KELOMPOK 6:
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum,Wr.Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
nikmat Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem
Muskuloskeletal”. Adapun beberapa harapan kami kepad para pembaca atau semua kalangan
yang membaca makalah ini yaitu dapat menambah pemahaman dan wawasan dalam kehidupan
sehari hari.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang di
sebabkan oleh keterbatasnya kemampuan yang kami milki. Oleh karena itu kami mengharapkan
partisipasi dalam penyempurnaannya dengan memberikan kritik dan saran agar makalah ini bisa
terkonsep dengan baik.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang, kritik dan saran
sangat kami harapkan dalam penyempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih.
kelompok 6A
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................................................2
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................................10
PENDAHULUAN
Keluhan pada sistem muskuloskeletal telah menjadi trend penyakit terbaru berkaitan
dengan pekerjaan di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara industri.
Keluhan muskuloskeletal atau Musculoskeletal Disorder (MSDs) bersifat kronis, disebabkan
adanya kerusakan pada tendon, otot, ligament, sendi, saraf, kartilago, atau spinal disc
biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri, gatal dan pelemahan fungsi (Tarwaka,
2013). World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi gangguan MSDs
mencapai hampir 60% dari semua penyakit akibat kerja. Komisi Pengawas Eropa
menghitung kasus MSDs menyebabkan 49,9% ketidakhadiran kerja lebih dari tiga hari dan
60% kasus ketidakmampuan permanen dalam bekerja. Di Argentina, pada tahun 2010
dilaporkan 22.013 kasus dari penyakit akibat kerja, dan MSDs diantaranya merupakan
kejadian yang paling sering terjadi (Sang dkk, 2013). Sedangkan hasil Riskesdas (2013)
menunjukkan bahwa prevalensi penyakit muskuloskeletal yang didiagnosis oleh tenaga
kesehatan sebesar 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 24,7%. Data keluhan
Muskuloskeletal di Indonesia menunjukkan bahwa pekerja mengalami cidera otot pada
bagian leher bawah (80%), bahu (20%), punggung (40%), pinggang kebelakang (40%),
pinggul kebelakang (20%), pantat (20%), paha (40%), lutut (60%), dan betis (80%) (ILO,
2018). Kuli panggul merupakan pekerja yang bekerja dengan menjual jasa mengangkut
barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada umumnya, pekerjaan tersebut
menggunakan manual handling (Cahyani, 2010). Pekerjaan kuli panggul memiliki beban
kerja yang cukup tinggi dan berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Setiap beban
kerja yang diterima oleh pekerja harus seimbang dengan kemampuan fisik dan kognitif
sesuai dengan keterbatasan pekerja yang menerima beban kerja tersebut (Tarwaka, 2015).
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang berperan dalam menunjang, melindungi dan
menggerakan tubuh. Rangka merupakan bingkai bagi struktur tubuh dan melindungi organ
internal yang rentan dari kerusakan. Otot dengan bantuan sendi, ligament dan tendon
memungkinkan tulang bergerak. Sistem ini terdiri atas 206 tulang, yang merupakan penyokong
gerakan tubuh dan melindungi organ internal, tendon dan ligament, yang menghubungkan tulang
dengan otot (Risnanto & Insani, 2014).
2.2 Klasifikasi
a. Menurut Oliveira
1. Stadium I: Lelah, tidak nyaman, nyeri terlokalisasi yang memburuk saat bekerja dan
membaik saat istirahat.
2. Stadium II: Nyeri persisten dan lebih intens, diikuti dengan parestesia dan lebih intens,
diikuti dengan parestesia dan perasaan terbakar. Memburuk saat bekerja dan aktivitas
sehari-hari.
3. Stadium III: Nyeri persisten dan berat diikuti peurunan kekuatan otot dan kontrol
pergerakan, edema dan parestesia.
4. Stadium IV: Nyeri kuat dan berlangsung terus menerus.
b. Menurut Browne
1. Stadium I: Nyeri saat bekerja, berhenti saat malam hari tanpa gangguan tidur.
2. Stadium II: Nyeri selama bekerja, menetap sampai malam menyebabkan ganguan
tidur.
3. Stadium III: Nyeri bahkan saat beristirahat dengan gangguan tidur.
1) Pemeriksaan CT-SCAN
Persiapan:
a. Pasien menggunakan pakaian yang nyaman dan tak terlalu ketat
b. Tidak memakai perhiasan termasuk anting- anting atau benda logam lain pada
hari-H pemeriksaan
c. Perempuan harus melepas bra jika ada kandungan logam seperti kawat
d. Bila ct scan menggunakan cairan kontras, pasien harus berpuasa selama beberapa
jam sebelumnya
e. Pasien juga wajib menginformasikan kepada dokter semua jenis obat yang tengah
dikonsumsi dan ada tidaknya alergi, dokter mungkin meresepkan obat khusus
untuk mengurangi reaksi alergi jika pasien memiliki alergi terhadap material
cairan kontras
Prosedur Pemeriksaan:
a. Memasukkan cairan kontras lewat pembuluh darah pada lengan atau lewat oral
jika pemriksaan membutuhkan cairan tersebut
b. Pasien berbaring pada meja pemeriksaan yang akan masuk ke mesin pemindai
c. Operator berada dalam ruang terpisah, tapi masih bisa berkomunikasi dengan
pasien
d. Selagi peminda berputar, sinar-X akan melalui tubuh selama beberapa saat
e. Pemindai mendeteksi gambar dari organ tubuh yang menyerap sinar-X, lalu
mengirimnya ke komputer. Komputer kemudian mengolahnya menjadi gambar
untuk interprestasi
f. Pasien tak boleh bergerak selama prosedur. Pasien mungkin harus beberapa kali
menahan napas dalam pemeriksaan
g. Jika sudah ada hasil yang memadai, operator mengehentikan prosedur dan
membantu pasien bangkit dari meja periksa
2) MRI
Persiapan dan Prosedur pemeriksaan:
Pemeriksaan MRI tidak memerlukan banyak persiapan khusus. Waktu yang
diperlukan adalah berkisar antara 15-90 menit bergantung pada area tubuh yang akan
diperiksa. Pasien tidak boleh mengenakan aksesoris tubuh yang berasal dari bahan logam.
Hal ini penting karena MRI menggunakan prinsip magnetisasi karena peralatan logam
dapat mengganggu pengambilan gambar. Pasien akan diminta diam untuk beberapa saat
sampai prose magnetisasi selesai. Pemeriksaan MRI tidak bisa dilakukan pada semua
orang. MRI tidak dapat dilakukan pada mereka yang menggunakan alat bantu berbahan
logam khusus seperti alat pacu jantung atau pacemaker implan. Selain karena tidak aman,
logam itu kemungkinan akan mengganggu gambar yang dihasilkan MRI.
Proses pemindaian akan dimulai setelah kamu masuk ketempat tidur yang berada
ditengah mesin MRI yang berbentuk tabung. Selama melakukan pemeriksaan MRI,
hindari melakukan gerakan yang kecil sekalipun, agar hasil gambar yang dikeluarkan
maksimal.
3) Foto Rontgen
Persiapan:
Tidak ada persiapan khusus untuk menjalani foto rontgen. Namun jika foto
rontgen yang akan dijalani menggunakan zat kontras, kadang pasien diminta untuk
berpuasa dan menghentikan dulu konsumsi obat obatan. Dianjurkan bagi pasien untuk
memakai pakaian yang nyaman dan longgar. Pasien mungkin akan diminta untuk
mengganti baju atau celana dengan pakaian yang telah disediakan dari rumah sakit.
Hindari menggunakan perhiasan atau aksesoris berbahan logam saat akan menjalani foto
rontgen karena dapat menghalangi gambar yang akan dihasilkan. Jika pasien memiliki
implan berbahan logam didalam tubuh beri tahu dokter sebelum pemeriksaan.
Prosedur pemeriksaan:
Saat pelaksaan foto rontgen pasien dapat diminta berbaring, duduk atau berdiri,
dan melakukan posisi tertentu sesuai dengan bagian tubuh yang akan difoto atau
diperiksa. Film foto berupa plat yang nantinya diolah menjadi gambar diletakkan sesuai
dengan bagian tubuh yang ingin difoto. Bagian tubuh yang tidak bisa dipindai biasanya
akan ditutupi dengan kain pelindung untuk mengindari paparan sinar-X.
Selanjutnya alat foto rontgen yang menyerupai tabung dan dilengkapi cahaya
akan diarahkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa. Alat tersebut akan memproduksi
sinar-X untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh pada film foto khusus.
Saat pengambilan foto rontgen pasien diminta untuk tidak bergerak dan menahan
napas agar gambar tidak kabur. Oleh karena itu, untuk pasien anak-anak terkadang
dibutuhkan tali penahan guna menaahan posisi anak agar tidak bergerak.
Selama pengambilan foto rontgen, pasien tidak merasakan apapun, namun untuk
pasien patah tulang, pasien dapat merasa nyeri atau tidak nyaman saat harus
memindahkan posisi. Pelaksanaan foto rontgen hanya berlangsung selama beberapa
menit. Akan tetapi untuk foto rontgen tertentu seperti penggunaan zat kontras, prosedur
dapat memakan waktu hingga 1 jam atau lebih
PEMBAHASAN
Intervensi ergonomis merupakan salah satu intervensi yang diusulkan dalam upaya
pencegahan dan pengobatan gangguan muskuloskeletal akibat pekerjaan. Menurut Diana dan
Fitria, dalam jurnal berjudul “Ergonomi Sebagai Upaya Pencegahan Musculoskeletal Disorders
pada pekerja”. Prinsip Utama dalam ergonomi adalah menyerasikan pekerjaan dengan pekerja
atau “fitting the job to the worker”. Ergonomi menyediakan desain stasiun kerja, peralatan, dan
perlengkapanyaman dan efisien untuk disesuaikan dengan kebutuhan pekerja. Pada akhirnya
akan tercipta lingkungan lingkungan kerja yang sehat, karena desain yang efektif dapat
mengendalikan potensi bahaya. Cara bekerja juga diatur sedemikian rupa agar tidak terjdi
ketegangan otot, kelelahan yang berlebih sehingga menyebabkan gangguan kesehatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mayasari, Diana dan Saftarina, F. (2016). Ergonomi sebagai Upaya Pecegahan Musculoskeletal
Disorders pada Pekerja. JK Unila Volume 1 Nomor 2.
Putri, Z.M, dkk. (2019). Dampak Gangguan Muskuloskeletal Akibat Pekerjaan Pada Perawat di
RI Siti Rahmah Padang Tahun 2019. Prosiding Seminar Kesehatan Perintis Vol.2 No.1.
Risnanto dan Insai, Uswatun. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish.