Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“MUSCULOSKELETAL”

Dosen Pengampuh:

Nur Hikmah Buchair, S.KM., M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Ni Wayan Widiani P10121084

2. Naurah Afnanti Syawalia P10121097

3. Imelda Mayang Putri P10121100

4. Syarah Sulfiyah P10121103

5. Nurul Vida Royana P10121107

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat Rahmat-
Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang berjudul
“MUSCULOSKELETAL” ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular. Makalah ini dapat kami selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan
kelengkapan makalah ini.

Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran pembaca akan kami terima dengan senanghati demi perbaikan makalah
lebih lanjut. Kami berharap semoga makalah inidapat berguna dan bermanfaat bagi kami dan
pembaca.

Palu, Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2

1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

2.1 Definisi Sistem Muskuloskeletal ........................................................................................... 3

2.2 Jenis-Jenis Gangguan pada Muskuloskeletal ........................................................................ 3

2.3 Faktor-Faktor Risiko pada Gangguan Muskuloskeletal ........................................................ 5

BAB III......................................................................................................................................... 10

3.1 Tanda Dan Gejala Penyakit ................................................................................................. 10

3.2 Upaya Pencegahan Dan Penanganan (Deteksi Dini) ...........................................................11

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... 13

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 13

4.2 Saran .................................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon, dan bursa. Struktur
tulang dan jaringan ikat menyususn kurang lebih 25% berat badan. Struktur tulang memberikan
perlindungan terhadap organ-organ penting dalam tubuh seperti jantung, paru, otak. Tulang
berfungsi juga memberikan bentuk serta tempat melekatnya otot sehingga tubuh kita dapat
bergerak, disamping itu tulang berfungsi sebagai penghasil sel darah merah dan sel darah putih
(tepatnya di sumsum tulang) dalam proses yang disebut hamatopoesis.

Pengetahuan tentang anatomi tubuh manusia merupakan dasar yang penting dalam
melaksanakan fungsi profesi kesehatan. Dengan mengetahui struktur dan fungsi tubuh manusia,
seorang professional dapat makin jelas manafsirkan perubahan yang terdapat pada alat tubuh
tersebut. Anatomi tubuh manusia saling berhubungan antara bagian satu dengan yang lainnya.
Setelah memahami sistem normal dan struktur tubuh manusia, khususnya muskuloskeletal,
pembahasan akan berlanjut mengenai penyakit serta kelainan yang terdapat pada sistem
tersebut.

Gangguan muskuloskeletal dapat menimbulkan kerugian bagi pekerja itu sendiri dan bagi
pengusaha. Bila kesehatan pekerja terganggu maka pekerja menjadi tidak produktif sehingga
tidak dapat bekerja dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi perusahaan akan
mengalami kerugian dikarenakan hilangnya waktu kerja dan menurunnya produktifitas serta
kualitas dari karyawan, sehingga proses kerja akan terhambat dan tidak maksimal, selain itu
harus mengeluarkan biaya kompensasi pengobatan dan kerugian lainnya yang berkaitan
langsung atau tidak langsung dengan timbulnya gangguan muskuloskeletal (CTD).

Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau yang biasa disebut dengan gangguan


muskuloskeletal merupakan gangguan yang banyak mengancam pekerja di dunia. Sebanyak
469.000 pekerja pada tahun 2018 dilaporkan menderita MSDs oleh Labour Force Survey (LFS)
di Britania Raya. Di Indonesia, berdasarkan hasil studi yang dilakukan di 12 kabupaten pada
9.482 pekerja ditemukan bahwa dengan hasil sebesar 16% pekerja menderita MSDs sebagai
gangguan utamanya. berdasarkan data WHO tahun 2019 merupakan peringkat kedua penyakit

1
penyebab kecacatan di dunia, diukur dalam tahun hilangnya produktivitas akibat disabilitas.
Terdapat banyak faktor risiko ergonomi yang menyebabkan gangguan muskuloskeletal baik
yang berasal dari pekerja maupun lingkungan kerja. Insiden gangguan muskuloskeletal dapat
meningkat secara signifikan ketika terdapat dua atau lebih faktor risiko.

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, diantaranya yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan sistem muskuloskeletal?


2. Apa saja jenis-jenis gangguan pada sistem muskuloskeletal?
3. Apa saja faktor risiko pada gangguan sistem muskuloskeletal?
4. Bagaimana upaya pencegahan dan pengendalian gangguan sistem muskuloskeletal?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui definisi sistem muskuloskeletal.


2. Untuk mengetahui jenis-jenis gangguan pada sistem muskuloskeletal.
3. Untuk mengetahui faktor risiko pada gangguan sistem muskuloskeletal.
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan pengendalian gangguan sistem muskuloskeletal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Muskuloskeletal


Sistem Muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot(muskulo) dan tulang-
tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai
kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik(gerak). Sedangkan rangka adalah
bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yangmemungkinkan tubuh mempertahankan
bentuk, sikap dan posisi.. (Untari et al, 2023)

Fungsi utama sistem musculoskeletal adalah untuk mendukung dan melindungi tubuh dan
organ-organnya serta untuk melakukan gerak. Agar seluruh tubuh dapat berfungsi dengan
normal, masing-masing substruktur harus berfungsi dengan normal. Enam substruktur utama
pembentuk sistem musculoskeletal antara lain: tendon, ligamen, fascia (pembungkus),
kartilago, tulang sendi dan otot. Tendon, ligamen, fascia dan otot sering disebut sebagai
jaringan lunak. Sedangkan tulang sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh.
Fungsi sistem muskuloskeletal bekerja untuk membantu berdiri, duduk, berjalan, berlari,
dan bergerak. Tubuh orang dewasa memiliki 206 tulang dan lebih dari 600 otot, yang
dihubungkan oleh ligamen, tendon, dan jaringan lunak.

2.2 Jenis-Jenis Gangguan pada Muskuloskeletal


Adanya gangguan muskuloskeletal yang diakibatkan oleh cidera pada saat bekerja yang
dipengaruhi oleh lingkungan kerja dan cara bekerja. Sehingga menyebabkan kerusakan pada
otot, syaraf. tendon, persendian Sedangkan arti gangguan musculoskeletal sendiri adalah
penyakit yang menimbulkan rasa nyeri berkepanjangan. Gangguan musculoskeletal yang
berhubungan dengan pekerjaan dapat terjadi bilamana ada ketidak cocokan antara kebutuhan
fisik kerja dan kemampuan fisik tubuh manusia.

Jenis-jenis keluhan Keluhan muskuloskeletal antara lain:

a. Sakit Leher: Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher,
peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku leher. Penderita akan
merasakan otot leher mengalami peningkatan tegangan dan leher terasa kaku. Ini
disebabkan karena leher selalu miring saat bekerja dan peningkatan ketegangan otot.

3
Leher merupakan bagian tubuh yang perlindungannya lebih sedikit dibandingkan batang
tubuh yang lain. Sehingga leher rentan terkena trauma atau kelainan yang menyebabkan
nyeri pada leher dan gangguan gerakan terutama bila dilakukan gerakan yang mendadak
dan kuat. Faktor risiko yang dapat menyebabkan nyeri leher pada pekerjaan dengan
aktifitas pergerakan lengan atas dan leher yang berulang-ulang, beban statis pada otot
leher dan bahu, serta posisi leher yang ekstrem saat bekerja. Pekerjaan yang sebagian
besar waktunya selalu duduk menggunakan komputer juga mempunyai risiko lebih besar
untuk mengalami nyeri leher.Gejala yang muncul pada saat nyeri leher antara lain rasa
sakit di leher dan terasa kaku, nyeri otot-otot yang terdapat pada leher, sakit kepala dan
migraine. Nyeri leher yang cenderung merasa seperti terbakar. Nyeri bisa menjalar ke
bahu, lengan, dan tangan dengan keluhan terasa baal atau seperti ditusuk jarum. Nyeri
yang tiba-tiba dan terus menerus dapat menyebabkan bentuk leher yang abnormal, kepala
menghadap ke sisi yang sebaliknya.
b. Nyeri Punggung: Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri
punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal. arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri
punggung disebabkan oleh ketegangan otot dan postur tubuh yang saat mengangkat beban
barang dengan posisi salah, beban barang yang terlalu berlebihan. Sikap punggung yang
membungkuk dalam bekerja, membungkuk sambil menyamping, Posisi duduk yang
kurang baik dan didukung dengan desain kursi yang buruk, beresiko menyebabkan
penyakit akibat hubungan kerja berupa gangguan musculoskeletal yang dapat
menyebabkan kekakuan dan kesakitan pada punggung. Keluhan pada punggung atau
keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan pada otot skeletal yang dirasakan dengan
intensitas nyeri yang berbeda-beda, dari nyeri yang ringan sampai nyeri yang sangat sakit.
Nyeri punggung dapat merupakan akibat dari aktifitas kehidupan sehari-hari khususnya
dalam pekerjaan yang berkaitan dengan postur tubuh seperti mengemudi, pekerjaan yang
membutuhkan duduk yang terus menerus, atau yang lebih jarang nyeri punggung akibat
dari beberapa penyakit lain.
c. Nyeri bahu : Nyeri bahu hampir selalu didahului dengan munculnya tanda rasa nyeri pada
bahu terutama pada saat melakukan aktifitas gerakan yang melibatkan sendi bahu
sehingga seseorang yang merasakan nyeri pada bahu merasa ketakutan untuk
menggerakkan sendi bahunya.Tekanan tinggi pada otot bahu akan menyebabkan

