Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH KEPERAWATAN ONKOLOGI

Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Osteosarkoma

Diajukan sebagai syarat memenuhi tugas mata kuliah

Dosen Pengampu : Ika Nur Pratiwi, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

KELAS A3-2018 – Kelompok 6

1. Ardhiyeni Hesti Oktavia (131811133035)


2. Alicia Novita Siregar (131811133036)
3. Theodora Putri Revenska Miru (131811133040)
4. Nur Anita Rachmawati (131811133143)
5. Nadira Emillita Muslimah (131811133153)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang hinggasaat ini masih
memberikan nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberikan kesempatan luar
biasa untuk dapat menyelesaikan penulisan makalah terkait asuhan keperawatan
gangguan muskuloskeletal : oasteosarkoma. Sekaligus pula kami menyampaikan rasa
terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Ibu Ika Nur Pratiwi, S.Kep.,Ns.,M.Kep
selaku dosen pengampu makalah ini.

Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh agar makalah ini mampu


berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan
terkait asuhan keperawatan gangguan muskuloskeletal: osteosarkoma. Selain itu kami
juga sadar bahwa pada makalah ini banyak sekali kekurangan serta jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebabitu, kami benar-benar menanti kritik dan saran pembaca
untuk kesempurnaan makalah ini dan kedepannya dapat kami aplikasikan dalam
pembuatan makalah selanjutnya. Di akhir pengantar ini, kami berharap hasil
pembahasan makalah ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca. Serta
tidak lupa juga kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam lapiran
hasil praktikum kami terdapat perkataan dan pernyataan yang tidak berkenan di hati
para pembaca.

Surabaya, 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6
2.1 Konsep Muskuloskeletal.......................................................................................6
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi....................................................................................6
2.2 Konsep Osteosarkoma........................................................................................14
2.2.1 Definisi Osteosarkoma.................................................................................14
2.2.2 Etiologi Osteosarkoma.................................................................................14
2.2.3 Klasifikasi Osteosarkoma............................................................................14
2.2.4 Manifestasi Klinis Osteosarkoma................................................................15
2.2.5 Patofisiologi Osteosarkoma.........................................................................16
2.2.6 WOC Osteosarkoma....................................................................................17
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Osteosarkoma.......................................................20
2.2.8 Penatalaksanaan Osteosarkoma...................................................................20
2.2.9 Komplikasi Osteosarkoma...........................................................................21
2.2.10 Asuhan Keperawatan Teoritis....................................................................22
BAB 3 TINJAUAN KASUS.......................................................................................26
3.1 Asuhan Keperawatan Ostesarkoma...................................................................26
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................53
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................53
4.2 Saran...................................................................................................................53
BAB 5 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................54

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem musculoskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa.
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25 % berat badan.
Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ – organ penting dalam
tubuh seperti jantung, paru, otak. Penyakit musculoskeletal adalah salah satu
penyakit yang banyak ditemukan di hamper seluruh dunia, bahkan World Health
Organization (WHO) sudah menetapkan bahwa tahun 2000–2010 sebagai“The
Bone and Joint Decade”. Penyakit musculoskeletal merupakan penyakit yang
terjadi pada otot, tendon, persendian, atau tulang, antara lain nyeri pada tulang
punggung, dan ekstremitas baik atas maupun bawah pada manusia.
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin
meningkatnya usia dan adanya factor risiko untuk terjadi kerusakan pada system
muskuloskeletal. Berdasarkan pravelansi yang ada gangguan sistem
musculoskeletal terkait keganasan adalah kasus osteosarcoma. Prevalensi OA di
Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita
(Soeroso, 2009). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis di Indonesia sebesar 11,9%
sedangkan di Sumatera Barat mencapai 12,7%.
Sedangkan untuk prevalansi fraktur cukup tinggi di Indonesia dan menurut
hasil survei tim Depkes RI 2013 mendapatkan 25% penderita fraktur mengalami
kematian, 45% cacat fisik, 15% stres psikologis seperti depresi, dan 10% sembuh
dengan baik. Dan untuk pravelansi osteosarkoma di Indonesia adalah 11%. Maka
dari itu dibutuhkan tenaga kesehatan terutama peran perawat untuk dapat
melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan menghasilkan kebutuhan dasar
pasien yang mengalami gangguan musculoskeletal terpenuhi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari muskuloskeletal?
2. Bagaimana konsep dari penyakit osteosarkoma?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengidap osteosarkoma?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dari muskuloskeletal

4
2. Mengetahui konsep dari penyakit osteosarkoma
3. Memahami asuhan keperawatan pada klien yang mengidap osteosarkoma

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Muskuloskeletal

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Muskuloskeletal

Muskulo/otot

Otot adalah organ yang memungkinkan tubuh dapat bergerak.Semua sel-sel otot
mempunyai kekhususan yaitu berkontraksi.Terdapat lebih dari 600 buah otot pada
tubuh manusia.Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang
kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat dibawah
permukaan kulit.
 Fungsi sistem muskulo
- Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tesebut
melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
- Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saaat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk
terhadap gaya gravitasi.
- Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas
untuk mempertahankan suhu tubuh normal.
- Menyimpan cadangan makanan.
- Memberi bentuk luar tubuh.

 Ciri-ciri sistem muskulo


- Kontraktilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau
tidak melibatkan pemendekan otot.
- Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh
impuls saraf.
- Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi
panjang otot saat rileks.
- Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi
atau meregang.
 Jenis-jenis otot
a) Otot rangka

6
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.Serabut
otot sangat panjang, panjangnya sampai 30 cm berbentuk silindris dengan
lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.Setiap serabut memiliki
banyak inti yang tersusun di bagian perifer.Kontraksi otot rangka sangat
cepat, kuat, sebentar dan cepat lelah. Struktur mikroskopis otot rangka yakni:
 Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-
serabut berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber/ serabut otot.
 Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai
banyak nukleus ditepinya
 Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan
bermacam-macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang
disebut dengan myofibril.
 Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda
ukurannya. Jenis yang kasar terdiri dari protein myosin sedangkan yang
halus terdiri dari protein aktin.

b) Otot polos
Merupakan otot tidak berlurik dan involunter.jenis otot ini dapat ditemukan
pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding
tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan
sistem sirkulasi darah. otot polos adalah serabut otot berbentuk spindel
dengan nukleus sentral, berukuran kecil berkisar antara 20 mikron (melapisi
pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil. kontraksi otot
polos kuat dan lambat. 
 Otot polos unit ganda, ditemukan pada dindng pembuluh darah besar,
pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang
memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor
pili rambut.
 Otot polos unit tunggal (viseral), ditemukan tersusun dalam lapisan
dinding organ berongga atau visera.

c) Otot jantung
Otot jantung merupakan otot lurik, disebut juga otot seran lintang
involunter.otot ini hanya terdapat pada jantung. otot jantung bekerja terus
7
menerus ssetiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa
istirahat, yaitu setiap kali berdenyut. inti otot jantung berada di tengah,
serabut ototnya bercabang dan bersatu dengan serabut disebelahnya,
kontraksi otot jantung otomatis dan ritmis.

 Karakteristik kontraksi otot


a) Kontraksi Isometrik : panjang otot tetap dan tonus otot meningkat
b) Kontraksi Isotonik : otot memendek dan tonus otot meningkat

 Tonus otot
Pada saat keadaan otot tidak digerakkan otot tersebut memang tidak dalam
keadaan fleksi namun terdapat renggangan dalam satuan tertentu antar otot,
keadaan renggangan inilah yang disebut dengan tonus otot (kontraksi yang terus
dipertahankan oleh otot).

 Kelelahan otot
Kelelahan otot adalah otot yang berkontraksi kuat secara terus
menerus.penyebab kelelahan otot adalah : kehabisan cadangan glikogen,
transmisi signal melalui neuromuskular junction berkurang, gangguan suplai
nutrien terutama O2, gangguan aliran darah.

 Sifat kerja otot


a) Fleksor X ekstensor
b) Supinasi X pronasi
c) Depressor X lefator
d) Sinergis X antagonis
e) Dilatator X konstriktor
f) Adduktor X abductor

 Mekanisme kerja otot

8
 Remodelling otot
a) Hipertrofi otot disebabkan karena peningkatan filamen aktin dan myosin.
b) Atrofi otot disebabkan karena penurunan filamen aktin dan myosin.

 Rigor mortis
Merupakan kontraktur yang terjadi beberapa jam setelah meninggal.
penyebabnya adalah hilangnya semua ATP sehingga menyebabkan gagalnya
relaksasi otot. rigor mortis akan hilang setelah 15-25 jam, bila protein otot sudah
mengalami penghancuran akibat proses etolisis oleh enzim lisosom.

Skeletal / tulang
 Fungsi tulang
a) Penunjang (support)
- Tulang-tulang ekstremitas inferior, cingulum pelvicum, columna
vertebralis.
- Mandibula pada gigi.
- Tulang lainnya yang menunjang organ dan jaringan

b) Perlindungan (protection)
- Cranium melindungi otak
- Costae dan sternum yang melindungi paru-paru dan jantung
- Vertebrae melindungi corda spinalis.

c) Pergerakan (movement)

d) Penyimpanan mineral dan jaringan lemak (adiposa)

9
- 99% kalsium tubuh
- 85% fosfor
- Jaringan adipose terdapat pada cavum medullare tulang-tulang tertentu.

e) Hematopoiesis
- Pembentukan sel-sel darah di cavum medullare

 Komposis tulang
a) Air : 50%
b) Padatan : 50%
- Organik 31% (1/3) : terdiri dari serabut kolagen dan materi organik yang
lain yang disekresi oleh osteoblast,  fleksibilitas terhadap stretching dan
twisting.
- Inorganik 69% (2/3) : terutama terdiri dari : kalsium fosfat dan kalsium
hidroksi,  menghasilkan tulang yang keras dan tahan terhadap tekanan.

 Klasifikasi tulang
 Berdasarkan letak:
a) Axial skeleton
- Membentuk sumbu panjang tubuh
- Terdiri dari : cranium, columna vertebralis, dan costae.
- Berfungsi sebagai : proteksi dan support.

b) Appendicular skeleton
- Tulang-tulang ekstremitas superior dan inferior beserta cingulumnya
(cingulum pectorale dan pelvicum).
- Berfungsi sebagai : lokomosi dan perlindungan terhadap lingkungan.

 Berdasarkan struktur:
a) Pars cartilaginosa
- Perichondrium

b) Pars ossea

10
- Periostenum, terdiri dari : osteoprogenitor, osteoblast.
- Endosteum, terdiri dari : osteoblast, osteoclast.
- Substantia compacta
- Substantia spongiosa (trabecularis)

 Berdasarkan bentuk:
a) Os longum (terutama pada skeleton appendiculare)
- Epiphysis
- Diaphysis
- Metaphysis

b) Os breve
- Cuboid : os carpalia
- Eksterior : subs compacta, interior: subs spongiosa

c) Os planum
- Subs compacta lebih sedikit dari pada subs spongiosa
- Os scapulae, sternum, costae.

d) Os irregular
- Bentuk tidak beraturan
- Os vertebrae, coxae, sphenoidalem, ethmoidale.

 Faktor pertumbuhan tulang


a) Nutrisi
Kecukupan vitamin dan mineral.

b) Hormon
Pada anak-anak berfungsi sebagai stimulan pembelahan sel. hormon yang
berpengaruhi adalah hormon pertumbuhan (di kelenjar pituitary), hormone
tyrosin dan calcitonin (di kelenjar tiroid), hormon insulin (di kelenjar
pankreas), kelenjar paratiroid, hormon estrogen dan progesterone
(diovarium dan testis).

11
 Proses penuaan pada tulang
a) Demineralisasi- kehilangan mineral (osteoporosis)
- Pada wanita umur 40-45 tahun karena turunnya kadar estrogen dengan
cepat
- Pada laki-laki dimulai usia 60 tahun dan bertahap.

b) Turunnya sintesa protein


- Hormon pertumbuhan menurun.
- Produksi kolageb menurun, tulang lebih keras dan mudah fraktur.

Sendi
 Definisi sendi
Sendi adalah tempat dimana dua tulang atau lebih saling berhubungan, dimana
di antara tulang-tulang ini dapat terjadi pergerakan atau tidak.

 Konmponen penunjang sendri


a) Ligamen : jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang.
b) Tendon : jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang.
c) Cairan synovial : cairan pelumas pada ujung-ujung tulang yang terdapat
pada bagian kapsul sendi.
d) Tulang rawan hialin : jaringan tulang rawan yang menutupi kedua ujung
tulang yang membentuk persendian dan berfungsi untuk menjaga
persendian dari benturan keras.

 Klasifikasi sendi
 Berdasarkan jaringan penghubungnya:
a) Sendi fibrosa
Adalah suatu persendian, dimana     permukaan tulang yang bersendi
dihubungkan oleh jaringan fibrosa, sehingga kemungkinan geraknya

12
sangat sedikit. Contoh: Sutura yang menghubungkan tengkorak, Art.
Tibio fibularis inferior.

b) Sendi kartilagenosa
Terdiri atas:
a) Sendi kartilaginosa primer
Adalah suatu persendiaan yang tulang-tulangnya disatukan oleh suatu
lempeng atau potongan rawan hyaline.pada persendiaan ini tidak ada
pergerakan yang mungkin dilakukan. Contoh : Persatuan antara
epifise dan diafise, Antara iga I dan manubrium sterni.

b) Sendi kartilaginosa sekunder


Adalah suatu persendian yang tulang-tulangnya disatukan oleh suatu
lempeng rawan fibrosa dan permukaan sendi ini diliputi oleh lapisan
rawan hialin yang tipispergerakan yang mungkin dilakukan 
tergantung pada sifat fisik rawan fibrosa. Contoh : Art.
Intervertebralis, Symphisis osis pubis.

c) Sendi synovial
- Adalah suatu persendian yang    mempunyai kemungkinan gerak
banyak sekali, karena terdapatnya diskontinuitet diantara tulang-
tulang yang bersendi (terdapatnya rongga sendi).

d) Stabilitas sendi
Tergantung pada:
a) Bentuk, ukuran, dan permukaan sendi. Contoh: ball dan socket
pada sendi panggul.
b) Ligamentum
Ligamentum fibrosa mencegah pergerakkan sendi yang
berlebihan
Ligamentum elastik mengembalikan ke panjang asalnya setelah
teregang

c) Tonus otot
13
Merupakan faktor utama mengatur stabilitas.
Persayaratan sendi yakni:
- Kapsula dan ligamentum : mendapat banyak suplai saraf
sensoris
- Rawan sendi : mempunyai sedikit ujung saraf.

2.2 Konsep Osteosarkoma

Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan


pada anak-anak. Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut. (Prince 2012)

Osteosarkoma adalah kanker tulang dan dapat terjadi pada tulang


apapun, biasanya pada ekstremitas tulang panjang dekat lempeng pertumbuhan
metafise. Tempat yang paling umum adalah femur (42% dan sebesar 75% di
femur distal), tibia (19% dan sebesar 80% di tibia proksimal), dan humerus
(10% dan sebesar 90% di humerus proksimal).

2.2.1 Etiologi Osteosarkoma


Menurut [ CITATION Seg14 \l 1057 ] penyebab pasti dari osteosarkoma
tidak diketahui. Namun, sejumlah faktor risiko yang dapat mempengaruhi
adalah sebagai berikut:
- Pertumbuhan tulang yang cepat
Pertumbuhan tulang yang cepat dapat mempengaruhi terjadinya
osteosarkoma. Ini berdasarkan pengamatan peningkatan insiden yang
tinggi di antara anjing yang berpostur besar (misalnya, Great Dane, St
Bernard, gembala Jerman), dan lokasi khas osteosarkoma ini di daerah
metafise berdekatan dengan lempeng pertumbuhan tulang panjang.
- Faktor lingkungan
Satu-satunya faktor risiko lingkungan yang diketahui adalah paparan
radiasi. Radiasi yang memacu osteosarkoma adalah bentuk
osteosarkoma sekunder.
- Predisposisi genetik

14
Penyakit tulang displasia, termasuk penyakit Paget, fibrous displasia,
enchondromatosis, dan beberapa keturunan eksotosis dan
retinoblastoma (germ-line form) merupakan faktor risiko

Menurut Muttaqin (2008) ada beberapa faktor yang menjadi etiologi


terjadinya keganasan pada tulang manusia yaitu:
1. Bahan kimia.
Bahan kimia seperti Dioxsin dan Phenoxy herbicide diduga dapat
menimbulkan sarcoma.
2. Trauma
Sekitar 30% kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai
riwayat trauma. Walaupun sarkoma timbul pada jaringan sikatrik
lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat
dibuktikan.
3. Limfedema kronis.
Limfedemakronis akibat oprasi atau radiasi dapat menimbulkan
limfangisarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas
superior ditemukan pada klien karsinoma mamma yang dapat
radio terapi pasca-mastektomi.
4. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang juga dapat di sebabkan
oleh tulang infeksi parasit, yaitu filariasis.

2.2.2 Klasifikasi Klinis Osteosarkoma


Terdapat 2 macam kanker tulang menurut Mariza Putri (2013), yaitu:
1. Kanker tulang metastasik atau kanker tulang sekunder
Merupakan kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi
kankernya bukan berasal dari tulang. Contohnya kanker paru-paru
yang menyebar ke tulang, dimana sel-sel kankernya menyerupai sel
paru dan bukan merupakan sel tulang.
2. Kanker tulang primer
Merupakan kanker yang berasal dari tulang. Yang termasuk ke
dalam kanker tulang primer adalah myeloma multiple,

15
osteosarcoma, fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna,
kondrosarkoma, tumor ewing, limfoma tulang maligna.
2.2.4 Manifestasi Osteosarkoma
Menurut Smeltzer (2008), manifestasi klinis dari Osteosarkoma
adalah :
a. Nyeri/pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresivitas penyakit).
b. Pembengkakan pada tulang atas atau persendian serta pergerakan
terbatas
c. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu tubuh kulit di atas
massa serta adanya pelebaran vena
d. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk,
demam, berat badan menurun dan malaise.
2.2.5 Patofisiologi Osteosarkoma
Penyebab osteosarkoma tidak diketahui, namun berbagai agen dan
status penyakit dihubungkan dengan perkembangan penyakit
ini.Osteosarkoma dipercaya berasal dari sel stem mesenkim atau sel
osteoprogenitor yang mengalami gangguan dalam jalur diferensiasi
osteoblas. Beberapa studi membuktikan bahwa osteosarkoma mempunyai
cancer stem cells. Penyebab yang paling diketahui berhubungan dengan
penyakit ini ialah radiasi. Osteosarkoma setelah terapi radiasi merupakan
komplikasi yang jarang dan biasanya terjadi setelah 15 tahun kemudian
(antara 3-55 tahun).Sekitar 70% penyakit ini mempunyai abnormalitas
genetik seperti penyimpangan struktur kompleks dan jumlah
kromosom.Studi molekuler menunjukkan bahwa tumor ini biasanya
mempunyai mutasi pada tumor suppressor gen dan onkogen termasuk Rb,
TP53, INK4a, MDM2 dan CDK4.
Rb dikenal sebagai regulator negatif yang kritis dalam siklus sel. Kasus
dengan mutasi Rb mempunyai peningkatan risiko osteosarkoma 1000 kali
dan mutasi ini terdapat pada 70% kasus osteosarkoma sporadik. TP53,
berfungsi sebagai penjaga integritas genomik oleh promosi reparasi DNA
dan apoptosis dari kerusakan sel yang ireversibel. Kasus sindrom Li-
Fraumeni dengan mutasi gen TP53 mempunyai insiden tinggi tumor ini.
16
Keadaan yang mengganggu fungsi TP53 biasanya ditemukan pada tumor
sporadik.INK4a inaktif pada banyak osteosarkoma. Gen ini mengode dua
tumor supresor, p16 (regulator negatif dari cyclin-dependent kinase) dan
p14 (menambah fungsi p53). MDM2 dan CDK4 merupakan regulator
siklus sel yang menghambat fungsi p53 dan RB, dan ekspresinya tampak
berlebihan pada banyak osteosarkoma derajat rendah, sering melalui
amplifikasi kromosom regio 12q13-q15.Insiden puncak penyakit ini
terjadi pada dewasa dengan pertumbuhan yang cepat, sering pada regio
growth plate tulang (pertum-buhan tulang yang paling cepat).Proliferasi
yang meningkat pada sisi ini dapat merupakan predisposisi untuk mutasi
yang mengatur perkembangan osteosarcoma. Penelitian Endo-Munoz et
al. menemukan bahwa pada osteosarkoma terdapat peningkatan ekspresi
IDI dan penurunan ekspresi S100AB secara bermakna. IDI adalah suatu
inhibitor diferensiasi sel osteoklas sedangkan S100AB sangat terekspresi
pada osteoklas. Hal ini berpotensi sebagai terapi target osteosarkoma.
Didapatkan jumlah osteoklas yang menurun pada osteosarkoma.Keadaan
ini dapat terlibat pada metastasis osteosarkoma, tetapi bagaimana
mekanisme osteosarkoma menginduksi penurunan osteoklas belum
jelas.Terjadinya osteosarkoma ekstraskeletal belum jelas, namun riwayat
radiasi, trauma dan transformasi maligna dari miositis osifikans telah
diteliti menjadi etiologi osteosarcoma.

2.2.6 WOC Osteosarkoma


Etiologi

Terpapar sinar radioaktif dan Trauma Virus onkogenik Herediter


bahan karsinogenik

Kerusakan gen

Proliferasi sel tulang secara abnormal

Neoplasma

17
Osteosarkoma

B1 B2

Pertumbuhan sel-sel Proses hematopoitek terganggu


tulang abnormal
dan ganas
Leukopenia Trombopenia Anemia
Metastase ke paru-
paru melalui jalur
limfogen dan Imun Gangguan Hemoglobin
hematogen menurun koagulasi menurun
darah

Massa jaringan baru Suplai


D. 0142
di paru oksigen
Risiko Infeksi D. 0039
menurun
Risiko Syok
Komplikasi panyakit paru
D. 0009
Pefusi Perifer
Tidak Efektif

Rangsang osteoklas meningkat

Osteolitik meningkat

Enzim proteolitik meningkat

Memecahkan matriks dan mensekresi asam


yang melarutkan mineral tulang (dimeniralisasi)

Ca + P masuk ke aliran darah

Hiperkalasemia

B2 B3 B4 B5 B6

Disritmia Kejang Mual dan


Poliuria
jantung Kelemahan
muntah
otot
Penurunan D. 0136 D. 0040 Nafsu
curah jantung Risiko Gangguan makan
Cedera Eliminasi menurun D. 0054
Urin sehingga Gangguan
D. 0009 nutrisi Mobilitas
Pefusi Perifer tidak 18 Fisik
Tidak Efektif adekuat
Anoreksia

D. 0019
Defisit
Nutrisi

Rangsang osteoklas meningkat Osteoblas meningkat

Osteolitik meningkat Osifikasi meningkat

Enzim proteolitik meningkat Sekresi alkali fosfat

Memecahkan matriks dan mensekresi asam


Massa di tulang semakin
yang melarutkan mineral tulang (dimeniralisasi)
membesar
Ca + P masuk ke aliran darah
Menekan Deformitas
Destruksi tulang reseptor nyeri pada tubuh

Fraktur patologis dan


terjadi osteoporosis D. 0077 D. 0083
Nyeri Akut Gangguan
Citra Tubuh
D. 0054
Gangguan Mobilitas Fisik

Penatalaksanaan medis

Pembedahan : Kemoterapi
eksisi, amputasi

Immunodepresan Efek samping


Pre Post
operatif operatif
D. 0142 Mual, muntah
D. 0083 Risiko
Gangguan Infeksi Intake nutrisi
Citra tidak adekuat
Tubuh
D. 0019
Defisit 19
Nutrisi
D. 0019 D. 0019
Ansietas Defisit
Pengetahuan

Radiasi Medikamentosa

Kerusakan kulit/ jaringan Pengurangan nyeri


sekitar dengan analgesik

D. 0083 Alergi
Gangguan
Integritas
D. 0083
Kulit/Jaringan
Gangguan
Integritas
Kulit/Jaringan

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang Osteosarkoma


Menurut Saferi Wijaya (2013), pemeriksaan yang biasa dilakukan yaitu
:
a. Pemeriksan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan
destruksi tulang.
b. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
c. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi
tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum dan lesi-lesi yang dicurigai.
d. Scanning tulang untuk melihat penyebaran tumor.
e. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan
alkalin fosfatase.
f. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang
dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
g. Skintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”.
2.2.8 Penatalaksanaan Osteosarkoma
20
Menurut Saferi Wijaya dan Mariza Putri (2013), Pengobatan seringkali
merupakan kombinasi dari:
1. Kemoterapi (siklofosfamid, vinkristin, daktinomisin, daktinomisin,
doksorubisin, ifosfamid, eposid).
Kemoterapi harapannya adalah kombinasi kemoterapi mempunyai
efek yang lebih tinngi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil
menurunkan kemungkinan resistensi terhadap obat.
2. Terapi penyinaran tumor
Radiasi apabila tumor bersifat radio sensitive dan kemoterapi
(preoperative, pasca operative dan ajuran untuk mencegah
mikrometastasis). Sasaran utama dapat dilakukan dengan sksisi
luas dengan teknik grafting restorative. Ketahanan dan kualitas
hidup merupakan pertimbangan penting pada prosedur yang
mengupayakan mempertahankan ekstermitas yang sakit.
3. Terapi pembedahan untuk mengangkat tumor
Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan
tumor. Ini dapat dilakukan dengan bedah (berkisar dari eksisi local
sampai amputasi dan disartikulasi).
4. Pengangkatan tumor secara bedah sering memerlukan amputasi
ekstremitas yang sakit, dengan tinggi amputasi diatas tumor agar
dapat mengontrol local lesi primer. Prognosis tergantung kepada
lokasi dan penyebaran tumor.
a. Penanganan kanker tulang metastasis adalah peliatif dan
sasaran teraupetiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidak
nyamanan pasien sebanyak mungkin. Terapi tambahan
disesuaikan dengan metode yang diganakan untuk
menangani kanker asal fiksasi interna fraktur patologik
dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul
b. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi
dengan pemberian cairan salin normal intravena, diuretika,
mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin,
kalsitonin, atau kartikosteroid.
2.2.9 Komplikasi Osteosarkoma

21
Menurut Brunner and Suddart (2008), komplikasi dari Osteosarkoma
yaitu :
a. Akibat langsung : Patah tulang
b. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan
kekebalan tubuh dan metastase paru.
c. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel
darah, perubahan jenis kulit dan kebotakan pada kemoterapi.
2.2.10 Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
1) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, tanggal MRS, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, dan diagnosa
medis.
2) Keluhan utama : nyeri pada tulang.
3) Riwayat penyakit sekarang : bengkak pada area sekitar persendian, lemah, letih,
dan malas beraktivitas.
4) Riwayat penyakit dahulu : riwayat pembedahan, hipertensi, diabetes, jantung,
serta alergi (obat, makanan, dll).
5) Riwayat penyakit keluarga : osteosarkoma termasuk penyakit keturunan atau
genetik.
6) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : merokok, alkohol, dan aktivitas
seperti olahraga.
7) Data penunjang :
(1) Data psikologis : keadaan psikologis klien setelah mengetahui diagnosa
media yang ditegakkan.
(2) Data sosial : teman tinggal klien saat di rumah.
(3) Data ekonomi : penghasilan klien.
8) Pemeriksaan fisik :
(1) TTV : suhu 37oC, nadi 90x/menit, tekanan darah 120/100 mmHg, dan RR
24x/menit
(2) Sistem pernapasan : tidak ada suara napas tambahan dan tidak
menggunakan alat bantu napas, namun umumnya akan terjadi perubahan
pola napas
(3) Sistem kardiovaskuler : terjadi peningkatan nadi dan tekanan darah,
keadaan ini tergantung dari nyeri yang dirasakan
22
(4) Sistem persyarafan : kaji fungsi cerebral, kranial, dan sensori. Umumnya
akan terjadi nyeri superfisial, peningkatan dan/atau penurunan sensasi suhu
dan sensasi posisi
(5) Sistem perkemihan : kaji keluhan nyeri tekan saat berkemih
(6) Sistem pencernaan : kaji keadaan mulut, gigi, bibir, dan abdomen untuk
mengetahui peristaltik usus. Umumnya akan terjadi bising usus hiperaktif
(7) Sistem pengelihatan : tidak ada gangguan pada klien osteosarkoma
(8) Sistem pendengaran : tidak ada gangguan pada klien osteosarkoma
(9) Sistem muskuloskeletal : kekuatan otot klien menurun dan muncul nyeri
saat klien melakukan pergerakan
(10) Sistem integumen : muncul luka dengan panjang tergantung dengan luas
luka, terdapat kemerahan pada area sekitar luka, dan memiliki
kemungkinan terjadi pembesaran pada area luka
(11) Sistem endokrin : tidak ada gangguan pada klien osteosarkoma
9) Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap, yang meliputi Hb, Ht,
leukosit, trombosit, PT, dan APTT.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut b.d.agen pencedera (destruksi jaringan saraf) d.d.mengeluh nyeri,
bersikap protektif dengan posisi menghindari nyeri, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, pola napas berubah (D.0077).
2) Defisit Nutrisi b.d.faktor psikologis (stress dan keengganan untuk makan)d.d.
nyeri abdomen, nafsu makan menurun, dan bising usus hiperaktif (D. 0019).
3) Ansietas b.d. krisis situasional d.d. merasa khawatir akan kondisi yang dihadapi,
frekuensi nadi dan tekanan darah meningkat (D. 0080).
3. Rencana Intervensi

Tanggal / DIAGNOSA INTERVENSI


waktu KEPERAWATAN
(Tujuan, KriteriaHasil)
28 September Nyeri Akut (D. 0077) Manajemen Nyeri (I. 08238)
2020 / 09.00
WIB
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1x24
- Identifikasi lokasi dan skala nyeri
jam, diharapkan Tingkat
Nyeri (L. 08066) menurun - Indentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan

23
dengan kriteria hasil : nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Keluhan nyeri menurun
kualitas hidup
dengan nilai 5
- Sikap protektif dengan Terapeutik :
posisi menghindari nyeri
menurun dengan nilai 5 - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Frekuensi nadi membaik Edukasi :
dengan nilai 80x/menit
- Tekanan darah membaik - Jelaskan strategi meredakan nyeri
dengan nilai 110/80 - Anjurkan monitor nyeri secara
mmHg mandiri
- Pola napas membaik - Ajarkan terapi untuk mengurangi
dengan nilai 18x/menit rasa nyeri

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
analgetik, jika perlu

28 September Defisit Nutrisi (D. 0019) Manajemen Nutrisi (I. 03119)


2020 / 10.00
WIB
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1x24
- Identifikasi status nutrisi dan
jam, diharapkan Status
Nutrisi (L. 03030) intoleransi makanan
membaik dengan kriteria - Monitor asupan makanan dan
hasil : berat badan

- Nyeri abdomen menurun Terapeutik :


dengan nilai 5 - Sajikan makanan dengan menarik
- Nafsu makan membaik dan suhu sesuai
dengan pola makan - Berikan makanan tinggi kalori
3x/hari dan porsi habis dan protein
- Bising usus membaik
dengan nilai 25x/menit Edukasi :
- Anjurkan makan dengan posisi
duduk, jika mampu

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
pereda nyeri sebelum makan, jika
perlu

28 September Ansietas (D. 0080) Reduksi Ansietas (I. 09314)


2020 / 11.00

24
WIB
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1x24
- Identifikasi saat tingkat ansietas
jam, diharapkan Tingkat
Ansietas (L. 09093) berubah
menurun dengan kriteria - Monitor tanda-tanda ansietas
hasil : Terapeutik :
- Khawatir akibat kondisi - Gunakan pendekatan yang tenang
yang dihadapi menurun dan dengarkan keluhan dengan
dengan nilai 5 penuh perhatian
- Frekuensi nadi membaik - Motivasi dalam menghadapi
dengan nilai 80x/menit kondisi yang dihadapi
- Tekanan darah membaik - Diskusikan rencana realistis
dengan nilai 110/80 untuk kondisi yang akan datang
mmHg
Edukasi :
- Informasikan secara jelas
mengenai diagnosis dan
pengobatan mengenai kondisi
yang dihadapi
- Latih teknik relaksasi

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

25
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Keperawatan Osteosarkoma

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATANMEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : 12 Agustus 2020 Jam Masuk : 11.42 WIB

Tanggal Pengkajian : 12 Agustus 2020 No. RM : 12345xxx

Jam Pengkajian : 12.00 WIB Hari rawat ke :1

Diagnosa Masuk :Obs Primary Bone Tumor ec Susp Osteosarcoma proximal tibia fibula
sinistra.

