Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN ACTIVITY DAILY LIVING DENGAN KEJADIAN

PERIPHERAL ARTERY DISEASE DIABETES DI PUSKESMAS


SUKOHARJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I


pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:
SINTA AYU PURBANINGTYAS
J210180071

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
i
ii
iii
HUBUNGAN ACTIVITY DAILY LIVING DENGAN KEJADIAN PERIPHERAL
ARTERY DISEASE DIABETES DI PUSKESMAS SUKOHARJO
Abstrak
Faktor risiko terjadinya diabetes melitus, salah satunya aktivitas. Kurangnya aktivitas fisik
dapat meningkatkan faktor risiko diabetes dan penyebab komplikasi yaitu peripheral artery
disease. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara activity daily living
dengan kejadian peripheral artery disease diabetes. Metode penelitian yang digunakan adalah
kuantitatif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan pada
penelitian ini yaitu 93 pasien DM tipe 2 di Puskesmas Sukoharjo. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mencatat data
menggunakan kuesioner, tensimeter, dan stetoskop. Analisis yang digunakan adalah Chi-
Square. Hasil penelitian ini yaitu berdasarkan skor indeks barthel sebagian besar pasien DM
mempunyai ketergantungan ringan dan diperoleh nilai p-value 0,034 (<0,05) yang diartikan
bahwa Ho ditolak sehingga terdapat hubungan antara activity daily living dengan kejadian
peripheral artery disease diabetes pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Sukoharjo
dengan korelasi -0.220 yang artinya semakin rendah tingkat activity daily living semakin tinggi
risiko peripheral artery disease
Kata kunci : activity daily living, diabetes melittus, peripheral artery disease
Abstract
One of the risk factors for diabetes mellitus is activity. Lack of physical activity can increase
the risk factors for diabetes and cause complications, namely peripheral artery disease. The
purpose of this study was to determine the relationship between daily living activities and the
incidence of peripheral artery disease diabetes. The research method used is quantitative
correlation with cross sectional approach. The sample used in this study were 93 type 2 DM
patients at the Sukoharjo Health Center. The sampling technique used is purposive sampling.
Instruments used to record data using a questionnaire, sphygmomanometer, and stethoscope.
The analysis used is Chi-Square. The results of this study are based on the Barthel index score,
most DM patients have mild dependence and obtained a p-value of 0.034 (<0.05) which means
that Ho is rejected so that there is a relationship between daily living activity and the incidence
of peripheral artery disease diabetes in patients with diabetes mellitus. at the Sukoharjo Health
Center with a correlation of -0.220, which means the lower the daily living activity level, the
higher the risk of peripheral artery disease
Keywords: activity daily living, diabetes melitus, peripheral artery disease

1. PENDAHULUAN
Gaya hidup masyarakat yang mengarah pada modernisasi, urbanisasi dan globalisasi memicu
peningkatan penyakit tidak menular (Nugroho et al., 2019). Penyakit tidak menular kini telah
menjadi ancaman serius bagi dunia kesehatan termasuk Indonesia. Salah satu penyakit tidak
menular seperti diabetes melitus (Latifah Noor, Herdiasnyah Dadang, 2020). Prevalensi
diabetes melitus di Dunia tahun 2019 sekitar 463 juta dan diperkirakan akan terus meningkat
menjadi 5788 juta pada tahun 2030 dan menjadi 700 juta pada tahun 2045 (International
Diabetes Federation, 2019). Asia Tenggara, khususnya Indonesia tingkat diabetes melitus

1
memiliki prevelensi yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah, prevalensi
diabetes melitus mengalami peningkatan dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun
2018. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) prevalensi diabetes melitus provinsi Jawa
Tengah menduduki posisi ke-11 dengan prevalensi 2,1% (Kementrian kesehatan republik
indonesia, 2020). Jumlah penderita DM di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2019 mencapai
17.403 orang (Sukoharjo, 2019).
Banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan DM semakin meningkat salah satunya
faktor pola makan dan kurangnya aktivitas. Sebuah penelitian menjelaskan bahwa faktor pola
makan yang tidak sehat dan kurang aktivitas berdampak signifikan terhadap terjadinya diabetes
melitus dan penyebab komplikasi salah satunya peripheral artery disease (PAD) (Efendi &
Heriyanto, 2021). Peripheral artery disease merupakan komplikasi diabetes melitus akibat
adanya gangguan suplai darah ke ektremitas bawah karena obtruksi yang disebabkan oleh
atreosklorosis (Said et al., 2021). Prevalensi riwayat komplikasi PAD di Indonesia termasuk
kaki diabetik, dan amputasi sekitar 0,5 % (International Diabetes Federation, 2019). PAD
umumnya asimptomatik hanya sebagian yang disertai gejala, sehingga dibutuhkan metode
evaluasi pembuluh darah perifer untuk mendeteksi adanya gangguan sedini mungkin dengan
melakukan pengukuran Ankle Brachial Index (ABI) (Nasution et al., 2019). Penderita PAD
sering kali tidak menyadari bahwa mereka mengalami PAD karena pasien dengan PAD tidak
merasakan gejala apapun yang berkaitan dengan penyakitnya (Adnan, 2021). Sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Whasu Pramesti, (2020) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
bermakna positif antara tingkat aktivitas fisik dengan nilai ankle brachial indeks (ABI) pada
pasien DM tipe 2 dengan kekuatan hubungan kuat.
Berdasarkan uraian masalah diatas maka peneliti ingin mengetahui hubungan activity
daily living dengan kejadian peripheral artery disease diabetes.

2. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelatif. Populasi penelitian adalah pasien
diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Sukoharjo. Sampel penelitian sebanyak 93 pasien dengan
teknik purposive sampling. Pengumpulan data penelitian menggunakan kesioner, tensimeter,
dan stetoskop selanjutnya dianalisis menggunakan analisis korelatif.

2
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Karakteristik Responden
No. Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
1 Umur
a. 36-45 3 3.2
b. 46-55 20 21.5
c. 56-65 49 52.7
d. 65-75 21 22.6
2 Jenis kelamin
a. Perempuan 60 64.5
b. Laki-laki 33 35.5
3 Pendidikan
a. Tidak Sekolah 8 8.6
b. SD 43 46.2
c. SMP 16 17.2
d. SMA 12 12.9
e. Perguruan Tinggi 14 15.1
4 Pekerjaan
a. Tidak Bekerja/IRT 42 45.2
b. Buruh/Petani 9 9.7
c. Wiraswata/Pedagang 23 24.7
d. PNS/Karyawan 8 8.6
Swasta
e. Pensiunan 11 11.8
5 Lama Menderita DM
a. 0-5 Tahun 56 60.3
b. 6-10 Tahun 32 34.4
c. 10-15 Tahun 5 5.4
6 Perokok
a. Ya 9 9.7
b. Tidak 84 90.3
7 Riwayat Hipertensi
a. Ya 37 39.8
b. Tidak 56 60.2
8 Riwayat Kolesterol
a. Ya 28 30.1
b. Tidak 65 69.9
Total 93 100
Karakteristik responden sebagian besar berumur 56-65 tahun sebanyak 49 responden
(52,7%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 60 responden (64,5%), pendidikan terakhir SD
sebanyak 43 responden (46,2%), pekerjaan IRT sebanyak 42 responden (45,2%), karaktersitik
lama menderita DM 0-5 tahun sebanyak 56 responden (60,3%), perokok sebanyak 84
responden (90,3%) tidak merokok, riwayat hipertensi sebanyak 56 responden (60,2%) tidak
memiliki riwayat hipertensi dan riwayat kolesterol 65 (69,9%) responden tidak memiliki
riwayat kolesterol.

3
3.2 Activity Daily Living pada Pasien Diabetes Melitus
Table 2. Distribusi Frekuensi Indeks Barthel Pada Pasien Diabetes Melitus

Indeks Barthel Frekuensi Presentase (%)


Mandiri 39 41.9
Ketergantungan Ringan 54 58.1
Total 93 100
Distribusi frekuensi indeks barthel pada pasien diabetes melitus menujukkan hasil
sebagian besar adalah ketergantungan ringan sebanyak 54 responden dan mandiri sebanyak 39
responden.

3.3 Kejadian Peripheral Artery Disease (PAD) pada Pasien Diabetes Melitus
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengukuran Ankle Brachial Indeks (ABI) Pada Pasien Diabetes
Melitus
Pengukuran ABI Frekuensi Presentase (%)
Normal 43 46.2
PAD ringan 49 52.7
PAD sedang 1 1.1
Total 93 100
Distribusi frekuensi pengukuran ABI pada pasien diabetes melitus menunjukkan
sebagian besar adalah PAD ringan 49 responden, selanjutnya normal 43 responden dan PAD
sedang 1 responden.

