DI SUSUN OLEH :
180614914401061
SURAKARTA
2020
KARYA TULIS ILMIAH
Di ajukan sebagai salah satu syarat mendapat gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) pada
DI SUSUN OLEH :
180614914401061
SURAKARTA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kuli panggul merupakan pekerja yang bekerja dengan menjual jasa mengangkut
barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada umumnya, pekerjaan tersebut
menggunakan manual handling (Cahyani, 2010). Pekerjaan kuli panggul memiliki beban
kerja yang cukup tinggi dan berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Setiap
beban kerja yang diterima oleh pekerja harus seimbang dengan kemampuan fisik dan
kognitif sesuai dengan keterbatasan pekerja yang menerima beban kerja tersebut
(Tarwaka, 2015).
Pekerjaan fisik yang berat tentunya akan membutuhkan kekuatan otot lebih besar
dan memiliki risiko terhadap timbulnya keluhan pada tubuh yang akan berdampak pada
kesehatan. Keluhan muskuloskeletal akan meningkat apabila otot menerima beban yang
terlalu berat dan terus-menerus berulang ditambah dengan durasi waktu yang lama.
Keluhan pada otot tidak terjadi apabila kontraksi dari otot hanya digunakan sekitar 15–
20% dari keseluruhan kekuatan otot maksimum. Jika kontraksi otot yang dilakukan >
penurunan suplai O2 yang dibawa oleh otot, proses karbohidrat terhambat dan
menimbulkan penimbunan asam laktat yang berdampak pada timbulnya rasa tidak
Kaitannya pekerja kuli angkut dengan postur dan interaksinya terhadap sarana
kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja, selain Standard
Operating Prosedure (SOP) yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan. Postur tubuh
dalam bekerja dikatakan ergonomi apabila memberikan rasa nyaman, aman, sehat, dan
berkaitan dengan pekerjaan di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara
bersifat kronis, disebabkan adanya kerusakan pada tendon, otot, ligament, sendi, saraf,
kartilago, atau spinal disc biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri, gatal dan
mencapai hampir 60% dari semua penyakit akibat kerja. Komisi Pengawas Eropa
menghitung kasus MSDs menyebabkan 49,9% ketidakhadiran kerja lebih dari tiga hari
dan 60% kasus. Ketidak mampuan permanen dalam bekerja. Di Argentina, pada tahun
2010 dilaporkan 22.013 kasus dari penyakit akibat kerja, dan MSDs diantaranya
merupakan kejadian yang paling sering terjadi (Sang dkk, 2013). Sedangkan hasil
didiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala
sebesar 24,7%.
mengalami cidera otot pada bagian leher bawah (80%), bahu (20%), punggung (40%),
pinggang kebelakang (40%), pinggul kebelakang (20%), pantat (20%), paha (40%), lutut
memutar, membawa dan menahan beban bawaan seperti puluhan kilo beban. Secara
“Hubungan Posisi kerja angkat Dengan keluhan Musculuskeletal disorder Pada Kuli
B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang tesebut maka penulis merumuskan masalah Apakah Ada
hubungan posisi kerja angkat Dengan keluhan Musculuskeletal disorder Pada Kuli
panggul
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
panggul
b. Untk mengetahui posisi kerja angkat yang berhubungan dengan muskoloskeletal
disorder.
1. Lingkup lokasi
2. Lingkup waktu
Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni 2021
3. Lingkup materi
Penelitian ini membahas mengenai hubungan posisi kerja angkat dengan keluhan
E. Manfaat penelitian
a. Bagi mahasiswa
musculoskeletal
b. Bagi pekerja
baik.
musculoskeletal.
