OKTOBER 2019
1(1):53-62
ABSTRACT
This study aims to analyse correlation of Body Mass Index, fat and natrium intake with the incident
of hypertension in adult in Jombang, East Java. The research method using the analytical survey
with cross sectional design. The number of subjects in the research are 74 persons that can be
using cluster technique sampling. The data retrieval that by doing measures of blood pressure,
height, weight, and interview the intake of eating using form SQ-FFQ, and biavriate analysis using
chi-square test. The result analysis of correlation BMI with the incident of hypertension obtained
p-value=0.034 and OR=4.85, correlation analysis between fat intake with the incident of
hypertension obtained p-value=0.438, and corretaion analysis sodium intake with the incident of
hypertensionobtained p-value=0.000 and OR=115.5. The concludes of study there was correlation
between BMI and sodium intake with the incident of hypertension, but there wasn’t correlation
between fat intake with the incident of hypertension.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh, asupan lemak, dan
asupan natrium dengan kejadian hipertensi di Desa Japanan Kecamatan Gudo Kabupaten
Jombang. Metode penelitian menggunakan metode survei analitik dengan desain cross sectional.
Jumlah sampel dalam penelitian adalah 74 orang yang didapat dengan menggunakan teknik cluster
sampling. Pengambilan data yaitu dengan melakukan pengukuran tekanan darah, tinggi badan,
berat badan, dan wawancara asupan makan menggunakan form SQ-FFQ, dan analisis bivariat
dilakukan menggunakan uji chi-square. Hasil analisis hubungan IMT dengan kejadian hipertensi
didapatkan nilai p=0,034 dan OR=4,85, analisis hubungan asupan lemak dengan kejadian
hipertensi didapatkan nilai p=0,438, dan analisis hubungan asupan natrium dengan kejadian
hipertensi didapatkan nilai nilai p=0,000 dan OR 115,5. Keseimpulan dari penelitian adalah ada
hubungan IMT dan asupan natrium dengan kejadian hipertensi, namun tidak ada hubungan asupan
lemak dengan kejadian hipertensi.
____________________
Korespondensi
53
CP: +6282336431771 ; Email: amaliarahma@umg.ac.id
Rahma, dkk Hubungan IMT, Asupan lemak dan natrium dengan Hipertensi
54
Rahma, dkk Hubungan IMT, Asupan lemak dan natrium dengan Hipertensi
Risiko menderita hipertensi juga dapat jumlahnya lebih sedikit yaitu sebanyak 66
dipengaruhi oleh Indeks Massa Tubuh (IMT). orang dengan persentase 44,7% (Tabel 1).
Indeks massa tubuh merupakan indikator Usia rawan hipertensi berada pada kisaran
yang digunakan untuk menentukan derajat 31-55 tahun dan semakin meningkat ketika
status gizi, semakin besar berat badan tubuh memasuki usia paruh baya yaitu sekitar usia
maka hasil IMT juga semakin besar. Ketika 40 tahun (Ridwan, 2009). Risiko hipertensi
berat badan bertambah volume darah akan semakin meningkat seiring bertambahnya
bertambah sehingga beban kerja jantung usia, dikarenakan adanya kemunduran
untuk memompa darah juga bertambah. berbagai fungsi organ dan terjadi perubahan
Semakin berat beban jantung untuk elastisitas pembuluh darah.
memompa darah keseluruh tubuh dapat
menyebabkan tekanan perifer dan curah Tabel 1 Karakteristik subjek
jantung semakin meningkat sehingga dapat Umur N %
menimbulkan hipertensi (Astuti, 2016). 36-40 66 44,7
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 41-45 82 55,3
hubungan faktor indeks massa tubuh, asupan Jumlah 148 100%
lemak, dan asupan natrium dengan kejadian JK N %
hipertensi Laki-laki 48 32,4
Perempuan 100 67,6
METODE Jumlah 148 100%
Metode yang digunakan adalah
metode survei analitik dengan desain cross Subjek mayoritas adalah perempuan
sectional. Sebanyak 148 responden. Teknik yaitu sejumlah 100 orang dengan persentase
pengambilan subjek dalam penelitian ini 67,6% dan sisanya berjenis kelamin laki-laki
menggunakan teknik pengambilan subjek sejumlah 48 orang (32,4%). Jenis kelamin
secara kelompok (cluster sampling). laki-laki maupun perempuan mempunyai
Kelompok yang akan diambil menjadi subjek risiko yang sama untuk mengalami
penelitian adalah semua RT yang ada di Desa hipertensi. Namun untuk laki-laki lebih
Japanan. Kriteria inklusi sampel antara lain berisiko mengalami hipertensi pada usia 45
warga Desa Japanan usia 36-45 tahun, tidak tahun, sedangkan untuk perempuan lebih
hamil dan bersedia menjadi responden. berisiko mengalami hipertensi pada usia 65
Subjek diukur berat badan, tinggi tahun keatas yaitu pada masa menopause
badan, tekanan darah. Asupan lemak dan (Prasetyaningrum, 2014).
