KELOMPOK VII :
DOSEN :
ADY TRY WURJATMIKO, S.KEP., NS., M.KEP
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena hanya dengan
izin, rahmat dan kuasa-Nyalah kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat
Pada Pasien Kejang Demam” Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis
diharapkan. Untuk itu, kami berharap saran dan usulan demi perbaikan makalah
ini, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHSAN
A. Pengertian .............................................................................4
B. Etiologi..................................................................................5
C. Patofisiologi..........................................................................5
D. Pathwhy.................................................................................6
E. Manifestasi Klinis.................................................................7
F. Klasifikasi.............................................................................7
G. Komplikasi............................................................................8
H. Penatalaksanaan....................................................................8
A. Pengkajian.............................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................15
D. Evaluasi.................................................................................21
ii
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................25
B. Saran...............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang demam (febrile convulsion,feris seizure ) ,ialah perubahan aktivitas
motorik dan / behavior yang bersifat paroksismal dan dalam waktu terbatas akibat
dari adanya aktivitas listrik abnormal di otak yang terjadi akibat kenaikan suhu
tubuh. Kejang pada anak umunya diprovoka si oleh kelaianan somatic berasal dari
otak yaitu demam tinggi, infeksi, sinkop, trauma kpala, hipokia, keracunan atau
aritmia jantung. Setiap anak dengan kejang demam perlu diperiksa dengan
seksama untuk mencari bila terdapat sepsis, meningitis bakteri , atau penyakit
serius lainnya. (Widagdo,2012)
Pengobatan kejang demam ditunjukan pertama untuk segera mengatasi
kejang yang terjadi pemberian diazepam 1 mg/kg 24 jam dalam 3 dosis ,biasanya
selama 2-3 hari, dan antipireik untuk segera menurunkan peningkatan suhu
tubuh.pemberian antikonvulsan untuk upaya pencegahan di anggap kontroveri
karena kurang efektif dan pengaruh efek samping yang tak dikehendaki . jika
demam (38,50c atau lebih ) untuk mencegah terjadinya kejang dapat diberi
antipiretik. Prognosis untuk fungsi neurologic adalah sangat baik.
(Widagdo,2012)
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat
diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan
kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan
aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-
spiritual, ( Medula, 2013)
1
Bentuk dari terapi fisik yang dapat diterapkan oleh ibu adalah Pemberian
cairan yang lebih banyak dari kebutuhan anak yang disesuaikan dengan jumlah
kebutuhan cairan menurut umur anak, untuk mencegah dehidrasi saat
evaporasiterjadi, mengusahakan anak tidur atau beristirahat yang cukup supaya
metabolismenya menurun, tidak memberikan anak pakaian panas yang berlebihan
pada saat menggigil. Lepaskan pakaian dan 4 selimut yang terlalu berlebihan.
Memakai satu lapis pakaian yang menyerap keringat dan satu lapis selimut sudah
dapat memberikan rasa nyaman kepada anak, memberi aliran udara yang baik atau
pertahankan sirkulasi ruangan yang baik dan memberikan kompres hangat
(tepidsponging) pada anak. Penggunaan kompres air hangat di lipat ketiak dan
lipat selangkangan (inguinal) selama 10 -15 menit dengan temperatur air 30-320C,
akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori
kulitmelalui proses penguapan. (IDAI, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi penyakit kejang demam pada anak?
2. Bagaimana etiologi penyakit kejang demam pada anak?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit kejang demam pada anak?
4. Bagaimana pathwhy penyakit kejang demam pada anak?
5. Bagaimana manifestasi klinis penyakit kejang demam pada anak?
6. Bagaimana komplikasi penyakit kejang demam pada anak?
7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak?
8. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien
dengan kejang demam?
C. Tujuan
1) Tujuan umum:
1. Untuk mengetahui tentang penyakit kejang demam pada anak.
2) Tujuan khusus:
Untuk mengetahui;
1. Definisi penyakit kejang demam pada anak.
2
2. Etiologi penyakit kejang demam pada anak
3. Patofisiologi penyakit kejang demam pada anak .
4. Pathwhy penyakit kejang demam pada anak.
5. Manifestasi Klinis penyakit kejang demam pada anak.
6. Komplikasi penyakit kejang demam pada anak .
7. Penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.
8. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan
kejang demam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
5
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari
sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi
epilepsi.
