Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH AKSI MASUKKAN (ATASI KURANG GIZI MASYARAKAT

SUSUKAN) TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN KADER POSYANDU


SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN STUNTING DI KELURAHAN SUSUKAN

Arniyati Versari1*, Nur Siyam²*,Deni Uji Julianti³*

1. Prodi Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang


2. Puskesmas Kalongan, Kabupaten Semarang
Email: arni.versari@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan : Stunting masih menjadi masalah kesehatan yang harus ditangani sejak
dini.karena berpengaruh sangat penting untuk kehidupan seseorang di masa depan. Rata-rata
prevalensi balita stunting di indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4% sehingga menjadi
masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan hasil survei di Kelurahan Susukan
terdapat 5 balita menderita stunting. Peran kader posyandu dalam menangani anak dengan
kasus stunting dirasa kurang optimal karena kurangnya pengetahuan kader mengenai stunting.
Oleh karena itu tim PKL menentukan progam intervensi yaitu mengatasi balita stunting dengan
meningkatan pengetahuan kader mengenai stunting, sehingga kader dapat melakukan edukasi
pada ibu-ibu untuk melakukan pencegahan stunting pada anaknya.

Metode : Jenis penelitian ini adalah pra-exsperiment design dengan menggunakan rancangan
Pretes-postest control group design. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen
penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 orang. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan paired t test dan uji alternatifnya yaitu uji Wilcoxon.

Hasil : Hasil pre-test dan post-test pengetahuan tentang stunting mengalami peningkatan. Hasil
pre-test dengan kategori baik sebanyak 8 (57,8%) , sedang 3 (21,45) , dan kurang 3 (21,4%) .
sedangkan hasil post-test 100% dalam kategori baik. Hasil uji Wilcoxon diketahui nilai
signifikan 0,001 (p<0,05) artinya H0 ditolak dan Ha diterima.

Pembahasan : Hasil dari intervensi aksi masukkan (atasi kurang gizi masyarakat Susukan)”
terhadap peningkatan pengetahuan kader posyandu sebagai upaya pencegahan stunting di
Kelurahan Susukan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan pada kader mengenai
stunting sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Kata kunci : Stunting, Susukan, Pengetahuan

ABSTRACT
Introduction: Stunting is still a health problem that must be dealt with early on. Because the
influence is very important for one's life in the future. The average prevalence of stunting
toddlers in Indonesia in 2005-2017 is 36.4% so it is a major nutritional problem facing
Indonesia. Based on the results of a survey in Village office Susukan there were 5 toddlers
suffering from stunting. The role of posyandu cadres in handling children with stunting cases
is felt to be less than optimal due to the lack of cadre knowledge about stunting. Therefore the
PKL team determined the intervention program to overcome stunting toddlers by increasing
cadre knowledge about stunting, so that cadres could educate mothers to prevent stunting for
their children.

Method: This research is a pre-experiment design using the Pretest-posttest control group
design. This study uses a questionnaire as a research instrument. The sample used in this study
was 14 people. Data analysis was performed using paired t test and the alternative test was the
Wilcoxon test.

Results: The results of pre-test and post-test knowledge about stunting have increased. Pre-
test results with good category were 8 (57.8%), moderate 3 (21.45), and lacking 3 (21.4%).
while the 100% post-test results are in the good category. Wilcoxon test results found a
significant value of 0.001 (p <0.05) means that H0 is rejected and Ha is accepted.

Discussion: The results of action interventions include (addressing Susukan community


malnutrition) "on increasing the knowledge of posyandu cadres as an effort to prevent stunting
in Susukan Village, showing an increase in cadre knowledge about stunting before and after
intervention is given.
Keywords: Stunting, Implanting, Knowledge

PENDAHULUAN

Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan dimana tubuh yang sangat pendek hingga
melampaui defisi -2 standar deviasi (SD) dibawah median panjang atau tinggi yang menjadi
referensi internasional (Wellem Elseus Pormes & Ismanto, 2014). Stunting masih menjadi
masalah kesehatan yang harus ditangani sejak dini.karena berpengaruh sangat penting untuk
kehidupan seseorang. Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health
organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi
di regional Asia Tenggara/ South-East Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting
di indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4% sehingga menjadi masalah gizi utama yang
dihadapi Indonesia (Kemenkes RI, 2018).

