Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS PRO EVALUASI DI RSUD KOTA

MAKASSAR

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. FATMA PUTRI MELLESE
2. VEBE SISKA SAMPE ALIK
3. MEGA TANNEWA
4. NOVI TRISMAWATI KARGENA
5. MIRFAT MAKATITA
6. TIMATIUS ATALAU

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA JAYA MAKASSAR


PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmatNya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing ibu Mery
Toding.A.MK Ns.Sitti Qamariah S.Kep,M.Kes, Ns.Fitriani S.Kep,M.Kes serta teman-
teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini
bisa disusun dengan baik dan rapi
Kami berharap semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan untuk memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik

Makassar, 29 Juli 2019

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………… i

Daftar Isi……………………………………………………………………………… ii

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1
B. Tujuan…………………………………………………………………………2
C. Manfaat………………………………………………………………………. 2

BAB II Tinjauan Teori


A. Definisi………………………………………………………………………... 3
B. Etiologi………………………………………………………………………... 3
C. Patofisiologi…………………………………………………………………... 4
D. Manifestasi Klinis……………………………………………………………. 5
E. Penatalaksanaan……………………………………………………………... 5

Daftar Pustaka……………………………………………………………………….. 8

Format Pengkajian…………………………………………………………………. 9
I. Identitas Klien………………………………………………………………. 10
II. Riwayat Kesehatan…………………………………………………………. 10
III. TTV………………………………………………………………………….. 12
IV. Pengkajian Fisik……………………………………………………………..12

Klasifikasi Data Bermasalah…………………………………………………………15

2
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu
tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri
atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit
bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990). Keadaan ini sering terjadi pada
pasien anak-anak, yaitu merupakan keluhan utama dari 50% pasien anak di UGD di
Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak, tetapi pada
pasien dewasa maupun lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari sistem
imun. Pada febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis kelamin.
Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif bermacam-macam atau
dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak jenis penyakit. Febris dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain. (Julia, 2000). Contoh penyakit infeksi bakteri yang memberikan gejala
febris adalah meningitis, bakteremia, sepsis, enteritis, pneumonia, pericarditis,
osteomyelitis, septik arthritis, cellulitis, otitis media, pharyngitis, sinusitis, infeksi
saluran urin, enteritis, appendicitis. Sedangkan untuk penyakit infeksi virus yang
memberikan gejala febris adalah adalah ISPA, bronkiolitis, exanthema enterovirus,
gastroenteritis, dan para flu. Selain dari penyakit, penyebab lain dari febris adalah cuaca
yang terlalu panas, memakai pakaian yang terlalu ketat dan dehidrasi. Untuk febris yang
disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan diberikan obat antibiotic sedangkan dari
non infeksi akan dilihat penyebab dari febris itu sendiri. Febris dapat segera teratasi
dengan terapi dan perawatan yang tepat. Namun, apabila febris tidak diatasi dan
diberikan perawatan yang tepat maka akan menjadi suatu kegawatan yang mengancam
jiwa pasien.

B.     Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami definisi febris.
2. Untuk memahami etiologi febris.
3. Untuk memahami klasifikasi febris.

3
4. Untuk memahami patofisiologi febris.
5. Untuk memahami manifestasi klinis febris
6. Untuk memahami komplikasi febris
7. Untuk memahami penatalaksanaan febris
8. Untuk memahami pemeriksaan penunjang febris
9. Untuk mengetahui Pengkajian, Diagnosa keperawatan dan Rencana
Keperawatan.
10. Serta dapat membuat Asuhan Keperawatan Dengan Pasien febris,

C. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien
sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis dalam melaksanakan tugas
sebagai perawat
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
keperawatan
3. Bagi klien dan keluarga agar klien mengetahui dan memahami perubahan
fisiologis yang terjadi pada tubuh pasien
4. Bagi lahan praktek
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk
lebih meningkitkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.     DEFENISI
Demam (Febris) adalah meningkatnya suhu tubuh yang tidak normal yang
merupakan tanda klinis terjadinya gangguan fisiologi tubuh (Buku Saku Prosedur Kep.
Medical Bedah : Dra. Elly Nur Achmah DNSc, Ratna S. Sudarsono. Skp. MAPPSc)
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara
abnormal.Febris/ demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yang
normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam
hipotalamus anterior (Isselbacher, 1999). Demam adalah keadaan dimana terjadi
kenaikan suhu hingga 38 0 C atau lebih.Ada juga yang yang mengambil batasan lebih
dari 37,8 0C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40 0C disebut demam tinggi
(hiperpireksia)(Julia, 2000). Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya
perubahan pusat termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami
demam bila suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal (Donna
L. Wong, 2003).

B.ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain. (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena
kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan
otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami
demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan

5
tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara
intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.

C.PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point(Julia, 2000).Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh
(respon imun) anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila
ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh
dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal
dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda
asing (non infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan
menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah
tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.Inilah yang menimbulkan
demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akanmerangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel
makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan
proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi
atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003). Sedangkan sifat-sifat demam dapatberupa
menggigil atau krisis/flush. Menggigil.Bila pengaturan termostat dengan mendadak
diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari
kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan
beberapa jam untuk mencapai suhu baru.Krisis/flush.Bila faktor yang menyebabkan
suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak
berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal.(Guyton, 1999).

6
D.MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala demam antara lain :


1. Demam diartikan suhu tubuh di atas 37,5 C (normal 36,5 – 37,5 C).
2. Tenggorokan sakit
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi nadi dan pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia
dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 ºC-40ºC,
kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu
kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan
hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala
verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).