natriumdidapatkan dari hasil wawancara Hasil penelitian yang telah dilakukan
asupan makan menggunakan Semiquatitative berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa
Food Frequency Quisionare (SQ FFQ), subjek yang mengikuti penelitian sebagian
wawancara asupan makan dilakukan dengan besar berasal dari tingkat pendidikan SMA
menggali makanan yang telah dikonsumsi dengan jumlah 60 orang (40,5%), sedangkan
dalam kurun waktu satu bulan terakhir. yang paling sedikit adalah subjek yang
berasal dari tingkat pendidikan D3 dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN jumlah 4 orang (5,4%). Tingkat pendidikan
seseorang berhubungan dengan pengetahuan
Karakteristik subjek yang dimiliki serta gaya hidup sehat. Orang
Subjek dalam penelitian sebagian yang berpendidikan rendah, memiliki
besar berumur 41-45 tahun yaitu sebanyak 82 pengetahuan yang kurang mengenai
orang dengan persentase 55,3%, sedangkan kesehatan dan sulit menerima informasi yang
untuk subjek yang berusia 36-40 tahun
55
Rahma, dkk Hubungan IMT, Asupan lemak dan natrium dengan Hipertensi
diberikan sehingga berdampak pada perilaku Faktor yang tidak dapat diubah meliputi
hidup sehat (Anggara dan Nanang, 2013). umur, jenis kelamin, keturunan, sedangkan
Berdasarkan Riskesdas (2007) dapat faktor yang dapat diubah yaitu indeks massa
diketahui bahwa kejadian hipertensi tubuh, asupan lemak, asupan natrium,
cenderung meningkat pada tingkat kebiasaan merokok, konsumsi kopi, stres,
pendidikan rendah, dan menurun sesuai dan aktifitas fisik yang kurang.
tingkat pendidikannya.
Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh adalah cara
Tabel 2 Distribusi frekuensi subjek
sederhana untuk memantau status gizi yang
berdasarkan tingkat pendidikan
Pendidikan N % berhubungan dengan kelebihan dan
SD 24 16,2 kekurangan berat badan. Hasil penelitian
SMP 38 25,7 menunjukkan 4 orang (2,70%) memiliki
SMA 60 40,5 indeks massa tubuh <18,5 kg/m2 dan 48
D3 8 5,4 orang (32,43%) memiliki indeks massa tubuh
S1 18 12,2 diantara 25-29,8 kg/m2 (Tabel 4).
Jumlah 148 100%
Tabel 4 Distribusi frekuensi subjek
Kejadian Hipertensi berdasarkan indeks massa
Hasil pemeriksaan tekanan darah tubuh
pada 148 subjek menunjukkan hasil 104 IMT N %
orang (70,3%) tidak mengalami hipertensi <18,5 4 2,70
dan sisanya 44 orang (29,7%) mengalami 18,5-22,9 34 22,97
hipertensi. Rata-rata tekanan darah subjek 23-24,9 44 29,72
pada penelitian ini yaitu sebanyak 70 orang 25-29,9 48 32,43
≥30 18 12,16
termasuk dalam kategori prehipertensi
Jumlah 148 100%
dengan tekanan darah sistolik pada rentang
120-139 mmHg, dan tekanan darah diastolik
Peningkatan nilai IMT yang berkaitan
pada rentang 80-89 mmHg. Sehingga dapat
dengan peningkatan berat badan dapat
dikatakan bahwa tekanan darah subjek pada
memicu kejadian hipertensi. Peningkatan
penelitian ini, rata-rata memiliki tekanan
berat badan akan meningkatkan kebutuhan
darah mendekati kategori hipertensi (Tabel
darah untuk mensuplai oksigen ke jaringan
3).
tubuh. Volume darah yang meningkat
dipembuluh darah yang sempit akibat adanya
Tabel 3 Distribusi frekuensi subjek
berdasarkan kejadian kejadian penumpukan lemak dapat mengakibatkan
hipertensi jantung bekerja lebih keras sehingga tekanan
Kejadian N % darah juga semakin besar dan menyebabkan
Hipertensi kejadian hipertensi.
Tidak 104 70,3 Asupan Lemak
hipertensi
Berdasarkan hasil wawancara asupan
Hipertensi 44 29,7
makan menggunakan SQ FFQ dapat
Jumlah 148 100%
diketahui bahwa subjek dalam penelitian ini
cenderung lebih banyak mengkonsumsi
Banyak faktor yang mempengaruhi
makanan dengan cara digoreng. Hampir
peningkatan tekanan darah sehingga memicu
setiap responden selalu mengkonsumsi lauk
kejadian hipertensi yaitu faktor yang tidak
pauk dengan proses pengolahan digoreng,
dapat diubah dan faktor yang dapat diubah.
56
Rahma, dkk Hubungan IMT, Asupan lemak dan natrium dengan Hipertensi
57
Rahma, dkk Hubungan IMT, Asupan lemak dan natrium dengan Hipertensi
yang tidak mengalami hipertensi juga 0,034 (p<0,05). Dari hasil tersebut dapat
cenderung memiliki indeks massa tubuh diartikan bahwa terdapat hubungan yang
lebih drai normal. Hasil analisis yang telah signifikan antara indeks massa tubuh dengan
dilakukan menggunakan uji chi-square pada kejadian hipertensi di Desa Japanan
hubungan indeks massa tubuh dengan Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang.
kejadian hipertensi didapatkan nilai p-value
Hasil analisis korelatif ini sejalan tekanan yang lebih besar pada dinding arteri,
dengan penelitian yang dilakukan Anggara tekanan yang lebih besar yang terjadi secara
dan Prayitno (2012) bahwa terdapat terus menerus inilah yang disebut dengan
hubungan antara indeks massa tubuh dengan hipertensi (Sugiarto, 2007).
kejadian hipertensi dengan nilai p = 0,000.
Hubungan Asupan Lemak dengan
Namun hasil ini tidak sejalan dengan
Kejadian Hipertensi
penelitian yang dilakukan Destyana et al. Hipertensi sering dikaitkan dengan
(2009) yang menyatakan bahwa tidak ada asupan makanan tinggi lemak. Hasil
hubungan antara indeks massa tubuh dengan penelitian menunjukkan bahwa semua subjek
tekanan darah di Kelurahan Mersi yang mengkonsumsi asupan lemak kurang
Kecamatan Purwokerto Timur, hal ini dari AKG 2013 tidak menderita hipertensi
disebabkan karena banyak faktor yang dengan jumlah 8 orang (7,6%), begitu pula
mempengaruhi tekanan darah seseorang. dengan subjek yang mengkonsumsi asupan
Indeks massa tubuh yang meningkat melebihi lemak berlebih juga tidak menderita
IMT normal memiliki risiko hipertensi. hipertensi dengan jumlah subjek 96 orang
Subjek yang memiliki nilai indeks massa (92,4%). Berdasarkan hasil analisis statistik
tubuh lebih dari normal lebih berisiko 4,8 kali
hubungan asupan lemak dengan kejadian
lipat untuk menderita hipertensi
hipertensi pada Tabel 8 menunjukkan bahwa
dibandingkan subjek yang memiliki nilai
nilai p-value 0,43 (p>0,05), sehingga dapat
indeks massa tubuh normal
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
Indeks massa tubuh lebih dari nomal asupan lemak dengan kejadian hipertensi di
yang ditandai dengan peningkatan berat Desa Japanan Kecamatan Gudo Kabupaten
badan lebih berisiko terhadap kejadian
Jombang. Hasil analisis statistik ini dapat
hipertensi. Hal ini dikarenakan berat badan terjadi dikarenakan rata-rata subjek yang
berlebih dapat meningkatkan curah jantung mengkonsumsi asupan lemak yang lebih dari
dan volume darah yang beredar dipembuluh AKG 2013 cenderung tidak menderita
darah. Peningkatan curah jantung disebabkan hipertensi
karena pembuluh darah lebih sempit akibat Hasil uji analisis statistik hubungan
adanya timbunan lemak, dan volume darah asupan lemak dengan kejadian hipertensi di
yang meningkat disebabkan karena tubuh Desa Japanan Kecamatan Gudo Kabupaten
orang gemuk memerlukan lebih banyak
Jombang sejalan dengan penelitian yang
pasokan oksigen ke jaringan tubuh. dilakukan Fauziyah et al. (2012) dengan nilai
Peningkatan volume darah memberikan
58
Rahma, dkk Hubungan IMT, Asupan lemak dan natrium dengan Hipertensi
p-value 0,83 (p>0,05), yang menunjukkan dengan kejadian hipertensi dengan nilai p-
bahwa tidak ada hubungan asupan lemak value 0,000.
dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Konsumsi makanan berlemak yang
Hal ini dikarenakan mayoritas subjek berlebih dapat meningkatkan asupan lemak
mengkonsumsi asupan lemak ≤ 52,9 gr, melebihi angka kecukupan gizi yang
karena subjek ingin menjaga berat badannya dianjurkan. Anjuran angka kecukupan lemak
agar tidak berlebih. Namun hasil penelitian untuk kelompok wanita dewasa umur 30-49
ini bertolak belakang dengan penelitian yang tahun adalah 60 gram/hari, sedangkan untuk
dilakukan Manawan et al. (2016), hasil laki-lai usia 30-49 tahun anjuran konsumsi
penelitian dengan subjek yang memiliki lemak adalah 73 gram/hari (AKG, 2013).
asupan lemak sebesar 39% menunjukkan
bahwa ada hubungan antara asupan lemak
Hasil penelitian yang telah dilakukan pembuluh darah atau pembuluh darah lebih
melalui wawancara menggunakan formulir sempit dan pembuluh darah kehilangan
SQ-FFQ untuk mengetahui asupan lemak elastisitasnya, maka aliran darah dipembuluh
subjek, didapatkan hasil bahwa asupan lemak darah juga terganggu. Aliran darah yang
subjek yang cukup tinggi tidak didapatkan terganggu tersebut menyebabkan
dari asupan lemak hewani seperti daging peningkatan voume darah dan tekanan darah
berlemak maupun jeroan. Namun sebagian sehingga mengakibatkan hipertensi.
besar berasal dari makanan gorengan,
Hubungan Asupan Natrium dengan
makanan bersantan, dan sering
Kejadian Hipertensi
mengkonsumsi lauk yang diolah dengan cara
Hasil tabulasi silang yang telah
digoreng. Dari hasil tersebut dapat diketahui dilakukan menunjukkan bahwa sebagian
bahwa subjek dalam penelitian secara tidak
besar subjek yang memiliki asupan natrium
langsung mengkonsumsi lemak dari asam
lebih dari AKG 2013 menderita hipertensi
lemak jenuh rantai panjang yang bersumber dengan jumlah 42 orang (95,5%), sedangkan
dari minyak goreng. subjek yang memiliki asupan natrium kurang
Secara teori konsumsi makanan dari AKG 2013 tidak menderita hipertensi
berlemak secara berlebihan dapat dengan jumlah 88 orang (84,6%).
meningkatkan risiko hipertensi, hal ini Berdasarkan analisis statistik hubungan
dikarenakan peningkatan asupan lemak dapat asupan natrium dengan kejadian hipertensi
menyebabkan penumpukan asam lemak pada Tabel 9 menunjukkan bahwa, nilai p-
jenuh dipembuluh darah yang secara terus value 0,000 (p<0,05). Sehingga dapat
menerus dapat menyebabkan pembentukan disimpulkan bahwa ada hubungan antara
plak dipembuluh darah, yang mengakibatkan asupan natrium dengan kejadian hipertensi di
penyumbatan pembuluh darah dan Desa Japanan Kecamatan Gudo Kabupaten
berkurangnya elastisitas pembuluh darah
Jombang.
