Anda di halaman 1dari 7

1

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN


DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD H.
ABDUL MANAP JAMBI

Yaumil Khalida P1 dr. FX Suharto, M.Kes2 dr.H.M. Jufri Makmur, Sp.PD 3

1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
2
Dosen Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
3
Dosen Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
ABSTRAK

Latar Belakang: DM tipe 2 merupakan yang terbanyak di Indonesia. Kelebihan berat badan
merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya DM Overweight dan Obesitas dapat
membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten insulin). Mengukur kegemukan atau
tidaknya seseorang (lemak tubuh) secara langsung sangat sulit dan sebagai pengganti dipakai
Indeks MassaTubuh (IMT)
Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian diabetes
melitus tipe 2
Metode penelitian: Desain penelitian ini adalah kasus-kontrol. Populasi studi adalah pasien
rawat jalan di RSUD H. Abdul Manap Jambi. Jumlah sampel 80 orang dengan 40 kasus dan
40 kontrol.
Hasil penelitian:Individu IMT ≥23,0 dan mengalami diabetes mellitus tipe 2 yaitu
sebanyak 28 orang (51,85%), IMT ≥23,0 dan tidak mengalami diabetes mellitus tipe 2 yaitu
sebanyak 26 orang (48,15%), dengan p-value >0,05 (0,348), OR 1,556 (CI 95% 0,616-3,927)
Kesimpulan:tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh terhadap
kejadian diabetes melitus tipe 2
Kata Kunci : Indeks Massa Tubuh, Diabetes Melitus Tipe 2, , Overweight

ABSTRACT

Background: Diabetes type 2 is the largest in Indonesia. IMT≥23,0 is a major risk factor for
diabetes mellitus. Obesity can make cells insensitive to insulin (insulin resistance). Used
body mass index to Measure Overweight or not.
Objective: to know the Relationship Between Body Mass Index and Incidence of Diabetes
Mellitus Type 2 Patient
Method: this was a case control study,The sample consisted 40 case patients and 40 control
patients.
Result: patients with BMI ≥23,0 and diabetes mellitus type 2 = 28 (51,85%), patients with
BMI ≥23,0 and didnot have DM Type 2 = 26 (48,15%), p-value >0,05 (0,348), OR 1,556
(0,616-3,927)
Conclusion: There wasn’t a significant relationship between body mass index and Incidence
of type 2 diabetes mellitus
Key Word : Body Mass Index, Diabetes Mellitus Type 2, Overweight
2

