Anda di halaman 1dari 13

Indeks Massa Tubuh (IMT) Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Pada Wanita Usia Subur Di Desa Sukamanah Kecamatan

Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Wiwi Uluwiyah Faridah 1 Lilik Hidayanti, S.KM, M.Si2 Siti Noviyanti, S.KM, M.KM2 Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (wiwiuluwiyahfaridah@ymail.com)1 Dosen Pembimbing 2 Abstrak Gizi lebih dapat menyebabkan kegemukan dan obesitas. Pengidap kegemukan yang di tandai dengan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) > 25 adalah salah satu faktor terjadinya hipertensi. Diduga peningkataan berat badan memiliki peranan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Orang yang mengalami kegemukan berpotensi mengalami penyumbatan darah sehingga supalai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh terganggu. Penyumbatan dan penyempitan memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya tekanan darah meningkat maka terjadilah hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan Indeks Massa Tubuh sebagai Faktor Risiko Hipertensi pada Wanita Usia Subur di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya. Metode yang digunakan adalah metode Survei, yang jenis penelitiannya adalah Survei Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Wanita Usia Subur di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya, usia 20-44 tahun, tidak menggunakan alat kontrasepsi hormonal, tidak menggunakan obat anti hipertensi dan tidak merokok. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 94 orang, teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Purpossive sampling. Prosedur penelitiannya pertama-tama responden akan di wawancara, hanya responden yang memiliki kriteria inklusi dan eksklusi yang akan di ambil. Kemudian sampel yang sesuai dengan kriteria tersebut dinilai Indeks Massa Tubuhnya , tekanan darahnya diukur, dihitung aktivitas fisiknya kemudian pelaksanaan Food Frequency questionnaire. Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square diperoleh nilai p < 0,05 (p = 0,001, OR 4,97). 62 responden (72,3%) memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) gemuk. 51
1

orang sampel (54,3%) sedangkan tidak hipertensi yaitu 43 orang sampel (45,7%). Ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya ( p value = 0,001, OR 4,97). Responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) gemuk (64,7%) lebih beresiko menderita hipertensi sebanyak 4,97 kali lebih besar daripada responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) normal (73,1%).

Kata Kunci

: Indeks Massa Tubuh, Hipertensi, Wanita Usia Subur

Kepustakaan : 1997-2012

Abstrack

Nutrition can lead to overweight and obesity. People with obesity are on the mark with the value of Body Mass Index (BMI) > 25 is one of the factors of hypertension. Allegedly peningkataan weight has an important role in the mechanism of the onset of hypertension. People who are overweight may experience blood clots that Supalai oxygen and nutrients to the organs affected. Blockage and narrowing stimulate the heart to pump blood more strongly to the blood supply to the tissues. As a result of increased blood pressure, and there was hypertension. The purpose of this study was to analyze the relationship of Body Mass Index as Risk Factors of Hypertension in Women Age Fertile Village District Sukamanah Cigalontang Tasikmalaya district. The method used is the method of survey, Survey Analytics is the kind of research using cross sectional approach. The population in this study were age Fertile Women in Rural Sub Sukamanah Cigalontang Tasikmalaya district, aged 20-44 years, not using hormonal contraceptives, no use of antihypertensive drugs and not smoking. The samples in this study were 94 people, the sampling technique using purposive sampling. Procedure research first responders will be on the interview, only respondents with inclusion and exclusion criteria that will be taken. Then the sample was assessed according to the criteria of body mass index, blood pressure was measured, counted and then the implementation of physical activity Food Frequency questionnaire. The results of the statistical test using the Chi-Square obtained value of p <0.05 (p = 0.001, OR 4.97). 62 respondents (72.3%) had a body mass index (BMI) fat. 51 people sample (54.3%), while 43 people are not hypertensive sample (45.7%). There is a relationship between body mass index (BMI) and Blood Pressure in Women Age Fertile in the Village District Sukamanah Cigalontang Tasikmalaya District (p value = 0.001, OR 4.97). Respondents who have a Body Mass Index (BMI) fat (64.7%) are more prone to develop hypertension as much as 4.97 times greater than the respondents who have a Body Mass Index (BMI) is normal (73.1%).