4
meningkatnya aktifitas kontraksi otot dimana dapat mendorong terjadinya peningkatan
pada keduanya yaitu kelelahan otot dan tegangan tendon. Tekanan juga dihubungkan
dengan beban statis pada otot bahu.31 Gejala yang biasanya muncul akibat nyeri pada
bahu yaitu : nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi, kerusakan jaringan kolagen dan
jaringan lunak.
d. Carpal Tunnel Syndrome: Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan
pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan ini disebabkan
oleh aktivitas berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus.
e. Thoracic Outlet Syndrome: Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan
tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi
jika lima saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan. Thoracic outlet
syndrome disebabkan oleh gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju kedepan.
f. Tennis Elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang berasal dari
siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan. Tennis elbow disebabkan
oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor.
g. Low Back Pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan L5.
Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka akan
terjadi penekanan pada discus.Hal ini berhubungan dengan posisi duduk yang janggal,
kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai dengan
antopometri pekerja.

2.3 Faktor-Faktor Risiko pada Gangguan Muskuloskeletal


Menurut Hernandez dan Peterson 2013 ( dalam Mayasari et al, 2016) mengelompokkan
faktor risiko dari MSDs ke dalam tiga kelompok besar yaitu:

a. Faktor biomekanik

1. Postur tubuh saat bekerja

Berdasarkan posisi tubuh, postur tubuh saat bekerja dalam ergonomi terdiri atas:

- Posisi netral adalah postur tubuh dimana setiap anggota tubuh berada pada posisi yang sesuai
dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi kontraksi otot yang berlebihan serta pergeseran
atau penekanan pada bagian tubuh.

5
- Posisi janggal adalah postur dimana posisi tubuh menyimpang secara signifikan dari posisi
netral saat melakukan aktivitas yang disebabkan oleh keterbatasan tubuh dalam menghadapi
beban dalam waktu lama.

Berdasarkan pergerakan, postur kerja dapat dibedakan menjadi:

- Postur statis adalah postur dimana sebagian besar tubuh tidak aktif atau hanya sedikit terjadi
pergerakan. Postur statis dalam waktu lama dapat menyebabkan kontraksi otot terus menerus
dan tekanan pada anggota tubuh.

- Postur dinamis adalah postur yang terjadi dimana sebagian besar anggota tubuh bergerak.
Bila pergerakan tubuh wajar, hal ini dapat membantu mencegah masalah yang ditimbulkan
postur statis, namun bila terjadi pergerakan berlebihan, hal ini dapat menyebabkan masalah
kesehatan.

2. Force/ Beban

Pada pekerjaan mengangkat atau mengangkut, efisiensi kerja dan pencegahan terhadap
masalah tulang belakang harus mendapat perhatian cukup.

3. Frekuensi

Frekuensi merupakan banyaknya gerakan yang dilakukan dalam satu periode waktu. Jika
aktivitas pekerjaan dilakukan secara berulang, maka disebut sebagai gerakan repetitif. Keluhan
muskuloskeletal terjadi karena otot menerima tekanan akibat kerja terus menerus tanpa ada
kesempatan untuk berelaksi.

4. Durasi

Durasi adalah lamanya waktu pajanan terhadap faktor risiko. Asumsinya bahwa semakin lama
durasi paparan semakin besar risiko cedera yang terjadi. Durasi diklasifikasikan menjadi:

a. Durasi singkat : < 1 jam/hari

b. Durasi sedang : < 1-2 jam/hari

c. Durasi lama : > 2 jam/hari

6
5. Paparan pada getaran

Getaran akan menyebabkan bertambahnya kontraksi otot. Hal ini akan menyebabkan tidak
lancarnya aliran darah, meningkatnya penimbunan asam laktat dan akhirnya timbul nyeri otot.

b. Faktor Individu

1. Usia

Usia mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk mengalami MSDs. Otot memiliki kekuatan
maksimal pada saat mencapai usia 20-29 tahun, lalu setelah usia mencapai 60 tahun kekuatan
otot akan menurun hingga 20%.

2. Jenis kelamin

Pada semua kelompok pekerjaan, angka prevelansi masalah muskuloskeletal lebih besar pada
perempuan dibandingkan pada laki-laki. Dominasi tertinggi pada wanita ditemukan untuk
pinggul dan pergelangan tangan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor fisiologis kekuatan otot
pada perempuan yang berkisar 2/3 kekuatan otot dari pria.

3. Indeks massa tubuh (IMT)

Pada individu yang overwight ataupun obesitas ditemukan terdapat kerusakan pada sistem
muskuloskeletal yang bermanifestasi sebagai nyeri dan discomfort. Keluhan tersebut dapat
menghalangi dan menganggu aktivitas fisik. Keluhan muskuloskeletal yang terjadi disebabkan
oleh pengaruh ukuran antropometri terkait pada keseimbangan dari struktur rangka dalam
menerima beban baik berat tubuh maupun beban dari pekerjaan.

4. Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok menjadi faktor risiko MSDs, karena nikotin pada rokok dapat
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok dapat pula
menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri
akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang.

5. Kebiasaan olahraga

7
Tingkat kesegaran jasmani yang rendah akan meningkatkan risiko terjadinya keluhan otot.

6. Masa kerja

Masa kerja merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya MSDs,
terutama untuk jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi.

c. Faktor Psikososial

Faktor-faktor psikososial merupakan interaksi yang terjadi diantara lingkungan kerja,


pekerjaan, kondisi organisasi, kapasitas serta pemenuhan pekerja, budaya serta pertimbangan
pribadi dengan pekerjaan yang berlebih, melalui persepsi dan pengalaman serta berpengaruh
pada kesehatan, kinerja dan kepuasan kerja.

Faktor-faktor tersebut dijelaskan oleh Johansson & Rubenowitz pada tahun 1996 diantaranya;

a. Pengaruh dan kontrol pekerjaan

b. Iklim terhadap supervisor (pengawas)

c. Rangsangan dari pekerjaan itu sendiri

d. Hubungan dengan rekan kerja

e. Beban kerja secara psikologis

8
Adapun tahapan Riwayat alamiah pada gangguan muskuloskeletal, yaitu:

1. Tahap Pre-Patogenesis
Pada tahap ini para pekerja melakukan pekerjaan atau gerakkan yang sama secara
terus menerus sehingga menyebabkan kontraksi kuat yang berlangsung lama dan keadaan
tersebut dikenal sebagai kelelahan otot.
2. Tahap Patogenesis
a. Inkubasi: 12 minggu-3 bulan
b. Tahap dini: pada tahap ini gangguan ini tidak langsung muncul, tetapi berlangsung lama
dan berangsur-angsur hingga MSDs mengurangi kemampuan tubuh dan kemudian
menimbulkan rasa sakit dalam bentuk nyeri terutama di leher, bahu, dan punggung.
c. Tahap Lanjut: pada tahap lanjut mulai muncul keluhan-keluhan yang dapat terjadi yaitu
rasa sakit seperti rasa nyeri hingga rasa kesulitan untuk menggerakkan bagian otot,
tendon, serta saraf.
3. Tahap Pasca-Patogenesis
Pada pasien gangguan muskuloskeletal untuk menghilangkan rasa nyeri dapat
dilakukan perawatan farmakologis maupun non- farmakologis. Berdasarkan tinjauan
sistematis dari Babatunde et al. (2017) ditemukan bukti sedang hingga kuat bahwa olahraga
dan intervensi psikososial efektif dalam meredakan nyeri dan meningkatkan fungsi di
berbagai kondisi nyeri muskuloskeletal umum. 36 Semetara intervensi obat-obatan seperti
obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), biasanya direkomendasikan sebagai terapi lini
kedua atau tambahan.

