Anda di halaman 1dari 17

TREN DAN ISU PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

MUSKULOSKELETAL
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen : Karmitasari Y.K,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :

Yunika 2017.C.09a.0872

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini tentang
“ Tren dan isu sistem Muskuloskeletal‘ ini hingga selesai. Harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palangkaraya, 08 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan .............................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Muskuloskeletal...................................................................3
2.2 Anatomi Sistem Muskuloskeletal......................................................................3
2.3 Skeletal / Sistem Rangka....................................................................................5
2.4 Tren dan Isu Sistem Muskuloskeletal................................................................6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................17
3.2 Saran ................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluhan pada sistem muskuloskeletal telah menjadi trend penyakit terbaru
berkaitan dengan pekerjaan di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun
negara industri (Chung, 2013). Keluhan muskuloskeletal atau Musculoskeletal
Disorder (MSDs) bersifat kronis, disebabkan adanya kerusakan pada tendon, otot,
ligament, sendi, saraf, kartilago, atauspinal disc biasanya menimbulkan rasa tidak
nyaman, nyeri, gatal dan pelemahan fungsi. Keluhan ini dipicu oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah faktor pekerjaan contohnya peregangan otot berlebih,
postur kerja yang tidak alamiah, gerakan repetitif, dan lingkungan seperti getaran,
tekanan dan mikroklimat (Tarwaka, 2013).
Pada tahun 2007, perawat di Amerika Serikat menduduki peringkat ketujuh
diantara seluruh pekerja yang menderita MSDs, dan insiden cedera
\muskuloskeletal 4.62/100 perawat per tahun (Shafiezadeh, 2011). Data dari The
Taiwan National Health Insurance Research Database selama tahun 2004 – 2010,
dari 3914 perawat, 3004 orang perawat menderita MSDs (76.24%). Namun
keterangan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, di
Indonesia belum terdapat data yang signifikan sehubungan bahaya di rumah sakit
khususnya keluhan muskuloskeletal. Sedangkan, literatur dan penelitian
sebelumnya lebih banyak dilakukan pada pekerja industri.

Shafiezadeh (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa diantara petugas


kesehatan yang bekerja di rumah sakit, perawat memiliki tingkat resiko tertinggi
terhadap keluhan muskuloskeletal karena mereka merupakan kelompok terbesar
yang bekerja di rumah sakit. Perawat memberikan pelayanan keperawatan selama
24 jam penuh terlebih perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD). Perawat IGD
dituntut memberikan pelayanan secara sigap, cermat, cekatan serta tepat baik
untuk klien maupun keluarga sesuai dengan standart operasional prosedur (SOP)
yang telah ditentukan. Dalam penelitian Kasmarani (2012) menemukan bahwa
tingkat beban kerja mental 70,1 % berpengaruh pada stress kerja perawat IGD.
Anatomi adalah ilmu yg mempelajari suatu bangun atau suatu bentuk dengan
mengurai-uraikannya ke dalam bagian-bagiannya. Dilihat dari sudut kegunaan,
bagian paling penting dari anatomi khusus adalah yang mempelajari tentang
manusia dengan berbagai macam pendekatan yang berbeda. Dari sudut medis,
anatomi terdiri dari berbagai pengetahuan tentang bentuk, letak, ukuran, dan
hubungan berbagai struktur dari tubuh manusia sehat sehingga sering disebut
sebagai anatomi deskriptif atau topografis. Kerumitan tubuh manusia
menyebabkan hanya ada sedikit ahli anatomi manusia profesional yang benar-
benar menguasai bidang ilmu ini; sebagian besar memiliki spesialisasi di bagian
tertentu seperti otak atau bagian dalam.
Anatomi tubuh sangat penting untuk dipelajari khususnya bagi mahasiswa
kesehatan. Sebab ketika sudah di rumah sakit sebagai tenaga kesehatan dituntut
untuk dapat melayani pasien. Untuk itulah makalah ini dibuat, sebagai langkah
awal untuk mempelajari anatomi tubuh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Muskuloskeletal
2. Apa saja tren dan isu pada sistemn muskuloskeletal
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menganalisa faktor – faktor yang mempengaruhi keluhan pada sistem
muskuloskeletal
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui apa saja tren dan isu Keperawatan Tentang
sistem Muskuloskeletal
1.4 Manfaat penulisan
Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran perawat Instalasi
Gawat Darurat ketika beraktivitas sehingga faktor yang berhubungan dengan
kejadian keluhan muskuloskeletal dapat diminimalisir. dan bagi Isntitusi
pendidikan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan
pertimbangan perlunya adanya materi Occupational Health Nursing atau
kesehatan dan keselamatan kerja bagi mahasiswa keperawatan.
BAB 2
PEM BAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Muskuloskeletal


Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot
(muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah
jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi
energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari
tulang-tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan
posisi.

1. Kerangka tubuh
Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh.
2. Proteksi
Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak
dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat
pada rongga dada (cavum
3. Ambulasi & Mobilisasi
Adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan tubuh dan
4. perpindahan tempat.
5. Hemopoesis
Berperan dalam pembentukan sel darah pada red marrow.
6. Deposit Mineral
Tulang mengandung 99 % kalsium & 90 % fosfor tubuh.
2.2 Anatomi Sistem muskuloskeletal
Muskuloskeletal terdiri atas :

1. Muskuler/Otot : Otot, tendon,dan ligamen


2. Skeletal/Rangka : Tulang dan sendi

2.2.1 Muskuler / Otot


Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi.
Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot
tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian
kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.

Fungsi sistem muskuler/otot:

1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat


otot tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot
menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri
atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis
menghasilkan panas untuk mepertahankan suhu tubuh normal.
Ciri-ciri sistem muskuler/otot:

1. Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak
melibatkan pemendekan otot.
2. Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh
impuls saraf.
3. Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi
panjang otot saat rileks.
4. Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi
atau meregang.

Jenis-jenis otot

1. Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada


rangka.
1) Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan
lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
2) Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.
3) Kontraksinya sangat cepat dan kuat.

Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka

1) Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-
serabut berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut otot.
2) Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai
banyak nukleus ditepinya.
3) Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan
bermacam-macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang
disebut dengan myofibril.
4) Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda
ukurannya :
5) yang kasar terdiri dari protein myosin
6) yang halus terdiri dari protein aktin/actin.
2. Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta
pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi,
urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
1) Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral.
2) Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron
(melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil.
3) Kontraksinya kuat dan lamban.
Struktur Mikroskopis Otot Polos

• Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh myofilamen-


myofilamen.
Jenis otot polos

Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk
berkontraksi.

1) Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding


pembuluh darah besar, pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada
otot mata yang memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan
pada otot erektor pili rambut.
2) Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun
dalam lapisan dinding organ berongga atau visera. Semua serabut dalam
lapisan mampu berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat
bereksitasi sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf
eksternal untuk hasil dari aktivitas listrik spontan.
3. Otot Jantung
1) Merupakan otot lurik
2) Disebut juga otot seran lintang involunter
3) Otot ini hanya terdapat pada jantung
4) Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga
mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
Struktur Mikroskopis Otot Jantung

• Mirip dengan otot skelet


• Gambar .1

Otot Rangka Otot Polos Otot Jantung

Kerja Otot

1. Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)


2. Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
3. Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
4. Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
5. Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan)
6. Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)
2.2.2 Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang
terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang
dengan otot atau otot dengan otot.

Gambar.2

Tendon

2.2.3 Ligamen

Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan


jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus
tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.

Beberapa tipe ligamen :

1. Ligamen Tipis

Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament kolateral


yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya
pergerakan.

2. Ligamen jaringan elastik kuning.

Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus dan


memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.

Gambar.3
Ligamen

2.3 Skeletal / sistem rangka

Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-tulang. Tubuh
kita memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Bagian terpenting adalah
tulang belakang.

Fungsi Sistem Skeletal :

1. Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.


2. Membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan
otot-otot yang.
3. Melekat pada tulang
4. Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan salah satu
jaringan pembentuk darah.
5. Merupakan tempat penyimpanan bagimineral seperti calcium daridalam
darah misalnya.
6. Hemopoesis
Struktur Tulang

1. Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak hidup
(matriks).
2. Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang).
3. Osteoblas membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam mineral.
4. Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas baru akan dibentuk.
5. Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan berubah menjadi osteosit (sel
tulang dewasa).
6. Sel tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel perusakan
tulang).

Jaringan tulang terdiri atas :

a. Kompak (sistem harvesian  matrik dan lacuna, lamella intersisialis)


b. Spongiosa (trabecula yang mengandung sumsum tulang dan pembuluh
darah)
Klasifikasi Tulang berdasarkan penyusunnya

1. Tulang Kompak

a. Padat, halus dan homogen

b. Pada bagian tengah terdapat medullary cavity yang mengandung ’yellow


bone marrow”.

c. Tersusun atas unit : Osteon  Haversian System

d. Pada pusat osteon mengandung saluran (Haversian Kanal) tempat


pembuluh darah dan saraf yang dikelilingi oleh lapisan konsentrik
(lamellae).

e. Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi oleh membran tipis yang


disebut periosteur, membran ini mengandung:

a) Bagian luar percabangan pembuluh darah yang masuk ke dalam


tulang
b) Osteoblas
2. Tulang Spongiosa

a. Tersusun atas ”honeycomb” network yang disebut trabekula.

b. Struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan.

c. Rongga antara trebakula terisi ”red bone marrow” yang mengandung


pembuluh darah yang memberi nutrisi pada tulang.

d. Contoh, tulang pelvis, rusuk,tulang belakang, tengkorak dan pada ujung


tulang lengan dan paha.
Klasifikasi Tulang berdasarkan Bentuknya

1. Tulang panjang, contoh: humerus, femur, radius, ulna


2. Tulang pendek, contoh: tulang pergelangan tangan dan pergelangan kaki
3. Tulang pipih, contoh: tulang tengkorak kepala, tulang rusuk dan sternum
4. Tulang tidak beraturan: contoh: vertebra, tulang muka, pelvis
Pembagian Sistem Skeletal

1. Axial / rangka aksial, terdiri dari :


1) tengkorak kepala / cranium dan tulang-tulang muka
2) columna vertebralis / batang tulang belakang
3) costae / tulang-tulang rusuk
4) sternum / tulang dada
2. Appendicular / rangka tambahan, terdiri dari :
1) tulang extremitas superior
a. korset pectoralis, terdiri dari scapula (tulang berbentuk segitiga) dan
clavicula (tulang berbentuk lengkung).
b. lengan atas, mulai dari bahu sampai ke siku.
c. lengan bawah, mulai dari siku sampai pergelangan tangan.
d. tangan
2) tulang extremitas inferior: korset pelvis, paha, tungkai bawah, kaki.

2.4 Tren dan isu Keperawatan Pada Sistem Muskuloskeletal

1. ANALISIS FAKTOR RISIKO GANGGUAN MUSKULOSKELETA
L PADA PEKERJA SHIFT PAGI ASSEMBLING 1 DI PT. X
SUNTER ASSEMBLY PLANT JAKARTA UTARA
Penelitian ini mengambil 5 orang laki – laki sebagai informan utama.
Umur kelima informan penelitian yaitu 25 tahun, 18 tahun, 21 tahun,
20 tahun dan 27 tahun. Semua informan utama yang diteliti disini
berprofesi sebagai team member pemasangan under body di PT. X
Sunter Assembly Plant Jakarta Utara. Seluruh informan memiliki
pendidikan terakhir yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Berdasarkan deskripsi karakteristik informan utama bahwa umur 18-45
tahun merupakan produktif untuk kekuatan otot yang digunakan saat
bekerja. Informan
Analisis Faktor Beban Kerja Man power yang bekerja sebagai team
member melakukan kegiatan mengangkat beban dengan berat 5-7 kg
dan menggunakan bantuan alat hidrolik pada lokasi kerja axle,
propeller dan fuel tank. Sedangkan untuk lokasi kerja lainnya
repairman dan lateral control mengangkat beban 1-3 kg tidak
menggunakan alat bantu hidrolik. Alat hidrolik juga berfungsi untuk
menjangkau beban yang diangkat lalu dipasang pada under body
dengan ketinggian ± 1,5 meter. Hal lain yang \mempengaruhi yakni
bentuk part, ukuran part, jarak beban yang diletakkan di rak dolly dan
towing ke tubuh, ketinggian beban, postur tubuh member saat
mengangkat, jarak angkat dan kecepatan gerak. Dept. EHS sudah
menetapkan SOP untuk proses angkat angkut di line chassis 2 yaitu
SOP EHS No. 121 dan 320 Simulasi Ergonomi (Mengangkat Beban
Berat).

3. POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL


DISORDERS PADA PEKERJA MANUAL HANDLING BAGIAN
ROLLING MILL
Dalam proses produksi, banyak kegiatan yang menggunakan tenaga manusia,
misalnya dalam proses pengolahan bahan, pengepakan dan pengangkutan
hasil produksi secara manual atau manual handling. Hal tersebut apabila tidak
dilakukan dengan cara yang benar, maka akan mengakibatkan gangguan pada
system otot, tulang, tendon, dan syaraf disebut dengan musculoskeletal
disorders. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan
antara postur kerja dengan kejadian keluhan musculoskeletal disorders.
Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross
sectional, sampel penelitian ini menggunakan total populasi pekerja yang
berjumlah 15 orang. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan
pengisian kuesioner. Postur pekerja diukur menggunakan metode penilaian
REBA, serta kejadian keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) diukur
melalui pengisian lembar Nordic Body Map (NBM). Data dianalisis
menggunakan uji korelasi spearman. Hasil penelitian ini yaitu sebanyak
73,34% (11 orang) postur kerja pekerja dengan kategori sangat tinggi,
73,34% (11 orang) pekerja mengalami keluhan MSDs dengan kategori
sedang. Nilai koefi sien korelasi spearman sebesar 0,770 yang artinya ada
hubungan yang sangat kuat antara postur kerja dengan keluhan MSDs. Postur
kerja yang tidak ergonomi atau tidak alamiah dapat menyebabkan kejadian
keluhan MSDs. Semakin buruk postur kerja, maka keluhan musculoskeletal
semakin besar. Pihak perusahaan melakukan redesign layout, salah satunya
dengan menghindarkan lantai bertingkat. Melakukan pengawasan rutin pada
kegiatan yang berisiko terjadinya cidera, dan mengadakan secara rutin
kegiatan olah raga satu kali dalam seminggu.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot
(muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah
jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi
energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari
tulang-tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan
posisi.

Sebagian besar postur kerja pekerja memiliki tingkat risiko (menggunakan


metode REBA) dengan kategori sangat tinggi, sebagian besar pekerja mengalami
keluhan Musculoskeletal Disorders dengan tingkat keluhan kategori sedang, dan
faktor postur kerja mempunyai keeratan hubungan yang sangat kuat dengan
kejadian keluhan musculoskeletal disorders.

3.2 Saran
Saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah perlunya upaya pembenahan
sarana perkuliahan, khususnya kursi perkuliahan dengan tujuan untuk mengurangi
keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa. Disamping itu perlunya juga
pergerakanpergerakan kecil dari mahasiswa selama proses belajar mengajar untuk
mengurangi kondisi duduk statis yang biasa dilakukan oleh mahasiswa.
Beberapa hal yang dapat dilaksanakan oleh para pekerja seperti rutin
berolahraga, melakukan peregangan dan istirahat di sela-sela waktu kerja dapat
mengurangi kelelahan dan meningkatkan variasi aktivitas otot selama melakukan
pekerjaan yang monoton dalam waktu yang lama untuk mencegah timbulnya
gangguan serta progesivitas dari gangguan muskuloskeletal.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai