Anda di halaman 1dari 6

Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

HUBUNGAN MASA KERJA DAN POSISI TUBUH SAAT BEKERJA DENGAN


KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT
Ni Putu Widya Sulasmi1, Komang Ayu Mustriwati2, I Komang Widarma Atmaja2
1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
*widyasulasmi@yahoo.com

ABSTRAK
Gangguan muskuloskeletal adalah penyakit akibat kerja. Masa kerja dan posisi tubuh saat bekerja
merupakan salah satu faktor terjadinya gangguan muskuloskeletal. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dan posisi tubuh saat bekerja dengan gangguan
muskuloskeletal pada perawat yang bekerja di ruang IGD BRSU Tabanan. Penelitian ini termasuk
desain non eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 34 orang menjadi teknik pemilihan sampel nonprobability dengan purposive
sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner Nordic Body Map
untuk mengukur gangguan muskuloskeletal dan masa kerja perawat, serta lembar observasi REBA
untuk mengukur posisi tubuh saat bekerja yang tidak ergonomis. Analisis data menggunakan uji
normalitas Saphiro Wilk dan kemudian data diolah dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman.
Hasil yang diperoleh ada hubungan antara masa kerja dan gangguan muskuloskeletal (p = 0,031)
posisi tubuh saat bekerja dan gangguan muskuloskeletal saat perawatan luka (p = 0,002), penjahitan
luka (p = 0,002), kateter intravena (p = 0,015), dan phlebotomy (p = 0,001). Semua posisi tubuh saat
bekerja dalam empat intervensi keperawatan menggunakan berdiri dan membungkuk.

Kata kunci: posisi tubuh saat bekerja, gangguan muskuloskeletal, perawat, masa kerja

ABSTRACT
Musculoskeletal disorders is the occupational disease Working period and body position while
working is one factor in the occurrence of musculoskeletal disorders. The purpose of this study was to
determine the relationship between work period and position of the body when working with
musculoskeletal disorders in nurses working in the IGD room BRSU Tabanan. This study includes
Non Experimental design with cross sectional approach. The samples used in this study amounted to
34 people to be nonprobability sample selection technique with purposive sampling. Measuring
instruments used in this study was a questionnaire sheet Nordic Body Map to measure musculoskeletal
disorders and working lives of nurses, as well as the observation sheet REBA to measure body
position while working that is not ergonomic. Data analysis using Saphiro Wilk normality test and
then data processed by using Spearman Rank Correlation. Results obtained there are correlation
between work period and musculoskeletal disorders (p = 0,031) body position while working and
musculoskeletal disorders while wound care ( p = 0,002), wound suturing (p = 0,002), intravenous
catether (p = 0,015), and phlebotomy (p = 0,001). All of body position while working in four nursing
intervention used standing and bending.

Keywords: body position while working, musculoskeletal disorders, nurses, working period

PENDAHULUAN dibandingkan dengan komponen yang


Tenaga kesehatan di rumah sakit lainnya.
merupakan tim multidisiplin yang terdiri Perawat dalam melakukan perawatan
dari dokter, perawat, ahli gizi, farmasi, pada pasien banyak melakukan aktivitas
bidan, fisioterapi, analis kesehatan, dan mengangkat, memindahkan, mendorong,
petugas rontgen. Salah satu komponen atau menarik pasien. Selain itu perawat
pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah banyak melakukan aktivitas dalam posisi
perawat. Perawat sebagai tenaga pelayanan berdiri atau berjalan dalam jangka waktu
kesehatan berinteraksi langsung dengan yang cukup lama. Hal tersebut yang
pasien dengan intensitas yang paling tinggi membuat perawat berhadapan langsung

