Anda di halaman 1dari 18

34

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MAKANAN, STRES, DAN AKTIVITAS FISIK


DENGAN HIPERTENSI PADA USIA MENOPAUSE
DI PUSKESMAS PANGKALAN LADA

Eko Sari Ajiningtyas* Siti Fatimah** Rahmayanti***

ABSTRAK

Kasus hipertensi paling banyak diderita pada kelompok umur >45 tahun. Jika dibandingkan
dengan pria, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Di Kalimantan Tengah
didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Hipertensi pada usia
menopause merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada wanita.
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor asupan makanan, stres, dan aktivitas fisik
terhadap hipertensi pada usia menopause di Puskesmas Pangkalan Lada.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross
sectional. Sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 50 orang. Penelitian dilakukan pada bulan
Mei – Juni 2017. Pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali dengan data
primer dan sekunder. Variabel penelitian meliputi hipertensi, asupan lemak, asupan natrium,
stres, dan aktivitas fisik. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat,
bivariat menggunakan uji Spearman rank, dan multivariat menggunakan uji Regresi Logistik.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik (p=0,017),
stres (p=0,001), asupan lemak (p=0,001), asupan natrium (p=0,001) terhadap hipertensi pada
usia menopause di Puskesmas Pangkalan Lada. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa
asupan natrium memiliki tingkat resiko lebih tinggi terhadap hipertensi (p=0,021) jika
dibandingkan dengan faktor yang lainnya.
Sebagian besar wanita yang telah menopause menderita hipertensi sebanyak 70%. Terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor stress, aktivitas fisik, asupan lemak, dan asupan natrium
dengan hipertensi pada usia menopause di Puskesmas Pangkalan Lada. Analisis multivariate
diperoleh hasil hanya satu faktor asupan natrium yang paling dominan mempengaruhi hipertensi
pada usia menopause.

Kata Kunci : Hipertensi, asupan makanan, stres, aktivitas fisik, menopause.

PENDAHULUAN
Hipertensi menjadi salah satu masalah
Penyakit kardiovaskular merupakan salah kesehatan masyarakat yang terjadi di
satu penyebab kematian terbesar di dunia, negara maju maupun negara berkembang.
yaitu sekitar 17 juta kematian per tahun. Hipertensi adalah penyebab kematian
Jumlah prevalensi tersebut yang nomor 3 setelah stroke (15,4 %) dan
penyumbang angka tertinggi adalah tuberkulosis (7,5 %), yakni mencapai 6,8
penyakit hipertensi dengan jumlah 9,4 juta % dari populasi kematian pada semua
kematian per tahun. Hipertensi umur di Indonesia (Depkes RI, 2008).
bertanggung jawab setidaknya 45% Penelitian di Nepal yang dilakukan oleh
terhadap komplikasi akibat penyakit (Chataut, Adhikari, & Sinha, 2011)
jantung (WHO, 2013). Jumlah total orang menemukan bahwa hipertensi dipengaruhi
dewasa dengan hipertensi pada tahun 2025 oleh jenis kelamin, usia, tingkat
diperkirakan meningkat menjadi 1,56 pendidikan, aktivitas fisik, indeks massa
miliar. Mengidentifikasi karakteristik dan tubuh (IMT), rokok, dan konsumsi alkohol.
faktor risiko yang dapat dimodifikasi
penyebab hipertensi penting bagi Hipertensi merupakan suatu keadaan
kesehatan masyarakat dan kedokteran ketika tekanan darah di pembuluh darah
klinis (Kearney et al, 2005). meningkat secara kronis. Tekanan darah

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
35

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan (p>0,05) durasi aktivitas fisik dengan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Hal peningkatan tekanan darah sistolik maupun
tersebut dapat terjadi karena jantung diastolik.
bekerja lebih keras memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi Penelitian lain dari Widyaningrum (2012)
tubuh (Riskesdas, 2013). diperoleh hasil Pada variabel tingkat
konsumsi terdapat 3 (tiga) variabel yang
Banyak pasien hipertensi dengan tekanan berhubungan secara signifikan dengan
darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus kejadian hipertensi yaitu variabel lemak
meningkat. Peningkatan tekanan darah (p=0,010), natrium (p= 0,004), serat
yang berlangsung dalam jangka waktu (p=0,000), sedangkan variabel karbohidrat
lama (persisten) dapat menimbulkan tidak berhubungan secara signifikan (nilai
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), p (0,599) > α (0,05) dengan kejadian
jantung (penyakit jantung koroner) dan hipertensi. Berdasarkan hasil tersebut,
otak (menyebabkan stroke) bila tidak diketahui bahwa tingkat konsumsi lemak
dideteksi secara dini dan mendapat responden jauh melebihi kecukupan gizi
pengobatan yang memadai. (Kemenkes RI, yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh
2014). tubuh mereka.

Penelitian Rahayu (2014), menunjukkan Studi pendahuluan yang dilakukan oleh


ada hubungan antara usia menopause peneliti dengan wawancara terhadap
dengan kejadian hipertensi di Desa beberapa wanita menopause usia ≥ 55
Kutaliman Kecamatan Kedungbanteng tahun di puskesmas Pangkalan Lada,
Kabupaten Banyumas (berdasarkan hasil wanita-wanita tersebut belum mengetahui
perhitungan diperoleh nilai p terjadinya perubahan fisiologis pada masa
(Assymp.Sign) = 0,036 yang berarti nilai p ini. Terjadinya perubahan tersebut dapat
< (0,05). Bagi wanita usia menopause menyebabkan penurunan fungsi tubuh
diharapkan dapat menyadari pentingnya yang secara tidak langsung akan
kesehatan dengan menerapkan pola hidup meningkatkan resiko terhadap hipertensi.
sehat dan tetap melakukan pengukuran Faktor yang dapat mempengaruhi meliputi
tekanan darah secara rutin. asupan makanan yang tidak sehat seperti
asupan dengan kadar lemak berlebih,
Izumi et al (2007), melakukan survei asupan garam berlebih, kurangnya aktifitas
medis di barat laut Cina, terhadap 150 tubuh yang lebih aktif, dan perasaan
perempuan pascamenopause, dan korelasi tertekan yang dapat menimbulkan stres.
positif ditemukan antara periode Faktor-faktor tersebut sangat berperan
pascamenopause baik tekanan darah terhadap timbulnya hipertensi, terutama
sistolik maupun tekanan darah diastolik. pada wanita menopause yang telah
Tekanan darah, usia saat menopause, dan berkurang ketahanan tubuhnya.
periode pascamenopause yang tidak
signifikan berhubungan dengan indeks Paparan fenomena diatas menunjukkan
massa tubuh, aktivitas renin plasma, laju banyaknya kasus hipertensi pada wanita
filtrasi glomerulus, atau nilai-nilai ekskresi usia menopause, disebabkan oleh karena
natrium dan kalium. kualitas asupan makanan, masalah
psikologis, dan gaya hidup yang dapat
Penelitian dari Sase (2013), hasil uji meningkatkan hipertensi. Maka peneliti
menunjukkan bahwa terdapat hubungan ingin melakukan penelitian dengan judul
bermakna antara asupan natrium dengan “Hubungan Asupan Makanan, stres, dan
tekanan darah sistolik (r = 0,514, p=0,000), aktivitas fisik dengan Hipertensi Pada Usia
namun tidak terdapat hubungan bermakna Menopause”.
asupan natrium dengan tekanan darah
diastolik (r=0,195, p=0,108). Tidak
terdapat hubungan yang bermakna

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
36

BAHAN DAN METODE PENELITIAN wanita menopause yang hipertensi


dengan kasus baru, wanita menopause
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tetapi menggunakan terapi hormon,
kuantitatif dengan menggunakan desain juga yang sudah tidak mampu
cross sectional, yaitu penulusuran sesaat, berkomunikasi dengan baik.
artinya pengukuran variabel-variabelnya
dilakukan hanya satu kali. Untuk Waktu dan tempat penelitian
memperoleh informasi tentang variabel
dependen dan variabel independen maka Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni
pengukurannya dilakukan bersama-sama 2017 di wilayah kerja Puskesmas
pada saat penelitian dengan menggunakan Pangkalan Lada.
kuesioner (Sugiyono,2014).
Pada penelitian ini dilakukan uji statistik
Populasi dalam penelitian ini adalah deskriptif untuk mengetahui distribusi
seluruh wanita penderita hipertensi pada frekuensi variabel yang mempengaruhi
usia menopause di Puskesmas Pangkalan hipertensi pada usia menopause yang
Lada. Populasi dalam penelitian ini meliputi sub variable : Stres, asupan
berjumlah 670 kasus. Sampel yang diambil makanan (asupan lemak, asupan natrium),
dalam penelitian ini adalah wanita dan aktifitas fisik. Cara yang digunakan
penderita hipertensi pada usia menopause dengan cara data dikumpulkan kemudian
di puskesmas Pangkalan Lada yang sesuai dikelompokkan menurut jenis data masing-
kriteria inklusi. masing dan dimasukkan ke dalam tabel
distribusi frekuensi.
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik Analisis bivariat merupakan analisis untuk
Purposive Sampling, yaitu pengambilan mengetahui interaksi dua variabel, baik
sampel yang didasarkan pada suatu berupa komparatif, asosiatif maupun
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh korelatif (Saryono 2008). Dalam analisis
peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat ini dilakukan dengan pengujian statistik
populasi yang sudah diketahui yaitu dengan uji korelasi spearman untuk
sebelumnya. (Sugiyono, 2013). mengukur tingkat atau eratnya hubungan
antara dua variabel yaitu variabel
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dari independent yaitu stres, aktivitas fisik,
sampel penelitian adalah sebagai berikut : asupan lemak, asupan natrium dan variabel
terikat yaitu hipertensi pada menopause
Kriteria Inklusi yang berskala ordinal.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
wanita penderita hipertensi pada usia Selanjutnya dapat dilakukan analisis
menopause di wilayah kerja puskesmas multivariat, yaitu untuk melihat hubungan
Pangkalan Lada, wanita usia >51 tahun antara satu variabel dependen dengan
yang sudah mengalami menopause, seluruh variabel independen, sehingga
merupakan pasien hipertensi dengan kasus dapat diketahui variabel independen yang
lama, mampu berkomunikasi dengan baik, paling dominan berpengaruh terhadap
tidak menggunakan terapi hormon, hipertensi pada usia menopause dengan
bersedia menjadi responden, sedang berada menggunakan uji Regressi Logistik Ganda.
di tempat pada saat penelitian Uji Regressi Logistik Ganda dilakukan
dilaksanakan. melalui beberapa tahapan untuk
mendapatkan nilai p < 0,05 pada setiap
Kriteria Eksklusi variabel independen yang berhubungan
dengan hipertensi pada usia menopause.
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini
adalah wanita yang berusia >51 tahun
tetapi masih mengalami menstruasi,

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
37

HASIL Gambaran Aktivitas Fisik Terhadap


Peningkatan Tekanan Darah
Sejumlah 50 responden ibu-ibu menopause (Hipertensi) Pada Usia Menopause
yang berada pada wilayah kerja Puskesmas
Pangkalan Lada telah dipilih sebagai Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi
responden guna meneliti tentang hubungan Berdasarkan Aktivitas Fisik
asupan makanan, stres, dan aktivitas fisik Aktivitas Fisik Jumlah Persentase
terhadap peningkatan tekanan darah Ringan 7 14%
(hipertensi) pada usia menopause di Sedang 29 58%
wilayah kerja Puskesmas Pangkalan Lada. Berat 14 28%
Jumlah 50 100
Analisis Univariat
Berdasarkan tabel 1.3 diketahui bahwa
Gambaran Kejadian Hipertensi Pada sebagian besar responden melakukan
Ibu-ibu Menopause di Puskesmas aktivitas fisik sedang, yaitu sejumlah 29
Pangkalan Lada. responden (58%), sedangkan untuk
aktivitas fisik ringan dilakukan sejumlah 7
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi responden (14%), dan untuk aktivitas berat
Berdasarkan Kejadian Hipertensi dilakukan sejumlah 14 responden (28%).
Hipertensi Jumlah Persentase
Pre Hipertensi 15 30% Gambaran Asupan Lemak Terhadap
Hipertensi 35 70% Peningkatan Tekanan Darah
Jumlah 50 100 (Hipertensi) Pada Usia Menopause
Hipertensi Jumlah Persentase
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan gambar 1.1 diketahui bahwa Berdasarkan Asupan Lemak
angka kejadian hipertensi untuk kategori Asupa Lemak Jumlah Persentase
prehipertensi yaitu berjumlah 15 responden Rendah 11 22%
(30%) dan untuk kategori hipertensi Cukup 18 36%
sejumlah 35 responden (70%). Lebih 21 42%
Jumlah 50 100
Gambaran Tingkat Stres Terhadap
Peningkatan Tekanan Darah Berdasarkan tabel 1.4 diketahui bahwa
(Hipertensi) Pada Usia Menopause asupan lemak responden sehari-hari
sebagian besar dengan kategori asupan
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi lemak lebih sejumlah 21 responden (42%),
Berdasarkan Tingkat Stres sedangkan untuk kategori asupan lemak
Stres Jumlah Persentase cukup sejumlah 18 responden (36%), dan
Ringan 15 30% kategori asupan lemak rendah sejumlah 11
Sedang 22 44% responden (22%).
Berat 13 26%
Jumlah 50 100 Gambaran Asupan Natrium
Terhadap Peningkatan Tekanan
Berdasarkan gambar 1.2 diketahui bahwa Darah (Hipertensi) Pada Usia
sebagian besar responden memiliki tingkat Menopause
stres sedang, yaitu sejumlah 22 responden Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi
(44%), sedangkan untuk tingkat stres Berdasarkan Asupan Natrium
ringan sejumlah 15 responden (30%), dan Asupan Natrium Jumlah Persentase
untuk tingkat stres berat sejumlah 13 Rendah 9 18%
responden (26%). Cukup 11 22%
Lebih 30 60%
Jumlah 50 100

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
38

Berdasarkan tabel 1.5 diketahui bahwa Hubungan Antara Aktivitas Fisik


asupan natrium responden sehari-hari Dengan Hipertensi
sebagian besar dengan kategori asupan
natrium lebih sejumlah 30 responden Tabel 1.7 Tabulasi silang Aktivitas Fisik
(60%), sedangkan untuk kategori asupan dengan Hipertensi
natrium cukup sejumlah 11 responden
(22%), dan kategori asupan natrium Hipertensi Pre % Hiperte % Total %
rendahsejumlah 9 responden (18%). Hiperten nsi
Aktivitas fisik si
Ringan 0 0 7 14 7 14
Analisis Bivariat Sedang 8 16 21 42 29 58
Berat 7 14 7 14 14 28
Hubungan Antara Tingkat Stres Total 15 30 35 70 50 100
Dengan Hipertensi Uji Spearman rho’s nilai p = 0,017

Tabel 1.6 Tabulasi silang Tingkat Stres Berdasarkan tabel 1.7 tersebut menunjukan
dengan Hipertensi bahwa proporsi reponden untuk kategori
Hipertensi Pre % Hiper % % aktivitas fisik ringandengan hipertensi
Hipertens tensi yaitu sebanyak 7 responden (100%).
Tingkat stres i Proporsi reponden yang untuk kategori
Ringan 12 24 3 6 15 30 aktivitas fisik sedang dengan hipertensi
Sedang 2 4 20 40 22 44
Berat 1 2 12 24 13 26 lebih banyak yaitu 21 responden (72,4%)
Total 15 35 50 100 dibandingkan dengan proporsi responden
Uji Spearman rho’s nilai p = 0,001 untuk kategori aktivitas fisik sedang
dengan prehipertensi yaitu 8 responden
(27,6%).Proporsi reponden untuk kategori
Berdasarkan tabel 1.6 tersebut menunjukan aktivitas fisik berat dengan prehipertensi
bahwa proporsi reponden untuk kategori yaitu 7 responden (50%), sebanding
stres ringandengan prehipertensi lebih dengan proporsi responden untuk kategori
banyak yaitu 12 responden (80%), aktivitas fisik berat dengan hipertensi yaitu
sedangkan untuk kategori stres ringan 7 responden (50%).
dengan hipertensi yaitu sebanyak 3
responden (20%). Proporsi reponden yang Berdasarkan tabel hasil uji korelasi
untuk kategori stres sedang dengan spearman’s rho diatas dapat diketahui
hipertensi lebih banyak yaitu 20 responden bahwasannya koefisien korelasi adalah -
(90,9%) dibandingkan dengan proporsi 0,335 dengan signifikansi 0,017. Karena
responden untuk kategori stres sedang nilai signifikansinya < 0,05 maka Ha
dengan prehipertensi yaitu 2 responden diterima yang berarti terdapat hubungan
(9,1%). Proporsi reponden untuk kategori yang signifikan antara hipertensi dengan
stres berat dengan hipertensi lebih banyak aktivitas fisik .
yaitu 12 responden (92,3%), dibandingkan
dengan proporsi responden untuk kategori Hubungan Antara Asupan Lemak
stres berat dengan prehipertensi yaitu 1 Dengan Hipertensi
responden (7,7%).
Tabel 1.8 Tabulasi silang Asupan Lemak
Berdasarkan tabel hasil uji korelasi dengan Hipertensi
spearman’rho diatas dapat diketahui Hipertensi Pra % Hip % Tot %
bahwasannya koefisien korelasi adalah Hiper erte al
Asupan lemak tensi nsi
0,614 dengan signifikansi 0,001. Karena
Rendah 7 14 4 8 11 22
nilai signifikansinya < 0,05 maka Ha Cukup 8 16 10 20 18 36
diterima yang berarti terdapat hubungan Lebih 0 0 21 42 21 42
yang signifikan antara hipertensi dengan Total 15 30 35 70 50 100
tingkat stres . Uji Spearman rho’s nilai p = 0,001