Keywords: BMI, Hypertension, Age Fertile Women Literature: 1997-2012

PENDAHULUAN Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan dan adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan. Pendapatan yang meningkat pada kelompok masyarakat tertentu terutama diperkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, termasuk perubahan dalam pola makan. Perubahan pola makan bergeser menjadi tinggi karbohidrat, tinggi lemak dan rendah serat yang menyebabkan pola makan menjadi tidak seimbang. Perubahan pola makan dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Di samping itu perbaikan ekonomi juga menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik masyarakat tertentu, rutinitas kerja yang semakin meningkat akan mnyebabkan seseorang tidak mempunyai waktu untuk berolahraga. Ditunjang penggunaan alat-alat yang dapat bekerja dengan cepat dan tidak memerlukan tenaga yang banyak melakukan aktivitas, contoh: mobil, motor, mesin cuci, eskalator, lift dan masih banyak alat-alat yang mendorong untuk hidup serba otomatis. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya penduduk yang mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier, 2010). Status gizi dengan Indeks Massa Tubuh mencapai >25 adalah salah satu faktor terjadinya tekanan darah tinggi. Gizi lebih dapat menyebabkan kegemukan dan obesitas. Kelebihan Energi yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan subkutan dalam bentuk lemak. Kelebihan Energi merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, diabetes, jantung koroner, hati dan kantung empedu (Almatsier, 2010). Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian. Stroke menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu 15,4%, hipertensi sebanyak 6,8%, penyakit jantung iskemik sebanyak 5,1% dan penyakit jantung sebanyak 4,6% (Riskesdas, 2007). Data Riskesdas (2007) juga menyebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar sampai 30% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskuler lebih banyak pada perempuan yaitu sebanyak 52% dibanding laki-laki sebanyak 48%. Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai Silent Killer. Hal ini tanpa disadari penderita
4

sudah mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak maupun ginjal, oleh karena itu mengetahui faktor risiko hipertensi sangat penting untuk tindakan preventif. Boedhi Darmojo dalam Suyono (2001) melaporkan bahwa 1,8-28,6% penduduk yang berumur di atas 20 tahun adalah pasien hipertensi. Kalau ditinjau perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri dalam Suyono (2001) di Jawa Tengah di dapatkan angka prevalensi 6,0% pada pria dan 11,6% pada wanita.

METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode survei, yang jenis penelitiannya adalah Survei Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Wanita Usia Subur di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya, usia 20-44 tahun, tidak menggunakan alat kontrasepsi hormonal, tidak menggunakan obat anti hipertensi dan tidak merokok. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 94 orang, teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Purpossive Sampling. Prosedur penelitiannya pertama-tama responden akan di wawancara, hanya responden yang memiliki kriteria inklusi dan eksklusi yang akan di ambil. Kemudian sampel yang sesuai dengan kriteria tersebut dinilai Indeks Massa Tubuhnya, tekanan darahnya diukur, dihitung aktivitas fisiknya kemudian pelaksanaan Food Frequency questionnaire.

PEMBAHASAN Umur Sampel Tabel 1.0 Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Umur Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Cigalontang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Statistik Umur Nilai Minimum 20 Nilai Maksimum 44 Nilai Rata-rata 33 Nilai Standart Deviasi 7,539 Jumlah Responden 94 Tabel 1.0 menunjukan bahwa responden berjumlah 94 orang responden. Dengan nilai minimum umur 20 tahun, nilai maksimum umur 44 tahun, nilai rata-rata umur 33 tahun dan standart deviasinya 7,53.