Volume 8, Nomor 1, April 2020 105


Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

dengan bahaya, apabila posisi tubuh datang secara tidak terjadwal dan proses
perawat tidak tepat dalam melakukan tugas, keperawatan di ruang IGD dipengaruhi oleh
sehingga dapat mengancam kesehatan dan waktu yang terbatas. Adanya kondisi
keselamatan kerja perawat tersebut. tersebut, maka perawat IGD dituntut untuk
Penyakit akibat kerja dapat terjadi bekerja dengan posisi tubuh yang sering
saat melakukan aktivitas kerja dan dari dilakukan dalam jangka waktu yang lama,
sekian banyak penyakit akibat kerja, membutuhkan tenaga besar, serta posisi
keluhan muskuloskeletal merupakan tubuh janggal yang menimbulkan perasaan
keluhan yang paling sering dilaporkan tidak nyaman.
(Swedish Statistic, 2006 dalam Elyas, Penelitian mengenai keluhan
2012). World Health Organization (WHO) muskuloskeletal yang telah dipublikasikan
tahun 2003, memperkirakan prevalensi di Indonesia sebagian besar dilakukan di
keluhan muskuloskeletal pada perawat lingkungan pabrik dan perkebunan,
hampir mencapai 60% dari semua penyakit sedangkan di lingkungan pelayanan
akibat kerja pada perawat (Lorusso, et all, kesehatan khususnya perawat masih
2007). Menurut data yang diperoleh dari kurang. Hal inilah yang mendasari peneliti
American Nurses Association (ANA) tahun untuk melakukan penelitian mengenai
2003, hampir 40% perawat di Amerika risiko terjadi MSDs pada perawat,
Serikat mengalami keluhan khususnya pada masa kerja dan posisi tubuh
muskuloskeletal. (Castro, 2008). saat bekerja karena gangguan tersebut
Penelitian yang dilakukan di salah merupakan masalah serius yang dapat
satu rumah sakit di Jakarta yang mempengaruhi kemampuan, efektifitas dan
menggunakan 382 responden didapatkan kualitas kerja seorang perawat.
data, bahwa 66% perawat mengalami
keluhan muskuloskeletal dari skala ringan METODE PENELITIAN
hingga berat (Tana, 2011). Penelitian yang Penelitian ini adalah dengan
dilakukan oleh Suprihatin (2010) pada 39 pendekatan metode Cross Sectional.
perawat di ICU RSUP Sanglah Denpasar Populasi dalam penelitian ini adalah semua
didapatkan data bahwa terjadi peningkatan perawat jaga yang bertugas di ruang IGD
yang signifikan pada keluhan BRSU Tabanan yang berjumlah 37 orang.
muskuloskeletal pada perawat sebelum dan Teknik sampling yang digunakan dalam
sesudah melaksanakan jaga malam. Hal ini penelitian ini adalah purposive sampling,
terjadi karena responden sudah merasa dan didapatkan jumlah sampel yaitu 34
kelelahan dari rumah. orang. Pengumpulan data dilakukan dengan
Posisi kerja merupakan etiologi dari cara observasi pada posisi tubuh saat
terjadinya MSDs. Posisi kerja tidak bekerja dengan menggunakan REBA, dan
alamiah adalah sikap kerja yang kuisioner Nordic Body Map untuk masa
menyebabkan tubuh bergerak menjauhi kerja dan keluhan muskuloskeletal.
posisi alamiahnya. Derajat peningkatan Sebelumnya sampel akan dijelaskan tentang
keluhan MSDs semakin bertambah ketika prosedur dan tujuan penelitian. Kemudian
masa kerja seseorang semakin lama. sampel menandatangani informed consent
Badan Rumah Sakit Umum Tabanan sebagai responden.
merupakan rumah sakit daerah yang Peneliti mengobservasi tindakan
merupakan pusat rujukan di kota Tabanan. keperawatan sesuai dengan kriteria posisi
Rumah sakit ini memiliki beberapa unit tubuh yang dipilih untuk penilaian sesuai
pelayanan, salah satunya Instalasi Gawat dengan penilaian REBA seperti posisi yang
Darurat (IGD). Perawat IGD memiliki sering kali diulang, posisi yang
tugas untuk menyelamatkan pasien dalam membutuhkan tenaga besar, posisi tubuh
kondisi gawat darurat sehingga perlu janggal dan ekstrim, serta dapat dilakukan
dilakukan penanganan segera. Pasien oleh seluruh sampel. Didapatkan empat

