Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran umum lokasi penelitian

a) Letak geografis

Rumah Sakit Umum Daerah dr. H.L.M. Baharuddin, M.Kes

Kabupaten Muna merupakan Rumah Sakit satu – satunya pusat rujukan

dari tahun ke tahun. RSUD dr. H.L.M. Baharuddin, M.Kes terletak di

Ibukota Kabupaten Muna tepatnya di Jalan Ahmad Yani No. 10

Kelurahan Butung-butung Kota Raha. Lokasi ini sangat strategis karena

mudah dijangkau dengan kendaraan umum dengan batas sebagai

berikut:

a) Sebelah Utara : Masjid Baitul Makmur

b) Sebelah Timur : Jl. By Pass Raha

c) Sebelah Selatan : Jl. Pahlawan

d) Sebelah Barat : Jl. Ahmad Yani

b) Sarana dan prasarana

RSUD dr. H.L.M. Baharuddin, M.Kes memiliki sarana dan

prasarana yang terdiri dari bangunan fisik.

Tabel 5.
Sarana dan Prasarana RSUD dr. H.L.M. Baharuddin, M.Kes
NO Unit LUAS
1. Luas Tanah 25.000 M2
2. Bangunan Rumah Sakit Baru 16.818 M2
( Sumber data : RSUD dr. H.L.M. Baharuddin, M.Kes )
Sarana kesehatan terdiri dari pelayanan rawat jalan, rawat inap,

instalansi, dan pelayanan penunjang medik. Pelayanan rawat jalan terdiri


dari : Poliklinik Kesehatan Anak, Poliklinik Penyakit Dalam / Interna,

Poliklinik Bedah, Poliklinik Neurologi / Syaraf, Poliklinik Jiwa,

Poliklinik Mata, Poliklinik Gizi, Poliklinik THT, Poliklinik Gigi dan

Mulut, Poliklinik Bedah Mulut, Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak ( K I

A ), Instalasi Gawat Darurat I G D ), Perawatan Intensif ( I C U ),

Instalansi Laboratorium, Instalansi Fisioteraphi, Instalansi Radiologi,

Instalansi Farmasi / Apotik, Ambulance, Perawatan dan Pengantaran

Jenazah

RSUD dr. H.L.M. Baharuddin, M.Kes kabupaten muna memiliki

kapasitas tempat tidur non covid 120 buah sedangkan tempat tidur

isolasi covid 98 buah, menyelenggrakan program pelayanan,

pencegahan, pemeliharaan, dan rehabilitas kesehatan secara

komprehesif, bermutu, dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

c) Tenaga kesehatan

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat RSUD dr.

H.L.M. Baharuddin, M.Kes kabupaten muna didukung oleh sumber

tenaga sebanyak 537 orang ( PNS 170 orang dan non PNS 367 orang )

terdiri tenaga medis ( dokter ), tenaga para medis ( perawat, bidan,

farmasi, analis kesehaatan, kesling, gizi, Dll ) dan tenaga-tenaga teknis

lainnya.

50
2. Karakteristik sampel

a) Jenis kelamin

Karakteristik jenis kelamin terdiri dari perempuan dan laki-laki.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel 6.
Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin n %
Laki- laki 24 40.0%
Perempuan 36 60.0%
Jumlah 60 100%
(sumber : data primer, 2022)

Berdasarkan tabel 6 diatas, menunjukkan bahwa karakteristik

sampel berdasarkan jenis kelamin dari 60 sampel penderita diabetes

melitus, sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan yaitu 60.0%

( n = 36 ).

b) Umur

Karakteristik umur terdiri dari umur 45 sampai umur > 65. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut :

Tabel 7
Karakteristik sampel berdasarkan umur
Umur n %
> 45-54 39 65.0%
55 – 64 16 26.7%
> 65 5 8.3%
Jumlah 60 100%
(sumber : data primer, 2022)

Berdasarkan tabel 7 diatas, menunjukkan bahwa karakteristik

sampel berdasarkan umur dari 60 sampel penderita diabetes melitus,

sebagian besar sampel yaitu 65.0% ( n = 39 ) pada kategori umur > 45 –

54 tahun.

51
c) Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan terdiri dari PNS, Wiraswasta, Swasta,

Petani, IRT, Buruh, dan Pensiun . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 8 berikut :

Tabel 8.
Karakteristik sampel berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan n %
PNS 8 13.3%
Wiraswasta 6 10.0%
Swasta 2 3.3%
Petani 17 28.3%
IRT 21 35.0%
Buruh 1 1.7%
Pensiunan 5 8.3%
Jumlah 60 100%
( sumber : data primer,2022 )

Berdasarkan tabel 8 diatas, menunjukkan bahwa karakteristik

sampel berdasarkan pekerjaan dari 60 sampel penderita diabetes

melitus, sebagian besar yaitu 35.0% ( n = 21 ) berkerja sebagai IRT.

d) Pendidikan

Karakteristik pendidikan terdiri dari SD, SMP, SMA, dan

Sarjana/Diploma. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Tabel 9.
Karakteristik Sampel Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan n %
SD 18 30.0%
SMP 16 26.7%
SMA 18 30.0%
Sarjana/Diploma 8 13.3%
Jumlah 60 100%
(sumber : data primer, 2022 )

Berdasarkan tabel 9 diatas, menunjukkan bahwa karakteristik

sampel berdasarkan pendidikan dari 60 sampel penderita diabetes

52
melitus, sebagian besar memiliki pendidikan SD dan SMA dengan

jumlah yang sama yaitu 30.0% ( n = 18 ).

2. Gambaran variabel penelitian

a) Pengetahuan Gizi

Distribusi pengetahuan gizi, sebagian besar sampel penderita

diabetes melitus tipe II dalam kategori kurang. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 10 berikut :

Tabel 10.
Distribusi sampel berdasarkan tingkat Pengetahuan Gizi
Penegetahuan gizi n %
Cukup 28 46.7%
Kurang 32 53.3%
Jumlah 60 100%
( sumber : data primer, 2022 )

Berdasarkan tabel 10 diatas, menunjukkan bahwa dari 60 sampel

penderita diabetes melitus, sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan

yang kurang 53.3% ( n = 32 ).

b) Asupan Serat

Distribusi asupan serat, sebagian besar sampel penderita diabetes

melitus tipe II dalam kategori kurang . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 11 berikut :

Tabel 11.
Distribusi sampel berdasarkan Asupan Serat
Asupan Serat n %
Cukup 20 33.3%
Kurang 40 66.7%
Jumlah 60 100%
( sumber : data primer, 2022 )

53
Berdasarkan tabel 11 diatas, menunujukan bahwa dari 60 sampel

penderita diabetes melitus, sebagian besar sampel memiliki asupan serat

yang kurang yaitu 66.7% (n=40).

c) Asupan Lemak

Distribusi asupan lemak, sebagian besar sampel penderita diabetes

melitus tipe II dalam kategori kurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 12 berikut :

Tabel 12.
Distribusi sampel berdasarkan asupan lemak

Asupan Lemak n %
Lebih 13 21.7%
Cukup 15 25.0%
Kurang 32 53.3%
Jumlah 60 100%
( sumber : data primer, 2022 )

Berdasarkan tabel 12 diatas, menunujukan bahwa dari 60 sampel

penderita diabetes melitus, sebagian besar sampel memiliki asupan lemak

yang kurang yaitu 53.3% (n=32)

d) Asupan Karbohidrat

Distribusi asupan karbohidrat, sebagian besar sampel penderita

diabetes melitus tipe II dalam kategori cukup. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 13 berikut :

Tabel 13.
Distribusi sampel berdasarkan asupan karbohidrat

Asupan karbohidrat n %
Lebih 15 25.0%
Cukup 30 50.0%
Kurang 15 25.0%
Jumlah 60 100%
( sumber : data prime, 2022)

54
Berdasarkan tabel 13 diatas, menunjukkan bahwa dari 60 sampel

penderita diabetes melitus, sebagian besar sampel memiliki asupan

karbohidrat yang cukup yaitu 50.0% ( n = 30 ).

B. Pembahasan

1. Pengetahuan Gizi

Menurut Notoadmodjo (2014) pengetahuan adalah hasil dari tahu,

dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo

oleh Yuliana 2017).

Pengetahuan (kognitif) merupakan hal yang sangat penting

dalam membentuk tindakan atau perilaku seseorang (Kholid, 2012),

begitu juga dalam perilaku menjalankan diet. Semakin tinggi

pengetahuan seseorang akan semakin banyak informasi dan

pengetahuan yang didapat, sehingga tahu cara memilih makanan

yang baik dan tepat untuk penderita diabetes mellitus dan menjaga

agar tetap berperilaku hidup sehat. Pengetahuan gizi adalah satu

hal yang mempengaruhi pola konsumsi, sehingga orang yang memiliki

pengetahuan gizi baik akan memiliki asupan makan yang sesuai

dengan kondisi dirinya (Evi & Yanita, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa sampel

sebagian besar mempunyai pengetahuan yang kurang sebanyak 32

responden ( 53.3% ), dan cukup yaitu 46.7% ( n= 28 ). Hasil penelitian ini

55
didukung oleh penelitian phitri dan Widiyaningsih ( 2013 ) yang

melakukan penelitian tentang pengetahuan gizi penderita DM responden

yang mempunyai pengetahuan gizi dengan kategori kurang sebesar 44,4% (

n = 24 ). Pengetahuan sangat diperlukan untuk dimiliki oleh penderita

diabetes mellitus, sedangkan pengetahuan itu sendiri merupakan dasar

untuk melakukan suatu tindakan sehingga setiap orang yang akan

melakukan suatu tindakan biasanya didahului dengan tahu, selanjutnya

mempunyai inisiatif untuk melakukan suatu tindakan berdasarkan

pengetahuannya, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat

lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2014)

Pengetahuan tentang pengendalian DM sangatlah penting untuk

mengontrol kadar glukosa darah. Penderita diabetes mellitus yang

mempunyai pengetahuan yang cukup tentang diabetes, kemudian akan

mengubah pola pikir dalam menyikapi keputusan yang diambil.

Selanjutnya akan diolah dan dicerna sehingga menghasilkan perilaku yang

baik. Perilaku merupakan bagian integral dari pengendalian kadar glukosa

darah. Perilaku menggambarkan seseorang dalam melakukan suatu

tindakan secara sadar, bersifat universal, dan terbatas pada diri sendiri.

Perilaku yang baik dapat mengontrol kadar guklosa darah (Hidayah, 2019).

2. Asupan Serat

Serat adalah jenis mineral yang tidak mudah dicerna dan diserap

oleh tubuh. Serat hampir sama seperti karbohidrat yang mampu

memberikan energi pada tubuh, namun serat lebih rendah kalori. Konsumsi

56
serat tinggi diketahui dapat menurunkan efisiensi penyerapan glukosa yang

dapat menyebabkan menurunnya respon insulin. Oleh karena itu, dalam

diet penderita DM anjuran asupan serat juga menjadi salah satu syarat

dalam diet tersebut. Diet tinggi serat bermanfaat dalam pengobatan DM,

karena serat makanan mengurangi hiperglikemia dengan menunda

pencernaan dan penyerapan karbohidrat, serta dapat meningkatkan rasa

kenyang (Susilowati, Rachmat, & Larasati, 2020).

Seperti halnya masyarakat umum penderita diabetes dianjurkan

mengkonsumsi cukup serat. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah sumber

serat yang sangat mudah ditemukan dalam bahan makanan. Anjuran serat

untuk penderita diabetes yaitu 25 gram/hari yang berasal dari berbagai

sumber makanan (PERKENI, 2015). Penelitian Muliani (2013)

menunjukkan hasil bahwa pasien dengan serat yang baik mampu

menurunkan kadar gula dalam darah.

Berdasarkan hasil penelitian asupan serat penderita DM tipe II

menunjukan bahwa dari 60 sampel penderita dm tipe II, sebagian besar

memiliki asupan serat dengan kategori kurang yaitu 66.7% (n=40), dan

asupan serat kategori cukup yaitu 33.3% ( n=20 ). Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian Elida dan Maenasari ( 2019 ) yang melakukan

penelitian tentang asupan serat penderita DM, 100% sampel penelitian

memiliki asupan yang rendah atau kurang dengan sampel sebanyak 40

orang. Masih banyaknya penderita Diabetes melitus tidak mengetahui

pentingnya mengonsumsi serat, dan dari hasil penelitian Amanina ( 2015 )

menyiimpulkan bahwa seseorang dengan asupan serat kurang beresiko

57
lebih tinggi untuk mengalami kejadian DM tipe II. Makanan yang

mengandung serat tinggi mempunyai kandungan indeks glikemik yang

rendah sehingga dapat memperpanjang pengosongan lambung yang dapat

menurunkan sekresi insulin dan kolesterol total dalam tubuh. Mekanisme

serat terhadap penurunan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe II

sangat dipengaruhi oleh penyerapan karbohidrat di dalam usus. Semakin

rendah karbohidrat yang diserap oleh tubuh maka semakin rendah kadar

glukosanya, dalam hal ini serat dapat menurunkan efisiensi penyerapan

karbohidrat yang dapat menyebabakan menurunnya respon insulin. Apabila

respon insulin menurun, kerja pankreas akan semakin ringan sehingga

dapat memperbaiki fungsi pankreas dalam memproduksi insulin (Astawan

dan Tutik, 2012).