PENDAHULUAN berat badan yang diukur dengan IMT

Diabetes mellitus (DM) merupakan berkaitan erat dengan intoleransi glukosa


suatu kelompok penyakit metabolik dengan pada populasi perkotaan maupun pedesaan.5,6
karakteristik hiperglikemi yang terjadi Data Poliklinik Penyakit Dalam di Rumah
karena kelainan insulin, kerja insulin atau
Sakit Umum Daerah H. Abdul Manap
kedua-duanya. Indeks Massa Tubuh (IMT)
merupakan pengukuran yang menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2
membandingkan berat dan tinggi badan. rawat jalan pada bulan Januari sampai Mei
Salah satu klasifikasi berat badan berlebih
2016 terdapat 181 kasus diabetes melitus
menurut IMT ialah Overweight dan obesitas.
Berat badan berlebih menjadi salah satu yaitu laki-laki 91 dan wanita 90. Banyaknya
risiko penyebab kematian di dunia. penderita DM tipe 2 tanpa komplikasi ,
Setidaknya ada 2,8 juta orang dewasa
membuat peneliti tertarik untuk melakukan
meninggal setiap tahunnya akibat overweight
dan obesitas.1,2 penelitian disana. Berdasarkan uraian
tersebut, maka peneliti akan melakukan
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang penelitian tentang “Hubungan Indeks Massa
yang disebabkan oleh karena adanya Tubuh Dengan Kejadian Diabetes Melitus
peningkatan kadar glukosa darah akibat Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah
penurunan sekresi insulin yang progresif
H.Abdul Manap Jambi.”
dilatarbelakangi oleh resistensi insulin. DM
tipe 2 merupakan yang terbanyak di
METODE PENELITIAN
Indonesia. Kelebihan berat badan
merupakan faktor resiko utama untuk Penelitian ini menggunakan desain
terjadinya DM. Obesitas dan Overweight case control. Metode dengan desain case
dapat membuat sel tidak sensitif terhadap control digunakan untuk mengetahui sejauh
insulin (resisten insulin). Insulin berperan mana faktor resiko mempengaruhi terjadinya
meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel suatu penyakit. Untuk menghindari bias
dan dengan cara ini juga mengatur maka penelitian ini dibentuk kelompok
metabolisme karbohidrat, sehingga jika control dimana pasien nondiabetes
terjadi resistensi insulin oleh sel, maka kadar diikutsertakan.Tempat penelitian dilakukan
gula di dalam darah juga dapat mengalami di poli penyakit dalam di RSUD H. Abdul
gangguan.2,3 Manap Jambi dimulai pada pada 22
November 2016.Pertimbangan peneliti
Mengukur Berat badan berlebih atau
melakukan penelitian di RSUD H. Abdul
tidaknya seseorang (lemak tubuh) secara Manap karena jumlah populasi pasien
lansung sangat sulit dan sebagai pengganti diabetes melitus tanpa komplikasi lebih
banyak.Subjek penelitian dipilih dengan
dipakai Body Mass Index (BMI) atau Indeks
menggunakan Teknik sampling yang
MassaTubuh (IMT) yaitu perbandingan berat digunakan adalah purposive sampling
badan (dalam kilogram) dengan kuadrat ,subyek yang diambil berdasarkan kriteria
tinggi badan (dalam meter).4Angka kelebihan inklusi dan eksklusi subyek penelitian untuk
3

keperluan studi. Data dalam penelitian ini Tabel.2 Distribusi Frekuensi


diambil dengan menggunakan data sekunder, Berdasarkan Umur
yaitu rekam medik dan dengan hasil
wawancara dengan responden. Jumlah
sampel 40 untuk kasus dan 40 untuk kontrol.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Univariat
Karakteristik Responden
Karakteristik subjek penelitian
Tabel.1 Distribusi Frekuensi Berda sarkan
kelompok kasus berdasarkan Umur pada
Jenis Kelamin
tabel 2 menggambarkan bahwa dari 40
responden yang diteliti, jumlah pasien
dengan umur >45 lebih banyak dengan
jumlah 26 orang (65,0%) dibandingkan
dengan reponden berumur ≤45 dengan
jumlah 14 orang (35,0%). Sedangkan pada
Karakteristik subjek penelitian pada
kelompok kontrol menggambarkan bahwa
kelompok kasus berdasarkan jenis kelamin
dari 40 responden yang diteliti, jumlah
pada tabel 1 menggambarkan bahwa dari 40
pasien dengan umur >45 lebih banyak
responden yang diteliti, jumlah pasien
dengan jumlah 27 orang (67,5%)
dengan jenis kelamin perempuan lebih
dibandingkan dengan reponden berumur ≤45
banyak dengan jumlah 26 orang (65,0%)
dengan jumlah 13 orang (32,5%).
dibandingkan dengan reponden berjenis
kelamin laki-laki dengan jumlah 14 orang Tabel.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
(35,0%). Sedangkan pada kelompok kontrol Penggolongan IMT
menggambarkan bahwa dari 40 responden
yang diteliti, jumlah pasien dengan jenis
kelamin perempuan lebih banyak dengan
jumlah 30 orang (75,0%) dibandingkan
dengan reponden berjenis kelamin laki-laki
dengan jumlah 20 orang (25,0%).
4

Berdasarkan Tabel 3 klasifikasi Tabel.5 Distribusi Frekuensi Kontrol


responden kelompok kasus berdasarkan IMT Berdasarkan Diagnosa
memperlihatkan bahwa, kategori IMT
terbanyak terdapat pada kelompok IMT
normoweight sebanyak 14 orang (35,0%),
diikuti kelompok IMT obesitas 2 sebanyak 9
orang (22,5%), lalu kelompok IMT
overweight dengan 8 orang (20,0%),
kelompok IMT obesitas 1 sebanyak 7 orang
(17,5%), dan kategori IMT paling sedikit
terdapat pada kelompok underweight Tabel.6 Hubungan Indeks Massa Tubuh
sebanyak 2 orang (5,0%). dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2
poli penyakit dalam RSUD H.Abdul Manap
Berdasarkan Tabel 3 klasifikasi
responden kelompok kontrol berdasarkan
IMT memperlihatkan bahwa, kategori IMT
terbanyak terdapat pada kelompok IMT
obesitas 1 sebanyak 17 orang (42,5%),
diikuti kelompok IMT normoweight
sebanyak 10 orang (25,0%), lalu kelompok
IMT underweight dengan 6 orang
(15,0%),overweight 5 orang (12,5%) dan
kategori IMT paling sedikit terdapat pada
kelompok obesitas 2 sebanyak 5 orang (5%).

Kemudian IMT dikelompokan Dari hasil hubungan antara Indeks


massa tubuh dengan diabetes mellitus tipe 2
menjadi dua yaitu kelompok IMT ≥23 dan
yang IMT<23 didapatkan bahwa responden pada kelompok
IMT ≥23 dan mengalami diabetes mellitus
Tabel .4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan tipe 2 yaitu sebanyak 28 orang (51,85%),
IMT sedangkan responden pada kelompok IMT
<23 dan mengalami diabetes mellitus tipe 2
sebanyak 12 orang (46,15%). responden pada
kelompok IMT ≥23 dan tidak mengalami
5

diabetes mellitus tipe 2 yaitu sebanyak 26 yang signifikan antara obesitas dan
orang (48,15%). terjadinya diabetes melitus tipe 2.Hasil
penelitian ini berarti semakin besar nilai
PEMBAHASAN
indeks massa tubuh maka semakin beresiko
Hubungan Indeks Masa Tubuh Dengan mengalami diabetes melitus tipe 2.9
Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2

Berdasarkan hasil uji statistic Chi- Variabel IMT tidak berhubungan

square diperoleh nilai p-Value adalah 0,053, terhadap kejadian DM Tipe 2. Hal ini

lebih besar dari 0,05 (p-Value 0,053> 0,05) mengherankan karena berdasarkan teori dan

yang berarti tidak adanya hubungan yang penelitian lain, obesitas merupakan salah

bermakna antara indeks massa tubuh dengan satu variabel yang berperan besar terhadap

kejadian diabetes melitus di bagian poli kejadian DM Tipe 2. Hasil uji tidak

penyakit dalam RSUD H.Abdul Manap signifikan dimungkinkan terjadi karena

Jambi. Didapatkan juga nilai OR sebesar adanya bias antara lain DM merupakan

1,306 yang berarti orang dengan indeks penyakit kronik yang sulit menentukan saat

massa tubuh ≥23 beresiko 1,3 kali lebih awal timbul , Menggunakan rancangan studi

besar dibandingkan dengan orang berindeks kasus kontrol kemungkinan dijumpai adanya

