Anda di halaman 1dari 37

Tugas Metodologi penelitian

Nama : Nurul vida royana


Nim : P10121107
Kelas : C

A. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemakaian APD

Crosstab
KepatuhanApd
Tidak
patuh Patuh Total
Pengetahuan Kurang Count 9 13 22
% within
40,9% 59,1% 100,0%
Pengetahuan
Baik Count 3 14 17
% within
17,6% 82,4% 100,0%
Pengetahuan
Total Count 12 27 39
% within
30,8% 69,2% 100,0%
Pengetahuan

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 2,436 1 ,119
Continuity Correctionb 1,466 1 ,226
Likelihood Ratio 2,534 1 ,111
Fisher's Exact Test ,168 ,112
Linear-by-Linear
2,374 1 ,123
Association
N of Valid Cases 39
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,23.
b. Computed only for a 2x2 table
 hasil dari 22 responden yang mempunyai pengetahun kurang sebanyak 13 responden
dengan persentase 59,1% patuh terhadap pemakaian APD dan 9 responden dengan
persentase 40,9% memiliki pengetahuan kurang dan tidak patuh terhadap pemakaian
APD,Sedangkan dari 17 responden yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 14
responden dengan persentase 82,4% patuh terhadap pemakaian APD dan 3 responden
dengan persentase 17,6% memiliki pengetahuan baik tidak patuh terhadap pemakaian
APD

 Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Chi-Square di peroleh nilai p-Value


0,119.(<0,05) maka dapat di simpulkan bahwa Ho di terima Dan Ha di tolak yang artinya
tidak ada hubungan antara pengetahuam dengan kepatuhan memakain APD .

B. Hubungan sikap dengan kepatuhan memakai APD

Crosstab
KepatuhanApd
Tidak
patuh Patuh Total
Sikap Kurang Count 8 7 15
% within
53,3% 46,7% 100,0%
Sikap
Baik Count 4 20 24
% within
16,7% 83,3% 100,0%
Sikap
Total Count 12 27 39
% within
30,8% 69,2% 100,0%
Sikap
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 5,826 1 ,016
Continuity Correctionb 4,232 1 ,040
Likelihood Ratio 5,790 1 ,016
Fisher's Exact Test ,031 ,020
Linear-by-Linear
5,677 1 ,017
Association
N of Valid Cases 39
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,62.
b. Computed only for a 2x2 table

 Hasil dari 15 responden yang memiliki sikap kurang sebanyak 7 responden dengan
persentase 46.7% patuh dalam pemakaian Apd dan 8 responden dengan persentase 53,3%
memiliki sikap kurang dan tidak patuh dalam pemakaian APD sedangkan dari 24
responden yang memiliki sikap baik sebanyak 20 responden dengan persentase 83,3%
patuh terhadap pemakaian APD dan 4 responden dengan persentase 16.7% memiliki sikap
baik dan tidak patuh terhadap pemakaian APD .
 Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square di peroleh nilai P-Value 0,031(>0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak dan Ha di terima yang artinya ada hubungan antara
sikap dan kepatuhan memakai APD.
Daftar Pustaka

Yanti Mustarin, Harbaeni, La Ode Affil, “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Karyawan Pabrik Tahu dan Tempe Terhadap Kepatuhan Penggunaan alat
pelindung diri APD di Kelurahan Karang Anyar Kota Makassar 2019
Akeza Awealom Asgedom and Bente Elisabeth Moen, Knowledge, attitude and practice
related to chemical hazards and personal protective equipment among
particleboard workers in Ethiopia: a cross-sectional study 2019
Fitriyani, B. B., & Wahyuningsih AS. Hubungan Pengetahuan Tentang Alat Pelindung
Telinga (Ear Plug) Dengan Kepatuhan Penggunaannya Pada Pekerja Bagian
Tenun Departemen Weaving Sl Pt. Daya Manunggal. Unnes J Public Heal.
2016;5(1):10.
Ni Luh Putu Chandra Gita , Hubungan Tingkat Pen, Vol. 18 No. 2 Desember 2021 P-ISSN
1693-931X I e-ISSN 2580-3700 getahuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Dengan Sikap Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Dupa
Suma’mur, PK. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta:
Sagung Seto.
JURNAL SKALA HUSADA: THE JOURNAL OF HEALTH
Available online at: https://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JSH
Vol. 18 No. 2 Desember 2021
P-ISSN 1693-931X I e-ISSN 2580-3700 Halaman: 51-56.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan


Sikap Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Dupa

Ni Luh Putu Chandra Gita1, M. Choirul Hadi1* , Anysiah Elly Yulianti1


1
Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar

Diterima: 29 September 2021; Disetujui: 31 Oktober 2021 ; Dipublikasi: 31 Desember 2021

ABSTRACT
Personal protective equipment (PPE) is a device that has the ability to protect a person whose function is to isolate
part or all of the body from potential hazards in the workplace. Knowledge and attitudes have a considerable
influence on the use of PPE. If workers have good knowledge, workers will use PPE properly. The purpose of this
study was to determine the relationship between the level of knowledge of occupational safety and health (K3) with
the attitude of using personal protective equipment in the incense workers of PT. Kaori Group in 2021. This type of
research is an analytical survey using the interview method with theapproach Cross Sectional, the sampling method
used is the sampling technique.saturated. The sample amounted to 62 respondents. From the results of the Chi
Square test, the value of p = 0,000 is obtained, because p = 0,000 <0.05, it can be concluded that Ho is rejected
and Ha is accepted. This means that there is a significant relationship between the level of knowledge about
occupational safety and health with the attitude of using personal protective equipment for workers.

Keywords: Knowledge of K3, Attitude to Use PPE, Incense.

ABSTRAK
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang memiliki kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
untuk mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Pengetahuan dan sikap
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap penggunaan APD. Jika pekerja memiliki pengetahuan yang baik,
pekerja akan menggunakan APD dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan sikap penggunaan alat pelindung diri pada
pekerja kemenyan PT. Kaori Group tahun 2021. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan
metode wawancara dengan pendekatan Cross Sectional, metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik sampling jenuh. Sampel berjumlah 62 responden. Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,000, karena
p = 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja dengan sikap penggunaan alat pelindung
diri pada pekerja.

Kata kunci: Pengetahuan K3, Sikap Menggunakan APD, Dupa.

* Corresponding Author:
M. Choirul Hadi
Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar
Email: choirulhadi514@gmail.com

Copyright © 2021, Jurnal Skala Husada: The Journal of Health


51
PENDAHULUAN kepala karena tidak menggunakan topi
Dalam pembangunan nasional, pengaman, 90% tenaga kerja cedera wajah
tenaga kerja memiliki peranan dan karena tidak menggunakan alat pelindung
kedudukan yang penting sebagai pelaku wajah, 77% tenaga kerja cedera kaki
pembangunan. Sebagai pelaku karena tidak menggunakan sepatu
pembangunan perlu dilakukan upaya-upaya pengaman, dan 66% tenaga kerja cedera
perlindungan baik dari aspek ekonomi, tangan karena tidak menggunakan alat
politik, teknis, dan medis dalam mewujudkan pelindung tangan [5].
kesejahteraan tenaga kerja. Tujuan akhir Keselamatan dan kesehatan kerja
dari kesehatan kerja ini adalah untuk merupakan suatu pemikiran dan upaya
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan untuk menjamin keutuhan dan
produktif. Tujuan ini dapat tercapai, apabila kesempurnaan baik jasmani maupun
didukung oleh lingkungan kerja yang rohani. Dengan keselamatan dan
memenuhi syarat kesehatan [1]. Undang- kesehatan kerja maka para pihak
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang diharapkan dapat melakukan pekerjaan
Ketenagakerjaan pada pasal 86 (2) dengan aman dan nyaman. Pekerja
menyatakan, untuk melindungi keselamatan dikatakan aman jika para pekerja yang
pekerja atau buruh guna mewujudkan bersangkutan dapat melakukan pekerjaan
produktivitas kerja yang optimal dengan merasa nyaman dan betah,
diselenggarakan upaya keselamatan dan sehingga tidak mudah lelah [6].Oleh karena
kesehatan kerja. Berdasarkan undang- itu upaya-upaya penerapan keselamatan
undang tersebut dapat disimpulkan bahwa dan kesehatan kerja dan pencegahan
pekerja merupakan salah satu faktor penting kecelakaan kerja pada semua sektor
dalam kegiatan produksi. kegiatan produksi harus terus dilakukan
Perkembangan industri yang pesat secara berkesinambungan.
tanpa disertai dengan upaya pengamanan Berdasarkan studi pendahuluan
efek samping, penerapan teknologi akan yang telah dilakukan oleh peneliti di PT.
menimbulkan berbagai masalah Kaori Group, pada bulan Oktober tahun
keselamatan dan kesehatan kerja dan 2020 pada industri dupa di PT. Kaori Group
kebakaran, cacat bahkan kematian.Dalam mempunyai karyawan sebanyak 62 pekerja
keadaan demikian penggunaan mesin, yang membuat dupa sebanyak 1 ton
instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan perhari, para pekerja mulai bekerja pukul
terus meningkat sesuai kebutuhan 08.00 pagi sampai pukul 17.00 sore,
industrialisasi. Hal tersebut memberikan pekerja PT. Kaori Group mempunyai rata-
kemudahan bagi suatu proses produksi. rata tingkat pendidikan yaitu SMA (Sekolah
Proses kerja yang tidak aman dan sistem Menengah Atas). Pekerja dupa di PT. Kaori
kerja yang modern dapat menjadi ancaman Group yang diwawancarai pernah
tersendiri terjadinya kecelakaan kerja [2]. mengalami kecelakaan kerja seperti terluka,
Kecelakaan (accident) merupakan suatu tergores, terpeleset saat membawa
kejadian yang tidak direncanakan dan tidak tumpukan dupa yang akan dijemur.
dikendalikan di mana tindakan atau reaksi Masalah utama yang terdapat pada pekerja
dari suatu objek, senyawa, atau orang dupa PT. Kaori Group adalah saat proses
menimbulkan cedera atau probabilitasnya pembuatan dupa, alat- alat yang digunakan
terhadap individu [3]. pekerja berpotensi mengakibatkan
Data kecelakaan kerja dunia kecelakaan kerja. Saat diwawancarai
menunjukkan 99.000 kasus atau setara pekerja memiliki beberapa alasan mengapa
dengan satu orang setiap 15 detik karena alat pelindung diri tidak digunakan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja, semaksimal mungkin, pekerja mengaku
70% berakibat fatal. Tercatat 2,3 juta pekerja kesulitan jika menggunakan alat pelindung
meninggal setiaptahun akibat kecelakaan diri saat bekerja, dan panas saat
dan penyakit akibat kerja (PAK). Lebih dari menggunakan.Padahal resiko saat bekerja
160 juta pekerja menderita penyakit akibat dalam pembuatan dupa sangat berbahaya
kerja dan 313 juta pekerja mengalami dan bahkan dapat mengakibatkan penyakit
kecelakaan non-fatal pertahunnya [4]. akibat kerja dalam proses pembuatan dupa,
Kecelakaan kerja akibat tidak jika pekerja tidak menggunakan masker
menggunakan APD di Indonesia masih saat proses pembuatan dupa dapat
cukup tinggi, yaitu 60% tenaga kerja cedera mengakibatkan terpapar debu dari serbuk
52
dupa yang terbuat dari serbuk kayu (kayu penentuan sampel bila semua anggota
jati, kayu cempaka, kayu nangka, serbuk populasi digunakan sebagai sampel. Istilah
tempurung kelapa) sehingga dapat lain sampel jenuh adalah sensus, dimana
mengakibatkan gangguan pernafasan, dan semua anggota populasi dijadikan sampel
jika pekerja tidak menggunakan sarung [8]. Peneliti menggunakan teknik
tangan saat proses pewarnaan stik dupa pengambilan sampel jenuh karena jumlah
dapat mengakibatkan tangan pekerja populasi relatif kecil yaitu 62 orang pekerja.
terpapar langsung sehingga dapat Analisis data dalam penelitian ini
mengakibatkan penyakit kulit, bahkan menggunakan analisis univariat dan
kecelakaan kerja yang ringan maupun berat analisis bivariat. Analisis univariat bertujuan
yang bisa terjadi kapan saja. Kurangnya untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
kesadaran para pekerja untuk senantiasa karakteristik setiap variabel penelitian,
menggunakan alat pelindung diri dipengaruhi analisis univariat dalam penelitian ini yaitu
oleh beberapa faktor dimana faktor pengetahuan K3 dan sikap penggunaan
pengetahuan dan sikap mempunyai alat pelindung diri. Dalam pemberian
pengaruh yang cukup besar terhadap kategori ini peneliti membuat interval kelas
tindakan penggunaan alat pelindung diri dengan berpedoman pada rumus Sturgess.
pada pekerja, karena sikap adalah
kecenderungan sesorang untuk bertindak. nilai Tertinggi – nilai terendah
Interval=
Tujuan penelitian ini adalah untuk jumlah kelas
mengetahui adanya hubungan tingkat
pengetahuan keselamatan dan kesehatan Setelah melakukan analisis
kerja (K3) dengansikap penggunaan alat univariate selanjutnya dilakukan
pelindung diri pada pekerja dupa PT. Kaori analisisbivariate yang dilakukan terhadap
Group tahun 2021. dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi(7). Pada analisis bivariate
BAHAN DAN METODE ini menggunakan metode analisis Chi
Square. Pengujian dilakukan dengan
Jenis penelitian yang digunakan
menggunakan perangkat komputer. Uji
dalam penelitian ini adalah survey analitik analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi
menggunakan metode wawancara dengan
hubungan antara variabel bebas dan
pendekatan Cross Sectional dimana variabel
variabel terikat. Interpretasi hasil dilakukan
sebab atau resiko dan akibat atau kasus
jika Ho ditolak dan Ha diterima bila
yang terjadi pada objek penelitian diukur
didapatkan nila p<0,05 dan Ho diterima dan
atau dikumpulkan dalam waktu bersamaan Ha ditolak bila didapatkan nilai p>0,05.
[7]. Metode yang digunakan dalam penelitian Untuk mengetahui keeratan hubungan
ini adalah wawancara yaitu suatu metode antara variabel peneliti menghitung CC.
dengan cara memberikan pertanyaan
kepada responden. Data diambil langsung HASIL DAN PEMBAHASAN
dari responden dengan menggunakan
keusioner yang terdiri dari 2 kuesioner 1. Pengetahuan responden tentang K3
diantaranya kuesioner mengenai (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
pengetahuan K3 dan sikap penggunaan alat Pengukuran pengetahuan K3
pelindung diri pada pekerja dupa. Penelitian dilakukan dengan teknik wawancara untuk
dilakukan di PT. Kaori Group, Kecamatan menanyakan materi yang akan diukur pada
Ubud, Kabupaten Gianyar. Penelitian ini responden. Pertanyaan pada pengetahuan
dilaksanakan pada bulan Januari sampai mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Mei 2021. Populasi dalam penelitian ini Kerja berjumlah 15 soal pertanyaan dengan
adalah seluruh pekerja dupa di PT.Kaori menggunakan lembar kuisioner dan
Group, dengan jumlah pekerja sebanyak 62 kategori pengetahuan pekerja dupa di
pekerja dibagian pembuatan dupa. Dalam kategorikan dalam tiga yaitu baik, sedang
penelitian ini yang menjadi sampel adalah dan buruk.
seluruh pekerja dupa PT. Kaori Group yang
bertugas membuat dupa yaitu sebanyak 62
pekerja. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel jenuh yaitu teknik
53
Tabel 1. Distribusi Pengetahuan responden dengan menggunakan lembar kuisioner
tentang K3 PT. Kaori Group Tahun 2021. dan kategori pengetahuan pekerja dupa di
Pengetahuan Jumlah Presentase (%) kategorikan dalam 2 Mendukung dan tidak
Baik 25 40,3 Mendukung.
Sedang 15 24,2
Buruk 22 35,5 Tabel 2. Distribusi sikap responden dalam
Total 62 100 penggunaan APD PT. Kaori Group Tahun
Berdasarkan data dari tabel 1 di atas 2021.
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan Sikap Jumlah Presentase (%)
responden mengenai Keselamatan dan Mendukung 33 53,2
Kesehatan Kerja lebih banyak tingkat Tidak 29 46,8
pengetahuan pada kategori baik yaitu Mendukung
sebanyak 25 orang (40,3 %), dengan Total 62 100
kategori sedang sebanyak 15 orang (24,2%), Berdasarkan data dari tabel 2 di
dan dengan kategori buruk sebanyak 22 atas menunjukkan bahwa responden
(35,5 %). Tingkat pengetahuan responden dengan sikap Mendukung dalam
dapat dipengaruhi oleh faktor yang dimiliki penggunaan APD sebanyak 33 orang
responden itu sendiri yaitu umur, tingkat (53,2%) dan dengan sikap tidak
pendidikan dan masa kerja [9]. Mendukung dalam penggunaan APD
Pendidikan merupakan salah satu sebanyak 29 orang (46,8%).Berdasarkan
faktor yang mempengaruhi pengetahuan hasil kuisioner sikap penggunaan alat
[10]. Semakin tinggi tingkat pendidikan pelindung diri yang telah dilakukan pada
seseorang, maka ia akan lebih responden di Pabrik PT. Kaori Group di
memperhatikan masalah kesehatan dan Wilayah Kabupaten Gianyarpekerja bagian
keselamatannya. Oleh sebab itu, pekerja produksi dupa banyak yang sudah
dengan pendidikan tinggi akan cenderung menggunakan alat pelindung diri hal ini
memiliki pengetahuan yang baik tentang K3 dilihat dari banyaknya responden yang
dan sebaliknya pekerja yang memiliki menjawab mendukung penggunaan alat
pendidikan rendah cenderung sulit untuk pelindung diri, namun pekerja dupa masih
menyerap informasi khususnya tentang belum menerapkan penggunaan alat
pengetahuan K3, sehingga menyebabkan pelindung diri dengan baik saat melakukan
pekerja tidak merespon dengan positif pekerjaan dalam waktu yang singkat, hal ini
pentingnya menerapkan K3 secara baik dan dilihat dari jawaban pekerja dupa yang lebih
benar di tempat kerja.Pekerja yang kurang banyak tidak mendukung sebanyak 50
memahami pengetahuan kesehatan dan orang,dan yang menjawab mendukung 12
keselamatankerja akan cenderung bekerja orang.
terburu-burudan hanya ingin menyelesaikan Sikap adalah respon yang tidak
pekerjaandengan cepat guna menghemat teramati secara langsung yang masih
waktu danwaktu istirahat menjadi lebih tertutup dari seseorang terhadap stimulus
cepat. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan dan atau objek(10).Sikap seseorang terhadap
ketidaksadaran pekerja akan pentingnya suatu objek menunjukkan pengetahuan
prosedur dan peraturan dalam bekerja guna orang tersebut terhadap objek yang
melindungi pekerja itu sendiri. Oleh karena bersangkutan. Dengan demikian dapat
itu pengetahauan pekerja yang rendah akan disimpulkan bahwa seseorang yang
kesehatan dan keselamatan kerja dapat memiliki pengetahuan tidak baik tentang
menimbulkan kecelakaan ringan dan penggunaan K3, maka akan memiliki sikap
kecelakaan kerja yang lebih parah [11]. negatif terhadap penggunaan APD dan
sebaliknya seseorang yang memiliki
2. Sikap responden dalam penggunaan pengetahuan baik tentang K3, maka akan
APD (Alat Pelindung Diri). memiliki sikap positif terhadap penggunaan
Pengukuran sikap penggunaan alat APD.
pelindung diri dilakukan dengan teknik
wawancara untuk menanyakan materi
yangakan diukur pada responden.
Pertanyaan pada sikap penggunaan alat
pelindung diri berjumlah 10 soal pertanyaan