Pekerjaan Sampel Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, jenis pekerjaan sampel seluruhnya adalah ibu rumah tangga. Indeks Massa Tubuh (IMT) Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Wanita Usia Subur di Desa Cigalontang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Indeks Massa Tubuh (IMT) n % Gemuk 68 72,3 Normal 26 27,7 JUMLAH 94 100 Berdasarkan gambar 1.1 dapat dilihat bahwa presentase yang paling besar adalah sampel yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) gemuk yaitu sebesar 68 orang (72,3%). Sedangkan sampel yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) normal sebanyak 26 orang (27,7%). Rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) sampel adalah 24,67, Indeks Massa Tubuh (IMT) maksimal adalah 26,49 dan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) minimum adalah 18,73. Untuk memudahkan deskripsi maka Indeks Massa Tubuh (IMT) dikategorikan menjadi dua yaitu gemuk apabila Indeks Massa Tubuh (IMT) 25 sedangkan normal apabila Indeks Massa Tubuh (IMT) 18,5-25. Pengidap kegemukan yang di tandai dengan nilai IMT 25 sering mengalami tekanan darah tinggi. Hal ini dikarenakan pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak, kondisi ini tentunya sangat mempengaruhi kerja jantung. Banyak penyelidikan membuktikan adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi dan diduga peningkataan berat badan memiliki peranan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Orang yang mengalami kegemukan berpotensi mengalami

penyumbatan darah sehingga supalai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh terganggu. Penyumbatan dan penyempitan memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya tekanan darah meningkat maka terjadilah hipertensi (Dewi & Digi, 2010). Hipertensi Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Cigalontang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Tekanan Darah Hipertensi Tidak Hipertensi JUMLAH F 51 43 94
6

% 54,3 45,7 100

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa presentase terbesar terdapat pada kategori hipertensi yaitu 51 orang sampel (54,3%) sedangkan tidak hipertensi yaitu 43 orang sampel (45,7%). Tekanan darah maksimal adalah 160 mmHg dan minimum adalah 100 mmHg. Hipertensi dikategorikan menjadi dua, yaitu: hipertensi ( 140/90 mmHg) dan tidak hipertensi ( 140/90 mmHg). Aktivitas Fisik Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Cigalontang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Aktivitas Fisik F % Ringan 85 90,4 Berat 9 9,6 JUMLAH 94 100 Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa presentase terbesar terdapat pada kategori aktivitas fisik yaitu 85 orang sampel (90,4%) melakukan aktivitas fisik ringan sedangkan sampel yang melakukan aktivitas berat sebanyak 9 orang sampel (9,6%). Rata-rata aktivitas fisik sampel adalah 1,33. Aktivitas fisik sampel dikategorikan menjadi dua yaitu ringan jika skor 1,70 kkal/menit dan berat > 1,70 kkal/menit. Pengukuran aktivitas fisik melalui isian diary method recall aktivitas fisik, meliputi jenis kegiatan fisik yang dilakukan dan lamanya waktu untuk setiap kegiatan. Menurut Rusdi & Isnawati (2009) Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan peredarah darah tidak lancar dan pembuluhpembuluh darah yang halus dapat tertutup. Kegiatan fisik yang lebih sering dihubungkan dengan hipertensi adalah berupa olahraga. Dua belas persen (12%) dari semua kematian disebabkan penyakit kardiovaskuler dikaitkan pada kurangnya aktivitas fisik. Kegiatan fisik berupa olahraga sangat mutlak untuk mengontrol tekanan darah, karena dengan kegiatan fisik yang teratur dapat mengurangi tekanan darah. Seseorang yang terbiasa berjalan kaki secara teratur, maka risiko terkena serangan jantung, penyakit pembuluh koroner dan hipertensi. Menurut Dewi & Digi (2010) Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang halus dapat tertutup. Aktivitas fisik pada tingkat tertentu sangatlah diperluakan untuk menjaga mekanisme tekanan darah pada seseorang dapat berjalan seperti seharusnya. Olah raga sering dihubungkan dengan pengobatan hipertensi. Hal ini dikarenakan olahraga yang teratur dapat melancarkan peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga bermanfaat menurunkan kegemukan dan obesitas karena dapat mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