9
BAB III
3.1 Tanda Dan Gejala Penyakit
Berikut ini beberapa gejala umum yang menandai terjadinya MSDs berdasarkan
stadiumnya menurut Oliviera:

1. Stadium I

Lelah, tidak nyaman, nyeri terlokalisasi yang memburuk saat bekerja dan membaik saat
istirahat.

2. Stadium II

Nyeri presisten dan lebih intens, diikuti dengan parestesia dan perasaan terbakar. Memburuk
saat bekerja dan aktivitas sehari-hari.

3. Stadium III

Nyeri presisten dan berat diikuti penurunan kekuatan otot dan kontrol pergerakan, edema dan
parestesia.

4. Stadium IV

Nyeri kuat dan berlangsung terus menerus. (de Carvalho et al., 2009).

Menurut sumber pustaka lainnya, gejala keluhan muskuloskeletal ada tiga tahap yaitu:

1. Tahap I

Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini biasanya menghilang
setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh pada kinerja. Efek ini dapat pulih
setelah istirahat.

2. Tahap II

Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah bekerja. Tidak mungkin
terganggu. Kadang-kadang menyebabkan berkurangnya performa kerja.

3. Tahap III

Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika bergerak secara repetitif.
Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas
kerja.

10
3.2 Upaya Pencegahan Dan Penanganan (Deteksi Dini)
Upaya deteksi dini muskuloskeletal Penyakit Akibat Kerja (PAK) dapat berupa :

1. Melakukan olah raga bersama pada hari tertentu untuk mengembalikan kebugaran karena
sering melakukan posisi sikap kerja yang salah saat bekerja.

2. Memberi pelatihan melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan melakukan upaya
pengendalian risiko mengangkat beban, deteksi dini dan pencatatan dan pelaporan bahaya dan
risiko di tempat kerja.

Pengendalian Risiko MSDs Occupational Safety and Health Administration (OSHA)


merekomendasikan suatu tindakan ergonomik untuk mengatasi keluhan muskuloskeletal
melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik pada desain stasiun dan alat kerja, dan rekayasa
manajemen pada kriteria dan organisasi kerja.

a. Rekayasa teknik

Beberapa alternatif yang dapat dilakukan antara lain:

1. Eliminasi, dengan cara menghilangkan sumber bahaya yang ada, namun cara ini jarang dapat
dilakukan mengingat tuntutan dan kondisi pekerjaan yang mengharuskan menggunakan
peralatan kerja yang ada.

2. Subtitusi, dengan cara mengganti alat/bahan lama dengan yang baru dan aman,
menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.

3. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber risiko dengan pekerja.

4. Ventilasi, yaitu menambah ventilasi untuk mengurangi risiko, seperti suhu udara yang terlalu
panas.

b. Rekayasa Manajemen

Tindakan yang dapat dilakukan dalam rekayasa manajemen antara lain:

1. Pendidikan dan pelatihan, hal ini dilakukan agar pekerja dapat lebih memahami alat dan
lingkungan kerja, sehingga dapat melakukan upaya pencegahan terhadap risiko.

11
2. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, untuk mencegah paparan berlebihan
terhadap faktor risiko.

3. Pengawasan yang intensif

Dengan adanya aplikasi ergonomi dalam pekerjaan, diharapkan tujuan-tujuan ergonomi akan
tercapai, antara lain sebagai berikut:

1. Angka cedera dan kesakitan dalam melakukan pekerjaan tidak ada/dapat dikurangi;

2. Biaya terhadap penanganan kecelakaan atau kesakitan menjadi berkurang;

3. Kunjungan untuk berobat bisa berkurang;

4. Tingkat absentisme/ketidakhadiran bisa berkurang;

5. Produktivitas/kualitas dan keselamatan kerja meningkat;

6. Pekerja merasa nyaman dalam berkerja;

7. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental;

8. Meningkatkan kesejahteraan sosial;

9. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, antropologis, dan

budaya dari setiap sistem kerja.

12
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem Muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot(muskulo) dan
tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Fungsi utama sistem musculoskeletal adalah
untuk mendukung dan melindungi tubuh dan organ-organnya serta untuk melakukan gerak.
Agar seluruh tubuh dapat berfungsi dengan normal, masing-masing substruktur harus
berfungsi dengan normal.

