Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN MAKALAH PENUGASAN KELOMPOK 6

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“Upaya-Upaya Pencegahan Kegawatdaruratan Sistem Muskuloskeletal”

KELOMPOK 6:

ADE TIYA DINATA 18031012

INES KURNIASIH 18031027

SHELSHY AULORA E 18031030

NOVIA PUTRI 18031031

NUR PAZRANI 18031032

FEBRI MASFALAH 18031042

DEWI SANTRI 18031043

MURTHADA HABIBI 18031044

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKes HANG TUAH PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum,Wr.Wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
nikmat Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem
Muskuloskeletal”. Adapun beberapa harapan kami kepad para pembaca atau semua kalangan
yang membaca makalah ini yaitu dapat menambah pemahaman dan wawasan dalam kehidupan
sehari hari.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang di
sebabkan oleh keterbatasnya kemampuan yang kami milki. Oleh karena itu kami mengharapkan
partisipasi dalam penyempurnaannya dengan memberikan kritik dan saran agar makalah ini bisa
terkonsep dengan baik.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang, kritik dan saran
sangat kami harapkan dalam penyempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih.

Pekanbaru, 28 Maret 2021

kelompok 6A
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi..................................................................................................................................3
2.2 Klasifikasi.............................................................................................................................3
2.3 Upaya-upaya Pencegahan.....................................................................................................4
2.3.1 Pencegahan Primer............................................................................................................4
2.3.2 Pencegahan Sekunder........................................................................................................5
2.3.3 Pencegahan Tersier............................................................................................................5
2.4 Pemeriksaan Diagnostik & Laboratorium............................................................................6

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Analisa Jurnal.......................................................................................................................9

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................11


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluhan pada sistem muskuloskeletal telah menjadi trend penyakit terbaru berkaitan
dengan pekerjaan di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara industri.
Keluhan muskuloskeletal atau Musculoskeletal Disorder (MSDs) bersifat kronis, disebabkan
adanya kerusakan pada tendon, otot, ligament, sendi, saraf, kartilago, atau spinal disc
biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri, gatal dan pelemahan fungsi (Tarwaka,
2013). World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi gangguan MSDs
mencapai hampir 60% dari semua penyakit akibat kerja. Komisi Pengawas Eropa
menghitung kasus MSDs menyebabkan 49,9% ketidakhadiran kerja lebih dari tiga hari dan
60% kasus ketidakmampuan permanen dalam bekerja. Di Argentina, pada tahun 2010
dilaporkan 22.013 kasus dari penyakit akibat kerja, dan MSDs diantaranya merupakan
kejadian yang paling sering terjadi (Sang dkk, 2013). Sedangkan hasil Riskesdas (2013)
menunjukkan bahwa prevalensi penyakit muskuloskeletal yang didiagnosis oleh tenaga
kesehatan sebesar 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 24,7%. Data keluhan
Muskuloskeletal di Indonesia menunjukkan bahwa pekerja mengalami cidera otot pada
bagian leher bawah (80%), bahu (20%), punggung (40%), pinggang kebelakang (40%),
pinggul kebelakang (20%), pantat (20%), paha (40%), lutut (60%), dan betis (80%) (ILO,
2018). Kuli panggul merupakan pekerja yang bekerja dengan menjual jasa mengangkut
barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada umumnya, pekerjaan tersebut
menggunakan manual handling (Cahyani, 2010). Pekerjaan kuli panggul memiliki beban
kerja yang cukup tinggi dan berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Setiap beban
kerja yang diterima oleh pekerja harus seimbang dengan kemampuan fisik dan kognitif
sesuai dengan keterbatasan pekerja yang menerima beban kerja tersebut (Tarwaka, 2015).

