Disusun oleh:
PUSKESMAS TAMAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan segala rajmat
dan hidayah-Nya. Telah terselesaikan makalah dengan judul “PENDEKATAN DAN
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK”
Dalam kajian makalah ini banyak mengacu pada berbagai artikel ilmiah dari berbagai
sumber. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan yang membutuhkan perbaikan, maka saran dan kritik sangat
dihargai dan diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
B.Rumusan Masalah...........................................................................................1
C.Tujuan Penulisan.............................................................................................1
A.Kesimpulan ...................................................................................................13
B.Saran .............................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat sering terjadi pada
anak-anak. Cukup sering para orangtua menganggap bahwa demam pada anak dapat
dalam dunia medis, demam merupakan suatu reaksi imun tubuh yang merupakan akibat
dari suatu masalah di dalam tubuh. Infeksi adalah salah satu masalah yang sering
menimbulkan demam. Seorang anak dapat dikatakan demam apabila suhu tubuhnya
diatas 37,5ºC. Demam pada anak sangat jarang menyebabkan masalah yang serius.
Sebelum membawa anak ke dokter, sebaiknya orang tua juga mengetahui tindakan
awal apa saja yang dapat dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama. Pengertian
yang salah mengenai demam dapat menjadi suatu penghalang dalam pemberian
pertolongan pertama. Oleh karena itu, kami membuat makalah mengenai pendekatan
dan penatalaksanaan demam pada anak. Diharapkan melalui makalah ini kita dapat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Untuk lebih memahami tindakan apa saja yang perlu dilakukan untuk melakukan
1
D. Sistematika Penulisan
Topik pada makalah ini adalah pendekatan dan tatalaksana demam pada anak.
Bab I adalah pendahuluan dimana terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
Bab II adalah tinjauan pustaka yang berisi landasan teori topik perkuliahan yang
Bab III adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Demam didefinisikan sebagai setiap peninggian suhu tubuh lebih dari 100.4° F (38°
C). Suhu tubuh orang yang sehat berfluktuasi antara 97° F (36,1° C) dan 100° F (37,8°
C), dengan rata-rata 98,6° F (37° C). Demam bukan merupakan suatu penyakit. Ini adalah
bagian dari pertahanan tubuh terhadap infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang
menyebabkan infeksi melakukannya dengan baik di tubuh suhu normal. Demam dapat
membuat lebih sulit untuk bertahan hidup. Demam juga mengaktifkan sistem kekebalan
tubuh.
Etiologi
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam
akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi
bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain
Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia,
influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti
H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides
Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain malaria,
toksoplasmosis, dan helmintiasis (Jenson & Baltimore, 2007). Demam akibat faktor non
3
infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu
lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit
difenilhidantoin,dan antihistamin) (Kaneshiro & Zieve, 2010). Selain itu anak-anak juga
dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama
±1-10 hari (Graneto, 2010). Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi
penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh adanya
pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumour necrosis factor) dan IFN (interferon).
lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasaan, penyakit kolagen, penyakit
metabolik, sumber pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat lain .1,2,3,4 Kemampuan
anak untuk beraksi terhadap infeksi dengan timbulnya manifestasi klinis demam sangat
tergantung pada umur. Semakin muda usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk
merubah set-point dan memproduksi panas. Bayi kecil sering terkena infeksi berat tanpa
Epidemiologi
Demam merupakan keluhan yang banyak terjadi khususnya pada balita, karena
demam juga merupakan mekanisme pertahanan diri ataupun reaksi fisiologis terhadap
perubahan set point. Oleh karena itu demam juga merupakan gejala dari penyakit-
4
penyakit infeksi dan non infeksi. Demam sering ditemukan pada bayi dan anak. Pizzo et
al mengatakan bahwa 10-15% bayi yang berkunjung ke dokter mengeluh demam. Orang
tua menaruh perhatian lebih untuk berobat bila anaknya demam dibandingkan keluhan
yang lain, meskipun keluhan selain demam lebih dahulu diderita. Penelitian lain
menyebutkan bahwa anak-anak berusia kurang dari 2 tahun mengalami 4-6 kali serangan
sakit yang memiliki gejala demam. Selain itu, demam pada anak-anak berusia kurang dari
2 tahun seringkali merupakan manifestasi dari penyakit yang serius. Oleh karena itu perlu
diketahui karakter klinis demam pada anak agar dapat mengatasi secara komprehensif.
