Disusun oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang hinggasaat ini masih
memberikan nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberikan kesempatan luar
biasa untuk dapat menyelesaikan penulisan makalah terkait asuhan keperawatan
gangguan muskuloskeletal : oasteosarkoma. Sekaligus pula kami menyampaikan rasa
terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Ibu Ika Nur Pratiwi, S.Kep.,Ns.,M.Kep
selaku dosen pengampu makalah ini.
Surabaya, 2020
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6
2.1 Konsep Muskuloskeletal.......................................................................................6
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi....................................................................................6
2.2 Konsep Osteosarkoma........................................................................................14
2.2.1 Definisi Osteosarkoma.................................................................................14
2.2.2 Etiologi Osteosarkoma.................................................................................14
2.2.3 Klasifikasi Osteosarkoma............................................................................14
2.2.4 Manifestasi Klinis Osteosarkoma................................................................15
2.2.5 Patofisiologi Osteosarkoma.........................................................................16
2.2.6 WOC Osteosarkoma....................................................................................17
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Osteosarkoma.......................................................20
2.2.8 Penatalaksanaan Osteosarkoma...................................................................20
2.2.9 Komplikasi Osteosarkoma...........................................................................21
2.2.10 Asuhan Keperawatan Teoritis....................................................................22
BAB 3 TINJAUAN KASUS.......................................................................................26
3.1 Asuhan Keperawatan Ostesarkoma...................................................................26
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................53
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................53
4.2 Saran...................................................................................................................53
BAB 5 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................54
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
2. Mengetahui konsep dari penyakit osteosarkoma
3. Memahami asuhan keperawatan pada klien yang mengidap osteosarkoma
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Muskuloskeletal
Muskulo/otot
Otot adalah organ yang memungkinkan tubuh dapat bergerak.Semua sel-sel otot
mempunyai kekhususan yaitu berkontraksi.Terdapat lebih dari 600 buah otot pada
tubuh manusia.Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang
kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat dibawah
permukaan kulit.
Fungsi sistem muskulo
- Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tesebut
melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
- Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saaat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk
terhadap gaya gravitasi.
- Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas
untuk mempertahankan suhu tubuh normal.
- Menyimpan cadangan makanan.
- Memberi bentuk luar tubuh.
6
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.Serabut
otot sangat panjang, panjangnya sampai 30 cm berbentuk silindris dengan
lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.Setiap serabut memiliki
banyak inti yang tersusun di bagian perifer.Kontraksi otot rangka sangat
cepat, kuat, sebentar dan cepat lelah. Struktur mikroskopis otot rangka yakni:
Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-
serabut berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber/ serabut otot.
Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai
banyak nukleus ditepinya
Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan
bermacam-macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang
disebut dengan myofibril.
Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda
ukurannya. Jenis yang kasar terdiri dari protein myosin sedangkan yang
halus terdiri dari protein aktin.
b) Otot polos
Merupakan otot tidak berlurik dan involunter.jenis otot ini dapat ditemukan
pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding
tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan
sistem sirkulasi darah. otot polos adalah serabut otot berbentuk spindel
dengan nukleus sentral, berukuran kecil berkisar antara 20 mikron (melapisi
pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil. kontraksi otot
polos kuat dan lambat.
Otot polos unit ganda, ditemukan pada dindng pembuluh darah besar,
pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang
memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor
pili rambut.
Otot polos unit tunggal (viseral), ditemukan tersusun dalam lapisan
dinding organ berongga atau visera.
c) Otot jantung
Otot jantung merupakan otot lurik, disebut juga otot seran lintang
involunter.otot ini hanya terdapat pada jantung. otot jantung bekerja terus
7
menerus ssetiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa
istirahat, yaitu setiap kali berdenyut. inti otot jantung berada di tengah,
serabut ototnya bercabang dan bersatu dengan serabut disebelahnya,
kontraksi otot jantung otomatis dan ritmis.
Tonus otot
Pada saat keadaan otot tidak digerakkan otot tersebut memang tidak dalam
keadaan fleksi namun terdapat renggangan dalam satuan tertentu antar otot,
keadaan renggangan inilah yang disebut dengan tonus otot (kontraksi yang terus
dipertahankan oleh otot).