sehingga mengakibatkan terjadinya Hasil analisis statistik ini sejalan
aterosklerosis. Ketika terjadi penyumbatan dengan penelitian Anggara dan Prayitno
59
Rahma, dkk Hubungan IMT, Asupan lemak dan natrium dengan Hipertensi
(2012) bahwa ada hubungan yang bermakna hormon ADH, dan stimulasi sekresi
antara asupan natrium dengan tekanan darah aldosteron.
dengan nilai p=0,000. Penelitian ini juga Peningkatan hormon ADH
sejalan dengan penelitian yang dilakukan mengakibatkan sedikit urin yang diekskresi
Montol et al. (2015), berdasarkan keluar tubuh, sehingga urin menjadi pekat
penelitiannya yang dilakukan dengan dan osmolalitasnya tinggi. Untuk
pendekatan retrospectiv dan menggunakan mengencerkannya, cairan intraseluler akan
analisis chi square didapatkan hasil bahwa ditarik keluar sehingga cairan ekstraseluler
ada hubungan yang signifikan antara pola meningkat. Akibatnya terjadi peningkatan
makan asupan natrium dengan kejadian volume darah dan tekanan darah dipembuluh
hipertensi (p=0,001). darah yang pada akhirnya menimbulkan
hipertensi. Cara yang kedua yaitu melalui
Tabel 9 Hubungan asupan natrium dengan stimulasi sekresi aldosteron. Adanya
kejadian hipertensi aldosteron akan mengurangi sekresi NaCl
Tidak
Asupan
Hipertensi
Hipertensi PR(CI dengan cara mereabsorbsinya dari tubulus
p
Natrium 95%) ginjal, naiknya NaCl akan diencerkan dengan
N % n %
Kurang 88 84,6 2 4,5 115,500 cara meningkatkan volume cairan
Lebih 16 15,4 42 95,5 (13,550- 0,000 ekstraseluler yang mengakibatkan
Total 104 100 44 100 984,502)
peningkatan volume darah dan tekanan darah
yang dapat menimbulkan hipertensi.
Asupan makanan yang dapat memicu
kejadian hipertensi selain asupan lemak
KESIMPULAN
adalah asupan makanan sumber natrium.
Terdapat hubungan yang signifikan
Asupan natrium yang dianjurkan berdasarkan
antara indeks massa tubuh dan asupan
AKG 2013 untuk laki-laki dan perempuan
natrium dengan kejadian hipertensi,
usia 30-49 tahun adalah 1500 mg. Apabila
sedangkan asupan lemak tidak terdapat
asupan natrium meningkat melebihi batas
hubungan yang signifikan dengan kejadian
kecukupan yang dianjurkan, maka dapat
hipertensi di Desa Japanan Kecamatan Gudo
meningkatkan risiko lebih besar terhadap
Kabupaten Jombang.
kejadian hipertensi. Berdasarkan analisis
yang telah dilakukan, subjek yang memiliki
DAFTAR PUSTAKA
asupan natrium lebih drai normal memiliki
peluang menderita hipertensi 115,5 kali lebih Agromedia. 2009. Solusi Sehat Mengatasi
besar dibandingkan subjek yang memiliki Hipertensi. Jakarta: AgroMedia
asupan natrium kurang dari AKG 2013 Pustaka.
Berdasarkan hasil wawancara form Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet Edisi
SQ-FFQ dapat diketahui bahwa makanan Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka
sumber natrium yang sering dikonsumsi oleh Utama.
subjek adalah ikan asin, ikan pindang, kecap, Anggara, F.H dan Nanang, P. 2013. Faktor-
saos, biskuit, roti putih, mie instan. faktor yang Berhubungan dengan
Peningkatan asupan natrium dapat Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga
mempengaruhi sekresi hormon renin, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal
angiotensin, dan aldosteron, dan hormon Kesehatan. Volume 5 Nomor 1.
yang menjadi peran kunci dalam peningkatan Angraini, Rika. 2014. Hubungan Indeks
kejadian hipertensi adalah hormon Massa Tubuh, Aktivitas Fisik, Rokok,
angiotensin II. Hormon angiotensin II bekerja Konsumsi Buah, Sayur Dan Kejadian
melalui dua cara yaitu melalui peningkatan Hipertensi Pada Lansia Di Pulau
60
Rahma, dkk Hubungan IMT, Asupan lemak dan natrium dengan Hipertensi
61
Rahma, dkk Hubungan IMT, Asupan lemak dan natrium dengan Hipertensi
62