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
39

Berdasarkan tabel 1.8 tersebut menunjukan (6,7%). Proporsi reponden untuk kategori
bahwa proporsi reponden untuk kategori asupan antrium lebih dengan hipertensi
asupan lemak rendah dengan prehipertensi lebih banyak yaitu 28 responden (93,3%),
lebih banyak yaitu 7 responden (63,6%), dibandingkan dengan proporsi responden
sedangkan untuk kategori asupan lemak untuk kategori asupan natrium lebih
rendah dengan hipertensi yaitu sebanyak 4 dengan prehipertensi yaitu 1 responden
responden (36,4%). Proporsi reponden (6,7%).
yang untuk kategori asupan lemak sedang
dengan hipertensi lebih banyak yaitu 10 Berdasarkan tabel hasil uji korelasi
responden (55,6%) dibandingkan dengan spearman’s rho diatas dapat diketahui
proporsi responden untuk kategori asupan bahwasannya koefisien korelasi adalah
lemak sedang dengan prehipertensi yaitu 8 0,702 dengan signifikansi 0,001. Karena
responden (44,4%). Proporsi reponden nilai signifikansinya < 0,05 maka Ha
untuk kategori asupan lemak lebih dengan diterima yang berarti terdapat hubungan
hipertensi lebih banyak yaitu 21 responden yang signifikan antara hipertensi dengan
(100%). asupan natrium.

Berdasarkan tabel hasil uji korelasi Analisis Multivariat


spearman’s rho diatas dapat diketahui
bahwasannya koefisien korelasi adalah Adapun tahapan dalam proses analisis
0,573 dengan signifikansi 0,001. Karena multivariat meliputi :
nilai signifikansinya < 0,05 maka Ha
diterima yang berarti terdapat hubungan Memasukkan variabel kandidat dalam
yang signifikan antara hipertensi dengan proses analisa multivariat Regressi
asupan lemak . Logistik, dengan cara memilih variabel
independen yang memiliki nilai p < 0,25
Hubungan Antara Asupan Natrium yang layak masuk model dan diurutkan
Dengan Hipertensi dimulai dari yang nilai signifikansinya
terbesar.
Tabel 1.9 Tabulasi silang Asupan Natrium
dengan Hipertensi Tabel 1.10 Analisis uji kandidat dalam
proses analisa multivariat regresi logistik
Hipertensi Pre % Hiper % Total % Variabel P value
Hipert tensi Aktivitas Fisik 0,001
Natrium esni Stres 0,017
Rendah 10 20 1 2 11 22 Asupan Lemak 0,001
Cukup 3 6 6 12 9 18 Asupan Natrium 0,001
Lebih 2 4 28 56 30 60
Total 15 30 35 70 50 100
Uji Spearman rho’s nilai p = 0,001 Hasil analisis uji kandidat semua variabel
independen memiliki p < 0,25 sehingga
Berdasarkan tabel 1.9 tersebut menunjukan terpilih untuk masuk ke dalam uji
bahwa proporsi reponden untuk kategori selanjutnya, bererti ada 4 variabel yang
asupan natrium rendah dengan akan di uji yaitu: aktivitas fisik, stres,
prehipertensi lebih banyak yaitu 10 asupan lemak, dan asupan natrium.
responden (90,9%), sedangkan untuk Langkah berikutnya adalah memasukkan
kategori asupan lemak rendah dengan keempat variabel diatas dalam regresi
hipertensi yaitu sebanyak 1 responden logistik ganda.
(9,1%). Proporsi reponden untuk kategori
asupan natrium sedang dengan hipertensi Tabel 1.11 Hasil analisis Multivariat
lebih banyak yaitu 6 responden (44,6%) variabel stres, aktivitas fisik, asupan
dibandingkan dengan proporsi responden lemak, dan asupan natrium terhadap
untuk kategori asupan natrium sedang hipertensi pada menopause.
dengan prehipertensi yaitu 2 responden

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
40

Variabel Exp (B) p-value sebagian responden merasa takut


membebani tinggal dengan keluarga
Asupan 2,205 0,416 besarnya (menantu) sehingga dapat
Lemak menjadi beban fikiran, beban fikiran yang
Aktivitas 0,029 0,108
terus menerus terpendam dapat
Fisik
Stres 31,949 0,069
menimbulkan stres pada individu.
Asupan 15,404 0,021
Pengertian stres dalam kamus psikologi
Natrium
Chaplin (2000), stres merupakan keadaan
tertekan, baik secara fisik maupun
Tabel analisis 1.11 multivariat logistik
psikologis. Keadaan yang membuat
menunjukkan bahwa variabel asupan tertekan ini karena adanya kebutuhan dan
lemak, aktivitas fisik dan stres memiliki p
dorongan yang tidak sesuai dengan
value > 0,05, sehingga harus dikeluarkan
kenyataan yang diharapkan, serta respon
dari model. Variabel asupan natrium masing-masing individu yang berbeda.
memiliki nilai p 0,021 <0,05, dengan nilai
Artinya stressor (sesuatu yang dapat
OR: 15,40. Sehingga ada hubungan yang membuat stres/pemicu stres) yang sama
signifikan antara asupan natrium dengan
bisa ditanggapi secara berbeda oleh dua
hipertensi pada usia menopause , kadar
atau lebih individu yang berbeda. Jelas itu
asupan natrium yang lebih akan
berkaitan dengan persepsi, tanggapan
meningkatkan 15,39 kali lebih tinggi
(response), dari masing-masing individu.
daripada natrium rendah.
Tahapan sebelum seseorang mengalami
Sedangkan untuk variabel stres dengan stres, ia akan mengalami frustasi terlebih
nilai p 0,069 OR:31,94, dapat diartikan
dahulu karena sesuatu yang menghambat
bahwa stres meningkatkan risiko terjadinya
tercapainya tujuan hidup itulah yang
hipertensi 31,94 daripada yang tidak stres. dinamakan frustasi. Frustasi yang terus
Namun secara statistik tidak signifikan
menerus dan orang yang bersangkutan
karena nilai p>0,05. tidak mampu mengatasinya maka keadaan
tersebut dinamakan stres (Chaplin (2000).
PEMBAHASAN
Stres sebagai kondisi yang disebabkan oleh
Tingkat Stres transaksi antara individu dengan
lingkungan dari situasi yang ada dengan
Analisis Deskriptif Tentang Tingkat sumber-sumber dengan sistem biologis,
Stres psikologis, dan dari individu (Smeth,
2004).
Melihat hasil yang didapatkan dari
penelitian mengenai tingkat stress pada
Analisis Korelasi Antara Tingkat Stres
wanita menopause sebagian besar berada
Dengan Hipertensi Pada Usia
pada kategori sedang. Berdasarkan
Menopause
indikator stres yang berasal dari dalam diri
(kesehatan fisik & psikologis) adapun
Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan
sebagian besar hal yang dialami responden
bahwa “Ada hubungan antara stress
merasakan gejolak panas pada malam hari
dengan hipertensi”. Berdasarkan analisis
yang dapat menyebabkan gangguan pola data yang dilakukan, hipotesis ini
istirahat sehingga responden mengalami
dinyatakan diterima dengan korelasi antara
susah untuk beristirahat, dan merasa
stres dengan hipertensi. Hal ini
mudah marah ataupun mudah tersinggung.
menunjukkan bahwa semakin tinggi
Sedangkan untuk indikator stres yang
tingkat stres, maka semakin tinggi resiko
berasal dari luar (psikosial), yaitu stres
terjadinya hipertensi pada menopause.
yang dapat berasal dari keluarga dan
lingkungan masyarakat. Antara lain