3.4 Uji Normalitas


Uji normalitas dilakukan dengan uji kolmogrov dengan hasil data terdistribusi tidak normal
dengan nilai signifikan 0.001 sehingga menggunakan uji non parametrik yaitu uji chi square.

3.5 Hubungan Activity Daily Living Dengan Kejadian Peripheral Artery Disease Diabetes
Table 4. Hasil Uji Korelasi Chi-Square
PAD
PAD PAD
ADL Total p-value
normal ringan
N % N % N %
Mandiri 13 33,3 26 66,7 39 100
Ketergantugan 54 100 0.034
30 55,6 24 44,4
Ringan
Total 43 46,2 50 53,8 93 100
Hasil tabulasi silang menunjukkan responden dengan activity daily living dengan
kejadian peripheral artery disease pada pasien diabetes melitus menunjukkan bahwa

4
responden mandiri dengan PAD normal sebanyak 13 responden (33,3%). Kemudian respoden
ketergnatungan ringan dengan PAD normal sebanyak 30 responden (55,6%). Sedangkan
responden mandiri dengan PAD ringan sebanyak 26 responden (66,7%) dan responden
ketergentungan ringan dengan PAD ringan sebanyak 24 responden (44,4%).
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan dengan uji chi square diperoleh
hasil nilai p-value 0,034 menunjukkan nilai p < 0,05 maka Ho ditolak artinya terdapat
hubungan antara activity daily living dengan kejadian peripheral artery disease diabetes di
Puskesmas Sukoharjo.
3.6 Pembahasan
Karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan sebagian besar berumur 56-65 tahun.
Peningkatan risiko diabetes melitus seiring dengan bertambahnya usia khsusunya pada usia ≥
45 tahun dikarenakan pada usia tersebut terjadi peningkatan berat badan dan penurunan masa
otot sehingga terjadi peningkatan intoleransi aktivitas (Komariah & Rahayu, 2020). Sebagian
besar responden penelitian berjenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan lebih
mudah mengalami peningkatan massa tubuh (Setiyo Nugroho & Musdalifah, 2020). Mayoritas
responden berpendidikan tamatan SD. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam
pengetahuan mengenai penyakit DM (Petersmann et al., 2018). Mayoritas pekerjaan ibu rumah
tangga/tidak bekerja sehingga aktivitas fisiknya rendah sehingga pembakaran lemak oleh tubuh
berkurang sehingga terjadi penumpukan (Arania et al., 2021). Mayoritas mengalami DM 0-5
tahun. Semakin lama menderita DM semakin besar terjadinya komplikasi (Prihatin & Dwi M,
2019). Mayoritas responden tidak merokok. Rokok dapat memicu terjadi DM bahkan sampai
menyebabkan komplikasi (Widiastuti, 2020). Mayoritas responden tidak memiliki riwayat
hipertensi. Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan penebalan pada pembuluh darah
sehingga terjadi penyempitan yang mengakibatkan terjadinya DM dan komplikasi (Akalu &
Belsti, 2020). Mayoritas responden tidak memiliki riwayat kolesterol. Jumlah gula dalam darah
berperan dalam kenaikan jumlah lemak dalam darah sehingga pasien DM yang peningkatan
kolesterol karena adanya resistensi insulin (Anggraini, 2018).
Berdasarkan distribusi frekuensi activity daily living pada pasien diabetes melitus
menunjukkan hasil sebagian besar adalah ketergantungan ringan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Sipayung et al., (2017) menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik dengan
kejadian diabetes melitus tipe 2. Responden yang beraktivitas ringan berisiko terkena penyakit
diabetes melitus tipe 2 dibandingan dengan responden yang beraktivitas sedang dan berat. Hal
ini terjadi karena setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka membutuhkan
pengeluaran energi yang didapat dari makanan atau minuman yang dikomsumsi sehingga
5
terjadi pembakaran kalori. Sebaliknya jika aktivitas fisik rendah mengakibatkan rendahnya
pembakaran kalori berakibat penumpukan lemak yang berujung obesitas sebagai penyebab dari
penyakit diabetes melitus tipe 2.
Kejadian peripheral artery disease pada pasien diabetes melitus menunjukkan sebagian
besar adalah PAD ringan. Pengukuran ABI dilakukan untuk mengetahui nilai PAD pada pasien
diabetes melitus (Said et al., 2021). Pada penelitian Kartikadewi et al., (2020) didapatkan hasil
bahwa abnormalitas ABI banyak ditemukan pada pasien diabetes melitus dengan aktivitas fisik
yang rendah. . Aktivitas fisik yang teratur dapat meningkatkan respon insulin dan toleransi
glukosa yang bermanfaat untuk metabolism lemak, homeostasis tekanan darah dan distribusi
lipid sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler yang ditandi dengan
abnormalitas ABI.
Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat menjaga kestabilan gula darah dalam
tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya komplikasi (Gerage et al., 2019). Jika seseorang
kurang melakukan aktivitas fisik menyebabkan terjadinya penimbunan lemak sehingga
mengakibatkan kurangnya respon insulin dan toleransi glukosa sehingga menyebabkan
abnormalitas nilai ABI (Kartikadewi et al., 2022).

