DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RSD IDAMAN KOTA
BANJARBARU
Muhammad Khoiru Rezal1, Herry Setiawan2, Ichsan Rizany3
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani KM. 36 Banjarbaru, 70714 Email Korespondensi: muhammadkhoirurezal@gmail.com ABSTRAK Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dilaksanakan melalui penerapan prinsip kewaspadaan standar dengan cara penggunaan alat pelindung diri (APD). Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan APD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD di RSD Idaman Kota Banjarbaru. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasi menggunakan pendekatan cross sectional dengan teknik stratified random sampling yang dilakukan pada 26 perawat pelaksana. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan checklist observasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD (p-value = 0,014 < 0,05). Pengetahuan memliki hubungan dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD. Semakin baik pengetahuan, maka akan semakin baik pula kepatuhan dalam menggunakan APD. Kata kunci: APD, kepatuhan, pengetahuan ABSTRACT Infection prevention and control implemented through implementing the caution standard principle by the way of using the personal protective equipment (PPE). Knowledge is one of the factors that can influence the use of PPE. To find out the correlation of knowledge with nurse obedience in using PPE in RSD Idaman Banjarbaru City. This research is a quantitative research with the correlation design using the cross-sectional approach with the stratified random sampling technique which conducted to 26 executive nurses. The instrument used a questionnaire and an observation checklist. The result of the data analysis shows that there is a correlation between knowledge with nurse obedience in using PPE (p-value = 0,014 < 0,05). The knowledge has correlation with the nurse obedience in using PPE. The better the knowledge, then, the better the obedience in using PPE. Key word: PPE, obedience, knowledge PENDAHULUAN Data Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Fasilitas pemberian pelayanan Langsung Kementerian Kesehatan pada kesehatan yaitu rumah sakit memiliki tahun 1987 sampai tahun 2016 terdapat risiko tinggi terjadinya kecelakaan kerja, 178 kasus tenaga kesehatan terkena HIV sehingga rumah sakit dituntut perlu AIDS (5). menjaga mutu pelayanan kesehatan (1). Kecelakaan kerja pada tenaga kesehatan Berdasarkan penelitian Tukatman khususnya perawat dapat mengancam et al., (2015) menunujukkan hasil kesejahteraan dan kesehatan perawat kepatuhan K3RS memiliki hubungan tersebut dan juga pasien. Kecelakaan dengan pengetahuan perawat dalam kerja pada akhirnya mempengaruhi pemberian asuhan kepada pasien. produktivitas kerja perawat sehingga Penelitian Apriluana et al., (2016) berakibat pada kualitas pemberian menjelaskan pengetahuan perawat pelayanan kesehatan (2). Rumah sakit (66,3%) berhubungan dengan perilaku dalam upaya meningkatkan mutu asuhan penggunaan APD. Hasil penelitian keperawatan pada pasien supaya Sudarmo et al., (2017) menunjukkan melaksanakan program Pencegahan dan pengetahuan perawat (86%) tidak Pengendalian Infeksi (PPI), karena memiliki hubungan dengan kepatuhan berfungsi dalam identifikasi dan menekan perawat dalam penggunaan APD. angka penularan infeksi di area rumah Berbeda dengan hasil penelitian Zahara et sakit (3). al., (2017) menunjukkan pengetahuan petugas (65,5%) tidak berhubungan Pelaksanaan PPI menggunakan dengan kepatuhan menggunakan APD. prinsip kewaspadaan