D. PATHWAY
6
E. MANIFESTASI KLINIS
F. KLASIFIKASI
7
2. Kejang kompleks :
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh
criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari
kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari
15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini
anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat
kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.
G. KOMPLIKASI
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula –
mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas.
Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.Ada beberapa komplikasi yang mungkin
terjadi pada klien dengan kejang demam :
a) Pneumonia aspirasi
b) Asfiksia
c) Retardasi mental
H. PENATALAKSANAAN
1. Primary Survey :
Airway : Kaji apakah ada muntah, perdarahan, benda asing dalam
mulut seperti lendir dan dengarkan bunyi nafas.
Breathing : kaji kemampuan bernafas klien
Circulation : nilai denyut nadi
Menilai koma (coma = C) atau kejang (convulsion = C) atau
kelainan status mental lainnya
Apakah anak koma ? Periksa tingkat kesadaran dengan skala
AVPU:
8
A: sadar (alert)
V: memberikan reaksi pada suara (voice)
P: memberikan reaksi pada rasa sakit (pain)
U: tidak sadar (unconscious)
9
KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut
Greenberg (1980 : 122 – 128), Paula Krisanty (2008 : 223) :
1. Pengkajian Primer (primer survey)
Pada kasus kejang demam yang biasanya dikaji adalah :
A-B-C-D-E-F
A : Airway ( jalan nafas )
Kaji :
- Bersihan jalan napas
- Adannya/tidaknya sumbatan jalan napas
- Distress pernapasan
- Tanda-tanda perdarahan dijalan napas,muntahan,edema laring.
karena pada kasus kejang demam Inpuls-inpuls radang dihantarkan
ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh
Hipotalamus menginterpretasikan impuls menjadi demam Demam
yang terlalu tinggi merangsang kerja syaraf jaringan otak secara
berlebihan , sehingga jaringan otak tidak dapat lagi mengkoordinasi
persyarafan-persyarafan pada anggota gerak tubuh. wajah yang
membiru, lengan dan kakinya tesentak-sentak tak terkendali selama
beberapa waktu. Gejala ini hanya berlangsung beberapa detik, tetapi
akibat yang ditimbulkannya dapat membahayakan keselamatan anak
balita. Akibat langsung yang timbul apabila terjadi kejang demam
adalah gerakan mulut dan lidah tidak terkontrol. Lidah dapat
seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran
pernapasan.
Tindakan yang dilakukan :
- Semua pakaian ketat dibuka
10
- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung
- Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen
- Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan
oksigen.
Evaluasi :
- Inefektifan jalan nafas tidak terjadi
- Jalan nafas bersih dari sumbatan
- RR dalam batas normal
- Suara nafas vesikuler
B : Breathing (pola nafas)
kaji :
- Frekuensi napas,usaha dan pergerakkan dinding dada
- Adanya tidaknya pembesaran paru
- Udara yang dikeluarkan dari jalan napas
- Suara pernapasan melalui hidung atau mulut
karena pada kejang yang berlangsung lama misalnya lebih 15 menit
biasanya disertai apnea, Na meningkat, kebutuhan O2 dan energi
meningkat untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi
hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
Tindakan yang dilakukan :
- Mengatasi kejang secepat mungkin
- Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam
keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat
kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang
diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui
intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga
berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara
intravena.
11
- Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen
Evaluasi :
- RR dalam batas normal
- Tidak terjadi asfiksia
- Tidak terjadi hipoxia
C : Circulation
Kaji :
- Denyut karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit,kelembaban kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
karena gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga
meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah
medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga
terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak
hingga terjadi epilepsi.
Tindakan yang dilakukan :
- Mengatasi kejang secepat mungkin
- Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam
keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat
kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang
diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui
intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga
berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara
intravena.