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Karakteristik pasien diabetes melitus di Puskemas Sukoharjo mayoritas berusia 56-65 tahun,
sebagian besar jenis kelamin perempuan, berpendidikan SD, tidak bekerja atau ibu rumah
tangga, lama menderita DM 0-5 tahun, sebagian besar tidak perokok, tidak memiliki riwayat
hipertensi dan tidak memiliki riwayat kolesterol. Activity daily living di Puskesmas Sukoharjo
yaitu sebagian besar ketergantungan ringan (54%) dan kejadian peripheral artery disease
(PAD) di Puskemas Sukoharjo yaitu PAD ringan (53,8%) dan terdapat hubungan antara activity
daily living dengan kejadian peripheral artery disease (PAD) diabetes pada pasien diabetes
melitus di Puskesmas Sukoharjo.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Perlu upayanya melakukan pencegahan dan mengurangi faktor risiko terjadinya komplikasi
DM salah satunya PAD, dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan terkait deteksi dini
PAD pada pasien diabetes melitus.

6
4.2.2 Bagi Institusi Pelayanan
Perlu adanya peningkatan deteksi dini PAD melalui pengecekan ankle brachial indeks di
Puskesmas.
4.2.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat bermanfaat serta untuk menambah pengalaman tentang hubungan activity
daily living dengan kejadian pheriperal artery disease dan dapat menambah wawasan
pengetahun serta pada saat melakukan penelitian activity daily living dengan PAD dapat
dilakukan observasi secara langsung.
4.2.4 Bagi Responden
Peneliti berharap pada pasien DM melakukan deteksi dini PAD serta selalu rutin memeriksakan
kondisi kesehatannya di fasilitas kesehatan yang tersedia.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. L. (2021). Peran Reseptor IL-21 ( IL-21R ) sebagai Target Terapi Pada Penyakit
Arteri Perifer. 3(1), 68–75. https://doi.org/https://doi.org/10.32734/scripta.v3i1.4440
Akalu, Y., & Belsti, Y. (2020). Hypertension and its associated factors among type 2 diabetes
mellitus patients at Debre Tabor general hospital, northwest Ethiopia. Diabetes,
Metabolic Syndrome and Obesity: Targets and Therapy, 13, 1621–1631.
https://doi.org/10.2147/DMSO.S254537
Anggraini, R. (2018). Korelasi Kadar Kolesterol Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2
Pada Laki-Laki. Medical and Health Science Journal, 2(2), 55–60.
https://doi.org/10.33086/mhsj.v2i2.588
Arania, R., Triwahyuni, T., Prasetya, T., & Cahyani, S. D. (2021). Hubungan Antara Pekerjaan
Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Klinik Mardi Waluyo
Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Medika Malahayati, 5(3), 163–169.
https://doi.org/10.33024/jmm.v5i3.4110
Gerage, A. M., Correia, M. de A., de Oliveira, P. M. L., Palmeira, A. C., Domingues, W. J. R.,
Zeratti, A. E., Puech-Leão, P., Wolosker, N., Ritti-Dias, R. M., & Cucato, G. G. (2019).
Physical activity levels in peripheral artery disease patients. Arquivos Brasileiros de
Cardiologia, 113(3), 410–416. https://doi.org/10.5935/abc.20190142
International Diabetes Federation. (2019). Global Diabetes Data Report 2010-2045. Journal
IDF, 9(9), 1. https://diabetesatlas.org/data/en/world/
Kartikadewi, A., Wahab, Z., & Andikaputri, K. (2022). Ankle Brachial Index pada Penderita
Diabetes dan Non Diabetes , dan Hubungannya dengan Aktivitas Fisik dan Perilaku
Merokok. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 18(No.1), 57–68.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK
Kementrian kesehatan republik indonesia. (2020). Tetap Produktif, Cegah Dan Atasi Diabetes
Mellitus. In pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.
https://www.kemkes.go.id/article/view/20120100005/infodatin-tetap-produktif-cegah-