standar dan Serupa dengan hasil penelitian Putri et transmisi, bijak dalam menggunakan al., (2018) menunjukkan pengetahuan antimikroba, serta bundles. Universal perawat (70%) tidak berhubungan dengan precaution bertransformasi menjadi tingkat kepatuhan menggunakan APD. kewaspadaan standar yang bertujuan dalam menurunkan angka infeksi (4). Data Laporan Komite Peningkatan Penerapan kewaspadaan standar yang Mutu RSD Idaman Kota Banjarbaru pada dilakukan oleh tenaga kesehatan salah bulan Januari-Juni tahun 2019 satunya yaitu menggunakan alat menunjukkan ketaatan perawat dalam pelindung diri (APD) (5). Pengetahuan, penggunaan APD saat melakukan kondisi APD, sikap, pengawasan, dan tindakan yaitu 92,5% padahal targetnya peran rekan kerja merupakan faktor yang adalah 100%. Data studi pendahuluan di dapat mempengaruhi tenaga kesehatan 2 ruang rawat inap (Ruang Kasuari dan untuk menggunakan APD (6). Seseorang Ruang Cendrawasih) dengan melakukan yang patuh menggunakan APD wawancara kepada kepala ruang. Kedua mempunyai pengetahuan dan kesadaran kepala ruang mengatakan terdapat kasus yang tinggi dan waspada saat Healthcare Associated Infections (HAIs) melaksanakan pekerjaan, sebaliknya dalam 1 tahun terakhir yang diakibatkan pekerja yang tidak mau patuh akan oleh ketidakpatuhan penggunanaan APD meningkatkan risiko kecelakaan kerja (7). oleh perawat. Hasil observasi kepada 10 perawat Populasi dalam penelitian ini ialah menunjukkan 5 dari 10 perawat tidak semua perawat pelaksana di Ruang patuh menggunakan APD, satu dari 10 Cendrawasih dan Ruang Kasuari RSD perawat tidak memakai APD pada saat Idaman Kota Banjarbaru. Pengambilan melakukan tindakan invasif, dan 4 dari 10 sampel menggunakan stratified random perawat berlebihan menggunakan APD. sampling sebanyak 26 perawat. Berdasarkan hasil wawancara kepada 10 perawat didapatkan data pengetahuan, Instrumen yang digunakan peneliti yaitu 7 dari 10 perawat mampu terdiri dari checklist obsevasi untuk menjawab semua pertanyaan dengan mengukur variabel dependen dan tepat ( 75% dari jumlah pertanyaan) dan kuesioner untuk mengukur variabel sedangkan 3 perawat lainnya belum dapat independen. Instrumen checklist menjawab semua pertanyaan dengan observasi dibuat berdasarkan Standar tepat ( 60% dari jumlah pertanyaan). Prosedur Operasional (SPO) penggunaan Tingkat pengetahuan perawat tersebut APD di PMK No. 27 Tahun 2017 yang diakibatkan karena kurangnya sosialisasi juga digunakan oleh Komite PPI RSD atau informasi terkait penggunaan APD Idaman Kota Banjarbaru. Instrumen oleh kepala ruang, di dalam satu ruangan kuesioner terdiri dari Kuesioner A yang hanya ada satu buku SPO penggunaan berisikan data karakteristik responden, APD dan kurangnya media informasi dan Kuesioner B yang berisikan yang menunjang mengenai penggunaan Kuesioner Kognitif, Afektif, dan APD untuk perawat di ruangan. Psikomotorik. Berdasarkan wawancara kepada 10 perawat mengenai afektif perawat Kuesioner Kognitif telah diuji terhadap penggunaan APD menunjukkan expert judgdement dengan nilai mean I- hasil semua perawat merasa khawatir dan CVI 0,81, kemudian telah diuji validitas dengan hasil nilai r hitung 0,366 > r merasa bersalah ketika tidak tabel (0,361) dan uji reliabilitas dengan menggunakan APD saat melakukan hasil nilai r alpha 0,752 > 0,6. Kuesioner tindakan. Afektif telah diuji expert judgdement dengan nilai mean I-CVI 0,81, kemudian Tujuan penelitian ini untuk telah diuji validitas dengan hasil nilai r mengetahui hubungan pengetahuan hitung 0,393 > r tabel (0,361) dan uji dengan kepatuhan perawat dalam reliabilitas