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
41

Adanya hubungan tersebut dapat berhubungan bermakna dengan keadaan


dijelaskan bahwa stres pada wanita stres nilai p <0,05). Tekanan darah tidak
menopause dikarenakan stresor yang hanya dipengaruhi oleh faktor fisik tetapi
berasal dari dalam (fisik dan psikis) juga oleh emosi, sehingga seseorang dapat
maupun dari luar (psikososial) yang terjadi dianggap menderita hipertensi saat
secara berkelanjutan. Frustasi yang terus diperiksa disebabkan faktor emosi.
menerus dan orang yang bersangkutan
tidak mampu mengatasinya maka keadaan Berdasarkan penelitian tentang hubungan
tersebut dinamakan stres (Chaplin, 2000). antara kenaikan tekanan darah dan
tanggapan fibrinogen plasma terhadap stres
Sumber stres di dalam diri seseorang salah dengan kejadian hipertensi. Diperoleh hasil
satunya melalui kesakitan. Menderita sakit, pada wanita, respon stres secara
memberi tuntutan pada sistem biologis dan independen memprediksi resiko hipertensi,
psikologis individu. Tingkat stres yang dengan p = 0,045 < 0,05. Data ini
ditimbulkan oleh tuntutan itu tergantung menunjukkan bahwa tinggi reaktivitas
pada keseriusan penyakit serta umur kardiovaskular dan peradangan stres
individu. Pada usia menopause hal ini bisa mental dikaitkan dengan risiko hipertensi,
muncul akibat perubahan hormonal yang dan mungkin mekanisme melalui faktor
dapat mengganggu pola tidur, merasa psikososial berdampak pada
kurang percaya diri terhadap perubahan perkembangan hipertensi (Steptoe,
fisiologis yang terjadi (Manuaba, 2009). Kivimäki, Lowe, Rumley, & Hamer,
2016).
Hubungan antara stres dengan hipertensi
karena terjadinya peningkatan aktivitas Pada wanita usia lanjut, khususnya
saraf simpatis mengakibatkan menopause faktor psikososial yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara tidak mempengaruhi stres antara lain,
menentu. Hipotalamus menerima masukan kehilangan anggota keluarga / kehilangan
mengenai stresor fisik dan emosi dari pasangan hidup, merasa sendiri, merasa
hampir semua dareah di otak dan dari tidak berguna lagi, merasa kurang
banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai diperhatikan, hubungan yang penuh
respons saraf utama terhadap rangsangan konflik dapat memainkan peran yang
stres adalah pengaktifan menyeluruh saraf negatif yang lebih besar. Sebuah survei
simpatis. Hal itu menyebabkan longitudinal pada 515 usia lanjut
peningkatan curah jantung dan ventilasi menemukan bahwa hubungan yang sulit
serta pengalihan darah dari daerah-daerah dan tidak menyenangkan ditambah dengan
vasokonstriksi yang aktivitasnya ditekan kritik, penolakan, kompetisi, pelanggaran
sehingga menyebabkan kenaikan tekanan privasi, dan kurangnya timbal balik dapat
darah (Hawari, 2001). menjadi penyebab stres yang kronis
(Krause & Rook dalam Papalia, 2015).
Hal ini sejalan dengan hasil dari penelitian
Andria (2013) pada kelompok lansia Dalam sebuah penelitian selama 10 tahun
diperoleh hasil stres mempunyai hubungan dari penduduk di Finlandia., perempuan
bermakna dengan terjadinya hipertensi yang menerima dukungan yang paling
pada lansia, diperoleh p = 0,000 (p < 0,05). khusus, seperti perasaan dibutuhkan dan
Sebagian besar responden kurang kebal dihargai, rasa memiliki, dan keintiman
terhadap stress yaitu sebesar 63,55% dan emosional 2,5 kali lebih kecil
sebagian kecil responden kebal terhadap kemungkinan untuk meninggal dalam
stress yaitu sebesar 36,44%. Hal ini periode penelitian dibandingkan dengan
disebabkan karena beberapa faktor salah mereka yang tidak menerima dukungan
satunya adalah sulit untuk tidur. tersebut (Papalia, 2015).

Hasil dari penelitian Fitriani (2012) Stres memang tidak menyebabkan


diperoleh hasil bahwa kejadian hipertensi hipertensi yang menetap namun jika

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
42

episode stress sering terjadi dapat responden yang melakukan aktivitas berat
menyebabkan kenaikan sementara yang masih memiliki fisik yang kuat sehingga
sangat tinggi. Pentingnya hubungan sosial mereka selalu terbiasa aktif untuk bekerja.
pada masa ini karena, dukungan emosional Sebelum melakukan aktivitas bekerja rata-
dapat membantu lansia dalam rata responden melakukan pekerjaan
mempertahankan kepuasan hidup ketika rumah tangga secara rutin sehingga tubuh
menghadapi stres dan trauma. memiliki kesempatan yang cukup untuk
membakar lemak. Beberapa responden
Aktivitas Fisik juga rajin memanfaatkan waktu luang pagi
hari sebelum beraktivitas untuk
Analisis Deskriptif Tentang Aktivitas berolahraga 2-3x seminggu.
Fisik
Aktivitas fisik memerlukan usaha ringan,
Melihat hasil yang didapatkan dari sedang atau berat yang dapat menyebabkan
penelitian mengenai aktivitas fisik pada perbaikan kesehatan bila dilakukan secara
wanita menopause sebagian besar berada teratur. Setiap kegiatan aktivitas fisik yang
pada kategori sedang. Berdasarkan dilakukan membutuhkan energy yang
indikator aktivitas fisikyang dilakukan berbeda tergantung dari lamanya intesitas
responden sehari-hari meliputi pekerjaan, dan kerja otot. Tidak adanya aktivitas fisik
berolahraga, dan kegiatan pada waktu (kurang aktivitas fisik) merupakan faktor
luang. resiko berbagai penyakit kronis dan secara
keseluruhan diperkirakan menyebabkan
Sebagian besar responden dengan kategori kematian secara global (WHO, 2001).
aktivitas fisik sedang dengan indikator
aktivitas pekerjaan yang dilakukan Aktivitas fisik disebut juga aktivitas
responden sehari-hari meliputi pekerjaan eksternal, yaitu sesuatu yang menggunakan
ibu rumah tangga yang termasuk dalam tenaga atau energi untuk melakukan
kategori sedang misalnnya, masak, berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan,
mencuci, menyapu, mengepel, dll. berlari, dan berolahraga . Setiap kegiatan
Sedangkan untuk indikator aktivitas fisik membutuhkan energi yang berbeda
olahraga sebagian besar responden menurut lamanya intensitas dan sifat kerja
berolahraga ketika mengikuti kegiatan otot. Latihan fisik dapat meningkatkan
senam lansia yang diadakan setiap satu kemampuan fungsional dan menurunkan
minggu sekali oleh kader-kader binaan kebutuhan oksigen otot jantung yang
posyandu lansia. Hanya beberapa diperlukan pada setiap penurunan aktivitas
responden yang sering melakukan jalan- fisik seseorang. Aktivitas fisik adalah
jalan santai ketika pagi hari minimal 30 gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh
menit. Pada waktu luang beberapa dan sistem penunjangnya (Wilmore et al,
responden memanfaatkan untuk menonton 2004).
tv ataupun istirahat dan menyelesaikan
pekerjaan yang lainnya. Untuk responden Analisis Diskriptif Korelasi Tentang
yang melakukan aktivitas fisik ringan rata- Aktivitas Fisik Terhadap Hipertensi
rata mereka hanya melakukan kegiatan Pada Usia Menopause
sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan
jarang melakukan aktivitas-aktivitas yang Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan
berat ataupun olahraga dengan alasan bahwa “Ada hubungan antara aktivitas
ketika ada kegiatan olahraga/senam untuk fisik dengan hipertensi”. Berdasarkan
lansia mereka sedang beralasan untuk tidak analisis data yang dilakukan, hipotesis ini
bisa mengikuti secara rutin. dinyatakan diterima dengan korelasi antara
aktivitas fisik dengan hipertensi sebesar
Untuk aktivitas fisik berat responden 0,017. Hal ini menunjukkan bahwa
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan semakin rendah aktivitas fisik yang
wiraswasta atau berkebun. Rata-rata

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
43

dilakukan, maka semakin tinggi resiko Berdasarkan salah satu penelitian di India
terjadinya hipertensi pada menopause. menemukan ada hubungan yang signifikan
secara statistik antara hipertensi dan
Adanya hubungan tersebut dapat aktivitas fisik pada waktu luang (P =
dijelaskan bahwa aktivitas fisik pada 0,009). Rasio Odds ditemukan menjadi
wanita menopause dikarenakan sebagian 2,51 menunjukkan tidak adanya aktivitas
besar responden beekerja sebagai ibu fisik waktu luang meyebabkan dua kali
rumah tangga, sehingga intensitas aktivitas risiko terhadap hipertensi bila
fisik yang dilakukan antara lain: memasak, dibandingkan dengan aktivitas fisik waktu
mengepel, mencuci, duduk, ataupun luang yang positif. Beberapa peneliti telah
pekerjaan rumah lainnya yang termasuk membuktikan bahwa jangka panjang
kedalam kategori aktivitas fisik sedang dan latihan aerobik memiliki efek
ringan menguntungkan pada darah sistolik
tekanan (Wang, Tiwari, & Wang, 2014).
Kurangnnya aktivitas fisik merupakan
faktor resiko terjadinya berbagai penyakit Memanfaatkan waktu luang sebagai
kronis dan secara keseluruhan diperkirakan kegiatan untuk melakukan latihan aerobik
menyebabkan kematian secara global sebagai pengurangan faktor risiko penyakit
(WHO, 2001). Memulai program olahraga kardiovaskular pada wanita
dan kegiatan fisik lainnya dapat membuat pascamenopause dengan hipertensi dan
perasaan menjadi lebih baik, memiliki obesitas. Latihan aerobik dapat menurunan
banyak energi, mengurangi berat badan, BMI dan tekanan darah secara bersama-
menurunkan kadar kolesterol, menurunkan sama dengan meningkatkan endotel tingkat
tekanan darah, memperbaiki penampilan. NO (nitrogen monoxide), yang memainkan
Selain itu juga olahraga olahraga rutin dan peran penting untuk melindungi terhadap
kegiatan aktivitas fisk lainnya dapat hipertensi pascamenopause (Turky,
meningkatkan HDL kolesterol terutama Elnahas, & Oruch, 2013).
jika olahraga dikaitkan dengan penurunan
berat badan (obesitas) (Douglas, 2001). Petter (2016) menambahkan peningkatan
aktivitas fisik harus menjadi komponen
Bagi penderita hipertensi harus rutin untuk penting dari setiap pencegahan hipertensi
menjaga kesehatan tubuh dengan dan harus dipromosikan oleh tenaga
berolahraga agar lemak yang ada didalam kesehatan. Secara umum, hasil
tubuh tidak tertimbun di dalam darah yang penelitiannya menunjukkan bahwa
dapat menjadi kolestrol sehingga program pelatihan latihan aerobik
menghambat penyaluran oksigen kedalam terstruktur intensitas sedang atau
otak. Hal ini dapat dijelaskan bahwa peningkatan aktivitas fisik volume yang
aktivitas fisik yang kurang akan memadai dan hasilnya intensitas dalam
meningkatkan resiko kegemukan yang juga pengurangan sekitar 4-10 mmHg tekanan
merupakan salah satu faktor resiko dari darah sistolik dan 3-8 mmHg tekanan
hipertensi dan penyakit degeneratif darah diastolik pada pasien dengan
lainnya. Aktivitas fisik seperti olahraga hipertensi tahap 1.
yang teratur akan menurunkan tahanan
perifer untuk menurunkan tekanan darah. Wanita menopause memiliki penurunan
Selain itu, olehraga yang teratur melatih daya tahan tubuh yang bersifat fisiologis,
otot jantung dalam pekerjaan berat di sehingga perlunya tubuh yang aktif untuk
kondisi tertentu, sehingga otot jantung membantu proses metabolisme tubuh pada
memompa darah lebih keras dan sering. wanita usia menopause dapat
Hal ini akan menyebabkan tekanan pada meminimalisir terjadinya peningkatan
dinding arteri semakin besar (Price & tekanan darah (hipertensi). Menopause
Wilson, 2006). tentu bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi munculnya penyakit
kardiovaskuler atau hipertensi pada wanita.

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
44

Faktor gaya hidup, medis, dan genetik juga makanan rata-rata perhari dengan hasil ≤
sangat berperan dalam insidensi penyakit 20-30% dari kebutuhan energi total
kardiovaskuler pada wanita (Andrews, perhari. Sebagian responden dengan
2009). asupan lemak cukup dan kurang rata-rata
mereka lebih banyak mengkonsumsi sayur
Asupan Lemak dan buah, dengan sebagian besar konsumsi
lauk nabati (tahu,tempe) dan pengolahan
Analisis Diskriptif Tentang Asupan jarang di tumis atau menggunakan minyak,
Lemak misalnya sayur bening, sayur sop, ataupun
sayur-sayuran yang direbus, penggunaan
Melihat hasil yang didapatkan dari santan pun diminimalisir hanya berkisar 2-
penelitian mengenai asupan lemak pada 3x dalam perbulan, atau bahkan sangat
wanita menopause sebagian besar berada jarang mengkonsumsi makanan yang
pada kategori asupan lemak lebih. bersantan.
Sebagian besar responden dengan asupan
lemak lebih dengan mengkonsumsi Konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan
makanan yang bersantan dengan intensitas diet rendah lemak dengan cara mengurangi
2-3x perminggu dan penggunaan makanan asupan lemak jenuh dan lemak total.
dengan minyak dan margarine untuk Kalium dapat menurunkan tekanan darah
menggoreng lauk memasak sayuran tumis. dengan meningkatkan jumlah natrium yang
Konsumsi bahan makanan yang tinggi terbuang bersama air kencing. Dengan
kadar lemaknya misalnya makanan yang setidaknya mengkonsumsi buah-buahan
siap saji (sarden) yang mengandung lemak sebanyak 3-5 kali sehari, seorang bisa
dan bakso 1x dalam minggu. Dari hasil mencapai asupan potassium yang cukup
pengisian Food Frequency Questionry (Soeparman, 2001).
(FFQ) semi kuantitatif diperoleh hasil
untuk asupan lemak lebih pada sebagian Analisis Diskriptif Korelasi Antara
responden dengan penghitungan terhadap Asupan Lemak dengan Hipertensi
komposisi lemak dalam bahan makanan Pada Usia Menopause
rata-rata perhari dengan hasil > 20-30%
dari anjuran asupan lemak perhari atau Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan
sebesar 44,4 – 66,7mg. bahwa “Ada hubungan antara asupan
lemak dengan hipertensi”. Berdasarkan
WHO menganjurkan konsumsi lemak analisis data yang dilakukan, hipotesis ini
sebanyak 20-30 % dari kebutuhan energi dinyatakan diterima dengan korelasi antara
total dianggap baik untuk kesehatan. asupan lemak dengan hipertensi. Hal ini
Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan menunjukkan bahwa semakin tinggi
asam lemak esensial dan untuk membantu asupan lemak yang dikonsumsi, maka
penyerapan vitamin larut-lemak.Sumber semakin tinggi resiko terjadinya hipertensi
utama lemak adalah minyak tumbuh- pada menopause.
tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit,
kacang tanah, kacang kedelai, jagung, Hubungan antara asupan lemak dengan
dsb), mentega, margarin, dan lemak hewan hipertensi, jika dilihat dari hasil kuesioner
(lemak daging dan ayam). Sumber lemak dan wawancara dapat diketahui bahwa
lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, sebagian besar responden termasuk
daging, ayam, krim, susu, keju dan kuning kedalam kategori asupan lemak lebih.
telur, serta makanan yang dimasak dengan Rata-rata responden mengkonsumsi lemak
lemak atau minyak (Almatsier, 2009). lebih dari 20-30% atau setara dengan 44,4
– 66,7mg perhari. Dapat diketahui bahwa
Sedangkan untuk responden dengan lemak yang berlebihan didalam tubuh
kategori asupan lemak cukup dan asupan dapat meningkatkan kadar kolesterol
lemak kurang dengan penghitungan dalam darah sehingga menimbulkan
terhadap komposisi lemak dalam bahan terjadinya hipertensi.

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
45

Hal ini sependapat dengan penelitian dari setidaknya mengkonsumsi buah-buahan


Lidyawati (2014) berdasarkan hasil sebanyak 3-5 kali sehari, seorang bisa
analisis bivariat menunjukkan asupan asam mencapai asupan potassium yang cukup
lemak jenuh memiliki hubungan yang (Soeparman, 2001).
bermakna dan merupakan faktor risiko
hipertensi pada wanita menopause Asupan Natrium
(P=0,02, OR=5,76, CI 95%=1,141- Analisis Deskriptif Tentang Asupan
29,078), sedangkan asupan asam lemak Natrium
tidak jenuh MUFA, PUFA dan natrium
tidak berhubungan dengan kejadian Melihat hasil yang didapatkan dari
hipertensi karena nilai P > 0,05. penelitian mengenai asupan natrium pada
wanita menopause sebagian besar berada
Kolesterol didalam tubuh terutama pada kategori asupan natrium lebih.
diperoleh dari hasil sitesis di dalam hati. Asupan natrium diperoleh berdasarkan
Jumlah yang disintesis bergantung pada pengisian Food Frequency Questionry
kebutuhan tubuh dan jumlah yang (FFQ) semi kuantitatif yang terdiri dari
diperoleh dari makanan. Kolesterol hanya bahan makanan yang dikonsumsi sehari-
terdapat di dalam makanan asal hewan hari yang disesuaikan dengan daftar
(asam lemak jenuh). Sumber utama komposisi bahan makanan (DKBM).
kolesterol adalah, hati, ginjal, dan kuning
telur. Setelah itu daging, susu, keju, udang, Dari hasil pengisian Food Frequency
dan kerang. Ikan dan daging ayam sedikit Questionry (FFQ) semi kuantitatif asupan
mengandung kolesterol. Oleh karena itu, natrium yang di konsumsi responden
dianjurkan di dalam diet rendah kolesterol sebagian besar berasal dari lauk pauk
(Almatsier, 2009). misalnya, ikan asin, ikan teri, telur, dan
tanpa disadari penggunaan bahan penyedap
Kolesterol memberikan indikasi tentang dan garam dapur yang tidak terkontrol.
jantung dan penyakit arteri pada umumnya. Dalam memasak untuk 3x sehari
Beberapa studi menunjukkan korelasi yang penggunaan garam minimal 1 sendok teh
baik dari kolesterol yang tinggi dengan atau setara dengan 2000 mg perhari. Bagi
hipertensi. Kolesterol hanya ditemukan penderita hipertensi hal ini harus sangat
dalam produk hewan seperti lemak jenuh diperhatikan apalagi masih adanya
hewani dari daging merah, unggas, telur, penggunaan msg atau bumbu penyedap
dan produk susu. Konsumsi produk yang sangat besar kandungan natriumnya.
makanan ini harus dibatasi untuk Tanpa disadari penggunaan kecap juga
mengendalikan kolesterol. Lemak dan beresiko meningkatkan penggunaan
minyak harus dikurangi dalam diet, dan itu natrium yang lebih. Asupan natrium lebih
juga harus berasal dari sumber nabati. dengan penghitungan terhadap komposisi
Tidak ada "lemak baik" (selain omega-3 lemak dalam bahan makanan rata-rata
suplemen), semua trans-lemak, maupun perhari dengan hasil >2000mg asupan
lemak dan minyak terhidrogenasi harus natrium perhari.
benar-benar dihindari. Untuk hidup lebih
lama dianjurkan untuk mengkonsumsi Natrium adalah kation utama dalam cairan
kalori yang lebih rendah dengan memilih ekstraseluler tubuh yang mempunyai
biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, dan fungsimenjaga keseimbangan cairan dan
buah-buahan (Sharma, 2015). asam basa tubuh,serta berperan dalam
transmisi syaraf dan kontraksi otot.
Konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan (Almatiser, 2009).
diet rendah lemak dengan cara mengurangi
asupan lemak jenuh dan lemak total. Konsumsi garam yang dianjurkan dalam
Kalium dapat menurunkan tekanan darah Permenkes RI (2014) untuk penggunaan
dengan meningkatkan jumlah natrium yang natrium 2000 mg perhari atau setara
terbuang bersama air kencing. Dengan dengan 1 sendok teh garam.

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
46

Untuk kategori asupan natrium cukup dan Hal ini sejalan dengan penelitian Lestari
asupan natrium rendah rata-rata responden (2010) dengan judul Hubungan Asupan
mengkonsumsi garam ≤ 2000mg perhari Kalium, Kalsium, Magnesium, dan
atau setara dengan 1sendok teh perhari dan Natrium, Indeks Massa Tubuh, serta
meminimalisir penggunaan msg atau Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi
bahkan tidak menggunakannya. Responden pada Wanita Usia 30 –40 Tahun, diperoleh
yang mengerti diet yang dilakukan untuk hasil penelitian menunjukkan adanya
penderita hipertensi sangat meminimalisir hubungan antara asupan natrium
hal-hal yang dapat dengan mudah memicu (p=0,000,RP=44,0; 95%CI=4,62, 418,92)
hipertensi. dan aktifitas fisik (p=0,042) dengan
kejadian hipertensi.
Analisis Diskriptif Korelasi Tentang
Asupan Natrium Terhadap Hipertensi Hasil dari penelitian (Muliyati, Syam, &
Pada Usia Menopause Sirajuddin, 2010) pada lansia diperoleh
hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan natrium pola diet memiliki korelasi yang
bahwa “Ada hubungan antara asupan signifikan(P = 0,000). Responden yang
natrium dengan hipertensi”. Berdasarkan mengkonsumsi natrium lebih (93,7%)
analisis data yang dilakukan, hipotesis ini menderita hipertensi lebih banyak
dinyatakan diterima dengan korelasi antara dibandingkan yang kurang mengkonsumsi
asupan natrium dengan hipertensi sebesar natrium.
0,001. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi asupan natrium yang Hal tersebut sesuai dengan pendapat
dikonsumsi, maka semakin tinggi resiko Soeparman (2001) bahwa garam
terjadinya hipertensi pada menopause. merupakan hal yang sangat sentral dalam
patofisiologi hipertensi. Hipertensi hampir
Hubungan antara asupan natrium dengan tidak pernah ditemukan pada golongan
hipertensi, jika dilihat dari hasil suku bangsa dengan asupan garam
penghitungan FFQ dapat diketahui bahwa minimal. Apabila asupan garam kurang
sebagian besar responden termasuk dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi
kedalam kategori asupan natrium lebih beberapa persen saja, sedangkan apabila
diperoleh hasil untuk asupan natrium lebih asupan garam 5 – 15 gram perhari,
terhadap komposisi natrium dalam bahan prevalensi hipertensi meningkat menjadi
makanan rata-rata perhari dengan hasil > 15 – 20%.
2000 mg asupan natrium perhari.
Peningkatan asupan garam dapat Berdasarkan hasil dari penelitian (Kim,
mempengaruhi peningkatan tekanan darah, Kim, Lee, Lee, & Wang, 2014)dengan
terutama pada wanita menopause dengan judul Postmenopausal hypertension and
penurunan fungsi tubuh dapat sodium sensitivity, menjelaskan bahwa
mempermudah penumpukan cairan tubuh. mekanisme pengaturan ginjal untuk
Hal ini sependapat dengan teori Kaplan perbedaan gender dalam tekanan darah dan
(2006). mengeksplorasi efek dari asupan garam
pada tekanan darah (sensitivitas garam)
Garam menyebabkan penumpukan cairan pada wanita pra dan pasca-menopause.
dalam tubuh, karena menarik cairan diluar Diperoleh hasil bahwa prevalensi garam-
sel agar tidak keluar, sehingga akan sensitivitas meningkat dengan usia dan diet
meningkatkan volume dan tekanan darah. rendah garam telah terbukti membantu
Pada manusia yang mengkonsumsi garam mengurangi tekanan darah sistolik (SBP)
3 gram atau kurang ditemukan tekanan dan diastolik BP. Sementara terapi hormon
darah rata-rata rendah, sedangkan asupan pengganti telah menghasilkan hanya efek
garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya netral atau minimal pada ketinggian
rata-rata lebih tinggi (Kaplan, 2006). tekanan darah sistolik (SBP).

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
47

Natrium terutama terdapat dalam cairan di


Hal ini juga dijelaskan oleh Schulman & luar sel seperticairan dalam pembuluh
Raij (2006) bahwa pada wanita setelah darah dan cairan dalam jaringan di antara
menopause, kejadian hipertensi meningkat sel–sel.Garam dapur mengandung natrium
ke tingkat yang sama atau melebihi pada yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
pria, hal ini menunjukkan peran protektif menjalankan fungsi tubuh. Ginjal akan
dari hormon seks wanita. Sensitivitas menahan natrium saat tubuh kekurangan
garam terhadap tekanan darah dikaitkan natrium dan sebaliknya saat kadar natrium
dengan peningkatan risiko pengembangan tinggi, ginjal akan mengeluarkan kelebihan
hipertensi dan penyakit kardiovaskular. natrium melalui urin. apabila fungsi ginjal
Beberapa penelitian telah menunjukkan tidak optimal, kelebihan natrium tidak bisa
bahwa setelah menopause, prevalensi dibuang dan menumpuk di dalam darah.
sensitivitas garam meningkat, Volume cairan tubuh akan meningkat dan
menunjukkan bahwa hormon seks membuat jantung dan pembuluh darah
perempuan (esterogen) mempengaruhi bekerja lebih keras untukmemompa darah,
penanganan natrium pada ginjal dan tekanan darah pun akhirnya meningkat
regulasi tekanan darah. (Almatsier, 2009).

Menurut Katsilambros (2011) uji acak Pengaruh asupan garam terhadap


terkontrol kepada penderita hipertensi timbulnya hipertensi terjadi melalui
menunjukkan bahwa penurunan asupan peningkatan volume plasma, curah
natrium sebesar 80-100 mmol (4,7-5,8 g jantung, dan tekanan darah. Keadaan ini
natrium klorida) perhari dari asupan awal akan diikuti oleh peningkatan ekskresi
sebesar 180 mmol (10,5 g natrium klorida) berlebih garam, sehingga kembali kepada
perhari mampu mengurangi tekanan darah keadaan hemodinamik yang normal. Pada
rata-rata sebesar 4-6 mmHg. penderita hipertensi esensial mekanisme
ini terganggu, disamping adanya faktor
Analisis Deskriptif Korelasi Antara lain yang berpengaruh (Soeparman, 2001).
Stres, Aktivitas Fisik, Asupan Lemak,
Dan Asupan Natrium Terhadap SIMPULAN DAN SARAN
Hipertensi Pada Usia Menopause
Simpulan
Analisis Multivatriat
Dari hasil penelitian yang dijabarkan,
Hasil analisis multivariat terhadap 4 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
variabel bebas dalam penelitian ini yaitu berikut:
variabel stres, aktivitas fisik, asupan
lemak, dan asupan natrium. Uji regresi 1. Wanita menopause yang hipertensi
logistik ganda menunjukkan bahwa hanya sebagian besar mengalami stres sedang,
satu variabel asupan natrium yang paling aktivitas fisik dengan intensitas sedang,
dominan mempengaruhi hipertensi pada konsumsi makanan dengan asupan
usia menopause. lemak yang lebih, dan asupan natrium
yang lebih.
Natrium dan kalium mengatur 2. Ada hubungan antara stres dengan
keseimbangan asam basa darah, mengatur hipertensi pada usia menopause di
keseimbangan cairan dalam tubuh, Puskesmas Pangkalan Lada.
mengatur kontraksi otot-otot, dan 3. Ada hubungan antara aktivitas fisik
merangsang fungsi syaraf. Natrium juga dengan hipertensi pada usia menopause
mengatur agar garam-garam mineral lain di Puskesmas Pangkalan Lada.
larut dalam darah supaya jangan 4. Ada hubungan antara asupan lemak
mengendap pada dinding pembuluh darah dengan hipertensi pada usia menopause
(Lean, 2006). di Puskesmas Pangkalan Lada.

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
48

5. Ada hubungan antara asupan natrium Andrews, Gilly. (2009). Buku Ajar
dengan hipertensi pada usia menopause Kesehatan Reproduksi Wanita
di Puskesmas Pangkalan Lada. (Women’s Sexual Health). Addison
6. Berdasarkan hasil analisis multivariat Wesley Longman China Limited.
diperoleh hasil hanya satu variabel Hong Kong GCC/02. Alih Bahasa,
asupan natrium yang paling dominan Sari Kurnianingsih. Jakarta: EGC.
mempengaruhi hipertensi pada usia Andria, K. M. (2013). Hubungan Antara
menopause. Perilaku Olahraga, Stres, Dan Pola
Makan Dengan Tingkat Hipertensi
Saran Pada Lanjut Usia di Kelurahan Putih
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
1. Bagi Peneliti Selanjutnya Jurnal Promkes, Vol. 1, No, 111-
117.
Hendaknya melakukan penelitian lebih Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian
mendalam terhadap variabel-variabel yang Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
lain tentang hipertensi pada usia Rineka Cipta.
menopause dan faktor-faktor Baecke J.A.H, Burema, J. and Frijters,
pencegahannya, sehingga dapat J.E.R. (1982). A Short
meningkatkan wawasan dan informasi Questionnaire for the Measurement
masyarakat terhadap pencegahan dini of Habitual Physical Activity in
terjadinya resiko hipertensi. Epidemilogical Studies. American
Journal of Clin Nurt. 36 : 936-942.
2. Bagi Puskesmas Bustan, Najib M. (2015). Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. Jakarta :
Memberikan informasi ataupun Rineka Cipta.
penyuluhan-penyuluhan pada posyandu Chida, Y., & Steptoe, A. (2010). Greater
lansia tentang faktor-faktor penyebab cardiovascular responses to
terjadinya resiko hipertensi pada usia laboratory mental stress are
lanjut terutama untuk wanita yang telah associated with poor subsequent
memasuki usia menopause, sebagai upaya cardiovascular risk status: A meta-
untuk pencegahan sejak dini terhadap analysis of prospective evidence.
hipertensi pada wanita menopause dengan Hypertension, 55(4), 1026–1032.
pola hidup dan gaya hidup yang sehat. Chaplin, J.P. (2000). Kamus Lengkap
Sehingga dapat mengurangi angka Psikologi. Jakarta : PT. Raja
kejadian hipertensi terutama pada wanita Grafindo Persada.
menopause. Chataut, J., Adhikari, R. K., & Sinha, N. P.
(2011). Prevalence and risk factors
for hypertension in adults living in
KEPUSTAKAAN central development region of
Nepal. Kathmandu University
Abernity, Kathy. (2002). The Menopause Medical Journal, 9(33), 13-18.
and HRT Second Edition. London: Corwin, Elisabeth J. (2000). Buku Saku
Bailliere Tindall. Patofisiologi. Jakarta:EGC.
Aburto, N. J., Ziolkovska, A., Hooper, L., Depkes R.I.(2008). Profil Kesehatan
Elliott, P., Cappuccio, F. P., & Indonesia. Jakarta.
Meerpohl, J. J. (2013). Effect of Dinkes Jateng. (2012). Profil Kesehatan
lower sodium intake on health: Propinsi Jawa Tengah. Jawa
systematic review and meta- Tengah.
analyses. Bmj, 346(April), f1326. Dinkes Semarang. (2014). Profil
Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Kesehatan Kota Semarang .
Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Semarang.
Pustaka Utama. Douglas, Wetheril.M.S. (2001). Penyakit
Jantung. Jakarta: Gramedia.

