Anda di halaman 1dari 32

Tugas Gawat Darurat

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURAT


PADA PASIEN KEJANG DEMAM

KELOMPOK VII :

1. MUH. JUFRI (17. 033)


2. IRDAN (17. 022)
3. WA ODE AYU LESTARI (18. 067)
4. RESKY FITRIA NINGSI (17. 044)
5. SITI ANISA (18. 065)

DOSEN :
ADY TRY WURJATMIKO, S.KEP., NS., M.KEP

YAYASAN KARYA KESEHATAN KENDARI


AKADEMI KEPERAWATAN PPNI
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena hanya dengan

izin, rahmat dan kuasa-Nyalah kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat

menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan

Pada Pasien Kejang Demam” Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama

kepada Dosen pengajar Mata Kuliah “Keperawatan Gawat Darurat dan

Manajemen Bencana“ yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap Asuhan Keperawatan ini dapat berguna dalam

rangka menambahwawasan serta pengetahuan kita khususnya mengenai peran dan

organisasi perawat Indonesia. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam

tugas ini terdapatkekurangan-kekurangan dan masih jauh dari apa yang

diharapkan. Untuk itu, kami berharap saran dan usulan demi perbaikan makalah

ini, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang

membacanya.

Kendari, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................2

C. Tujuan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHSAN

KONSEP DASAR MEDIS

A. Pengertian .............................................................................4

B. Etiologi..................................................................................5

C. Patofisiologi..........................................................................5

D. Pathwhy.................................................................................6

E. Manifestasi Klinis.................................................................7

F. Klasifikasi.............................................................................7

G. Komplikasi............................................................................8

H. Penatalaksanaan....................................................................8

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian.............................................................................10

B. Diagnosa Keperawatan.........................................................15

C. Intervensi Keperawatan dan implememntasi keperawatan...16

D. Evaluasi.................................................................................21

ii
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................25

B. Saran...............................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang demam (febrile convulsion,feris seizure ) ,ialah perubahan aktivitas
motorik dan / behavior yang bersifat paroksismal dan dalam waktu terbatas akibat
dari adanya aktivitas listrik abnormal di otak yang terjadi akibat kenaikan suhu
tubuh. Kejang pada anak umunya diprovoka si oleh kelaianan somatic berasal dari
otak yaitu demam tinggi, infeksi, sinkop, trauma kpala, hipokia, keracunan atau
aritmia jantung. Setiap anak dengan kejang demam perlu diperiksa dengan
seksama untuk mencari bila terdapat sepsis, meningitis bakteri , atau penyakit
serius lainnya. (Widagdo,2012)
Pengobatan kejang demam ditunjukan pertama untuk segera mengatasi
kejang yang terjadi pemberian diazepam 1 mg/kg 24 jam dalam 3 dosis ,biasanya
selama 2-3 hari, dan antipireik untuk segera menurunkan peningkatan suhu
tubuh.pemberian antikonvulsan untuk upaya pencegahan di anggap kontroveri
karena kurang efektif dan pengaruh efek samping yang tak dikehendaki . jika
demam (38,50c atau lebih ) untuk mencegah terjadinya kejang dapat diberi
antipiretik. Prognosis untuk fungsi neurologic adalah sangat baik.
(Widagdo,2012)
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat
diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan
kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan
aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-
spiritual, ( Medula, 2013)

1
Bentuk dari terapi fisik yang dapat diterapkan oleh ibu adalah Pemberian
cairan yang lebih banyak dari kebutuhan anak yang disesuaikan dengan jumlah
kebutuhan cairan menurut umur anak, untuk mencegah dehidrasi saat
evaporasiterjadi, mengusahakan anak tidur atau beristirahat yang cukup supaya
metabolismenya menurun, tidak memberikan anak pakaian panas yang berlebihan
pada saat menggigil. Lepaskan pakaian dan 4 selimut yang terlalu berlebihan.
Memakai satu lapis pakaian yang menyerap keringat dan satu lapis selimut sudah
dapat memberikan rasa nyaman kepada anak, memberi aliran udara yang baik atau
pertahankan sirkulasi ruangan yang baik dan memberikan kompres hangat
(tepidsponging) pada anak. Penggunaan kompres air hangat di lipat ketiak dan
lipat selangkangan (inguinal) selama 10 -15 menit dengan temperatur air 30-320C,
akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori
kulitmelalui proses penguapan. (IDAI, 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi penyakit kejang demam pada anak?
2. Bagaimana etiologi penyakit kejang demam pada anak?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit kejang demam pada anak?
4. Bagaimana pathwhy penyakit kejang demam pada anak?
5. Bagaimana manifestasi klinis penyakit kejang demam pada anak?
6. Bagaimana komplikasi penyakit kejang demam pada anak?
7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak?
8. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien
dengan kejang demam?