Diketahui bahwa provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan peringkat dengan


angka stunting tertinggi di Indonesia dari peringkat 22 berdasarkan data Riskesdas 2013
menjadi peringkat 17 berdasarkan Riskesdas 2018 (Kemenkes RI, 2018).Berdasarkan profil
kesehatan Kabupaten Semarang pada tahun 2016 balita dengan gizi buruk terdapat 66 kasus,
sedangkan pada tahun 2017 mengalami penurunan dengan 61 kasus. (Dinas Kesehatan
Kabupaten Semarang, 2017). Berdasarkan data Puskesmas Kalongan terdapat angka kejadian
stunting sebesar 53 kasus, sedangkan kasus stunting di kelurahan Susukan sendiri terdapat 5
kasus stunting..

Stunting pada balita merupakan konsekuensi yang sering dikaitkan dengan beberapa
faktor seperti kurangnya pengetahuan, kemiskinan, sosial dan budaya, peningkatan paparan
terhadap penyakit infeksi, kerawanan pangan, dan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan. Stunting perlu mendapatkan perhatian khusus karena dapat menyebabkan
terlambatnya pertumbuhan fisik, perkembangan mental, dan status kesehatan pada anak
.Berdasarakan hasil penelitian (Aridiyah, Rohmawati, & Ririanty, 2015) penyebab stunting
pada anak terjadi karena kurangya pengetahuan ibu mengenai gizi, pemberian asi ekslusif,
umur pemberian MPASI dan tingkat pendidikan ibu.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan dan didasarkan data-data terkini yang
telah diperoleh, maka dilaksanakanlah program aksi masukkan (atasi kurang gizi masyarakat
Susukan)” terhadap peningkatan pengetahuan kader posyandu sebagai upaya pencegahan
stunting di Kelurahan Susukan. Dengan tujuan meningkatnya pengetahuan kader posyandu
tentang gizi seimbang untuk penanganan stunting pada anak balita

METODE

Jenis penelitian ini adalah pra-exsperiment design dengan menggunakan rancangan


Pretes-postest control group design. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen
penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner terkait Stunting, sedangkan data Data
sekunder berasal dari Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Tahun 2019.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Susukan RW 6. Jumlah sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah sejumlah 14 sampel diambil dengan menggunakan
metode purposive sampling. Analisis data menggunakan uji paired t test dan uji alternatifnya
yaitu uji Wilcoxon.

HASIL

Menurut Arikunto (2010) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga
tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 76-100 %.


2. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 61–75 %.
3. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya ≤ 60 % (Arikunto, 2010)
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Terakhir Jumlah Presentase (%)


SD 3 21,4
SMP 4 28,6
SMA 6 42,9
PT 1 7,1
Total 14 100%
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar kader posyandu pendidikan
terakhir SMA (42,9%), SMP (28,6%), SD (21,4%), dan Perguruan tinggi (7,1%).

Tabel 2. Distribusi tingkat pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Jumlah Presentase (%)


Pre-test
Baik 8 57,8
Sedang 3 21,4
Kurang 3 21,4
Total 14 100%
Post-test
Baik 14 100%
Sedang 0 0
Kurang 0 0
Total 14 100%
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa hasil pre-test dengan kategor baik terdapat 8
(57,8%), kategori sedang (21,4%), dan kategori kurang (21,4%). Sedangkan hasi post-tes
menunjukkan bahwa 100% pengetahuan dalam kategori baik.

Tabel 3. analisis tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi

posttest – pretest

Z -3,306
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.001
*uji Wilcoxon
Tabel 3 menunjukkan hasil uji Wilcoxon dengan nila p = 0,001 (<0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

PEMBAHASAN

Hasil analisis situasi masalah menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Diperoleh hasil
prioritas masalah yaitu stunting. Masalah stunting disebabkan salah satunya kurangnya
pengetahuan ibu-ibu dan kader posyandu terhadap masalah stunting pada anak balita. Sehingga
perlu adanya intervensi pada kader tentang stunting, sehingga kader dapat memberi edukasi
pada ibu-ibu dalam upaya pencegahan dan penangnan stunting pada anak.

Progam intervensi menggunakan media poster yang dilaksanakan pada tanggal 12 dan
13 pada saat acara posyandu dengan sasaran kader posyandu dengan jumlah 14 orang. Dari
hasil pre-test dan post-test selanjutnya data di uji normalitas dan hasilnya data terdistribusi
tidak normal. Selanjutnya di uji dengan uji Wilcoxon. Dari hasil uji Wilcoxon menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada kader mengenai stunting.

Peningkatan pengetahuan ini sejalan dengan penelitian (Furi, 2015), dalam


penelitiannya telah dilakuan pre-test dan post-test dan hasilnya terdapat peningkatan
pengetahun sebelum dan sesudah diberikan intervensi stunting menggunkan media poster.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Jannah, 2019) bahwa pendampingan masyarakat
dalam upaya mencegah terjadinya stunting pada balita melalui tim kader posyandu
menghasilkan peningkatan kesadaran masyarakat dalam memahami pola hidup sehat
pencegahan stunting. Hal ini ditandai dengan keaktifan tim Kader Posyandu. Hasilnya
menunjukan bahwa adanya peningkatan pengetahuan dan beberapa dari mereka
mengimplementasikan pengetahuan yang didapatkan melalui sekolah gizi.

PENUTUP

Berdasarkan hasil intervensi menunjukkan hasil pre-test dan post-test pengetahuan


tentang stunting mengalami peningkatan. Hasil pre-test dengan kategori baik sebanyak 8
(57,8%) , sedang 3 (21,45) , dan kurang 3 (21,4%) . sedangkan hasil post-test 100% dalam
kategori baik. Hasil uji Wilcoxon diketahui nilai signifikan 0,001 (p<0,05) yang artinya
terdapat peningkatan pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Bagi kader
posyandu diharapkan memberikan edukasi pada ibu-ibu yang memiliki anak balita tentang
pencegahan dan penangan stunting.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Kepala Kelurahan Susukan, Kepala
Puskesmas Kalongan, Bidan Kelurahan Susukan, Dosen Pembimbing Akademik, Ketua
Jurusan IKM, serta seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian untuk mendapatkan izin, data
atau informasi yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting Pada Anak Balita Di Wilayah Pedesaan Dan Perkotaan ( The Factors
Affecting Stunting On Toddlers In Rural And Urban Areas ). Pustaka Kesehatan, 3(1).
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chafidhotun nur jannah, (2019). pendampingan masyarakat dalam upaya mencegah terjadinya
stunting pada balita di desa karangturi kecamatan glagah kabupaten lamongan melalui
tim kader posyandu.
Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. (2017). Profil Kesehatan Kabupaten Semarang Profil
Kesehatan Kabupaten Semarang.
furi, (2019). Pengaruh penyuluhan media poster terhadap peningkatan pengetahuan ibu balita
gizi kurang di puskesmas pamulang tanggerang selatan.
Kemenkes Ri. (2018). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta: Badan Pengembangan Dan
Penelitian Kesehatan, Kementerian Kesehatan Ri.
Kemenkes Ri. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) Di Indonesia. Buletin. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Wellem elseus pormes, s. r., & ismanto, a. y. (2014). hubungan pengetahuan orang tua tentang
gizi dengan stunting pada anak usia 4-5 tahun di tk malaekat pelindung manado.

Anda mungkin juga menyukai