Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian dengan diberikan Pendidikan Kesehatan

berbasis Protection Motivation Theory (PMT) terhadap Intention untuk

melakukan Vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) Pada Remaja putri di

SMAN Cimanggung Kabupaten Sumedang selama 2 minggu terhadap 136

responden dimulai pada tanggal 3-14 April 2023 didapatkan hasil sebagai

berikut.

1. Karakteristik responden

a. Demografi karakteristik responden

Pada bagian ini dijelaskan bagaimana karakteristik responden

berdasarkan Usia, Kelas, Jurusan, Pendidikan Orangtua dan Pendapatan

Orangtua.

Tabel 4.1 Demografik karakteristik responden berdasarkan umur, kelas,


jurusan, pendidikan orangtua dan pendapatan orangtua.

Variabel Intervensi Kontrol p-value


(n=68) (n=68)

Umur Mean±SD 16,41±0,553 16,26±0,477


b
Kelas X 32 (47,1%) 38 (55,9%) 0,127
XI 36 (52,9%) 30 (44,1%)
b
Jurusan IPA 33 (48,5%) 37 (54,4%) 0,611
IPS 35 (51,5%) 31 (45,6%)
b
Pendidikan Tidak Sekolah 0 (0%) 0 (0%) 0,444
Orangtua
SD 8 (11,8%) 7 (10,3%)
SMP 16 (23,5%) 18 (26,5%)
SMA 39 (57,4%) 31 (45,6%)
Sarjana 5 (7,4%) 10 (14,7%)
Magister 0 (0%) 2 (2,9%)
Doctor 0 (0%) 0 (0%)
b
Pendapata Sampai dengan 23 (33,8%) 27 (39,7%) 0,154
n Orangtua Rp.2.000.000
Antara 18 (26,5%) 20 (29,4%)
Rp.2.000.000 –
Rp.5.000.000
> Rp.5.000.000 0 (0%) 9 (13,2%)
Tidak tentu 27 (39,7%) 12 (17,6%)
a= Hasil independen t test, b= Hasil chi square

Berdasarkan pada tabel 4.1 didapatkan bahwa usia rata-rata

responden pada kelompok intervensi yaitu 16,41±0,553 dan pada

kelompok kontrol yaitu 16,26±0,477. Kelas responden pada kelompok

intervensi paling banyak yaitu kelas XI sebanyak 36 orang (52,9%) dan

pada kelompok kontrol yaitu kelas X sebanyak 38 orang (55,9%).

Jurusan responden pada kelompok intervensi paling banyak yaitu IPS

sebanyak 35 orang (51,5%) dan pada kelompok kontrol yaitu IPA

sebanyak 37 orang (54,4%). Pendidikan orangtua responden paling

banyak pada kedua kelompok sama yaitu SMA. Pendapatan orangtua

responden paling banyak pada kelompok intervensi yaitu Tidak tentu

sebanyak 27 orang (39,7%) dan pada kelompok kontrol yaitu Sampai

dengan Rp.2.000.000 sebanyak 27 orang (39,7%). Berdasarkan hasil

analisa perbedaan karakteristik responden terhadap usia, kelas, jurusan,


pendidikan orangtua, dan pendapatan orangtua pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol dengan menggunakan chi square dan

independen t test didapatan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan pada kedua kelompok karakteristik responden yang

bermakna bahwa karakteristik kelompok intervensi dan kelompok

kontrol bersifat homogen.

b. Gambaran Intention pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol

Pada bagian ini akan dijelaskan gambaran intention pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol.

Tabel 4.2 Gambaran intention total skor keseluruhan pada kelompok


intervensi dan kelompok kontrol

Variabel Mean Standar Minimum Maximum


Deviasi
Kelompok
Intervensi
Pre Test 43,294 9,425 24 67
Post Test 59,132 8,191 36 75
Kelompok
Kontrol
Pre Test 41,235 7,449 21 56
Post Test 42,500 7,234 22 57

Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan peningkatan mean pada

kelompok intervensi yaitu menjadi 59,132 (SD 8,191), Sedangkan pada

kelompok kontrol yaitu menjadi 42,500 (SD 7,234).


Tabel 4.3 Gambaran Intention untuk melakukan vaksinasi Human
Papilloma Virus (HPV) pada Remaja putri per-domain.

Variabel Intervensi (n = 68) Kontrol (n = 68)


Mean ± SD Min ± Mean ± SD Min ± Max
Max
Keparahan
Pre Test 8,632±3,142 3±15 8,823±2,461 3±15
Post Test 11,838±2,62 5±15 8,705±2,279 3±15
9
Kerentanan
Pre Test 8,205±2,847 4±14 7,500±2,617 4±14
Post Test 10,411±3,49 4±18 8,735±2,836 4±14
0
Keefektifan
Tanggapan
Pre Test 9,852±2,813 4±15 9,411±2,450 3±15
Post Test 12,647±1,99 4±15 9,308±2,227 3±15
8
Kepercayaan
Diri
Pre Test 8,794±2,403 3±15 8,220±1,968 3±12
Post Test 12,176±2,25 5±15 8,294±1,893 5±15
2
Pengetahuan
Pre Test 4,955±1,757 2±10 4,691±1,721 2±8
Post Test 7,720±1,534 3±11 4,897±1,594 2±9
Intention
Pre Test 2,85±0,902 1±5 2,59±1,011 1±5
Post Test 4,34±0,857 2±5 2,56±0,853 1±5

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas menunjukkan hasil rata-rata pre test

dan post test dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh

(Huang et al., 2021) yang berisi 21 item pertanyaan dan terdapat 6 domain

diantaranya yaitu keparahan, kerentanan, keefektifan tanggapan,

kepercayaan diri, pengetahuan dan intention. Hasil diatas yang


menunjukkan niai rata-rata tertinggi terdapat pada domain keefektifan

tanggapan kelompok intervensi yaitu 12,647 (SD 1,998), untuk

keseluruhan domain terjadi peningkatan hasil rata-rata antara pre test dan

post test pada kelompok intervensi.

2. Pengaruh Pendidikan kesehatan berbasis Protection Motivation

Theory (PMT) Terhadap Intention untuk melakukan vaksinasi

Human Papilloma Virus (HPV) pada Remaja putri

a. Perbedaan pengaruh Pendidikan kesehatan berbasis Protection

Motivation Theory (PMT) Terhadap Intention untuk melakukan

vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) pada kelompok

intervensi dan kontrol.

Pada bagian ini dijelaskan mengenai perbedaan pengaruh

pendidikan kesehatan berbasis Protection Motivation Theory (PMT)

terhadap Intention untuk melakukan vaksinasi human papilloma virus

(HPV) pada remaja putri dengan menggunakan uji Paired t-test dan

diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.4 Perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan berbasis Protection


Motivation Theory (PMT) Terhadap intention untuk melakukan
vaksinasi Human papilloma virus (HPV) pada remaja putri

Variabel Mean±SD T p-value


Pre Test 43,294±9,425 -10,032 0,000
Intervensi
Post Test 59,132±8,191
Intervensi
Pre Test 41,235±7,449 -,992 0,325
Kontrol
Post Test 42,500±7,234
Kontrol

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa terdapat

perubahan yang signifikan setelah diberikan intervensi pendidikan

kesehatan berbasis Protection Motivation Theory (PMT). Pada

kelompok intervensi intention sebelum dan sesudah diberikan intervensi

diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 (<0,05) yang artinya Ho ditolak

dan Ha diterima, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi

perubahan yang signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,325 (>0,05)

yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga, terdapat pengaruh

yang signifikan setelah diberikan pendidikan kesehatan berbasis

Protection Motivation Theory (PMT) terhadap Intention untuk

melakukan vaksinasi human papilloma virus (HPV) pada remaja putri.

b. Pengaruh pendidikan kesehatan berbasis protection motivation

theory (PMT) Terhadap intention untuk melakukan vaksinasi

human papilloma virus (HPV) pada remaja putri.

Pada bagian ini dijelaskan mengenai pengaruh pendidikan

kesehatan berbasis Protection Motivation Theory (PMT) terhadap

Intention untuk melakukan vaksinasi human papilloma virus (HPV)

pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan menggunakan

uji ANCOVA dan diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.5 Pengaruh pendidikan kesehatan berbasis protection


motivation theory (PMT) Terhadap intention untuk melakukan
vaksinasi human papilloma virus (HPV) pada remaja putri.
Source Type III Df Mean F Sig.
Sum of Square
Squares
a
Corrected 9436,158 2 4718,079 78,711 ,000
Model
Intercept 14730,938 1 14730,938 245,754 ,000
Total skor 30,563 1 30,563 ,510 ,476
Pre Test
Kelompok 9396,914 1 9396,914 156,768 ,000
Error 7972,246 133 59,942
Total 368599,00 136
0
Corrected 17408,404 135
Total
a.R Squared = ,542 (Adjusted R Squared = ,535)

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan pada nilai post test intention setelah diberikan intervensi

dengan p-value 0,000 (<0,05). Berdasarkan R Squared didapatkan 0,542

yang artinya sebesar 0,542% Pendidikan kesehatan berbasis Protection

Motivation Theory (PMT) berpengaruh terhadap intention. Berdasaran

hasil tersebut, maka dapat disimpulkan pemberian intervensi pendidikan

kesehatan berbasis Protection Motivation Theory (PMT) memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap intention untuk melalukan vaksinasi

Human PapillomaVirus (HPV) pada remaja putri.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Demografi responden

Berdasaran hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata usia pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol yaitu 16 tahun. Pemberian


vaksin bisa diberikan dimulai pada usia 9 tahun. Selain itu, vaksin ini

juga direkomendasikan untuk wanita berusia 13 hingga 26 tahun.

Idealnya, vaksinasi diberikan sebelum usia rentan terpapar HPV yaitu

perempuan yang memasuki usia aktif secara seksual (Dewi et al., 2021).

Pendidikan orangtua pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol paling banyak yaitu SMA. Menurut Winarto et al (2022) tingkat

pendidikan orang tua mempengaruhi niat remaja untuk melakukan

vaksinasi karena jika individu dan orang tua tetap tidak teredukasi

tentang akses dan ketersediaan, maka niat dan kepatuhan terhadap

vaksinasi akan tetap rendah. Hal ini menjelaskan bahwa pendidikan

orang tua sangat penting sebagai landasan untuk mentransfer

pengetahuan kepada anak-anak mereka dan menjadi jembatan untuk

sikap dan praktik yang tepat.

Penghasilan orangtua pada kelompok intervensi paling banyak

yaitu Tidak tentu dan pada kelompok kontrol yaitu Sampai dengan

Rp.2.000.000. Menurut Santhanes et al (2018) Faktor lain yang

menyebabkan niat negatif atau kurangnya niat baik untuk melakukan

vaksinasi HPV adalah biaya vaksinasi.

b. Gambaran intention responden

Berdasarkan hasil penelitian diatas didapatkan bahwa gambaran

rata-rata intention sebelum diberikan intervensi rendah yaitu 2,85 (SD

0,902) dari pertanyaan ‘seberapa besar kemungkinan Anda akan

memulai vaksinasi HPV dimasa mendatang’ dengan nilai 1 sangat


rendah dan 5 sangat tinggi. Berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan Ansari Moghaddam et al (2021) yang menujukan rata-rata

intention yaitu 4,068 (SD 0,975). Hal ini dikarenakan perbedaan umur

dan jenjang pendidikan. pada penelitian ini rata-rata umur responden

yaitu 16,41±0,553 dan tingkat pendidikan responden yaitu SMA,

sedangan pada penelitian Ansari Moghaddam et al (2021) rata-rata

umur responden yaitu 37,73±12,27 dan 83,7% responden memiliki

gelar lulusan universitas, 47,3% memiliki gelar sarjana dan 36,4%

memiliki gelar doctor. Hal ini terjadi karena menurut Farina (2021)