Kelelahan otot
Kelelahan otot adalah otot yang berkontraksi kuat secara terus
menerus.penyebab kelelahan otot adalah : kehabisan cadangan glikogen,
transmisi signal melalui neuromuskular junction berkurang, gangguan suplai
nutrien terutama O2, gangguan aliran darah.
8
Remodelling otot
a) Hipertrofi otot disebabkan karena peningkatan filamen aktin dan myosin.
b) Atrofi otot disebabkan karena penurunan filamen aktin dan myosin.
Rigor mortis
Merupakan kontraktur yang terjadi beberapa jam setelah meninggal.
penyebabnya adalah hilangnya semua ATP sehingga menyebabkan gagalnya
relaksasi otot. rigor mortis akan hilang setelah 15-25 jam, bila protein otot sudah
mengalami penghancuran akibat proses etolisis oleh enzim lisosom.
Skeletal / tulang
Fungsi tulang
a) Penunjang (support)
- Tulang-tulang ekstremitas inferior, cingulum pelvicum, columna
vertebralis.
- Mandibula pada gigi.
- Tulang lainnya yang menunjang organ dan jaringan
b) Perlindungan (protection)
- Cranium melindungi otak
- Costae dan sternum yang melindungi paru-paru dan jantung
- Vertebrae melindungi corda spinalis.
c) Pergerakan (movement)
9
- 99% kalsium tubuh
- 85% fosfor
- Jaringan adipose terdapat pada cavum medullare tulang-tulang tertentu.
e) Hematopoiesis
- Pembentukan sel-sel darah di cavum medullare
Komposis tulang
a) Air : 50%
b) Padatan : 50%
- Organik 31% (1/3) : terdiri dari serabut kolagen dan materi organik yang
lain yang disekresi oleh osteoblast, fleksibilitas terhadap stretching dan
twisting.
- Inorganik 69% (2/3) : terutama terdiri dari : kalsium fosfat dan kalsium
hidroksi, menghasilkan tulang yang keras dan tahan terhadap tekanan.
Klasifikasi tulang
Berdasarkan letak:
a) Axial skeleton
- Membentuk sumbu panjang tubuh
- Terdiri dari : cranium, columna vertebralis, dan costae.
- Berfungsi sebagai : proteksi dan support.
b) Appendicular skeleton
- Tulang-tulang ekstremitas superior dan inferior beserta cingulumnya
(cingulum pectorale dan pelvicum).
- Berfungsi sebagai : lokomosi dan perlindungan terhadap lingkungan.
Berdasarkan struktur:
a) Pars cartilaginosa
- Perichondrium
b) Pars ossea
10
- Periostenum, terdiri dari : osteoprogenitor, osteoblast.
- Endosteum, terdiri dari : osteoblast, osteoclast.
- Substantia compacta
- Substantia spongiosa (trabecularis)
Berdasarkan bentuk:
a) Os longum (terutama pada skeleton appendiculare)
- Epiphysis
- Diaphysis
- Metaphysis
b) Os breve
- Cuboid : os carpalia
- Eksterior : subs compacta, interior: subs spongiosa
c) Os planum
- Subs compacta lebih sedikit dari pada subs spongiosa
- Os scapulae, sternum, costae.
d) Os irregular
- Bentuk tidak beraturan
- Os vertebrae, coxae, sphenoidalem, ethmoidale.
b) Hormon
Pada anak-anak berfungsi sebagai stimulan pembelahan sel. hormon yang
berpengaruhi adalah hormon pertumbuhan (di kelenjar pituitary), hormone
tyrosin dan calcitonin (di kelenjar tiroid), hormon insulin (di kelenjar
pankreas), kelenjar paratiroid, hormon estrogen dan progesterone
(diovarium dan testis).
11
Proses penuaan pada tulang
a) Demineralisasi- kehilangan mineral (osteoporosis)
- Pada wanita umur 40-45 tahun karena turunnya kadar estrogen dengan
cepat
- Pada laki-laki dimulai usia 60 tahun dan bertahap.
Sendi
Definisi sendi
Sendi adalah tempat dimana dua tulang atau lebih saling berhubungan, dimana
di antara tulang-tulang ini dapat terjadi pergerakan atau tidak.