dengan hasil nilai r alpha penggunaan alat pelindung diri di RSD 0,819 > 0,6. Kuesioner Psikomotorik Idaman Kota Banjarbaru. telah diuji expert judgdement dengan nilai mean I-CVI 0,90, kemudian telah METODE diuji validitas dengan hasil nilai r hitung 0,364 > r tabel (0,361) dan uji reliabilitas Penelitian yang dilakukan dengan hasil nilai r alpha 0,733 > 0,6. merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan analisis Analisis univariat menggunakan correlation dengan pendekatan cross penyajian data berupa frekuensi dan sectional. Variabel independen adalah persentasi pada karakteristik responden, pengetahuan penggunaan APD, variabel dependen dan variabel sedangkan variabel dependen adalah independen. Analisis bivariat kepatuhan perawat dalam penggunaan APD. menggunakan uji Fisher Exact untuk mengetahui hubungan variabel independent (pengetahuan) dengan umur responden adalah umur 25-29 tahun variabel dependen (kepatuhan). (46,2%), lama kerja 1-5 tahun (53,9%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 Penelitian ini telah lulus uji etik resonden (84,6%), berpendidikan terakhir dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas DIII Keperawatan berjumlah 17 Lambung Mangkurat tanpa adanya responden (65,4%), status kepegawaian perbaikan dengan nomor 020/KEP-FK BLUD sebanyak 18 responden (69,2%), UNLAM/EC/I/2020. Prinsip etika dan jenjang karir PK I sebanyak 18 penelitian yang digunakan yaitu responden (69,3%). informed consent, anonymity, confidentiality, otonomy, dan Umur beneficience. Hasil analisis univariat didapatkan HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa responden yang berumur 21-24 tahun berjumlah 3 responden (11,5%), Karakteristik Responden berumur 25-29 tahun berjumlah 12 responden (46,2%), dan berumur 30 Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Tingkat tahun berjumlah 11 responden (42,3%). Pendidikan, Lama Kerja, Status Usia dewasa muda (26-35 tahun) Kepegawaian, dan Jenjang Karir di RSD memiliki kemampuan kognitif yang Idaman Kota Banjarbaru sangat baik, seseorang sangat mudah Karakteristik N % untuk belajar, menggunakan penalaran Umur secara baik, berfikir dengan kreatif, dan 21-24 tahun 3 11,5 masih belum terjadinya penurunan daya 25-29 tahun 12 46,2 ingat (6) >30 tahun 11 42,3 Jenis Kelamin Laki-laki 4 15,4 Jenis Kelamin Perempuan 22 84,6 Pendikan Terakhir Hasil penelitian yang didapatkan DIII Kep 17 65,4 DIII Kep + S1 Kep 4 15,4 menunjukkan bahwa jenis kelamin S1 Kep + Ners 5 19,2 responden penelitian lebih banyak Lama Kerja perempuan sebanyak 22 resonden <1 tahun 3 11,5 1-5 tahun 14 53,9 (84,6%) dibandingkan dengan laki-laki 6-10 tahun 2 7,7 yaitu 4 responden (15,4%). Hal ini >10 tahun 7 26,9 sesuai dengan penelitian Pertiwiwati & Status Kepegawaian Rizany (2017) menjelaskan sebagian PNS 8 30,8 BLUD 18 69,2 besar responden penelitian berjenis Jenjang Karir kelamin perempuan (72%). Kasim et al., Pra PK 1 3,8 (2017) menjelaskan perawat yang berada PK I 18 69,3 PK II 3 11,5 di ruang rawat inap menunjukkan PK III 4 15,4 sumber daya manusia (SDM) perawat PK IV 0 0 sebagian besar (didominasi) oleh jenis PK V 0 0 kelamin perempuan 67%, hal tersebut Total 26 100 terjadi karena profesi keperawatan identik dan banyak diminati oleh kaum Berdasarkan data pada tabel 1 perempuan dan dianggap mempunyai menunjukkan sebagian besar: rentang naluri keibuan yang kuat dan sifat Hasil penelitian yang dilakukan caring kepada orang lain. menunjukkan status kepegawaian BLUD sebanyak 18 responden (69,2%), dan Pendidikan Terakhir PNS sebanyak 8 responden (31,8%). Penelitian (15) menjelaskan sebanyak 49 Pendidikan sangat diperlukan untuk orang yang bekerja sebagai pegawai tetap menjadi perawat yang professional, pada (PNS), sebagian besar pegawai PNS penelitian ini didapatkan sebanyak 17 memegang jabatan di setiap unit dan 161 responden (65,4%) berpendidikan orang yang berstatus pegawai Non PNS, terakhir DIII Keperawatan, sebanyak 4 di mana kinerja pegawai PNS lebih tinggi responden (15,4%) berpendidikan dibandingkan pegawai Non PNS. Sesuai terakhir S1 Keperawatan dan 5 responden dengan penelitian Pertiwiwati & Rizany (19,2%) berpendidikan terakhir S1 (2017) menjelaskan pegawai tetap Keperawatan+Ners. Sejalan dengan memiliki kesempatan untuk maju dan penelitian Setiawan et al., (2018) memiliki tanggung jawab yang tinggi menjelaskan responden penelitian sehingga memungkinkan mereka berpendidikan terakhir DIII Keperawatan memiliki lebih besar motivasi dalam pada kelompok kontrol (82,35%) dan bekerja. kelompok intervensi (67,65%). Pertiwiwati & Rizany (2017) Jenjang Karir menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu indikator yang akan Hasil penelitian yang dilakukan mencerminkan kemampuan individu menunjukkan jenjang karir Pra PK untuk menyelesaikan pekerjaan, idealnya sebanyak 1 responden (3,8%), PK I semakin tinggi tingkat pendidikan maka sebanyak 18 responden (69,3%), PK II akan mempunyai pengetahuan yang sebanyak 3 responden (11,5%), dan PK tinggi pula. III sebanyak 4 responden (15,4%). Hasil Penelitian Lisdiani & Ngatno (2017) Lama Kerja menjelaskan semakin tinggi persepsi terhadap jenjang karir yang dimiliki maka Dari hasil penelitian lama kerja < 1 akan semakin tinggi pula kepuasan kerja. tahun sebayak 3 responden (11,5%), lama kerja 1-5 tahun sebanyak 14 Pengetahuan Perawat dalam responden (53,9%), lama kerja 6-10 Penggunaan APD tahun sebanyak 2 responden (7,7%), dan lama kerja > 6 tahun sebanyak 7 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat di RSD Idaman Kota Banjarbaru responden (26,9%). Sejalan dengan penelitian Apriluana et al., (2016) Pengetahuan n % menjelaskan jika mayoritas responden Baik 21 80,8 penelitian memiliki pengalaman kerja < Kurang Baik 5 19,2 Total 26 100 10 tahun (68%). Lama kerja seseorang dapat dihubungkan dengan pengalaman Berdasarkan data pada tabel 2 yang diperoleh di tempat kerja, semakin menunjukkan 21 responden lama bekerja maka semakin mahir (6). berpengetahuan baik (80,8%), sedangkan 5 responden Status Kepegawaian berpengetahuan kurang baik (19,2%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan yang tinggi akan lebih condong untuk Perawat dalam Penggunaan APD menerapkan pengetahuannya dalam berdasarkan Ruangan di RSD Idaman Kota Banjarbaru bertugas dan memahami akibat dari tindakan yang telah dilakukan. Pengetahuan Sebaliknya, perawat yang tidak mampu Kurang dalam memahami prosedur yang Ruang Baik Total Baik n % n % n % berlaku cenderung akan melaksanakan 16, suatu perilaku tindakan yang sesuai Cendrawasih 10 83,3 2 12 100 7 dengan kemampuannya tanpa 21, memikirkan akibat atau efek dari Kasuari 11 78,6 3 14 100 4 tindakan tersebut (18). 19, Total 21 80,8 5 26 100 2 Hasil penelitian menjelaskan Berdasarkan data pada tabel 3 nilai rata-rata responden dengan menunjukkan di Ruang Cendrawasih parameter kognitif 7,1 dari 10 (71%), terdapat 10 responden berpengetahuan afektif 32,9 dari 40 (82,25%), dan baik (83%), dan 2 responden psikomotorik 8,5 dari 10 (85%). berpengetahuan kurang baik (16,7%). Tingkat pengetahuan (kognitif, afektif, Sedangkan di Ruang Kasuari terdapat 11 dan psikomotorik) dapat dipengaruhi responden yang berpengetahuan baik oleh faktor pendidikan, faktor fasilitas (78,6%), dan 3 responden (media informasi), faktor sosial dan berpengetahuan kurang baik (21,4%). budaya, dan faktor pengalaman (18)