IDENTITAS
1. Nama Pasien : Nn.M
2. Umur: 20 tahun
3. Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : S1 – Ekonomi Syariah
6. Pekerjaan : Mahasiswa
7. Alamat : Surabaya
8. Sumber Biaya :Orangtua

KELUHAN UTAMA
1. Keluhan utama:Nyeri akibat adanya benjolan pada lutut sebelah kiri

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. Riwayat PenyakitSekarang:
Nn. M usia 20 tahun datang ke UGD RSUA dengan keluhan muncul benjolan pada lutut kiri. Benjolan
dirasakan sejak 7 bulan yang lalu. Awalnya benjolan hanya sebesar telur puyuh. Lama kelamaan
benjolan dirasa semakin membesar. Benjolan lutut kiri terasa nyeri, nyeri dirasakan terus menerus,
ketika nyeri pasien biasanya hanya menggosok-gosok lutut dengan tangan. Sejak 2 bulan ini pasien
mengeluh sudah tidak bisa berjalan dan hanya menghabiskan waktu di tempat tidur.

26
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah dirawat : ya tidak √ kapan : diagnosa :
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak √ jenis :
Riwayat kontrol : tidak ada

Riwayat penggunaan obat : tidak ada

3. Riwayat alergi:
Obat ya tidak√ jenis

Makanan ya tidak √ jenis

Lain-lain ya tidak √ jenis

4. Riwayat operasi: ya tidak √


- Kapan :
- Jenis operasi :
5. Lain-lain: tidak ada

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya tidak √

- Jenis :
- Genogram : tidak ada riwayat penyakit kanker keluarga

MasalahKeperawatan :
PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan: Tidak ada
Alkohol ya tidak√

Keterangantidak ada

Merokok ya tidak √

keterangan tidak ada

Obat ya tidak √

keterangan tidak ada

27
Olahraga ya tidak √

keterangan tidak ada

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda tanda vital
S : 36,50C N : 116x/menit T : 90/50mmHg RR : 20x/menit

Kesadaran Compos Mentis√ Apatis Somnolen Sopor Koma

2. Sistem Pernafasan
a. RR: 20x/menit
b. Keluhan: tidak ada sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk:tidak ada produktif tidak produktif

Sekret: Konsistensi: Warna: Bau:

Penggunaan otot bantu nafas: tidak menggunakan otot bantu napas

c. PCH: ya tidak √
d. Irama nafas teratur√ tidak teratur
e. Friction rub:tidak ada
f. Pola nafas Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
g. Suara nafas √ Vesikuler Bronko vesikuler
Tracheal Bronkhial MasalahKeperawatan :

Ronki Wheezing Tidak ada

Crackles

h. Alat bantu napas ya √ tidak

Jenis.tidak ada Flow - lpm

i. Penggunaan WSD:
- Jenis : tidak ada
- Jumlah cairan : tidak ada
- Undulasi : tidak ada
- Tekanan : tidak ada
j. Tracheostomy: ya tidak √
Lain-lain:tidak ada

3. Sistem Kardio vaskuler


a. TD: 90/50mmHg
b. N: 116x/menit MasalahKeperawatan :
c. HR: 116x/menit
Tidak ada
d. Keluhan nyeri dada: ya √ tidak
P :
Q :
R :
S :
T :

28
e. Irama jantung: √ reguler ireguler
f. Suara jantung: √ normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....

g. Ictus Cordis: Terdengar pada IC V


h. CRT :<3 detik.
i. Akral: hangat√ kering√ merah basah pucat
panas dingin
j. Sikulasi perifer: normal√ menurun
k. JVP : 7 cm
l. CVP :12 cm (dada) & 13 cm (midaxila)
m. CTR :45%
n. ECG & Interpretasinya: normal
o. Lain-lain :tidak ada

4. Sistem Persyarafan
a. S :36,50C
MasalahKeperawatan :
b. GCS : 14
c. Refleks fisiologis √patella √ triceps √ biceps Tidak ada
d. Refleks patologis babinskybrudzinsky kernig
e. Keluhan pusing ya tidak√
P :

Q :

R :

S :

T :

f. Pemeriksaan saraf kranial:


N1 : normal√ tidak Ket.: ……..............................................................
N2 : normal√ tidak Ket.: ……..............................................................
N3 : normal√ tidak Ket.: ……..............................................................
N4 : normal√ tidak Ket.: ……..............................................................
N5 : normal√ tidak Ket.: ……..............................................................
N6 : normal√ tidak Ket.: ……..............................................................
N7 : normal√ tidak Ket.: ……..............................................................
N8 : normal√ tidak Ket.: ……..............................................................
N9 : normal√ tidak Ket.: ……..............................................................
N10 : normal√ tidak Ket.: ……..............................................................
N11 : normal√ tidak Ket.: ……..............................................................
N12 : normal√ tidak Ket.: ……..............................................................

g. Pupil anisokor √ isokor Diameter: 3/3


h. Sclera anikterus √ikterus
i. Konjunctiva ananemis √ anemis
j. Isitrahat/Tidur : 5 Jam/Hari Gangguan tidur : tidak ada
k. IVD : tidak ada
l. EVD : tidak ada
m. ICP : tidak ada
n. Lain-lain: tidak ada

29
5. Sistem perkemihan
MasalahKeperawatan
a. Kebersihan genetalia: √ Bersih Kotor
:tidak ada
b. Sekret: √ Ada √Tidak
c. Ulkus: Ada √Tidak
d. Kebersihan meatus uretra: √Bersih Kotor
e. Keluhan kencing: Ada √ Tidak
Bila ada, jelaskan:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
..........
f. Kemampuan berkemih:
√Spontan Alat bantu, sebutkan: kateter

Jenis :
Ukuran :
Hari ke :
g. Produksi urine : 400 ml/jam
Warna: kuning pucat
Bau : tidak ada bau
h. Kandung kemih : Membesar ya √ tidak
i. Nyeri tekan ya √ tidak
j. Intake cairan oral :800 cc/hari parenteral : IVFD RL 1500 cc/hari
k. Balance cairan:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......
o. Lain-lain:
Tidak ada
6. Sistem pencernaan
a. TB :150 cm BB : 42 kg
b. IMT : 18,7 Interpretasi :Ideal MasalahKeperawatan
c. LOLA :............... :tidak ada

d. Mulut: √ bersih kotor berbau


e. Membran mukosa: √ lembab kering stomatitis
f. Tenggorokan:
sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
g. Abdomen: tegang kembung ascites
h. Nyeri tekan: ya √ tidak
i. Luka operasi: ada √ tidak
Tanggal operasi : tidak ada
Jenis operasi : tidak ada
Lokasi : tidak ada
Keadaan :. tidak ada
Drain : ada √ tidak
- Jumlah : tidak ada
- Warna :tidak ada.
- Kondisi area sekitar insersi : tidak ada.
j. Peristaltik: 12 x/menit
k. BAB: 1.x/hari Terakhir tanggal : 11 agustus 2020