umur bisa mempengaruhi individu dalam bersikap dimana individu

yang lebih dewasa akan lebih matur dalam berfikir. Menurut

Utaminingtyas & Royhan Padangsidimpuan (2020) juga umur menjadi

faktor penentu dalam tingkat pengetahuan, pengalaman, keyakinan,

motivasi dan minat sehingga umur mempengaruhi perilaku seseorang

terhadap objek tertentu. Menurut Farina (2021) mengenai tingkat

pendidikan dapat mempengaruhi intention karena hal tersebut karena

semakin tinggi pendidikan formal yang digapai oleh seseorang maka

semakin banyak informasi yang didapat juga pemikiran tentang

pentingnya vaksinasi ini semakin luas dan menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kemungkinan

semakin tinggi minat untuk melakukan vaksinasi.

Pada domain selanjutnya yaitu nilai rata-rata tingkat keparahan

responden rendah yaitu 8,632 (SD 3,142) dari pertanyaan yang


menjelaskan seberapa besar tingkat keparahan jika terinfeksi human

papilloma virus (HPV) dengan nilai ukur yaitu 1 sangat rendah dan 5

sangat tinggi.

2. Pengaruh Pendidikan kesehatan berbasis Protection Motivation

Theory (PMT) Terhadap Intention untuk melakukan vaksinasi

Human Papilloma Virus (HPV) pada Remaja putri.

a. Perbedaan Pengaruh Pendidikan kesehatan berbasis Protection

Motivation Theory (PMT) Terhadap Intention untuk melakukan

vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) pada Remaja putri

Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan terdapat hasil

yang signifikan pada pre dan post test pada kelompok intervensi,

Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada peningkatan yang

signifikan pada hasil pre dan post test . Hal ini karena intention (niat)

merupakan kemauan yang disertai dengan perbuatan, dan intention

salah satu barometer untuk memperbaiki tindakan. Jika seseorang

memiliki intention baik tindakan yang dihasilkan akan baik. Perilaku

kesehatan seseorang ditentukan oleh niat orang tersebut terhadap tujuan

kesehatan, apakah dukungan yang diterima dari masyarakat sekitar, ada

atau tidaknya pengetahuan atau informasi tentang kesehatan (Jirwanto,

2021).

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu intervensi yang

banyak digunakan untuk meningkatkan niat (Permatasari & Suprayitno,


2021). Penggunaan teori dapat membantu penyedia pelayanan

kesehatan dalam merancang intervensi yang efektif untuk perubahan

perilaku (Huang et al., 2021). Salah satu teori yang dapat mengubah

perilaku seseorang adalah Protection Motivation Theory (PMT).

Menurut Rogers (1975) Protection motivation theory (PMT)

bisa dirubah melalui komunikasi yang bersifat persuasif dan akhirnya

membentuk niat individu menunjukkan perilaku protektif. Pendidikan

kesehatan yang didasari dengan kerangka PMT yaitu terdiri dari dua

penilaian yaitu penilaian ancaman dan proses penilaian. penilaian

ancaman yaitu berdasarkan kerentanan infeksi yang dirasakan serta

keparahanya, ketika rasa takut ini dirasakan maka secara tidak langsung

dapat meningkatkan motivasi protektif karena meningkatnya keparahan

dan kerentanan yang dirasakan. Lalu coping appraisal adalah cara

seseorang memilah untuk menghadapi hal yang membahayakan,

diantaranya keefektifan tanggapan yaitu penerapan perilaku yang dapat

membereskan ancaman atau hal yang membahayakan, berikutnya ada

keyakinan diri seseorang mengenai kemampuan dirinya agar

menunjukan perilaku secara efektif. Ketika kedua jenis evaluasi di atas

berjalan ke arah yang positif, mereka akan menciptakan motivasi

protektif yaitu dengan meningkatnya intention.

Meskipun tidak bisa di bandingkan secara langsung tetapi

pendidikan kesehatan dapat meningkatkan intention. Selaras dengan

penelitian Minh et al (2020) yang menyatakan bahwa setelah menerima


edukasi bincang kesehatan human papilloma virus (HPV), ibu dari

siswa laki-laki memiliki pengetahuan HPV yang jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan ibu yang tidak mengikuti edukasi bincang HPV

tersebut. Kelompok intervensi juga memiliki niat vaksinasi HPV yang

jauh lebih tinggi dari pada kelompok kontrol dengan p-value (p<0,05).

Hasil penelitian Zomordi et al (2022) juga menjelaskan bahwa niat

untuk melakukan vaksin HPV pada kelompok intervensi secara

signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol dengan p-value

(p<0,001). Ada pula penelitian lain yaitu menurut hasil penelitian

Marshall et al (2022) menyebutkan bahwa intervensi pendidikan

kesehatan dengan vidio mendapatkan hasil yang signifikan secara

statistik dalam pengetahuan dan niat vaksinasi HPV dengan p-value

(p<0,05).

Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian intervensi

pendidikan kesehatan berbasis protection motivation theory (PMT)

terhadap intention pada kelompok intervensi. Hal ini selaras dengan

penelitian yang dilakukan Conley et al (2023) bahwa intervensi yang

diinformasikan dengan konstruksi PMT mempengaruhi intention (niat)

perilaku seseorang melalui presepsi risiko, self efficacy, dan respon

yang efektif.

b. Pengaruh Pendidikan kesehatan berbasis Protection Motivation

Theory (PMT) Terhadap Intention untuk melakukan vaksinasi

Human Papilloma Virus (HPV) pada Remaja putri.


Pada penelitian ini intervensi pendidikan kesehatan berbasis

protection motivation theory (PMT) diberikan kepada kelompok

intervensi dengan metode ceramah menggunakan power point,

menampilkan vidio dan diskusi selama 2 minggu dalam 4 sesi dan

berlangsung selama 60-90 menit, sedangkan pada kelompok kontrol

intervensi diberikan setelah post test.

Menurut Laela et al (2022) Metode ceramah adalah metode

yang sesuai untuk sasaran penyuluhan kesehatan. Penggunaan metode

ceramah sesuai untuk digunakan penyuluhan dengan jumlah responden

yang cukup banyak. Metode ceramah juga memudahkan penyuluh

dalam menerangkan dan menjelaskan secara lisan serta dapat berdiskusi

tanya jawab dengan para responden, hal ini membuat suasana kegiatan

penyuluhan semakin hidup dan terarah. Metode ceramah merupakan

metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi serta

paling efektif dalam mengatasi kekurangan daya paham audiens.

Beberapa penelitian menunjukkan hasil penerapan metode ceramah

pada pembelajaran memberikan efektifitas yang nyata dan materi

tersampaikan secara merata. Penggunaan media video dalam bidang

penyuluhan kesehatan, memudahkan seseorang dapat menerima pesan

dengan mudah. Media audio-visual berkontribusi besar terhadap

perubahan perilaku orang. Metode ini memberikan rangsangan pada

pendengaran dan penglihatan sehingga hasil yang didapat lebih

maksimal.
Menurut

Pengaruh pemberian intervensi pendidikan kesehatan berbasis

protection motivation theory (PMT) berdasarkan hasil analisis uji

ANCOVA mendapatkan nilai signifikansi 0,000 (<0,05). Pada penelitian

Conley (2023) pemberian intervensi pendidikan kesehatan berbasis

protection motivation theory (PMT) memberikan pengaruh yang

signifikan dengan p value <0,04, Sehingga dapat diketahui bahwa

pendidikan kesehatan berbasis protection motivation theory (PMT)

memiliki pengaruh terhadap peningkatan intention pada remaja putri.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan

berbasis protection motivation theory (PMT) merupakan intervensi

yang efektif dalam meningatkan intention pada remaja putri, pendidikan

kesehatan berbasis protection motivation theory (PMT) tidak hanya

memberikan informasi, tetapi juga memberikan motivasi pada remaja

putri untuk melakukan vasinasi human papilloma virus (HPV).

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, Khususnya dalam pelaksanaan

penelitian. Pada penelitian ini pada saat pelaksanaan penelitian terdapat

kehilangan beberapa responden baik pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol pada saat melakukan pre test dan ada juga responden yang tidak

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai