Kabupaten Bireuen yang memiliki luas wilayah 1.169,84 km2 (116.984 Ha) yang
Puskesmas Cot Ijue dengan demikian sudah ada dua puskesmas sehingga
wilayahnya adalah 486.77 km2 (48.677 Ha) yang terdiri dari 5 Kemukiman dan 38
Gampong atau Desa. Batas wilayah kerja Puskesmas Peusangan sebagai berikut :
1
60
sebanyak 33.147 jiwa. Jumlah penduduk terendah di Desa Pulo U Baroe sebesar
255 jiwa dan jumlah penduduk tertinggi di Desa Matang Sagoe sebesar 2.939
total seluruh rumah tangga sebesar 6.985 dengan rata-rata 4 jiwa per kepala
keluarga. Penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 15.830 jiwa dan
perempuan sebesar 17.317 jiwa dengan rasio jenis kelamin 91.4% artinya
1. Visi
2. Misi
program.
61
Sarana pelayanan kesehatan terdiri dua Puskesmas dan 5 unit Pustu serta di
dukung oleh 3 unit kendaraan Ambulance dan 1 Unit Pusling serta memiliki 12
unit Poskesdes dengan posyandu sebanyak 40 pos PTM di 38 desa dengan strata,
Posyandu Madya 32 Pos dan Posyandu Purnama 6 Pos dan memiliki 16 posbindu
Berdasarkan Tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 68 responden yang
Pengetahuan Tentang
No Frekuensi (f) Persentase (%)
Teknik Senam Kaki Diabetik
1. Baik 31 45.6
2. Cukup 21 30.9
3. Kurang 16 23.5
Total 68 100
teliti, mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik tentang teknik senam
responden (23.5%).
62
5.3 Pembahasan
diabetes melitus di UPTD Puskesmas Peusangan berada pada rentang 46-55 tahun
tubuh (PERKENI, 2019). Smeltzer & Bare (2015) juga mengemukakan pada usia
disebabkan pada rentang usia ini terjadinya proses menua yang mengakibatkan
penurunan fungsi dan kerja tubuh yang berdampak pada resistensi insulin.
dengan jumlah yang tidak mencukupi yang disebabkan oleh penurunan kerja
pankreas. Hal ini sejalan dengan pendapat Imelda (2018) menjelaskan bahwa
pada usia 45-64 tahun terjadinya peningkatan gula darah karena terjadinya proses
degeneratif tubuh. Perubahan terjadi dari tingkat sel berlanjut pada tingkat
jaringan hingga organ yang berakibat pada penrurunan aktivitas dan sensitivitas
sel beta pankreas dalam menghasilkan insulin sehingga terjadi resistensi insulin.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi (2018) di RSUP.
Prof. DR. R.D Kandou Manado didapatkan bahwa mayoritas responden yang
mengalami diabetes melitus berusia ≥ 45 tahun lebih tinggi daripada berusia <45
tahun. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara umur
63
dengan kejadian diabetes melitus dengan nilai p-value 0.000 < 0.05 dan nilai
Odds Ratio sebesar 7.6. Hal ini berarti orang yang berusia ≥ 45 tahun memiliki
risiko 8 kali untuk menderita diabetes dibandingkan dengan orang yang berusia
risiko terjadinya diabetes yang berhubungan dengan proses menua dan proses
menyebabkan terjadinya diabetes melitus. Faktor risiko tersebut yaitu BMI (Body
Kehamilan. Penelitian yang dilakukan oleh Chaidir et., al (2017) pada responden
yang menderita diabetes melitus di wilayah kerja puskesmas Tigo Baleh, peneliti
dabetes melitus responden memiliki badan yang gemuk. Pada wanita dengan
dengan bayi besar (lebih dari 4 kg) berisiko terkena DM 7 kali lebih besar.
64
akibat proses hormonal tersebut. Perempuan juga cenderung memiliki LDL atau
laki juga dipengaruhi oleh gaya hidup dan aktivitas fisik yang berbeda pada laki-
dibandingkan laki-laki. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko diabetes.
kesadaran dan motivasi yang baik dalam kesehatannya. Rochmah, et al. (2019)
pada pengontrolan gula darah, cara mengatasi gejala yang muncul dan mencegah
terjadinya komplikasi dengan melakukan aktivitas fisik salah satunya senam kaki
Hal ini sejalan dengan pendapat Annisa (2019) yang menyatakan bahwa
lebih baik dalam menangani penyakit diabetesnya dan efeknya bagi kesehatan
sehingga penderita akan menyikapi secara positif dan mencari jalan keluar dalam
masalah kesehatannya seperti lebih dapat mengatur pola hidup dan pola makan
berpendidikan rendah cenderung kurang bisa memperhatikan pola makan dan pola
hidup yang baik karena kesulitan dalam menyerap informasi yang diberikan.
diabetes. Hal ini berkaitan dengan peneyerapan informasi tentang pengaturan pola
hidup baik dan sehat. Individu dengan pendidikan tinggi mudah dalam menerima
diterima dalam manjemen pola hidup sehat untuk meminimalkan risiko diabetes.
66
yang tidak bekerja cenderung berisiko terkena diabetes melitus yang dikaitkan
dengan kurangnya aktivitas fisik sehingga pembakaran kalori dalam tubuh atau
aktivitas ynag tidak dapat di deskripsikan. Pekerjaan ibu rumah tangga termasuk
dalam aktivitas ringan. Aktivitas fisik akan berpengaruh pada peningkatan insulin
sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Jika insulin tidak mencukupi
Hal ini sejalan dengan pendapat Sofiana (2018) aktivitas fisik cenderung
penurunan kadar gula darah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
yang menderita diabetes berstatus sebgai ibu rumah tangga atau pensiunan. Hal ini
mengalami diabetes yang dihubung kan dengan aktivitas fisik. Tidak dapat di
(88.2%). Menurut Sukmayanti (2017) penderita diabetes selama satu hingga lima
tahun cenderung lebih mematuhi proses baik dalam memanajemen diabetes yang
dialaminya, karena rasa ingin tahu yang besar dan keinginan untuk sembuh sangat
tinggi. Pasien yang menderita penyakit selama 6-10 tahun cenderung memiliki
kepatuhan yang buruk disebabkan oleh pengalaman yang lebih banyak, dimana
pasien tersebut telah mematuhi proses pengobatan tetapi tidak mendapatkan hasil
yang memuaskan sehingga pasien cenderung pasrah dan tidak memenuhi proses
yang di anjurkan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Aisyah (2018) lama menderita diabetes
dapat mempengaruhi depresi pada pasien seperti mengalami kebosanan dan putus
kaitkan dengan komplikasi yang dapat terjadi seperti ulkus. Komplikasi dapat di
cegah jika individu melakukan manajemen diabetes yang baik seperti kontrol gula
rutin, diet dan aktivitas fisik seperti senam kaki diabetik. Senam kaki diabetik
merupakan aktivitas fisik yang dapat dilakukan secara rutin yang bermanfaat
Sudomulyo Pekan Baru didapatkan mayoritas lama menderita diabetes <5 tahun
dibandingkan penderita >10 tahun. Hal ini berkaitan dengan masih semangat
diabetes 1-5 tahun cendrung masih mempunyai motivasi yang tinggi untuk
sembuh dibandingkan dengan penderita lama yang sudah merasa jenuh dan bosan
manajemen diabetesnya.
seseorang mengenai suatu hal dalam konstek teknik senam kaki diabetik yang
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tesebut.
Sikap yang positif tentunya akan membentuk perilaku yang positif juga dalam
kesehatan, buku, media massa dan internet. Semakin banyak informasi yang di
dapatkan seseorang maka semakin baik pula dalam mengaplikasikan senam kaki
guna memajemen agar kestabilan gula darah tetap stabil. Sumber informasi yang
kesadaran penderita diabetes terhadap senam kaki diabetik yang terwujud dalam
penting untuk di ketahui oleh masyarakat agar dapat mengaplikasikan nya dengan
merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap objek tertentu dan sebagian besar pengetahuan di peroleh melalui indera
tentang pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, hal yang harus dikaji sebelum
tindakan dan teknik senam kaki diabetik yang dapat dilakukan dengan teknik
tentang teknik senam kaki diabetik sangat penting untuk dikuasai agar dapat
mendapatkan tindakan yang tepat dan akurat tentang pengaplikasian teknik senam
kaki diabetik.
seseorang tentang senam kaki diabetik, maka akan baik pula dalam
efisien.
71
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuyun (2019) di
sesudah di berikan edukasi dengan hasil uji paired t-test nilai p=0.000<0.05 .
signifikan antara pengetahuan dan pelaksanaan senam kaki diabetik dengan nilai
p-value 0.003<0.05. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Putri (2019) di RSUD
Rasidin Kota Padang di dapatkan hasil bahwa setelah diberikan demonstrasi dan
edukasi tentang teknik senam kaki diabetik 70% peserta menjawab dengan benar
definisi senam kaki diabetik, 75% peserta memahmai manfaat dari senam kaki
diabetik dan 100% peserta bisa memperagakan senam kaki diabetik dengan baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian Desiana (2019) di RSUD Labuang Baji
Menurut asumsi peneliti, pengetahuan yang baik tentang teknik senam kaki
Pengetahuan yang baik cenderung akan menuntun seseorang untuk baik dalam
manfaat bagi penderita diabetes seperti memperlancar sirkulasi darah dikaki untuk
dapat mengontrol gula darah agar selalu stabil. Seseorang tidak dapat
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
disimpulkan bahwa :
tingkat pendidikan SMA (44.2%), status pekerjaan sebagai IRT (39.7%), Lama
menderita DM 1-5 tahun (88.2%) dan perolehan informasi tentang senam kaki
diabetik (73.5%).
16 responden (23.5%).
6.2 Saran
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang luas bagi
peneliti sehingga lebih bisa mengembangkan penelitian sesuai dengan teori yang
2. Bagi responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi
untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas terkait teknik
Dari hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan ilmiah dan
metode penelitian, jumlah responden yang lebih banyak dan kuesioner yang
berbeda.