24 jam klien diafor
selama 3 hari menujukan temperatur - Pantau suhu lingkungan
mengalami panas tinggi dalan batas normal - Berikan kompres hangat
DO : - Bibir kering dengan kriteria: hindri penggunaan akohol
- Suhu badan -  Bebas dari -  Berikan miman sesuai
38,5 derajat kedinginan kebutuhan
- Mengigil -  Suhu tubuh stabil - Kolaborasi untuk pemberian
- Kulit kering 36-37 C antipiretik dan antibiotik
28/11/2018 2 Setelah dilakukan - Ukur/catat haluaran urine dan
DS : Orang tua klien tindakan perawatan berat jenis. Catat ketidak
mengatakan klien selama 3 x 24 jam seimbangan masukan dan
selama 3 hari volume cairn adekuat haluran kumulatif
mengalami panas tinggi dengan kriteria: - Pantau tekanan darah dan
DO : -  tanda vital dalam denyut jantung ukur CVP
-  Suhu badan : 38,5 batas normal - Palpasi denyut perifer
derajat -  nadi perifer teraba - Kaji membran mukosa kering,
-  Mengigil kuat tugor kulit yang kurang baik
-  Banyak -  haluran urine dan rasa haus
berkeringat adekuat - Kolaborasi untuk pemberian
-  tidak ada tanda- cairan IV sesuai indikasi
tanda dehidrasi - Pantau nilai laboratorium,
Ht/jumlah sel darah merah,
BUN,cre, Elek,LED, GDS
28/11/2018 3 Setelah dilakukan - Kaji dan identifikasi serta
DS : Orang tua klien tindakan perawatan luruskan informasi yang
mengatakan klien sering selama 2 x 24 jam cemas dimiliki klien mengenai
rewel. hilang dengan kriteria: hipertermi
DO : -  klien dapat - Berikan informasi yang
-  Klien sering mengidentifikasi hal- akurat tentang penyebab
menangis hal yang dapat hipertermi
meningkatkan dan - Validasi perasaan klien dan
-  Sulit tidur menurunkan suhu yakinkan klien bahwa
tubuh kecemasam merupakan
-  klien mau respon yang normal
berpartisipasi dalam - Diskusikan rencana tindakan

26
setiap tidakan yang yang dilakukan berhubungan
dilakukan dengan hipertermi dan
-  klien keadaan penyakit
mengungkapkan
penurunan cemas
yang berhubungan
dengan hipertermi,
proses penyakit

TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
KODE JAM
TGL TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL
NDX (WIB)
29/11 1 15.00 - Memantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan
menggigil/diaforsis
- Memantau suhu lingkungan
- Memberikan kompres hangat hindri
- Memberikan minum sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam
pemberian antipiretik dan antibiotic

2 15.00 - Mengukur/mencatat haluaran urine dan berat


jenis.
- Mencatat ketidak seimbangan masukan dan
haluran kumulatif
- Memantau tekanan darah dan denyut jantung
ukur CVP
- Meraba denyut perifer
- Mengkaaji membran mukosa kering, tugor
kulit yang kurang baik dan rasa haus
- Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai
indikasi

27
- Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel
darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS

- Mengkaji dan mengidentifikasi serta


meluruskan informasi yang dimiliki orang tua
klien mengenai hipertermi
- Memberikan informasi yang akurat tentang
3 15.00 penyebab hipertermi
- Memvalidasi perasaan klien dan meyakinkan
klien bahwa kecemasam merupakan respon
yang normal
- Mendiskusikan rencana tindakan yang
dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan
keadaan penyakit
30/11 1 20.00 - Memantau suhu klien (derajat dan pola)
perhatikan menggigil/diaforsis
- Memantau suhu lingkungan
- Memberikan kompres hangat hindri
- Memberikan minum sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam
pemberian antipiretik dan antibiotic
2 20.00 - Mengukur/mencatat haluaran urine dan berat
jenis.
- Mencatat ketidak seimbangan masukan dan
haluran kumulatif
- Memantau tekanan darah dan denyut jantung
ukur CVP
- Meraba denyut perifer
- Mengkaaji membran mukosa kering, tugor
kulit yang kurang baik dan rasa haus
- Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai
indikasi
- Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel
3 20.00 darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS

28
- Mengkaji dan mengidentifikasi serta
meluruskan informasi yang dimiliki orang tua
klien mengenai hipertermi
- Memberikan informasi yang akurat tentang
penyebab hipertermi
- Memvalidasi perasaan klien dan meyakinkan
klien bahwa kecemasam merupakan respon
yang normal
- Mendiskusikan rencana tindakan yang
dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan
keadaan penyakit
1/12 1 07.00 - Memantau suhu klien (derajat dan pola)
perhatikan menggigil/diaforsis
- Memantau suhu lingkungan
- Memberikan kompres hangat hindri
- Memberikan minum sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga medis dalam
pemberian antipiretik dan antibiotic

2 07.00 - Mengukur/mencatat haluaran urine dan berat


jenis.
- Mencatat ketidak seimbangan masukan dan
haluran kumulatif
- Memantau tekanan darah dan denyut jantung
ukur CVP
- Meraba denyut perifer
- Mengkaaji membran mukosa kering, tugor
kulit yang kurang baik dan rasa haus
- Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai
indikasi
- Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel
07.00
3 darah merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS

- Mengkaji dan mengidentifikasi serta


meluruskan informasi yang dimiliki orang tua

29
klien mengenai hipertermi
- Memberikan informasi yang akurat tentang
penyebab hipertermi
- Memvalidasi perasaan klien dan meyakinkan
klien bahwa kecemasam merupakan respon
yang normal
- Mendiskusikan rencana tindakan yang
dilakukan berhubungan dengan hipertermi dan
keadaan penyakit

CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 – 08 – 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek

TGL KODE NDX JAM EVALUASI SOAP


(WIB)
S : orang tua klien mengatakan bahwa klien panasnya sudah
berkurang
30/11 1 20.00 O : - bibir agak kering

-  T : 38
-  Sedikit menggil
-  Kulit tidak kering
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

S : orang tua klien mengatakan bahwa klien panasnya sudah


berkurang
2
O : - Suhu badan 38
-  Masih berkeringat
-  Menggil berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

S : orang tua klien mengatakan bahwa rewel klien sudah


berkurang
30
O : - klien menangis tetapi sudah jarang
-  Klien masih sering terbangun pada waktu tidur
3 A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
01/12 1 07.00 S : orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak panas
lagi
O : - Bibir kering (–)

-  Suhu 37
-  Tidak mengigil
-  Kulit normal
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

S : orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak panas


2 lagi

O : - Suhu 37
-  Tidak mengigil
-  Tidak berkeringat
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

S : orang tua klien mengataka bahwa klien sudah tidak rewel


3
O : - Klien tidak pernah menangis
-  Tidurnya nyenyak
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

31
1 BAB IV

2 LAPORAN MTBS DEMAM


I. Biodata Klien

A. Identitas Klien

1. Nama : An. H

2. Umur : 37 bulan

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Alamat : Karang mangu rt 3/10

B. Identitas Orang Tua

1. Nama : Ny. S

2. Umur : 42 tahun

3. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

4. Hubungan dengan Klien : Ibu Klien

II. Riwayat Singkat Klien

Ny. S datang membawa anaknya ke puskesmas baturaden karena anaknya


bernama hasan, jenis kelamin laki-laki, umur 37 bulan, BB 9,6 kg, TB 87 cm karena
panas. Hasan tidak menunjukkan tanda bahaya umum sudah panas 3 hari dengan suhu
badan 37,5, terlihat bibir kering, menggigil dan terus menangis, ia tidak batuk dan
tidak sukar bernafas. Ia juga tidak diare , resiko malaria didaerah tersebut rendah,
tidak ada riwayat perjalanan keluar daerah selama 2 minggu terakhir. Ia tidak
menderita campak selama 3 bulan terakhir. Lehernya bergerak dengan mudah. Hasan
pilek dan tidak ada gejala mengarah ke campak.
Petugas memeriksa bintik di kulit yang ternyata tidak ada, Hasan tidak
mengeluh nyeri ulu hati, tidak gelisah dan tidak ada gejala syok menuju DHF.
Selanjutnya petugas memeriksa status gizi dan anemia. Anak terlihat kurus, tetapi

32
tidak ceking. Sedikit pucat tidak ada pembengkakan di kedua kakinya, petugas
menentukan berat badan menurut tinggi badan nya. Pada pemeriksaan RDT negative.