Pengaruh serat dalam penurunan kadar glukosa darah terjadi di

dalam lambung, baik serat larut air maupun tidak larut air mempunyai

kemampuan untuk mengisi lambung, memperlambat pengosongan lambung

dan mengubah gerakan peristaltik lambung. Sehingga dapat menimbulkan

rasa kenyang yang lebih lama dan keterlambatan penyampaian zat gizi

menuju ke usus halus. Selanjutnya di usus halus, jenis serat yang larut

dalam air dapat meningkatkan kekentalan isi di dalam usus halus yang

dapat mengakibatkan terjadinya penurunan aktivitas enzim amilase serta

dapat memperlambat penyerapa glukosa. Kemudian secara tidak langsung

dapat menurunkan kecepatan difusi pada permukaan mukosa usus halus

sebingga mengakibatkan terjadinya penurunan kadar glukosa darah

(Amanina, 2015). Data asupan serat yang diperoleh dari sq-ffq

58
memperlihatkan bahwa serat yang banyak dikonsumsi oleh sampel

penelitian ini adalah jenis serat larut air, seperti : sayuran ( bayam, kelor,

kangkung, terong, nangka, pepaya muda, nangka) dan buah-buahan ( apel,

pisang, pepaya masak, jeruk manis).

3. Asupan Lemak

Asupan lemak berlebihan bisa menyebabkan kenaikan kadar lemak

dalam darah yang merupakan salah satu faktor terjadinya penyakit diabetes

mellitus (Purba & Monolimay, 2015). Asupan lemak yang berlebih mampu

meningkatkan kadar gula darah (Werdani dan Triyanti, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian asupan lemak penderita DM tipe II

menunjukan bahwa dari 60 sampel penderita Diabetes Melitus tipe II,

sebagian besar memiliki asupan lemak dengan kategori kurang yaitu

53.3% (n=32), asupan lemak kategori cukup yaitu 25.0 % ( n=15 ) dan

asupan lemak kategori lebih yaitu 21.7 % ( n=13 ). Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian Devita Arviani ( 2015 ) yang melakukan

penelitian tentang asupan makan yaitu asupan lemak pada penderita DM,

sampe yang memiliki asupan lemak dengan kategori kurang sebesar 85.4%

( n = 47 ) dengan jumlah sampel 55 orang. Penelitian yang dilakukan oleh

Jiangkiong dkk ( 2007 ), menyatakan bahwa menurunnya asupan lemak

total, asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh dapat mengontrol kadar

glukosa darah dengan baik pada penderita diabetes melitus. Menurut teori

Wahyuni (2012) menyebutkan bahwa lemak yang berlebih pada tubuh

lebih rentan terkena diabetes melitus yang tidak ketergantungan pada

insulin, ketika lemak diolah untuk memperoleh energi kadar asam lemak

59
didalam darah akan meningkat, tingginya asam lemak didalam darah akan

menyebabkan peningkatan resistensi terhadap insulin. Data asupan lemak

yang diperoleh dari sq-ffq memperlihatkan bahwa lemak yang banyak

dikonsumsi oleh sampel penelitian ini adalah jenis lemak jenuh, seperti :

daging sapi, daging ayam, ikan, ikan asin, dan telur asin. Lemak tidak

jenuh, yaitu lemak ini sangat baik untuk penderita DM karena dapat

meningkatkan HDL dan menghalangi oksidasi LDL sedangkan sumber

lemak jenuh mengandung LDL atau kolesterol jahat.

4. Asupan Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi yang paling berlimpah dan

karbohidrat memberikan energi yang terbaik untuk berbagai fungsi tubuh

manusia (Fauzi 2014). Konsumsi karbohidrat jenis karbohidrat kompleks

dianjurkan bagi penderita diabetes melitus karena karbohidrat kompleks

memiliki kandungan serat yang tinggi serta membutuhkan waktu dalam

proses pembentukan energi sehingga tubuh tidak cepat lapar dan energi

tersedia dalam waktu yang lama

Mekanisme hubungan asupan karbohidrat dengan kejadian Diabetes

Melitus tipe II dimana Karbohidrat akan dipecah dan diserap dalam bentuk

monosakarida, terutama gula. Penyerapan gula menyebabkan peningkatan

kadar gula darah dan meningkatkan sekresi insulin ( Amanina, 2015).