Shafiezadeh (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa diantara petugas kesehatan


yang bekerja di rumah sakit, perawat memiliki tingkat resiko tertinggi terhadap keluhan
muskuloskeletal karena mereka merupakan kelompok terbesar yang bekerja di rumah sakit.
Perawat memberikan pelayanan keperawatan selama 24 jam penuh terlebih perawat Instalasi
Gawat Darurat (IGD). Perawat IGD dituntut memberikan pelayanan secara sigap, cermat,
cekatan serta tepat baik untuk klien maupun keluarga sesuai dengan standart operasional
prosedur (SOP) yang telah ditentukan. Dalam penelitian Kasmarani (2012) menemukan
bahwa tingkat beban kerja mental 70,1 % berpengaruh pada stress kerja perawat IGD. Dari
studi pendahuluan, didapatkan informasi bahwa pada tahun 2011 pasien gawat darurat
mencapai 31.846 pasien. Sedangkan, perawat IGD RSUD Dr. Moewardi berjumlah 58 orang
terdiri dari 35 pria dan 23 wanita dengan kisaran umur 20 hingga 55 tahun. Tarwaka (2013)
menjelaskan bahwa wanita tiga kali lebih beresiko akan keluhan muskuloskeletal dan dimulai
pertama kali pada umur 35 tahun, serta akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya
umur. Mereka bekerja dibagi dalam 3 shift kerja, pagi (07.00 – 14.00, 8-9 orang), siang
(14.00 – 21.00, 5-6 orang), dan malam (21.00 – 07.00, 3-4 orang). Terkadang ada beberapa
perawat yang masih harus menggatikan shift rekan kerja. Hal ini mengakibatkan kelelahan
yang berkaitan dengan terjadinya cedera (Tarwaka, 2013).

1.2 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui konsep kegawat daruratan sistem muskuloskeletal.
b. Untuk mengetahui upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier dari kegawat daruratan
sistem muskuloskeletal.
c. Untuk mengetahui apa persiapan pelaksanaan dan pasca pemeriksaan diagnostik &
laboratorium.

1.3 Manfaat Penulisan


a. Menjadi bahan masukan dalam menambah ilmu mengenai kegawat daruratan sistem
muskuloskeletal.
b. Dapat memahami konsep kegawat daruratan sistem muskuloskeletal.
c. Dapat memahami upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier dari kegawat daruratan
sistem muskuloskeletal.
d. Dapat memahami apa persiapan pelaksanaan dan pasca pemeriksaan diagnostik &
laboratorium.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang berperan dalam menunjang, melindungi dan
menggerakan tubuh. Rangka merupakan bingkai bagi struktur tubuh dan melindungi organ
internal yang rentan dari kerusakan. Otot dengan bantuan sendi, ligament dan tendon
memungkinkan tulang bergerak. Sistem ini terdiri atas 206 tulang, yang merupakan penyokong
gerakan tubuh dan melindungi organ internal, tendon dan ligament, yang menghubungkan tulang
dengan otot (Risnanto & Insani, 2014).

Gangguan muskuloskeletal diantaranya fraktur, dislokasi, sprain, strain dan sindrom


compartemen. Dikehidupan sehari hari yang semakin padat dengan aktifitas masing-masing
manusia dan untuk mengejar perkembangan zaman, manusia tidak akan lepas dari fungsi normal
muskuloskeletal terutama tulang yang menjadi alat gerak utama bagi manusia, tulang
membentuk rangka penunjang dan pelindung bagian tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-
otot yang menggerakan kerangka tubuh, fungsi tulang dapat terganggu karena mengalami fraktur
(Musliha, 2010).

2.2 Klasifikasi

Muskuloskeletal Disorders (MSDs) diklasifikasikan menjadi beberapa stadium menurut


Oliveira dan Browne.

a. Menurut Oliveira
1. Stadium I: Lelah, tidak nyaman, nyeri terlokalisasi yang memburuk saat bekerja dan
membaik saat istirahat.
2. Stadium II: Nyeri persisten dan lebih intens, diikuti dengan parestesia dan lebih intens,
diikuti dengan parestesia dan perasaan terbakar. Memburuk saat bekerja dan aktivitas
sehari-hari.
3. Stadium III: Nyeri persisten dan berat diikuti peurunan kekuatan otot dan kontrol
pergerakan, edema dan parestesia.
4. Stadium IV: Nyeri kuat dan berlangsung terus menerus.
b. Menurut Browne
1. Stadium I: Nyeri saat bekerja, berhenti saat malam hari tanpa gangguan tidur.
2. Stadium II: Nyeri selama bekerja, menetap sampai malam menyebabkan ganguan
tidur.
3. Stadium III: Nyeri bahkan saat beristirahat dengan gangguan tidur.