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
49

Fadi G. Hage, Sulaf J. Mansur, Dongqi sodium sensitivity. J Menopausal


Xing and Suzanne Oparil. Med, 20(1), 1-6.
Fisman, E. Z., Tenenbaum, A., & Pines, A. Kotchen, Theodore A. (2006). Nutrition,
(2002). Systemic hypertension in Diet, and Hypertension. Modern
postmenopausal women: a clinical Nutrition in Health and Disease (2).
approach. Current hypertension Philadelphia: Lippincot Williams &
reports, 4(6), 464-470. Wilkins.
Fitriani, Anna. (2012). Kondisi Sosial Lean, E.J Michael. (2006). Food Science,
Ekonomi dan Stres pada Wanita Nutrition & Health. London :
Hipertensi Anggota Majelis Taklim Edward Arnold.
Social Economic and Stress Lestari, Dian. (2010). Hubungan Asupan
Condition in Hipertension Women Kalium, Kalsium, Magnesium, dan
of Majelis.Jurnal Kesehatan Natrium, Indeks Massa Tubuh, serta
Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 5. Aktifitas Fisik dengan Kejadian
Departemen Gizi Fakultas Hipertensi pada Wanita Usia 30– 40
Kesehatan Masyarakat Universitas Tahun. Skripsi. Program Study Ilmu
Indonesia. Gizi Fakultas Kedokteran
Hawari D. Manajemen stres, cemas Universitas Diponegoro.
dan depresi. (2001). Jakarta Balai Lidyawati. (2014). Hubungan Asupan
Penerbit Fakultas Kedokteran Asam Lemak Jenuh, Asam Lemak
Universitas Indonesia. Tidak Jenuh Dan Natrium Dengan
Hidayat, A. (2011). Metodologi Kejadian Hipertensi Pada Wanita
Penelitian Kebidanan dan Tenik Menopause Di Kelurahan
Analisa Data. Jakarta: Salemba Bojongsalaman. Artikel Penelitian,
Medika 1–31. Skripsi. Program Studi Ilmu
Izumi Y, Matsumoto K, Ozawa Y, Gizi Fakultas Kedokteran
Kasamaki Y, Shinndo A, Ohta M, Universitas Diponegoro Semarang.
Jumabay M, Nakayama T, Mannan, Hasrin, Wahiduddin, Rismayanti.
Yokoyama E, Shimobukuro H, (2012). Faktor Risiko Kejadian
Kawamura H, Cheng Z, Ma Y, Hipertensi Di Wilayah Kerja
Mahmut M. (2007). Effect Of Age Puskesmas Bangkala Kabupaten
At Menopause On Blood Pressure In Jeneponto Tahun 2012.Epidemiologi
Postmenopausal Women. American Fakultas Kesehatan Masyarakat
Journal Hypertens; Volume20 (10): Universitas Hasanuddin.
1045-50. Manuaba, Ida Bagus Gde. (2009).
Kaplan, Norman M & Joseph, M.D. Kesehatan Reproduksi Wanita.
(2006). Kaplan’s Clinical Jakarta: EGC.
Hypertension (9th ed). USA: Muliyati, H., Syam, A., & Sirajuddin, S.
Lippincontt Williams & Wilkins. (2010). Hubungan Pola Konsumsi
Katsilambros, Nikolaos. (2011). Clinical Natrium Dan Kalium Serta Aktifitas
Nutrition In Practice. Jakarta : EGC. Fisik Dengan Kejadian Hipertensi
Kearney PM, Whelton M, Reynolds K, Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsup
Muntner P, Whelton PK, He J. Dr. Wahidin Sudirohusodo
(2005). Global burden of Makassar. The Correlation of
hypertension: analysis of worldwide Dietary Pattern of Sodium ,
data. Lancet.;365:217–223. Potassium , and Physical Activity
With the Suffered Hypertension of
Kemenkes RI. (2014). Hipertensi. Pusat Outpatients in Rsup Dr . Wahidin
Data dan Informasi Kementrian Sudirohusodo. Media Gizi
Kesehatan Republik Indonesia. Masyarakat Indonesia,
Kim, J.-M., Kim, T.-H., Lee, H.-H., Lee, Vol.1,No.1,Agustus 2011 : 46-51
S. H., & Wang, T. (2014).
Postmenopausal hypertension and

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
50

Notoatmodjo, Soekijo. (2005). Metodologi women. Hypertension, 52(5), 865–


Penelitian Kesehatan. 875.
Jakarta:Rineka Cipta Saryono. (2008). Metodologi Penelitian
Nurmalina, Rina. (2011). Pencegahan & Kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2.
Manajemen Obesitas. Bandung Yogyakarta: Mitra Cendikia.
:Elex Media Komputindo. Sase, Aprilindo.F. (2013). Hubungan
Nuzzo, A., Rossi, R., & Modena, M. G. Durasi Aktivitas Fisik dan Asupan
(2010). Hypertension alone or Natrium Dengan Tekanan Darah
related to the metabolic syndrome in Pada Wanita Menopause. Program
postmenopausal women. Expert Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
review of cardiovascular therapy, Universitas Diponegoro Semarang.
8(11), 1541-1548. http://eprints.undip.ac.id/39456/.
Papalia, E.Diane. (2015). Experience Schulman, I. H., & Raij, L. (2006). Salt
Human Development 12th ed. Alih sensitivity and hypertension after
Bahasa: Fitriana Wuri menopause: Role of nitric oxide and
Herarti (Menyelami Perkembangan angiotensin II. American Journal of
Manusia). Jakarta: Salemba Nephrology, 26(2), 170–180.
Humanika. Sharma, Sanjay. (2015). Hypertension with
Peremenkes (2014). Peraturan Menteri special reference to causes and diet.
Kesehatan Republik Indonesia Indian Journal Of Applied Research.
Nomor 41 Tentang Pedoman Gizi Volume : 5 : 12 ISSN - 2249-555X.
Seimbang. Sherman S. 2005. Defining the
Peter Kokkinos , Puneet Narayan , Andreas menopausal transition. The
Pittaras , and Charles Faselis. (2016) American journal of medicine;
. The Role Of Exercise And Physical 118:3-7.
Activity In The Prevention Of Sherwood L. Organ Endokrin Perifer.
Hypertensive Heart Disease. (2004). Dalam: Beatricia Santosa,
Hypertension and Cardiovascular editor. Fisiologi Manusia: dari Sel
Disease. DOI 10.1007/978-3-319- ke Sistem. Ed. 14. Jakarta: EGC.
39599-9_13. Smeth, Bart. (2004). Psikologi Kesehatan.
Price, Sylvia A & Lorraine M. Wilson. Jakarta : Grafindo.
(2006). Patofisiologi Konsep Klinis Soeparman. (2001). Ilmu Penyakit Dalam
Proses-Proses Penyakit. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FK
Jakarta:EGC. UI.
Rahayu, Puji. D. (2014). Hubungan Usia Son, M. K., Lim, N.-K., Lim, J.-Y., Cho,
Menopause Dengan Kejadian J., Chang, Y., Ryu, S., … Park, H.-
Hipertensi Di Desa Kutaliman Y. (2015). Difference in blood
Kecamatan Kedungbanteng pressure between early and late
Kabupaten Banyumas Tahun 2014. menopausal transition was
Jurnal significant in healthy Korean
Kesehatan Kusuma Husada women. BMC Women’s Health,
http://ejournal.kusumahusada.ac.id/i 15(1), 64.
ndex.php/JKK/article/view/15/pdf_5 Steptoe, A., & Kivimaki, M. (2013). Stress
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. and cardiovascular disease: an
Badan Penelitian Dan update on current knowledge. Annu
Pengembangan Kesehatan Rev Public Health, 34, 337–354.
Kementerian Kesehatan RI. Steptoe, A., Kivimäki, M., Lowe, G.,
Rumley, A., & Hamer, M. (2016).
Rossi, R., Nuzzo, A., Origliani, G., & Blood Pressure and Fibrinogen
Modena, M. G. (2008). Metabolic Responses to Mental Stress as
syndrome affects cardiovascular risk Predictors of Incident Hypertension
profile and response to treatment in over an 8-Year Period. Annals of
hypertensive postmenopausal Behavioral Medicine, 1–9.

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019
51

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Statistika Untuk
Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Supariasa, I,. Bachyar, B., dan Ibnu, F.
2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC.
Theodore L.G. (1983). Hypertension
Essentials. Current Concepts of
Cause and Control. New York:
Grune & Stratton.
Turky, K., Elnahas, N., & Oruch, R.
(2013). Effects of exercise training
on postmenopausal hypertension:
Implications on nitric oxide levels.
Medical Journal of Malaysia, 68(6),
459–464.
Wang, F., Tiwari, V. K., & Wang, H.
(2014). Risk Factors for
Hypertension in India and China :a
Comparative Study, 37, 40–49.
Weiten, Wayne. 2012. Psychology:
Themes and Variations. USA:
Penerbit Wadsworth.
Widyaningrum, Siti (2012). Hubungan
Antara Konsumsi Makanan
DenganKejadian Hipertensi Pada
Lansia(Studi Di Upt Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Jember). Skripsi
Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.
Wilmore, J. H. and Costill, D. L. (2004).
Physiology of Sport and Exercise.
Human Kinetics Publishers. United
States of America.
Wijaya, Saferi A, dan Putri Mariza Y.
(2013). Keperawatan Medikal
Bedah 1. Yogyakarta :Nuha Medika.
World Health Organization. (2013). A
global brief on Hypertension.World
Health Day.
World Health Organization.(2001).
Hypertension Control.
(Diterjemahkan Prof. Dr. Kosasih
Padmawinata). Bandung : ITB

Midwifery Journal of STIKes Insan Cendekia Medika Jombang


Volume 17 No. 1 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai