Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES

KERJA PERAWAT ICU, IMC DAN IGD DI RSU PKU


MUHAMMADIYAH BANTUL
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
KRISTININGSIH
1710201266

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES
KERJA PERAWAT ICU, IMC DAN IGD DI RSU PKU
MUHAMMADIYAH BANTUL
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
KRISTININGSIH
1710201266

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA
PERAWAT DI ICU, IMC DAN IGD DI RSU PKU MUHAMMADIYAH
BANTUL YOGYAKARTA1

Kristiningsih2, Widaryati3

INTISARI
Latar Belakang: Perawat sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit memiliki tekanan psikologis paling tinggi. Ruangan khusus seperti ICU, IMC dan
IGD merupakan ruangan yang memiliki karakteristik beban kerja yang tinggi, pasien yang
datang silih berganti dengan kondisi yang bervariasi. Tekanan pekerjaan dan beban kerja
yang tinggi seperti ini bisa menimbulkan stres kerja pada perawat.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan
stres kerja perawat ICU, IMC dan IGD di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan
deskriptif korelasi dengan menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Teknik
pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan total sampling dengan jumlah
responden 33 orang perawat. Analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah
Spearman Rank.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja perawat di ICU, IMC dan IGD
RSU PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta sebagian besar memiliki beban kerja
sedang dengan jumlah 23 orang perawat (69,7%), stres kerja perawat sebagian besar
memiliki stres kerja sedang dengan jumlah perawat 18 orang (54,5%). Hasil analisa
Spearman Rank diperoleh nilai p (0,000) <0,05 , koefisien korelasi (rho) sebesar 0,590.
Kesimpulan: Ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat ICU, IMC dan
IGD di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta.
Saran: Bagi Rumah Sakit khususnya Kepala Bidang Keperawatan hendaknya
memperhatikan kebutuhan perawat di ruang ICU, IMC dan IGD seperti sarana dan
prasarana dan alat kesehatan untuk menunjang proses tindakan keperawatan dan
menambah tenaga keperawatan sesuai dengan jumlah dan tingkat ketergantungan pasien.

Kata Kunci : beban kerja, stres kerja, ICU, IMC,IGD


Daftar Pustaka : 19 buku, 6 jurnal, 8 skripsi, 1 tesis

1JudulSkripsi
2Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
THE RELATIONSHIP BETWEEN WORK LOADS AND WORK STRESS OF
NURSES IN ICU, IMC AND ER IN PKU MUHAMMADIYAH BANTUL HOSPITAL
YOGYAKARTA1

Kristiningsih2, Widaryati3

ABSTRACT
Background: Nurses as the front liner of health services in hospitals have the highest
psychological pressure. ICU, IMC and ER are rooms that have high workload. Patients come
and go with varied conditions. Job pressure and high workload can cause work stress on the
nurses in the rooms.
Objective: This study aims to determine the relationship between workload and work stress
of the nurses in ICU, IMC and IGD in PKU Muhammadiyah Bantul Hospital Yogyakarta.
Research Methods: This research was a quantitative study with a descriptive correlation
design using a Cross Sectional research design. The sampling technique used was total
sampling with 33 nurses as the respondents. The data was analyzed using Spearman Rank.
Results: The result shows that 23 (69.7%) nurses in ICU, IMC and ER of PKU
Muhammadiyah Bantul Hospital Yogyakarta have a moderate workload. 18 (54.5%) nurses
have moderate work stress. The results of Spearman Rank analysis obtain a value of p (0,000)
<0.05 and the correlation coefficient (rho) is 0.590.
Conclusion: There is a relationship between workload and work stress of the nurses in ICU,
IMC and ER in PKU Muhammadiyah Bantul Hospital Yogyakarta.
Suggestion: It is expected that the Head of Nursing to pay attention to the needs of nurses in
ICU, IMC and ER such as facilities, infrastructure and medical devices to support the nursing
process. Hospital is also suggested to increase the number of nursing staff according to
patients’ number and patients’ dependence level.

Keywords : workload, work stress, ICU, IMC, ER


References : 19 books, 6 journals, 8 undergraduate theses, 1 postgraduate thesi

1Titleof the thesis


2Student of School of Nursing of Faculty of Health Sciences, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3Lecturer of School of Nursing of Faculty of Health Sciences, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN Diperkirakan terjadi kerugian lebih
Rumah sakit merupakan salah dari 3000M US Dolllar tiap tahunnya.
satu bentuk sarana kesehatan, baik Stres kerja banyak terjadi pada para
yang diselenggarakan pemerintah dan pekerja atau tenaga kesehatan seperti
atau masyarakat yang berfungsi untuk perawat. Stres kerja antara perawat
melakukan upaya kesehatan dasar atau telah menjadi fenomenal global yang
kesehatan rujukan dan upaya kesehatan terjadi dibanyak negara (Kasmarani,
penunjang. Rumah sakit dalam 2012). Profesi bidang kesehatan dan
menjalankan fungsinya diharapkan pekerja sosial menempati urutan
senantiasa memperhatikan fungsi pertama yang paling banyak
sosial dalam memberikan pelayanan mengalami stres, yaitu sekitar 43%.
kesehatan pada masyarakat. Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Keberhasilan rumah sakit dalam (PPNI) (2011) dalam Revalicha
menjalankan fungsinya ditandai (2013), mengungkapkan sebanyak
dengan adanya mutu pelayanan prima 50,9% perawat indonesia yang
rumah sakit. Mutu pelayanan rumah mengalami stres kerja sering merasa
sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa pusing, lelah, kurang istirahat akibat
faktor, diantaranya yang paling beban kerja terlalu tinggi serta
dominan adalah sumber daya manusia penghasilan yang kurang memadahi
(DEPKES RI, 2002). (Pongoh, 2015). Penelitian yang
Ruang ICU (Intensive Care dilakukan Kurniasih (2014) di RSUP
Unit), IMC (Intermediate Care Unit) DR. Sardjito sebanyak 83% perawat
dan IGD (Instalasi Gawat Darurat) mengalami stres kerja, hal ini jika
merupakan ruangan yang penuh dibiarkan tentunya akan menimbulkan
dengan stres karena pasien yang datang dampak yang lebih buruk.
dengan kondisi yang bervariasi. Kondisi dan beban kerja di
Karakteristik pasien yang datang ICU, IMC dan IGD perlu diketahui
antara lain pasien yang gawat, pasien agar dapat ditentukan kebutuhan
darurat maupun pasien yang kuantitas dan kualitas tenaga perawat
sebenarnya tidak memenuhi kriteria yang diperlukan, sehingga tidak terjadi
gawat darurat tetapi karena tidak ada beban kerja yang tidak sesuai yang
pelayanan kesehatan lain yang dapat akhirnya akan menyebabkan stres
mengatasi maka tetap datang ke IGD, kerja. Bila banyaknya tugas tidak
contohnya sore atau malam hari. Dan sebanding dengan kemampuan baik
pengambilan keputusan pada perawat fisik maupun keahlian dan waktu yang
harus secara cepat tepat dan akurat tersedia maka akan menjadi sumber
dalam memberikan tindakan stres (Haryanti, Aini dan
keperawatan maupun medis. Setiap Purwaningsih, 2013).
perawat diharapkan agar selalu bisa Berdasarkan studi pendahuluan
melakukan sesuatu untuk yang dilakukan peneliti pada tanggal
menyelamatkan pasien. Hal tersebut 12 Maret 2018 di RSU PKU
menjadikan stressor tersendiri bagi Muhammadiyah Bantul, data yang
perawat yang bertugas (Haryanti, Aini didapatkan dari Rekam Medis
dan Purwaningsih, 2013). menunjukan angka peningkatan jumlah
Negara Amerika Serikat pada pasien yang datang dan opnam di RSU
tahun 2015 diketahui bahwa stres PKU Muhammadiyah Bantul. Selama
patologis yang menimbulkan gejala bulan Februari 2018 didapatkan jumlah
secara reguler mencapai angka 77%. pasien di ICU ada 16 pasien dengan
Stres di Amerika Serikat sendiri paling kapasitas tempat tidur 4 bed dan
banyak diakibatkan oleh stres kerja. jumlah perawat setiap shift 2 perawat,
di IMC ada 36 pasien dengan kapasitas HASIL PENELITIAN
tempat tidur 4 bed dan 1 isolasi dengan 1. Karakteristik Responden Penelitian
jumlah perawat tiap shift 2 perawat, di Tabel 1
IGD jumlah pasien 2741 dengan karakteristik Responden Berdasarkan
jumlah perawat tiap shift 4 perawat. Usia, Jenis Kelamin,
Dan dari hasil wawancara dari 9 Status Perkawinan, Pendidikan,
perawat semuanya pernah mengalami Status Kepegawaian,Masa Kerja
beberapa gejala stres fisik dengan dan Unit Kerja di ICU, IMC dan
keluhan yang berbeda-beda. Dampak IGD RSU PKU Muhammadiyah
dari berbagai stres kerja tersebut Bantul Yogyakarta
menyebabkan seringnya perawat izin Karakteristik Frekuensi Prosentase
tidak bisa masuk kerja rata-rata 2 (%)
orang perbulan. 1 perawat opnam Umur
karena gangguan pencernaan 20-30 tahun 7 21,2
(Thypoid), 4 orang perawat merasakan 31-40 tahun 21 63,6
41-50 tahun 5 15,2
kelelahan otot kaku dan kepala pusing,
Jenis kelamin
3 perawat merasa kehilangan
Laki-laki 13 39,4
konsentrasi dan mudah lupa dan 1 Perempuan 20 60,6
orang perawat mengalami sakit Status
pinggang. Untuk mengatasi dampak perkawinan 30 90,9
dari stres kerja perawat ini, RSU PKU Menikah 3 9,1
Muhammadiyah Bantul memfasilitasi Belum
karyawan dengan rekreasi rutin setiap menikah
tahunnya. Pendidikan
Penelitian ini dilakukan untuk DIII 31 93,9
mengetahui hubungan antara beban Keperawatan 2 6,1
kerja dengan stres kerja perawat ICU, Sarjana
IMC dan IGD di RSU PKU Keperawatan
Status
Muhammadiyah Bantul Yogyakarta.
kepegawaian 30 90,9
Karyawan 3 9,1
DESAIN PENELITIAN Tetap
Penelitian ini merupakan Karyawan
penelitian kuantitatif dengan rancangan Kontrak
deskriptif korelasi dengan desain Lama
penelitian cross sectional. Populasi bekerja 7 21,2
penelitian ini adalah perawat yang 1-5 tahun 12 36.4
bekerja di ruangan ICU, IMC dan IGD 6-10 tahun 10 30,3
di RSU PKU Muhammadiyah Bantul 11-15 tahun 4 12,1
dan teknik sampling dalam penelitian 16-20 tahun
ini menggunakan total sampling Unit Kerja
ICU 9 27,3
dimana semua anggota populasi
IMC 8 24,2
digunakan sebagai sampel yaitu IGD 16 48,5
berjumlah 33 orang perawat yang Sumber : Data primer, 2018
bekerja di ICU, IMC dan IGD di RSU
PKU Muhammadiyah Bantul.
Tabel 1 menunjukkan sebagian besar
perawat berumur 31-40 tahun
sebanyak 21 orang (63,6%), berjenis
kelamin perempuan sebanyak 20 orang
(60,6%), berstatus menikah sebanyak
30 orang (90,9%), berpendidikan DIII
Keperawatan sebanyak 31 orang Tabel 3 menunjukkan stres kerja
(93,9%), status kepegawaian sebagai perawat di ICU, IMC dan IGD di RSU
karyawan tetap sebanyak 30 orang PKU Muhammadiyah Bantul
(90,9%), dan memiliki masa kerja 6- Yogyakarta sebagian besar adalah
10 tahun sebanyak 12 orang (36,4%), sedang sebanyak 18 orang (54,5%),
dan jumlah perawat paling banyak di perawat yang memiliki stres kerja
IGD yaitu ada 16 orang (48,5%). ringan sebanyak 15 orang (45,5%) dan
tidak ada perawat yang memiliki stres
2. Distribusi Frekuensi Beban Kerja kerja berat
Tabel 2 4. Tabel Silang antara Beban Kerja
Distribusi Frekuensi Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat
Perawat
di ICU, IMC dan IGD di RSU PKU Tabel 4
Muhammadiyah Bantul Yogyakarta Responden Berdasarkan Usia, Jenis
Tabel 2Hasil Uji Rank Spearman
Beban Frekuensi Prosentase Hubungan Beban Kerja dengan Stress
kerja (%) Kerja Perawat di ICU, IMC dan IGD
Ringan 10 30,3 di RSU PKU Muhammadiyah Bantul
Sedang 23 69,7 Yogyakara
Berat 0 0 Beban Stres kerja