Klasifikasi sendi
Berdasarkan jaringan penghubungnya:
a) Sendi fibrosa
Adalah suatu persendian, dimana permukaan tulang yang bersendi
dihubungkan oleh jaringan fibrosa, sehingga kemungkinan geraknya
12
sangat sedikit. Contoh: Sutura yang menghubungkan tengkorak, Art.
Tibio fibularis inferior.
b) Sendi kartilagenosa
Terdiri atas:
a) Sendi kartilaginosa primer
Adalah suatu persendiaan yang tulang-tulangnya disatukan oleh suatu
lempeng atau potongan rawan hyaline.pada persendiaan ini tidak ada
pergerakan yang mungkin dilakukan. Contoh : Persatuan antara
epifise dan diafise, Antara iga I dan manubrium sterni.
c) Sendi synovial
- Adalah suatu persendian yang mempunyai kemungkinan gerak
banyak sekali, karena terdapatnya diskontinuitet diantara tulang-
tulang yang bersendi (terdapatnya rongga sendi).
d) Stabilitas sendi
Tergantung pada:
a) Bentuk, ukuran, dan permukaan sendi. Contoh: ball dan socket
pada sendi panggul.
b) Ligamentum
Ligamentum fibrosa mencegah pergerakkan sendi yang
berlebihan
Ligamentum elastik mengembalikan ke panjang asalnya setelah
teregang
c) Tonus otot
13
Merupakan faktor utama mengatur stabilitas.
Persayaratan sendi yakni:
- Kapsula dan ligamentum : mendapat banyak suplai saraf
sensoris
- Rawan sendi : mempunyai sedikit ujung saraf.
14
Penyakit tulang displasia, termasuk penyakit Paget, fibrous displasia,
enchondromatosis, dan beberapa keturunan eksotosis dan
retinoblastoma (germ-line form) merupakan faktor risiko
15
osteosarcoma, fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna,
kondrosarkoma, tumor ewing, limfoma tulang maligna.
2.2.4 Manifestasi Osteosarkoma
Menurut Smeltzer (2008), manifestasi klinis dari Osteosarkoma
adalah :
a. Nyeri/pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresivitas penyakit).
b. Pembengkakan pada tulang atas atau persendian serta pergerakan
terbatas
c. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu tubuh kulit di atas
massa serta adanya pelebaran vena
d. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk,
demam, berat badan menurun dan malaise.
2.2.5 Patofisiologi Osteosarkoma
Penyebab osteosarkoma tidak diketahui, namun berbagai agen dan
status penyakit dihubungkan dengan perkembangan penyakit
ini.Osteosarkoma dipercaya berasal dari sel stem mesenkim atau sel
osteoprogenitor yang mengalami gangguan dalam jalur diferensiasi
osteoblas. Beberapa studi membuktikan bahwa osteosarkoma mempunyai
cancer stem cells. Penyebab yang paling diketahui berhubungan dengan
penyakit ini ialah radiasi. Osteosarkoma setelah terapi radiasi merupakan
komplikasi yang jarang dan biasanya terjadi setelah 15 tahun kemudian
(antara 3-55 tahun).Sekitar 70% penyakit ini mempunyai abnormalitas
genetik seperti penyimpangan struktur kompleks dan jumlah
kromosom.Studi molekuler menunjukkan bahwa tumor ini biasanya
mempunyai mutasi pada tumor suppressor gen dan onkogen termasuk Rb,
TP53, INK4a, MDM2 dan CDK4.
Rb dikenal sebagai regulator negatif yang kritis dalam siklus sel. Kasus
dengan mutasi Rb mempunyai peningkatan risiko osteosarkoma 1000 kali
dan mutasi ini terdapat pada 70% kasus osteosarkoma sporadik. TP53,
berfungsi sebagai penjaga integritas genomik oleh promosi reparasi DNA
dan apoptosis dari kerusakan sel yang ireversibel. Kasus sindrom Li-
Fraumeni dengan mutasi gen TP53 mempunyai insiden tinggi tumor ini.
16
Keadaan yang mengganggu fungsi TP53 biasanya ditemukan pada tumor
sporadik.INK4a inaktif pada banyak osteosarkoma. Gen ini mengode dua
tumor supresor, p16 (regulator negatif dari cyclin-dependent kinase) dan
p14 (menambah fungsi p53). MDM2 dan CDK4 merupakan regulator
siklus sel yang menghambat fungsi p53 dan RB, dan ekspresinya tampak
berlebihan pada banyak osteosarkoma derajat rendah, sering melalui
amplifikasi kromosom regio 12q13-q15.Insiden puncak penyakit ini
terjadi pada dewasa dengan pertumbuhan yang cepat, sering pada regio
growth plate tulang (pertum-buhan tulang yang paling cepat).Proliferasi
yang meningkat pada sisi ini dapat merupakan predisposisi untuk mutasi
yang mengatur perkembangan osteosarcoma. Penelitian Endo-Munoz et
al. menemukan bahwa pada osteosarkoma terdapat peningkatan ekspresi
IDI dan penurunan ekspresi S100AB secara bermakna. IDI adalah suatu
inhibitor diferensiasi sel osteoklas sedangkan S100AB sangat terekspresi
pada osteoklas. Hal ini berpotensi sebagai terapi target osteosarkoma.
Didapatkan jumlah osteoklas yang menurun pada osteosarkoma.Keadaan
ini dapat terlibat pada metastasis osteosarkoma, tetapi bagaimana
mekanisme osteosarkoma menginduksi penurunan osteoklas belum
jelas.Terjadinya osteosarkoma ekstraskeletal belum jelas, namun riwayat
radiasi, trauma dan transformasi maligna dari miositis osifikans telah
diteliti menjadi etiologi osteosarcoma.
Kerusakan gen
Neoplasma
17
Osteosarkoma
B1 B2
Osteolitik meningkat
Hiperkalasemia
B2 B3 B4 B5 B6
D. 0019
Defisit
Nutrisi
Penatalaksanaan medis
Pembedahan : Kemoterapi
eksisi, amputasi
Radiasi Medikamentosa
D. 0083 Alergi
Gangguan
Integritas
D. 0083
Kulit/Jaringan
Gangguan
Integritas
Kulit/Jaringan
21
Menurut Brunner and Suddart (2008), komplikasi dari Osteosarkoma
yaitu :
a. Akibat langsung : Patah tulang
b. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan
kekebalan tubuh dan metastase paru.
c. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel
darah, perubahan jenis kulit dan kebotakan pada kemoterapi.
2.2.10 Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
1) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, tanggal MRS, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, dan diagnosa
medis.
2) Keluhan utama : nyeri pada tulang.
3) Riwayat penyakit sekarang : bengkak pada area sekitar persendian, lemah, letih,
dan malas beraktivitas.
4) Riwayat penyakit dahulu : riwayat pembedahan, hipertensi, diabetes, jantung,
serta alergi (obat, makanan, dll).
5) Riwayat penyakit keluarga : osteosarkoma termasuk penyakit keturunan atau
genetik.
6) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : merokok, alkohol, dan aktivitas
seperti olahraga.
7) Data penunjang :
(1) Data psikologis : keadaan psikologis klien setelah mengetahui diagnosa
media yang ditegakkan.
(2) Data sosial : teman tinggal klien saat di rumah.
(3) Data ekonomi : penghasilan klien.
8) Pemeriksaan fisik :
(1) TTV : suhu 37oC, nadi 90x/menit, tekanan darah 120/100 mmHg, dan RR
24x/menit
(2) Sistem pernapasan : tidak ada suara napas tambahan dan tidak
menggunakan alat bantu napas, namun umumnya akan terjadi perubahan
pola napas
(3) Sistem kardiovaskuler : terjadi peningkatan nadi dan tekanan darah,
keadaan ini tergantung dari nyeri yang dirasakan
22
(4) Sistem persyarafan : kaji fungsi cerebral, kranial, dan sensori. Umumnya
akan terjadi nyeri superfisial, peningkatan dan/atau penurunan sensasi suhu
dan sensasi posisi
(5) Sistem perkemihan : kaji keluhan nyeri tekan saat berkemih
(6) Sistem pencernaan : kaji keadaan mulut, gigi, bibir, dan abdomen untuk
mengetahui peristaltik usus. Umumnya akan terjadi bising usus hiperaktif
(7) Sistem pengelihatan : tidak ada gangguan pada klien osteosarkoma
(8) Sistem pendengaran : tidak ada gangguan pada klien osteosarkoma
(9) Sistem muskuloskeletal : kekuatan otot klien menurun dan muncul nyeri
saat klien melakukan pergerakan
(10) Sistem integumen : muncul luka dengan panjang tergantung dengan luas
luka, terdapat kemerahan pada area sekitar luka, dan memiliki
kemungkinan terjadi pembesaran pada area luka
(11) Sistem endokrin : tidak ada gangguan pada klien osteosarkoma
9) Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap, yang meliputi Hb, Ht,
leukosit, trombosit, PT, dan APTT.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut b.d.agen pencedera (destruksi jaringan saraf) d.d.mengeluh nyeri,
bersikap protektif dengan posisi menghindari nyeri, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, pola napas berubah (D.0077).
2) Defisit Nutrisi b.d.faktor psikologis (stress dan keengganan untuk makan)d.d.
nyeri abdomen, nafsu makan menurun, dan bising usus hiperaktif (D. 0019).
3) Ansietas b.d. krisis situasional d.d. merasa khawatir akan kondisi yang dihadapi,
frekuensi nadi dan tekanan darah meningkat (D. 0080).
3. Rencana Intervensi
23
dengan kriteria hasil : nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Keluhan nyeri menurun
kualitas hidup
dengan nilai 5
- Sikap protektif dengan Terapeutik :
posisi menghindari nyeri
menurun dengan nilai 5 - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Frekuensi nadi membaik Edukasi :
dengan nilai 80x/menit
- Tekanan darah membaik - Jelaskan strategi meredakan nyeri
dengan nilai 110/80 - Anjurkan monitor nyeri secara
mmHg mandiri
- Pola napas membaik - Ajarkan terapi untuk mengurangi
dengan nilai 18x/menit rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
analgetik, jika perlu
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
pereda nyeri sebelum makan, jika
perlu
24
WIB
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1x24
- Identifikasi saat tingkat ansietas
jam, diharapkan Tingkat
Ansietas (L. 09093) berubah
menurun dengan kriteria - Monitor tanda-tanda ansietas
hasil : Terapeutik :
- Khawatir akibat kondisi - Gunakan pendekatan yang tenang
yang dihadapi menurun dan dengarkan keluhan dengan
dengan nilai 5 penuh perhatian
- Frekuensi nadi membaik - Motivasi dalam menghadapi
dengan nilai 80x/menit kondisi yang dihadapi
- Tekanan darah membaik - Diskusikan rencana realistis
dengan nilai 110/80 untuk kondisi yang akan datang
mmHg
Edukasi :
- Informasikan secara jelas
mengenai diagnosis dan
pengobatan mengenai kondisi
yang dihadapi
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
25
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Diagnosa Masuk :Obs Primary Bone Tumor ec Susp Osteosarcoma proximal tibia fibula
sinistra.
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Nn.M
2. Umur: 20 tahun
3. Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : S1 – Ekonomi Syariah
6. Pekerjaan : Mahasiswa
7. Alamat : Surabaya
8. Sumber Biaya :Orangtua
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan utama:Nyeri akibat adanya benjolan pada lutut sebelah kiri
26
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah dirawat : ya tidak √ kapan : diagnosa :
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak √ jenis :
Riwayat kontrol : tidak ada
3. Riwayat alergi:
Obat ya tidak√ jenis
- Jenis :
- Genogram : tidak ada riwayat penyakit kanker keluarga
MasalahKeperawatan :
PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan: Tidak ada
Alkohol ya tidak√
Keterangantidak ada
Merokok ya tidak √
Obat ya tidak √
27
Olahraga ya tidak √
2. Sistem Pernafasan
a. RR: 20x/menit
b. Keluhan: tidak ada sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk:tidak ada produktif tidak produktif
c. PCH: ya tidak √
d. Irama nafas teratur√ tidak teratur
e. Friction rub:tidak ada
f. Pola nafas Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
g. Suara nafas √ Vesikuler Bronko vesikuler
Tracheal Bronkhial MasalahKeperawatan :
Crackles
i. Penggunaan WSD:
- Jenis : tidak ada
- Jumlah cairan : tidak ada
- Undulasi : tidak ada
- Tekanan : tidak ada
j. Tracheostomy: ya tidak √
Lain-lain:tidak ada
28
e. Irama jantung: √ reguler ireguler
f. Suara jantung: √ normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....
4. Sistem Persyarafan
a. S :36,50C
MasalahKeperawatan :
b. GCS : 14
c. Refleks fisiologis √patella √ triceps √ biceps Tidak ada
d. Refleks patologis babinskybrudzinsky kernig
e. Keluhan pusing ya tidak√
P :
Q :
R :
S :
T :
29
5. Sistem perkemihan
MasalahKeperawatan
a. Kebersihan genetalia: √ Bersih Kotor
:tidak ada
b. Sekret: √ Ada √Tidak
c. Ulkus: Ada √Tidak
d. Kebersihan meatus uretra: √Bersih Kotor
e. Keluhan kencing: Ada √ Tidak
Bila ada, jelaskan:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
..........
f. Kemampuan berkemih:
√Spontan Alat bantu, sebutkan: kateter
Jenis :
Ukuran :
Hari ke :
g. Produksi urine : 400 ml/jam
Warna: kuning pucat
Bau : tidak ada bau
h. Kandung kemih : Membesar ya √ tidak
i. Nyeri tekan ya √ tidak
j. Intake cairan oral :800 cc/hari parenteral : IVFD RL 1500 cc/hari
k. Balance cairan:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......
o. Lain-lain:
Tidak ada
6. Sistem pencernaan
a. TB :150 cm BB : 42 kg
b. IMT : 18,7 Interpretasi :Ideal MasalahKeperawatan
c. LOLA :............... :tidak ada
30
l. Konsistensi: √ keras lunak cair lendir/darah
7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: tidak dikaji
MasalahKeperawatan :
OD OS Tidak ada
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: tidak dikaji
MasalahKeperawatan :
Tidak ada
31
OD OS
Aurcicula
MAE
Membran
Tymhani
Rinne
Weber
Swabach
b. Tes Audiometri:
Tidak dikaji
9. Sistem muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi: bebas terbatas√
b. Kekuatan otot: 5 5
1 5
32
P : nyeri karena benjolan
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : tulang tibia kiri
S : skala nyeri 7 dari skala 1-10
T : sejak 7 bulan yang lalu, nyeri terasa terus-menerus (kronis)
i. Sirkulasi perifer:
-CRT <3 detik
TERUS MENERUS
KELEMBABAN SANGAT LEMBAB KADANG2 BASAH JARANG BASAH 4
BASAH
LEBIH SERING
AKTIVITAS BEDFAST CHAIRFAST KADANG2 JALAN 1
JALAN
KEMUNGKINAN
NUTRISI SANGAT BURUK ADEKUAT SANGAT BAIK 3
TIDAK ADEKUAT
TIDAK
GESEKAN & POTENSIAL
BERMASALAH MENIMBULKAN 2
PERGESERAN BERMASALAH
MASALAH
NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan bahwa pasien berisiko
mengalami dekubitus (pressure ulcers). TOTAL NILAI 16
(15 or 16 = low risk; 13 or 14 = moderate risk; 12 or less = high risk)
33
b. Warna: sawo matang
c. Pitting edema: - grade: tidak ada
d. Ekskoriasis: ya tidak√ MasalahKeperawatan :
e. Psoriasis: ya tidak√
f. Pruritus: ya tidak√ Resiko infeksi
g. Urtikaria: ya tidak√
h. Lain-lain:
Ada tanda kemerahan pada kanker dibuktikan dengan hasil lab sel darah putih tinggi
- Infeksi : ya tidak√
- Riwayat luka sebelumnya : ya tidak√
Jika ya:
-Tahun : tidak ada
- Jenis Luka : tidak ada
- Lokasi : tidak ada
-
- Riwayat amputasi sebelumnya : ya tidak√
Jika ya:
Jika ya:
- Tahun :...................................
