Anda di halaman 1dari 11

BAB V

HASIL PENELITIN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

B. Karakteristik Responden

1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden f %
A Ruangan
1. ICU 12 14.1
2. CVCU 14 16.5
3. NICU 19 22.4
4. RR 15 17.6
5. BEDAH 13 15.3
6. INTERNE 12 14.1
B Umur
1. 20-30 Tahun 49 57.6
2. 31-40 Tahun 33 38.8
3. > 40 Tahun 3 3.5
C Jenis Kelamin
1. Laki-laki 27 31.8
2. Perempuan 58 68.2
D Pendidikan
1. D3 57 67,1
2. S1+Ners 28 32,9
E Agama
1. Islam 72 84,7
2. Protestan 12 15,3
F Lama Bekerja
1. 2 Tahun 21 24,7
2. 3 Tahun 14 16,5
3. 4 Tahun 10 11,8
4. 5 Tahun 27 31,8
5. 7 Tahun 2 2,4
6. 8 Tahun 4 4,7
7. 9 Tahun 6 7,1
8. 10 Tahun 1 1,2
Jumlah 85 100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 85 respodnen terdapat

12 perawat (14,1%) ruang ICU, 14 perawat (16,5%) ruang CVCU, 19

perawat (22,4%) ruang NICU, 15 perawat (17,6%) ruang RR, 13 perawat

(15,3%) ruang bedah dan 12 perawat (14,1%) ruang interne. Umur 20-30

tahun 49 responden (57,6%), umur 31-40 tahun 33 responden (38,8%) dan

umur >41 tahun 3 responden (3,5%). Jenis kelamin laki-laki 27 responden

(31,8%) dan jenis kelamin perempuan 58 responden (68,2%). Pendidikan

D3 57 responden (67,1%) dan pendidikan S1+Ners 28 responden (32,9%).

Agama islam 72 responden (84,7%) dan protestan 13 respodnen (15,3%).

Sedangkan lama bekerja banyak didapatkan lama kerja 5 tahun yaitu 27

responden (31,8%) di RSUD dr. Rasidin Padang tahun 2022

C. Analisis Univariat

1. Distribusi Frekuensi Motivasi Perawat di RSUD dr. Rasidin Padang


Tahun 2022
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Motivasi Perawat di
RSUD dr. Rasidin Padang Tahun 2022
No Motivasi f %
1 Tinggi 39 45.9
2 Rendah 46 54.1
Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 85 responden lebih dari

separuh yaitu 46 responden (54,1%) motivasi rendah dan 39 responden

(45,9%) motivasi tinggi di RSUD dr. Rasidin Padang tahun 2022.


2. Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik Perawat di RSUD dr.
Rasidin Padang Tahun 2022
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik Perawat
di RSUD dr. Rasidin Padang Tahun 2022
No Komunikasi Terapeutik f %
1 Baik 37 43.5
2 Kurang Baik 48 56.5
Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 85 responden lebih dari

separuh yaitu 48 responden (56,5%) komunikasi terapeutik kurang baik dan

37 responden (43,5%) komunikasi terapeutik baik di RSUD dr. Rasidin

Padang tahun 2022.

D. Analisis Bivariat

1. Hubungan Motivasi dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik Oleh


Perawat di RSUD dr. Rasidin Padang Tahun 2022
Tabel 5.4
Hubungan Motivasi dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik
Oleh Perawat di RSUD dr. Rasidin Padang Tahun 2022
Komunikasi Terapeutik
Total
Motivasi Baik Kurang Baik p-value
f % f % f %
Tinggi 29 74,4 10 25,6 39 100
0,000
Rendah 8 17,4 38 82,6 46 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 39 responden terdapat

motivasi tinggi dengan komunikasi terapeutik baik yaitu 29 responden

(74,4%) dan dari 46 responden terdapat motivasi rendah dengan komunikasi

terapeutik kurang baik yaitu 38 responden (82,6%) di RSUD dr. Rasidin

Padang tahun 2022.

Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan p-value 0,000 (p<0,05),

maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan motivasi dengan penerapan

komunikasi terapetik oleh perawat di RSUD dr. Rasidin Padang tahun 2022.
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Distribusi Frekuensi Motivasi Perawat di RSUD dr. Rasidin Padang

Tahun 2022

Motivasi merupakan suatu dorongan yang membuat seseorang

bergerak untuk melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan. Motivasi

berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan, daya bergerak, atau

kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan. Kata movere

dalam bahasa inggris, sering disepadankan dengan motivation yang berarti

pemberi motif, penimbul motif, atau hal yang menimbulkan dorongan

(Burhanuddin, 2021). Menurut (Edyana, 2008) motivasi terbagi atas dua

dorongan yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 85 responden

lebih dari separuh yaitu 46 responden (54,1%) motivasi rendah dan 39

responden (45,9%) motivasi tinggi di RSUD dr. Rasidin Padang tahun 2022.

Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50% perawat pada RSUD

dr. Rasidin Padang memiliki motivasi yang rendah. Hal ini didukung

dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudiana (2019) dimana hasil

penelitiannya menunjukan lebih dari separuh yaitu 67,9% perawat memiliki

motivasi yang rendah di RSUD Mamuju Sulawesi Selatan. Hasil lain juga

ditunjukan oleh penelitian (Yuniati et al., 2020) terdapat perawat yang

dikategorikan dalam motivasi yang rendah pada Rumah Sakit Umum Mitra

Medika Medan pada tahun 2020


Berdasarkan analisis kuesioner, dari 85 responden 54,1% responden

dikategorikan memiliki motivasi yang rendah hal ini dapat dilihat dari

jawaban responden pada pernyataan “Saat menjalankan tugas sesuai dengan

kewajiban sayan sebagai perawat, karena yakin akan mendapatkan pahala”.

Dari hasil tersebut dapat digolongkan masih kurangnya motivasi secara

intrinsik perawat pelaksana. Selanjutnya dalam penyataan ini hanya

sebanyak 49,4% menjawab (STS) sangat tidak setuju. Selanjutnya disusul

oleh pernyataan “Saat saya melakukan interaksi dengan pasien, saya

mendapatkan pengalaman berharga” dari pernyataan ini hanya sebesar

50,6% responden yang menjawab (STS) sangat tidak setuju. Dari jawaban

pernyataan di atas dapat dilihat bahwa kebanyakan dari responden tidak

setuju atas pernyataan tersebut. Hal ini menunjukan bahwa terdapat

motivasi intrinsik yang rendah dari perawat RSJ Dr. Rassidin Padang.

Perawat tidak memiliki dorongan internal dalam melakukan tugas sehingga

tidak terdapat motivasi yang tumbuh dari internal perawat.

Jawaban lain, responden menjawab sangat setuju (SS) banyak

didapatkan pada pernyataan “Saya melakukan komunikasi terapeutik

dengan pasien agar mendapatkan izin melanjutkan pendidikan” yaitu

(22,4%), responden banyak menjawab setuju (S) pada pernyataan “Saya

mendapatkan pujian dari teman-teman saat menerapkan komunikasi

terapeutik kepada pasien” yaitu (36,5%), responden banyak menjawab tidak

setuju (TS) pada pernyataan “Saya tetap melakukan komunikasi terapeutik

dengan pasien walaupun tidak mempengaruhi jumlah uang jasa pelayanan

(JP) yang saya terima” yaitu (38,8%) dan responden banyak menjawab
sangat tidak setuju pada pernyataan “Saat saya melakukan interaksi dengan

pasien, saya mendapatkan pengalaman berharga” yaitu (50,6%).

Berdasarkan persentase tersebut peneliti berasumsi bahwa, lebih dari

separuh perawat, tidak memiliki motivasi yang tinggi yang muncul dari

internal perawat. Sehingga berakibat pada kurangnya semangat yang

dimiliki perawat untuk melayani pasien dengan maksimal.

2. Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik Perawat di RSUD dr.

Rasidin Padang Tahun 2022

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi suatu proses untuk

menciptakan hubungan antara komunikator dan klien serta dengan tenaga

kesehatan lainnya tanpa komunikasi seseorang akan merasa terasing dan

tanpa komunikasi pula suatu tindakan keperawatan untuk memenuhi

kebutuhan klien akan mengalami kesulitan yang sangat berarti (Yenni,

2020).

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 85 responden

lebih dari separuh yaitu 48 responden (56,5%) komunikasi terapeutik

kurang baik dan 39 responden (43,5%) komunikasi terapeutik baik di RSUD

dr. Rasidin Padang tahun 2022. Hal ini didukung dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Yunita (2020) menyatakan bahwa lebih dari separuh

yaitu 78,3% perang kurang baik dalam menerapkan komunikasi terapeutik

di RSUD Jati Padang. Hasil lain juga ditunjukan pada penelitian (Ladesvita

& Khaoerunnisa, 2017) menjelaskan berdasarkan hasil kepuasan pasien

terhadap komunikasi terapeutik menunjukan kepuasan yang sangat rendah


yaitu hanya 36.5%. Hal ini menunjukan bahwa penerapan komunikasi

terapeutik pada Puskesmas Warakas Jakarta Utara masih belum baik,

sehingga tingkat kepuasan yang didapatkan tidak maksimal. Hasil lain juga

ditunjukan oleh penelitian yang dilakukan (Huda, 2019) menunjukan bahwa

hampir setengah dari responden pada pasien TBC di ruang rawat inap RS

Paru yaitu sebesar 48,5% menyatakan perawat berkomunikasi terapeutik

tergolong kurang baik. Hasil ini sangat memberikan gambaran bahwa

perawat belum keseluruhan memahami pentingnya penerapan komunikasi

terapeutik terhadap pasien.

Berdasarkan analisis kuesioner penerapan komunikasi terapeutik.

Hasil dari jawaban responden menunjukan sebanyak 55,3% responden

menjawab tidak (0) pada tahap pra interaksi di pernyataan “Menyiapkan

Alat-alat”. Selanjutnya sebanyak 52,9% responden menjawab tidak (0) pada

tahap orientasi di pernyataan “menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.