Jumlah 33 100 Kerja Ringan Sedang Berat
Sumber: Data Primer, 2018. f % f % f %
Ringan 9 27,3 1 3,0 0 0
Tabel 2 menunjukkan sebagian Sedang 6 18,2 17 51,5 0 0
besar adalah sedang sebanyak 23 orang Berat 0 0 0 0 0 0
(69,7%), beban kerja ringan sebanyak Total 15 45,5 18 54,5 0 0
10 orang (30,3%). Tidak ada Sumber: Data Primer Tahun 2018
responden yang memiliki beban kerja
berat. Tabel 4 menunjukkan perawat
dengan beban kerja ringan sebagian
3. Distribusi Frekuensi Stres Kerja besar memiliki stres kerja ringan
Tabel 3 sebanyak 9 orang (27,3%). Perawat
Distribusi Frekuensi Stres Kerja dengan beban kerja sedang sebagian
Perawat di ICU, IMC dan IGD besar memiliki stres kerja sedang
di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sebanyak 17 orang (51,5%). Hasil
Yogyakarta perhitungan statistik menggunakan uji
Rank Spearman seperti disajikan pada
Stres Kerja Frekuensi Prosentase tabel 4.6, diperoleh nilai p (0,000) <
(%) 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada
hubungan antara beban kerja dengan
Ringan 15 45,5 stress kerja perawat di ICU, IMC dan
IGD di RSU PKU Muhammadiyah
Sedang 18 54,5 Bantul Yogyakarta. Nilai koefisien
Berat 0 0 korelasi (rho) sebesar 0,590
menunjukkan keeratan hubungan
Jumlah 33 100 beban kerja dengan stress kerja
perawat di ICU, IMC dan IGD di RSU
Sumber: Data Primer, 2018. PKU Muhammadiyah Bantul adalah
sedang karena terletak pada rentang terhadap pelayanan, tuntutan
0,400-0,599. keluarga pasien terhadap
keselamatan pasien, setiap saat
dihadapkan pada pengembilan
PEMBAHASAN keputusan yang tepat, tugas
1. Beban Kerja Perawat memberikan obat dan terapi secara
Hasil penelitian menunjukkan intensif, menghadapi karakteristik
beban kerja perawat di ICU, IMC pasien yang tidak berdaya, koma
dan IGD di RSU PKU dan kondisi terminal. Hasil
Muhammadiyah Bantul sebagian penelitian ini sesuai dengan
besar memiliki beban kerja sedang penelitian Haryanti (2013)
dengan stres kerja sedang sebanyak mengatakan hampir 50% beban
17 orang (51,5%) dimana pada kerja perawat tinggi, dimana tugas
situasi beban kerja sedang perawat perawat selain menerima dan
mulai merasakan gangguan atau mengantar pasien baru keruangan,
penyakit akibat dari kerja yaitu pemasangan kateter intravena,
kelelahan fisik atau mental dan melakukan hecting pada luka,
reaksi-reaksi emosional. Hasil melakukan ganti balut pada luka,
penelitian ini sejalan dengan melakukan pendokumentasian
penelitian Lariwu (2017) yang asuhan keperawatan gawat darurat
menyimpulkan beban kerja perawat dan lain-lain yaitu melakukan
di ruang IGD dan ICU RSU GMIM tindakan non keperawatan seperti
Bethesda Tomohon yang paling membersihan instrumen medis
banyak adalah beban kerja sedang yang telah dipakai, membersihkan
(48,5%). ruangan dan membersihakan
sampah sisa tindakan keperawatan
Distribusi frekuensi indikator dikarenakan tidak adanya petugas
beban kerja perawat di ICU, IMC yang membantu perawat
dan IGD menunjukan bahwa beban melakukan hal tersebut.
kerja kuantitatif terbanyak pada
kategori sedang yaitu sebanyak 18 2. Stres Kerja Perawat
perawat dengan persentase (54,5%) Stres kerja perawat di ICU,
dimana pada situasi ini perawat IMC dan IGD di RSU PKU
selalu melakukan observasi pasien Muhammadiyah Bantul sebagian
secara ketat selama jam kerja, besar adalah sedang sebanyak 18
banyaknya pekerjaan yang harus orang (54,5%) dimana pada situasi
dilakukan demi keselamatan stres kerja sedang ini berlangsung
pasien, kontak langsung perawat lama dari beberapa jam sampai
dengan pasien secara terus menerus beberapa hari yang ditandai dengan