III. Hasil Penilaian MTBS ( Formulir Terlampir )

IV. Identifikasi Masalah yang Timbul Terkait Asuhan Keperawatan yang Dilakukan dan
Solusi yang Diberikan
Dari hasil wawancara dan hasil pemeriksaan sesuai dengan format MTBS pada klien
didapatkan keterangan sebagai berikut :

a. Saat ini anak tidak ada tanda – tanda bahaya umum seperti : tak bisa minum,
memuntahkan semuanya, kejang serta letargis atau tidak sadar.
b. Keluhan batuk serta diare tidak ditemukan
c. Saat wawancara dengan keluarga, didapatkan keterangan bahwa anak demam,
demam 3 hari dengan suhu 37,5 daerah resiko malaria rendah, anak tidak
berpergian keluar daerah selama 2 minggu.
Dari hasil wawancara dan pemeriksaan diatas, dapat diklasifikasikan bahwa
anak saat ini menderita demam mungkin bukan malaria.
Adapun tindakan yang dilakukan pada klien yaitu :
1. Berikan dosis paracetamol jika suhu melibihi 38,5
2. Obati penyebab demam
3. Jika demam lebih dari 7 hari rujuk untuk pemeriksaan lanjut
4. Nasihati agar segara kembali bila anak
 Ada tanda-tanda perdarahan
 Ujung ekstrimitas dingin
 Nyeri ulu hati
 Sering muntah
 Pada hari ke 3-5 demam turun dan anak tampak lemas
5. Kunjungan ulang 2 hari bila anak tetap demam
d. Dari hasil wawancara dengan keluarga, dikatakan bahwa anak mengalami
demam sudah tiga hari. Saat diwawancara, keluarga mengatakan bahwa
anaknya mengalami demam tidak mendadak tinggi dan terus menerus, tidak
ada perdarahan, tanda syok tidak ditemukan, tidak ada nyeri ulu hati. Saat
dikaji, tidak ada petekie.
33
Dari hasil wawancara dan pemeriksaan diatas, dapat diklasifikasikan bahwa
anak saat ini menderita demam mungkin bukan DBD.

Adapun tindakan yang diberikan yaitu :


1. Obati penyakit lain dari demam.
2. Menasihati keluarga jika anaknya demam tinggi dengan suhu ≥ 38,50 C
agar diberikan parasetamol, tidak boleh golongan salisilat atau ibuprofen.
3. Menganjurkan keluarga agar melakukan kunjungan ulang 2 hari jika tetap
demam
e. Saat wawancara dengan keluarga, didapatkan keterangan juga bahwa anak
tampak kurus, tidak ada pembengkakan kedua ujung kaki, perbandingan
BB/TB <-3 SD.
Dari hasil wawancara dan pemeriksaan diatas, dapat diklasifikasikan bahwa
anak saat ini kurus.
Adapun tindakan yang dilakukan pada klien yaitu:
1. Lakukan penilaian pemberian makan pada anak
2. Bila ada masalah pemberian makan lakukan konsultasi gizi
dipuskesmas da kunjungan ulang 5 hari
3. Nasehati kapan kembali segera setelah 14 hari.
f. Karena saat ini klien juga mengalami pilek, maka keluarga dianjurkan untuk
memberikan klien banyak minum serta menghindari makanan atau minuman
yang dingin

34
DAFTAR PUSTAKA

Hijriani, Hera. 2019. Pengaruh Pemberian Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
Pada Anak Demam Usia Toddler (1-3 tahun). URL : https://ejournal.akperypib.ac.id/wp-
content/uploads/2019/07/MEDISINA-Jurnal-Keperawatan-dan-Kesehatan-AKPER-YPIB-
MajalengkaVolume-V-Nomor-10-Juli-2019-4.pdf. Di akses pada 10 Juli 2019

Azmi, M, Yahya. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan Febris di Ruang
rawat Inap. URL : http://repo.stikesperintis.ac.id/132/1/10%2520M%2520AZMI
%2520YAHYA.pdf&ved=2ahUKEwjb1aLR88bqAhVQfHOKHYHmBUcQFjANegQIBxAB
&usg=AOvVaw04OHjEAfYjbF34AKBPn_UQ&cshid=1594529243574

Gemilang, Akrom. 2017. Laporan Kasus MTBS. URL :


https://id.scribd.com/document/365136924/LAPORAN-KASUS-MTBS-1. Dipublikasikan :
22 November 2017.
https://www.academia.edu/8744831/ASUHAN_KEPERAWATAN_FEBRIS?
auto=download

https://id.scribd.com/doc/313141787/Pathway-Febris

35

Anda mungkin juga menyukai