Anda di halaman 1dari 4

PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Nama : Maman Firmansyah

Nim : SNR22226088

Kelas : Reg B Pontianak

Judul : Pengaruh Posisi Ergonomi Terhadap Gangguan Muskuloskeletal Pada Perawat Kamar Bedah Di
Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Soedarso Pontianak

Latar Belakang:
Ergonomi merupakan ilmu terapan yang berkaitan dengan biologi, psikologi, fisiologi, anatomi dan teknik.
Tujuannya adalah untuk mengurangi faktor risiko bagi semua pihak. Pentingnya ergonomi dalam hal
peningkatan produktivitas dan efisiensinya sudah diketahui dengan baik. Faktor risiko nyeri punggung pada
perawat adalah karena mengangkat, membungkuk dan memutar. Kelompok perawat berisiko tinggi adalah
yang bekerja di ruang operasi. Studi Meijsen dan Knibbe menunjukkan bahwa nyeri perawat di ruang operasi
berada di leher/bahu (53%) dan 48% ditemukan di kepala/kaki/kaki. Faktor risikonya adalah lama berdiri dan
penanganan material. Bahaya lingkungan kerja di ruang operasi juga meliputi bahaya kimiawi, bahaya fisik,
bahaya psikologis, bahaya biologis dan bahaya ergonomis.
The International Ergonomic Association (EA) mendefinisikan ergonomi sebagai berikut: Ergonomi (atau
faktor manusia) merupakan disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman interaksi antara manusia dan
elemen lain dari suatu sistem, dan profesi yang menerapkannya. teori, prinsip, data dan metode untuk
merancang untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan (IEA 2014).
Ergonomi merupakan bidang disiplin ilmu yang berhubungan dengan interaksi antara manusia dengan
lingkungan kerjanya. Hal ini umumnya bertujuan tidak hanya untuk memastikan kesehatan dan keselamatan
kerja, tetapi juga untuk memaksimalkan efisiensi dan produktivitas seluruh sistem (misalnya perangkat
medis). Oleh karena itu berusaha untuk merancang peralatan dan lingkungan hidup dan kerja berdasarkan
karakteristik, kebutuhan, dan perilaku penggunanya. Sebagian besar karyawan termasuk anggota tim bedah
menghadapi tantangan ergonomis. Selain itu, banyak masalah ergonomis yang berbeda ada di ruang operasi.
Kurangnya pedoman yang efisien untuk memberikan pengetahuan kepada tim bedah tentang pentingnya
ergonomi merupakan masalah utama di ruang operasi.
Menurut Kemenkes (2010), terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, pekerja di rumah
sakit memiliki risiko paling tinggi dibanding pekerja industri lainnya seperti keluhan pada musculoskeletal
yaitu punggung, pergelangan tangan, kaki dan lain sebagainya. Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari
hubungan antara pekerja dengan tempat kerjanya sehingga memungkinkan para desainer dan arsitek untuk
merancang lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan pekerja (Tarwaka 2011) dalam (Balaputra 2020)
Beratnya beban kerja perawat mengharuskan perawat bekerja dengan maksimal terlebih
lagi perawat kamar operasi. Tugas yang dilakukan perawat kamar operasi sangat bervariasi, antara
lain mengangkat dan mendorong dalam hal penanganan pasien. Perawat juga banyak melakukan
aktivitas dalam posisi berdiri atau berjalan dalam jangka waktu yang cukup lama. Pekerjaan yang
dilakukan perawat di IGD dan kamar operasi didominasi postur janggal dengan frekuensi yang
berulang-ulang dan durasi yang lama pada aktifitas menjahit luka, ganti perban, memasang infus,
mendorong pasien.
Pekerjaan perawat membutuhkan tenaga ahli yang memiliki kinerja tinggi, meliputi kasus
bedah (traumatology dan terkait dengan organ tubuh bagian dalam) dan non bedah (penyakit dalam,
anak dan syaraf) sehingga membutuhkan kerja maksimal. Kamar operasi juga memiliki tingkat
kesibukan yang cukup tinggi dan membutuhkan tenaga maksimal dalam bekerja. Kamar operasi
merupakan suatu unit khusus yang digunakan untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif
maupun akut, yang membutuhkan keadaan steril.
Perawat seringkali tidak memperhatikan hal-hal penting yang menjadi faktor risiko
terjadinya penyakit akibat kerja yang dilakukan. Occupational Safety and Health Administration
(OSHA) menjelaskan bahwa penyakit akibat kerja merupakan penyakit atau cedera yang terjadi di
tempat kerja sebagai akibat dari terkena bahan atau kondisi kerja saat melakukan pekerjaan. Keluhan
muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering dilaporkan dari sekian banyak penyakit akibat
kerja. Gangguan muskuloskeletal adalah serangkaian sakit pada otot, tendon dan saraf. Kejadian
gangguan muskuloskeletal seperti low back pain, cervic spindolisis, carpaltunnel syndrome, dan
tennis elbow sangat sering dirasakan oleh manusia.
Rumah sakit di Amerika Serikat melaporkan rata-rata 6,8 penyakit dan cedera yang
berkaitan dengan pekerjaan per 100 karyawan penuh waktu, Ketika cedera yang menyebabkan
karyawan kehilangan pekerjaan lebih tinggi pada pekerja di rumah sakit yaitu perawat dibandingkan
dengan pekerja bidang konstruksi. Sekitar 48% dari cedera yang dilaporkan adalah hasil dari
kelelahan dan reaksi tubuh, dan 54% dari sakit disebabkan oleh keluhan musculoskeletal.
.Rumah sakit adalah tempat pemberian pelayanan medis dalam jangka waktu panjang
maupun pendek untuk mengobservasi, diagnosa, teraupetik dan rawat inap. Ergonomi dalam rumah
sakit memiliki aspek anatomi, fisiologis, psikologis, engineering, manajemen dan desain perancangan
manusia dalam lingkungan kerja sehingga tercapai optimalisasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan,
dan kenyamanan dalam proses dan tidak menimbulkan kecelakaan kerja di rumah sakit (Tampubolon
2020).Tenaga kesehatan di lingkungan ruang operasi (OR) berada pada risiko ergonomis yang
signifikan karena sifat tugas mereka seperti berdiri dalam posisi statis dan canggung, memegang
peralatan dan bahan, bekerja dalam waktu lama, menggunakan keterampilan presisi, dan
mengoperasikan peralatan. Instrumen, perangkat, dan peralatan yang digunakan di ruang operasi
mungkin tidak sesuai dengan pekerja, yang dapat memicu timbulnya nyeri muskuloskeletal.
Menurut penelitian Sunandar Syahlewangi pada tahun 2022 di Rumah Sakit dr. Soedarso
Pontianak, dengan populasi perawat kamar bedah dengan tehnik sampling total sampling, dengan
jumlah 60 responden, faktor faktor yang memiliki hubungan secara signifikan dengan tingkat
eksposure pada QEC Punggung kondisi statis dan bergerak, bahu, lengan dan leher di Pelayanan
Perioperatif RSUD dr Soedarso antara lain faktor usia dengan punggung statis (0,048), Bahu (0,018).
Faktor masa kerja dengan punggung statis (0,003), bahu (0,000), lengan (0,000) dan Leher (0,002)
dan Faktor fisik (Punggung bergerak (0,003), bahu (0,000) dan leher (0,000). Sedangkan faktor yang
memiliki hubungan secara signifikan dengan Tingkat Eksposure pada QEC kondisi gerakan, getaran,
kecepatan dan stress antara lain faktor fisik dengan kecepatan (0,040) dan faktor psikologis dengan
kecepatan (0,035).Institusi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso, sebagai rumah sakit rujukan
nasional memiliki instalasi bedah sentral dan gawat darurat dengan jumlah perawat 41 orang terdiri
dari rentang usia tertinggi 57 tahun dan usia termuda 28 tahun. Berdasarkan jumlah perawat yang
mengalami keluhan pada muskuloskeletal dari lima orang yang dilakukan wawancara tiga mengalami
nyeri bahu, dan pinggang sedangkan dua diantaranya mengalami nyeri pada leher dan bahu dan
pinggang dirasakan nyeri apabila berdiri lebih dari dua jam. Kondisi ini membuat penulis ingin
meneliti dan menganalisis lebih jauh tentang pengaruh posisi ergonomi terhadap gangguan
muskuloskeletal pada perawat kamar bedah di instalasi bedah sentral RSUD dr.Soedarso Pontianak.
Institusi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso, sebagai rumah sakit rujukan
nasional memiliki instalasi bedah sentral dan gawat darurat dengan jumlah perawat 41 orang terdiri
dari rentang usia tertinggi 57 tahun dan usia termuda 26 tahun. Berdasarkan jumlah perawat yang
mengalami keluhan pada muskuloskeletal dari lima orang yang dilakukan wawancara tiga mengalami
nyeri bahu, dan pinggang sedangkan dua diantaranya mengalami nyeri pada leher dan bahu dan
pinggang dirasakan nyeri apabila berdiri lebih dari dua jam. Kondisi ini membuat penulis ingin
meneliti dan menganalisis lebih jauh tentang pengaruh posisi ergonomi terhadap gangguan
muskuloskeletal pada perawat kamar bedah di instalasi bedah sentral RSUD dr.Soedarso Pontianak.