C. Tujuan
1) Tujuan umum:
1. Untuk mengetahui tentang penyakit kejang demam pada anak.
2) Tujuan khusus:
Untuk mengetahui;
1. Definisi penyakit kejang demam pada anak.

2
2. Etiologi penyakit kejang demam pada anak
3. Patofisiologi penyakit kejang demam pada anak .
4. Pathwhy penyakit kejang demam pada anak.
5. Manifestasi Klinis penyakit kejang demam pada anak.
6. Komplikasi penyakit kejang demam pada anak .
7. Penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.
8. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan
kejang demam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP KONSEP DASAR MEDIS


A. PENGERTIAN
1. Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(Rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah,
1997: 229)
2. Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434)
3. Kejang demam : kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang
disebabkan oleh kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 1995:1)
4. Kejang demam : gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang
ditandai dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182)
5. Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang
bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).
6. Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala
dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).
7. Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering
dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh
adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri
atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995)

4
B. ETIOLOGI

Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan Pasti,


demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu tinbul
pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat
menyebabkan kejang (Mansjoer, 2000).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia
(penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia, alkalemia,
dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang yang disebabkan oleh
gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus pencetusnya dihilangkan
(Corwin, 2001).

C. PATOFISIOLOGI

Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel


neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui
membran tersebut dengan akibat teerjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan
terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung
lama ( lebih dari 15 menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik,
hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah
gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel
neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat

5
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari
sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi
epilepsi.

D. PATHWAY

6
E. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi Klinik klien dengan kejang demam antara lain :


1. Suhu tubuh > 38⁰c
2. Serangan kejang biasanya berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
3. Sifat bangkitan dapat berbentuk :
 Tonik : mata ke atas, kesadaran hilang dengan segera, bila berdiri
jatuh ke lantai atau tanah, kaku, lengan fleksi, kaki/kepala/leher
ekstensi, tangisan melengking, apneu, peningkatan saliva
 Klonik : gerakan menyentak kasar pada saat tubuh dan ekstremitas
berada pada kontraksi dan relaksasi yang berirama, hipersalivasi,
dapat mengalami inkontinensia urin dan feses
 Tonik Klonik
 Akinetik : tidak melakukan gerakan
4. Umumnya kejang berhenti sendiri, anak akan terbangun dan sadar
kembali tanpa adanya kelainan saraf.

F. KLASIFIKASI

Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah


1. Kejang demam sederhana : yaitu kejang berlangsung kurang dari 15
menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang
demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu :
 umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
 kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
 Kejang bersifat umum
 Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
 Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
 Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah
suhu normal tidak menunjukan kelainan.
 Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

7
2. Kejang kompleks :
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh
criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari
kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari
15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini
anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat
kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.

G. KOMPLIKASI

Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula –
mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas.
Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.Ada beberapa komplikasi yang mungkin
terjadi pada klien dengan kejang demam :
a) Pneumonia aspirasi
b) Asfiksia
c) Retardasi mental

H. PENATALAKSANAAN

1. Primary Survey :
 Airway : Kaji apakah ada muntah, perdarahan, benda asing dalam
mulut seperti lendir dan dengarkan bunyi nafas.
 Breathing : kaji kemampuan bernafas klien
 Circulation : nilai denyut nadi
 Menilai koma (coma = C) atau kejang (convulsion = C) atau
kelainan status mental lainnya
Apakah anak koma ? Periksa tingkat kesadaran dengan skala
AVPU:

8
A: sadar (alert)
V: memberikan reaksi pada suara (voice)
P: memberikan reaksi pada rasa sakit (pain)
U: tidak sadar (unconscious)