Klasifikasi Demam
Demam dapat merupakan satu-satunya gejala yang ada pada pasien infeksi. Panas
dapat dibentuk secara berlebihan pada hipertiroid, intoksikasi aspirin atau adanya
Klasifikasi berdasarkan umur pasien dibagi menjadi kelompok umur kurang dari 2
bulan, 3-36 bulan dan lebih dari 36 bulan. Pasien berumur kurang dari 2 bulan, dengan
atau tanpa tanda SBI (serious bacterial infection). Infeksi seringkali terjadi tanpa disertai
demam. Pasien demam harus dinilai apakah juga menunjukkan gejala yang berat.11
Menurut Yale Acute Illness Observation Scale atau Rochester Criteria, yang menilai
adakah infeksi yang menyebabkan kegawatan. Pemeriksaan darah (leukosit dan hitung
jenis) dapat merupakan petunjuk untuk perlunya perawatan dan pemberian antibiotik
empirik.
1. Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas, diagnosis
etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisik, dengan atau tanpa
5
2. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat ditegakkan
dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri dengan tes laboratorium,
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah sindrom virus.
Patofisiologi Demam
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, oleh karena aliran
darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun kalau suhu
terlalu tinggi (di atas 38,5ºC) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat,
jumlah darah untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga
Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat
Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan paru dan disertai dengan
akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 41 ºC, terutama pada jaringan otak dan otot
yang bersifat permanen. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kerusakan batang otak,
terjadinya kejang, koma sampai kelumpuhan. Kerusakan otot yang terjadi berupa
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen
adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen
adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah
pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri
gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen
yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6,
6
TNF-α, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit,
neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit,
dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi
imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan
pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen
sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-
mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan
produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan
menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan.
Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang
ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang
berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan
menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi
panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu
fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi
pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga
7
Komplikasi Demam
Dehidrasi - karena pada saat demam, terjadi peningkatan pengeluaran cairan tubuh
jarang (>6 jam), punggung tangan jika dicubit, kulitnya lambat kembali.
2. Kejang Demam
Kejang demam, tetapi kemungkinannya sangat kecil. Selain itu, kejang demam hanya
mengenai bayi usia 6 bulan sampai anak usia 3 tahun. Terjadi pada hari pertama demam,
serangan pertama jarang sekali terjadi pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun. Gejala: anak
tidak sadar, kejang tampak sebagai gerakan2 seluruh tangan dan kaki yang terjadi dalam
waktu sangat singkat. Umumnya tidak berbahaya, tidak menyebabkan kerusakan otak.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada
anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah
infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah,
1997; 229).
8
Penatalaksanaan
Pada tahap tertentu demam dapat menguntungkan pasien dalam arti dapat
meningkatkan fagositas dan menurunkan viabilitas kuman, meskipun penelitian yang ada
belum mendukung manfaat klinisnya. Namun kecemasan orang tua dan keraguan dokter
gejala dan obat yang dipakai belum tentu aman dari risiko sindrom Reye, intoksikasi
salisilat, dan gangguan hati. Penurunan demam harus sesuai dengan klasifikasi
penyebabnya, apakah perlu menurunkan set-point atau dengan cara lain. Tata laksana
anak dengan demam terdiri dari tatalaksana fisis, dan pengobatan baik simtomatik
maupun etiologik.
Diusahakan agar anak tidur atau istirahat agar metabolismenya menurun. Cukupi
cairan agar kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi. Aliran udara yang baik
misalnya dengan kipas, memaksa tubuh berkeringat, mengalirkan hawa panas ke tempat
lain sehingga demam turun. Jangan menggunakan aliran yang terlalu kuat, karena suhu
kulit dapat turun mendadak. Ventilasi / regulasi aliran udara penting di daerah tropik.
Buka pakaian/selimut yang tebal agar terjadi radiasi dan evaporasi. Lebarkan pembuluh
darah perifer dengan cara menyeka kulit dengan air hangat (tepid-sponging).