54
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Sikap
Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja DUPA di PT.Kaori Kecamatan Ubud
Kabupaten Gianyar Tahun 2021.

Tabel 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan
Sikap Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Dupa PT Kaori Kecamatan Ubud
Kabupaten Gianyar Tahun 2021.
Pengetahuan Sikap Penggunaan APD
Keselamatan Tidak Jumlah p-
Mendukung CC
dan Kesehatan Mendukung value
Kerja (K3) F % F % F %
Baik 25 100 0 0 25 100

Sedang 8 53,3 7 46,7 15 100


0,000 0,657
Buruk 0 0 22 100 22 100
Jumlah 33 53,2 29 46,8 62 100

Berdasarkan inpretasi tabel diatas di kaian APD yang negatif, yaitu sebanyak 12
dapatkan hasil bahwa responden yang orang (66,67%). Responden yang
memiliki pengetahuan baik tentang berpengetahuan baik sebagian besar
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) melakukan pemakaian APD yang positif
dengan sikap mendukung dalam yaitu sebanyak 23 orang (69,70%).
penggunaan APD sebanyak 25 orang Berdasarkan Hasil uji korelasi Chi Square
(100%) dan dengan sikap tidak mendukung tingkat Pengetahuan K3 dengan sikap
dalam penggunaan APD sebanyak (0%). pemakaian APD, diperoleh p-value =0,012
Responden dengan pengetahuan sedang (p-value<0,05) sehingga Ho ditolak maka
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang
dengan sikap mendukung dalam signifikan antara pengetahuan K3 dengan
penggunaan APD sebanyak 8 orang (53,3%) sikap pemakaian APD. Responden yang
dan dengan sikap tidak mendukung dalam sikap pemakaian APD paling banyak pada
penggunaan APD sebanyak 7 orang yang pengetahuan K3 dalam kategori baik
(46,7%). Responden dengan pengetahuan dan kategori sikap pemakaian APD positif
buruk tentang keselamatan dan kesehatan [12].
kerja (K3) dengan sikap mendukung dalam Penelitian ini sejalan dengan
penggunaan APD sebanyak 0 (0%) dan Noviyanti (2020), hasil uji statistik yang
sikap tidak mendukung dalam penggunaan didapat menunjukkan bahwa ada hubungan
APD sebanyak 22 orang (100%) antara pengetahuan pekerja dengan
Dari hasil analisis data menggunakan penggunaan APD di PT. X Kota Batam
uji chi square diperoleh nilai p = 0,000. Tahun 2019. Dimana Uji ChiSquare
Karena nilai p = 0,000 < 0,05. Maka dapat diketahui nilai p value = 0,024 (a < = 0,05),
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan pekerja dengan
yang signifikan antara tingkat pengetahuan penggunaanAPD di PT X Kota Batam
mengenai Keselamatan dan Kesehatan Tahun 2019 [13].
Kerja (K3) dengan Sikap Penggunaan Alat
Pelindung Diri Pada Pekerja Dupa Di PT. KESIMPULAN
Kaori Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar Berdasarkan hasil penelitian dan
Tahun 2021 dengan tingkat hubungan yang pembahasan yang telah disampaikan,
sangat kuat dengan nilai coefficient maka dapat disimpulkan ada hubungan
kontigensi (CC) yaitu 0,657. yang signifikan antara tingkat pengetahuan
Hasil penelitian ini sejalan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Prasetyo (2016), yang dalam hasil penelitian dengan Sikap Penggunaan Alat Pelindung
tersebut dimana responden yang Diri Pada Pekerja Dupa. Karena nilai P=
berpengetahuan tidak baik memiliki pema- 0,000 < 0,05). Dengan tingkat hubungan
55
yang sangat kuat dengan nilai Coefficient 6. Gunawan, I., & Mudayana A a.
Kontigensi (CC) yaitu 0,657. Hubungan Antara Pengetahuan,
Adapun saran yang dapat diberikan Sikap Dan Motivasi Dengan Perilaku
oleh peneliti yaitu bagipekerja pembuat dupa Penggunaan Alat Pelindung Diri
disarankan bagi pekerja dupa yang Pada Pekerja Bagian Produksi Pt.
pengetahuannya sudah baik hendaknya Katingan Indah Utama, Kabupaten
dipertahankan serta ditingkatkan menjadi Kotawaringin Timur, Provinsi
lebih baik lagi, sehingga diharapkanmampu Kalimantan Tengah. Unnes J Public
mempengaruhi pekerja lain yang Heal. 2016;5(4):336.
pengetahuannya belum baik dalam K3. Bagi 7. Notoatmodjo. Metodologi Penelitian
pihak PT. Kaori Group disarankan agar Kesehatan. PT. Rineka Cipta; 2012.
pihakpihak PT. Kaori Group melakukan 8. Sugiyono. Metodologi penelitian
pelatihan maupun penyuluhan tentang K3 kuantitatif kualitatif, dan R&D.
untuk meningkatkan pengetahuan dan Alfabeta cv; 2017.
meningkatkan kesadaran pekerja tentang 9. Saputro. Hubungan Antara
pentingnya K3,dan diharapkan perusahaan Pengetahuan Dan Sikap Dengan
dapat memperhatikan penyediaan APD bagi Penggunaan Alat Pelindung Diri
pekerjanya dan perlunya pengawasan serta (APD) Pada Pekerja Di Unit Kerja
aturan penggunaan APD dan disarankan Produksi Pengecoran Logam.
perlu adanya poster K3, serta tanda-tanda 2015;1–239.
peringatan bahaya di tempat-tempat kerja 10. Notoatmodjo SDP. Promosi
terutama yang berpotensi menyebabkan Kesehatan Teori dan Aplikasi.
kecelakaan kerja.Bagi peneliti selanjutnya Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar 11. Kalalo. Hubungan Antara
dapat melakukan penelitian lebih lanjut Pengetahuan Dan Sikap Tentang K3
mengenai K3 dengan penggunaan APD Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja
pada pekerja dupa dengan metode lain atau Pada Kelompok Nelayan Di Desa
variabel lainnya. Belang Kecamatan Belang
Kabupaten Minahasa Tenggara. J
REFERENSI Ilm Farm – Unsrat. 2016;5(1).
1. Fitriyani, B. B., & Wahyuningsih AS. 12. Prasetyo. Hubungan Tingkat
Hubungan Pengetahuan Tentang Alat Pengetahun K3 Dengan Sikap
Pelindung Telinga (Ear Plug) Dengan Terhadap Pemakaian APD Pada
Kepatuhan Penggunaannya Pada Pekerja Di Sentra Industri Pande
Pekerja Bagian Tenun Departemen Besi Desa Padas Kecamatan
Weaving Sl Pt. Daya Manunggal. Karanganom Kabupaten Klaten.
Unnes J Public Heal. 2016;5(1):10. 2016;
2. Wirdati, I. E., Denny, H. M., & 13. Noviyanti N, Amaliah RU, Iqbal M.
Kurniawan B. Analisis Faktor-Faktor Pengetahuan dan Sikap Pekerja
Yang Mempengaruhi Elektrikal Dalam terhadap Penggunaan Alat
Menerapkan Work Permit Di Pt . X Pelindung Diri (APD) pada Pekerja
Semarang. J Kesehat Masy. Blasting Painting di Kota Batam. J
2015;456–64. Abdidas. 2020;1(2):70–9.
3. Sumantri A. Kesehatan Lingkungan.
Kencana Penada Media Group.; 2010.
4. Listautin. Hubungan Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD), Aktivitas Kerja
Berulang Dan Ergonomi Terhadap
Kecelakaan Pada Tenaga Kerja
Bongkar PT. Jambi Waras Tahun
2016. Sci J. 2016;6(2):88.
5. Aprilliawan YBEW. Kepatuhan
Penggunaan Sarung Tangan Dengan
Kecelakaan Kerja Di Perusahaan
Dengan Kecelakaan Kerja Di
Perusahaan Parquet Temanggung.
2016;3(1):1–10.
56
“Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Karyawan Pabrik Tahu dan
Tempe Terhadap Kepatuhan Penggunaan alat pelindung diri APD di
Kelurahan Karang Anyar Kota Makassar