Selanjutnya sebanyak 55,3% responden menjawab tidak (0) pada tahap

orientasi di pernyataan “perawat tidak memperkenalkan dirinya”.

Selanjutnya sebanyak 50.6% menjawab tidak (0) pada tahap kerja di

pernyataan “perawat memulai dengan kegiatan yang baik”. Dari beberapa

jawaban diatas dapat kita lihat bahwa masih banyak penyimpangan prosedur

yang dilakukan oleh perawat dalam menjalankan tugasnya. Perawat tidak

melulakukan tindakan dengan mengikuti prosedur yang sebaiknya

dijalankan dalam menerapkan komunikasi terapeutik.

Asumsi peneliti, lebih dari separuh penerapan komunikasi terapeutik

yang masih kurang maksimal, perawat pelaksana belum menjalankan


prosesdur komunikasi terapeutik dengan semestinya. Peneliti melihat masih

kurang pemahaman perawat dalam melaksanakan komunikasi terapeutik hal

ini jelas terlihat dalam pelaksanaan komunikasi dengan pasien dimana

perawat tidak melakukan tindakan diawal dengan baik, perawat tidak

memperkenalkan diri dan perawat tidak menyiapkan alat-alat sebelum

melakukan tindakan. Hal ini seharunya menjadi penunjang keberhasilan

perawat dalam melakukan tindakan, namun hal tersebut belum secara baik

dilakukan oleh perawat pelaksana.

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Motivasi dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik Oleh

Perawat di RSUD dr. Rasidin Padang Tahun 2022

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 39 responden

terdapat motivasi tinggi dengan komunikasi terapeutik baik yaitu 37

responden dari 85 responden. Dan selanjutnya 46 responden terdapat

motivasi rendah dengan komunikasi terapeutik kurang baik yaitu 48

responden dari 85 responden di RSUD dr. Rasidin Padang tahun 2022.

Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan p-value 0,000 (p<0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan motivasi dengan penerapan

komunikasi terapetik oleh perawat di RSUD dr. Rasidin Padang tahun 2022.

Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Huda, 2019)

menjelaskan bahwa komunikasi terapeutik sangat dipengaruhi oleh motivasi

kerja perawat pelaksana, dimana umur menjadi indikator paling


berhubungan dengan penerapan komunikasi terapeutik perawat pelaksana di

Rumah Sakit Dr. Iskak Tulungagung.

Hasil lain juga ditunjukan (Sasmito et al., 2019) dimana antara

motivasi dan komunikasi terapeutik memiliki hubungan variabel yang

sangat dominan hal ini di dasari dari hasil penelitiannya yang menunjukan

indikator lamanya bekerja menunjukan pengaruh terhadap komunikasi

terapeutik dan umur berpengaruh terhadap motivasi perawat dalam

melakukan pelayanan. Dari beberapa penelitian pendukung diatas dapat

dilihat bahwa ketika perawat memiliki motivasi yang kuat maka dalam

melaksanakan komunikasi terapeutik juga akan baik namun sebaliknya jika

perawat tidak memiliki motivasi yang tinggi maka secara tidak langsung

penerapan komunikasi terapeutik oleh perawat pelaksana juga tidak

dilakukan dengan maksimal.


BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “Hubungan Motivasi

Dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Di RSUD dr. Rasidin

Padang Tahun 2022”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Lebih dari separuh yaitu 45,9% motivasi rendah

2. Lebih dari separuh yaitu 56,5% komunikasi terapeutik kurang baik

3. Ada hubungan motivasi dengan penerapan komunikasi terapeutik dengan p-

value 0,000.

B. Saran

1. Bagi RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan didapatkan lebih dari

separuh motivasi rendah dan penerapan komunikasi terapeutik yang kurang

diterapkan, dari hasil penelitian ini agar setiap kepala ruangan bisa

mengobservasi dan mengevaluasi perawat pelaksana dengan cara

melakukan controlling dan obesrvasi atau survey terhadap kepuasan pasien

atas pelayanan yang telah diberikan. Selanjutnya pimpinan rumah sakit

dapat melakukan pelatihan secara berkelanjutan terhadap perawat agar

perawat memiliki pemahaman yang baik dalam berkomunikasi terapeutik.

Selanjutnya pimpinan rumah sakit juga dapat melakukan pendekatan secara

personal untuk melihat bagaimana motivasi yang dimiliki masing-masing

perawat dalam menjalankan tugas sebagai perawat pelaksana..


2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat menambah sumber referensi

ilmiah terhadap instansi pendidikan Fakultas Keperawatan Unand terkait

Hubungan Motivasi dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik oleh

Perawat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menajdi sumber informasi dan

referensi dalam melakukan penelitian yang berubungan motivasi dengan

penerapan komunikasi terapeutik, diharapkan kepada peneliti selanjutnya

untuk meneliti dengan memasukan variabel lain seperti tingkat pengetahuan,

sikap, beban kerja, stres kerja, dll.

Anda mungkin juga menyukai