Mendinginkan dengan air es atau alkohol kurang bermanfaat (justru terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah), sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi
membantu. Tindakan simtomatik yang lain ialah dengan pemberian obat demam. Cara
kerja obat demam adalah dengan menurunkan set-point di otak dan membuat pembuluh
darah kulit melebar sehingga pengeluaran panas ditingkatkan. Obat yang sederhana
adalah asam salisilat dan derivatnya. Rentang daya kerja obat ini cukup panjang, aman
9
untuk dikonsumsi umum. Beberapa golongan antipiretik murni, dapat menurunkan suhu
bila anak demam namun tidak menyebabkan hipotermi bila tidak ada demam, seperti:
asetaminofen, asetosal, ibuprofen. Obat lain adalah obat yang bersifat antipiretik pada
dosis rendah dan menimbulkan hipotermi pada dosis tinggi seperti metamizol dan obat
adalah pola penyakit yang berbeda baik dari aspek geografik maupun umur pasien. Bagan
di atas tidak dapat diterapkan begitu saja pada daerah endemik malaria atau daerah
endemik demam berdarah. Sekali lagi sifat paparan, letak geografik sangat mempengaruhi
etiologi demam pada anak. Pemberian antibiotic pertama dan hospitalisasi sangat juga
dipengaruhi oleh fasilitas sarana perawatan dan pemeriksaan penunjang. Setiap rumah
sakit seharusnya mempunyai pedoman diagnosis dan terapi tersendiri, tergantung pada
pola epidemiologik penyakit tersebut. Pada penelitian MTBS tahun 1998, di Indonesia
etiologi demam pada anak sebagian besar (lebih dari 80%) adalah infeksi.
Tatalaksana demam pada bayi kecil telah mengalami perubahan yang cukup
signifikan. Pada kelompok bayi dengan usia kurang 2 bulan, pendekatan yang umum
tahun 1993, para ahli infeksi, gawat darurat dan kesehatan anak sepakat melakukan
pendekatan lebih konservatif dengan cara rawat jalan untuk kasus-kasus ini, bila risiko
terhadap SBI rendah. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
perawatan adalah dengan menggunakan penyaring: Yale Acute Illness Observation Scale
atau kriteria Rochester. Pada kelompok ini bila hasil laboratorium menunjukkan adanya
10
0
tanda infeksi (leukosit darah <5.000 atau >15.000, hitung neutrofil darah>1500, leukosit
urin di atas 10/lpb, leukosit tinja >5/lpb), anak segera masuk RS dan langsung
memenuhi kriteria ini, maka ada 2 pilihan yaitu: 1. melakukan kultur urin, kultur darah,
kultur cairan serebro spinalis, diberikan ceftriaxon dan diminta kontrol kembali setelah 24
jam. 2. melakukan kultur urin dan observasi dulu. Pada anak dengan usia kurang dari 28
mendapatkan terapi antimikrobial secara empirik. Pada kelompok usia 3-36 bulan, risiko
adanya bakteriemia pada anak dengan demam sekitar 3-11%. Bakteriemia tidak terjadi
pada kelompok ini bila: leukosit <15.000 dengan suhu >390C, sedang kemungkinan
bakteriemia akan 5 kali lipat bila lekosit >15.000. Pada kelompok belakangan ini
langsung dilakukan kultur darah dan pemberian ceftriaxon. Pada kelompok anak di atas
kegawatan. Pada akhirnya apapun yang dianjurkan akan tetap menimbulkan perdebatan.
Tidak ada satu standar yang harus ditaati untuk dijadikan pegangan. Semua tindakan tetap
harus dilakukan berdasarkan pada anamnesis yang tajam dan terarah, dan pemeriksaan
fisis yang teliti. Kecenderungan dokter untuk bertindak, sangat dipengaruhi oleh
pengalaman yang mereka dapat dan keluasan pengetahuan yang dimiliki. Pilihan antara
melakukan tes atau tidak, melakukan pemberian antibiotik atau observasi, sangat
Anak yang tampak toksik harus segera mendapat tindakan yang segera.
Anak yang tidak tampak toksik dapat menyulitkan, karenanya perlu pengamatan
11
Tidak perlu selalu melakukan pemeriksaan penunjang dan bila dilakukan
Prognosis
Sebagaian besar demam disebabkan oleh infeksi biasa. Biasanya dapat pulih dengan
sendirinya atau bisa dengan cepat diidentifikasi penyebabnya dan diobati oleh dokter.