F. Keaslian penelitian
a. Farid Budiman (2015), meneliti tentang hubungan posisi kerja angkat dengan
keluhan muskoloskeletal disorder pada nelayan tangkap dimuara angke pluit jakarta
1,Januari2015,diakses:https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Formil/article/view/
musculoskeletal disorder pada nelayan tangkap dimuara angke pluit Jakarta utara.
sampel dengan total sampling, penelitian ini dilakukan di pasar jungke kabupaten
pasar angso duo jambi. Journal of Healthcare Technology and Medicine Vol. 6 No. 1
digunakan adalah lembar kuesoner dan NBM( Nordic body map. Perbedaan :
sampling penelitian adalah pekerja angkut di pasar angso duo di jambi sebanyak 35
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Musculoskeletal disorders
a. Pengertian
seseorang melakukan aktivitas kerja dan kondisi pekerjaan yang signifikan sehingga
yang mencakup saraf, tendon, otot. Kejadian MSDs umumnya terjadi tidak secara
terakumulasi secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama. Diakibatkan oleh
pengangkatan beban saat bekerja, sehingga menimbulkan cidera dimulai dari rasa
MSDs merupakan keluhan atau gangguan yang dirasakan oleh seseorang mulai
dari keluhan yang ringan hingga terasa sangat sakit pada bagian muskuloskeletal
yang meliputi bagian sendi, syaraf, otot maupun tulang belakang akibat pekerjaannya
melindungi tubuh dan organ-organnya serta untuk melakukan gerak. Agar seluruh
tubuh dapat berfungsi dengan normal, masing-masing substruktur harus berfungsi
dengan normal. Enam sub struktur utama pembentuk sistem musculoskeletal antara
lain: tendon, ligamen, fascia (pembungkus), cartilago, tulang sendi dan otot. Tendon,
ligamen, fascia dan otot sering disebut sebagai jaringan lunak, sedangkan tulang
sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh. Peran mereka dalam sistem
Hasrianti, 2016).
MSDs ditandai dengn adanya gejala sebagai berikut yaitu : nyeri, bengkak,
kemerah-merahan, panas, mati, rasa, retak, atau patah pada tulang dan sendi dan
kekakuan, rasa lemas atau kehilangan daya koordinasi tangan, susah untuk
digerakkan.
Nordic Body Map (NBM) dengan cara melihat dan menganalisa peta tubuh (NBM)
sehingga dapat diestimasi tingkat dan jenis keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh
para pekerja.
2012).
dirasakan adalah sinyal bahwa otot tendon mulai merasakan sakit dan harus
kekuatan penganggu di tangan, siku, leher, atau kembali diikuti dengan rasa
gatal, kering, sakit pada mata dan kram. Maijunidah (2010) awal yang
Handayani (2011) gejala gejala MSDs yang bisa dirasakan oleh seseorang
adalah:
5. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit atau nyeri disertai
bengkak
kehilangan kepekaan
8. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku ataupun sensai rasa
panas.
1. Faktor Lingkungan
a. Mikroklimat
b. Kebisingan
1033 ].
c. Penerangan
2. Faktor Individu
a. Umur
pada usia kerja 25-26 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada
b. Jenis Kelamin
daripada pria. Kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari
kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun lebih tinggi
,menyatakan bahwa keluhan otot pria dan wanita yaitu 3:1 (Tarwaka,
2015).
c. Kebiasaan Merokok
d. Kesegaran Jasmani
cepat lelah dan performansi kerja tetap stabil untuk waktu yang cukup
Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index
Normal 18,5-22,9
Beresiko 23-24,9
Obesitas 1 25-29,9
Obesitas 2 ≥30
f. Masa Kerja
1-5 tahun. Namun, akan meningkat pada tenaga kerja setelah bekerja
pada masa lebih dari 5 tahun (Tarwaka dkk, 2004 dalam Sakinah,
2012:22).
penyakit akibat kerja. Seorang tenaga kerja bekerja lebih dari 5 tahun
maka dapat dikategorikan sebagai tenaga kerja dengan masa kerja yang
relative lama, sementara dikatakan tenaga kerja baru jika masa
3. Faktor Pekerjaan
a. Sikap Kerja
seimbang agar dapat bekerja nyaman dan tahan lama. Sikap kerja
alamiah atau postur normal yaitu sikap atau postur dalam proses kerja
atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, saraf,
b. Lama Kerja
jumlahnya 15- 30% dari seluruh waktu kerja. Apabila jam kerja
tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat
Kuesioner Nordic Body Map ini telah secara luas digunakan oleh
musculoskeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri, mulai dari
anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan bagian
2015).