30
l. Konsistensi: √ keras lunak cair lendir/darah

m. Diet: padat : tidak ada


n. Diet Khusus: tidak ada
o. Nafsu makan: √baik menurun Frekuensi:3x/hari
p. Porsi makan: √habis tidak Keteranga : tidak ada
q. Lain-lain: tidak ada

7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: tidak dikaji
MasalahKeperawatan :

OD OS Tidak ada

5/5 Visus 5/5

Normal Palpebra Normal

Anemis Conjunctiva Anemis

Normal Kornea Normal

Dangkal BMD Dangkal

Isokor Pupil Isokor

Normal Iris Normal

Normal Lensa Normal

15 mmHG TIO 15 mmHG

b. Keluhan nyeri: ya tidak√


P : tidak ada
R tidak ada
S : tidak ada

c. Luka operasi: ada tidak √


Tanggal operasi : tidak ada
Jenis operasi : tidak ada
Lokasi : tidak ada
Keadaan :tidak ada

d. Pemeriksaan penunjang lain: tidak ada


e. Lain-lain:
Tidak ada

8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: tidak dikaji
MasalahKeperawatan :

Tidak ada
31
OD OS

Aurcicula

MAE

Membran
Tymhani

Rinne

Weber

Swabach

b. Tes Audiometri:
Tidak dikaji

c. Keluhan nyeri: ya tidak√


P : tidak ada
Q : tidak ada
R : tidak ada
S :tidak ada

d. Luka operasi: ada tidak √


Tanggal operasi : tidak ada
Jenis operasi : tidak ada

Lokasi : tidak ada

Keadaan : tidak ada

e. Alat bantu Dengar: tidak ada


f. Lain-lain:
Tidak ada

9. Sistem muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi: bebas terbatas√
b. Kekuatan otot: 5 5
 1 5

c. Kelainan ekstremitas: ya√ tidak


d. Kelainan tulang belakang: ya tidak√ MasalahKeperawatan :
Frankel: tidak ada
Nyeri kronis
e. Fraktur: ya tidak√
- Jenis : tidak ada
f. Traksi: ya tidak√
- Jenis :...................
- Beban :...................
- Lama pemasangan :...................
g. Penggunaan spalk/gips: ya tidak√
h. Keluhan nyeri: ya √ tidak

32
P : nyeri karena benjolan
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : tulang tibia kiri
S : skala nyeri 7 dari skala 1-10
T : sejak 7 bulan yang lalu, nyeri terasa terus-menerus (kronis)
i. Sirkulasi perifer:
-CRT <3 detik

-pada bagian kanker dipalpasi teraba hangat


j. Kompartemen syndrome √ ya tidak
k. Kulit: ikterik sianosis √ kemerahan hiperpigmentasi
l. Turgor baik √ kurang jelek
m. Luka operasi: ada tidak √
Tanggal operasi : tidak ada
Jenis operasi : tidak ada
Lokasi : tidak ada
Keadaan : tidak ada
.
Drain : ada tidak √
-Jumlah : tidak ada
-Warna : tidak ada
-Kondisi area sekitar insersi : tidak ada

n. ROM : terbatas, tidak maksimal


o. POD : -
p. Cardinal Sign : deformitas tibia sinistra akibat tumor ganas
q. Lain-lain:
Tidak ada

10. Sistem integumen


a. Penilaian risiko decubitus:
ASPEK YANG KRITERIA PENILAIAN
NILAI
DINILAI 1 2 3 4

PERSEPSI TERBATAS KETERBATASAN TIDAK ADA


SANGAT TERBATAS 4
SENSORI SEPENUHNYA RINGAN GANGGUAN

TERUS MENERUS
KELEMBABAN SANGAT LEMBAB KADANG2 BASAH JARANG BASAH 4
BASAH

LEBIH SERING
AKTIVITAS BEDFAST CHAIRFAST KADANG2 JALAN 1
JALAN

IMMOBILE KETERBATASAN TIDAK ADA


MOBILISASI SANGAT TERBATAS 2
SEPENUHNYA RINGAN KETERBATASAN

KEMUNGKINAN
NUTRISI SANGAT BURUK ADEKUAT SANGAT BAIK 3
TIDAK ADEKUAT

TIDAK
GESEKAN & POTENSIAL
BERMASALAH MENIMBULKAN 2
PERGESERAN BERMASALAH
MASALAH

NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan bahwa pasien berisiko
mengalami dekubitus (pressure ulcers). TOTAL NILAI 16
(15 or 16 = low risk; 13 or 14 = moderate risk; 12 or less = high risk)

33
b. Warna: sawo matang
c. Pitting edema: - grade: tidak ada
d. Ekskoriasis: ya tidak√ MasalahKeperawatan :
e. Psoriasis: ya tidak√
f. Pruritus: ya tidak√ Resiko infeksi
g. Urtikaria: ya tidak√
h. Lain-lain:
Ada tanda kemerahan pada kanker dibuktikan dengan hasil lab sel darah putih tinggi

11. Sistem Endokrin


MasalahKeperawatan :
a. Pembesaran tyroid: ya tidak√
b. Pembesaran kelenjar getah bening: ya tidak√ Tidak ada
c. Hipoglikemia: ya tidak√
d. Hiperglikemia: ya tidak√
e. Kondisi kaki DM:
- Luka gangren : ya tidak√
-Jenis tidak ada

- Lama luka : tidak ada

- Warna : tidak ada

- Luas luka : tidak ada

-Kedalaman : tidak ada

- Kulit kaki : tidak ada

- Kuku kaki : tidak ada

-Telapak kaki : tidak ada

- Jari kaki :tidak ada

- Infeksi : ya tidak√
- Riwayat luka sebelumnya : ya tidak√
Jika ya:
-Tahun : tidak ada
- Jenis Luka : tidak ada
- Lokasi : tidak ada
-
- Riwayat amputasi sebelumnya : ya tidak√
Jika ya:

Jika ya:
- Tahun :...................................
- Lokasi :...................................
f. ABI: 0,8
g. Lain-lain:
Tidak ada

Masalahkeperawatan :

Ansietas
34
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya:
Klien merasa cemas terhadap sakit yang di deritanya

b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya


Murung/diam gelisah √ tegang marah/menangis

c. Reaksi saat interaksi kooperatif√ tidak kooperatif curiga


d. Gangguan konsep diri:
Tidak ada

e. Lain-lain:
Tidak ada

PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN MasalahKeperawatan :


a. Kebersihan diri: Tidak ada
Kebersihan diri pasien baik

b. Kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan:


- Mandi: di bantu seluruhnya dibantu sebagian √ mandiri
- Ganti pakaian:
di bantu seluruhnya dibantu Sebagian √ mandiri
- Keramas: di bantu seluruhnya dibantu sebagian √ mandiri
- Sikat gigi: di bantu seluruhnya dibantu sebagian √ mandiri
- Memotong kuku:
di bantu seluruhnya dibantu sebagian √ mandiri
- Berhias: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri√
- Makan: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri√

PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah MasalahKeperawatan :
- Sebelum sakit sering√ kadang- kadang tidak pernah
- Selama sakit sering√ kadang- kadang tidak pernah Tidak ada

b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:


Bantuan untuk melakukan wudhu sebelum shalat.

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG , dll)

Darah Lengkap (saat di UGD yellow zone tanggal 12 Agustus 2020 jam 13.51 WIB)

Ukuran Hasil lab Nilai rujukan

HB 5,8 (g/dl) 12,0 - 14,0 (P) g/dL

35
13,0 - 16,0 (L) g/d

RBC 2.68 (10^6/uL) 4,0 - 5,0 (P) Juta/miu L

4,5 - 5,5 (L) Juta/miu L

HCT 19,8 (%) 40 - 50 (P) %

45 - 55 (L) %

WBC 10.26 (10^3/uL) 5,0 - 10,0 10³/miu L

PLT 257 (10^3/uL) 150 - 400 10³/miu L

SGOT 23,4 U/l < 21 (P) U/L

< 25 (L) U/L

SGPT 6,2 U/l < 23 (P) U/L

< 30 (L) U/L

ALKALI/PHOSPHATE 1011 U/l 15 - 69 U/L

BUN 9,6 mg/dl 7-20 mg/dl

CREATININ 0,22 mg/dl 0,6-1,2 (L) mg/dl

0,5-1,1 (P) mg/dl

NATRIUM 137 mmol/l 135 - 145 mmol/L

KALIUM 4,18 mmol/l 3,5 - 5,0 mmol/L

CHLORIDA 101,1 mmol/l 94 - 111 mmol/L

CALCIUM 9,0 mg/dl 8,8-10,4 mg/dl

TERAPI

-IVFD RL 1500 cc/24 jam

-inj cefotaxim 3x500 mg

-inj Ranitidin 2x25 mg

-inj Santagesik 3x500 mg

DATA TAMBAHAN LAIN :

Tidak ada

Surabaya, 12 Agustus 2020

36
( ardhiyeni )

37
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS DATA

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : Osteosarkoma Nyeri Kronis

12 Agustus
2020
-Klien mengeluh nyeri Rangsang osteoklas meningkat

P : nyeri karena benjolan

Q : seperti ditusuk-tusuk Osteolitik meningkat

R : tulang tibia kiri

S : skala nyeri 7 dari skala 1-10

T : sejak 7 bulan yang lalu, nyeri Enzim proteolitik meningkat


terasa terus-menerus (kronis)

Memecahkan matriks dan


DO : mensekresi asam yang
melarutkan mineral tulang
(dimeniralisasi)
- S: Skala nyeri 7 dari skala 1-10

- TD : 90/50 mmHg

- T : 36,50C
Ca + P masuk ke aliran darah
- RR : 20 x /menit

- N : 116

Hiperkalasemia

B6 ( Bone)

38
Osteoblas meningkat

Osifikasi meningkat

Sekresi alkali fosfat

Massa di tulang semakin


membesar

Menekan reseptor nyeri

Nyeri ( 7 bulan )

Nyeri Kronis

DS : Ansietas

Osteosarkoma

12 Agustus -Klien merasa khawatir dengan akibat


2020 kondisi yang di hadapi

Penatalaksanaan medis

Pembedahan : eksisi,
DO : amputasi

-Tampak Gelisah

39
-N : 116x/menit Pre operatif

Ansietas

DS : Osteosarkoma Resiko infeksi

12 Agustus
2020
-Klien mengeluh nyeri

P : nyeri karena benjolan B2 (Blood)

Q : seperti ditusuk-tusuk

R : tulang tibia kiri

S : skala nyeri 7 dari skala 1-10 Proses hematopoitek


terganggu
T : sejak 7 bulan yang lalu, nyeri
terasa terus-menerus (kronis)

Leukopenia

DO :

- S: Skala nyeri 7 dari skala 1-10

- WBC : 10.26 (10^3/uL) Imun menurun

- PLT : 257 (10^3/uL)

Resiko Infeksi

40
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

TANGGAL: 12 Agustus 2020


1. Nyeri kronis b.d kondisi musculoskeletal d.d mengeluh nyeri ( skala 7) (D.0078)
2. Ansietash b.dancaman terhadap konsep dirid.d tampak gelisah (D.0080)
3.Resiko Infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : Leukopenia ( D.0142)

41
RENCANA INTERVENSI

HARI/ DIAGNOSIS KEPERAWATAN


WAKTU INTERVENSI RASIONAL
TANGGAL (Tujuan, Kriteria Hasil)
(D.0078) Nyeri Kronis b.d kondisi Manajemen Nyeri (I.08238)
musculoskeletal d.d mengeluh nyeri ( skala
Selasa,12 14.15 WIB
7) Observasi 1. Menentukan bagian mana
Agustus 2020
dar tubuh pasien yang
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Tujuan : nyeri
frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2. Mengetahui faktor yang
selama 1x24 jam , diharapkanTingkat Nyeri 2. Identifikasi faktor yang memperberat dan
dapat memperberat dan
(L.08066) dapat menurundengan Kriteria memperingan nyeri
Hasil : memperingan nyeri pasien
3. Monitor efek samping penggunaan analgetik
3. Melakukan pengawasan
-Keluhan nyeri menurun skala (4) 4. Memonitor tanda-tanda vital sebelum dan
terhadap efek dari
sesudah pemberian analgesik
penggunaan analgetik
- Frekuensi nadi membaik skala (4) Terapeutik
4. Mengetahui apakah ttv
- Tekanan darah cukup membaik skala (4) 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk pasien mengalami
mengurangi rasa nyeri perbaikan atau bahkan
- Pola napas membaik skala (4)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa lebih buruk
nyeri 5. Mengurangi rasa nyeri
Edukasi pasien tanpa menggunakan

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu farmakologis

42
nyeri 6. Mengurangi rasa nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri pasien dengan mengontrol
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk lingkungan sekitar
mengurangi rasa nyeri 7. Pasien dapat memahami
Kolaborasi penyebab, periode, dan
pemicu nyeri yang dialami
Kolaborasi pemberian analgetik
8. Pasien dapat memahami
strategi meredakan nyeri
9. Pasien dapat mengurangi
rasa nyeri secara mandiri
dengan teknik
nonfarmakologis

10. Melakukan kolaborasi


dengan dokter dan
apoteker untuk
memberikan obat pereda
nyeri pada pasien

(D.0080) Ansietas b.d ancaman terhadap Reduksi Ansietass(I.09314) 1.


konsep dirid.dklien tampak gelisah
Selasa,12 14.15 WIB Observasi
Agustus 2020 1. Mengetahui adanya tanda-
43
1. Monitor tanda-tanda ansietas (Verbal dan tanda ansietas secara
non verbal ) verbal maupun nonverbal
2. Menemani pasien untuk
Tujuan : mengurangi kecemasan
Terapeutik yang dirasakan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
3. Dapat memahami situasi
selama 1x24 jam , diharapkanTingkat
yang membuat ansietas
Ansietas (L.09093) dapat menurundengan
1. Temani pasien untuk mengurangi terkait kondisi yang terjadi
Kriteria Hasil :
kecemasan,jika memungkinkan 4. Melakukan perencanaan
2. Pahami situasi yang membuat ansietas secara realistis terkait
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 3. Dengarkan dengan penuh perhatian kondisi yang dialaminya
dihadapi cukup menurun dengan skala (4) 4. Diskusikan perencanaan realistis tentang 5. Memberikan informasi
- Perilaku gelisah cukup menurun dengan peristiwa yang akan datang secara faktual kepada
skala (4) pasien terkait kondisi yang
- Frekuensi nadi cukup menurun dengan dialaminya
Edukasi 6. Adanya dukungan keluarga
skala (4)
1.Infomasikan secara faktual mengenai yang membantu klien
dalam mengurani
diagnosis,pengobatan dan prognosis
kecemasan
2.Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,jika 7. Teknik menenangkan diri
perlu dapat mengurangi
kecemasan yang dirasakan
3.Latih teknik relaksasi klien

(D.0142) Resiko Infeksi d.d Pencegahan Infeksi (I.14539)


ketidakadekuatan pertahanan tubuh
Selasa,12 14.15 WIB
sekunder : Leukopenia Observasi
Agustus 2020
1. Monitor tanda gejala infeksi local dan
Tujuan : sistemik 1. .Mengetahui tanda dan
gejala infeksi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2. Untuk mencegah
44
selama 3x24 jam , diharapkanTingkat terjadinya infeksi
Terapeutik 3. Menegah infeksi dari luar
Infeksi (L.14137) dapat menurun dengan yang dapat berisiko tinggi
Kriteria Hasil : 1. Berikan perawatan kulit pada daerah edema
2. Pertahankan teknik aseptic pada pasien yang
-Keluhan nyeri menurun skala (4)
berisiko tinggi
- Kadar sel darah putih membaik skala (5)
Edukasi