Apabila suhu tubuh yang berkelanjutan mencapai 106 derajat Fahrenheit atau di atas
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya demam, maka berikan nutrisi yang cukup untuk bayi.Bayi
harus mendapatkan makanan yang bisa memenuhi kebutuhan gizi sehingga dapat kuat
melawan segala bentuk bakteri, virus dan kuman penyakit.Selain itu, imunisasi dini dapat
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam adalah peninggian suhu tubuh lebih besar ≥38 oC. Demam disebabkan oleh
infeksi dan non infeksi. Infeksi berasal dari bakteri, virus, jamur, parasit, sedangkan non
infeksi berasal dari lingkungan, imun, keganasan, dan obat. Klasifikasi demam dibedakan
menurut umur anak (2 bulan, 3-36 bulan, dan lebih dari 36 bulan) dan lamanya demam
(kurang dari 7 hari, lebih dari 7 hari, dan idiopatik). Demam yang lebih dari 38,5 oC
menyebabkan pasien tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah yang mengalir ke
organ vital bertambah, tetapi jumlah darah ke ekstremitas berkurang (akral dingin),
metabolisme cepat, dan napas juga semakin cepat. Komplikasi dari demam pada anak ini
menurut simptomatik, penyakit infeksi, dan umur. Demam akibat infeksi, prognosisnya
biasanya membaik karena dapat pulih dengan sendirinya. Akan tetapi, jika suhu tubuh
B. Saran
Anak-anak sering sekali menderita demam karena masih dalam masa pertumbuhan
sedangkan faktor penyebab infeksi berada disekitarnya. Oleh karena itu, pencegahan
terhadap demam sebaiknya dilakukan oleh orang tua agar anak-anak bisa bebas
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Kliegman RM, Behrman RE. Fever. Dalam: Behrman RE,Kliegman RM, Nelson WE, Vaughn VC
penyunting.Nelson textbook of pediatrics, edisi 14, Philadelphia: WB Saunders, 1992;h.647-56.
2. Sinclair JC. The control of body temperature and the pathogenesis of fever: developmental
aspects.Dalam:Annales Nestle: Fever in children. Vevey, Switzerland: Nestle Nutrition SA,
1984;h.1-10.
3. Hardiono D Pusponegoro. Penatalaksanaan demam pada anak.
4. Henretig FM. Fever. Dalam: Fleisher GR, Ludwig S, penyunting. Textbook of pediatric emergency
medicine; edisi ke-3. Baltimore: Williams dan Wilkins, 1993;h.202-10.
5. Hardiono D Pusponegoro. Penatalaksanaan demam pada anak.
6. Henretig FM. Fever. Dalam: Fleisher GR, Ludwig S,penyunting. Textbook of pediatric
emergency medicine;edisi ke-3. Baltimore: Williams dan Wilkins, 1993;h.202-10.
7. Darwis D, Ismail S. Penatalaksanaan hiperpireksia pada anak. Dalam: Iwan Darmansyah
dan Suharti KS,penyunting. Penatalaksanaan demam bagian farmakologi FKUI dan IDI
JAKPUS, Jakarta:1982;h.63-70.
8. Santoso SO. Mekanisme kerja dan pemilihan obat antipiretik. Dalam: Iwan Darmansyah
dan Suharti KS,penyunting. Penatalaksanaan demam. Bagian Farmakologi FKUI dan IDI,
Jakarta, 1982;h.1-8.
9. Azis, A.latief. 2003.Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak.
FKUNAIR.Surabaya
10. Behrman, Kliegman et.al. 2002 Nelson Ilmu Kesehatan Anak Vol. 2. EGC. Jakarta.
Fam Phys.2001 (64); 1219-26
11. Ganong, William F. 2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.20. EGC.Jakarta.
12. Gleadle, Jonathan. 2005.At a glance, Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.Jakarta:
Erlangga
13. Guyton, Arthur C. 2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Ed.9. EGC.Jakarta.
14. Ismoedijanto. 2010. Pendekatan Diagnosis pada Anak dengan Demam.Tatalaksana
Mutakhir Kasus Demam pada Anak.Jember
15. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/fever.html
16. http://www.sparkpeople.com/resource/health_a-z_detail.asp?AZ=568&Page=8
17. http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/2-2-6.pdf
18. www.healthplus24.com/disease/fever.aspx
19. www.clinicalkey.com/#!searchCtrl/dosearchresults/child%20fever///
20. http://Pediatrics.aapublications.org/search?
fultext=Child+fever&submit=yes&x=18&y=2
14