Mengetahui
Pembimbing 1

Ns. Desti Dwi Ariani, M. Kep.

Judul Telah di Evaluasi oleh Panitia Skripsi pada:


Hari/ Tanggal :

Catatan Review Judul:


Cheonok Lee·Younsoon Ahn, Wooseok Kwak, Jong Uk Won, Shinyoung Lee., Chinyon Kim., Jaehoon Roh.
(2009). Work Related Musculoskeletal Disorders and Ergonomic Work Posture Analysis of Operating
Room Nurses. National Cancer Center, Department of Occupational & Environmental Medicine,
Dongguk University Hospital, Graduate School of Public Health, Yonsei University, Institute for
Occupational Health, Yonsei University College of Medicine.

HIPKABI. (2014). Buku Panduan Dasar-Dasar Keterampilan Bagi Perawat Kamar Bedah. HIPKABI Press
Jakarta.

Nasri, K., Afriani, T., & Yatnikasari, A. (2021). Analisis Tindakan Mandiri Perawat Kamar Bedah Di Rumah
Sakit. Jurnal Kesehatan Panrita Husada, 6(1). https://doi.org/10.37362/jkph.v6i1.561

Notoatmodjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Soylar, P., & Ozer, A. (2018). Evaluation of the prevalence of musculoskeletal disorders in nurses: A
Hasil Evaluasi

Disetujui
Disetujui dengan Pertimbangan
Belum Disetujui

Pontianak, ......................................

Ketua Panitia Skripsi


Program Studi Ners Program Studi Ners

(.....................................................) (.....................................................)

Anda mungkin juga menyukai