12
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
- Semua pakaian ketat dibuka
- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung
- Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan
oksigen
- Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan
oksigen
Evaluasi :
- Tidak terjadi gangguan peredaran darah
- Tidak terjadi hipoxia
- Tidak terjadi kejang
- RR dalam batas normal
D : Disability
Kaji :
- Tingkat kesadaran
- Gerakkan ekstremitas
- GCS atau pada anak tentukan respon A=alert,V=verbal,P=pain/r
espon nyeri,U=unresponsive
E :Eksposure
Kaji :
- Tanda-tanda trauma yang ada
- Pengkajian sekunder (secondary survey)
F :Full set of vital sign
Kaji :
Tanda-tanda vital dengan mengukur
- Tekanan darah
- Irama dan kekuatan nadi
- Irama,kedalaman dan penggunaan otot bantu pernapasn
13
2. Riwayat Kesehatan :
a. Saat terjadinya demam : keluhan sakit kepala, sering menangis,
muntah atau diare, nyeri batuk, sulit mengeluarkan dahak, sulit
makan, tidak tidur nyenyak. Tanyakan intake atau output
cairan, suhu tubuh meningkat, obat yang dikonsumsi
b. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
c. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA,
pneumonia, gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria,
morbilivarisela dan campak.
d. Adanya riwayat trauma kepala
3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
a. Tingkat perkembangan anak terganggu
b. Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat
penurun panas
c. Akibat hospitalisasi
d. Penerimaan klien dan keluarga terhadap penyakit
e. Hubungan dengan teman sebaya
4. Pengetahuan keluarga
a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
c. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
d. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
5. Pemeriksaan Penunjang (yang dilakukan) :
a. Fungsi lumbal
b. Laboratorium : pemeriksaan darah rutin, kultur urin dan kultur
darah
c. Bila perlu : CT-scan dan EEG
14
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
15
berhubungan diatas kisaran - Pakaian - Kejang
dengan efek normal diurnal yang tidak - Kulit
langsung dari karna kegagalan sesuai terasa
sirkulasi termoregulasi. - Aktifitas hangat.
endoktosin yang
pada berlebihan.
hipotalamus.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
16
(sangat terganggu), thready pulse.Sabgat
di tingkatkan haus, membran
menjadi 5-5 (sedikit mukosa kering dan
terganggu). penurunan urin ouput.
Keseimbangan - Tawarkan pilihan
cairan: minumsetiap 1-2 jam
- Keseimbangan saat terjaga jika tidak
intruke dan ouput ada kontraindikasi.
dalam 24 jam, - Intruksikan pada
dimana pasien nlai pasien untuk
indikatornya 1 menghindari posisi
(sangat terganggu), yang berubah cepat.
di tingkatkan Khususnya dari posisi
menjadi 5 (tidak kolentang pada posisi
terganggu). duduk atau brdiri.
- Beratbadan stabil, - Kolaborasi dengan
dimana pasien ahli gizi dalam hal
indikatornya 3 pemberian cairan.
(cukup tergangu),
ditingatkan menjadi
5 (tidak terganggu).
- Turgor kulit, dimana
pasien nilai
indikatornya 1
(sangat terganggu) ,
ditingkatkan menjadi
4-3 (sedikit
terganggu, tidak
tersinggung).
Keseimbangan membran
mukosa dimana pasien nilai
indikatornya 3 (cukup
terganggu), ditingkatkan
17
menjadi 5 (tidak terganggu).
18
(sangat terganggu), keseimbangan dan
di tingkatkan tingkat kelelahan
menjadi 5 (tidak dengan ambulasi.
terganggu). - Intruksikan pasien
- Beratbadan stabil, mengenai penggunaan
dimana pasien tingkat atau wulkep
indikatornya 3 dengan tepat.
(cukup tergangu), - Ajarkan pasien untuk
ditingatkan menjadi beradaptasi gaya
5 (tidak terganggu). berjalan yang yang
- Turgor kulit, dimana (telah) disarankan
pasien nilai (terutama kecepatan).
indikatornya 1 Kolaborasi dengan
(sangat terganggu) , anggota tim kesehatan
ditingkatkan menjadi lain untuk
4-3 (sedikit meminimalkan efek
terganggu, tidak samping dari
tersinggung). pengobatan yang
- Keseimbangan berkontibusi pada
membran mukosa kejadian jatuh
dimana pasien nilai (misalnya, hipotensi
indikatornya 3 ortostastik dan cara
(cukup terganggu), berjalan terutama
ditingkatkan menjadi kecepatan yang tidak
5 (tidak terganggu). mantap/seimbang.)
Kejadian jatuh
- Jatuh selama berdiri
dimana pasien nilai
indikatornya 1-2 (10
dan lebih,7-9)
ditingkatkan menjadi
4-5 (1-3, tidak ada).
- Jatuh dari tempat
19
tidur dimana pasien
nilai indikatornya 1
(10 dan lebih),
ditingkatkan menjadi
4-5 (1-3, tidak ada).
- Jatuh saat berjalan
dimana pasien nilai
indikatornya 1-3 (10
dan lebih, 4-6), di
tingkatkan menjadi 5
(tidak ada).
- Jatuh saat kamar
mandi dimana pasien
nilai indikatornya 2
(7-9) di tingkatkan
menjadi 5 (tidak
ada).
Keperawatan
cedera fisik
- Ekstermitas keseleo,
dimana pasien nilai
indikatornya 2
(cukup berat), di
tingkatkan menjadi 2
(cukup berat),
ditingkatkan 4-5
(ringantidak ada).
- Lecet pada kulit,
dimana pasien nilai
indikatornya 1-3
(berat,sedang)
ditingkatkan menjadi
5 (tidak ada).
20
- Faktor
ekstermitas,dimana
pasien nilai
indikatornya 2-3 di
tingkatkan menjadi 5
(tidak ada).
3. Hipertermia Setelah melakukan Pengaturan suhu :
berhubungan tindakan asuhan - Monitor suhu paling
dengan efek keperawatan selama 3x8 tidak setiap 2 jam,
langsung dari jam di harapkan : sesuai kebutuhan.
sirkulsi Tanda-tanda vital : - Monitor suhu dan
endoktosin - Suhu tubuh, dimana warna kulit.
pada pasien nilai - Berikan medikasi yg
hipotalomus. indikatonya 1 tepat untk mencegah
(deviasi berat dari atau mengkontra
kisaran normal) mengggil.
ditingkatkan menjadi - Intruksi pasien
5 (tidak ada devisiasi
bagaimana menvegah
dari kisaran normal).
keluarnya panas dan
Termoregulasi : serangan panas.
- Merasa merinding - Kolaborasi dengan
saat dingin dimana dokter dalam
pasien nilai bemberian antipiretik,
indikatornya 1 sesuai kebutuhan.
(sangat terganggu) di Perawatan demam:
tingkatkan menjadi 5
- Pantau suhu dan
(tidak terganggu).
tanda-tanda vital
- Menggigil saat
lainnya
dingin, dimana
- Monitor warna kulit
pasien nilai
dan suhu
indikatornya 2
- Monitor asupan dan
(banyak terganggu),
keluaran, sadari
ditingkatkan menjadi
perubahan kehilangan
21
4-5 ( sedikit cairan yang tak
terganggu, tidak dirasakan.
terganggu). - Dorong konsumsi
- Berkeringat saat cairan
panas, dimana pasien - Mandikan (pasien)
nilai indikatornya 1 dengan spons hangat
(sangat terganggu) dan hati-hati (yaitu :
ditingkatkan menjadi berikan untuk pasien
5 (tidak terganggu). dengan suhu yang
sangat tinggi, tidak
memberikannya
selama fase dingin,
dan hindari agar
pasien tidak
menggigil.
- Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat
penurunan demam.
D. EVALUASI
22
Merupakan fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan (Gaffar, 1997). Evaluasi asuhan keperawatan
adalah tahap akhir proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir
dari keseluruhan tindakan keperawatan yang dilakukan.
CONTOH TABEL EVALUASI :
N TGL/JAM DIAGNOSA EVALUASI TTD
O KEPERAWATAN PERAWAT
S :
O :
A :
P :
KET :
S (Subjektip) : Data subjektif berisi data dari pasien melalui anamnesi
(wawancara)
O (Objektif) : Data objektif data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan
fisik
A (Analisis) : Analisis dan interpretasi berdasarkan data yabg terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis,antisipasi diagnosis atau
masalah potensial,serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.
P (Plan) : Perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang mandiri,kolaborasi,
diagnosis atau laboratorium,serta konseling untuk tindak lanjut.