"The Relationship between Knowledge and Attitudes of Tofu and Tempe


Employees Against Compliance Use of PPE equipment in Karang Anyar Village,
Makassar City
1
Yanti Mustarin, 2Harbaeni, 3 La Ode Affil
1,2
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan, STIK GIA Makassar
3
Program Studi Sarjana Keperawatan, STIK GIA Makassar

ABSTRAK

Alat pelindung diri (APD) merupakan seperangkat alat keselamatan yang


digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagaian tubuh dari potensi bahaya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Penggunaan alat pelindung diri yang tepat
dapat mengurangi tingkat terjadinya kecelakaan kerja. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Karyawan Pabrik
Tahu dan Tempe Terhadap Kepatuhan Penggunaan alat pelindung diri APD di
Kelurahan Karang Anyar Kota Makassar. Desain penelitian ini bersifat non
eksperimental dengan pendekatan survei analitik dengan metode cross sectional.
Jumlah populasi dalam penelitian ini 58 responden dengan jumlah sampel
responden 58 responden dan teknik sampel digunakan dalam penelitian ini adalah
secara probability sampling dengan teknik total sampling. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan November – Desember 2018. Instrumen yang
digunakan yaitu lembar kuesioner yang disebarkan pada karyawan pabrik. Hasil
penelitian diolah menggunakan SPSS 22. Hasil Penelitian menunjukan sebagian
besar karyawan (87.9%) memiliki pengetahuan yang kurang baik, sikap negatif
pekerja menunjukan (82.8%). Hasil uji Chi Square untuk tingkat pengetahuan
terhadap kepatuhan penggunaan APD mempunyai nilai p = 0.013 dan untuk sikap
terhadap kepatuhan penggunaan APD mempunyai nilai p = 0.027. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap
kepatuhan penggunaan APD. Diharapkan karyawan selalu memakai APD yang
lengkap, sehingga mengurangi dampak dan resiko terjadinya kecelakaan kerja.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Alat Pelindung Diri


Kepustakaan : 25 (2003-2018)
PENDAHULUAN memberikan dampak yang
negatif, sehingga dapat perlu
Alat pelindung diri (APD) diperhatikan suatu kewaspadaan
merupakan seperangkat alat dalam segala bentuk lapangan,
keselamatan yang digunakan untuk kedisplinan, hubungan kerja
melindungi seluruh atau sebagaian yang harmonis, kesehatan dan
tubuh dari potensi bahaya keselamatan kerjanya.19
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Masalah yang sering terjadi
Penggunaan alat pelindung diri yang adalah seringkali karyawan tidak
tepat dapat mengurangi tingkat menggunakan alat pelindung diri
terjadinya kecelakaan kerja. Secara secara lengkap. Kecelakaan
teknis APD tidaklah secara sempurna terjadi pada pembuat tahu dan
dapat melindungi tubuh tetapi akan tempe adalah rudapaksa benda
dapat meminimalisasi tingkat tumpul, rudapaksa benda tajam,
keparahan kecelakaan atau rudapaksa panas. Rudapaksa
keluhan/penyakit yang terjadi. tersebut dapat menimbulkan luka
Dengan kata lain, meskipun telah memar, luka gores dan luka
menggunakan APD upaya bakar. Bahaya potensial yang
pencegahan kecelakaan kerja secara sering terjadi pada pembuat tahu
teknis, teknologis yang paling utama. dan tempe adalah sikap kerja
Pembangunan di Indonesia yang tidak ergonamis, panas,
secara berencana, komprehensif, tumpahan larutan panas, uap zat
terpadu, terarah dan kimia pada kulit, sanitasi,
berkesinambungan terus diupayakan pencahayaan, dan penghawaan
untuk mencapai tujuan nasional. yang buruk. Bahaya potensial
Adapun tujuan dari pembangunan tersebut dapat mengakibatkan
nasional adalah untuk mewujudkan sakit pada otot, kekurangan
masyarakat adil, makmur, dan cairan tubuh, luka bakar,
merata baik secara material maupun peradangan saluran nafas,
secara spiritual berdasarkan peradangan kulit, gangguan
Pancasila dan UUD 1945.1 kenyamanan kerja, kecelakaan
Menurut Hendrik L. Blum (1986), kerja, dan gangguan fungsi
derajat kesehatan masyarakat di penglihatan.10
pengaruhi oleh empat faktor utama Mengingat kecelakan kerja
yaitu: keturunan, lingkungan, perilaku terus terjadi dan ancaman
dan pelayanan kesehatan. Status kecelakaan kerja masih tetap
kesehatan akan tercapai secara sering terjadi maka pemerintah
optimal, bila mana keempat factor Republik Indonesia telah
tersebut secara bersama- sama memperlakukan beberapa
mempunyai kondisi yang optimal perundang- undangan maupun
pula.6 peraturan sesuai konvensi
Peningkatan kemajuan suatu International Labour Organization
industry yang menggunakan mesin (ILO) no. 120 tahun 1964
dan peralatan mekanik yang serba mengenai Hygiene Dalam
modern dapat diikuti dengan Pekerja Beresiko, yang
peningkatan kondisi kerja yang menyimpulkan bahwa para
pekerja harus dilindungi dengan 35.917, dan kasus tahun 2014
tindakan yang tepat dan dapat berjumlah 24.910.8
dilaksanakan terhadap bahan, Untuk wilayah Sulawesi
proses, dan teknik yang berbahaya, Selatan tingkat kecelakaan kerja
tidak sehat atau beracun atau untuk pada tahun 2014 berdasarkan
suatu alasan penguasa yang data terakhir yang didapatkan
berwenang harus memerintahkan dari Badan Penyelenggara
penggunaan Alat Pelindung Diri Jaminan Sosial (BPJS)
(APD).19 Ketenagakerjaan tercatat
Kapasitas, beban kerja, dan sepanjang periode Januari
lingkungan kerja merupakan tiga hingga Mei 2014 terdapat 150
komponen utama dalam kesehatan kasus kecelakaan kerja dengan
kerja, dimana hubungan interkatif dan rincian pada bulan Januari
serasi antara ketiga komponen terdapat 30 kasus, Februari 43
tersebut akan menghasilkan kasus, Maret 24 kasus, April 35
kesehatan kerja yang baik dan kasus, dan Meitercatat 18 kasus
optimal.19 kecelakaan kerja. Sedangakan
Penyebab kecelakan kerja, pada tahun 2015 terdapat 780
kondisi yang tidak standar misalnya kasus, 2016 turun tipis 747
peralatan pengamanan, tidak kasus, namun naik drastis pada
memenuhi syarat, bahan dan 2017 menjadi 943 kasus.2
peralatan yang rusak, terlalu sempit, Mengingat pentingnya
bahaya-bahaya kebakaran dan menggunakan alat pelindung diri
ledakan lingkungan yang berbahaya dan akibat yang ditimbulkan
atau beracun (gas, debu asap, uap, apabila para pekerja karyawan
dan lainya), bising, paparan radiasi, pabrik tahu dan tempe tidak
ventilasi, dan penerangan yang menggunakan alat pelindung diri
kurang.24 dapat membahayakan
Berdasarkan data dari keselamatan dan kesehatan.
International Labour Organization Pembuatan tahu dan tempe di
(ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia Kelurahan Karang Anyar
meninggal setiap 15 detik karena merupakan salah satu usaha
kecelakaan kerja dan 160 pekerja industri yang berada di
mengalami sakit akibat kerja. Tahun Kecamatan Mamajang, Kota
sebelumnya 2012, ILO mencatatat Makassar, Provinsi Sulawesi
angka kematian dikarenakan Selatan.
kecelakaan dan Penyakit Akibat Demi keselamatan bekerja,
Kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus semua karyawan/pekerja pabrik-
setiap tahun.3 pabrik dan Home Industry harus
Menurut Kementerian Kesehatan menggunakan APD dalam
RI jumlah kasus kecelakaan kerja di proses bekerja. Salah satu
Indonesia pada tahun 2011 sampai bentuk home industry di Kota
2014 berjumlah 92.453 kasus dengan Makassar, khususnya di wilayah
rincian pada tahun 2011 berjumlah kerja Puskesmas Cendrawasih
9.891,kasus tahun 2012 berjumlah Kelurahan Karang Anyar adalah
21.735, kasus tahun 2013 berjumlah industri tahu dan tempe, dan
untuk mengetahui apakah APD
digunakan, maka dilakukan observasi Tempe Terhadap Kepatuhan
pada 8 pekerja di home industry Penggunaan APD di Kelurahan
tersebut, dari hasil observasi Karang Anyar Kota Makassar”?
diketahui beberapa karyawan tahu
dan tempe tidak menggunakan APD Tujuan Penelitian
dalam proses bekerja, dengan alasan Diketahuinya hubungan
tidak menggunakan APD karena tingkat pengetahuan dan sikap
menganggu dalam proses bekerja. karyawan pabrik tahu dan tempe
Dari uraian pada latar terhadap kepatuhan penggunaan
belakang tersebut, maka peneliti APD.
tertarik untuk melakukan penelitian
dengan berjudul “Hubungan Tingkat Metode Penelitian
Pengetahuan dan Sikap Jenis penelitian ini
Karyawan Pabrik Tahu dan Tempe bersifat non eksperimental
Terhadap Kepatuhan Penggunaan dengan pendekatan survei
APD di Kelurahan Karang Anyar Kota analitik dengan metode cross
Makassar”. sectional study yaitu rancangan
penelitian yang bertujuan melihat
Rumusan Masalah hubungan tingkat pengetahuan
Berdasarkan latar belakang dan sikap karyawan pabrik tahu
diatas, maka rumusan masalah dan tempe terhadap kepatuhan
penelitian ini adalah “Bagaimana penggunaan APD.21
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Karyawan Pabrik Tahu dan
November sampai dengan
Desember 2018 di Kelurahan
Waktu dan Tempat Penelitian Karang Anyar Kota Makassar.
Penelitian ini telah
dilaksanakan pada tanggal
ada pada saat dilakukan penelitian.
Populasi dan Sampel Populasi karyawan sebanyak 58
pekerja.
Populasi adalah keseluruhan Sampel adalah keseluruhan
subyek penelitian yang akan diteliti. obyek yang diteliti. Sampel dalam
Populasi dalam penelitian ini penelitian ini adalah seluruh
adalah karyawan pabrik tahu dan karyawan pabrik tahu dan tempe
tempe yang bertugas di Kelurahan yang bersedia, di Kelurahan
Karang Anyar. Karang Anyar Kota Makassar yaitu
Berdasarkan tujuan sebanyak 58 karyawan. Metode
penelitian yang ingin dicapai, maka pengambilan sampel pada
populasi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara
penelitian ini adalah karyawan probability sampling dengan teknik
pabrik tahu dan tempe di Kelurahan total sampling.
Karang Anyar Kota Makassar, yang
Instrumen Penelitian data pengetahuan adalah 10 / 2
Instrumen yang digunakan = 5.
dalam penelitian ini adalah lembar Kriteria Objektif : Baik ≥ 5.
kuesioner yang telah di buat oleh Kurang < 5.
peneliti. Kuesioner ini disusun 2. Sikap
menggunakan skala pengukuran Untuk menilai sikap responden,
Gutman, Likert dan Lembar digunakan skala pengukuran
Observasi. Likert dengan 10 pernyataan
Instrument yang digunakan yang akan dijawab oleh
dalam penelitian ini telah diuji responden dengan empat
validitas dan realibiitas oleh pilihan jawaban yaitu: Sangat
peneliti di Kelurahan Maccini Setuju, Setuju, Tidak Setuju,
Sombala Kota Makassar dengan Sangat Tidak Setuju. (Sangat
jumlah sampel 20 sampel yang Setuju) Skor = 4, (Setuju) Skor
terdiri dari 10 pertanyaan tentang = 3, (Tidak Setuju) = 2, (Sangat
pengetahuan dan 10 pernyataan Tidak Setuju) = 1.
tentang sikap dengan cara Nilai tertinggi adalah 10 x 4 =
menyebar angket atau instrumen 40.
agar diisi oleh responden dan Nilai terendah adalah 10 x 1 =
setelah terisi didapatkan 10.
pengetahuan hasil nilai sig outcom Maka untuk mendapatkan
lebih kecil dari 0,05 dan range criteria adalah 40 + 10 =
realibilitasnya tinggi yaitu 0,767 50 dengan 2 kategori, sehingga
dengan demikian instrument diperoleh range criteria untuk
pengetahuan valid dan realibel. data sikap adalah 50 / 2 = 25.
Untuk sikap didapatkan hasil nilai Kriteria Objektif : Positif ≥ 25.
sig outcom lebih kecil dari 0,05 dan Negatif < 25.
realibilitasnya tinggi yaitu 0,794 3. Untuk menilai penggunaan
dengan demikian instrument sikap APD lengkap responden,
valid dan realibel. digunakan lembar observasi
1. Pengetahuan terstruktur dengan 7
Untuk menilai pengetahuan pertanyaan, dengan dua pilihan
responden, digunakan skala jawaban yaitu: Ya dan Tidak,
pengukuran Gutman dengan 10 (Ya) Skor = 1, (Tidak) Skor = 0
pertanyaan yang akan dijawab
oleh reponden dengan dua Pengumpulan Data Penelitian
pilihan jawaban yaitu: Ya dan Pengumpulan data adalah
Tidak, (Ya) Skor = 1, (Tidak) suatu proses pendekatan kepada
Skor = 0. subjek dan proses pengumpulan
Nilai tertinggi adalah 10 x 1 = karakteristik subjek yang
10. diperlukan dalam suatu penelitian.
Nilai terendah adalah 10 x 0 = Mengurus kelengkapan surat
0. pengantar kepada Kelurahan
Maka untuk mendapatkan Karang Anyar Kota Makassar yang
range criteria adalah 10 + 0 = dituju untuk melaksanakan
10 dengan 2 kategori, sehingga penelitian
diperoleh range criteria untuk
Pada penelitian ini cara 2. Data Sekunder
pengumpulan data yang digunakan Data sekunder dalam
adalah : penelitian ini adalah data yang
1. Data Primer diperoleh lewat pihak lain, tidak
Data primer dalam langsung diperoleh oleh peneliti
penelitian ini yaitu data yang dari subjek penelitiannya.
diperoleh dengan cara Adapun prosesnya antara lain:
kunjungan ke lokasi penelitian a. Mengurus surat pengantar /
dengan metode wawancara surat izin pengambilan data
langsung kepada respoden, awal di Dinas Kesehatan
adapun metode dalam Kota Makassar.
pengumpulan data adalah b. Mengantar surat yang telah
dengan menggunakan teknik jadi dari Dinkes ke
kuesioner. Adapun prosesnya Puskesmas Cendrawasih
antara lain: untuk mendapatkan data
a. Mengurus surat pengantar / awal
surat izin penelitian ke c. Setelah mendapatkan
kantor BPKMD, setelah itu persetujuan dari Kepala
ke Kantor Walikota, lalu Puskesmas, peneliti
surat akan terbit yang diarahkan ke ruangan untuk
ditunjukan ke kantor Camat pengambilan data awal
Mamajang, setelah itu ke
kantor Kelurahan Karang Teknik Analisa Data
Anyar Analisa yang dipakai adalah
b. Peneliti menjelaskan analisis univariat dan analisis
tentang tujuan penelitian bivariat yang dilakukan untuk
kepada responden sebelum menganalisis variabel yang ada.
memberikan kuesioner Untuk mengetahui hubungan
c. Setelah responden tingkat pengetahuan dan sikap
memahami tujuan karyawan pabrik tahu dan tempe
penelitian, maka selanjutnya terhadap penggunaan APD.21
responden diminta
kesediaannya untuk Analisis Univariat
menandatangani lembar Setelah data melalui tahap editing,
persetujuan partisipan. koding, dan tabulating, lalu
d. Jika responden bersedia kemudian dilakukan uji statistic
dan menandatangani univariat dengan menggunakan
lembar persetujuan Program SPSS 22. Pada umumnya
partisipan, maka lembar dalam analisis ini hanya
kuesioner diberikan. menghasilkan distribusi dan
e. Setelah mengisi lembar persentasi dari tiap variabel.
kuesioner yang diberikan, Analisa yang dilakukan terhadap
peneliti mengumpulkan data variabel untuk menggambarkan
hasil jawaban kuesioner. variabel, sebab disajikan data
f. Selanjutnya data yang bentuk distribusi frekuensi.
dikumpulkan diolah dan
dianalisis. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk digunakan batas α=0,05 terhadap
mengetahui hubungan antara hipotesis, berarti jika p value < 0,05
variabel independen dan variabel maka Ho ditolak dan Ha diterima,
dependen. Uji statistik pada artinya ada hubungan antara
penelitian ini yaitu dengan variabel bebas dengan variabel
menggunakan chi square (X2). terikat. Jika p value > 0,05 maka Ho
Kriteria hubungan berdasarkan nilai diterima dan Ha ditolak, artinya
p value (probabilitas) yang tidak ada hubungan antara variabel
dihasilkan dibandingkan dengan bebas dengan variabel terikat yang
pemaknaan yang dipilih, dengan diuji.
kriteria yaitu: perhitungan stastitika

