Anda di halaman 1dari 18

PKK KEPERAWATAN KOMUNITAS

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Dosen Pembimbing : Ferry Efendi S.Kep.Ns., M.Sc., PhD

Oleh :

Kelompok A2 - 2018

1. Melynia Purwatiningrum (131811133020)


2. Chintia Jessica Meylinda (131711133039)
3. Theodora Putri Revenska M (131811133040)
4. Munasaroh (131811133044)
5. Anisa Roma Fitriani (131811133098)
6. Fara Amalia Riadini (131811133144)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Pokok Pembahasan : Pendidikan Kesehatan tentang Pencegahan Diare pada Anak

Sasaran : Anak Usia Sekolah

Tempat : SD AL-ISLAM Surabaya

Pelaksana : Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan UNAIR Kelompok A2 2018

A. Analisa Situasi

Diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dengan prevalensi yang terbilang cukup
tinggi di semua golongan umur. Balita dan anak sekolah masih menjadi populasi yang berisiko tinggi
terjangkit diare. Hal ini terjadi dapat disebabkan karena pengetahuan Perilaku Hidup Bersih Sehat
atau PHBS masih kurang (Hijriani, Agustini, & Karnila, 2020).
UKS atau Usaha Kegiatan Mahasiswa yang ada di tiap Sekolah khususnya Sekolah Dasar
merupakan usaha yang bertujuan meningkatkan kesehatan anak usia sekolah dengan tramopil
melaksanakan hidup bersih. Empat kementerian, Kementerian pendidikan dan Kebudayaan,
kementerian Kesehatan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri, memberikan amanat
kepada Usaha Kegiatan Sekolah atau UKS untuk membina dan mengembangkan kegiatan yang dapat
meningkatkan anak sekolah lebih dapat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa
disingkat PHBS. Maka diharapkan dengan adanya kegiatan aktif yang dilakukan oleh kader UKS di
Sekolah ini dapat mengurangi angka kejadian diare pada anak sekolah (Kemendikbud RI, 2019)
Diare merupakan kondisi dimana terjadinya peningkatan frekuensi BAB, biasanya lebih dari 3
kali dalam sehari dengan konsistensi cair. Penyebab penyakit ini bisa dikarenakan faktor infeksi,
faktor malabsorbsi dan faktor makanan. Lingkungan menjadi faktor yang dapat memengaruhi
terjadinya infeksi pada tubuh anak, dengan tidak bersihnya sumber sanitasi dan tempat pembuangan
tinja dapat menjadi sumber bakteri bagi tubuh anak. Selain itu, makanan atau jajanan yang
dikonsumsi oleh anak secara tidak langsung dapat menyebabkan diare. Pemilihan jajan atau makanan
pada anak juga harus diperhatikan karena bisa saja sumber bakteri berasal dari sana (Susianti, 2017)
B. Diagnosa Keperawatan

Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare

C. Tujuan

a. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikannya edukasi terkait pencegahan diare pada anak diharapkan anak
dapat mengerti dan memahami bagaimana menanggulangi diare.
b. Tujan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti sosialisasi pencegahan diare diharapkan anak memahami hal
berikut:
1) Pengertian diare
2) Tanda dan gejala diare
3) Pencegahan yang dapat dilakukan oleh anak di sekolah
4) Anak dapat membedakan jajanan yang sehat dan tidak

D. Isi Materi (Uraian Materi Penyuluhan Terlampir)


1. Pengertian Diare
2. Penyebab Diare
3. Tanda dan Gejala Diare
4. Pencegahan Diare
5. Perbedaan jajanan sehat dan tidak sehat

E. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu menggunakan metode penyuluhan
langsung. Dapat dilakukan dengan ceramah dan memberi komentar.

F. Media
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk
promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar
komunikasi dan penyebar-luasan informasi. Media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini
yaitu menggunakan poster
G. Susunan Kegiatan

Pokok Kegiatan
No Waktu
kegiatan Penyuluh Audiens
( Mahasiswi FKP Unair Kel-A2) ( Anak Usia Sekolah )
1. Pembukaan a. Menjawab salam
a. Salam Pembuka 5 menit
b. Perkenalan b. Berkenalan
c. Tujuan c. Mendengarkan
d. Kontrak waktu , tempat , dan d. Menyetujui
topik e. Menyatakan siap
e. Kesiapan

2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan a. Memperhatikan dan 20 Menit
( Penyampai
defenisi,penyebab,dan tanda mendengarkan
an Materi ) gejala diare
b. Menjelaskan Pencegahan Diare
c. Pengenalan makanan jajanan
sehat dan tidak sehat pada anak
sekolah
3. Penutup
a. Evaluasi a. Menjawab Pertanyaan 10 Menit
b. Kesimpulan
b. Mendengarkan
c. Salam Penutup
Kesimpulan

c. Menjawab Salam
Penutup
H. Evaluasi
1. Evaluasi kerja kelompok :

- 90% anggota kelompok sepakat dengan topik dan materi untuk bahan penyuluhan

- 100% anggota kelompok ikut berpartisipasi dalam penyusunan SAP maupun


media penyuluhan
2. Evaluasi Hasil :

- Media penyuluhan dapat diselesaikan tepat waktu

Lampiran Materi :

1. Konsep Diare

1.1. Definisi Diare


Diare merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi Buang
Air Besar lebih dari 3 kali dalam satu hari disertai dengan konsistensi tinja cair dan disertai
ada atau tidaknya darah atau lendir. (Depkes RI 2011).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di
dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih
dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO) diare adalah penyakit kedua yang
menyebabkan kematian pada anakanak setelah pneumonia
1.2. Etiologi
Telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare pada anak. Diare disebabkan oleh banyaknya penyebab antara lain
infeksi (bakteri, parasite, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.
Etiologi diare dibagi atas empat penyebab: bakteri, virus, parasite, dan non-infeksi.
Lebih dari 90% kasus diare disebabkan oleh agen infeksi: kasus ini sering disertai muntah,
demam, dan nyeri abdomen. 10% kasus lainnya disebbakan oleh obat, ingesti zat toksik,
iskemia, dan penyebab lainnya. Sebagaian besar diare infeksi terjadi akibat penularan oral,
yang lebih sering melalui ingesti maknana atau air yang tercemar pathogen dari feses
manusia dan hewan.
Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi enterotoksin
oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasite, perlekatan
dan/atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya, inflammatory diare biasanya disebabkan oleh
bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau memproduksi sitokin. Penyebab diare
dapat dikelompokkan menjadi:
1) Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus
2) Bakteri: E. Coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%), Vibro Cholerae, dll
3) Parasit: Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lambia, Crylosoridium (4-11%)
4) Keracunan makanan
5) Malabsorbsi: karbohidrat, lemak dan protein
6) Alergi: makanan, susu sapi
1.3. Tanda Gejala
Anak yang mengalami diare akan timbul gejala seperti:
1) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,
2) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit menurun, ubun-ubun dan mata
cekung membran mukosa kering),
3) Demam,
4) Muntah,
5) Anorexia,
6) Lemah,
7) Pucat,
8) Perubahan tandatanda vital (nadi dan pernafasan cepat),
9) Pengeluaran urine menurun atau tidak ada (Suriadi & Yuliani, 2010).
Tanda dan gejala dehidrasi berdasarkan tingkat keparahan antara lain :
1) Dehidrasi ringan
Pada tahap dehidrasi ringan tubuh sudah mengalami kekurangan cairan
sebesar 1 sampai 2% dan mengalami tanda-tanda dehidrasi seperti haus, lemah,
lelah, sedikit gelisah, dan hilang selera makan.
2) Dehidrasi Sedang
Pada tahap dehidrasi sedang tubuh sudah mengalami kekurangan cairan
sebesar 3 sampai 4% dan mengalami tanda-tanda dehidrasi seperti kulit kering,
mulut dan tenggorokan kering, volume urin berkurang.
3) Dehidrasi Berat
Pada tahap dehidrasi berat, tubuh sudah mengalami kekurangan cairan 5
sampai 6% dan mengalami tanda-tanda dehidrasi seperti sulit berkonsentrasi, sakit
kepala, kegagalan pengaturan suhu tubuh serta peningkatan frekuensi nafas.
Kehilangan cairan > 6% dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan, seperti
dapat mengakibatkan otot kaku dan collapse, saat tubuh kehilangan cairan sebesar
7% sampai dengan 10% dapat menurunkan volume darah serta berakibat
kegagalan fungsi ginjal saat tubuh kehilangan cairan sebesar 11% (Gustam, 2012).
1.4. Pencegahan
1) Perilaku Sehat
(1) Menggunakan Air Bersih
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jarijari tangan, makanan
yang wadah atau tempat makanminum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat
yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko
menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan
air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu
dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah, keluarga harus
memperhatikan hal-hal berikut :
a. Ambil air dari sumber air yang bersih
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-
anak
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih
dan cukup.
(2) Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare (Menurunkan angka kejadian diare
sebesar 47%).
(3) Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit
diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga
harus buang air besar di jamban. Keluarga harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
2) Penyehatan Lingkungan
(1) Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata, dan
berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan
kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk
untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit
tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia.
Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.
(2) Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat mencemari
tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak
sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu pengelolaan
sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut. Tempat
sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke
tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan
sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan
cara ditimbun atau dibakar.
(3) Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air limbah
dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak
menjadi tempat perindukan nyamuk (Kemenkes RI, 2011)
Ada tiga tingkatan pencegahan penyakit diare, pencegahan tingkatan pertama (Primary
Prevention), tingkatan kedua (secondary Prevention), dan tingkatan ketiga (tertiary
Prevention).
1) Pencegahan tingkat pertama dilakukan pada masa prepatogenesis dengan tujuan
untuk menghilangkan faktor resiko terhadap diare, Tindakan yang dilakukan
yaitu, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat dan mencuci tangan
dengan sabun (Ariani, 2016). Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu
perilaku non-kesehatan yang berpengaruh terhadap status kesehatan balita. Jari
tangan adalah salah satu jalur masuknya virus, bakteri dan patogen penyebab
diare ke makanan. Dengan pola seperti ini, salah satu bentuk perilaku efektif dan
efisien dalam upaya pencegahan dan pencemaran adalah mencuci tangan
(Astidya Paramita, 2011).
2) Pencegahan tingkat kedua ditujukan kepada anak yang telah menderita diare,
tindakan yang dilakukan yaitu berikan penderita lebih banyak cairan dari
biasanya seperti oralit atau larutan gula garam untuk mencegah dehidrasi serta
pemberian makanan yang mudah dicerna dan dapat diserap zat- zat gizinya
seperti bubur tempe (Ariani, 2016). Pemberian oralit pada pasien diare MTBS
(2008), oralit adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida (NaCl),
Kalium Klorida (KCL), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat
(Mardayani, 2014). Digunakan untuk meningkatkan keseimbangan elektrolit dan
pencegahan komplikasi akibat kadar cairan yang tidak normal (Wilkinson, 2011).
Oralit sendiri diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang
hilang karena diare (Mardayani, 2014). Walaupun air penting untuk pencegahan
dehidrasi, air minum biasa yang dikonsumsi tidak mengandung garam dan
elektrolit yang diperlukan saaat diare dengan dehidrasi, untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh maka diberikan oralit (Wulandari, 2013).
Keadaan diare berhubungan dengan penurunan nafsu makan sehingga sangat
membuhtuhkan makanan yang mengandung padat gizi. Tempe merupakan
pilihan makanan yang tepat untuk diberikan pada penderita diare, tempe
mempunyai kandungan protein yang tinggi dan jenis asam amino esensial yang
mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Tempe mengandung zat antimikroba aktif
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif sehingga dapat
memperbaiki ganguan pencernaan seperti diare (Susianto, dkk, 2013).
3) Pencegahan tingkat ketiga ditujukan kepada penderita penyakit diare dengan
maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi.
Bahaya yang dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian.
Kematian akibat diare disebebkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan
dan garam dari tubuh. Dehidrasi adalah kondisi ketidak seimbangan yang
ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit. Dehidrasi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya kekurangan cairan dan kekurangan asupan zat terlarut
misalnya protein dan klorida atau natrium (Saputra, 2013). Pencegahan tingkat
ketiga adalah mencegah diare bertambah berat atau sampai terjadi komplikasi,
segera bawa anak kepada petugas kesehatan bila diare tidak membaik dalam 3
hari.
1.5. Penatalaksanaan
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di
rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata
laksana yang cepat dan tepat. IDAI, WHO dan UNICEF merekomendasikan tatalaksana
diare dengan Lintas Diare (Lima langkah Tuntaskan Diare). Lintas diare meliputi:
1) Berikan oralit
Oralit diberikan untuk mencegah terjadinya dehidrasi dengan mengganti
cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Bila tidak tersedia
dapat diberikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang, dll.
Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran
glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh
usus penderita diare.
Oralit yang direkomendasikan adalah oralit formula baru (WHO/UNICEF
2004) yang merupakan oralit dengan osmolaritas rendah. Penelitan menunjukkan
bahwa oralit formula baru mampu mengurangi volume tinja hingga 25%,
mengurangi mual-muntah hingga 30%, dan mengurangi secara bermakna
pemberian cairan melalui intravena.
Cara pembuatan larutan oralit adalah satu bungkus oralit dimasukkan ke
dalam satu gelas air matang (200 cc). Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc
larutan oralit setiap kali buang air besar. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200
cc larutan oralit setiap kali buang air besar.
2) Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi
epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zinc selama
diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Pemberian zinc dilakukan dengan cara melarutkan tablet zinc dalam 1
sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare. Zinc
diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis balita umur < 6 bulan 1/2
tablet (10 mg)/hari sedangkan balita umur ≥ 6 bulan 1 tablet (20 mg)/hari
3) Pemberian Prebiotik
Penatalaksanaan diare akut menggunakan prebiotik memiliki mekanisme
secara singkat yaitu dengan meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam
lumen saluran cerna, sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh
bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak terdapat
tempat lagi untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada sel epitel usus dan
akhirnya kolonisasi. Probiotik adalah bakteri hidup baik yang membantu nutrisi di
saluran gastrointestinal dan memberikan pertahanan untuk melawan bakteri
patogen Fungsi probiotik adalah sebagai pertahanan mukosa, fungsi proteksi dan
pertahanan imunitas saluran cerna seperti misalnya lapisan epitel, lapisan mukus,
peristaltik, dan deskuamasi epitel, serta sekresi imunoglobulin A (IgA), sangat
berpengaruh terhadap perlekatan kuman patogen dan juga untuk modulasi sistem
imun lokal dan sistemik.
Aksi Imunologi: probiotik akan mengaktifkan makrofag lokal untuk
meningkatkan presentasi antigen kepada sel T (makrofag merupakan APC/antigen
presenting cell), kemudian sel T merilis sitokin untuk mengaktifkan limfosit B,
dan akhirnya limfosit B mensintesis imunoglobulin, yaitu IgA. Jadi probiotik
secara tidak langsung meningkatkan IgA. Selain efek tersebut, probiotik juga
mempunyai peran imunologik yang lain yaitu memodulasi profil sitokin dan
menginduksi hiposensitifitastehadap antigen makanan.
Aksi non-imunologi: probiotik merupakan kelompok bakteri yang
meproduksi asam laktat dari karbohidrat, sehingga pH lingkungan saluran cerna
menurun, dalam suasana asam bakteri probiotik dapat tumbuh dengan subur,
sedangkan bakteri patogen tak dapat hidup. Selain itu, probiotik juga
memproduksi bakteriosin untuk menghambat patogen, merangsang produksi
musin epitel usus atau MUC2 dan MUC3, adanya peningkatan produksi musin ini
akan menghambat perlekatan kuman patogen pada mukosa saluran cerna, serta
meningkatkan fungsi barriersintestinal (fungsi pertahanan usus).
4) Teruskan makan
Makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi
yang hilang. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama
2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
Salah satu langkah yang harus ditempuh saat mengalami diare adalah
menghindari makanan yang kemungkinan dapat memperburuk kondisi pencernaan.
Makanan yang harus dihindari adalah sebagai berikut :
(1) Makanan yang harus dihindari ketika mengalami digestive problem atau
diare adalah gorengan.
Makanan yang digoreng memiliki kandungan lemak yang tinggi.
Makanan dengan kandungan lemak tinggi merupakan salah satu pemicu
diare termasuk makanan yang dikonsumsi bersama krim dan mentega.
Daging berlemak juga merupakan makanan yang sebaiknya tidak
dikonsumsi saat diare. Pilih makanan yang diolah dengan cara
dipanggang atau dibakar.
(2) Jauhkan jeruk serta buah sitrus lain dari jangkauan anak saat mengalami
diare atau masalah pencernaan.
Buah jeruk merupakan salah satu buah yang kaya serat sehingga
tidak cocok dikonsumsi penderita diare. Selain itu jeruk dan berbagai
jenis buah sitrus lain bisa menimbulkan sakit perut atau mual pada
sebagian orang yang terkena gangguan pencernaan.
(3) Jangan mengkonsumsi gula sintetis.
Gula buatan seperti yang banyak digunakan pada permen terbukti
dapat menyebabkan diare. Fungsi normal usus dapat terganggu hanya
dengan mengkonsumsi 50 gram makanan yang mengandung gula buatan.
Selain permen, gula buatan juga banyak digunakan dalam produk
makanan ringan lain.
(4) Makanan yang kaya serat.
Sebaliknya, pada saat terkena diare dan gangguan pencernaan, biji-
bijian, buah, dan sayur yang dikenal kaya serat harus dihindari karena
menyebabkan kembung. Hal tersebut akan memperburuk masalah pada
sistem pencernaan. Setelah diare reda, tingkatkon konsumsi makanan
berserat anak secara bertahap. Meski demikian, ada jenis makanan
berserat yang disarankan untuk dikonsumsi saat diare yaitu oat. Sereal
tersebut dipercaya efektif mencegah diare.
(5) Kacang-kacangan.
Kacang tidak disarankan untuk dikonsumsi pada saat pencernaan
bermasalah karena mengandung gula yang sulit dicerna shingga dapat
menyebabkan kembung dan kram. Bakteri dalam usus menghasilkan gas
dalam jumlah besar karena pada saat diare tubuh kehilangan enzim
pencerna gula pada kacang-kacangan.
(6) Kol dan sayuran berjenis kubis.
Seperti halnya kacang, kol, brokoli, dan beragam kubis memiliki
kandungan gula yang sulit dicerna sehingga memicu gas yang berlebihan
dalam usus. Selain itu, kubis juga mengandung banyak serat sehingga
dapat memperburuk diare.
(7) Dalam kondisi normal fruktosa bisa memicu diare, kembung, kram, dan
masalah gangguan pencernaan lain. Jadi permen, soda, kue kecil, serta
makanan lain yang mengandung fruktosa juga sebaiknya tidak
dikonsumsi karena dapat memperburuk diare dan masalah pencernaan.
(8) Makanan pedas.
Cabai mengandung capsaicinyang dapat memicu rasa panas dalam
perut. Hal tersebut bisa menimbulkan rasa mulas pada orang yang
tengah mengalami gangguan pencernaan.
(9) Susu dan produk olahannya juga sebaiknya tidak dikonsumsi selama
terserang diare dan gangguan pencernaan terutama penderita intoleransi
laktosa. Diare dapat semakin parah karena tubuh kehilangan enzim
laktase yang seharusnya berfungsi mencerna laktosa.
5) Berikan antibiotik secara selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare
karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini sangat penting karena
seringkali ketika diare, masyarakat langsung membeli antibiotik seperti
Tetrasiklin atau Ampicillin. Selain tidak efektif, tindakan ini berbahaya, karena
jika antibiotik tidak dihabiskan sesuai dosis akan menimbulkan resistensi kuman
terhadap antibiotik.
Obat-obatan antidiare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali
muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan
status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang
bebahaya dan bisa berakibat fatal.
6) Berikan nasihat pada ibu/keluarga
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang cara memberikan cairan maupun obat di rumah dan kapan harus
membawa kembali balita ke petugas kesehatan yaitu apabila ada demam, tinja
berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, tampak sangat haus, diare
makin sering atau belum membaik dalam 3 hari (Kemenkes RI).
Daftar Pustaka

Afqary M, dkk (2019). EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PENGOBATAN


DIARE PADA PASIEN BALITA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT AZRA
BOGOR.
Jurnal Farmamedika 4(2). Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi, Bogor

Buku Saku Lintas Diare untuk Petugas Kesehatan, Kemenkes RI, Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta : 2011.

Diarrhoea: Why children are still dying and what can be done, UNICEF/WHO, Geneva : 2009.

Gustam. (2012). Faktor risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa (Skripsi yang tidak
dipublikasikan), Institut Pertanian Bogor, Bogor. Diakses dari repository.ipb.ac.id/jspui/
bitstream/123456789/54399/1/I12gus.pdf
Hijriani, H., Agustini, A., & Karnila, A. (2020). Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih (PHBS) pada
Anak dengan Diare di Rumah Sakit Umum Kelas B Kabupaten Subang. Health and
Science, 1(5).
Kemendikbud RI. (2019). Buku Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS. Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Retrieved from
http://www.mebermutu.org/Admin/Lampiran/Pedoman-Pembinaan-Uks.Pdf

Kemenkes RI. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan,
2(2), 1-6
Kumala, Nikma. Dkk. 2017. Diare Pada Anak. Vol 25. No 4. Medan: Ibnu Sina

Kosasih, C., Sulastri, A., Suparto, T. A., & Sumartini, S. (2015). Gambaran pengetahuan ibu
tentang diare pada anak usia balita di Kelurahan Padasuka. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia, 1(2), 86-97.

Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011, Kemenkes RI 2012.

Rahmad, H. N., Kp, E. Z. S. S., & Kep, M. (2017). Upaya Pencegahan Diare Berulang Pada Anak
Usia Toodler (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Sari, N. A., & Nindya, T. S. (2017). Hubungan Asupan Cairan, Status Gizi Dengan Status Hidrasi
Pada Pekerja Di Bengkel Divisi General Engineering Pt Pal Indonesia. Media Gizi
Indonesia, 12(1), 47-53
Susianti. (2017). Pendidikan Kesehatan Dengan Media Kalender “Pintare” (Pintar Atasi Diare).
Jurnal of Health Education, 2(1), 39–46.
Tohari A , Purnamasari A, & Hasanah U. 2015. Gizi dan penyakit infeksi . Fakultas kesehatan
masyarakat ,Universitas Surakarta

Anda mungkin juga menyukai