1. Jelaskan tanda gejala infeksi

45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf

Observasi S : Pasien mengatakan nyerinya


berkurang
Rabu/13 agustus (D.0078) Nyeri 08.15
1. Mengidentifikasi lokasi,
2020/ pagi Kronis
08.00 karakteristik, durasi, frekuensi,
O : RR 18x/menit, suhu 35,8oC, nadi
kualitas, dan intensitas nyeri 95x/ menit, TD 110/80 mmHg), skala
(respon pasien: masih mengeluh nyeri 3
nyeri) Hasil pengkajian nyeri :
P : nyeri karena benjolan P : nyeri karena benjolan
Q : seperti ditusuk-tusuk Q : seperti ditusuk-tusuk
R : tulang tibia kiri R : tulang tibia kiri
S : skala nyeri 7 dari skala 1-10 S : skala nyeri 7 dari skala 1-10
T : sejak 7 bulan yang lalu, nyeri T : sejak 7 bulan yang lalu, nyeri
terasa terus-menerus (kronis) terasa terus-menerus (kronis)

2. Mengidentifikasi faktor yang


A : Masalah teratasi sebagian
memperberat dan memperingan
nyeri (respon pasien: nyeri akan
P : Intervensi dilanjutkan
meningkat ketika berada di suhu
ruangan yang dingin)
46
3. Memonitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian
analgesik (Respon : sebelum
pemberian analgesik didapatkan
RR 20x/menit, suhu 36,5oC, nadi
116x/ menit, TD 90/50 mmHg.
Sesudah pemberian analgesik
didapatkan RR 18x/menit, suhu
35,8oC, nadi 95x/ menit, TD
110/80 mmHg)
4. Meonitor efek samping
penggunaan analgetik (respon
pasien: dapat mengurangi sedikit
rasa nyerinya)
Terapeutik

1. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(menganjurkan teknik relaksasi
untuk meredakan nyeri. Respon
pasien : pasien bersedia melakukan

47
teknik relaksasi)
2. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (respon
pasien: pasien lebih nyaman di
ruangan yang suhu tidak terlalu
dingin)
Edukasi

1. Menjelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
Penyebab : kanker tulang
Periode : nyeri terjadi sewaktu-
waktu
Pemicu : adanya inflamasi pada
kanker yang di derita
Respon pasien : pasien memahami
yang sudah dijelaskan perawat
2. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri
- Mengontrol suhu ruangan
Respon pasien : pasien
mengatakan akan

48
melakukannya
3. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Teknik relaksasi (respon pasien:
dapat membantu kenyamanan
pasien)

Kolaborasi

Mengkolaborasi pemberian analgetik


dengan bagian apoteker

-inj cefotaxim 3x500 mg

-inj Ranitidin 2x25 mg

-inj Santagesik 3x500 mg

Observasi
(D.0080)
Ansietas
1. Memonito
r tanda-tanda ansietas (Verbal dan
non verbal )

49
Respon pasien, verbal : pasien
mengatakan bahwa ia khawatir
akibat kondisi yang dia hadapi. Non
verbal : pasien sering menyentuh
kakinya.

Terapeutik

5. Menemani pasien untuk


mengurangi kecemasan,jika
memungkinkan. (Respon pasien :
pasien tidak kesepian, ada teman
untuk ngobrol)
6. Memahami situasi yang membuat
ansietas (Respon pasien: pasien
dalam situasi tidak bisa berjalan)
7. Mendengarkan dengan penuh
perhatian (respon pasien: pasien
senang jika ada yang
memperhatikan)
8. Mendiskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang (akan dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk
tindakan pasien, respon pasien:
pasien percaya kepada dokter dan
perawat yang menangani)

50
Edukasi

1.Menginfomasikan secara faktual


mengenai diagnosis,pengobatan dan
prognosis (diagnosis pasien : Obs
Primary Bone Tumor ec Susp
Osteosarcoma proximal tibia fibula
sinistra. Pengobatan: akan dilakukan
secara terapi dan pembedahan.
Prognosis : perlu peningkatan imun
tubuh yang terjaga agar keadaan
pasien tetap stabil. Respon pasien :
pasien memahami yang telah
disampaikan)

2.Menganjurkan keluarga untuk tetap


bersama pasien,jika perlu

3.Melatih teknik relaksasi (tenik


relaksasi nafas dalam. respon pasien :
pasien sedikit lebih lega)

Rabu/13 agustus (D.0142) Resiko Observasi


2020/ pagi Infeksi
S : pasien mengatakan dia tidak
1. Memonitor tanda gejala infeksi
khawatir lagi dengan kondisi yang akan
local dan sistemik
51
dihadapi
(membatasi jumlah
pengunjung,memberitahukan
bahwa yang boleh berkunjung O : pasien terlihat lebih banyak
keluarga dan saudara) berbicara dengan orang lain, pasien
sudah tidak memegangi kakinya
08.15 Terapeutik 08.30

2. Memberikan perawatan kulit pada A : Masalah teratasi


daerah edema
(dengan tetap menjaga kebersihan
area kanker)
P : Intervensi dihentikan
3. Mempertahankan teknik aseptic
pada pasien yang berisiko tinggi S : Klien merasa kulit daerah kanker
(menjaga kebersihan dan mencuci yang di derita tidak begitu panas dan
tangan sebelum dan sesudah tidak begitu kemerahan
memegang pasien)
O : tidak ada cairan yang keluar
Edukasi
A : masalah teratasi

4. Menjelaskan tanda gejala infeksi P : Intervensi dihentikan


(gejala infeksi salah satunya
kemerahan area kanker, keluar
cairan atau nanah, pada area
kanker teraba terasa hangat atau
panas. Respon pasien: pasien
memahami)

52
BAB 4
4.1 Kesimpulan
Sistem musculoskeletal dalam tubuh meliputi tulang, persendian, otot, tendon
dan bursa.Tulang dalam tubuh memilik fungsi sebagai penunjang, perlindungan,
pergerakan, dan penyimpanan mineral. Jika sendi dalam tubuh memiliki fungsi
sebagai tempat dimana dua tulang atau lebih saling berhubungan dan memunculkan
suatu pergerakan.Sedangkan ototdalam tubuh memiliki fungsi sebagai organ yang
mengatur pergerakan, penopang tubuh, produksi panas, penyimpan cadangan
makanan, dan pemberi bentuk tubuh.
Osteosarkoma adalah kanker tulang dan dapat terjadi pada tulang apapun, biasanya
pada ekstremitas tulang panjang dekat lempeng pertumbuhan metafise. Faktor risiko
yang dapat menyebabkan osteosarkoma yaitu pertumbuhan tulang yang cepat, faktor
lingkungan, dan predisposisi genetik.

4.2 Saran
Perawat sebagai tim medis vital diharapkan mampu memahami dan
mengetahui masalah pada klien dengan osteosarkoma, agar perawat mampu
melakukan asuhan keperawatan sesuai standar operasional. Penyakit osteosarkoma
merupakan penyakit yang dapat kapan saja terjadi, sehingga perawat diharapkan
mampu untuk selalu siap siaga dan mampu berinteraksi dengan klien sehingga dapat
memenuhi kebutuhan klien. Hal ini ditujukan agar klien dapat mencapai tingkat
kesehatan yang optimal dan setinggi-tingginya.

53
DAFTAR PUSTAKA

Seger, R. W. (2014). Studi kasus Osteosarkoma Metastase. JURNAL WIDYA MEDIKA, 2(2),


73-81.

Nurhikmayanti, A., & Winarti, Y. (2016). Asuhan Keperawatan pada Anak F yang
Mengalami Osteosarkoma di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie.

Wijaya Andra Saferi, Putri Yessie Mariza.2013. Keperawatan Medikal Bedah 2.


Yogyakarta : Nuha Medika

Price, S. (2012). Patofisiologi edisi 6. Jakarta : EGC

Nurrohmah, S. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal : Osteosarkoma di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Ciamis 17 Juni-21 Juni 2016.

Loho, L. L. (2014). OSTEOSARKOMA. JURNAL BIOMEDIK: JBM, 6(3).

Rahmi, U., Kp, S., UR, M. K., & LA, L. A. R. OK307 ANATOMI FISIOLOGI.

Tim Pokja SDKI PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

54

Anda mungkin juga menyukai