Tabel 4 Gambaran Komponen Parameter Kemampuan afektif merupakan
Pengetahuan Perawat di RSD Idaman respon emosional individu kepada Kota Banjarbaru suatu rangsangan dari luar dan respon Parameter Total Mean % ini akan diteruskan dengan Nilai kecenderungan atau dengan tidak Kognitif 10 7,1 71 melakukannya kepada suatu objek, Afektif 40 32,9 82,25 sama halnya dengan pengembangan Psikomotorik 10 8,5 85 pengetahuan kognitif akan berdampak pada pengetahuan psikomotorik, yang Berdasarkan data pada tabel 4 merupakan hasil dari kesadaran, menunjukkan nilai rata-rata responden wawasan pengetahuan, dan mentalnya dengan parameter kognitif 7,1 dari 10 (19) (71%), afektif 32,9 dari 40 (82,25%), dan psikomotorik 8,5 dari 10 (85%). Kepatuhan Penggunaan APD Lawrence Green dalam Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat Notoadmodjo (2007) menjelaskan Menggunakan APD di RSD Idaman Kota bahwa pengetahuan merupakan faktor Banjarbaru predisposisi yang membentuk perilaku Kepatuhan n % seseorang. Pengetahuan dapat Patuh 22 84,6 diperoleh melalui pendidikan formal Tidak Patuh 4 15,4 dan non formal seperti pelatihan, Total 26 100 pengalaman, atau penyuluhan (17). Perawat yang mempunyai pengetahuan Berdasarkan data pada tabel 5 menggunakan handscoon, dan 1 dari 4 menunjukkan 22 responden patuh responden tidak menggunakan menggunakan APD (84,6%). Sedangkan handscoon pada tindakan yang 4 responden tidak patuh menggunakan mengharuskan menggunakan APD (15,4%), 3 dari 4 responden handscoon. Kekeliruan dalam tersebut tidak sesuai menggunakan menggunakan APD dalam memberikan handscoon, seharusnya menggunakan tindakan keperawatan adalah ketika handscoon steril tetapi menggunakan menggunakan handscoon bersih pada handcoon bersih, dan satu responden tindakan yang seharusnya tidak menggunakan handscoon pada menggunakan handscoon steril, dan saat melakukan tindakan keperawatan tidak menggunakan handscoon yang yang mengharuskan menggunakan seharusnya tindakan tersebut handscoon bersih. mengharuskan menggunakan handscoon bersih, dan juga Tabel 6 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat menggunakan handscoon bersih untuk Menggunakan APD berdasarkan Ruang di tindakan yang tidak membutuhkan RSD Idaman Kota Banjarbaru handscoon karena tindakan tersebut Kepatuhan tidak memiliki risiko terkena cipratan Tidak atau percikan darah atau pun cairan Ruang Patuh Total Patuh tubuh pasien (20). Kontaminasi silang n % n % n % akan terjadi ketika kejadian pemilihan Cendrawasi APD tidak tepat secara terus menerus 10 83,3 2 16,7 12 100 h (21). Kasuari 12 85,7 2 14,3 14 100 Total 22 84,6 4 15,4 26 100 Data yang diperoleh dari hasil observasi, didapatkan data bahwa 2 Berdasarkan data pada tabel 6 responden melakukan pemasangan menunjukkan di Ruang Cendrawasih Nasogastrik Tube (NGT) dengan terdapat 10 responden patuh menggunakan handscoon bersih, satu menggunakan APD (83,3%), dan 2 responden melakukan tindakan responden tidak patuh menggunakan APD (16,7%). Sedangkan di Ruang pemasangan kateter urin dengan Kasuari terdapat 12 responden patuh menggunakan handscoon bersih, dan menggunakan APD (85,7%), dan 2 satu responden tidak menggunakaan responden tidak patuh menggunakan handscoon pada saat menggantikan APD (15,4%). popok pasien. Semua hal tersebut sangat tidak sesuai dengan SPO Kepatuhan perawatmenggunakan pemilihan