selama jam kerja, jumlah tenaga sakit perut, mules, otot terasa
perawat tidak sebanding dengan tegang, perasaan tegang, gangguan
jumlah pasien, dan beban kerja tidur dan beban terasa ringan
kualitatif terbanyak pada kategori Priyoto (2014). Hasil penelitian ini
sedang yaitu sebanyak 21 perawat sesuai dengan Haryanti (2013)
dengan persentase (63,6%) dimana yang menunjukkan stress kerja
pada situasi ini perawat merasakan perawat di instalasi gawat darurat
pengetahuan dan keterampilan RSUD Kabupaten Semarang
yang dimiliki tidak mampu sebagian besar adalah stress sedang
mengimbangi sulitnya pekerjaan, (82,8%). Stres kerja perawat dapat
harapan pimpinan rumah sakit terjadi karena jumlah tindakan
yang harus diselesaikan tidak yang melebihi kemampuannya
sebanding dengan jumlah tenaga sehingga perawat tersebut tidak
perawat yang ada, belum adanya mampu memenuhi atau
kegiatan untuk mengurangi stress menyelesaikan tugasnya, maka
kerja pada perawat dan sistem perawat tersebut dikatakan
mutasi perawat di RSUD mengalami stress kerja.
Kabupaten Semarang terlalu lama Manifestasi dari stress kerja
yaitu antara 2-3 tahun. perawat antara lain akibat
Distribusi frekuensi stres kerja karakteristik pasien, pengkajian
perawat ICU, IMC dan IGD terhadap aspek pasien, aspek
menunjukan bahwa stres biologis lingkungan kerja yang
perawat paling banyak pada mengganggu, kepadatan ruangan
kategori sedang yaitu ada 16 emergency, efisiensi pelaksanaan
perawat (48,5%) dimana pada tugas, serta adanya tuntutan untuk
situasi ini terjadi gejala pada menyelamatkan pasien (Levin et
tubuh yaitu peningkatan tekanan al, 2004 dalam Haryanti, 2013).
dileher bahu punggung, denyut
nadi dan frekuensi pernafasan 3. Hubungan Beban Kerja dengan
meningkat, telapak tangan dan Stres Kerja Perawat
kaki berkeringat, postur tubuh Stres kerja perawat di ICU,
tidak tegap, sakit kepala, gangguan IMC dan IGD di RSU PKU
lambung, suara yang bernada Muhammadiyah Hasil penelitian
tinggi, mual mutah diare, ini menunjukkan ada hubungan
perubahan nafsu makan, antara beban kerja dengan stress
perubahan berat badan, gangguan kerja perawat di ICU, IMC dan
berkemih dan gelisah selanjutnya IGD di RSU PKU Muhammadiyah
pada tahap ini muncul gejala stres Bantul. Keeratan hubungan antara
sosial. Stres sosial perawat paling beban kerja dengan stres kerja
banyak pada kategori ringan yaitu perawat di ICU, IMC dan IGD di
18 perawat (54,5%) dimana pada RSU PKU Muhammadiyah Bantul
situasi ini produktifitas perawat adalah sedang yaitu menunjukan
menurun, sering membuat nilai koefisien korelasi (rho)
kekeliruan atau kesalahan kerja, sebesar 0,590 yang terletak pada
membolos kerja, sering terjadi rentang 0,400-0,599. Keeratan
konflik dengan teman sejawat, hubungan yang sedang disebabkan
stres kerja psikologis perawat stres kerja perawat tidak hanya
paling banyak pada kategori ditentukan dari beban kerja, tetapi
ringan yaitu ada 23 perawat ditentukan juga oleh faktor-faktor
(69,7%) dimana pada situasi ini lain. Hasil penelitian ini sesuai
perawat menjadi cemas, depresi, dengan Lariwu (2017) yang
kepenatan, perubahan dalam menunjukan adanya hubungan
kebiasaan makan, tidur dan pola beban kerja dengan stres kerja
aktifitas, kelelahan mental, perawat di ruang IGD dan ICU RSU
kehilangan harga diri, kehilangan GMIM Bethesda Tomohon.
motifasi, mudah lupa dan pikiran Dari hasil uraian diatas
buntu dan ketidakmapuan bahwa beban kerja berlebih secara
konsentrasi pada tugas-tugas. fisik maupun mental, yaitu harus
Stres kerja perawat dapat melakukan terlalu banyak hal,
terjadi apabila perawat dalam merupakan kemungkinan sumber
bertugas mendapatkan beban kerja stres pekerjaan. Unsur yang
menimbulkan beban berlebih ialah muncul dalam penelitian ini yang
desakan waktu. Setiap tugas mempengaruhi beban kerja adalah
diharapkan dapat diselesaikan riwayat pekerjaan, sedangkan
secepat mungkin secara tepat dan faktor internal dari beban kerja
cermat. Pada saat tertentu, dalam adalah faktor yang berasal dari
hal tertentu waktu akhir justru tubuh pekerja sendiri akibat dari
dapat meningkatkan motivasi dan reaksi beban kerja eksternal seperti
menghasilkan prestasi kerja yang strain, berat ringannya strain
tinggi. Namun, bila desakan waktu dapat dinilai baik secara obyektif
menyebabkan timbulnya banyak maupun subyektif, faktor internal
kesalahan akan menyebabkan meliputi faktor somatis (jenis
stres. Hal tersebut juga dibenarkan kelamin, umur, ukuran tubuh,
dengan asumsi Maslach dan Pines status gizi, kondisi kesehatan),
dalam Niven (2010) bahwa, bila faktor psikis (motivasi, persepsi,
kelebihan beban dikelola dengan kepercayaan, keinginan dan
baik dan beban tersebut dibagi kepuasan).
sehingga setiap perawat Stres kerja perawat dapat
bertangung jawab untuk setiap terjadi apabila perawat dalam
pasien, maka stres yang ada akan bertugas mendapatkan beban kerja
lebih sedikit. Walaupun rasio yang melebihi kemampuannya
sebenarnya dari pasien dengan sehingga perawat tersebut tidak
perawat sama pada kedua keadaan mampu memenuhi atau
tersebut, jika tanggung jawab menyelesaikan tugasnya, maka
dibagi kelompok-kelompok kecil, perawat tersebut dikatakan
maka stres yang timbul akan mengalami stress kerja.
menjadi lebih kecil. Manifestasi dari stress kerja
perawat antara lain akibat
Faktor yang mempengaruhi karakteristik pasien, pengkajian
beban kerja perawat menurut terhadap aspek pasien, aspek
Satria, sidin dan Noor (2013) lingkungan kerja yang
adalah faktor eksternal yang mengganggu, kepadatan ruangan
berasal dari tubuh pekerja itu emergency, efisiensi pelaksanaan
sendiri seperti tugas-tugas yang tugas, serta adanya tuntutan untuk
dilakukan bersifat fisik seperti menyelamatkan pasien (Levin et
stasiun kerja, tata ruang, tempat al, 2004 dalam Haryanti, 2013).
kerja, alat dan prasarana kerja, Ruang ICU, IMC dan IGD
kondisi kerja, sikap kerja dan didatangi oleh pasien dengan
tugas-tugas yang bersifat mental berbagai kondisi. Perawat di ketiga
seperti kompleksitas pekerjaan, ruang ini harus dapat mengambil
tanggung jawab pekerjaan dan keputusan secara cepat, tepat, dan
tingkat kesulitan pekerjaan, akurat dalam memberikan
organisasi kerja seperti lamanya tindakan keperawatan maupun
waktu kerja, waktu istirahat, kerja medis, harus melaksanakan
bergilir, sistem pengupahan, observasi pasien secara ketat
model struktur organisasi, selama jam kerja, banyaknya
pelimpahan tugas dan wewenang, pekerjaan yang harus dikerjakan,
lingkungan kerja meliputi kontak perawat dengan pasien
lingkungan kerja fisik, kimiawi, secara terus menerus selama jam
biologis dan lingkungan kerja kerja, rasio perawat dan pasien,
psikologis. Faktor eksternal yang tugas memberikan obat secara
intensif, menghadapi pasien diperoleh nilai p (0,000) < 0,05.
dengan karakteristik tidak berdaya, 4. Keeratan hubungan beban kerja
koma dan kondisi terminal, dengan stress kerja perawat di ICU,
tuntutan keluarga pasien terhadap IMC dan IGD di RSU PKU
keselamatan pasien, tanggung Muhammadiyah Bantul adalah sedang,
jawab yang tinggi terhadap ditunjukkan dengan nilai koefisien
pelayanan yang berkualitas, korelasi (rho) sebesar 0,590.
harapan pimpinan rumah sakit
terhadap pelayanan yang SARAN
berkualitas, tanggung jawab yang Berdasarkan hasil penelitian
tinggi terhadap asuhan tersebut, maka peneliti memberikan saran-
keperawatan pasien kritis. Bila saran sebagai berikut:
banyaknya tugas yang harus 1. Bagi Rumah Sakit
dilakukan perawat pada ketiga Khususnya Kepala Bidang
ruangan tersebut tidak sebanding Keperawatan hendaknya
dengan kemampuan baik fisik memperhatikan kebutuhan perawat di
maupun keahlian dan waktu yang ruang ICU, IMC dan IGD seperti
tersedia maka akan menjadi sarana prasarana dan alat kesehatan
sumber stress (Haryanti, Aini dan untuk menunjang proses tindakan
Purwaningsih, 2013). Menurut keperawatan dan menambah tenaga
Prihatini (2007) fluktuasi beban keperawatan sesuai dengan jumlah
kerja merupakan bentuk lain dari pasien dan tingkat ketergantungan
dari penyebab timbulnya stress pasien.
kerja. Beban kerja yang berlebihan
dapat menimbulkan kelelahan baik 2. Bagi Perawat
fisik maupun mental dan reaksi- Perawat hendaknya meningkatkan
reaksi emosional seperti sakit mekanisme koping adaptif dalam
kepala, gangguan pencernaan dan mengatasi stress kerja dan menjadikan
mudah marah jika tidak beban atau tantangan dalam bekerja
diperhatikan kondisi ini dapat sebagai pemicu untuk terus belajar dan
menyebabkan terjadinya stress. meningkatkan kinerja dalam
memberikan pelayanan keperawatan.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh DAFTAR PUSTAKA
dari penelitian ini yaitu:
Haryanti, Aini, F., & Purwaningsih, P.
1. Sebagian besar beban kerja perawat di
(2013). Hubungan Antara Beban
ICU, IMC dan IGD di RSU PKU
Kerja Dengan Stres Kerja
Muhammadiyah Bantul adalah sedang
Perawat Di Instalasi Gawat
sebanyak 23 orang (69,7%).
Darurat RSUD Kabupaten
2. Sebagian besar stres kerja perawat di
Semarang. Jurnal Managemen
ICU, IMC dan IGD di RSU PKU
Kesehatan , 48-56.
Muhammadiyah Bantul sebagian besar
adalah sedang sebanyak 18 orang Kasmarani, M. K. (2012). Pengaruh
(54,5%). Beban Kerja Fisik Dan Mental
3. Ada hubungan antara beban kerja Terhadap Stres Kerja Pada
dengan stress kerja perawat di ICU, Perawat Di Instalasi Gawat
IMC dan IGD di RSU PKU Darurat (IGD) RSUD Cianjur.
Muhammadiyah Bantul, ditunjukkan
dengan hasil uji Rank Spearman
Jurnal Kesehatan Masyarakat ,
767-776.
Kurniasih, A. (2014). Gambaran Tingkat Stres
Kerja Perawat Di ICU RSUP DR.
Sardjito . Yogyakarta: STIKES
'AISYIYAH Yogyakarta.
Lariwu, M. (2017). Hubungan Beban Kerja
Dengan Stres Kerja Perawat di Ruang
IGD DAN ICU RSU GMIM Bethesda
Tomohon. Buletin Sariputra Jurnal,
Oktober. Vol. 7 (3).
Nadia Selvia Revalicha. (2013). Perbedaan
Stres Kerja Ditinjau dari Shift Kerja
pada Perawat di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Jural Psikologi Industri dan
Organisasi, Vol.2 No. 01.
Niven, Neil.(2010). Pengantar Psikologi Dalam
Keperawatan. Jakarta: Kencana Medika.

Pongoh, V. V. (2015). Perbedaan Stres Kerja


Antar Shift Perawat di Ruangan Gawat
Darurat Medik RSUP Prof DR. R. D.
Kandou Manado. Sulawesi Utara:
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Prihatini, L. D. (2007). Analisis Hubungan
Beban Kerja dengan Stres Kerja
Perawat Di Tiap Ruang Rawat Inap
RSUD Sidikalang. Medan: Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara Medan.
Priyoto. (2014). Konsep Manajemen Stres.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Satria, W., Sidin, A., & Noor, N. B. (2013).
Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja
Perawat Dalam Mengimplementasikan
Patient Safety Di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin. Makasar:
UNHAS Makasar.

Anda mungkin juga menyukai