massa tubuh <23. bias informasi berupa recall bias karena


keterbatasan daya ingat responden,
Hasil penelitian ini tidak sejalan menggunakan IMT sebagai acuan untuk
dengan penelitian yang dilakukan oleh menentukan status antropometri obesitas
Jelantik IGM et al, pada tahun 2012 yang memberikan hasil untuk obesitas secara
menyatakan ada hubungan antara indeks umum, pada DM Tipe 2 obesitas sentral
massa tubuh dan kejadian diabetes melitus lebih mempunyai korelasi yang kuat
tipe 2.7 penelitian oleh Bays HE, menyatakan dibandingkan obesitas umum yaitu dengan
ada nya hubungan antara indeks massa tubuh pengukuran antropometri lingkar
yang meningkat behubungan dengan perut.10Semakin banyak jaringan lemak pada
prevalensi dari diabetes melitus tipe 2, paling tubuh, maka tubuh semakin resisten terhadap
8
banyak ada pada individu dengan IMT > 40. kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau
Penelitian yang dilakukan oleh Ninh T. kelebihan berat badan terkumpul didaerah
Nguyen, Xuan-Mai T Nguyen, John Lane, sentral atau perut(central obesity). Lemak
dan Ping Wang (2011) dalam Relationship dapat memblokir kerja insulin, sehingga
Between Obesity and Diabetes in a US Adult glukosa tidak dapat diangkut kedalam sel dan
Population menunjukkan adanya hubungan menumpuk dalam pembuluh darah, sehingga
6

terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Diunduh dari URL :


Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya http://www.who.int/mediacentre/facts
diabetes mellitus tipe 2 dimana sekitar 80- heets/fs312/en
11,12,13
90% penderita mengalami obesitas. 4. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Situasi dan analisis
KESIMPULAN diabetes. Infodatin. 2014
1. IMT terbanyak terdapat pada 5. Gibney, M.J., et al. Gizi Kesehatan
kelompok IMT obesitas 1, diikuti Masyarakat. Jakarta: EGC. 2009.
kelompok IMT normoweight, lalu 6. Justitia, N.L.Dalam skripsi:
kelompok IMT Hubungan Obesitas dengan
underweight,overweight dan kategori Peningkatan Kadar Gula Darah Pada
IMT paling sedikit terdapat pada Guru-Guru SMP Negeri 3 Medan.
kelompok obesitas 2. Fakultas Kedokteran Universitas
2. Didapatkan hasil penelitian tidak Sumatera Utara Medan. 2012.
adanya hubungan yang bermakna 7. Jelantik IGM, Haryati E, Hubungan
antara indeks massa tubuh dengan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin,
kejadian diabetes melitus di bagian Kegemukan Dan Hipertensi Dengan
poli penyakit dalam RSUD H.Abdul Kejadian Diabetes Mellitus Tipe Ii Di
Manap Jambi. Wilayah Kerja Puskesmas Mataram.
Media Bina Ilmiah. Volume 8, No. 1,
DAFTAR PUSTAKA
Februari 2014
1. Tobias DK, Pan An, Jackson CL, 8. Bays HE, Chapman RH, Grandy S,
O’Reilly EJ, Ding EL, Willet WC et The Relationship Of Body Mass
al. Body-mass index and mortality Index To Diabetes Mellitus,
among adults with incident type 2 Hypertension And Dyslipidaemia:
diabetes. N Engl J Med. 2014 Jan Comparison Of Data From Two
16;233-44 National Surveys. Int J Clin Pract.
2. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar 2007 May 1; 61(5): 737–747.
fisiologi kedokteran. Edisi ke-sebelas. 9. Nguyen N.T., Nguyen X.T.,
Jakarta: EGC;2012. LaneJ.,Wang P.Relationship Between
3. WHO. Diabetes . 2015. diakses pada Obesityand Diabetes in a US Adult
tanggal 8 juni 2106 Population: Findings from the
National Health and Nutrition
7

Examination Survey, 1999-


2006.Obes Surgery 21:351-355; 2011
10. Després,J. Abdominal obesity: the
most prevalent cause of the metabolic
syndrome and related
cardiometabolic risk. European Heart
Journal Supplements 8:B4–B12. 2006
11. Maulana, M. Mengenal Diabetes
Mellitus Panduan Praktis Menangani
Penyakit Kencing Manis. Jogjakarta :
Katahati; 2009.
12. Tandra, H. Segala Sesuatu yang
Harus Anda Ketahui Tentang
Diabetes. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama; 2007.
13. Yatim, F. Kendalikan Obesitas dan
Diabetes :Mengatur Pola Hidup dan
Pola Makan.Jakarta : Indocamp;
2010.

Anda mungkin juga menyukai