23
d. Menentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber
data yang di perlukan.
e. Membandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria
dan standar untuk evaluasi.
f. Identifikasi penyebab atau alasan yang tidak optimal atau pelaksanaan yang
kurang memuaskan.
g. Perlukan tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan
alasan : mungkin tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau
mungkin ada faktor lingkungan yang tidak diatasi.
b. Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah
satu dari tiga dimensi yang saling terkait yaitu :
1) Strktur atau sumber
Evaluasi ini terkait dengan tenaga manusia, atau bahan-bahan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam upaya keperawatan hal ini
menyangkut antara lain :
- Kualitas perawat
- Minat atau dorongan
- Waktu atau tenaga yang di pakai
- Macam dan banyak peralatan yang di pakai
- Dana yang tersedia
2) Proses
24
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan. Misalnya : mutu penyuluhan yang diperlukan kepada
klien dengan gejala-gejala yang ditimbulkan.
3) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya klien dalam melaksanakan
tugas-tugas kesehatan.
Hasil dari keperawatan pasien dapat diukur melalui 3 bidang :
a) Keadaan fisik
Pada keadaan fisik dapat diobservasi melalui suhu tubuh turun,berat
badan naik, perubahan tanda klinik.
b) Psikologik-sikap
Seperti perasaan cemas berkurang, keluarga bersikap positif terhadap
petugas kesehatan.
c) pengetahuan-perilaku
Misalnya keluarga dapat menjalankan petunjuk yang diberikan keluarga
dapat menjelaskan manfaat dari tindakan keperawatan.
Hasil akhir yang diinginkan dari perawatan pasien Kejang Demam meliputi
pola pernafasan kembali efektif, suhu tubuh kembali normal, anak menunjukkan
rasa nymannya secara verbal maupun non verbal, kebutuhan cairan terpenuhi
seimbang, tidak terjadi injury selama dan sesudah kejang dan pengatahuan orang
tua bertambah.
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus
menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi tujuan
jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan
sekaligus pada akhir dari semua tindakan yang pencapaian tujuan jangka panjang.
Komponen tahapan evaluasi :
a) Pencapaian kriteria hasil
Pencapaian dengan target tunggal merupakan meteran untuk
pengukuran. Bila kriteria hasil telah dicapai, kata “ Sudah Teratasi “
25
dan datanya ditulis di rencana asuhan keperawatan. Jika kriteria hasil
belum tercapai, perawat mengkaji kembali klien dan merevisi
rencana asuhan keperawatan.
b) Keefektifan tahap – tahap proses keperawatan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pencapaian kriteria hasil
dapat terjadi di seluruh proses keperawatan.
1) Kesenjangan informasi yang terjadi dalam pengkajian tahap
satu.
2) Diagnosa keperawatan yang salah diidentifikasi pada tahap dua
3) Instruksi perawatan tidak selaras dengan kriteria hasil pada
tahap tiga
4) Kegagalan mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan
tahap empat.
5) Kegagalan mengevaluasi kemajuan klien pada tahap ke lima.
BAB III
PENUTUP
26
A. Kesimpulan
B. Saran
Semoga makalah ini bisa memberikan tambahan pengetahuan serta dapat
menambah keterampilan kita sebagai perawat untuk lebih profesional dalam
melayani pasien dengan kasus kejang demam pada anak. Semoga makalh ini
dapat kita aplikasikan oleh kita sebagai perawat dalam pelayanannya, dan
menambah wawasan baru kita.
DAFTAR PUSTAKA
Antonius. Dkk. 2015. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat, Ikatan Dokter Anak
27
Indonesia. Jakarta.
Arif Mansjoer, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media
Aesculapius, Jakarta
Bulecheck Gloria, Butcher Howard, dkk. 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC). Singapure: Elsevier
Doenges, Marillyn E, dkk (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC, Jakarta
Doenges, Marillyn E, et all (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC,
Jakarta
Herdman T. Heather, Kamitsuru shigemi. 2018. Nanda Internasional Nursing
Diagnoses: Definition and Classification 2018-2020
Krisanty P,. Dkk (2008), Asuhan Keperawatan Gawat darurat, Trans info Media,
Jakarta
Moorhead Sue, Jhonson Marison dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Singapure: Elsevier
Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Sylvia A. Price, dkk (1995), Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, EGC,
Jakarta
Widagdo. 2012. Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Kejang. Jakarta
:Sagung Seto.
28