Adanya gangguan muskuloskeletal yang diakibatkan oleh cidera pada saat bekerja yang
dipengaruhi oleh lingkungan kerja dan cara bekerja. Adapun Jenis-jenis keluhan Keluhan
muskuloskeletal antara lain Sakit Leher, Nyeri Punggung, Nyeri bahu, Carpal Tunnel
Syndrome, Thoracic Outlet Syndrome, Tennis Elbow dan Low Back Pain.

Menurut Hernandez dan Peterson 2013 ( dalam Mayasari et al, 2016) mengelompokkan
faktor risiko dari MSDs ke dalam tiga kelompok besar yaitu Faktor biomekanik, Faktor
Individu dan Faktor Psikososial. Upaya deteksi dini muskuloskeletal Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dapat dengan Melakukan olah raga, Memberi pelatihan melakukan identifikasi bahaya,
penilaian risiko dan melakukan upaya pengendalian risiko mengangkat beban, deteksi dini dan
pencatatan dan pelaporan bahaya dan risiko di tempat kerja. Pengendalian Risiko MSDs
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) merekomendasikan suatu tindakan
ergonomik untuk mengatasi keluhan muskuloskeletal melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik
pada desain stasiun dan alat kerja, dan rekayasa manajemen pada kriteria dan organisasi kerja.

4.2 Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini diharapkan agar kami dan para pembaca khususnya
mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat dapat lebih mengetahui dan memahami
tentang Gangguan Muskuloskeletal. Kami menyadari bahwa penulisan makalah masih jauh
dari kata sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah yang lebih baik
lagi serta berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Andini, R. (2019). Indeks Massa Tubuh Sebagai Faktor Risiko Pada Gangguan
Muskuloskeletal. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 8(2), 316-320.

Anwer, S., Li, H., Antwi-Afari, M. F., & Wong, A. Y. L. (2021). Associations between physical or
psychosocial risk factors and work-related musculoskeletal disorders in construction
workers based on literature in the last 20 years: A systematic review. International Journal
of Industrial Ergonomics, 83, 103113.

Aprianto, B., Hidayatulloh, A. F., Zuchri, F. N., Seviana, I., & Amalia, R. (2021). Faktor risiko
penyebab musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja: A systematic review. Jurnal
Kesehatan Tambusai, 2(2), 16-25.

Govaerts, R., Tassignon, B., Ghillebert, J., Serrien, B., De Bock, S., Ampe, T., ... & De Pauw, K.
(2021). Prevalence and incidence of work-related musculoskeletal disorders in secondary
industries of 21st century Europe: a systematic review and meta-analysis. BMC
musculoskeletal disorders, 22(1), 1-30.

Minetto, M. A., Giannini, A., McConnell, R., Busso, C., Torre, G., & Massazza, G. (2020).
Common musculoskeletal disorders in the elderly: the star triad. Journal of clinical
medicine, 9(4), 1216.

Minniti, M. C., Statkevich, A. P., Kelly, R. L., Rigsby, V. P., Exline, M. M., Rhon, D. I., & Clewley,
D. (2020). The safety of blood flow restriction training as a therapeutic intervention for
patients with musculoskeletal disorders: a systematic review. The American Journal of
Sports Medicine, 48(7), 1773-1785.

Patandung, L. N., & Widowati, E. (2022). Indeks Massa Tubuh, Kelelahan Kerja, Beban Kerja
Fisik dengan Keluhan Gangguan Muskuloskeletal. HIGEIA (Journal of Public Health
Research and Development), 6(1).

Puspitasari, N., & Arifin, A. N. (2020). Edukasi Kesehatan kerja: Upaya Promotif dan Preventif
Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada Pekerja Batik Tulis di Kelompok Batik Suka
Maju. Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad (JPMA), 2(2), 100-112.

14
Safiri, S., Kolahi, A. A., Cross, M., Hill, C., Smith, E., Carson‐Chahhoud, K., ... & Buchbinder, R.
(2021). Prevalence, deaths, and disability‐adjusted life years due to musculoskeletal
disorders for 195 countries and territories 1990–2017. Arthritis & rheumatology, 73(4),
702-714.

Untari, S., Susanti, M. M., Kodiyah, N., & Himawati, L. (2023). Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi.
Penerbit NEM.

Viswanatha, P. A., & Adiatmika, I. P. G. (2020). Hubungan Rutinitas Olahraga Dengan Gangguan
Muskuloskeletal Pada Pegawai Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Medika
Udayana, 9(2), 36-40.

15

Anda mungkin juga menyukai