Kebiasaan Konsumsi Natrium Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Konsumsi Natrium pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Cigalontang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Konsumsi Na F % Sering 82 87,2 Jarang 12 12,8 JUMLAH 94 100 Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa presentase untuk kategori kebiasaan konsumsi natrium yaitu 82 orang sampel (87,2%) kategori sering sedangkan 12 orang sampel (12,8%) kategori jarang. Rata-rata kebiasaan konsumsi natrium sampel adalah 28,87. Kebiasaan konsumsi natrium dikategorikan menjadi dua yaitu sering jika skor 25 dan jarang 0-25. Metode yang dilakukan untuk mengukur kebiasaan konsumsi natrium adalah dengan cara Food Frequency Questionnaire (FFQ) yaitu metode untuk menentukan frekuensi dari sejumlah bahan atau minuman dalam suatu periode tertentu. Kebiasaan mengkonsumsi Natrium yang berlebih juga merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. Menurut Almatsier (2010), WHO (1990) menganjurkan pembatasan garam dapur hingga 6 gram sehari (ekivalen dengan 2400 mg natrium). Pembatasan ini dilakukan mengingat peranan potensial natrium dalam menimbulkan tekanan darah tinggi.
100 80

jumlah responden

60
40 20

vetsin, royc

telur asin

fried chicken

bumbu instan

saus tiram

Grafik 1.0 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Konsumsi Natrium Sampel Wanita Usia Subur (WUS) Di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan grafik 1.0 dapat dilihat bahwa presentase sampel mengkonsumsi natrium dari 94 sampel yang mengkonsumsi vetsin, royco, dan masako 94 orang (100%), garam 94 sampel (100%), saus 80 sampel (85,10%), kecap 79 sampel (84,04%), mie instan 77 8

kacang garing

roti keju

crackers

kornet

kecap

asin

sosis

jumlah responden

(81,91%), asin 60 sampel (63,82%), keripik 55 sampel (58,51%), kacang garing 36 sampel (38,29%), sarden 35 sampel (37,23%), biskuit 35 sampel (37,23%), bumbu instan 30 sampel (31,91%), abon 27 sampel (28,72%), fried chicken 24 sampel (25,53%), roti tawar 25 sampel (26,59%), roti keju 23 sampel (24,46%), pindang tongkol 21 sampel (22,34%), tauco 20 sampel (21,27%), kornet 19 sampel (20,21%), sosis 19 orang (20,21%), telur asin 17 sampel (18,81%), crackers 17 sampel (18,81%), dan yang paling dikonsumsi adalah cake sebanyak 20 sampel (10,02%).

Kebiasaan Konsumsi Kopi Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Konsumsi Kopi Sampel Wanita Usia Subur (WUS) Di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Konsumsi Kopi f % Sering 11 11,7 Jarang 83 88,3 JUMLAH 94 100% Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa presentase terbanyak pada kategori kebiasaan konsumsi kopi yaitu 11 orang sampel (11,7%) kategori sering sedangkan 83 orang sampel (88,3%) kategori jarang. Rata-rata kebiasaan konsumsi kopi sampel adalah 18,83. Kebiasaan konsumsi kopi sampel dikategorikan menjadi dua yaitu sering jika skor > 25 dan jarang 0-25. Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Sampel Terhadap Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi Wanita Usia Subur (WUS) Di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya No. Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi f % 1. Apakah anda pengkonsumsi kopi? 81 86,2 a. Ya, lanjut ke no 2 b. Tidak 13 13,8 2. Jenis kopi yang anda minum? a. Kopi Tubruk 27 33,33 54 66,66 b. Kopi Instan JUMLAH 94 100 Berdasarkan Tabel 1.6 dapat dilihat bahwa sampel yang mengkonsumsi kopi yaitu 81 orang sampel (86,2%). Sampel yang suka kopi tubruk sebanyak 27 sampel (28,7%) dan sampel yang suka kopi instan sebanyak 54 sampel (57,4%). Sedangkan sampel yang tidak suka mengkonsumsi kopi sebanyak 13 orang sampel (13,8%).