2.3 Upaya-upaya Pencegahan

2.3.1 Pencegahan primer

Pencegahan primer ditunjukkan kepada orang-orang sehat dan kelompok resiko


tinggi dan berpotensi untuk mengalami multi trauma. Tujuan dari pencegahan primer
yaitu untuk mencegah timbulnya multi trauma pada individu yang beresiko mengalami
multi trauma atau pada populasi umum. Pencegahan primer mengutamakan pada
penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-
faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi
sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : imunisasi, pendidikan kesehatan, olah
raga dan perubahan gaya hidup.

Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi penyuluhan


kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan lembaga sosial
lainnya. Program penyuluhan diarahkan ke penggunaan helm saat mengemudi kendaraan
bermotor, anak- anak yang masih balita selalu di awasi oleh orang tua, jangan
mengemudikan kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, pada pemanjat tebing saat
memanjat harus menggunakan pengaman pada kepala dan badan, pada pekerja bangunan
agar menggunakan helm saat menaikkan bangunan yang tinggi.

Hambatan pada saat melakukan perubahan gaya hidup atau latihan:

1. Hambatan latihan akan mempengaruhi partisipasi untuk melakukan latihan


2. Perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk)
3. Depresi gangguan tidur
4. Kurang dukungan
5. Hambatan lingkungan termasuk tempat yang aman untuk latihan dan kondisi
iklim yang tidak mendukung

2.3.2 Pencegahan Sekunder

Tujuan dari pencegahan sekunder kegawatdaruratan aitu pendeteksian dini multi


trauma serta penangangan segera sehingga komplikasi dapat dicegah.pencegahan
sekunder termaksud menurunkan prevalensi gangguan. Pencegahan sekunder
mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan
meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-
tindakan yang tepat sesuai gejala.

Intervensi keperawatan pada pencegahan sekunder sistem muskuloskeletal.

1) Untuk mengendalikan perdarahan lakukan penekanan langsung ( turniket)


2) Apabila benda yang menancap maka harus di stabilkan dengan metode apa saja,
sehingga mencegah trauma lebih lanjut.
3) Imobilisasi fraktur: pembidaian bagian atas dan bawah fraktur, meliputi persendian
proksimal dan distal
4) Pada pasien yang fraktur: pembatasan aktivitas yang sederhana dengan
penggunaan mitela dan kruk serta reposisi tertutup diikuti oleh pemasangan gips.

2.3.3 Pencegahan Tersier

Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder.


Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien
secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor
untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan
energi. Upaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi seseorang
melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi
okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman.
2.4 Persiapan Pelaksanaan dan Pasca Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium.

1) Pemeriksaan CT-SCAN
Persiapan:
a. Pasien menggunakan pakaian yang nyaman dan tak terlalu ketat
b. Tidak memakai perhiasan termasuk anting- anting atau benda logam lain pada
hari-H pemeriksaan
c. Perempuan harus melepas bra jika ada kandungan logam seperti kawat
d. Bila ct scan menggunakan cairan kontras, pasien harus berpuasa selama beberapa
jam sebelumnya
e. Pasien juga wajib menginformasikan kepada dokter semua jenis obat yang tengah
dikonsumsi dan ada tidaknya alergi, dokter mungkin meresepkan obat khusus
untuk mengurangi reaksi alergi jika pasien memiliki alergi terhadap material
cairan kontras

Prosedur Pemeriksaan:

a. Memasukkan cairan kontras lewat pembuluh darah pada lengan atau lewat oral
jika pemriksaan membutuhkan cairan tersebut
b. Pasien berbaring pada meja pemeriksaan yang akan masuk ke mesin pemindai
c. Operator berada dalam ruang terpisah, tapi masih bisa berkomunikasi dengan
pasien
d. Selagi peminda berputar, sinar-X akan melalui tubuh selama beberapa saat
e. Pemindai mendeteksi gambar dari organ tubuh yang menyerap sinar-X, lalu
mengirimnya ke komputer. Komputer kemudian mengolahnya menjadi gambar
untuk interprestasi
f. Pasien tak boleh bergerak selama prosedur. Pasien mungkin harus beberapa kali
menahan napas dalam pemeriksaan
g. Jika sudah ada hasil yang memadai, operator mengehentikan prosedur dan
membantu pasien bangkit dari meja periksa

2) MRI
Persiapan dan Prosedur pemeriksaan:
Pemeriksaan MRI tidak memerlukan banyak persiapan khusus. Waktu yang
diperlukan adalah berkisar antara 15-90 menit bergantung pada area tubuh yang akan
diperiksa. Pasien tidak boleh mengenakan aksesoris tubuh yang berasal dari bahan logam.
Hal ini penting karena MRI menggunakan prinsip magnetisasi karena peralatan logam
dapat mengganggu pengambilan gambar. Pasien akan diminta diam untuk beberapa saat
sampai prose magnetisasi selesai. Pemeriksaan MRI tidak bisa dilakukan pada semua
orang. MRI tidak dapat dilakukan pada mereka yang menggunakan alat bantu berbahan
logam khusus seperti alat pacu jantung atau pacemaker implan. Selain karena tidak aman,
logam itu kemungkinan akan mengganggu gambar yang dihasilkan MRI.
Proses pemindaian akan dimulai setelah kamu masuk ketempat tidur yang berada
ditengah mesin MRI yang berbentuk tabung. Selama melakukan pemeriksaan MRI,
hindari melakukan gerakan yang kecil sekalipun, agar hasil gambar yang dikeluarkan
maksimal.

3) Foto Rontgen
Persiapan:
Tidak ada persiapan khusus untuk menjalani foto rontgen. Namun jika foto
rontgen yang akan dijalani menggunakan zat kontras, kadang pasien diminta untuk
berpuasa dan menghentikan dulu konsumsi obat obatan. Dianjurkan bagi pasien untuk
memakai pakaian yang nyaman dan longgar. Pasien mungkin akan diminta untuk
mengganti baju atau celana dengan pakaian yang telah disediakan dari rumah sakit.
Hindari menggunakan perhiasan atau aksesoris berbahan logam saat akan menjalani foto
rontgen karena dapat menghalangi gambar yang akan dihasilkan. Jika pasien memiliki
implan berbahan logam didalam tubuh beri tahu dokter sebelum pemeriksaan.

Prosedur pemeriksaan:
Saat pelaksaan foto rontgen pasien dapat diminta berbaring, duduk atau berdiri,
dan melakukan posisi tertentu sesuai dengan bagian tubuh yang akan difoto atau
diperiksa. Film foto berupa plat yang nantinya diolah menjadi gambar diletakkan sesuai
dengan bagian tubuh yang ingin difoto. Bagian tubuh yang tidak bisa dipindai biasanya
akan ditutupi dengan kain pelindung untuk mengindari paparan sinar-X.
Selanjutnya alat foto rontgen yang menyerupai tabung dan dilengkapi cahaya
akan diarahkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa. Alat tersebut akan memproduksi
sinar-X untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh pada film foto khusus.
Saat pengambilan foto rontgen pasien diminta untuk tidak bergerak dan menahan
napas agar gambar tidak kabur. Oleh karena itu, untuk pasien anak-anak terkadang
dibutuhkan tali penahan guna menaahan posisi anak agar tidak bergerak.
Selama pengambilan foto rontgen, pasien tidak merasakan apapun, namun untuk
pasien patah tulang, pasien dapat merasa nyeri atau tidak nyaman saat harus
memindahkan posisi. Pelaksanaan foto rontgen hanya berlangsung selama beberapa
menit. Akan tetapi untuk foto rontgen tertentu seperti penggunaan zat kontras, prosedur
dapat memakan waktu hingga 1 jam atau lebih

Pasca Foto Rontgen:


Setelah pelaksaan foto rontgen, pasien dapat mengganti kembali pakaian dirumah
sakit dengan pakaian pribadi. Tergantung pada kondisi masing masing pasien, dokter
dapat menyarankan pasien untuk beristirahat dulu sampai hasil foto keluar atau
memperbolehkan pasien untuk langsung pulang.
Apabila prosedur foto rontgen yang dijalani menggunakan zat kontras, pasien
dianjurkan minum banyak air putih untuk membantu pembuangan zat kontras dari dalam
tubuh melalui urine.
Hasil foto rontgen akan dipelajari dokterradiologi. Hasil foto tsb juga dapat
diberikan kepada pasien setelah dicetak. Lama keluarna hasil foto bervariasu. Dalam
keadaan darurat, hasil bisa dikeluarkan dalam hitungan menit
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisa Jurnal

Menurut Zifriyanthi dkk dalam jurnal berjudul “Dampak Gangguan Muskuloskeltal


Akibat Pekerjaan Pada Perawat di RSI Siti Rahmah Padang Tahun 2019”. Gangguan
muskoloskeletal mengakibatkan rasa nyeri, sakit kronis, stres psikologis, dan keterbatasan
pergerakan sehingga memberikan batasan terhadap pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar sehari-hari memunculkan keluhan fisik yang menurunkan kualitas
hidup penderita sehingga menggiring penurunan produktivitas kerja.

Intervensi ergonomis merupakan salah satu intervensi yang diusulkan dalam upaya
pencegahan dan pengobatan gangguan muskuloskeletal akibat pekerjaan. Menurut Diana dan
Fitria, dalam jurnal berjudul “Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskeletal Disorders
pada pekerja”. Prinsip Utama dalam ergonomi adalah menyerasikan pekerjaan dengan pekerja
atau “fitting the job to the worker”. Ergonomi menyediakan desain stasiun kerja, peralatan, dan
perlengkapanyaman dan efisien untuk disesuaikan dengan kebutuhan pekerja. Pada akhirnya
akan tercipta lingkungan lingkungan kerja yang sehat, karena desain yang efektif dapat
mengendalikan potensi bahaya. Cara bekerja juga diatur sedemikian rupa agar tidak terjdi
ketegangan otot, kelelahan yang berlebih sehingga menyebabkan gangguan kesehatan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Terdapat tiga macam upaya pencegahan terhadap gangguan sistem muskuloskeletal


diantaranya yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. Upaya yang dilakukan untuk
pencegahan primer meliputi penyuluhan kepada masyarakat luas dan juga melakukan intervensi
ergonomi. Pencegahan sekunder yaitu untuk mengendalikan perdarahan lakukan penekanan
langsung ( turniket), apabila benda yang menancap maka harus di stabilkan dengan metode apa
saja, sehingga mencegah trauma lebih lanjut. Yang ketiga yaitu pencegahan tersier, yaitu upaya
perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Adapun macam macam
pemeriksaan diagnostik nya yaitu pemeriksaan CT- SCAN, MRI dan foto rontgen.
DAFTAR PUSTAKA

Mayasari, Diana dan Saftarina, F. (2016). Ergonomi sebagai Upaya Pecegahan Musculoskeletal
Disorders pada Pekerja. JK Unila Volume 1 Nomor 2.

Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Putri, Z.M, dkk. (2019). Dampak Gangguan Muskuloskeletal Akibat Pekerjaan Pada Perawat di
RI Siti Rahmah Padang Tahun 2019. Prosiding Seminar Kesehatan Perintis Vol.2 No.1.

Risnanto dan Insai, Uswatun. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish.

Tarwaka. (2013). Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di


Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Tarwaka. (2015). Ergonomi Industri : Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di


Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Anda mungkin juga menyukai