APD di rumah sakit dan APD sudah baik, akan tetapi masih PMK No. 27 Tahun 2017 yang ada perawat yang kurang tepat dalam mencantumkan pemilihan APD untuk pemilihan APD untuk tindakan tiap-tiap tindakan keperawatan. keperawatan, sehingga akan adanya Perawat memahami dan mengerti risiko yang membuat pasien dapat mengenai handscoon yang digunakan, terpapar HAIs. kapan menggunakannya, dan bagaimana cara memasang dan Hasil penelitian ini menunjukkan melepasnya. Akan tetapi dalam 3 dari 4 responden keliru dalam praktiknya, pengetahuan mengenai handscoon tersebut kurang Penelitian ini sejalan dengan diaplikasikan dalam praktik penelitian yang dilakukan oleh Apriluana keseharian dalam pemberian asuhan et al., (2016) menyatakan terdapat keperawatan (22). hubungan antara pengetahuan perawat dengan perilaku penggunaan APD Analisis Hubungan Pengetahuan dengan p-value = 0,0001. Kemudian dengan Kepatuhan Penggunaan APD penelitian Zahara et al., (2017)menjelaskan adanya hubungan Tabel 7 Analisis Hubungan Pengetahuan dengan antara pengetahuan dengan kepatuhan Kepatuhan Penggunaan APD oleh Perawat di RSD Idaman Kota Banjarbaru penggunaan APD dengan p-value = 0,001. Penelitian ini tidak sejalan dengan Kepatuhan penelitian yang diakukan oleh Sudarmo Patuh Tidak Total value Pengetahua Patuh et al., (2017) dan Putri et al., (2018) n n % n % n % dengan hasil penelitian menunjukkan Baik 20 95,2 1 4,8 21 100 nilai tidak ada hubungan signifikan antara Kurang 2 40 3 60 5 100 0,014pengetahuan dengan kepatuhan perawat Baik Total 22 84,6 4 15,4 26 100 dalam penggunaan APD.
Berdasarkan data pada tabel 7 Hasil penelitian didapatkan jika
menunjukkan responden berpengetahuan pegetahuan perawat baik dengan patuh baik dan patuh menggunakan APD dalam penggunaan APD sebanyak 20 sebanyak 20 responden (95,2%) dan responden (95,2%). Sejalan dengan responden yang berpengetahuan kurang penelitian menunjukkan responden baik dan patuh menggunakan APD penelitian yang memiliki pengetahuan sebanyak 2 responden (40%). Sedangkan baik dan berperilaku baik dalam responden berpengetahuan baik dan tidak menggunakan APD sebanyak 57 patuh menggunakan APD sebanyak 1 responden (66,3%). Teori Bloom dalam responden (4,8%) dan responden dengan Notoadmodjo (2007) menjelaskan bahwa pengetahuan kurang baik dan tidak patuh tingginya tingkat pengetahuan seseorang menggunakan APD sebanyak 3 responden (60%). Hasil analisis data sejalan dengan perilaku menggunakan menggunakan uji Fisher Exact diperoleh APD, hal tersebut menjelaskan jika hasil p-value = 0,014 pada batas responden penelitian selain tahu tetapi kemaknaan (p < 0,05), sehingga dapat juga mengaplikasikannya dalam bekerja. disimpulkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat Hasil penelitian ini menunjukkan dalam penggunaan APD. perawat yang memiliki pengetahuan baik dengan tidak patuh dalam penggunaan Hasil analisis data tabel silang APD sebanyak 1 responden (4,8%). antara pengetahuan dengan kepatuhan Ditinjau lebih jauh, responden tersebut dalam penggunaan APD dengan merupakan perawat senior yang memiliki menggunakan uji statistic fisher exact pendidikan tinggi (S1 Kep + Ners), didapatkan p-value = 0,014 pada batas pengalaman kerja yang lama (>10 tahun), kemaknaan p < 0,05. Sehingga dapat dan berusia > 30 tahun. Sejalan dengan disimpulkan terdapat hubungan antara peneltian Zahara et al., (2017) responden pengetahuan dengan kepatuhan perawat yang berpengetahuan baik tetapi tidak dalam penggunaan APD. patuh menggunakan APD sebanyak 11 kurang baik juga perilaku orang responden (34,4%). tersebut (18).
Menurut Lawrence Green dalam PENUTUP
Notoadmodjo (2007) perubahan perilaku belum tentu dipengaruhi oleh Terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan yang baik. Suatu antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD di pengetahuan mengenai penggunaan APD Ruang Kasuari dan Ruang Cendrawasih kemungkinan akan berguna saat tindakan RSD Idaman Kota Banjarbaru dengan asuhan keperawatan belum dilakukan, nilai p-value = 0,014. akan tetapi tindakan penggunaan APD yang ingin dicapai mungkin tidak dapat Peneliti berikutnya diharapkan terjadi kecuali jika perawat mendapatkan mampu meneliti mengenai kepatuhan teguran yang cukup keras sehingga dapat penggunaan APD oleh perawat dalam menjadi motivasinya dalam bertindak aspek cara memasang atau melepas APD, atas dasar pengetahuannya (Apriluana et dan terkait beberapa perawat pelaksana al., 2016). Pada praktiknya, pengetahuan yang memiliki pengetahuan kurang baik yang baik tersebut tidak diaplikasikan mengenai penggunaan APD disarankan sepenuhnya dalam memberikan tindakan adanya penelitian selanjutnya mengenai keperawatan sehari-hari kepada pasien intervensi dalam upaya peningkatan kepatuhan peggunaan APD. (23). REFERENSI Hasil penelitian didapatkan jika pengetahuan perawat kurang baik dengan 1. Widowati A. Kesehatan & patuh dalam penggunaan APD sebanyak Keselamatan Kerja Rumah Sakit. 2 responden (40%). Sejalan dengan Jakarta.: CV. Trans Info Media; penelitian Putri et al., (2018) 2018. menunjukkan hasil perawat dengan 2. Maria S, Joko W, Candrawati E. pengetahuan kurang baik dan patuh Kejadian Kecelakaan Kerja dalam penggunaan APD sebanyak 9 Perawat Berdasarkan Tindakan responden (50%). Pengetahuan bukanlah Tidak Aman. J Care [Internet]. faktor yang menentukan seorang perawat 2015;3(2):9–17. Available from: patuh menggunakan APD, akan tetapi https://jurnal.unitri.ac.id/index.php ada faktor lain (11). /care/article/view/478 3. KARS. Standar Nasional Hasil penelitian didapatkan perawat Akreditasi Rumah Sakit (SNARS). berpengetahuan kurang baik dengan tidak Edisi 1.1. Jakarta; 2019. patuh dalam menggunakan APD sebanyak 3 responden (60%). Sejalan 4. Menkes RI. Peraturan Menteri dengan penelitian Sudarmo et al., (2017) Kesehatan Republik Indonesia perawat yang berpengetahuan kurang Nomor 27 Tahun 2017 tentang baik dan tidak patuh menggunakan APD Pedoman Pencegahan dan sebanyak 13 responden (52%). Bloom Pengendalian Infeksi di Fasilitas menjelaskan jika semakin tinggi tingkat Pelayanan Kesehatan. 2017. pengetahuan seseorang maka akan baik 5. Menkes RI. Peraturan Menteri juga perilakunya, dan jika semakin Kesehatan Republik Indonesia rendah pengetahuannya maka akan Nomor 52 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Penggunaan Alat Pelindung Diri di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. (APD) Di RSUP Dr. Kariadi 2018. Semarang (Studi Kasus Di Instalasi Rawat Inap Merak). J 6. Sudarmo, Helmi ZN, Marlinae L. Kesehat Masy. 2018;6(1):800–8. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku terhadap Kepatuhan 12. Pertiwiwati E, Rizany I. Peran Penggunaan Alat Pelindung Diri Educator Perawat dengan (APD) untuk Pencegahan Penyakit Pelaksanaan Discharge Planning Akibat Kerja. Jurnal Berkala pada Pasien di Ruang Tulip 1C Kesehat. 2017;1(2):88. RSUD Ulin Banjarmasin. Dunia Keperawatan. 2017;4(2):82. 7. Barizqi IN. Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD 13. Kasim Y, Mulyadi N, Kallo V. dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Hubungan Motivasi & Supervisi pada Pekerja Bangunan PT. Adhi dengan Kepatuhan Perawat dalam Karya Tbk Proyek Rumah Sakit Penggunaan Alat Pelindung Diri Telogorejo Semarang. J Ners. (APD) pada Penanganan Pasien 2015;9(1):11–8. Gangguan Muskuloskeletal di IGD RSUP Prof Dr. R. D. Kandou 8. Tukatman, Sulistiawati, Manado. J Keperawatan Purwaningsih, Nursalam. Analisis UNSRAT. 2017;5(1):112054. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perawat dalam Penanganan Pasien 14. Setiawan H, Hartiti T, Rofi’i M. di Rumah Sakit Benyamin Guluh Supervisi Klinis Model Proctor Kabupaten Kolaka. Ners. dalam Peningkatan Kualitas 2015;10(2):343–7. Perawatan Selama Prosedur Intravena. Dunia Keperawatan. 9. Apriluana G, Khairiyati L, 2018;6(2). Setyaningrum R. Hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, Lama Kerja, 15. Hendrajana IGMR, Sintaasih DK, Pengetahuan, Sikap Dan Saroyeni P. Analisis Hubungan Ketersediaan Alat Pelindung Diri Status Kepegawaian, Komitmen (APD) dengan Perilaku Organisasional dan Kinerja Penggunaan APD pada Tenaga Karyawan. E-jurnal Ekon dan Kesehatan. J Publ Kesehat Masy Bisnis Univ Udayana. 2017;1:357– Indones. 2016;3(3):82–7. 84. 10. Zahara RA, Effendi SU, Khairani 16. Lisdiani V, Ngatno. Pengaruh N. Kepatuhan Menggunakan Alat Pengembangan Karir terhadap Pelindung Diri (APD) Ditinjau Kepuasan Kerja Karyawan melaui dari Pengetahuan dan Perilaku Motivasi Kerja sebagai Variabel pada Petugas Instalasi Intervening. 2017;1–8. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS). J 17. Sugiono. Memahami Penelitian Aisyah J Ilmu Kesehat. Kualitatif. Bandung: Alfabeta; 2017;2(2):153–8. 2014.
11. Putri SA, Widjanarko B, 18. Notoadmodjo. Promosi Kesehatan
Shaluhiyah Z. Faktor-Faktor yang dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Berhubungan dengan Tingkat Rineka Cipta; 2007. Kepatuhan Perawat terhadap 19. Devitasari, Kurnianto, Sundari. Studi Peningkatan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik pada Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan Perbaikan Bedside Teaching, Naskah Publikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Tesis). 2016. 20. WHO. Gloves Use Information Leaflet. 2015. 21. Urban. Contaminated Gloves Increase Risk of Cross- Transmission Of Healthcare Associated Pathogens. Press Release; 2016. 22. Padilha, Sá SPC, de Souza SR, Brum AK, Lima MVRL, Guimarães TF. Glove Use in Nursing Practice and its Implications: A Methodological Study. Online Brazilian J Nurs. 2016;15(4). 23. Nurmalia, Devi, Ulliya, Sarah, Neny, Linawati, et al. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri oleh Perawat di Ruang Perawatan Rumah Sakit. J Holist Nurs Heal Sci. 2019;2(1):45–53.