60 40 20 0

jumlah

jumlah
kopi tubruk kopi instan

Grafik 1.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Sampel Terhadap Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi Wanita Usia Subur (WUS) Di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Dari grafik 1.1 presentase terbanyak sampel yang suka kopi tubruk sebanyak 27 sampel (28,7%) dan sampel yang suka kopi instan sebanyak 54 sampel (57,4%). Kebiasaan Konsumsi Teh Tabel 1.7 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Konsumsi Teh Sampel Wanita Usia Subur (WUS) Di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Konsumsi Teh f % Sering 44 46,8 Jarang 50 53,2 JUMLAH 94 100% Berdasarkan Tabel 1.7 dapat dilihat bahwa presentase terbanyak pada kategori kebiasaan konsumsi teh yaitu 44 orang sampel (46,8%) kategori sering sedangkan 50 orang sampel (53,2%) kategori jarang. Rata-rata kebiasaan konsumsi kopi sampel adalah 32,45. Kebiasaan konsumsi kopi sampel dikategorikan menjadi dua yaitu sering jika skor > 25 dan jarang 0-25. Tabel 1.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Sampel Terhadap Kebiasaan Mengkonsumsi Teh Wanita Usia Subur (WUS) Di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya No. Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi f % 1. Apakah anda pengkonsumsi teh? a. Ya, lanjut ke no 2 87 92,6 b. Tidak 7 7,4 2. Jenis kopi yang anda minum? a. Teh Tubruk 48 55,17 b. Teh Celup 39 44,82 JUMLAH 94 100

10

Berdasarkan Tabel 1.8 dapat dilihat bahwa sampel yang mengkonsumsi teh yaitu 87 orang sampel (92,6%). Sampel yang suka teh tubruk sebanyak 7 sampel (7,4%) dari 87 sampel yang suka teh dan sampel yang suka teh celup sebanyak 39 sampel (44,82%) dari 87 sampel yang suka teh. Sedangkan sampel yang tidak suka mengkonsumsi teh sebanyak 7 orang sampel (7,4).
60 40 20

konsumsi teh

konsumsi teh
0

teh tubruk

teh celup

Grafik 1.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Sampel Terhadap Kebiasaan Mengkonsumsi Teh Wanita Usia Subur (WUS) Di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan grafik 1.2 dapat dilihat bahwa sampel yang mengkonsumsi teh teh tubruk sebanyak 7 sampel (7,4%) dari 87 sampel yang suka teh dan sampel yang suka teh celup sebanyak 39 sampel (44,82%) dari 87 sampel yang suka teh. Tabel 1.9 Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh dengan Hipertensi Wanita Usia Subur (WUS) Di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya IMT Hipertensi Total p OR CI hipertensi Tidak hipertensi F % f % F % Gemuk 44 64,7 24 35,3 68 100 0,001 4,97 (95%183213.515) Normal 7 26,9 19 73,1 26 100 Tabel 1.9 menunjukan pada orang yang menderita hipertensi sebagian besar memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kategori gemuk (64,7%), sedangkan pada orang tidak hipertensi sebagian besar memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) normal (73,1%). Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square diperoleh p < 0,05 (p = 0,001) maka dapat diketahui bahwa ada hubungan signifikan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan hipertensi. Responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) gemuk (64,7%) lebih beresiko menderita hipertensi sebanyak 4,97 kali lebih besar daripada responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) normal (73,1%).

11

Tabel 1.10 Analisis Korelasi

Aktivitas Fisik 0,010 0,265 Konsumsi Natrium 0,024 0,234 Konsumsi Kopi 0,001 0,354 Konsumsi Teh 0,001 0,333 Berdasarkan tabel 1.10 menunjukan bahwa hasil uji korelasi parsial antara Indeks Massa Tubuh dengan Hipertensi dimana aktivitas fisik, konsumsi natrium, konsumsi kopi, dan konsumsi teh sebagai variabel pengganggu yang dikontrol diperoleh nilai p secara berturutturut yaitu 0,010, 0,024, 0,001, 0,001 menunjukan adanya hubungan. Uji statistik didapatkan ada hubungan yang lemah antara Indeks Massa Tubuh dengan hipertensi dimana aktivitas fisik, konsumsi natrium, konsumsi kopi dan konsusmsi teh sebagai variabel pengganggu yang dikontrol dan bersifat konstan.

Variabel Bebas IMT

Variabel Terikat Hipertensi

Variabel Pengganggu

PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 94 responden di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang, dapat disimpulkan : 1. 62 responden (72,3%) memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) gemuk. 2. 51 orang sampel (54,3%) sedangkan tidak hipertensi yaitu 43 orang sampel (45,7%). 3. Ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya ( p value = 0,001, OR 4,97). 4. Responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) gemuk (64,7%) lebih beresiko menderita hipertensi sebanyak 4,97 kali lebih besar daripada responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) normal (73,1%). Saran 1. Bagi Puskesmas diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada sampel tentang kegemukan dan hipertensi. 2. Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan sampel tentang pola hidup sehat dan gizi yang seimbang dengan cara membagikan leaflet kepada sampel yang berkunjung ke Puskesmas untuk mencegah terjadinya kegemukan dan hipertensi.

12

DAFTAR PUSTAKA

Sunita, Almatsier. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Supariasa, I Dewa Nyoman Dkk. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Kedokteran EGC. Jakarta. Dewi, Sofia dan Digi Familia. 2010. Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A Plus Books: jogjakarta. Puspitorini, Myra. Hipertensi Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Image Press: Jogjakarta. Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta. Casey, Aggie dan Herbet Benson. 2006. Menurunkan Tekanan Darah Tinggi. Bhuana Ilmu Populer: Jakarta. Susilo, Yekti, dr dan Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Andi Offset: Jogjakarta. Rusdi dan Nurlaela Isnawati. 2009. Awas! Anda Bisa Mati Akibat Hipertensi dan Diabetes. Power Books: Jogjakarta. Irianto, Djoko Pekik. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan . Andi Offset: Jogjakarta. Pearce C, Evelyn. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis . PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Sugiyono, Dr, Eri Wibowo. 2004. Statistika untuk Penelitian dan aplikasinya dengan SPSS 10.0 for windows. Alfabeta: Bandung. Fatra, Fitra. 2005. Hubungan Status Gizi IMT (Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Poliklinik Dalam Rumah Sakit Umum Kota Tasikamalaya. FIK UNSIL Tasikmalaya. Riyadussolihin, Dudi. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah pada Wanita Dewasa Penderita Hipertensi Umur 33-55 Tahun (Study di Wilayah Kerja Puskesmas Indihiang Kota Tasikmalaya 2005). FIK UNSIL Tasikmalaya. Moore, Mary Courtney. 1997. Buku pedoman nutrisi dan diet. Hipokrates: jakarta. http://utamizufar.guru-indonesia.net/artikel_detail-12184.html di akses tanggal 17 Oktober 2012 http://www.scribd.com/doc/35235484/KARYA-TULIS di akses tanggal 17 Oktober 2012 http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31021 di akss tanggal 21 Nopember 2012 Hendrik. 2011. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Hipertensi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utera . Fakultas Kedokteran USU Sumatera Utara.

13

Anda mungkin juga menyukai