Anda di halaman 1dari 14

BAB 

IV 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Lampisang merupakan salah satu gampong yang ada di Peukan Bada,

Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Indonesia.

Luas wilayah kecamatan Lampisang secara keseluruhan adalah 43,84 km2,

secara administrative Puskesmas Lampisang dibagi menjadi 8 wilayah kerja,

yang berbatasan dengan :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lamhasan

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Rima Keneneum

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rima Jaunen

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Beuradeun

Puskesmas Lampisang mempunyai tenaga kesehatan sebanyak 75

orang, yang terdiri dari 2 orang dokter umum, 14 orang perawat, 35 orang

bidan, 4 orang perawat gigi, 4 orang analisis kesehatan dan 3 orang kesehatan

lingkungan. Ruang kerja Puskesmas Lampisang terdiri dari poli umum, poli

gizi, poli gigi, ruang kartu, IGD, laboratorium, poli KIA, poli Imunisasi, ruang

tata usaha, ruang kesling, ruang kepala, ruang rawat inap, toilet dan aula.

Layaknya sebuah layanan public.

41
42

Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang, Umur,
Jumlah Anak, Pengetahuan, Sikap dan Peran Petugas KesehatanDi wilayah
Kerja Puskesmas LampisangTahun 2020

No Variabel Frekuensi (f) Persentase


(%)
1 Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
a. Tidak 90 62.0
b. Ya 55 38.0
2 Umur
a. <30 tahun 68 75.8
b. ≥ 30 tahun 77 24.2
3 Jumlah Anak
a. 0 – 2 orang 75 57.9
b. ≥ 3orang 70 42.1
4 Pengetahuan
a. Rendah 59 46.2
b. Tinggi 86 53.8
5 Sikap
a. Negatif 91 62.7
b. Positif 54 37.3
6 Peran Petugas Kesehatan
a. Berperan 99 68.2
b. Tidak Berperan 46 31.8

Berdasarkan tabel 4.1. mayoritas pengguna metode kontrasepsi jangka

panjang kategori tidak pengguna sebanyak 90 responden (62.0%), mayoritas umur

responden pada kategori berpeluang 68 responden (75.8%), mayoritas jumlah anak

responden pada kategori sedikit 75 responden (57.9%), mayoritas pengetahuan pada

kategoris tinggi 86 responden (53.8), mayoritas sikap responden pada kategoi negatif
43

sebanyak 91 responden (62.7), dan mayoritas peran tenaga kesehatan pada kategori

berperan sebanyak 99 responden (68.2%).

4.2.1. Analisa Bivariat


Tabel 4.2
Hubungan Umur Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di
wilayah Kerja Puskesmas Lampisang Tahun 2020

Penggunaan Metode Kontrasepsi


Total P-
Jangka Panjang
No Umur Value
Tidak Ya
f % f % n %
1 < 30 tahun 23 33.8 45 66.2 68 100
0.008
2 ≥ 30 tahun 35 45.4 42 54.6 77 100

Berdasasarkan hasil tabel 4.2 dari 68 responden wanita dengan umur

berpeluang < 30 tahun sebanyak 45 orang (66,2%) menggunakan MKJP dan

umur dari 77 responden, wanita dengan umur tidak berpeluang ≥ 30 tahun

sebanyak 42 orang (54%) menggunakan MKJP.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.008, artinya ada hubungan umur

dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja puskesmas Lampisang tahun

2020.

Tabel 4.3
Hubungan Jumlah AnakDengan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang Di wilayah Kerja Puskesmas Lampisang Tahun 2020

Penggunaan Metode Kontrasepsi


Total P-
Jumlah Jangka Panjang
No Value
Anak Tidak Ya
f % f % n %
44

1 0 – 2 orang 19 25,3 56 74.7 75 100


0.280
2 >3orang 28 40.0 42 60.0 70 100

Berdasarkan hasil tabel 4.3 di atas 75 responden wanita dengan jumlah

anak sedikit 0 – 2 orang sebanyak 56 orang (74.7%) menggunakan MKJP dan

jumlah anak dari 77 responden wanita dengan jumlah anak banyak >3

sebanyak 42 orang (60.0%) menggunakan MKJP.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.280, artinya tidak ada hubungan

jumlah anak dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja puskesmas

Lampisang tahun 2020.

Tabel 4.4
Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang Di wilayah Kerja Puskesmas Lampisang Tahun 2020
No Pengetahuan Penggunaan metode kontrasepsi Total
jangka panjang p-
Tidak Ya value
f % f % n %
1 Rendah 11 18.6 48 81.4 59 100
0,202
2 Tinggi 23 26.7 63 73.3 86 100

Berdasarkan hasil tabel 4.4 di atas 59 responden wanita dengan

pengetahuan rendah sebanyak 48 orang (81.4%) menggunakan MKJP dan

pengetahuan dari 86 responden wanita dengan pengetahuan tinggi sebanyak

63 orang (73.3%) menggunakan MKJP.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.202, artinya tidak ada hubungan

pengetahuan dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja puskesmas

Lampisang tahun 2020.