mengetahui bagian tubuh dari pekerja yang terasa sakit sebelum dan
1. Leher
2. Bahu
4. Siku
8. Lutut
berikut:
Disorders
sakit)
disorders:
Keluhan Risiko
Individu
tindakan perbaikan
dikemudian hari
2. Sikap Kerja
Sikap kerja adalah posisi kerja secara alamiah dibentuk oleh tubuh
Hal ini disebabkan akibat dari postur kerja yang tidak alamiah
disebabkan oleh karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
Beban fisik akan semakin berat apabila saat postur tubuh pekerja
jongkok, jangkauan tangan yang selalu di sebelah kanan atau kiri dan
lainnya. Dengan demikian perlu dirancang postur kerja dan fasilitas kerja
Sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu sikap atau postur
dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak
terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ
tubuh, saraf, tendon, dan tulang. Sikap dan posisi kerja yang tidak
ergonomis bisa menimbulkan beberapa gangguan kesehatan, diantaranya
lokal pada otot, ligamen, dan persendian. Hal ini mengakibatkan cidera
pada leher, tulang belakang, bahu, pergelangan tangan, dan lain – lain.
dapat berisiko juga jika mereka bekerja dalam jangka waktu yang
Gambar
b. Rotasi badan atau berputar adalah adanya rotasi atau torsi pada
dibentuk oleh garis vertikal dengan sumbu ruas tulang leher > 150
ekstensi.
d. Rotasi leher, setiap postur leher yang memutar, baik ke kanan dan
dilakukan.
memberi sebuah indikasi pada tingkat risiko mana dan pada bagian
sikap tertentu.
leher.
dan atau
memutar secara
lateral
Tegak lurus 1
Ekstensi >200
Membungkuk fleksi >600 4
atau berjalan
lantai dengan baik atau terangkat Salah satu kaki tidak tertopang di
Fleksi >90 ⸰ 4
skor Posisi
Beban kerja
(eko nurmianto, 2003:133)
Keluhan musculoskeletal
(tarwaka, 2004: 117) :
Sikap kerja Tangan
(depkes RI,2004: 2) Siku
Leher
Bahu
Pinggang
Kaki
Factor individu
(suma’mur P.K,2005:52)
Umur
Jenis kelamin
Kesegaran jasmani
Kebugaran fisik
D. Pertanyaan peneliti
disorder
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
kuantitatif dan desain yang digunakan dalam penelitian adalah cross sectional,
mengumpulkan lebih dari satu kasus atau variabel dalam satu waktu tertentu
(Notoatmodjo,2002).
1. Populasi
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kuli panggul di pasar
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100 orang
(Arikunto, 2009).
D. Variabel Penelitian
mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan
alamiah r abaikan,
akibat resiko
berinteraksi rendah
dengan mungkin
fasilitas perlu
yang perbaikan
ataupun resiko
kebiasaan sedang
kerja. perlu
perbaikan
Skor 8-10:
resiko
tinggi,
perlu
segera
perbaikan
Skor 11-
15 : resiko
sangat
tinggi,perl
u saat ini
juga
tindakan
perbaikan
beban statis 84
secara
berulang dan
terus
menerus
dalam
jangka
waktu yang
lama dan
akan
menyebabka
n keluhan
pada sendi,
ligamen dan
tendon.
1. Jenis Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
perpustakaan.
ini yaitu:
a. Angket/kuesioner
1. Pertanyaan peneliti :
oleh responden
angkut
b. Studi dokumentasi
dengan penelitian.
tersebut berupa pernyataan dari seluruh kuli angkut di pasar jungke kabupaten
sebagai berikut:
pertanyaan.
kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.
2. Analisis Univariat
3. Analisis Bivariat
diterima, maka hipotesis terbukti yang berarti ada hubungan beban kerja
kabupaten karanganyar.
DAFTAR PUSTAKA
Pekerjaan Manual Handling pada Buruh Angkut Barang (Porter) di Stasiun Kereta
Jatinegara Tahun 2009”. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Pada Pekerja Buruh Angkut. Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Vol.
19 No. 2.
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@ed_protect/@protrav/@safework/doc
ume nts/publication/wcms_208226.pdf
Sartika, Dewi. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Low Back Pain
Indonesia.
Muskuloskeletal pada Buruh Angkut Sayur di Jalan Pedamaran Pasar Johar 2009.
Skripsi. Semarang. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.