Konsumsi karbohidrat yang berlebihan menyebabkan lebih banyak

gula di dalam tubuh, pada penderita DM tipe II jaringan tubuh tidak

mampu menyimpan dan menggunakan gula, sehingga kadar gula darah

dipengaruhi oleh tingginya asupan karbohidrat yang dimakan. Pada

60
penderita DM tipe II dengan asupan karbohidratnya tinggi melebihi

kebutuhan, memiliki resiko 12 kali lebih besar untuk tidak dapat

mengendalikan kadar glukosa darah dibandingkan dengan penderita yang

memiliki asupan karbohidrat sesuai dengan kebutuhan (Paruntu, 2012).

Menurut (Werdani dan Triyanti, 2014) bahwa jumlah asupan

karbohidrat yang berlebih dapat memicu terjadinya resistensi insulin. Pada

saat proses pencernaan karbohidrat, karbohidrat akan dipecah menjadi gula

sederhana/ glukosa yang kemudian akan diserap oleh usus halus dan masuk

ke saluran peredaran darah.

Berdasarkan hasil penelitian asupan karbohidrat penderita DM tipe

II menunjukan bahwa dari 60 sampel penderita Diabetes Melitus Tipe II,

sebagian besar memiliki asupan lemak dengan kategori cukup yaitu 50.0%

(n=30), asupan karbohidrat kategori kurang yaitu 25.0 % ( n=15 ) dan

asupan karbohidrat kategori lebih yaitu 25.0 % ( n=15 ). Hasil penelitian

ini didukung oleh penelitian Herlina Anastasya (2019) yang melakukan

penelitian tentang asupan zat makro yang salah satunya yaitu asupan

karbohidrat pada penderita DM, sampel yang memiliki asupan karbohidrat

yang cukup yaitu 46.15% (n=6 ). Menurut Askandar (2012), syarat diet

yang dianjurkan untuk pasien DM adalah mengurangi dan mengatur

konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme

pengaturan kadar gula darah dengan anjuran karbohidrat kompleks dan

mengandung serat. Hal ini dapat memperlambat penyerapan dan

pencernaan karbohidrat, dan membatasi insulin yang dilepas pembuluh

darah. Pendapat itu sejalan dengan penelitian dari Azizah (2017), bahwa

61
tingginya asupan gula (karbohidrat) menyebabkan kadar gula darah

melonjak tinggi dan Semakin rendah penyerapan karbohidrat, semakin

rendah kadar glukosa darah. Data asupan karbohidrat yang diperoleh dari

sq-ffq memperlihatkan bahwa sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi

oleh sampel penelitian ini adalah jenis karbohidrat kompleks, seperti nasi,

singkong, ubi jalar, jagung segar, jagung pipil lama, roti, dan mie basah.

Karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang sulit dicerna oleh usus.

Penyerapan karbohidrat kompleks ini relatif pelan, memberikan rasa

kenyang lebih lama dan tidak cepat menaikkann kadar gula darah dalam

tubuh, konsumsi karbohidrat jenis karbohidrat kompleks dianjurkan bagi

penderita diabetes melitus karena karbohidrat kompleks memiliki

kandungan serat yang tinggi serta membutuhkan waktu dalam proses

pembentukan energi sehingga tubuh tidak cepat lapar dan energi tersedia

dalam waktu yang lama

Penelitian Amanina (2015) di wilayah Puskesmas Purwo sari

menyebutkan bahwa jumlah responden yang memiliki asupan karbohidrat

berlebih berjumlah 27 orang dengan jumlah asupan karbohidrat (67,5%),

menunjukan bahwa seseorang yang asupan karbohidratnya tinggi beresiko

lebih besar untuk mengalami kejadian diabetes mellitus tipe II. Konsumsi

karbohidrat yang berlebih menyebabkan lebihnya glukosa didalam tubuh,

pada penderita DM tipe II jaringan tubuh tidak mampu menyimpan dan

menggunakan gula, sehingga kadar gula darah dipengaruhi oleh tingginya

asupan karbohidrat yang dimakan. Pada penderita DM tipe II dengan

asupan karbohidrat yang tinggi melebihi kebutuhan, memiliki resiko 12 kali

62
lebih besar untuk tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah (

Paruntu, 2012).

63

Anda mungkin juga menyukai