ABSTRAK
Kasus hipertensi paling banyak diderita pada kelompok umur >45 tahun. Jika dibandingkan
dengan pria, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Di Kalimantan Tengah
didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Hipertensi pada usia
menopause merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada wanita.
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor asupan makanan, stres, dan aktivitas fisik
terhadap hipertensi pada usia menopause di Puskesmas Pangkalan Lada.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross
sectional. Sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 50 orang. Penelitian dilakukan pada bulan
Mei – Juni 2017. Pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali dengan data
primer dan sekunder. Variabel penelitian meliputi hipertensi, asupan lemak, asupan natrium,
stres, dan aktivitas fisik. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat,
bivariat menggunakan uji Spearman rank, dan multivariat menggunakan uji Regresi Logistik.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik (p=0,017),
stres (p=0,001), asupan lemak (p=0,001), asupan natrium (p=0,001) terhadap hipertensi pada
usia menopause di Puskesmas Pangkalan Lada. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa
asupan natrium memiliki tingkat resiko lebih tinggi terhadap hipertensi (p=0,021) jika
dibandingkan dengan faktor yang lainnya.
Sebagian besar wanita yang telah menopause menderita hipertensi sebanyak 70%. Terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor stress, aktivitas fisik, asupan lemak, dan asupan natrium
dengan hipertensi pada usia menopause di Puskesmas Pangkalan Lada. Analisis multivariate
diperoleh hasil hanya satu faktor asupan natrium yang paling dominan mempengaruhi hipertensi
pada usia menopause.
PENDAHULUAN
Hipertensi menjadi salah satu masalah
Penyakit kardiovaskular merupakan salah kesehatan masyarakat yang terjadi di
satu penyebab kematian terbesar di dunia, negara maju maupun negara berkembang.
yaitu sekitar 17 juta kematian per tahun. Hipertensi adalah penyebab kematian
Jumlah prevalensi tersebut yang nomor 3 setelah stroke (15,4 %) dan
penyumbang angka tertinggi adalah tuberkulosis (7,5 %), yakni mencapai 6,8
penyakit hipertensi dengan jumlah 9,4 juta % dari populasi kematian pada semua
kematian per tahun. Hipertensi umur di Indonesia (Depkes RI, 2008).
bertanggung jawab setidaknya 45% Penelitian di Nepal yang dilakukan oleh
terhadap komplikasi akibat penyakit (Chataut, Adhikari, & Sinha, 2011)
jantung (WHO, 2013). Jumlah total orang menemukan bahwa hipertensi dipengaruhi
dewasa dengan hipertensi pada tahun 2025 oleh jenis kelamin, usia, tingkat
diperkirakan meningkat menjadi 1,56 pendidikan, aktivitas fisik, indeks massa
miliar. Mengidentifikasi karakteristik dan tubuh (IMT), rokok, dan konsumsi alkohol.
faktor risiko yang dapat dimodifikasi
penyebab hipertensi penting bagi Hipertensi merupakan suatu keadaan
kesehatan masyarakat dan kedokteran ketika tekanan darah di pembuluh darah
klinis (Kearney et al, 2005). meningkat secara kronis. Tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan (p>0,05) durasi aktivitas fisik dengan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Hal peningkatan tekanan darah sistolik maupun
tersebut dapat terjadi karena jantung diastolik.
bekerja lebih keras memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi Penelitian lain dari Widyaningrum (2012)
tubuh (Riskesdas, 2013). diperoleh hasil Pada variabel tingkat
konsumsi terdapat 3 (tiga) variabel yang
Banyak pasien hipertensi dengan tekanan berhubungan secara signifikan dengan
darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus kejadian hipertensi yaitu variabel lemak
meningkat. Peningkatan tekanan darah (p=0,010), natrium (p= 0,004), serat
yang berlangsung dalam jangka waktu (p=0,000), sedangkan variabel karbohidrat
lama (persisten) dapat menimbulkan tidak berhubungan secara signifikan (nilai
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), p (0,599) > α (0,05) dengan kejadian
jantung (penyakit jantung koroner) dan hipertensi. Berdasarkan hasil tersebut,
otak (menyebabkan stroke) bila tidak diketahui bahwa tingkat konsumsi lemak
dideteksi secara dini dan mendapat responden jauh melebihi kecukupan gizi
pengobatan yang memadai. (Kemenkes RI, yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh
2014). tubuh mereka.
Tabel 1.6 Tabulasi silang Tingkat Stres Berdasarkan tabel 1.7 tersebut menunjukan
dengan Hipertensi bahwa proporsi reponden untuk kategori
Hipertensi Pre % Hiper % % aktivitas fisik ringandengan hipertensi
Hipertens tensi yaitu sebanyak 7 responden (100%).
Tingkat stres i Proporsi reponden yang untuk kategori
Ringan 12 24 3 6 15 30 aktivitas fisik sedang dengan hipertensi
Sedang 2 4 20 40 22 44
Berat 1 2 12 24 13 26 lebih banyak yaitu 21 responden (72,4%)
Total 15 35 50 100 dibandingkan dengan proporsi responden
Uji Spearman rho’s nilai p = 0,001 untuk kategori aktivitas fisik sedang
dengan prehipertensi yaitu 8 responden
(27,6%).Proporsi reponden untuk kategori
Berdasarkan tabel 1.6 tersebut menunjukan aktivitas fisik berat dengan prehipertensi
bahwa proporsi reponden untuk kategori yaitu 7 responden (50%), sebanding
stres ringandengan prehipertensi lebih dengan proporsi responden untuk kategori
banyak yaitu 12 responden (80%), aktivitas fisik berat dengan hipertensi yaitu
sedangkan untuk kategori stres ringan 7 responden (50%).
dengan hipertensi yaitu sebanyak 3
responden (20%). Proporsi reponden yang Berdasarkan tabel hasil uji korelasi
untuk kategori stres sedang dengan spearman’s rho diatas dapat diketahui
hipertensi lebih banyak yaitu 20 responden bahwasannya koefisien korelasi adalah -
(90,9%) dibandingkan dengan proporsi 0,335 dengan signifikansi 0,017. Karena
responden untuk kategori stres sedang nilai signifikansinya < 0,05 maka Ha
dengan prehipertensi yaitu 2 responden diterima yang berarti terdapat hubungan
(9,1%). Proporsi reponden untuk kategori yang signifikan antara hipertensi dengan
stres berat dengan hipertensi lebih banyak aktivitas fisik .
yaitu 12 responden (92,3%), dibandingkan
dengan proporsi responden untuk kategori Hubungan Antara Asupan Lemak
stres berat dengan prehipertensi yaitu 1 Dengan Hipertensi
responden (7,7%).
Tabel 1.8 Tabulasi silang Asupan Lemak
Berdasarkan tabel hasil uji korelasi dengan Hipertensi
spearman’rho diatas dapat diketahui Hipertensi Pra % Hip % Tot %
bahwasannya koefisien korelasi adalah Hiper erte al
Asupan lemak tensi nsi
0,614 dengan signifikansi 0,001. Karena
Rendah 7 14 4 8 11 22
nilai signifikansinya < 0,05 maka Ha Cukup 8 16 10 20 18 36
diterima yang berarti terdapat hubungan Lebih 0 0 21 42 21 42
yang signifikan antara hipertensi dengan Total 15 30 35 70 50 100
tingkat stres . Uji Spearman rho’s nilai p = 0,001
Berdasarkan tabel 1.8 tersebut menunjukan (6,7%). Proporsi reponden untuk kategori
bahwa proporsi reponden untuk kategori asupan antrium lebih dengan hipertensi
asupan lemak rendah dengan prehipertensi lebih banyak yaitu 28 responden (93,3%),
lebih banyak yaitu 7 responden (63,6%), dibandingkan dengan proporsi responden
sedangkan untuk kategori asupan lemak untuk kategori asupan natrium lebih
rendah dengan hipertensi yaitu sebanyak 4 dengan prehipertensi yaitu 1 responden
responden (36,4%). Proporsi reponden (6,7%).
yang untuk kategori asupan lemak sedang
dengan hipertensi lebih banyak yaitu 10 Berdasarkan tabel hasil uji korelasi
responden (55,6%) dibandingkan dengan spearman’s rho diatas dapat diketahui
proporsi responden untuk kategori asupan bahwasannya koefisien korelasi adalah
lemak sedang dengan prehipertensi yaitu 8 0,702 dengan signifikansi 0,001. Karena
responden (44,4%). Proporsi reponden nilai signifikansinya < 0,05 maka Ha
untuk kategori asupan lemak lebih dengan diterima yang berarti terdapat hubungan
hipertensi lebih banyak yaitu 21 responden yang signifikan antara hipertensi dengan
(100%). asupan natrium.
episode stress sering terjadi dapat responden yang melakukan aktivitas berat
menyebabkan kenaikan sementara yang masih memiliki fisik yang kuat sehingga
sangat tinggi. Pentingnya hubungan sosial mereka selalu terbiasa aktif untuk bekerja.
pada masa ini karena, dukungan emosional Sebelum melakukan aktivitas bekerja rata-
dapat membantu lansia dalam rata responden melakukan pekerjaan
mempertahankan kepuasan hidup ketika rumah tangga secara rutin sehingga tubuh
menghadapi stres dan trauma. memiliki kesempatan yang cukup untuk
membakar lemak. Beberapa responden
Aktivitas Fisik juga rajin memanfaatkan waktu luang pagi
hari sebelum beraktivitas untuk
Analisis Deskriptif Tentang Aktivitas berolahraga 2-3x seminggu.
Fisik
Aktivitas fisik memerlukan usaha ringan,
Melihat hasil yang didapatkan dari sedang atau berat yang dapat menyebabkan
penelitian mengenai aktivitas fisik pada perbaikan kesehatan bila dilakukan secara
wanita menopause sebagian besar berada teratur. Setiap kegiatan aktivitas fisik yang
pada kategori sedang. Berdasarkan dilakukan membutuhkan energy yang
indikator aktivitas fisikyang dilakukan berbeda tergantung dari lamanya intesitas
responden sehari-hari meliputi pekerjaan, dan kerja otot. Tidak adanya aktivitas fisik
berolahraga, dan kegiatan pada waktu (kurang aktivitas fisik) merupakan faktor
luang. resiko berbagai penyakit kronis dan secara
keseluruhan diperkirakan menyebabkan
Sebagian besar responden dengan kategori kematian secara global (WHO, 2001).
aktivitas fisik sedang dengan indikator
aktivitas pekerjaan yang dilakukan Aktivitas fisik disebut juga aktivitas
responden sehari-hari meliputi pekerjaan eksternal, yaitu sesuatu yang menggunakan
ibu rumah tangga yang termasuk dalam tenaga atau energi untuk melakukan
kategori sedang misalnnya, masak, berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan,
mencuci, menyapu, mengepel, dll. berlari, dan berolahraga . Setiap kegiatan
Sedangkan untuk indikator aktivitas fisik membutuhkan energi yang berbeda
olahraga sebagian besar responden menurut lamanya intensitas dan sifat kerja
berolahraga ketika mengikuti kegiatan otot. Latihan fisik dapat meningkatkan
senam lansia yang diadakan setiap satu kemampuan fungsional dan menurunkan
minggu sekali oleh kader-kader binaan kebutuhan oksigen otot jantung yang
posyandu lansia. Hanya beberapa diperlukan pada setiap penurunan aktivitas
responden yang sering melakukan jalan- fisik seseorang. Aktivitas fisik adalah
jalan santai ketika pagi hari minimal 30 gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh
menit. Pada waktu luang beberapa dan sistem penunjangnya (Wilmore et al,
responden memanfaatkan untuk menonton 2004).
tv ataupun istirahat dan menyelesaikan
pekerjaan yang lainnya. Untuk responden Analisis Diskriptif Korelasi Tentang
yang melakukan aktivitas fisik ringan rata- Aktivitas Fisik Terhadap Hipertensi
rata mereka hanya melakukan kegiatan Pada Usia Menopause
sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan
jarang melakukan aktivitas-aktivitas yang Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan
berat ataupun olahraga dengan alasan bahwa “Ada hubungan antara aktivitas
ketika ada kegiatan olahraga/senam untuk fisik dengan hipertensi”. Berdasarkan
lansia mereka sedang beralasan untuk tidak analisis data yang dilakukan, hipotesis ini
bisa mengikuti secara rutin. dinyatakan diterima dengan korelasi antara
aktivitas fisik dengan hipertensi sebesar
Untuk aktivitas fisik berat responden 0,017. Hal ini menunjukkan bahwa
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan semakin rendah aktivitas fisik yang
wiraswasta atau berkebun. Rata-rata
dilakukan, maka semakin tinggi resiko Berdasarkan salah satu penelitian di India
terjadinya hipertensi pada menopause. menemukan ada hubungan yang signifikan
secara statistik antara hipertensi dan
Adanya hubungan tersebut dapat aktivitas fisik pada waktu luang (P =
dijelaskan bahwa aktivitas fisik pada 0,009). Rasio Odds ditemukan menjadi
wanita menopause dikarenakan sebagian 2,51 menunjukkan tidak adanya aktivitas
besar responden beekerja sebagai ibu fisik waktu luang meyebabkan dua kali
rumah tangga, sehingga intensitas aktivitas risiko terhadap hipertensi bila
fisik yang dilakukan antara lain: memasak, dibandingkan dengan aktivitas fisik waktu
mengepel, mencuci, duduk, ataupun luang yang positif. Beberapa peneliti telah
pekerjaan rumah lainnya yang termasuk membuktikan bahwa jangka panjang
kedalam kategori aktivitas fisik sedang dan latihan aerobik memiliki efek
ringan menguntungkan pada darah sistolik
tekanan (Wang, Tiwari, & Wang, 2014).
Kurangnnya aktivitas fisik merupakan
faktor resiko terjadinya berbagai penyakit Memanfaatkan waktu luang sebagai
kronis dan secara keseluruhan diperkirakan kegiatan untuk melakukan latihan aerobik
menyebabkan kematian secara global sebagai pengurangan faktor risiko penyakit
(WHO, 2001). Memulai program olahraga kardiovaskular pada wanita
dan kegiatan fisik lainnya dapat membuat pascamenopause dengan hipertensi dan
perasaan menjadi lebih baik, memiliki obesitas. Latihan aerobik dapat menurunan
banyak energi, mengurangi berat badan, BMI dan tekanan darah secara bersama-
menurunkan kadar kolesterol, menurunkan sama dengan meningkatkan endotel tingkat
tekanan darah, memperbaiki penampilan. NO (nitrogen monoxide), yang memainkan
Selain itu juga olahraga olahraga rutin dan peran penting untuk melindungi terhadap
kegiatan aktivitas fisk lainnya dapat hipertensi pascamenopause (Turky,
meningkatkan HDL kolesterol terutama Elnahas, & Oruch, 2013).
jika olahraga dikaitkan dengan penurunan
berat badan (obesitas) (Douglas, 2001). Petter (2016) menambahkan peningkatan
aktivitas fisik harus menjadi komponen
Bagi penderita hipertensi harus rutin untuk penting dari setiap pencegahan hipertensi
menjaga kesehatan tubuh dengan dan harus dipromosikan oleh tenaga
berolahraga agar lemak yang ada didalam kesehatan. Secara umum, hasil
tubuh tidak tertimbun di dalam darah yang penelitiannya menunjukkan bahwa
dapat menjadi kolestrol sehingga program pelatihan latihan aerobik
menghambat penyaluran oksigen kedalam terstruktur intensitas sedang atau
otak. Hal ini dapat dijelaskan bahwa peningkatan aktivitas fisik volume yang
aktivitas fisik yang kurang akan memadai dan hasilnya intensitas dalam
meningkatkan resiko kegemukan yang juga pengurangan sekitar 4-10 mmHg tekanan
merupakan salah satu faktor resiko dari darah sistolik dan 3-8 mmHg tekanan
hipertensi dan penyakit degeneratif darah diastolik pada pasien dengan
lainnya. Aktivitas fisik seperti olahraga hipertensi tahap 1.
yang teratur akan menurunkan tahanan
perifer untuk menurunkan tekanan darah. Wanita menopause memiliki penurunan
Selain itu, olehraga yang teratur melatih daya tahan tubuh yang bersifat fisiologis,
otot jantung dalam pekerjaan berat di sehingga perlunya tubuh yang aktif untuk
kondisi tertentu, sehingga otot jantung membantu proses metabolisme tubuh pada
memompa darah lebih keras dan sering. wanita usia menopause dapat
Hal ini akan menyebabkan tekanan pada meminimalisir terjadinya peningkatan
dinding arteri semakin besar (Price & tekanan darah (hipertensi). Menopause
Wilson, 2006). tentu bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi munculnya penyakit
kardiovaskuler atau hipertensi pada wanita.
Faktor gaya hidup, medis, dan genetik juga makanan rata-rata perhari dengan hasil ≤
sangat berperan dalam insidensi penyakit 20-30% dari kebutuhan energi total
kardiovaskuler pada wanita (Andrews, perhari. Sebagian responden dengan
2009). asupan lemak cukup dan kurang rata-rata
mereka lebih banyak mengkonsumsi sayur
Asupan Lemak dan buah, dengan sebagian besar konsumsi
lauk nabati (tahu,tempe) dan pengolahan
Analisis Diskriptif Tentang Asupan jarang di tumis atau menggunakan minyak,
Lemak misalnya sayur bening, sayur sop, ataupun
sayur-sayuran yang direbus, penggunaan
Melihat hasil yang didapatkan dari santan pun diminimalisir hanya berkisar 2-
penelitian mengenai asupan lemak pada 3x dalam perbulan, atau bahkan sangat
wanita menopause sebagian besar berada jarang mengkonsumsi makanan yang
pada kategori asupan lemak lebih. bersantan.
Sebagian besar responden dengan asupan
lemak lebih dengan mengkonsumsi Konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan
makanan yang bersantan dengan intensitas diet rendah lemak dengan cara mengurangi
2-3x perminggu dan penggunaan makanan asupan lemak jenuh dan lemak total.
dengan minyak dan margarine untuk Kalium dapat menurunkan tekanan darah
menggoreng lauk memasak sayuran tumis. dengan meningkatkan jumlah natrium yang
Konsumsi bahan makanan yang tinggi terbuang bersama air kencing. Dengan
kadar lemaknya misalnya makanan yang setidaknya mengkonsumsi buah-buahan
siap saji (sarden) yang mengandung lemak sebanyak 3-5 kali sehari, seorang bisa
dan bakso 1x dalam minggu. Dari hasil mencapai asupan potassium yang cukup
pengisian Food Frequency Questionry (Soeparman, 2001).
(FFQ) semi kuantitatif diperoleh hasil
untuk asupan lemak lebih pada sebagian Analisis Diskriptif Korelasi Antara
responden dengan penghitungan terhadap Asupan Lemak dengan Hipertensi
komposisi lemak dalam bahan makanan Pada Usia Menopause
rata-rata perhari dengan hasil > 20-30%
dari anjuran asupan lemak perhari atau Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan
sebesar 44,4 – 66,7mg. bahwa “Ada hubungan antara asupan
lemak dengan hipertensi”. Berdasarkan
WHO menganjurkan konsumsi lemak analisis data yang dilakukan, hipotesis ini
sebanyak 20-30 % dari kebutuhan energi dinyatakan diterima dengan korelasi antara
total dianggap baik untuk kesehatan. asupan lemak dengan hipertensi. Hal ini
Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan menunjukkan bahwa semakin tinggi
asam lemak esensial dan untuk membantu asupan lemak yang dikonsumsi, maka
penyerapan vitamin larut-lemak.Sumber semakin tinggi resiko terjadinya hipertensi
utama lemak adalah minyak tumbuh- pada menopause.
tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit,
kacang tanah, kacang kedelai, jagung, Hubungan antara asupan lemak dengan
dsb), mentega, margarin, dan lemak hewan hipertensi, jika dilihat dari hasil kuesioner
(lemak daging dan ayam). Sumber lemak dan wawancara dapat diketahui bahwa
lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, sebagian besar responden termasuk
daging, ayam, krim, susu, keju dan kuning kedalam kategori asupan lemak lebih.
telur, serta makanan yang dimasak dengan Rata-rata responden mengkonsumsi lemak
lemak atau minyak (Almatsier, 2009). lebih dari 20-30% atau setara dengan 44,4
– 66,7mg perhari. Dapat diketahui bahwa
Sedangkan untuk responden dengan lemak yang berlebihan didalam tubuh
kategori asupan lemak cukup dan asupan dapat meningkatkan kadar kolesterol
lemak kurang dengan penghitungan dalam darah sehingga menimbulkan
terhadap komposisi lemak dalam bahan terjadinya hipertensi.
Untuk kategori asupan natrium cukup dan Hal ini sejalan dengan penelitian Lestari
asupan natrium rendah rata-rata responden (2010) dengan judul Hubungan Asupan
mengkonsumsi garam ≤ 2000mg perhari Kalium, Kalsium, Magnesium, dan
atau setara dengan 1sendok teh perhari dan Natrium, Indeks Massa Tubuh, serta
meminimalisir penggunaan msg atau Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi
bahkan tidak menggunakannya. Responden pada Wanita Usia 30 –40 Tahun, diperoleh
yang mengerti diet yang dilakukan untuk hasil penelitian menunjukkan adanya
penderita hipertensi sangat meminimalisir hubungan antara asupan natrium
hal-hal yang dapat dengan mudah memicu (p=0,000,RP=44,0; 95%CI=4,62, 418,92)
hipertensi. dan aktifitas fisik (p=0,042) dengan
kejadian hipertensi.
Analisis Diskriptif Korelasi Tentang
Asupan Natrium Terhadap Hipertensi Hasil dari penelitian (Muliyati, Syam, &
Pada Usia Menopause Sirajuddin, 2010) pada lansia diperoleh
hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan natrium pola diet memiliki korelasi yang
bahwa “Ada hubungan antara asupan signifikan(P = 0,000). Responden yang
natrium dengan hipertensi”. Berdasarkan mengkonsumsi natrium lebih (93,7%)
analisis data yang dilakukan, hipotesis ini menderita hipertensi lebih banyak
dinyatakan diterima dengan korelasi antara dibandingkan yang kurang mengkonsumsi
asupan natrium dengan hipertensi sebesar natrium.
0,001. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi asupan natrium yang Hal tersebut sesuai dengan pendapat
dikonsumsi, maka semakin tinggi resiko Soeparman (2001) bahwa garam
terjadinya hipertensi pada menopause. merupakan hal yang sangat sentral dalam
patofisiologi hipertensi. Hipertensi hampir
Hubungan antara asupan natrium dengan tidak pernah ditemukan pada golongan
hipertensi, jika dilihat dari hasil suku bangsa dengan asupan garam
penghitungan FFQ dapat diketahui bahwa minimal. Apabila asupan garam kurang
sebagian besar responden termasuk dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi
kedalam kategori asupan natrium lebih beberapa persen saja, sedangkan apabila
diperoleh hasil untuk asupan natrium lebih asupan garam 5 – 15 gram perhari,
terhadap komposisi natrium dalam bahan prevalensi hipertensi meningkat menjadi
makanan rata-rata perhari dengan hasil > 15 – 20%.
2000 mg asupan natrium perhari.
Peningkatan asupan garam dapat Berdasarkan hasil dari penelitian (Kim,
mempengaruhi peningkatan tekanan darah, Kim, Lee, Lee, & Wang, 2014)dengan
terutama pada wanita menopause dengan judul Postmenopausal hypertension and
penurunan fungsi tubuh dapat sodium sensitivity, menjelaskan bahwa
mempermudah penumpukan cairan tubuh. mekanisme pengaturan ginjal untuk
Hal ini sependapat dengan teori Kaplan perbedaan gender dalam tekanan darah dan
(2006). mengeksplorasi efek dari asupan garam
pada tekanan darah (sensitivitas garam)
Garam menyebabkan penumpukan cairan pada wanita pra dan pasca-menopause.
dalam tubuh, karena menarik cairan diluar Diperoleh hasil bahwa prevalensi garam-
sel agar tidak keluar, sehingga akan sensitivitas meningkat dengan usia dan diet
meningkatkan volume dan tekanan darah. rendah garam telah terbukti membantu
Pada manusia yang mengkonsumsi garam mengurangi tekanan darah sistolik (SBP)
3 gram atau kurang ditemukan tekanan dan diastolik BP. Sementara terapi hormon
darah rata-rata rendah, sedangkan asupan pengganti telah menghasilkan hanya efek
garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya netral atau minimal pada ketinggian
rata-rata lebih tinggi (Kaplan, 2006). tekanan darah sistolik (SBP).
5. Ada hubungan antara asupan natrium Andrews, Gilly. (2009). Buku Ajar
dengan hipertensi pada usia menopause Kesehatan Reproduksi Wanita
di Puskesmas Pangkalan Lada. (Women’s Sexual Health). Addison
6. Berdasarkan hasil analisis multivariat Wesley Longman China Limited.
diperoleh hasil hanya satu variabel Hong Kong GCC/02. Alih Bahasa,
asupan natrium yang paling dominan Sari Kurnianingsih. Jakarta: EGC.
mempengaruhi hipertensi pada usia Andria, K. M. (2013). Hubungan Antara
menopause. Perilaku Olahraga, Stres, Dan Pola
Makan Dengan Tingkat Hipertensi
Saran Pada Lanjut Usia di Kelurahan Putih
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
1. Bagi Peneliti Selanjutnya Jurnal Promkes, Vol. 1, No, 111-
117.
Hendaknya melakukan penelitian lebih Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian
mendalam terhadap variabel-variabel yang Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
lain tentang hipertensi pada usia Rineka Cipta.
menopause dan faktor-faktor Baecke J.A.H, Burema, J. and Frijters,
pencegahannya, sehingga dapat J.E.R. (1982). A Short
meningkatkan wawasan dan informasi Questionnaire for the Measurement
masyarakat terhadap pencegahan dini of Habitual Physical Activity in
terjadinya resiko hipertensi. Epidemilogical Studies. American
Journal of Clin Nurt. 36 : 936-942.
2. Bagi Puskesmas Bustan, Najib M. (2015). Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Jakarta :
Memberikan informasi ataupun Rineka Cipta.
penyuluhan-penyuluhan pada posyandu Chida, Y., & Steptoe, A. (2010). Greater
lansia tentang faktor-faktor penyebab cardiovascular responses to
terjadinya resiko hipertensi pada usia laboratory mental stress are
lanjut terutama untuk wanita yang telah associated with poor subsequent
memasuki usia menopause, sebagai upaya cardiovascular risk status: A meta-
untuk pencegahan sejak dini terhadap analysis of prospective evidence.
hipertensi pada wanita menopause dengan Hypertension, 55(4), 1026–1032.
pola hidup dan gaya hidup yang sehat. Chaplin, J.P. (2000). Kamus Lengkap
Sehingga dapat mengurangi angka Psikologi. Jakarta : PT. Raja
kejadian hipertensi terutama pada wanita Grafindo Persada.
menopause. Chataut, J., Adhikari, R. K., & Sinha, N. P.
(2011). Prevalence and risk factors
for hypertension in adults living in
KEPUSTAKAAN central development region of
Nepal. Kathmandu University
Abernity, Kathy. (2002). The Menopause Medical Journal, 9(33), 13-18.
and HRT Second Edition. London: Corwin, Elisabeth J. (2000). Buku Saku
Bailliere Tindall. Patofisiologi. Jakarta:EGC.
Aburto, N. J., Ziolkovska, A., Hooper, L., Depkes R.I.(2008). Profil Kesehatan
Elliott, P., Cappuccio, F. P., & Indonesia. Jakarta.
Meerpohl, J. J. (2013). Effect of Dinkes Jateng. (2012). Profil Kesehatan
lower sodium intake on health: Propinsi Jawa Tengah. Jawa
systematic review and meta- Tengah.
analyses. Bmj, 346(April), f1326. Dinkes Semarang. (2014). Profil
Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Kesehatan Kota Semarang .
Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Semarang.
Pustaka Utama. Douglas, Wetheril.M.S. (2001). Penyakit
Jantung. Jakarta: Gramedia.