- Lokasi :...................................
f. ABI: 0,8
g. Lain-lain:
Tidak ada
Masalahkeperawatan :
Ansietas
34
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya:
Klien merasa cemas terhadap sakit yang di deritanya
e. Lain-lain:
Tidak ada
PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah MasalahKeperawatan :
- Sebelum sakit sering√ kadang- kadang tidak pernah
- Selama sakit sering√ kadang- kadang tidak pernah Tidak ada
Darah Lengkap (saat di UGD yellow zone tanggal 12 Agustus 2020 jam 13.51 WIB)
35
13,0 - 16,0 (L) g/d
45 - 55 (L) %
TERAPI
Tidak ada
36
( ardhiyeni )
37
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
ANALISIS DATA
12 Agustus
2020
-Klien mengeluh nyeri Rangsang osteoklas meningkat
- TD : 90/50 mmHg
- T : 36,50C
Ca + P masuk ke aliran darah
- RR : 20 x /menit
- N : 116
Hiperkalasemia
B6 ( Bone)
38
Osteoblas meningkat
Osifikasi meningkat
Nyeri ( 7 bulan )
Nyeri Kronis
DS : Ansietas
Osteosarkoma
Penatalaksanaan medis
Pembedahan : eksisi,
DO : amputasi
-Tampak Gelisah
39
-N : 116x/menit Pre operatif
Ansietas
12 Agustus
2020
-Klien mengeluh nyeri
Q : seperti ditusuk-tusuk
Leukopenia
DO :
Resiko Infeksi
40
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
41
RENCANA INTERVENSI
42
nyeri 6. Mengurangi rasa nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri pasien dengan mengontrol
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk lingkungan sekitar
mengurangi rasa nyeri 7. Pasien dapat memahami
Kolaborasi penyebab, periode, dan
pemicu nyeri yang dialami
Kolaborasi pemberian analgetik
8. Pasien dapat memahami
strategi meredakan nyeri
9. Pasien dapat mengurangi
rasa nyeri secara mandiri
dengan teknik
nonfarmakologis
45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
1. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(menganjurkan teknik relaksasi
untuk meredakan nyeri. Respon
pasien : pasien bersedia melakukan
47
teknik relaksasi)
2. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (respon
pasien: pasien lebih nyaman di
ruangan yang suhu tidak terlalu
dingin)
Edukasi
48
melakukannya
3. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Teknik relaksasi (respon pasien:
dapat membantu kenyamanan
pasien)
Kolaborasi
Observasi
(D.0080)
Ansietas
1. Memonito
r tanda-tanda ansietas (Verbal dan
non verbal )
49
Respon pasien, verbal : pasien
mengatakan bahwa ia khawatir
akibat kondisi yang dia hadapi. Non
verbal : pasien sering menyentuh
kakinya.
Terapeutik
50
Edukasi
52
BAB 4
4.1 Kesimpulan
Sistem musculoskeletal dalam tubuh meliputi tulang, persendian, otot, tendon
dan bursa.Tulang dalam tubuh memilik fungsi sebagai penunjang, perlindungan,
pergerakan, dan penyimpanan mineral. Jika sendi dalam tubuh memiliki fungsi
sebagai tempat dimana dua tulang atau lebih saling berhubungan dan memunculkan
suatu pergerakan.Sedangkan ototdalam tubuh memiliki fungsi sebagai organ yang
mengatur pergerakan, penopang tubuh, produksi panas, penyimpan cadangan
makanan, dan pemberi bentuk tubuh.
Osteosarkoma adalah kanker tulang dan dapat terjadi pada tulang apapun, biasanya
pada ekstremitas tulang panjang dekat lempeng pertumbuhan metafise. Faktor risiko
yang dapat menyebabkan osteosarkoma yaitu pertumbuhan tulang yang cepat, faktor
lingkungan, dan predisposisi genetik.
4.2 Saran
Perawat sebagai tim medis vital diharapkan mampu memahami dan
mengetahui masalah pada klien dengan osteosarkoma, agar perawat mampu
melakukan asuhan keperawatan sesuai standar operasional. Penyakit osteosarkoma
merupakan penyakit yang dapat kapan saja terjadi, sehingga perawat diharapkan
mampu untuk selalu siap siaga dan mampu berinteraksi dengan klien sehingga dapat
memenuhi kebutuhan klien. Hal ini ditujukan agar klien dapat mencapai tingkat
kesehatan yang optimal dan setinggi-tingginya.
53
DAFTAR PUSTAKA
Nurhikmayanti, A., & Winarti, Y. (2016). Asuhan Keperawatan pada Anak F yang
Mengalami Osteosarkoma di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie.
Rahmi, U., Kp, S., UR, M. K., & LA, L. A. R. OK307 ANATOMI FISIOLOGI.
Tim Pokja SDKI PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
54