Tindakan primer dalam kegawatdaruratan dengan kejang demam


adalah :
a) Baringkan klien pada tempat yang rata dan jangan melawan
gerakan klien saat kejang
b) Bila klien muntah miringkan klien untuk mencegah aspirasi
ludah atau muntahan.
c) Bebaskan jalan nafas dengan segera :
 Buka seluruh pakaian klien
 Pasang spatel atau gudel/mayo (sesuaikan ukuran pada
anak)
 Bersihkan jalan nafas dari lendir dengan suction atau
manual dengan cara finger sweep dan posisikan kepala
head tilt-chin lift (jangan menahan bila sedang dalam
keadaan kejang)
d) Oksigenasi segera secukupnya
e) Observasi ketat tanda-tanda vital
f) Kolaborasikan segera pemberian therapy untuk segera
menghentikan kejang
g) Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup
lama (> 10 menit) dengan IV : D5 1/4, D5 1/5, RL.

9
KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut
Greenberg (1980 : 122 – 128), Paula Krisanty (2008 : 223) :
1. Pengkajian Primer (primer survey)
Pada kasus kejang demam yang biasanya dikaji adalah :
A-B-C-D-E-F
A : Airway ( jalan nafas )
Kaji :
- Bersihan jalan napas
- Adannya/tidaknya sumbatan jalan napas
- Distress pernapasan
- Tanda-tanda perdarahan dijalan napas,muntahan,edema laring.
karena pada kasus kejang demam Inpuls-inpuls radang dihantarkan
ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh 
Hipotalamus menginterpretasikan impuls menjadi demam  Demam
yang terlalu tinggi merangsang kerja syaraf jaringan otak secara
berlebihan , sehingga jaringan otak tidak dapat lagi mengkoordinasi
persyarafan-persyarafan pada anggota gerak tubuh. wajah yang
membiru, lengan dan kakinya tesentak-sentak tak terkendali selama
beberapa waktu. Gejala ini hanya berlangsung beberapa detik, tetapi
akibat yang ditimbulkannya dapat membahayakan keselamatan anak
balita. Akibat langsung yang timbul apabila terjadi kejang demam
adalah gerakan mulut dan lidah tidak terkontrol. Lidah dapat
seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran
pernapasan.
Tindakan yang dilakukan :
- Semua pakaian ketat dibuka

10
- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung
- Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen
- Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan
oksigen.
Evaluasi :
- Inefektifan jalan nafas tidak terjadi
- Jalan nafas bersih dari sumbatan
- RR dalam batas normal
- Suara nafas vesikuler
B : Breathing (pola nafas)
kaji :
- Frekuensi napas,usaha dan pergerakkan dinding dada
- Adanya tidaknya pembesaran paru
- Udara yang dikeluarkan dari jalan napas
- Suara pernapasan melalui hidung atau mulut
karena pada kejang yang berlangsung lama misalnya  lebih 15 menit
biasanya disertai apnea, Na meningkat, kebutuhan O2 dan energi
meningkat untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi
hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
Tindakan yang dilakukan :
- Mengatasi kejang secepat mungkin
- Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam
keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat
kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang
diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui
intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga
berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara
intravena.

11
- Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen
Evaluasi :
- RR dalam batas normal
- Tidak terjadi asfiksia
- Tidak terjadi hipoxia

C : Circulation
Kaji :
- Denyut karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit,kelembaban kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
karena gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga
meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah
medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga
terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak
hingga terjadi epilepsi.
Tindakan yang dilakukan :
- Mengatasi kejang secepat mungkin
- Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam
keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat
kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang
diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui
intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga
berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara
intravena.

12
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
- Semua pakaian ketat dibuka
- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung
- Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin  kebutuhan
oksigen
- Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan
oksigen
Evaluasi :
- Tidak terjadi gangguan peredaran darah
- Tidak terjadi hipoxia
- Tidak terjadi kejang
- RR dalam batas normal
D : Disability
Kaji :
- Tingkat kesadaran
- Gerakkan ekstremitas
- GCS atau pada anak tentukan respon A=alert,V=verbal,P=pain/r
espon nyeri,U=unresponsive
E :Eksposure
Kaji :
- Tanda-tanda trauma yang ada
- Pengkajian sekunder (secondary survey)
F :Full set of vital sign
Kaji :
Tanda-tanda vital dengan mengukur
- Tekanan darah
- Irama dan kekuatan nadi
- Irama,kedalaman dan penggunaan otot bantu pernapasn