Hasil Penelitian

1. Analisis univariat
a. Usia
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Karyawan Pabrik Tahu
Dan Tempe Di Kelurahan Karang Anyar Kota Makassar Tahun 2018
Usia Frekuensi %
16-25 tahun 8 13.8
26-35 tahun 24 41.4
36-45 tahun 19 32.8
46-55 tahun 6 10.3
56-65 tahun 1 1.7
Total 58 100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa dari 58 responden
yang memiliki usia 16-25 tahun sebanyak 8 (13.8%) responden, usia 26-
35 tahun yang tertinggi sebanyak 24 (41.4%) responden, usia 36-45 tahun
sebanyak 19 (32.8%) responden, usia 46-55 tahun sebanyak 6 (10.3%)
responden dan usia 56-65 tahun sebanyak 1 (1.7%) responden.

b. Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pabrik Tahu
Dan Tempe Di Kelurahan Karang Anyar Kota Makassar Tahun 2018
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-Laki 36 62.1
Perempuan 22 37.9
Total 58 100
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa dari 58 responden
yang memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 36 (62.1%) responden,
sedangkan yang memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak 22
(37.9%)responden

c. Pendidikan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan Karyawan Pabrik
Tahu Dan Tempe Di Kelurahan Karang Anyar Kota Makassar Tahun 2018
Pendidikan Frekuensi %
Tidak Sekolah 1 1.7
SD 6 10.3
SMP 19 32.8
SMA 28 48.3
Perguruan Tinggi 4 6.9

Total 58 100
Berdasarkan tabel 4.3 tersebut menunjukan bahwa dari 58 responden
yang tidak sekolah sebanyak 1 (1.7%) responden, Pendidikan SD
sebanyak 6 (10.3%) responden, SMP sebanyak 19 (32.8%) responden,
SMA tertinggi sebanyak 28 (48.3%) responden, Perguruan Tinggi
sebanyak 4 (6.9%) responden.

d. Pengetahuan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Karyawan
Pabrik Tahu Dan Tempe Di Kelurahan Karang Anyar Kota Makassar
Tahun 2018
Pengetahuan Frekuensi %
Kurang 51 87.9
Baik 7 12.1

Total 188 100


Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa dari 58 responden
yang pengetahuannya kurang sebanyak 51 (87.9%) responden,
sedangkan yang pengetahuannya baik sebanyak 7 (12.1%) responden.
e. Sikap
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Karyawan Pabrik
Tahu Dan Tempe Di Kelurahan Karang Anyar Kota Makassar Tahun
2018
Sikap Frekuensi %
Negatif 49 82.8
Positif 10 17.2

Total 188 100


Berdasarkan tabel 4.5 tersebut menunjukan bahwa dari 58 responden
yang sikap negatif sebanyak 49 (82.8%) responden, sedangkan yang
sikap positif sebanyak 10 (17.2%) responden.

f. Kepatuhan penggunaan APD

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Penggunaan
APD Karyawan Pabrik Tahu Dan Tempe Di Kelurahan Karang Anyar Kota
Makassar Tahun 2018
Kepatuhan
Frekuensi %
Penggunaan APD
Tidak Patuh 56 96.6
Patuh 2 3.4

Total 188 100


Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa dari 58 responden
yang tidak patuh menggunakan APD sebanyak 56 (96.6%) responden,
sedangkan yang patuh menggunakan APD sebanyak 2 (3.4%) responden.

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Kepatuhan Penggunaan
APD
Tabel 4.7
Hubungan Pengetahuan Karyawan Pabrik Tahu Dan Tempe Terhadap
Kepatuhan Penggunaan APD Di Kelurahan Karang Anyar Kota Makassar
Tahun 2018
Kepatuhan Penggunaan
Pengetahua APD
Total Ρ
n Tidak
Lengkap
lengkap
N % N % N %

87.
Kurang Baik 51 87.9 0 0,0 51
9
0.013
12.
Baik 5 8.6 2 3.4 7
1

Total 56 96.6 2 3.4 58 100

Tabel 4.7 menunjukkan dari 58 responden didapatkan 51 responden


dengan pengetahuan kurang baik, dimana 51 (87.9%) responden tidak
lengkap dengan kepatuhan penggunaan APD dan 0 (0,0%) responden
lengkap dengan kepatuhan penggunaan APD. Sedangkan 7 responden
dengan pengetahuan baik, dimana 5 (8.6%) responden tidak lengkap
dengan kepatuhan penggunaan APD dan 2 (3.4%) responden lengkap
dengan kepatuhan penggunaan APD.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan
nilai Fisher's Exact Test ρ=0.013, maka nilai p < α. Sehingga, dapat
diartikan bahwa hipotesis (H0) ditolak dan (Ha) diterima yang berarti ada
hubungan pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD.

b. Hubungan Sikap Responden Terhadap Kepatuhan Penggunaan APD


Tabel 4.8
Hubungan Sikap Karyawan Pabrik Tahu Dan Tempe Terhadap
Kepatuhan Penggunaan APD Di Kelurahan Karang Anyar Kota
Makassar Tahun 2018

Kepatuhan
Penggunaan APD
Total Ρ
Sikap Tidak
Lengkap
lengkap

N % N % N %

82.
Negatif 48 82.8 0 0,0 48
8
0.027
17.
Positif 8 13.8 2 3.4 10
2

Total 56 96.6 2 3.4 58 100

Tabel 4.8 menunjukkan dari 58 responden didapatkan 48 responden


dengan sikap negatif, dimana 48 (82.8%) responden tidak lengkap
dengan kepatuhan penggunaan APD dan 0 (0,0%) responden lengkap
dengan kepatuhan penggunaan APD Sedangkan 10 responden dengan
sikap positif, dimana 8 (13.8%) responden tidak lengkap dengan
kepatuhan penggunaan APD dan 2 (3,4%) lengkap dengan kepatuhan
penggunaan APD.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan
nilai Fisher's Exact Test ρ=0.027, maka nilai ρ < α. Sehingga, dapat
diartikan bahwa hipotesis (H0) ditolak dan (Ha) diterima yang berarti ada
hubungan sikap dengan kepatuhan penggunaan APD.

PEMBAHASAN

1. Hubungan Pengetahuan Hasil penelitian ini sejalan


Terhadap Kepatuhan dengan pandangan dari Sunaryo
Penggunaan APD (2004) dalam Kholid (2012)
Berdasarkan hasil analisis suatu perilaku yang didasari
menggunakan uji chi square pengetahuan akan lebih
didapatkan nilai Fisher's Exact bertahan lama dari pada
Test ρ=0.013, maka nilai ρ < α. perilaku yang tidak didasari oleh
Sehingga, dapat diartikan bahwa pengetahuan.11
hipotesis (H0) ditolak dan (Ha) Menurut Vesta, Lubis dan
diterima yang berarti ada Sinaga (2012) berkaitan tentang
hubungan pengetahuan produktivitas masih menjadi hal
terhadap kepatuhan yang lebih diutamakan daripada
penggunaan APD. K3 (kesehatan dan keselamatan
Pada penelitian ini terdapat kerja).
51 (87.9%) responden dengan Pada penelitian ini
pengetahuan kurang baik pada responden yang memiliki
kepatuhan penggunaan APD pengetahuan baik dan yang
tidak lengkap. Hal ini tidak lengkap dalam kepatuhan
dipengaruhi oleh beberapa penggunaan APD sebanyak 5
faktor diantaranya kurangnya orang (86%). Hal ini dikarenakan
ketersediaan APD, tidak ada faktor ketidaknyamanan
dasar pengetahuan tentang pemakaian APD dalam bekerja
penggunaan APD, sebagian meskipun responden memiliki
besar responden memiliki APD ditempat kerja.
tingkat pengetahuan kurang Hasil penelitian ini sejalan
tentang pentingnya penggunaan dengan pandangan dari
APD. Hal ini dikarenakan Notoatmojo (2007) banyak faktor
pemahaman responden tentang yang mempengaruhi tenaga
penggunaan APD disebabkan kerja mau atau tidaknya
kurangnya informasi. Dalam hal menggunakan APD, antara lain
ini responden menyadari tentang sejauh mana pemakai mengerti
pentingnya penggunaan APD kegunaanya, kemudahan dan
pada saat terjadi kecelakaan kenyamanan dipakai.14
kerja seperti iritasi pada kulit Pada penelitian ini
(daerah tangan) karena tidak responden memiliki
menggunakan sarung tangan pengetahuan baik yang lengkap
pada saat bekerja. dalam kepatuhan penggunaan
APD sebanyak 2 orang (3, 4%).
Hal ini dikarenakan responden seseorang. Pengetahuan
mengerti tentang penggunaan tentang penggunaan APD
APD dan kesehatan dan merupakan salah satu aspek
keselamatan kerja (K3). penting sebagai pemahaman
Menurut Kerinci dan Lubis terhadap pentingnya peran serta
(2015) persepsi K3 meliputi pengawas dan pemilik
bahaya di tempat kerja, terdapat perusahaan dalam pelaksaan
lima faktor bahaya K3 di tempat penggunaan APD pada
kerja, yaitu: faktor biologi, faktor pekerjanya.
kimia, faktor fisik, faktor Upaya keselamatan kerja
ergonomi, dan faktor psikologis. yang perlu dilakukan antara lain
Hal ini dapat menimbulkan risiko melalui kegiatan penyuluhan
kecelakaan kerja oleh karena itu secara berkala disesuaikan
aspek keselamatan perlu dengan kebutuhan perusahaan
diupayakan agar pekerja dapat tersebut, yang dilaksanakan
bekerja secara aman, nyaman, oleh pemilik perusahaan dibantu
dan selamat. Dari hasil pengawas lapangan dan pihak –
penelitian Nur Agustia dkk pihak lain yang berkompeten
bahwa ada hubungan dalam bidang K3 untuk diberikan
pengetahuan dengan penerapan kepada pekerja yaitu pemberian
K3 dalam penggunaan APD informasi - informasi tentang
sehingga dapat mencegah risiko pengetahuan penggunaan APD
kecelakaan kerja.7 yang sesuai, perkembangan
Hal tersebut menunjukkan teknologi tentang APD, syarat –
bahwa proporsi responden yang syarat bagaimana APD yang
memiliki pengetahuan tidak baik baik serta dapat digunakan oleh
dan tidak lengkap dalam tenaga kerja dan tentang
kepatuhan penggunaan APD pentingnya penggunaan APD
lebih tinggi dibandingkan saat bekerja di pabrik tahu dan
dengan responden yang tempe karena akan memberikan
memiliki pengetahuan baik dan rasa aman, sehingga dapat
yang lengkap dalam keptuhan menekan kejadian kecelakaan
penggunaan APD. Hasil ini kerja dan penyakit akibat kerja.
masih sejalan dengan penelitian
Sihombing (2014), bahwa ada 2. Hubungan Sikap Terhadap
hubungan pengetahuan dengan Kepatuhan Penggunaan APD
penggunaan alat pelindung diri Berdasarkan hasil
dengan nilai (ρ= 0,004). Menurut analisis menggunakan uji chi
Notoatmodjo (2010), square didapatkan nilai Fisher's
pengetahuan yakni hasil tahu Exact Test ρ=0.027, maka nilai ρ
seseorang dan terjadi setelah < α. Sehingga, dapat diartikan
orang melakukan pengamatan bahwa hipotesis (H0) ditolak dan
dan pengindraan terhadap suatu (Ha) diterima yang berarti ada
objek tertentu. Pengetahuan hubungan sikap terhadap
merupakan suatu hal yang kepatuhan penggunaan APD.
sangat penting dalam Pada penelitian ini terdapat
membentuk tindakan perilaku 48 (82.8%) responden dengan
sikap negatif dan kepatuhan sejauh mana pemakai mengerti
penggunaan APD tidak lengkap. kegunaanya, kemudahan dan
Berdasarkan penelitian yang kenyamanan dipakai.17
telah dilaksanakan hal ini Pada penelitian ini
dikarenakan kurangnya responden yang memiliki sikap
pengetahuan tentang positif yang lengkap dalam
penggunaan APD sehingga kepatuhan penggunaan APD
sikap berkaitan erat dengan sebanyak 2 orang (3,4%). Hal ini
tingkat pengetahuan seseorang. dikarenakan adanya keseadaran
Hasil penelitian ini sejalan yang baik dari pekerja dalam
dengan Walgito (2003) dalam penggunaan APD untuk
Vondra (2015) sikap sangat berperilaku sesuai dengan
berkaitan erat dengan tingkat aturan Kesehatan dan
pengetahuan seseorang, sikap Keselamatan Kerja.
seseorang terhadap suatu objek Hasil penelitian ini sejalan
menunjukkan pengetahuan dengan Morgan dalam buku
orang tersebut terhadap objek Widayatun (2011) bahwa sikap
yang bersangkutan. Dengan adalah kecenderungan untuk
demikian dapat disimpulkan berespon baik secara positif
bahwa seseorang yang memiliki atau secara negatif terhadap
pengetahuan tidak baik tentang orang, objek, atau situasi. Hal ini
penggunaan APD, maka akan sesuai pendapat menurut
memiliki sikap negatif terhadap Suma’mur (2012) mengatakan
kepatuhan penggunaan APD bahwa persepsi dan
dan sebaliknya seseorang yang pemahaman tentang Kesehatan
memiliki pengetahuan baik dan Keselamatan Kerja pada
tentang penggunaan APD, maka akhirnya ditampilkan dalam
akan memiliki sikap positif bentuk sikap dan perilaku
terhadap kepatuhan seseorang atau sekelompok
25
penggunaan APD. masyarakat mengenai
Pada penelitian ini Kesehatan dan Keselamatan
responden yang memiliki sikap Kerja.23
positif dan yang tidak lengkap Hasil penelitian ini masih
dalam kepatuhan penggunaan sejalan dengan penelitian Putra
APD sebanyak 8 orang (13,8%). (2012), bahwa ada hubungan
Hal ini dikarenakan kurangnya antara sikap dengan
kesadaran untuk menggunakan penggunaan alat pelindung diri
APD, ketidaknyamanan dengan nilai (p= 0,004). Hal ini
penggunaan APD serta belum dapat dipahami karena sikap
maksimalnya pengawasan dari merupakan suatu konsep paling
pihak pemilik pabrik. penting dalam psikologi sosial.
Hasil penelitian ini sejalan Sikap juga dapat diartikan
dengan pandangan dari sebagai kesiapan untuk bereaksi
Notoatmojo (2007) banyak faktor terhadap suatu stimulus dengan
yang mempengaruhi tenaga cara tertentu, apabila
kerja mau atau tidaknya dihadapkan pada suatu stimulus
menggunakan APD, antara lain yang menghendaki adanya
respon. Menurut Waluyo (2009) cenderung kurang teliti terhadap
suatu pola perilaku, tendenasi pertanyaan yang ada sehingga
atau kesiapan antisipatif untuk terjadi tidak konsistensi
menyesuaikan diri dari situasi jawaban.
sosial yang telah 2. Dalam penelitian ini tidak semua
terkondisikan.14 faktor peneliti berkaitan dengan
pengetahuan dan sikap
Keterbatasan Penelitian terhadap penggunaan APD,
1. Masih terdapat jawaban maka dari itu disarankan bagi
kuesioner yang tidak konsisten peneliti selanjutnya untuk
menurut pengamatan peneliti melihat faktor – faktor lain.
karena responden yang

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Kelurahan Karang Anyar
dan pembahasan, maka peneliti Kota Makasssar menunjukan
dapat menarik kesimpulan bahwa dari 58 responden
sebagai berikut : didapatkan 48 responden
1. Dari hasil penelitian tingkat dengan sikap negatif,
pengetahuan karyawan dimana 48 (82.8%)
pabrik tahu dan tempe responden tidak lengkap
terhadap kepatuhan dengan kepatuhan
penggunaan APD di penggunaan APD dan 0
Kelurahan Karang Anyar (0,0%) responden lengkap
Kota Makassar menunjukkan dengan kepatuhan
bahwa dari 58 responden penggunaan APD
didapatkan 51 responden Sedangkan 10 responden
dengan pengetahuan kurang dengan sikap positif, dimana
baik, dimana 51 (87.9%) 8 (13.8%) responden tidak
responden tidak lengkap lengkap dengan kepatuhan
dengan kepatuhan penggunaan APD dan 2
penggunaan APD dan 0 (3,4%) lengkap dengan
(0,0%) responden lengkap kepatuhan penggunaan
dengan kepatuhan APD.
penggunaan APD. 3. Ada hubungan pengetahuan
Sedangkan 7 responden dan sikap karyawan pabrik tahu
dengan pengetahuan baik, dan tempe terhadap kepatuhan
dimana 5 (8.6%) responden penggunaan APD di Kelurahan
tidak lengkap dengan Karang Anyar Kota Makassar
kepatuhan penggunaan APD Saran
dan 2 (3.4%) responden 1. Bagi Karyawan Pabrik Tahu
lengkap dengan kepatuhan dan Tempe
penggunaan APD. a. Karyawan Pabrik Tahu dan
2. Dari hasil penelitian sikap Tempe yang
karyawan pabrik tahu dan pengetahuannya sudah baik
tempe terhadap kepatuhan hendaknya ditingkatkan
penggunaan APD di menjadi lebih baik dengan
cara mengikuti kegiatan lengkap, sehingga
penyuluhan yang dilakukan mengurangi dampak dan
oleh pemilik pabrik, kader resiko terjadinya kecelakaan
puskesmas cendrawasih kerja, mengingat angka
atau pegawai puskesmas kejadian kecelakaan kerja
cendrawasih, sehingga yang tinggi.
diharapkan mampu 2. Bagi Profesi Keperawatan
mempengaruhi pekerja lain Hasil penelitian ini
yang pengetahuannya diharapkan dapat bermanfaat
belum baik dalam bagi perkembangan profesi
penggunaan APD, keperawatan khususnya pada
sedangkan sikap pekerja pemberian pelayanan
yang sudah merespon kesehatan dengan
(positif) tentang menggunakan APD yang baik
penggunaan APD bagi karyawan pabrik tahu dan
hendaknya dipertahankan tempe.
serta ditingkatkan menjadi
lebih baik dengan cara 3. Bagi Peneliti
mengikuti kegiatan Hasil penelitian ini
pelatihan (training) yang diharapkan dapat diaplikasikan
dilakukan oleh pemilik sebagai ilmu baru yang telah
pemilik pabrik agar lebih diperoleh sehingga menambah
memperhatikan wawasan peneliti mengenai
keselamatan dirinya saat pengetahuan dan sikap
melakukan pekerjaan, terhadap kepatuhan
sehingga diharapkan penggunaan APD yang baik
menjadi contoh dan mampu dan efektif.
mempengaruhi para pekerja 4. Bagi Peneliti Lain
yang belum merespon Diharapkan untuk
dengan baik penggunaan peneliti selanjutnya agar dapat
APD saat bekerja. melakukan penelitian lebih
Diharapkan dengan adanya lanjut mengenai faktor - faktor
kegiatan penyuluhan dan lain seperti (kepercayaan
pelatihan tersebut, tentang penggunaan APD, nilai
pengetahun dan sikap – nilai tentang K3 di dalam
semua karyawan pabrik pabrik atau home industry,
tahu dan tempe tentang tradisi atau budaya
pentingnya penggunaan penggunaan APD di dalam
APD menjadi lebih baik pabrik) yang berhubungan
yang bertujuan untuk dengan kepatuhan penggunaan
mencegah terjadinya APD pada pekerja pabrik tahu
potensi bahaya kecelakaan dan tempe.
kerja dan penyakit akibat
kerja.
b. Para karyawan pabrik tahu
dan tempe hendaknya
selalu memakai APD yang
DAFTAR PUSTAKA 10. Ketaren, S.,(2009). Pengantar
Teknologi Minyak Dan Lemak
Pangan. UI Press, Jakarta.
1. A. Siswanto, 2014, Manajemen 11. Kholid, A. 2012. Promosi
Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta: PT. Kesehatan: Dengan Pendekatan
Bumi Aksara. Teori Perilaku, Media Dan
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Aplikasinya Untuk Mahasiswa
(BPJS) Ketenagakerjaan Sulawesi Dan Praktisi Kesehatan. Jakarta:
selatan. Data kecelakaan kerja 2018. Rajawali Press.
3. Depkes. 2014. 1 Orang Pekerja di 12. Masyarakat, J. K. (2017). No
Dunia Meninggal Setiap 15 Detik Title, 5, 20–31. Faktor Faktor
Karena Kecelakaan Kerja. Diakses: Yang Berhubungan Dengan
28 Juni 2015. Kepatuhan Penggunaan Alat
http://www.depkes.go.id/. Pelindung Diri Pada Pekerja
4. Dwiyanti, E., Kesehatan, F., & Rekanan (Pt. X) Di Pt Indonesia
Universitas, M. (2017). Hubungan Power Up Semarang
Lama Kontak, Jenis Pekerjaan Dan 13. Mustaqim, 2013, Psikologi
Penggunaan Apd Dengan Kejadian Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka
Dermatitis Kontak Pada Pekerja Tahu Pelajar
, Kediri Relationship Of Long Contact, 14. Putra, MUK. 2012. Hubungan
Type Of Work And Use Of Apd With, Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
(March), 156–165. Dengan Perilaku Penggunaan
https://doi.org/10.20473/ijosh.v6i2.201 Alat Pelindung Diri Pada
7.156-165. Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu
5. Edhie Sarwono, DDK, 2012, Green Keperawatan Universitas
Company, Jakarta: Astra Indonesia. [Skripsi Ilmiah]. Depok
Internasional Tbk. : Fakultas Ilmu Keperawatan
6. Efendi. (2009). Keperawatan Program Sarjana Reguler
Komunitas. Teori Dan Praktek Dalam Universitas Indonesia.
Keperawatan. 15. Rohman, M., & Yuantari, M.
7. Gempur Santoso, 2013, Manajemen (2015). Faktor-Faktor Yang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Berhubungan Dengan Tingkat
Jakarta: Prestasi Pustaka Kepatuhan Pemakaian Alat
8. Kementrian Kesehatan Republik Pelindung Diri Pada Karyawan Di
Indonesia 2015. [Diunduh Tanggal 17 PT. Barutama Unit Paper Mill
Oktober 2017]. Tersedia Dari 5/6/9 Kudus 2015, 14.
Http://Www.Depkes.Go.Id/Resources/ 16. Saifuddin Azwar, 2013.Sikap
Download/Pusdatin/Profil. Kesehatan- Manusia Teori dan
Indonesia/Profil-Kesehatan- Pengukurannya, Yogyakarta:
Indonesia-2015.Pdf Pustaka Pelajar
9. Kerinci NA, Lubis NL, Lubis AM. 17. Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Ilmu
2015. Hubungan Persepsi Kesehatan Masyarakat Prinsip-
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Prinsip Dasar, Jakarta: Rineka
Dengan Perilaku K3 Pada Pekerja Cipta
Bagian Produksi PT. Sumpratama 18. Soekidjo Notoatmodjo, 2007,
Juru Engineering Medan. Metodelogi Penelitian Kesehatan,
Jakarta: Rineka Cipta.

19. Soeripto Moeljosoedarmo, 2014,


Higiene Industri, Jakarta: FKUI.
20. Sopiyudin Dahlan, 2013, Stastistika
Untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfa
Beta Klinis, Jakarta: Binarupa Aksara.
21. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kuantitatif,Kualitatif dan R&D.
bandung: alfabeta CV.
22. Suharsimi Arikunto, 2012, Prosedur
Penelitian suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
23. Suma’mur, PK. 2009. Higiene
Perusahaan Dan Kesehatan Kerja
(Hiperkes). Jakarta: Sagung Seto.
24. Tarwaka. 2014. Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Implementasi K3 di
Tempat Kerja, Surakarta : Harapan
Press.
25. Walgito, W. 2003. Psikologi Sosial
(Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andri
Offset.
Asgedom et al. BMC Public Health (2019) 19:440
https://doi.org/10.1186/s12889-019-6807-0

RESEARCH ARTICLE Open Access

Knowledge, attitude and practice related to


chemical hazards and personal protective
equipment among particleboard workers in
Ethiopia: a cross-sectional study
Akeza Awealom Asgedom1,2* , Magne Bråtveit3 and Bente Elisabeth Moen1

Abstract
Background: Work in the wood industry is often associated with exposure to wood dust and formaldehyde. The
aims of this study were to describe the Knowledge, Attitude and Practice (KAP) concerning chemical health hazards
among particleboard workers and to compare the KAP among temporary and permanent workers.
Methods: A cross-sectional study design was used to collect data by structured questionnaires in two particleboard
factories in Ethiopia. A total of 159 workers and 13 management personnel participated in this study. Both closed-
ended and open-ended questions were included in the interviews. Chi-square tests, T tests and correlation analyses
were used for categorical and continuous data. Total knowledge score (range 0–8) was calculated as the sum score
of 8 items weighing one point each. Multiple linear regression was applied to estimate the impact of employment
status on total knowledge score adjusted for level of education. Content analysis was applied to analyse collected
data from open-ended questions.
Results: The mean age of the respondents was 28 (SD = 6) years and on average they had 3.7 [3] years of service.
The permanent workers were older than the temporary workers (29 vs 26 years, p = 0.001), and a considerably high
fraction of the permanent workers had vocational education (90%) compared to the temporary workers (11%).
Permanent workers had higher proportion of response on knowledge of 10 of 12 topics regarding chemical
hazards and attitudes on 6 of 11 of these topics than temporary workers. Permanent workers had higher knowledge
scores (3.7) compared to temporary workers (1.3) (p < 0.001), also after adjusting for education (p = 0.011). Permanent
workers were provided with personal protective equipment (PPE) while temporary workers were not. The qualitative
data helps to understand the workers and administrative personnel attitude and thinking regarding chemical hazards
and PPE.
Conclusions: The findings revealed that permanent workers have higher proportion of positive response on
knowledge and attitude towards chemical health hazards than temporary workers. However, practice in use of PPE
depended on access to PPE. Few temporary workers were provided with PPE.
Keywords: Attitude, Chemical hazard, Knowledge, Particleboard factory, Personal protective equipment, Permanent
worker, Practice, Temporary worker

* Correspondence: awealomakeza@gmail.com
1
Centre for International Health, Department of Global Public Health and
Primary Care, Faculty of Medicine, University of Bergen, Bergen, Norway
2
Ethiopian Institute of Water Resources, Addis Ababa University, Addis Ababa,
Ethiopia
Full list of author information is available at the end of the article

© The Author(s). 2019 Open Access This article is distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4.0
International License (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/), which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided you give appropriate credit to the original author(s) and the source, provide a link to
the Creative Commons license, and indicate if changes were made. The Creative Commons Public Domain Dedication waiver
(http://creativecommons.org/publicdomain/zero/1.0/) applies to the data made available in this article, unless otherwise stated.
Asgedom et al. BMC Public Health (2019) 19:440 Page 2 of 10

Background fitness to the user and its discomfort [28–32]. A study


Particleboard is a wood product which is increasingly done in Nigeria indicates that workers’ adherence to use
produced and used in Ethiopia. It is manufactured from of PPE was low because of shortage, inconvenience and
lignocellulosic materials, primarily in the form of the perception of PPE as unnecessary. Safety training
discrete particles, combined with urea formaldehyde played a significant role in increasing knowledge about
resin and bonded together under heat and pressure. Par- PPE and health problems in the wood industry [33].
ticleboard is used, for instance in production of office ta- KAP studies done among farm workers in Ethiopia
bles, shelves and interior wall partitioning [1, 2]. The showed that 85% of the workers do not receive training
manufacturing sector, comprising wood, metal, food, on chemical pesticides, only 10% of the workers were
textile, leather and construction industries, accounts for using full PPE and the attitude and practice of handling
6.9% of the national work force in Ethiopia [3]. chemical pesticides were poor [34]. The knowledge level
Work in the wood industry is associated with ex- of the participants on safety issues was affected by gen-
posure to wood dust [4–11], and in the particleboard der, safety training and work regulations [35]. Further-
industry the workers might also be exposed to for- more, use of PPE was affected by safety training,
maldehyde from glue resin [12–14]. Exposure to education, work regulation and their knowledge of safety
wood dust may cause acute irritation of the skin, eyes information [35, 36]. In the textile industry, employment
and airways [15, 16] and may also be associated with status was a determinant for PPE use, since permanent
chronic respiratory symptoms [16–18]. Formaldehyde workers apply safe practice to a greater extent than tem-
may also cause respiratory problems [14, 19]. Wood porary workers [35].
dust and formaldehyde are classified as carcinogenic There are several gaps in occupational safety and
(Group 1) by International Agency for Research on health in Ethiopia, such as lack of trained manpower,
Cancer [20, 21]. weak implementation of policy and regulation and lim-
The hierarchy of occupational hazard control from the ited research, all of which reduce the possibility of iden-
most effective to the least effective can be described as: tifying, assessing and controlling hazards. This shows us
Elimination, substitution, engineering control, adminis- that there is a long way to go to address occupational
trative control and PPE [22]. To reduce exposure to safety and health [37].
wood dust, the most effective control measures may not The knowledge among workers in the Ethiopian wood
be present, or not work sufficiently. As a result, in many industry about exposure to dust and formaldehyde and
workplaces PPE is recommended as an immediate con- their health effects has not been studied. More know-
trol measure, as the expense of providing PPE is rela- ledge on KAP is needed for implementation of control
tively low and can quite easily be provided. The cost of measures in this type of industry. Another aspect is that
face mask, coverall, glove, and other PPEs is covered by in the particleboard factory, as well as in other industries
the employer. Workers in the wood industry are recom- in Ethiopia, there are both permanent and temporary
mended to wear appropriate face masks and eye protec- workers. The number of temporary workers is in general
tion in areas with high dust and formaldehyde exposure. increasing and several studies show that they are at
Coveralls and industrial gloves are needed to protect the higher risk of occupational injuries and diseases than
skin [23, 24]. permanent workers [38–42].
It is important for the workers to be informed about The aims of this study were to describe the KAP
the health hazards and why control measures are neces- concerning chemical health hazards among particle-
sary. Otherwise, workers do not always wear PPE, even board workers, with focus on their use of PPE and to
in high risk situations at work. However, information compare the KAP among temporary and permanent
alone might not be sufficient to change the attitude and workers. It is hypothesized that temporary workers
practice of workers. A model called “Knowledge, Atti- are less protected than permanent workers. Studying
tude and Practice” (KAP) has been developed to describe the KAP in this industry is important in planning
and understand these challenges better. The KAP model preventive measures to reduce health problems re-
consists of a triad of interactive factors [25] and can help lated to chemical hazards.
us to understand why the workers do not adhere to spe-
cific advice or rules by evaluating their behavioural de- Methods
terminants [26]. A cross-sectional study design was used to collect struc-
A study done in the United States revealed that use of tured questionnaire-based data from two of the largest
PPE was negatively affected by lack of comfort and fit- particleboard factories in Ethiopia. The factory situated
ness, young age and lack of safety training [27]. Studies in northern Ethiopia has 663 workers and was estab-
have shown that the use of PPE varies from 10 to 82% lished in 2005. The factory located in southern Ethiopia
depending on accessibility, adequacy, affordability, was established in 2002 and has 249 workers. The
Asgedom et al. BMC Public Health (2019) 19:440 Page 3 of 10

production lines in these factories are similar, compris- personnel. Qualitative information was collected from
ing 10 sections: chipping, flaking, drier, boiler, blending, worker and management staff using open-ended ques-
forming, pressing, trimming, sanding and sizing. In tions. The full data collection questionnaire is found as
addition, there are workers with miscellaneous tasks Additional file 1 for this article. The researcher also per-
who are working in all sections: cleaners and workers in formed a workplace visit to observe the actual use of
the machine control room [1, 2], quality control and PPE and the type of PPE.
maintenance. The face mask currently used as personal Information was collected from the workers in No-
protective equipment is shown in Fig. 1. vember and December 2016 using a structured
Production workers were the source of population questionnaire-based interview asking for sex (M/F), age
for the study. The required number of participants (years), education (highest grade completed), profession,
was calculated with the purpose of describing use of employment status (permanent/temporary), working
PPE, using a single population proportion taking into section, number of service years, total working hours
account a 54% practice of using PPE obtained from a per day. In addition, the main body of the questionnaire
study done in Ethiopia among textile workers [35]. contains knowledge, attitude and practice-related ques-
The output of the formula with 95% confidence inter- tions with no (N) or yes (Y) response options and some
val, 5% level of significance and finite population cor- open-ended questions as indicated in as additional file 1.
rection gave 167 workers. Completeness of the questionnaire and consistency was
To plan the study, the factories and its leadership were checked at the end of each day of the data collection.
visited. After obtaining permission to perform the study, The interview was based on qualitative and quantitative
we asked the management to provide the list of workers questions prepared in English and translated to Amharic
in each work shift (morning, evening and night). There by a translator, and then translated back from Amharic to
were 8 working hours per shift. English by another translator, to check the consistency.
Study participants were interviewed in a quiet and pri- Pre-testing of the questionnaire was done on 5% of the
vate place near their work by 10 trained bachelor envir- sample population in one of the factories before the main
onmental health professionals. After the interview the study. Due to this test some questions were modified
participants were also allowed to give their own com- slightly before starting the actual data collection. Data
ments about the working environment. were coded and entered in EpiData version 3.1.
The questionnaire employed for data collection was A knowledge score was calculated as the sum score of
developed by reviewing KAP questions from published 8 items weighing one point each. This score (0–8) con-
articles in textile, petrochemical and other industries sisted of knowledge of relevant chemical hazards at their
[26, 35, 43]. The questions were constructed in a way workplace (2 items: dust and formaldehyde), relevant
that addresses the hazards expected from the wood in- health effects from the chemical hazards (3 items: re-
dustries in the study. The proportion of questions were; spiratory, eye and skin problems) and recommended
31 closed ended and 19 open-ended for workers and 12 personal protective equipment (3 items: coverall, face
closed ended and 12 open-ended for administrative mask and gloves).

Fig. 1 Face mask currently in use among particleboard workers in Ethiopia


Asgedom et al. BMC Public Health (2019) 19:440 Page 4 of 10

Ethics The arithmetic mean age of the respondents was 28


The study received ethical permission from regional (SD = 6) years and the average service years of the re-
committee for Medical and Health Research Ethics, spondents was 3.7 [3] years. Eight people had worked in
Western Norway on June 2, 2016 with IRB ref.: another similar factory with service years ranging from 1
IRB00006245 and from the Ethiopian Ministry of Sci- to 20. The majority of the respondents among both per-
ence and Technology on October 7, 2016 with Ref. No. manent and temporary workers were men (94% vs 87%).
3.10/148/2016. Written consent from the study partici- The permanent workers were older than the temporary
pants and consent from factory management was as- workers (29 vs 26 years, p = 0.001), and among the per-
sured before data collection. manent workers a considerably higher fraction had at
least vocational education (90%) than among the tem-
Statistics porary workers (11%) (Table 1).
Data was exported from EpiData version 3.1 to the stat-
istical package SPSS, version 25 for analysis. Chi-square Knowledge about chemical hazards
tests were used for comparing categorical variables. T Permanent workers had significantly more knowledge
tests were used to compare means of continuous vari- than temporary workers about 10 of total 12 topics re-
ables. Correlation was used to analyse the association lated to chemical hazards (Table 2). A high fraction of
between knowledge score, age and service years. the permanent workers had knowledge of some chemical
Multiple linear regression was used to analyse the asso- hazards (87%), health effects (80%) and relevant PPE
ciation between employment status (permanent vs. tem- (100%). Formaldehyde was the chemical factor men-
porary) and total knowledge score while adjusting for tioned by the highest fraction of both permanent and
variables significantly associated with knowledge score temporary workers (Fig. 2). Respiratory problems were
in univariate analysis (p < 0.05). Content analysis was mentioned more often than eye problems, while only a
applied to analyse collected data from open-ended ques- few workers mentioned skin problems. Coveralls,
tions. The qualitative data provides supplementary infor- followed by face mask and gloves, were mentioned most
mation from administrative personnel on the general often as relevant PPE. The primary sources of informa-
working environment, chemical hazards and PPE. tion about occupational health mentioned by the highest
fraction of permanent workers were health workers, se-
Results nior workers and radio/TV (Fig. 3). Only four of the
General characteristics of the study population temporary workers mentioned any sources of such infor-
From 167 people invited, 159 (95%) workers (89 and 70 mation. Few permanent workers got information from
from the two factories) responded to the questionnaire. the Internet.
The remaining 5% of the respondents did not want to In univariate analyses employment status and edu-
participate in the interview. In addition to the data col- cation level were both significantly associated with
lected from the production workers, qualitative informa- the knowledge score while sex and age were not
tion was collected from 13 management personnel (7 (Table 3). Mean knowledge score was 3.7 (SD = 2.4) among
and 6 from the two factories). permanent and 1.2 (SD = 2.1) among temporary workers,
There was no statistical difference between the respectively. There was no correlation between the know-
employees from the two factories in terms of sex ledge score and service years (r = 0.015; p = 0.847) or be-
distribution (p = 0.3), age (p = 0.078), service years (p = 0.097), tween the knowledge score and age (r = 0.049; p = 0.452).
and consequently the data from the two factories were merged Further analysis using multivariate regression showed
in the following analysis. However, educational status was that employment is significantly associated with the
significantly different between the two study sites (p < 0.001). knowledge score while adjusting for education. When

Table 1 Demographic characteristics of permanent and temporary particleboards workers in Ethiopia


Variable Total n Employment status (n = 159)
(%)
Permanent (n = 121) n (%) Temporary (n = 38) n (%)
Sex Male 147(92) 114(94) 33(87)
Female 12(8) 7(6) 5(13)
Education Grade 1–10 46(29) 12(10) 34(89)
Vocational and above 113(71) 109(90) 4(11)
Service year Mean (SD) 3.7(3.0) 4(3.0) 2.5(2.4)
Age Mean (SD) 28(6.0) 29(6.0) 26(5.0)
Asgedom et al. BMC Public Health (2019) 19:440 Page 5 of 10

Table 2 Knowledge about chemical hazards and protective measures among permanent and temporary particleboard workers in
Ethiopia
Variable Total n (%) Employment status(n = 159) p value
Permanent (n = 121) n (%) Temporary (n = 38) n (%)
Know some chemical hazards 130(82) 105 (87) 25 (66) 0.007
Know some health effects 114(72) 97 (80) 17 (45) < 0.001
Know some relevant types of PPE 144(91) 121(100) 23(61) < 0.001
Know hazards other than chemicals 115(72) 93 (77) 22 (58) 0.038
Emergency exit is important 84(53) 81 (67) 3 (8) < 0.001
Know material safety data sheet 35(22) 34 (28) 1 (3) 0.002
Know/understand sign and symbols of safety 75(47) 71 (59) 4 (11) < 0.001
Know any safety rule in this workplace 89(56) 83 (69) 6 (16) < 0.001
Know job rotation reduces exposure to chemical 113(71) 97 (80) 16 (42) < 0.001
hazard
Know break time during work reduces exposure 140(88) 108 (89) 32 (84) 0.59
to chemical hazard
Have information on occupational health 63(40) 59(49) 4(11) < 0.001
Know the factory has obligation to maintain 143(90) 110 (91) 33 (87) 0.676
workers’ health

age and sex were included in the multivariate analysis, were no significant difference between permanent and
the results were the same. temporary workers.

Attitudes related to chemical hazards Practices of workers related to chemical hazards


Higher proportion of permanent workers had signifi- Provision of PPE, as perceived by the permanent
cantly positive response than temporary workers on 6 of workers varied from monthly to annually and many
11 topics on attitude related to reduction of chemical workers did not know about the schedule of PPE distri-
hazards and the general working environment (Table 4). bution (Table 5).
A higher proportion of temporary (82%) than permanent From the total 159 workers 103 (66%) were using at
workers (38%) believed that all PPE has the same level least one type of PPE during work. All permanent
of protection. For four attitude-related questions there workers responded that the factory provides PPE and 98

Fig. 2 Type of chemical hazards, health problem and personal protective equipments stated by permanent and temporary particleboard workers
in Ethiopia
Asgedom et al. BMC Public Health (2019) 19:440 Page 6 of 10

Fig. 3 Sources of information about occupational health among permanent and temporary particleboard workers in Ethiopia

(81%) workers reported they used at least one PPE dur- to evaluate the quality of the PPE. There was also a com-
ing work irrespective of its quality. Among temporary mon understanding among the workers that the avail-
workers, only 3 (7.9%) reported that the factory manage- able face mask has no protective value.
ment provides PPE, while the remaining 35 (92.1%) did The visiting health institution for medical check-up
not get PPE from the factory. They reported using other was reported by 25% of the permanent workers and 37%
options like buying from the market. Seven (18.4%) tem- of the temporary workers, which was not statistically dif-
porary workers reported using at least one type of PPE ferent. Attending some safety training about occupa-
during work irrespective of its quality. Neither perman- tional hazards was reported by 10 and 0% of the
ent nor temporary workers were using the full set of permanent and temporary workers respectively. How-
PPE during work. The practice of PPE use during work ever, both permanent and temporary workers reported
among permanent workers was significantly higher than that there was no scheduled or regular training about
among temporary workers (81% vs 18.4%) (p < 0.001). occupational hazards in the factories.
To use PPE, permanent workers were motivated by
supervisor 58 (54%), by safety personnel 12 (11%), by Information from administrative personnel
colleagues 8 (7.4%), self-motivation 76 (70%) and health The information collected from 13 administrative
professionals 2 (1.8%). The reasons for not using any personnel was obtained from persons with different po-
type of PPE were reported to be lack of access (59%), sitions (general manager, deputy manager, production
lack of knowledge of its importance (33%), not comfort- manager, technique manager, quality control, safety co-
able (3.9%), not useful (1.9%), and 1.9% said that PPE ordinator, logistic and supply and health professional).
was easily damaged. All stated dust and formaldehyde as chemical hazards
During the workplace visit we observed that the PPE found in the factory. They also mentioned that the avail-
used did not have any specification like production date, ability of safety guidelines, good lighting, good ventila-
intended use and protection level. This makes it difficult tion and good communication between workers and the
Table 3 Association between the knowledge score, employment, sex, age and education among particleboard workers in Ethiopia
Variable Univariate analysis Multivariate analysis
β p value β p value
Intercept −1.5 0.07
Employment (0 = Temporary 1 = Permanent) 2.4 < 0.001 1.7 0.011*
Sex (0 = Male 1 = Female) −0.98 0.203
Age (0 = 19–27 1 = 28–50) 0.4 0.307
Education (0 = grade 1–10, 1 = Vocational and above) 2.1 < 0.001 0.96 0.112
Asgedom et al. BMC Public Health (2019) 19:440 Page 7 of 10

Table 4 Attitudes of particleboard workers about overall workplace hazards and safety in Ethiopia
Variable Total n Employment status (n = 159) p value
(%)
Permanent (n = 121) n (%) Temporary (n = 38) n (%)
Workplace is hazardous to health 132(83) 100(83) 32(84) 1
I should use PPE during work 155(98) 120(99) 35(92) 0.06
Employer has responsibility to reduce 143(90) 109(90) 34(90) 1
exposure of hazards
All PPE has same level of protection 77(48) 46(38) 31(82) < 0.001
I should follow workplace safety rule 143(90) 118(98) 25(66) < 0.001
PPE is relevant in workplace 153(96) 119(98) 34(90) 0.04
Employer should supply PPE 153(96) 118(98) 35(92) 0.296
I should always use PPE 148(93) 112(93) 36(95) 0.925
Safety training is relevant 137(86) 113(93) 24(63) < 0.001
Safety professionals are relevant 150(94) 118(98) 32(84) 0.007
Feel satisfied with my work 117(74) 96(79) 21(55) 0.006

employer reduces exposure to chemical hazards. Seven few temporary workers reported that PPE was provided
responded that job rotation reduces exposure to chem- by the factory.
ical hazards. All said that PPE is given to every worker, In this study, permanent workers had more knowledge
but the schedule they reported varied, also within the about chemicals and other hazards than temporary
factories. Six respondents thought that all PPE has the workers. This might be because temporary workers start
same level of protection, and that the factory simply pur- their jobs as helpers i.e. assisting permanently hired
chases PPE that is available in the market without any workers without prior training on occupational health
quality consideration. Six respondents stated that new and safety. For example, helpers in the chemical section
PPE is given immediately to the worker when they lose assist the chemist in handling bags, cleaning the ma-
or damage it. The administrative personnel stated that chines and controlling filters, pumps, hoses and
there is regular supervision to obtain safe working prac- blenders. They also check the glue kitchen and report
tices in the factory. They also mentioned that the safety when there is anything out of control. Our finding is in
committee assures the supply of PPE and creates aware- line with a descriptive study done in Nigeria among 200
ness among workers. Ten individuals stated that safety textile workers which shows that permanent employ-
training is given to workers. However, the response on ment was a determinant for knowledge about workplace
the frequency of the training varies. hazards [44]. Several studies on the association between
injuries and employment status have shown that the risk
Discussion of injuries among temporary workers is higher compared
Permanent workers have more knowledge about chem- to that among permanent workers [38–42]. High risk of
ical and other occupational hazards than temporary injuries among temporary workers might indicate the
workers in particleboard factories. Of the total workers, workers have less knowledge about different occupa-
82% know some type of chemical hazards. The perman- tional hazards and the employer has given them less at-
ent workers were more interested in controlling expo- tention. In our study 82% of the total workers knew
sures from hazardous chemicals than the temporary some types of chemical hazard. This is in line with a
workers. Almost all permanent workers and few tempor- study done in Nigeria among 200 dye workers, which in-
ary workers used at least one PPE during work. How- dicated that 74% had knowledge about workplace haz-
ever, the quality of the PPE was questionable and only ards [44]. This Nigerian study also indicated that

Table 5 Schedule for provision of personal protective equipment as reported by the permanent particleboard workers (n = 121)
Type of Frequency of distribution(n = 121)
PPE
I do not know Annually Semi-annually Quarterly Monthly
Safety glass 37 22 30 30 2
Face mask 32 22 30 35 2
Gloves 58 20 25 16 2
Coverall 11 26 79 5 –
Asgedom et al. BMC Public Health (2019) 19:440 Page 8 of 10

permanent employment was a determinant for know- a cross-sectional study among 560 Ethiopian textile
ledge of workplace hazards when adjusted for education workers regarding knowledge and safety [35]. In our
[44], mirroring a finding in our present study. study only 10% of the permanent workers and none of
High educational status was associated with a high the temporary workers attended safety training, which
knowledge score. This finding is also in line with a might affect PPE use [27, 35]. Although many of the
cross-sectional study done in Nigeria on 290 health care workers (87%) know some chemical hazards, their prac-
workers showing that the level of education is related to tice was poor due to the negative attitude about the
knowledge about workplace hazards [36]. A study done existing PPE in terms of hazard protection. This finding
in Colombia also supports these finding as it indicates is in line with a cross-sectional study in India among
that level of education was a determinant for knowledge 216 garment workers indicating a wide gap between
of dengue disease and its transmission [29]. their knowledge and practice of use of PPE during work
The temporary workers did not show the same atti- [31].
tude to reducing chemical hazards in the factory as Permanent workers’ response on the schedule of dif-
the permanent workers. The finding is in line with a ferent PPE was inconsistent and differed from the re-
study in Nigeria showing that permanent employment sponses obtained from administrative personnel in the
was a determinant for attitude of workers towards same factories. Some of the respondents even did not
workplace hazards [44]. In our study, the majority of know the schedule of PPE supply. This might indicate ir-
the workers’ attitudes about the means and how to regularities in the supply of PPE. On top of this, PPE
behave to reduce chemical hazards was high (74% such as face masks were not marked with quality infor-
and above) and this finding is also in agreement with mation and with such lacking information it was difficult
a study done in Nigeria, which indicates that 81% had to evaluate its actual quality. In our study, 56% of the
a positive attitude about the workplace hazards and workers were vocationally trained which is different
their control measures [44]. from other studies, where the educational status of the
In our study 66% of the workers used at least one type workers was either primary [28] or secondary [35].
of PPE during work. However, to protect from the work- Information collected from the administrative
place hazards, the workers need to wear a complete set personnel indicated that they were aware of the exist-
of PPE. There was a common understanding among the ence of different hazards like dust and formaldehyde.
workers that the available PPE, mainly face mask, did However, there were no safety personnel that could
not have any protective value. On top of this, temporary monitor and assure safety practice in the factories. This
workers were not getting a PPE supply. This perception has an impact on the technical requirements to consider
of lacking supply of PPE probably has its own negative when ordering PPE. The administrative workers in
effect on the practice of using PPE during work. These charge of supplying logistics and equipment to the fac-
findings are in line with a study done in India and tory workers also purchase safety materials, however
Ethiopia showing that non-use/use of safety material without the competence needed to order PPE according
was due to unavailability/availability [28, 30]. The quality to the required quality. Most of the administrative
of the PPE was another bottleneck problem for personnel believed that all PPE has the same level of
utilization. The respondents who have access to that protection.
PPE reported that the PPE was easily damaged and out Findings of this study can inform the employers to
of use within a short period of time. Due to this they give equal attention both for permanent and temporary
don’t believe it protects from exposure. This perception workers’ safety and health protection. Employers may
is similar to the perception of the workers in Nigeria, undertake such strategies as eliminating or minimizing
which indicates that workers think the PPE is useless in chemical exposures in the physical work environment
terms of hazard protection [33]. Our finding is also in through engineering controls or redesigning production
agreement with different studies demonstrating workers’ processes. Furthermore, providing safety and health
lower practice of PPE due to low access and unsuitability training (both pre-employment and periodic) and insti-
in different work settings [31, 32, 34]. However, a study tuting other necessary administrative controls (e.g. job
done in Ethiopia among textile workers showed better rotation, facilities for meals and rest breaks) could help
frequency of PPE use, which is contrary to our finding. in reducing chemical exposures. Although the last resort
The reasons mentioned for better frequency in that in the hierarchy of controls, provision of adequate PPE
study were: difference in workplace conditions, different is necessary to protect workers. The study findings
level of awareness, difference in data collection tool and might also help policy makers to expand the KAP know-
availability of PPE [28]. ledge and promote the safety and health of workers in
Permanent workers have better practice than tempor- the wood industry. For future research, an exposure as-
ary workers. This finding is in line with the results from sessment intervention study could be considered.
Asgedom et al. BMC Public Health (2019) 19:440 Page 9 of 10

A strength of the study is the high response rate. The Funding


limitations of the cross-sectional study design will pre- Funding for this research was from Norwegian Educational Loan Fund
(Lånekassen), and NORHED Project cooperation between University of
sumably not affect the reliability of the data collected be- Bergen (Norway), Addis Ababa University (Ethiopia) and Muhimbili University
cause the information has no health variable and does of Health and Allied Sciences (Tanzania). The funding bodies have no role in
not study any causal relationship between exposure and in the design of the study, collection, analysis, and interpretation of data and
in writing the manuscript.
health. However, it could clearly have been an advantage
to obtain information more than only once. The ques- Availability of data materials
tionnaire was developed by reviewing KAP articles [26, The dataset used during the current study is available from the
corresponding author on reasonable request.
35, 43] and a pre-test was done before data collection.
This may increase the validity of the study. Qualitative Authors contribution
information and self-reports collected from both pro- AAA initiated and designed the study, collected, analysed the data and
drafted the manuscript. MB initiated and designed the study, analysed data
duction workers and management personnel might ex- and drafted the manuscript. BEM initiated and designed the study, analysed
pand the KAP, both from the worker and management data and drafted the manuscript. All authors have read and approved the
perspective. However, the workplace assessment could manuscript.

have been improved by systematically collected objective Ethics approval and consent to participate
data on for instance the use of PPE. This is an option for The study protocol was reviewed and approved by the Regional Committee
future studies. Although the data collection was per- for Medical and Health Research Ethics, Western Norway and from the
Ethiopian Ministry of Science and Technology. Study participants were
formed one by one in a place without others listening, informed about the purpose of the study, confidentiality of their information,
there might be still a response bias. Study participants duration of the interview and the possibility to withdraw from the interview
can either disclose or hide the information. This study at any time. Written consent was assured before data collection. The
confidentiality of every person’s information was secured as the
was targeted on large wood manufacturing industries. It questionnaires were assigned a number, not the name of the respondent.
might be difficult to generalize the results for small The questionnaires were locked down in a safe place that was accessible
scale, medium scale and less formal wood manufacturing only to the researcher.

industry, for which the situation could be different. Consent for publication
Not applicable.

Conclusion Competing interests


This study shows that most workers know about chem- The authors declare they have no competing interests.
ical hazards, associated health effects, and preventive
measure to reduce chemical exposures. Permanent Publisher’s Note
Springer Nature remains neutral with regard to jurisdictional claims in
workers reported more safety-conscious responses to published maps and institutional affiliations.
attitude-related questions. Use of PPE was higher among
permanent workers; however, temporary workers were Author details
1
Centre for International Health, Department of Global Public Health and
not always provided with PPE. Both permanent and tem- Primary Care, Faculty of Medicine, University of Bergen, Bergen, Norway.
porary workers should be equally privileged in all the 2
Ethiopian Institute of Water Resources, Addis Ababa University, Addis Ababa,
safety and health services delivered by the workplace. A Ethiopia. 3Department of Global Public Health and Primary Care, Faculty of
Medicine, University of Bergen, Bergen, Norway.
systematic qualitative study is needed for future work.
This could be combined with an exposure assessment Received: 25 July 2018 Accepted: 12 April 2019
intervention study.
References
1. Maichew Particleboard Manufacturing PLC [http://www.2merkato.com/
Additional file directory/17560-maichew-particleboard-manufacturing-plc].
2. Environmental protection authority: particle board manufacturing in: Wood
Additional file 1: English-language data collection tool. The full data Products Industry,. USA; 2002: 29.
collection questionnaire for this paper is added as a supplementary file. 3. Central Statistical Agency: Key findings on the 2013 national labour force
(DOC 120 kb) survey. In. Addis Ababa; 2013.
4. Gioffre A, Marramao A, Ianno A. Airborne microorganisms, endotoxin, and
dust concentration in wood factories in Italy. The Annals of occupational
Abbreviations hygiene. 2012;56(2):161–9.
CI: Confidence Interval; IRB: Institutional Review Board; KAP: Knowledge 5. Magagnotti N, Nannicini C, Sciarra G, Spinelli R, Volpi D. Determining the
Attitude and Practice; M/F: Male/Female; N/Y: No/Yes; PPE: Personal exposure of chipper operators to inhalable wood dust. The Annals of
Protective Equipment; SD: Standard deviation; US: United States occupational hygiene. 2013;57(6):784–92.
6. Rongo LM, Msamanga GI, Burstyn I, Barten F, Dolmans WM, Heederik D.
Exposure to wood dust and endotoxin in small-scale wood industries in
Acknowledgements Tanzania. J Expo Anal Environ Epidemiol. 2004;14(7):544–50.
We would like to acknowledge the Norwegian Educational Loan Fund 7. Sriproed S, Osiri P, Sujirarat D, Chantanakul S, Harncharoen K, Ong-artborirak
(Lånekassen) and NORHED Project for financial support. We also extend our P, Woskie SR. Respiratory effects among Rubberwood furniture factory
appreciation to the factory management and workers for their cooperation Workers in Thailand. Archives of Environmental & Occupational Health.
during the study. 2013;68(2):87–94.
Asgedom et al. BMC Public Health (2019) 19:440 Page 10 of 10

8. Schlunssen V, Jacobsen G, Erlandsen M, Mikkelsen AB, Schaumburg I, 31. Parimalam P, Kamalamma N, Ganguli AK. Knowledge, attitude and practices
Sigsgaard T. Determinants of wood dust exposure in the Danish furniture related to occupational health problems among garment workers in Tamil
industry--results from two cross-sectional studies 6 years apart. The Annals Nadu, India. J Occup Health. 2007;49(6):528–34.
of occupational hygiene. 2008;52(4):227–38. 32. Paramasivam P, Raghavan PM, Srinivasan PD, Kumar GA. Knowledge,
9. Scarselli A, Binazzi A, Ferrante P, Marinaccio A. Occupational exposure levels attitude, and practice of dyeing and printing workers. Indian Journal of
to wood dust in Italy, 1996-2006. Occup Environ Med. 2008;65(8):567–74. Community Medicine : Official Publication of Indian Association of
10. Rongo LM, Besselink A, Douwes J, Barten F, Msamanga GI, Dolmans WM, Preventive & Social Medicine. 2010;35(4):498–501.
Demers PA, Heederik D. Respiratory symptoms and dust exposure among 33. Kalu OOJEE, Hosea PO. Utilization of personal protective Equipments (PPEs)
male workers in small-scale wood industries in Tanzania. J Occup Environ among wood factory Workers in Calabar Municipality. S Nige Int J. Sci Res.
Med. 2002;44(12):1153–60. 2013.
11. Ayalew E, Gebre Y, De Wael K. A survey of occupational exposure to 34. Negatu B, Kromhout H, Mekonnen Y, Vermeulen R. Use of chemical
inhalable wood dust among workers in small- and medium-scale wood- pesticides in Ethiopia: a cross-sectional comparative study on knowledge,
processing enterprises in Ethiopia. The Annals of occupational hygiene. attitude and practice of farmers and farm Workers in Three Farming
2015;59(2):253–7. Systems. The Annals of occupational hygiene. 2016;60(5):551–66.
12. Jafari MJ, Rahimi A, Omidi L, Behzadi MH, Rajabi MH. Occupational exposure 35. Tetemke DAK, Tefera Y, Sharma HR, Worku W. Knowledge and practices
and health impairments of formaldehyde on employees of a wood industry. regarding safety information among textile workers in Adwa town, Ethiopia.
Health Promotion Perspectives. 2015;5(4):296–303. Sci Postprint. 2014;1(1):5.
13. Mäkinen M, Kalliokoski P, Kangas J. Assessment of total exposure to phenol- 36. Aluko OO, Adebayo AE, Adebisi TF, Ewegbemi MK, Abidoye AT, Popoola BF.
formaldehyde resin glue in plywood manufacturing. Int Arch Occup Environ Knowledge, attitudes and perceptions of occupational hazards and safety
Health. 1999;72(5):309–14. practices in Nigerian healthcare workers. BMC Research Notes. 2016;9:71.
14. Malaka T, Kodama AM. Respiratory health of plywood workers 37. Kumie A, Amera T, Berhane K, Samet J, Hundal N. G/Michael F, Gilliland F:
occupationally exposed to formaldehyde. Arch Environ Health. 1990;45(5): occupational health and safety in Ethiopia: a review of situational analysis
288–94. and needs assessment. Ethiop J Health Dev = Ya'Ityopya Tena Lemat
15. Osman E, Pala K. Occupational exposure to wood dust and health effects Mashet. 2016;30(1 Spec Iss):17–27.
on the respiratory system in a minor industrial estate in Bursa, Turkey. Int J 38. Foley M. Factors underlying observed injury rate differences between
Occup Med Environ Health. 2009;22(1):43–50. temporary workers and permanent peers. Am J Ind Med. 2017;60(10):841–51.
16. Sripaiboonkij P, Phanprasit W, Jaakkola MS. Respiratory and skin effects of 39. Benavides FG, Benach J, Muntaner C, Delclos GL, Catot N, Amable M.
exposure to wood dust from the rubber tree Hevea brasiliensis. Occup Associations between temporary employment and occupational injury:
Environ Med. 2009;66(7):442–7. what are the mechanisms? Occup Environ Med. 2006;63(6):416–21.
17. Bislimovska D, Petrovska S, Minov J. Respiratory symptoms and lung 40. Waenerlund AK, Virtanen P, Hammarstrom A. Is temporary employment
function in never-smoking male workers exposed to hardwood dust. Open related to health status? Analysis of the northern Swedish cohort.
access Macedonian journal of medical sciences. 2015;3(3):500–5. Scandinavian journal of public health. 2011;39(5):533–9.
18. Lofstedt H, Hagstrom K, Bryngelsson IL, Holmstrom M, Rask-Andersen A. 41. Saha A, Ramnath T, Chaudhuri RN, Saiyed HN. An accident-risk assessment
Respiratory symptoms and lung function in relation to wood dust and study of temporary piece rated workers. Ind Health. 2004;42(2):240–5.
monoterpene exposure in the wood pellet industry. Ups J Med Sci. 2017; 42. Roquelaure Y, LeManach AP, Ha C, Poisnel C, Bodin J, Descatha A, Imbernon
122(2):78–84. E. Working in temporary employment and exposure to musculoskeletal
19. Mathur N, Rastogi S. Respiratory effects due to occupational exposure to constraints. Occup Med. 2012;62(7):514–8.
formaldehyde: systematic review with meta-analysis. Indian Journal of 43. Langkulsen U, Vichit-Vadakan N, Taptagaporn S. Safety and health in the
Occupational and Environmental Medicine. 2007;11(1):26–31. petrochemical industry in Map Ta Phut, Thailand. J Occup Health. 2011;
20. International Agency for Research on Cancer. Arsenic, metals, Fibres, 53(5):384–92.
and dusts: a review of human carcinogens. In., vol. 100 C. France: Lyon; 44. Okafoagu NC, Oche M, Awosan KJ, Abdulmulmuni HB, Gana GJ, Ango JT,
2012. p. 527. Raji I. Determinants of knowledge and safety practices of occupational
21. International Agency for Research on Cancer. Chemical agents and related hazards of textile dye Workers in Sokoto, Nigeria: a descriptive analytic
occupations: a review of human carcinogens. In., vol. 100 F. France: Lyon; study. J Public Health in Africa. 2017;8(1):664.
2012. p. 628.
22. Hazard Prevention and Control [https://www.osha.gov/shpguidelines/
hazard-prevention.html].
23. Health and Safety Executive: Wood dust. In. United Kingdom: HSE.
24. Goverment of Western Australia Department of Commerce: 2015. In.;
controlling wood dust hazards at work.
25. Badran IG. Knowledge, attitude and practice the three pillars of
excellence and wisdom: a place in the medical profession. East
Mediterr Health J. 1995;1(1):8.
26. Geer LA, Curbow BA, Anna DH, Lees PS, Buckley TJ. Development of a
questionnaire to assess worker knowledge, attitudes and perceptions
underlying dermal exposure. Scand J Work Environ Health. 2006;32(3):
209–18.
27. Lombardi DA, Verma SK, Brennan MJ, Perry MJ. Factors influencing worker
use of personal protective eyewear. Accid Anal Prev. 2009;41(4):755–62.
28. Tadesse S, Kelaye T, Assefa Y. Utilization of personal protective equipment
and associated factors among textile factory workers at Hawassa town,
southern Ethiopia. Journal of occupational medicine and toxicology
(London, England). 2016;11:6.
29. Diaz-Quijano FA, Martinez-Vega RA, Rodriguez-Morales AJ, Rojas-Calero RA,
Luna-Gonzalez ML, Diaz-Quijano RG. Association between the level of
education and knowledge, attitudes and practices regarding dengue in
the Caribbean region of Colombia. BMC Public Health. 2018;18(1):143.
30. Haldiya KR, Sachdev R, Mathur ML, Saiyed HN. Knowledge, attitude
and practices related to occupational health problems among salt
workers working in the desert of Rajasthan, India. J Occup Health.
2005;47(1):85–8.

Anda mungkin juga menyukai