E. PENATALAKSANAAN
1. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6
jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau.Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau
apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu
lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu
mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-
sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa
rusaknya fungsi intelektual tertentu.
a. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknyaMinuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau
7
air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya
suhu tubuh memperoleh gantinya.
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru
akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
g. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa
hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas.
Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu
lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.

2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.

8
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan
pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda
dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek
pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui
pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol yang
bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan
saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal
5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat
ditoleransi dengan baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan
intoksikasi dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun
rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja menekan
pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik, analgetik
dan antiinflamasi.Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung dan
perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.Efek samping hematologis
yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.Efek terhadap ginjal
berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan
asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8
jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan
prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek
samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara
han saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak
dianjurkan unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral,
intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan
fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan
sebagai antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan
anemia hemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6
bulan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta

Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim

Terjadi Pada Anak.PERKANI : Surabaya

Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta

Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan :

Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby

Inc.

Lynda juall, Carpenito, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda juall

Carpenito, Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8), Jakarta: EGC.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika Aesculapius.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta

10
FORMAT PENGKAJIAN PADA NY. N DENGAN PENYAKIT FEBRIS

DI RUANG INTERNA RSUD MAKASSAR

I. IDENTITAS KLIEN
Nama :Ny.N
Umur :26 thn
Jenis kelamin :perempuan
Pendidikan terakhir :DIII farmasi
Agama :Islam
Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat :Jl. perintis
Tgl masuk RS :18 juli 2019
Diagnose medic :Febris pro evaluasi
Tgl pengkajian :22 juli 2019

II. RIWAYAT KESEHATAN


a. Keluhan utama : Demam
b. Riwayat keluhan utama :Pasien mengatakan demam di sertai nyeri pada kepala
dengan skala nyeri 6. yang dialami sejak 4 hari yang lalu.
c. Riwayat kesehatan masa lalu :Pasien mengatakan pernah mengalami diare,
pasien tidak pernah masuk di rumah sakit sebelumnya, sering mengalami deman,
tidak pernah mengalami pembedahan, tidak alergi terhadap zat,obat,makanan
dan minuman.

11
d. Genogram 3 generasi :

? ? ? ? ? ?

50 48

? ? ? ? ? ?

28 26

Ket : : Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
│ : Garis Keturunan
…. : Tinggal Seruma
? : Tidak Diketahui Umurnya
: pasien
: Garis pernikahan
G1 :Kakek dan nenek pasien meninggal karena faktor usia
G2 :Ayah dan Ibu pasien masih hidup
G3:Pasien anak ke dua dari tujuh bersaudara, pasien tinggal
bersama suaminya serta belum mempunyai keturunan.

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan.


12
III. TTV
TD :130/70 mmHg
S :390C
N :100x/menit
P :20x/menit

IV. PENGKAJIAN FISIK


TB :151 cm
BB :40 kg
a. Kepala:
 bentuk kepala pasien simetris
 Nampak keadaan rambut pasien kusam berwarna hitan dan panjang sebahu
 keadaan kulit kepala pasien kotor
 pasien mengatakan Nyeri pada kepala
b. Mata
 pasien dapat melihat objek di sekeitarnya dengan jelas
 tidak ada peradangan di mata
 sklera pasien baik
 pasien tidak menggunakan kaca mata
c. Hidung
 bentuk hidung simetris
 tidak ada sinus pada hidung
 tidak nampak adanya pendarahan pada hidung
d. Telinga
 pasien tidak menggunakan alat bantu dengar
 pasien dapat mendengar dengan baik
 tidak ada peradangan pada telinga pasien
e. Mulut
 terdapat karang gigi
 pasien tidak memiliki masalah dalam menelan
f. Leher
 tidak ada pembesaran tiroid

13
g. Pernafasan
 tidak ada bunyi nafas tambahan ketika pasien bernafas
h. Jantung
 denyut jantung pasien baik
 tidak nyeri pada dada pasien
i. Abdomen
 inspeksi: tidak ada lesi pada abdomen pasien
 palpasi :tidak ada nyeri tekan
 perkusi : bunyi timpani
 auskultasi :bunyi peristaltic usus 8x/menit
j. Eliminasi
 BAK(buang air kecil) pasien baik
 BAB(buang air besar) pasien baik
k. Reproduksi
 siklus menstruasi pasien lancar
l. Neurologis
 tingkat kesadaran pasien baik
 pasien bisa mengenali apa yang ada di sekitarnya
m. Musculoskeletal

5 5
5 5
 kekuatan otot pasien baik
n. Kulit
 kulit pasien lembab
 kulit pasien sawo matang
 tidak ada lesi
o. Endokrin
 tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
 tidak ada perubahan suara

14
KLASIFIKASI DATA BERMASALAH

Data subjektif Data objektif


 pasien mengatakan demam  ku:lemah
 pasien mengatakan nyeri kepala  TTV:
 pasien mengatakan pernah TD:130/70 mmHg
mengalami diare S:39 0C
 pasien mengatakan sering N:100x/menit
mengalami demam sebelum P:20x/menit
masuk rumah sakit  TB:151 cm
 BB:40 kg
 Pasien tampak menggigil
 Rambut terlihat kusam
 Kulit kepala pasien kotor
 Terdapat karang gigi
 terpasang infus pada lengan kiri
NaCl 14 Tpm
 PCT
 Injeksi ranitidine amp/IV/8 jam
 Injeksi ondansetron amp/IV/8
jam
 Nyeri akut pada kepala
 Skala nyeri 6=sedang
 Durasi nyeri 3-4x/jam frekuensi
sering

15

Anda mungkin juga menyukai