7
dan-atasi-diabetes-melitus-2020.html
Komariah, K., & Rahayu, S. (2020). Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan Indeks Massa Tubuh
Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Klinik
Pratama Rawat Jalan Proklamasi, Depok, Jawa Barat. Jurnal Kesehatan Kusuma
Husada, Dm, 41–50. https://doi.org/10.34035/jk.v11i1.412
Latifah Noor, Herdiasnyah Dadang, N. A. A. (2020). Edukasi Kesehatan Diabetes Mellitus di
RW. 004 Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan. Jurnal Pengabdian Dan
Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, 1(1), 23–27.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/AS-SYIFA
Nasution, W. W., Heryaman, H., Martha, J. W., & Ridwan, A. A. (2019). Clinical
Manifestation of Peripheral Artery Disease in Type 2 Diabetes Melitus with Ankle
Branchial Index Measurement. Journal of Medicine & Health, 2(3), 847–855.
https://doi.org/10.28932/jmh.v2i3.1224
Nugroho, K. P. A., Kurniasari, R. R. M. D., & Noviani, T. (2019). Gambaran Pola Makan
Sebagai Penyebab Kejadian Penyakit Tidak Menular (Diabetes Mellitus, Obesitas, Dan
Hipertensi) Di Wilayah Kerja Puskesmas Cebongan, Kota Salatiga. Jurnal Kesehatan
Kusuma Husada, 15–23. https://doi.org/10.34035/jk.v10i1.324
Pauzan Efendi1, Hendri Heriyanto2, E. B. (2021). MELITUS TERHADAP STATUS
NUTRISI PADA PENDERITA DIABETES Penatalaksanaan Diabetes Melitus
terhadap. Jurnal Ilmiah Umum Dan Kesehatan, 6(1), 15–21.
https://doi.org/https://doi.org/10.35721/jakiyah.v6i1.60
Petersmann, A., Nauck, M., Müller-Wieland, D., Kerner, W., Müller, U. A., Landgraf, R.,
Freckmann, G., & Heinemann, L. (2018). Definition, classification and diagnostics of
diabetes mellitus. Journal of Laboratory Medicine, 42(3), 73–79.
https://doi.org/10.1515/labmed-2018-0016
Prihatin, T. W., & Dwi M, R. (2019). Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Nilai Ankle
Brachial Index Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Bergas Kabupaten
Semarang. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 9(02), 571–576.
https://doi.org/10.33221/jiiki.v9i02.227
Said, A., Novianti, A. D., & Fety, Y. (2021). Deteksi Dini Peripheral Artery Disease melalui
Pemeriksaan Ankle Brachial Index pada Kelompok Prolanis di Puskesmas Poasia.
Health Information : Jurnal Penelitian, 13(1), 11–19.
https://doi.org/10.36990/hijp.v13i1.249
Setiyo Nugroho, P., & Musdalifah. (2020). Hubungan Jenis Kelamin dan Tingkat Ekonomi
dengan Kejadian Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota
Samarinda Tahun 2019. Borneo Student Research (BSR), 1(2), 2020.
https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/view/483
Sipayung, R., Siregar, F. A., & Nurmaini. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian
Diabetes Melitus Tipe 2 pada Perempuan Usia Lanjut di Wilayah Kerja Puskesmas
Padang Bulan Medan Tahun 2017. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran, Dan
Ilmu Kesehatan, 2, 78–86.
https://journal.untar.ac.id/index.php/jmistki/article/download/1461/1384
Whasu Pramesti. (2020). Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Nilai Ankle Brachial Index
(ABI) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di UPT. Kesmas Abiansemal II Tahun

8
2019. 113–114. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/id/eprint/2415
Widiastuti, L. (2020). Acupressure dan Senam Kaki terhadap Tingkat Peripheral Arterial
Disease pada Klien DM Tipe 2. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 694–706.
https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1200

Anda mungkin juga menyukai