Volume 8, Nomor 1, April 2020 106


Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

posisi tubuh saat bekerja yang memenuhi Berdasarkan tabel distribusi frekuensi,
kriteria tersebut yaitu rawat luka, menjahit perawat dengan masa kerja baru adalah
luka, pemasangan infus, dan pengambilan 61,8 % atau sebanyak 21 orang. Hasil
darah. Peneliti mengambil video/foto penelitian diperoleh bahwa terdapat
perawat yang sedang melakukan tindakan hubungan antara masa kerja dan keluhan
keperawatan untuk menilai ketepatan posisi muskuloskeletal pada perawat di ruang IGD
tubuh yang berisiko menyebabkan keluhan BRSU Tabanan dengan distribusi keluhan
muskuloskeletal. Peneliti mengikuti setiap yaitu sembilan orang mengalami keluhan
tindakan keperawatan yang dilakukan muskuloskeletal sedang dan 12 orang
dalam satu shift jaga sore. Peneliti mengalami keluhan muskuloskeletal tinggi
memberikan kuisioner keluhan pada perawat dengan masa kerja baru.
muskuloskeletal yang telah berisikan Hal ini disebabkan karena lebih
pertanyaan mengenai masa kerja di akhir banyak perawat dengan masa kerja baru
observasi pada setiap harinya kepada dibandingkan masa kerja lama. Selain itu,
perawat yang sudah dilakukan pengambilan faktor pengalaman dan pelajaran selama
foto tindakan keperawatan. Untuk bekerja di ruang IGD BRSU Tabanan,
menganalisis data menggunakan uji statistik membuat perawat dengan masa kerja lama
Spearman Rank Correlation dengan cenderung lebih berpengalaman
bantuan komputer dan tingkat signifikansi p dibandingkan perawat dengan masa kerja
≤ 0.05 atau 95%. baru. Hal ini sesuai dengan teori
Ranupendoyo dan Saud (2005), yang
HASIL PENELITIAN menyebutkan bahwa semakin lama
Masa kerja perawat lebih banyak pada seseorang bekerja maka akan semakin
masa kerja baru (61,8%), dengan masa berpengalaman orang tersebut sehingga
kerja rata-rata yaitu pada masa kerja satu kecakapan kerjanya semakin baik sehingga
sampai dua tahun. Keempat posisi tubuh menurunkan risiko terjadinya keluhan
saat bekerja memiliki risiko REBA sedang. muskuloskeletal.
Keluhan muskuloskeletal yang dirasakan Posisi tubuh yang tidak ergonomis
sebagian besar mengalami keluhan sedang saat bekerja menyebabkan posisi bagian-
(55,9%). bagian tubuh bergerak menjauhi posisi
Menurut hasil uji statistik dengan alamiah, misalnya pergerakan tangan
Spearman Rank Correlation ( p ≤ 0,05) mengangkat, punggung terlalu
didapatkan hasil bahwa ada hubungan membungkuk dan kepala terangkat.
antara masa kerja dengan keluhan Penelitian ini membahas mengenai posisi
muskuloskeletal dengan nilai p = 0,093 > tubuh perawat IGD BRSU Tabanan yang
0,05 maka Ho ditolak artinya ada hubungan berisiko mengalami keluhan
antara masa kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada empat tindakan
muskuloskeletal pada perawat. Terdapat keperawatan yaitu rawat luka, menjahit
hubungan antara posisi tubuh saat bekerja luka, pemasangan infus, dan pengambilan
dengan keluhan muskuloskeletal saat rawat darah. Peneliti menggunakan lembar
luka (p = 0,002), saat menjahit luka (p = observasi REBA untuk mengamati keempat
0,002), saat pemasangan infus (p = 0,015), posisi tubuh saat bekerja dan memberikan
saat pengambilan darah (p = 0,001). skor akhir untuk memberi sebuah indikasi
pada level risiko mana dan pada bagian
PEMBAHASAN mana yang harus dilakukan
Hasil penelitian didapatkan bahwa penanggulangan.
masa kerja pada sebagian besar perawat Terdapat tiga posisi tubuh saat
berbeda-beda. Masa kerja dihitung dari bekerja yaitu posisi tubuh saat duduk,
sampel pertama kali bekerja di IGD BRSU berdiri, dan membungkuk. Berdasarkan
Tabanan sampai penelitian berakhir. hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa

Volume 8, Nomor 1, April 2020 107


Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

posisi tubuh yang paling sering digunakan (strain) terutama pada ligamentum
saat bekerja adalah posisi tubuh berdiri dan interspinosus, diikuti dengan ligamentum
membungkuk yang dapat dilihat pada flavum.
empat tindakan keperawatan yaitu rawat Empat tindakan keperawatan yang
luka, menjahit luka, pemasangan infus, dan diteliti memiliki level risiko REBA
pengambilan darah. Seluruh tindakan “sedang”. Tindakan yang direkomendasikan
memiliki level risiko REBA sedang dengan menurut penilaian REBA adalah
19 orang mengalami keluhan dibutuhkan tindakan perbaikan. Tindakan
muskuloskeletal sedang dan 15 orang yang dibutuhkan dalam perbaikan posisi
mengalami keluhan muskuloskeletal tinggi. tubuh saat bekerja dengan melakukan
Meskipun masing-masing tindakan perubahan lingkungan kerja yang
keperawatan memiliki level risiko REBA ergonomis dalam hal ini pengaturan tempat
yang sama dan dilakukan dengan posisi tidur saat melakukan tindakan keperawatan
tubuh yang sama, perbedaannya terdapat serta melakukan pendidikan atau pelatihan
pada lama tindakan masing-masing mengenai postur ergonomis saat bekerja
tindakan keperawatan. Tindakan khususnya bekerja dengan posisi berdiri.
pemasangan infus, perawatan luka, dan Tindakan yang dapat dilakukan oleh
penjahitan luka dilakukan dengan durasi perawat dalam hal ini adalah dengan
waktu lima sampai dengan sepuluh menit melakukan pengaturan tinggi tempat tidur
sedangkan tindakan pengambilan darah sehingga posisi tubuh sejajar dengan area
dapat dilakukan dengan durasi waktu permukaan tempat kerja. Tempat tidur IGD
kurang dari lima menit. BRSU Tabanan lebih baik dapat diturunkan
Posisi tubuh saat bekerja yang paling atau dinaikkan agar perawat dapat
sering dilakukan pada empat tindakan menyesuaikannya ketika melakukan
keperawatan ini dilakukan dengan posisi pekerjaan. Rumah sakit juga perlu
berdiri. Pada posisi berdiri, tinggi optimum menyediakan tempat duduk yang tingginya
area kerja adalah 5-10 cm dibawah siku. dapat dinaikkan atau diturunkan agar
Posisi tubuh saat bekerja dengan posisi perawat dapat menyesuaikan tinggi tempat
berdiri yang menyebabkan beban tubuh tidur sejajar dengan bagian bawah siku
mengalir pada kedua kaki menuju tanah. lengan atas saat memberikan empat
Hal ini disebabkan oleh faktor gaya tindakan keperawatan ini. Selain itu,
gravitasi bumi. Kestabilan tubuh ketika melakukan peregangan ketika beristirahat
posisi berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. juga baik dilakukan untuk mencegah
Kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai terjadinya keluhan muskuloskeletal.
dengan tulang pinggul akan menjaga tubuh
dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga SIMPULAN
kelurusan antara anggota bagian atas Rata-rata masa kerja perawat lebih
dengan anggota bagian bawah banyak pada masa kerja baru yaitu 61,8%
(Rahmaniyah, 2007). atau sebanyak 21 orang. Rata-rata level
Selain posisi tubuh berdiri, perawat risiko posisi tubuh saat bekerja pada
juga sering membungkuk ketika melakukan tindakan rawat luka sebagian besar
empat tindakan keperawatan ini. memiliki risiko ergonomi sedang yaitu
Membungkuk merupakan posisi tubuh sebanyak 61,8% atau 21 orang, rata-rata
dengan membelokkan tulang punggung ke level risiko posisi tubuh saat bekerja pada
arah frontal yang tentu akan membebani tindakan menjahit luka sebagian besar
diskus invertebratalis, dan juga memiliki risiko sedang yaitu sebanyak
meningkatkan kontraksi ligamen dan otot- 61,8% atau 27 orang, rata-rata level risiko
otot penyangga tulang belakang. Posisi posisi tubuh saat bekerja pada tindakan
tubuh membungkuk adalah posisi tubuh pemasangan infus sebagian besar memiliki
yang sangat berisiko terjadi ketegangan otot risiko sedang yaitu sebanyak 55,9 % atau

Volume 8, Nomor 1, April 2020 108


Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

19 orang, rata-rata level risiko posisi tubuh Ranupendoyo, H dan Husnan Saud. 2005.
saat bekerja pada pengambilan sebagian Manajemen Personalia Edisi Ke-4.
besar memiliki risiko sedang yaitu BPFE: Yogyakarta
sebanyak 41,2 % atau 14 orang.
Rata-rata keluhan muskuloskeletal Suprihatin, Ida Ayu. 2010. Perbedaan
yang dialami oleh perawat yaitu mengalami Keluhan Muskuloskeletal Perawat di
keluhan sedang sebanyak 55,9 % atau Ruang ICU Rumah Sakit Sanglah
sebanyak 19 orang. Terdapat hubungan Denpasar Berdasarkan Jumlah Shift
yang signifikan antara masa kerja dengan Malam. Skripsi Tidak Diterbitkan.
keluhan muskuloskeletal pada perawat di Denpasar: Program Studi Ilmu
ruang IGD BRSU Tabanan dengan nilai Keperawatan Fakultas Kedokteran
signifikan (p) 0,031 pada variabel masa Universitas Udayana
kerja. Terdapat hubungan yang signifikan
Tana, Lusianawaty dkk. 2011. Determinan
antara posisi tubuh saat bekerja dengan
Nyeri Pinggang pada Tenaga
keluhan muskuloskeletal dengan nilai
Paramedis di Beberapa Rumah Sakit
signifikan (p) 0,002 pada posisi tubuh saat
di Jakarta. Journal Indonesia Medical
rawat luka, nilai signifikan (p) 0,002 pada
Association
posisi tubuh saat menjahit luka nilai
signifikan (p) 0,015 pada posisi tubuh saat
pemasangan infus, dan nilai signifikan (p)
0,001 pada posisi tubuh saat pengambilan
darah.

DAFTAR PUSTAKA
Castro, A.B. de et al.2008. Handle With
Care: The American Nurses
Association’s Campaign to Address
Work-Related Musculoskeletal
Disorders. The Online Journal of
Issues in Nursing.
Elyas, Yudi. 2012. Gambaran Tingkat
Risiko Musculoskeletal Disorders
(MSDs) pada Perawat Saat
Melakukan Aktivitas Kerja di ICU
PJT RSCM Berdasarkan Metode
Rapid Entire Body Assesment
(REBA). Skripsi Diterbitkan. Jakarta:
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
Lorusso, A et al. 2007. A Riview of Low
Back Pain an Musculoskeletal
Disorders among Italian Nursing
Personel. Ind Health
Rahmaniyah Dwi Astuti. 2007. Analisa
Pengaruh Aktivitas Kerja dan Beban
Angkat Terhadap Keluhan
Musculusceletal. Gema Teknik.
No.2/Tahun X Juli 2007

Volume 8, Nomor 1, April 2020 109


Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Volume 8, Nomor 1, April 2020 110

Anda mungkin juga menyukai