Disusun Oleh:
Andhika Audriansyah (161010500058) Mutiara (161010500046)
Ika Mustika Ningtyas (161010500067) Suci Rahmawati (161010500063)
Riska Chairasti (161010500056) Talitha El Zhafira H (161010500065)
Titik Pratiwi (161010500054) Tesa Apriyanti (161040500071)
Virginia Intan Lestari (161010500038)
Segala puji bagi Allah STW yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa
pula penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Penyakit Akibat
Kerja dengan judul “Musculoskeletal Disorders (MSDs)”. Selanjutnya penulis
mengungkapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 19
B. Saran ...................................................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders
(MSDs)merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini.
Gangguan ini akanmenyebabkan penurunan aktivitas kerja yang berdampak pula
pada output dari hasilkerja. Data dari Bureu of labor statistic (USA) menunjukkan
bahwa terdapat 335.390kasus berupa gangguan pada sistem otot rangka (MSDs)
pada tahun 2007 di industriAmerika Serikat. Kasus tersebut berkontribusi sebesar
29% dari total kasus kecelakaankerja industri. Dari statistik K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) industri di Inggris,total kejadian MSDs pada tahun 2007-2008
adalah 539.000 kasus. Kasus tersebutberkontribusi sekitar 40% dari total kasus
yang berkaitan dengan kecelakaan kerja(Iridiastadi dan Yassierli, 2015).
Indonesia tahun 2013 terdapat 428.844 kasus penyakitakibat kerja (Depkes,
2014). Di indonesia, data statistik MSDs belum tersedia secaramemadai. Kondisi
industri Indonesia lebih dominan pekerja fisik dan lemahnyapengawasan K3
dibandingkan dengan 2 negara maju diatas, cukup mengisyaratkanbahwa
prevalensi MSDs di Indonesia lebih tinggi (Iridiastadi dan Yassierli, 2015).
Gangguan muskuloskeletal adalah cedera atau kelainan sistem otot rangka
yang disebabkan oleh cedera akibat pembebanan yang tiba-tiba atau kelainan
sistem otot rangka dalam jangka panjang dan akan menyebabkan keluhan pada
otot, ligamen, sendi, tendon, syaraf. Istilah kelainan otot rangka jangka panjang
diakibatkan oleh pembebanan yang berlebihan secara berulang-ulang disebut
Musculoskeletal Disorders (MSDs) (Iridiastadi dan Yassierli, 2015).Menurut
Humantech yang dikutip Bukhori (2010), pada awalnya keluhan muskuloskeletal
menyebabkan rasa sakit, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar,
gangguan tidur, dan rasa terbakar, yang pada akhirnya
mengakibatkanketidakmampuan seseorang melakukan pergerakan dan koordinasi
gerakan anggotatubuh sehingga mengakibatkan efisiensi kerja berkurang dan
produktivitas kerja menurun.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa definisi dari musculoskeletal disorders?
2. Apa saja penyebab dari musculoskeletal disorders?
3. Apa saja faktor resiko dari musculoskeletal disorders?
4. Bagaimana gejala dari musculoskeletal disorders?
5. Apa saja jenis-jenis dari musculoskeletal disorders?
6. Bagaimana dampak dari musculoskeletal disorders?
7. Bagaimana penatalaksanaanmusculoskeletal disorders?
8. Bagaimana pencegahan musculoskeletal disorders?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi musculoskeletal disorders.
2. Untuk mengetahuipenyebab musculoskeletal disorders.
3. Untuk mengetahuifaktor resikomusculoskeletal disorders.
4. Untuk mengetahuigejalamusculoskeletal disorders.
5. Untuk mengetahuijenis-jenis musculoskeletal disorders.
6. Untuk mengetahuidampakmusculoskeletal disorders.
7. Untuk mengetahuipenatalaksanaanmusculoskeletal disorders.
8. Untuk mengetahuipencegahanmusculoskeletal disorders.
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
3. Repetisi/pengulangan
Risiko MSDs akan meningkat ketika bagian yang sama dari tubuh
digunakan berulang kali, dengan jeda sedikit atau kesempatan untuk
beristirahat. Tugas yang sangat berulang dapat menyebabkan kelelahan,
kerusakan jaringan, dan akhirnya nyeri dan ketidaknyamanan. Hal ini dapat
terjadi bahkan jika tekanan rendah dan postur kerja yang tidak terlalu
canggung. Dengan tugas yang berulang, tidak hanya penting untuk
mempertimbangkan bagaimana repetitif tugas tersebut tetapi juga:
a. Bagaimana para pekerja selama melakukan tugas
b. Postur diperlukan
c. Jumlah gaya yang digunakan
C. Faktor Resiko Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Menurut Pheasant (1991) dan Oborne (1995) dalam Zulfiqor (2010)
hubungan sebab akibat faktor penyebab timbulnya MSDs sulit untuk di jelaskan
secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko tertentu yang selalu ada dan
berhubungan atau turut berperan dalam menimbulkan MSDs. Faktor-faktor
tersebut bisa diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu pekerjaan, lingkungan, dan
manusia atau pekerja.
1. Faktor Pekerjaan
a. Postur Kerja
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi
bagian tubuh dari pisat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi keluhan otot
skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya karena ketidaksesuaian
pekerjaan dengan kemampuan pekerja (Grandjen, 1993).
b. Frekuensi
Frekuensi yang tinggi atau gerakan yang berulang dengan sedikit
variasi, dapat menimbulkan kelelahan dan ketegangan pada otot dan
tendon oleh karena kurang istirahat untuk pemulihan penggunaan yang
berlebihan pada otot, tendon, dan sendi, akibat terjadinya inflamasi atau
6
radang sendi dan tendon. Radang ini meningkatkan tegangan pada saraf
(Kurniawidjaja, 2010).
c. Durasi
Durasi kerja yaitu lama waktu bekerja yang dihabiskan pekerja
dengan postur janggal, membawa atau mendorong beban, atau melakukan
pekerjaan repetitif tanpa istirahat (Kurniawidjaja, 2010).
d. Beban
Beban merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
gangguan otot rangka. Berat beban yang direkomendasikan adalah 23-25
kg, sedangkan menurut Departemen Kesehatan mengangkat beban
sebaiknya tidak melebihi dari aturan yaitu laki-laki dewasa sebesar 15-20
kg dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15 tahun.
e. Alat Perangkai/Genggaman
Menurut Tarwaka (2004) pada saat tangan harus memegang alat
ataupun menekan tombol, maka jaringan otot tangan yang lunak akan
menerima tekanan langsung dari pegangan alat, apabila hal ini sering
terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot menetap.
2. Faktor Lingkungan
Faktor yang diklasifikasikan sebagai faktor llingkungan disini pada
dasarnya hampir sama dengan faktor penyebab sekunder terjadinya keluhan
Muskuloskeletal yaitu getaran, mikroklimat, dan tekanan.
a. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar,
penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
b. Mikroklimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan
kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja
menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan
otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu
lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan
7
sebagian energi yang ada pada tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk
beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apaabila hal ini tidak diimbangi
dengan pasokan energiyang cukup, makaakan terjadi kekurangan suplai
energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai
oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan
terjadi penimbunan asam laktat yang dapat meimbulkan nyeri otot.
c. Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak.
Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot
tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat,
dan apabila hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang
menetap.
3. Faktor Pekerja
Pada dasarnya faktor yang merupakan faktor pekerja ini hampir sama saja
dengan faktor penyebab kombinasi pada terjadinya keluhan muskuloskeletal.
Faktor-faktor yang diklasifikasikan menjadi faktor pekerja antara lain adalah:
a. Usia
Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada
umur 30 tahun dan semakin meningkat pada umur 40 tahun ke atas. Hal ini
disebabkan secara alamiah pada usia paruh baya kekuatan dan ketahanan
otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan pada otot
meningkat (Cindyastira, 2014).
b. Jenis Kelamin
Pada semua kelompok pekerjaan, angka prevelansi masalah
muskuloskeletal lebih besar pada wanita dibandingkan pada laki-laki.
Dominasi tertinggi pada wanita ditemukan untuk pinggul dan pergelangan
tangan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor fisiologis kekuatan otot pada
wanita. Otot-otot wanita mempunyai ukuran yang lebih kecil dan
kekuatannya hanya dua pertiga (60%) daripada otot-otot pria terutama otot
lengan, punggung dan kaki. Dengan kondisi alamiah yang demikian maka
wanita mempunyai tingkat risiko terkena gangguan muskuloskeletal lebih
8
Keluhan-keluhan pada tulang belakang yang dialami pekerja jika terus dibiarkan
juga berpeluang besar menyebabkan dislokasi bagian tulang punggung yang
menimbulkan rasa sangat nyeri dan bisa irreversible serta fatal.