45

Tabel 4.5
Hubungan Sikap Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka PanjangDi
wilayah Kerja Puskesmas Lampisang Tahun 2020

Penggunaan Metode Kontrasepsi


Total
Jangka Panjang P-
No Sikap
Tidak Ya Value
f % f % n %
1 Negatif 20 28.6 71 71.4 91 100
0.304
2 Positif 21 38.8 41 61.2 54 100

Berdasarkan hasil tabel 4.5 di atas 91 responden wanita dengan sikap

negatif sebanyak 71 orang (71.4%) menggunakan MKJP dan sikap dari 54

responden wanita dengan sikap postif sebanyak 41 orang (61.2%)

menggunakan MKJP.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.304, artinya tidak ada hubungan

sikap dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja puskesmas Lampisang

tahun 2020.

Tabel 4.6
Hubungan Peran Tenaga Kesehatan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka PanjangDi wilayah Kerja Puskesmas Lampisang Tahun 2020

Penggunaan Metode Kontrasepsi


Peran Total
Jangka Panjang P-
No Petugas
Tidak Ya Value
Kesehatan
f % f % n %
1 Berperan 24 24.2 75 75.8 99 100
2 Tidak 20 43.4 26 55.6 46 100 0.009
Berperan
46

Berdasarkan hasil tabel 4.5 di atas 99 responden peran petugas

kesehatan yang berperan sebanyak 75 orang (75.8%) menggunakan MKJP

dan peran petugas kesehatan dari 46 responden peran petugas kesehatan yang

tidak berperan sebanyak 26 orang (55.6%) menggunakan MKJP.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.304, artinya tidak ada hubungan

sikap dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja puskesmas Lampisang

tahun 2020.

4.7. Pembahasan 

Hubungan Umur Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka

PanjangDi wilayah Kerja Puskesmas Lampisang Tahun 2020

Berdasasarkan hasil tabel 4.2 dari 68 responden wanita dengan umur

berpeluang < 30 tahun sebanyak 45 orang (66,2%) menggunakan MKJP dan

umur dari 77 responden, wanita dengan umur tidak berpeluang ≥ 30 tahun

sebanyak 42 orang (54%) menggunakan MKJP. Hasil uji statistik diperoleh

nilai p= 0.008, artinya ada hubungan umur dengan penggunaan MKJP di

wilayah kerja puskesmas Lampisang tahun 2020.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ida Yani (2017) didapatkan hasil

membagi umur dalam 2 kelompok yaitu ≥ 30 tahun (faktor resiko) dan < 30

tahun. Dari hasil analisis didapatkan diantara responden berumur ≥ 30 tahun

yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak 46

orang (70,8%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP, ada


47

sebanyak64 orang (49,2%). Hasil chisquare memperlihatkan ada hubungan

secara signifikan antara umur ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP) dengan p value 0.007. Responden yang berumur ≥ 30

tahun memiliki peluang sebesar 2,5 kali lebih besaruntuk menggunakan

metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang

berumur < 30 tahun. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Yusuf (2002) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara

umur dengan penggunaan MKJP, kemungkinan ibu yang berumur tua untuk

menggunakan kontrasepsi MKJP adalah sebesar 8 kali dibandingkan ibu yang

berumur muda. SDKI (2007) menyatakan bahwa wanita muda cenderung

menggunakan cara KB suntik, pil dan susuk KB, sementara yang lebih tua

cenderung memilih kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, sterilisasi wanita

dan sterilisasi pria.

Umur dalam hubungannya dengan pemakaian KB berperan sebagai

faktor intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah,

komposisi biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita. Perbedaan

fungsi faaliah, komposisi biokimiawi, dan sistem hormonal pada suatu periode

umur menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yangdibutuhkan.

(Kusumanigrum, 2009).

Menurut peneliti umur wanita menentukan dalam pemilihan alat

kontrasepsi yang akan digunakan, karena umur wanita mempengaruhi

keinginan terhadap jumlah anak yang dimiliki. Umur wanita yang muda
48

cenderung untuk mempunyai keinginan anak yang lebih tinggi dibandingkan

dengan wanita yang berumur tua. Oleh karena keinginan tersebut, wanita

muda cenderung memilih menggunakan metode kontrasepsi non jangka

panjang seperti suntik dan pil.

Hubungan Jumlah Anak Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi

Jangka PanjangDi wilayah Kerja Puskesmas Lampisang Tahun 2020

Berdasarkan hasil tabel 4.3 di atas 75 responden wanita dengan jumlah

anak sedikit 0 – 2 orang sebanyak 56 orang (74.7%) menggunakan MKJP dan

jumlah anak dari 77 responden wanita dengan jumlah anak banyak >3 sebanyak

42 orang (60.0%) menggunakan MKJP. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=

0.280, artinya tidak ada hubungan jumlah anak dengan penggunaan MKJP di

wilayah kerja puskesmas Lampisang tahun 2020.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Charis dan Martono

(2014), menunjukan tidak ada hubungan dengan nilai p value 0,311, responden

yang memiliki anak lebih dari 2 dan menggunakan MKJP dapat disebabkan

karena keinginan responden untuk mensejahterakan keluarga melalui program

keluarga berencana.

Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Yusuf (2001)

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara proporsi penggunaan

MKJP dengan kelompok responden yang memiliki jumlah anak hidup yang
49

kecil dengan kelompok responden yang memiliki jumlah anak yang lebih besar.

Responden yang memiliki jumlah anak > 2 orang mempunyai kemungkinan 20x

lebih besar untuk menggunakan MKJP dibandingkan dengan ibu yang

mempunyai anak ≤ 2 orang.

Menurut peneliti jumlah anak hidup yang dimiliki seorang wanita, akan

memberikan pengalaman dan pengetahuan, sehingga wanita dapat mengambil

keputusan yang tepat tentang cara atau alat kontrasepsi yang akan dipakai.

Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi

Jangka PanjangDi wilayah Kerja Puskesmas Lampisang Tahun 2020

Berdasarkan hasil tabel 4.4 di atas 59 responden wanita dengan

pengetahuan rendah sebanyak 48 orang (81.4%) menggunakan MKJP dan

pengetahuan dari 86 responden wanita dengan pengetahuan tinggi sebanyak

63 orang (73.3%) menggunakan MKJP. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=

0.202, artinya tidak ada hubungan pengetahuan dengan penggunaan MKJP di

wilayah kerja puskesmas Lampisang tahun 2020.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wilhelmina (2016),

yaitu ditemukan bahwa responden terbanyak adalah responden yang

berpengetahuan kurang sebanyak 18 orang (52,9%), menurut peneliti hal

initerjadi karena responden masih melakukan cara coba salah untuk

memperoleh pengetahuan, sehingga besar kemungkinan cara yang dilakukan

oleh responden masih salah dalam mencari sesuatu pengetahuan yang baru,
50

disamping itu responden masih menggunakan jalan pikirannya sendiri untuk

menggunakan alat kontrasepsi, karena di dalam pemikiran mereka setiap alat

kontrasepsi memiliki fungsi yang sama dan tidak ada yang lebih bagus,

kemudian responden jugabelum memiliki pengalaman secara pribadi tentang

alat kontrasepsi yang efektif dan memiliki jangka waktu pemakaian yang

lama, ditambah lagi kurangnya penjelasan kebenaran yang diberikan oleh

pihak-pihak terkait. Akan tetapi ditemukan juga responden yang

berpengetahuan baik sebanyak 6 orang (17,7%), menurut peneliti hal ini

terjadi karena responden memiliki pengalaman pribadi tentang pemakaian

metode kontrasepsi jangka panjang, sehingga memiliki pengetahuan yang baik

tentang alat kontrasepsi yang efektif dan bisa digunakan dalam jangka waktu

panjang, disamping itu responden kemungkinan telah mencoba berbagai alat

kontrasepsi baik yang non MKJP maupun MKJP, kemudian responden

memperoleh penjelasan pembenaran dari pihakterkait tentang metode

kontrasepsi yang tingkat efektifitasnya baik dan dapat digunakan dalam

jangka waktu tahunan.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (Mata, hidung,

telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan

persepsi terhadap objek..


51

Pengetahuan responden tentang KB MKJP merupakan pemahaman

responden tentang pengertian Jampersal serta KB MKJP, macam KB

MKJPfungsi dan kegunaan KB MKJP, efek samping KB MKJP. Tingkat

pengetahuan tentang KB MKJP tersebut dipengaruhi oleh adanya beberapa

faktor pendukung pengetahuan yang ada di sekitar ibu antara lain pendidikan,

pekerjaan dan umur. Secara umum pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh

pendidikan, pekerjaan, usia, minat, pengalaman hidup, budaya dan informasi..

Menurut peneliti hal ini terjadi rendahnya responden mendapat

masukan seadanya dari tenaga kesehatan pada saat akanmelakukan program

keluarga berencana dan tanpa memahami lebih jauhresponden setuju untuk

menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang, disampingitu responden

mungkin pernah mendengartentang ada alat kontrasepsi yang tidakrutinitas

seperti meminum pil KB yang harus setiap hari atau suntik yang

harusmelakukan setiap 1 bulan dan 3 bulan sekali yang bisa menyebabkan

respondenlupa dalam penggunaannya, sehingga responden memilih alat

kontrasepsi jangkapanjang sebagai alternatif tanpa menelusuri lebih jauh

tentang apa itu MKJP

Hubungan Sikap Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka

PanjangDi wilayah Kerja Puskesmas Lampisang Tahun 2020

Berdasarkan hasil tabel 4.5 di atas 91 responden wanita dengan sikap

negatif sebanyak 71 orang (71.4%) menggunakan MKJP dan sikap dari 54

responden wanita dengan sikap postif sebanyak 41 orang (61.2%)


52

menggunakan MKJP. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.304, artinya tidak

ada hubungan sikap dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja puskesmas

Lampisang tahun 2020.

Sikap merupakan penilaian (bisaberupa pendapat) seseorang

terhadapstimulasi atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan,

termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulasi atau objek,

proses selanjutnya akanmenilai atau bersikap terhadap stimulasi atau objek

kesehatan tertentu. Oleh karena itu, indikator untuk sikap kebidanan juga

sejalan dengan pengetahuankesehatan. Pengukuran sikap dapat dilakukan

secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan

bagaimana pendapat atau pernyataan respondenterhadap suatu objek.

Sedangkan secara tidak langsung dapat dilakukan denganpertanyaan-

pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Dan biasanya

jawaban berada dalam rentang antara sangat setuju sampai sangat tidak setuju.

Hasil penelitian penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan

Elizawarda (2017) tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu

dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang dengan nilai p-value

0,431. Hasil penelitian ini sejalan dengan Amiryana (2017) ada hubungan

yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan penggunaan metode

kontrasepsi jangka panjang dengan nilai p value 0.001.

Menurut peneliti hal ini terjadi karena pengetahuan responden rendah,

sehingga menggunakan MKJP, akan tetapi dalam waktu penggunaan MKJP


53

tersebut responden memperoleh pengalaman yang tidakmengenakkan seperti

pada saat pemasangan terasa sakit, sehingga ada penyesalan dalam

penggunaan MKJP atau pada saat berhubungan suami isteri terdapat keanehan

yang tidak biasa, sehingga akhirnya responden bersikap negatif terhadap

MKJP, akan tetapi karena sudah terlaksana mau tidak mau responden

tetapmenggunakan MKJP sampai batas waktu yang telah ditetapkan dan bisa

saja terjadi pada penggunaan alat kontrasepsi selanjutnya responden tidak

akanmenggunakan MKJP.

Hubungan Peran Tenaga Kesehatan Dengan Penggunaan Metode

Kontrasepsi Jangka PanjangDi wilayah Kerja Puskesmas Lampisang

Tahun 2020

Berdasarkan hasil tabel 4.5 di atas 99 responden peran petugas

kesehatan yang berperan sebanyak 75 orang (75.8%) menggunakan MKJP dan

peran petugas kesehatan dari 46 responden peran petugas kesehatan yang

tidak berperan sebanyak 26 orang (55.6%) menggunakan MKJP. Hasil uji

statistik diperoleh nilai p= 0.304, artinya tidak ada hubungan sikap dengan

penggunaan MKJP di wilayah kerja puskesmas Lampisang tahun 2020.

Penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Samosir, et al. (2016) nilai p = 0,009 yang yang berartiada hubungan antara

peran tenaga kesehatan dalam memberikan konseling KB dengan penggunaan

alat kontrasepsi pada wanita pasangan usia subur di puskesmas Rafae.Hal

tersebut sesuai dengan penelitian Mahmuda& Indrawati (2015) dengan p


54

value(0,018) menyatakan bahwa konseling dengan metode yang tepat sangat

mempengaruhi keputusan ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi jangka

panjang.

Menurut peneliti Ibu yang kurang mendapatkan peran tenaga

kesehatan lebih beresiko 8 kali tidak menggunakan IUD dari pada ibu yang

mendapatkan peran tenaga kesehatan. Menurut Notoadmodjo (2007), bahwa

sikap dan prilaku tenaga kesehatan dan para tenaga lain merupakan pendorong

atau penguat perilaku sehat padamasyarakat untuk mencapai kesehatan, maka

tenaga kesehatan harus memperoleh pendidikan pelatihan khusus tentang

kesehatan atau pendidikan kesehatan dan ilmu prilaku. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Metrilita (2012), diwilayah

kerja Puskesmas Teluk Belitung Kabupaten Kepulauan Meranti, bahwa ada

hubungan yang signifikan antara peran tenaga kesehatan dengan pemakaian

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim dengan p value = 0,017.

Anda mungkin juga menyukai