13
2. Riwayat Kesehatan :
a. Saat terjadinya demam : keluhan sakit kepala, sering menangis,
muntah atau diare, nyeri batuk, sulit mengeluarkan dahak, sulit
makan, tidak tidur nyenyak. Tanyakan intake atau output
cairan, suhu tubuh meningkat, obat yang dikonsumsi
b. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
c. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA,
pneumonia, gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria,
morbilivarisela dan campak.
d. Adanya riwayat trauma kepala
3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
a. Tingkat perkembangan anak terganggu
b. Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat
penurun panas
c. Akibat hospitalisasi
d. Penerimaan klien dan keluarga terhadap penyakit
e. Hubungan dengan teman sebaya
4. Pengetahuan keluarga
a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
c. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
d. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
5. Pemeriksaan Penunjang (yang dilakukan) :
a. Fungsi lumbal
b. Laboratorium : pemeriksaan darah rutin, kultur urin dan kultur
darah
c. Bila perlu : CT-scan dan EEG

14
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi (2018-2020)


diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam :

NO Diagnosa Definisi Faktor Yang Batasan


Keperawatan Berhubungan Karakteristik

1. Defisiensi Penurnan cairan - Hambatan - Penurunan


volume cairan intravaskular, mengakses turgor kulit
berhubungan intertisial/intraselul cairan - Penurunan
dengan kondisi ar ini mengacu - Asupan turgor
demam. pada dehidrasi, cairan lidah
kehilangan cairan kurang - Membran
saja tanpa perlu Kurang
- mukosa
bahan kadar umum.
pengetahua kering
n tentang - Kulit
kebutuhan kering
cairan. - Penurunan
berat
badan tiba-
tiba
- Haus
Kelemahan

2. Resiko cedera Rentang mengalami .


berhubungan cedera fisik akibat
dengan lingkungan yang
aktifitas berinteraksi dengan _ _
kejang. sumber defensif
individu, yang
dapat mengganggu
kesehatan.
3. Hipertemia Suhu inti tubuh - Dehidrasi - Gelisah

15
berhubungan diatas kisaran - Pakaian - Kejang
dengan efek normal diurnal yang tidak - Kulit
langsung dari karna kegagalan sesuai terasa
sirkulasi termoregulasi. - Aktifitas hangat.
endoktosin yang
pada berlebihan.
hipotalamus.

C. INTERVENSI  KEPERAWATAN  DAN  IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN

N Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan NOC NIC DAN
O
IMPLEMENTASI
1. Defisit volume setelah melakukan  Manajemen cairan :
cairan tindakan asuhan - Monitor tanda-tanda
berhubungan keperawatan selama 3x8 vital
kondisi jam di harapkan : - Monitor status gizi
demam.  Hidrasi :
- Distribusikan asupan
- Turgor kulit, dimana
cairan selama 24 jam
pasien nilain
- Konsultasikan dengan
indikatirnya 1
dokter jika tanda-
(Sangat terganggu).
tanda dan gejala
- Membran mukosa
kelebihan volume
lembah, dimana cairan menetap atau
pasien nilai memburuk.
indikatornya 2
 Manajemen
(besarnya
hipokolemi:
compromised), di
- Monitor adanya
tingkatkan menjadi 5
tanda-tanda dehidrasi
(tidak terganggu).
(misalnya, turgor kulit
- Intake cairan dimana
buruk, capilay refil
pasien nilai
terlambat nadi lemah /
indikatornya 1

16
(sangat terganggu), thready pulse.Sabgat
di tingkatkan haus, membran
menjadi 5-5 (sedikit mukosa kering dan
terganggu). penurunan urin ouput.
 Keseimbangan - Tawarkan pilihan
cairan: minumsetiap 1-2 jam
- Keseimbangan saat terjaga jika tidak
intruke dan ouput ada kontraindikasi.
dalam 24 jam, - Intruksikan pada
dimana pasien nlai pasien untuk
indikatornya 1 menghindari posisi
(sangat terganggu), yang berubah cepat.
di tingkatkan Khususnya dari posisi
menjadi 5 (tidak kolentang pada posisi
terganggu). duduk atau brdiri.
- Beratbadan stabil, - Kolaborasi dengan
dimana pasien ahli gizi dalam hal
indikatornya 3 pemberian cairan.
(cukup tergangu),
ditingatkan menjadi
5 (tidak terganggu).
- Turgor kulit, dimana
pasien nilai
indikatornya 1
(sangat terganggu) ,
ditingkatkan menjadi
4-3 (sedikit
terganggu, tidak
tersinggung).
Keseimbangan membran
mukosa dimana pasien nilai
indikatornya 3 (cukup
terganggu), ditingkatkan

17
menjadi 5 (tidak terganggu).

2. Resiko cedera Setelah melakukan  Manajemen


berhubungan tindakan asuhan lingkungan :
dengan keperawatan selama 3x8 keselamatan.
aktifitas jam di harapkan : - Monitor lingkungan
kejangan.  Hidrasi : berhadap terjadinya
- Turgor kulit, dimana perubahan status
pasien nilain keselamatan.
indikatirnya 1 - Bantu pasien saat
(Sangat terganggu). melakukan
- Membran mukosa perpindahan ke
lembah, dimana lingkungan yang lebih
pasien nilai aman (misalnya
indikatornya 2 rujukan utnuk sistem
(besarnya rumah tangga.)
compromised), di - Edukasi individu dan
tingkatkan menjadi 5 kelompok yang
(tidak terganggu). bersiko tinggi
- Intake cairan dimana terhadap bahaya yang
pasien nilai ada di lingkungan.
indikatornya 1 - Kolaborasi dengan
(sangat terganggu), lembaga lain untuk
di tingkatkan meningkatkan
menjadi 5-5 (sedikit kesalamatan
terganggu). lingkungan (misalnya,
 Keseimbangan dinas kesehatan,
cairan: polosos dan bahan
- Keseimbangan perlindungan
intruke dan ouput lingkungan.)
dalam 24 jam,  Pencegahan jatuh :
dimana pasien nlai - Monitor gaya berjalan
indikatornya 1 (terutamakecepatan),

18
(sangat terganggu), keseimbangan dan
di tingkatkan tingkat kelelahan
menjadi 5 (tidak dengan ambulasi.
terganggu). - Intruksikan pasien
- Beratbadan stabil, mengenai penggunaan
dimana pasien tingkat atau wulkep
indikatornya 3 dengan tepat.
(cukup tergangu), - Ajarkan pasien untuk
ditingatkan menjadi beradaptasi gaya
5 (tidak terganggu). berjalan yang yang
- Turgor kulit, dimana (telah) disarankan
pasien nilai (terutama kecepatan).
indikatornya 1 Kolaborasi dengan
(sangat terganggu) , anggota tim kesehatan
ditingkatkan menjadi lain untuk
4-3 (sedikit meminimalkan efek
terganggu, tidak samping dari
tersinggung). pengobatan yang
- Keseimbangan berkontibusi pada
membran mukosa kejadian jatuh
dimana pasien nilai (misalnya, hipotensi
indikatornya 3 ortostastik dan cara
(cukup terganggu), berjalan terutama
ditingkatkan menjadi kecepatan yang tidak
5 (tidak terganggu). mantap/seimbang.)
 Kejadian jatuh
- Jatuh selama berdiri
dimana pasien nilai
indikatornya 1-2 (10
dan lebih,7-9)
ditingkatkan menjadi
4-5 (1-3, tidak ada).
- Jatuh dari tempat

19
tidur dimana pasien
nilai indikatornya 1
(10 dan lebih),
ditingkatkan menjadi
4-5 (1-3, tidak ada).
- Jatuh saat berjalan
dimana pasien nilai
indikatornya 1-3 (10
dan lebih, 4-6), di
tingkatkan menjadi 5
(tidak ada).
- Jatuh saat kamar
mandi dimana pasien
nilai indikatornya 2
(7-9) di tingkatkan
menjadi 5 (tidak
ada).
 Keperawatan
cedera fisik
- Ekstermitas keseleo,
dimana pasien nilai
indikatornya 2
(cukup berat), di
tingkatkan menjadi 2
(cukup berat),
ditingkatkan 4-5
(ringantidak ada).
- Lecet pada kulit,
dimana pasien nilai
indikatornya 1-3
(berat,sedang)
ditingkatkan menjadi
5 (tidak ada).

20
- Faktor
ekstermitas,dimana
pasien nilai
indikatornya 2-3 di
tingkatkan menjadi 5
(tidak ada).
3. Hipertermia Setelah melakukan  Pengaturan suhu :
berhubungan tindakan asuhan - Monitor suhu paling
dengan efek keperawatan selama 3x8 tidak setiap 2 jam,
langsung dari jam di harapkan : sesuai kebutuhan.
sirkulsi  Tanda-tanda vital : - Monitor suhu dan
endoktosin - Suhu tubuh, dimana warna kulit.
pada pasien nilai - Berikan medikasi yg
hipotalomus. indikatonya 1 tepat untk mencegah
(deviasi berat dari atau mengkontra
kisaran normal) mengggil.
ditingkatkan menjadi - Intruksi pasien
5 (tidak ada devisiasi
bagaimana menvegah
dari kisaran normal).
keluarnya panas dan
 Termoregulasi : serangan panas.
- Merasa merinding - Kolaborasi dengan
saat dingin dimana dokter dalam
pasien nilai bemberian antipiretik,
indikatornya 1 sesuai kebutuhan.
(sangat terganggu) di  Perawatan demam:
tingkatkan menjadi 5
- Pantau suhu dan
(tidak terganggu).
tanda-tanda vital
- Menggigil saat
lainnya
dingin, dimana
- Monitor warna kulit
pasien nilai
dan suhu
indikatornya 2
- Monitor asupan dan
(banyak terganggu),
keluaran, sadari
ditingkatkan menjadi
perubahan kehilangan

21
4-5 ( sedikit cairan yang tak
terganggu, tidak dirasakan.
terganggu). - Dorong konsumsi
- Berkeringat saat cairan
panas, dimana pasien - Mandikan (pasien)
nilai indikatornya 1 dengan spons hangat
(sangat terganggu) dan hati-hati (yaitu :
ditingkatkan menjadi berikan untuk pasien
5 (tidak terganggu). dengan suhu yang
sangat tinggi, tidak
memberikannya
selama fase dingin,
dan hindari agar
pasien tidak
menggigil.
- Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat
penurunan demam.

D. EVALUASI

22
Merupakan fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan (Gaffar, 1997). Evaluasi asuhan keperawatan
adalah tahap akhir proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir
dari keseluruhan tindakan keperawatan yang dilakukan.
CONTOH TABEL EVALUASI :
N TGL/JAM DIAGNOSA EVALUASI TTD
O KEPERAWATAN PERAWAT

S :
O :
A :
P :

KET :
S (Subjektip) : Data subjektif berisi data dari pasien melalui anamnesi
(wawancara)
O (Objektif) : Data objektif data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan
fisik
A (Analisis) : Analisis dan interpretasi berdasarkan data yabg terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis,antisipasi diagnosis atau
masalah potensial,serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.
P (Plan) : Perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang mandiri,kolaborasi,
diagnosis atau laboratorium,serta konseling untuk tindak lanjut.

Langkah-langkah untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan :


a. Menentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi.
b. Menentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai.
c. Menentukan kriteria dan standar untuk evaluasi.kriteria dapat berhubungan
dengan sumber-sumber proses atau hasil,tergantung kepada dimensi evaluasi
yang di inginkan.

23
d. Menentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber
data yang di perlukan.
e. Membandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria
dan standar untuk evaluasi.
f. Identifikasi penyebab atau alasan yang tidak optimal atau pelaksanaan yang
kurang memuaskan.
g. Perlukan tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan
alasan : mungkin tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau
mungkin ada faktor lingkungan yang tidak diatasi.

Macam-macam evaluasi yaitu :


a. Evalusi kuantitatif
Evaluasi ini di laksanakan dalam kuantitas atau jumlah pelayanan atau kegiatan
yang telah dikerjakan. Contoh : jumlah pasien hipertensi yang telah dibina
selama dalam perawatan.

b. Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah
satu dari tiga dimensi yang saling terkait yaitu :
1) Strktur atau sumber
Evaluasi ini terkait dengan tenaga manusia, atau bahan-bahan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam upaya keperawatan hal ini
menyangkut antara lain :
- Kualitas perawat
- Minat atau dorongan
- Waktu atau tenaga yang di pakai
- Macam dan banyak peralatan yang di pakai
- Dana yang tersedia
2) Proses

24
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan. Misalnya : mutu penyuluhan yang diperlukan kepada
klien dengan gejala-gejala yang ditimbulkan.
3) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya klien dalam melaksanakan
tugas-tugas kesehatan.
Hasil dari keperawatan pasien dapat diukur melalui 3 bidang :
a) Keadaan fisik
Pada keadaan fisik dapat diobservasi melalui suhu tubuh turun,berat
badan naik, perubahan tanda klinik.
b) Psikologik-sikap
Seperti perasaan cemas berkurang, keluarga bersikap positif terhadap
petugas kesehatan.
c) pengetahuan-perilaku
Misalnya keluarga dapat menjalankan petunjuk yang diberikan keluarga
dapat menjelaskan manfaat dari tindakan keperawatan.

Hasil akhir yang diinginkan dari perawatan pasien Kejang Demam meliputi
pola pernafasan kembali efektif, suhu tubuh kembali normal, anak menunjukkan
rasa nymannya secara verbal maupun non verbal, kebutuhan cairan terpenuhi
seimbang, tidak terjadi injury selama dan sesudah kejang dan pengatahuan orang
tua bertambah.
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus
menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi tujuan
jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan
sekaligus pada akhir dari semua tindakan yang pencapaian tujuan jangka panjang.
Komponen tahapan evaluasi :
a) Pencapaian kriteria hasil
Pencapaian dengan target tunggal merupakan meteran untuk
pengukuran. Bila kriteria hasil telah dicapai, kata “ Sudah Teratasi “

25
dan datanya ditulis di rencana asuhan keperawatan. Jika kriteria hasil
belum tercapai, perawat mengkaji kembali klien dan merevisi
rencana asuhan keperawatan.
b) Keefektifan tahap – tahap proses keperawatan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pencapaian kriteria hasil
dapat terjadi di seluruh proses keperawatan.
1) Kesenjangan informasi yang terjadi dalam pengkajian tahap
satu.
2) Diagnosa keperawatan yang salah diidentifikasi pada tahap dua
3) Instruksi perawatan tidak selaras dengan kriteria hasil pada
tahap tiga
4) Kegagalan mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan
tahap empat.
5) Kegagalan mengevaluasi kemajuan klien pada tahap ke lima.

BAB III
PENUTUP

26
A. Kesimpulan

Kejang demam (febrile convulsion,feris seizure ) ,ialah perubahan aktivitas


motorik dan / behavior yang bersifat paroksismal dan dalam waktu terbatas akibat
dari adanya aktivitas listrik abnormal di otak yang terjadi akibat kenaikan suhu
tubuh. Kejang pada anak umunya diprovoka si oleh kelaianan somatic berasal dari
otak yaitu demam tinggi, infeksi, sinkop, trauma kpala, hipokia, keracunan atau
aritmia jantung. Setiap anak dengan kejang demam perlu diperiksa dengan
seksama untuk mencari bila terdapat sepsis, meningitis bakteri , atau penyakit
serius lainnya. (Widagdo,2012)
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan Pasti,
demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu tinbul
pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat
menyebabkan kejang (Mansjoer, 2000).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia
(penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia, alkalemia,
dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang yang disebabkan oleh
gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus pencetusnya dihilangkan
(Corwin, 2001).

B. Saran
Semoga makalah ini bisa memberikan tambahan pengetahuan serta dapat
menambah keterampilan kita sebagai perawat untuk lebih profesional dalam
melayani pasien dengan kasus kejang demam pada anak. Semoga makalh ini
dapat kita aplikasikan oleh kita sebagai perawat dalam pelayanannya, dan
menambah wawasan baru kita.
DAFTAR PUSTAKA

Antonius. Dkk. 2015. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat, Ikatan Dokter Anak

27
Indonesia. Jakarta.
Arif Mansjoer, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media
Aesculapius, Jakarta
Bulecheck Gloria, Butcher Howard, dkk. 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC). Singapure: Elsevier
Doenges, Marillyn E, dkk (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC, Jakarta
Doenges, Marillyn E, et all (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC,
Jakarta
Herdman T. Heather, Kamitsuru shigemi. 2018. Nanda Internasional Nursing
Diagnoses: Definition and Classification 2018-2020
Krisanty P,. Dkk (2008), Asuhan Keperawatan Gawat darurat, Trans info Media,
Jakarta
Moorhead Sue, Jhonson Marison dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Singapure: Elsevier
Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Sylvia A. Price, dkk (1995), Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, EGC,
Jakarta
Widagdo. 2012. Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Kejang. Jakarta
:Sagung Seto.

28

Anda mungkin juga menyukai