Rasa sakit yang menganggu sistem muskuloskeletal pada saat bekerja
dapat menyebabkan pecahnya lempeng dan bahan atau bagian dalam yang
menonjol keluar serta mungkin menekan saraf-saraf di sekitarnya, hal tersebut
yang menyebabkan cidera atau bahkan menyebabkan kelumpuhan. Rasa nyeri
pada tubuh juga secara psikologis dapat menyebabkan menurunnya tingkat
kewaspadaan dan kelelahan akibat terhambatnya fungsi-fungsi kesadaran otak dan
perubahan-perubahan pada organ-organ di luar kesadaran sehingga berpotensi
menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sedangkan pada aspek
ekonomi perusahaan akan berdampak pada banyaknya pengeluaran biaya.
G. Penatalaksanaan Musculoskeletal Disorders (MSDs)
1. Terapi Obat-obatan
Sebagian besar korban dengan gangguan MSDs tidak ada terapi obat-
obatan spesifik. Contohnya tidak ada terapi obat khusus untuk meningkatkan
akselerasi pertumbuhan normal jaringan lunak setelah mengalami injury.
Walaupun begitu, peran terapi obat-obatan sangat penting dalam
penatalaksanaan gangguan MSDs. Setelah berkembangnya preparat farmasi,
beberapa obat memberikan dampak terhadap penatalaksanaan berbagai
gangguan MSDs.Terapi obat-obatan yang ladzim digunakan untuk gangguan
MsDs, meliputi analgetik, obat antiinflamasi non-steroid, agen kemoterapi,
kortikosteroid, vitamin dan obat-obat khusus.
2. Penatalaksanaan Ortopedi
a. Istirahat
b. Support
c. Pencegahan dan koreksi
3. Terapi Fisik dan Okupasi
Terapi fisik dan okupasi terutama berfokus pada mengevaluasi dan
memperbaiki penurunan kemampuan fungsional individu. Seorang terapis
akan membantu korban/pasien dalam mengoptimalkan kemandirian dan
12
pria adalah 110 cm dan wanita adalah 105 cm, sedangkan ketinggian
meja minimal untuk pria adalah 90 cm dan untuk wanita adalah 85 cm.
c. Menyediakan cukup ruang untuk kaki. Antara bagian tengah meja
harus lebih lebar 5 cm dengan tumpuan meja. Antara sandaran meja
dan jarak lantai minimal 75 cm.
d. Hindari jangkauan berlebihan. benda kerja, alat, dan kontrol yang
digunakan secara teratur harus ditempatkan di depan atau di dekat
tubuh. Jangkauan yang ditoleransi dalam pekerjaan duduk maupun
berdiri maksimal 50 cm.
e. Pilih permukaan kerja yang miring untuk membaca tugas.
f. Postur tangan dan lengan. Bekerja untuk jangka waktu yang lama
dengan tangan dan lengan dalam sikap tubuh yang buruk dapat
menyebabkan keluhan spesifik dari pergelangan tangan, siku, dan
bahu. Masalah ini timbul terutama dari manual handling alat.
g. Pilih model alat yang tepat. Sebuah alat tertentu sering tersedia dalam
berbagai model. Pilih model yang paling cocok untuk tugas dan postur
tubuh agar tidak terjadi permasalahan di persendian.
h. Bila menggunakan alat genggam, pergelangan tangan harus dijaga
selurus mungkin. Alat genggam tidak boleh terlalu berat. Alat
genggam yang masih bisa ditoleransi beratnya adalah sekitar 2 kg.
i. Perawatan alat. Alat kerja harus dijaga kualitasnya agar tidak
membutuhkan kekuatan yang besar dalam penggunaannya.
j. Bentuk genggaman. Bentuk dan lokasi genggaman di troli, mesin, dan
sebagainya harus mempertimbangkan posisi tangan dan lengan. Jika
seluruh tangan digunakan untuk mengerahkan kekuatan, handgrip
harus memiliki diameter sekitar 3 cm dan panjang sekitar 10 cm.
pegangannya harus agak cembung untuk meningkatkan kontak
permukaan dengan tangan.
k. Hindari melaksanakan tugas di atas bahu. Tangan dan siku harus
berada jauh di bawah bahu ketika melaksanakan tugas. Jika pekerjaan
18
19
DAFTAR PUSTAKA
20