Anda di halaman 1dari 12

WARJIMAN., UNJA, ERMEISI ER., GABRILINDA, YOHANA., HAPSARI, F.

D
JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM), VOLUME 2, EDISI 1, 31 MEI 2020

SKRINING DAN EDUKASI PENDERITA


HIPERTENSI
Warjiman1, Unja,Ermeisi Er2, Gabrilinda,Yohana3,Hapsari, Fransiska Dwi4
1,2,3,4Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
*Email : meisiunja10@gmail.com

ABSTRAK

Data prevalensi hipertensi tertinggi pada umur ≥18 tahun menurut Provinsi pada tahun
2018, masih tetap ditempati oleh Provinsi Kalimantan Selatan. Beberapa faktor risiko
penyebab hipertensi yaitu usia, riwayat kesehatan keluarga, berat badan, pola makan, dan
gaya hidup. Oleh sebab itu, pencegahan dan penanggulangan hipertensi dimulai dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan perubahan pola hidup ke arah yang
lebih sehat melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Metode kegiatan
adalah dengan melakukan skrining hipertensi dan penyuluhan kesehatan secara langsung
dilengkapi leaflet kepada 69 orang anggota komunitas Gereja Katolik Katedral
Banjarmasin. Hasil kegiatan PKM 25 orang (36,2%) kelompok sasaran mengalami
hiepertensi stadium I dan 14 orang (20,4%) mengalami hipertensi stadium II. Faktor resiko
tertinggi adalah keturunan dan kurang berolah raga. Penyuluhan kesehatan yang diberikan
juga berdampak pada peningkatan pengetahuan, dimana 41 peserta (60%) berpengetahuan
baik dan 21 peserta (30%) berpengetahuan sangat baik. Temuan ini menunjukan bahwa
skrining dan penyuluhan kesehatan dengan cepat dapat menjadi salah satu strategi untuk
mempengaruhi seseorang menjaga pola hidup sehat.

Kata Kunci : Skrining Hipertensi, Faktor resiko Hipertensi, Pola Hidup Sehat

A. PENDAHULUAN berusia diatas 20 tahun yang


Hipertensi menjadi masalah menderita hipertensi telah
kesehatan perlu mendapatkan mencapai angka 74,5 juta jiwa.
perhatian karena morbiditas dan Namun, hampir sekitar 90 – 95%
mortalitasnya yang tinggi. Badan kasus tidak diketahui
Kesehatan Dunia (WHO) penyebabnya. Indonesia sendiri
menyatakan jumlah penderita pada tahun 1995 satu dari sepuluh
hipertensi akan terus meningkat orang berusia 18 tahun ke atas
seiring dengan jumlah penduduk menderita hipertensi, kemudian
yang membesar. Menurut kondisi ini meningkat menjadi
American Heart Association satu dari tiga orang menderita
(AHA), penduduk Amerika yang hipertensi pada tahun 2007.

Page 15 | 2 6
WARJIMAN., UNJA, ERMEISI ER., GABRILINDA, YOHANA., HAPSARI, F.D
JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM), VOLUME 2, EDISI 1, 31 MEI 2020

Prevalensi hipertensi sebesar tidak dapat dimodifikasi. Seperti


31,7% atau satu dari tiga orang dikatakan Jannah (2018) bahwa
dewasa mengalami hipertensi, beberapa faktor penyebab
dan 76,1% tidak menyadari sudah hipertensi yang tidak daat dirubah
terkena hipertensi adalah umur, jenis kelamin,
(Kemenkes,2013). riwayat keluarga, genetik.
Tahun 2016 Survei Indikator Sedangkan yang dapat dirubah
Kesehatan Nasional (Sirkesnas) meliputi kebiasaan merokok,
menyebutkan adanya kenaikan konsumsi garam, konsumsi lemak
persentasi penduduk yang jenuh, penggunaan jelantah,
mengidap hipertensi menjadi 32,4 kebiasaan minum-minuman
persen. Reset kesehatan dasar beralkohol, obesitas, kurang
2018 yang dilalukan Badan aktivitas fisik serta stress
Penelitian dan pengembangan penggunaan estrogen. Seke
kesehatan Kemenkes hipertensi (2016) juga menambahkan bahwa
menempati peringkat pertama beberapa faktor yang dapat
dalam 10 besar dioagnosis menyebabkan hipertensi adalah
penyakit tidak menular sebanyak stres dan perubahan gaya hidup.
185.857 kasus. Data prevalensi Menurut Price (2012) selain
hipertensi tertinggi berdasarkan dilihat dari lamanya, risiko
pengukuran pada umur ≥18 tahun merokok terbesar tergantung pada
menurut Provinsi, masih tetap jumlah rokok yang dihisap
ditempati oleh Provinsi perhari. Seseorang lebih dari satu
Kalimantan Selatan dengan pak rokok sehari menjadi 2 kali
jumlah 44,1 %. Terdapat lebih rentan terkena hipertensi
peningkatan sejumlah 10% dari dari pada mereka yang tidak
nilai sebelumnya pada Riskesdas merokok. Kebiasaan merokok
2013 yang hanya menunjukkan dapat meningkatkan risiko
angka 34,1%. (Kemenkes, 2018). terjadinya hipertensi karena
Hipertensi dipengaruhi oleh kandungan nikotin yang terdapat
berbagai faktor yang dapat dalam rokok sehingga bisa
dimodifikasi dan faktor yang mengakibatkan pengapuran pada

Page 16 | 2 6
WARJIMAN., UNJA, ERMEISI ER., GABRILINDA, YOHANA., HAPSARI, F.D
JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM), VOLUME 2, EDISI 1, 31 MEI 2020

dinding pembuluh darah wanita lebih rentan mengalami


(Sigalingging, 2011 dalam Putra, hipertensi daripada pria.
2016). Hipertensi cenderung
Prevalensi hipertensi merupakan penyakit keturunan.
semakin meningkat seiring Jika salah satu orang tua kita
bertambahnya umur. Pada umur mempunyai hipertensi maka
25-44 tahun prevalensi hipertensi sepanjang hidup kita mempunyai
sebesar 29%, pada umur 45-64 25% kemungkinan
tahun sebesar 51%, dan pada mendapatkannya. Jika kedua
umur diatas 65 tahun sebesar 65% orang tua kita mempunyai
(Setiawan, 2006). Menurut hipertensi, kemungkinan kita
Hasurungan (2002) dalam mendapatkan penyakit tersebut 60
Rahajeng (2009) pada umur lansia % (Sheps, 2005).
60-64 tahun terjadi peningkatan Menurut Blood Pressure UK
risiko hipertensi sebesar 2,18 kali, (2008) dalam Adriaansz (2016)
umur 65-69 tahun sebesar 2,45 menyatakan bahwa asupan garam
kali, dan umur diatas 70 tahun atau natrium yang dikonsumsi
sebesar 2,97 kali. melebihi takaran normal perhari
Perempuan cenderung akan dapat menyebabkan kondisi yang
mengalami peningkatan resiko merusak ginjal, arteri, jantung dan
tekanan darah tinggi setelah otak. WHO menganjurkan untuk
menopause yaitu pada usia diatas mengkonsumsi garam kurang dari
45 tahun. (Anggraini dkk, 2009, 6 gram/hari atau setara dengan
dalam Novitaningtyas, 2014). 2400 mg/hari. Salah satu dari
Menurut Black & Hawks (2005) fungsi natrium dalam tubuh
dalam Putra (2016) menyatakan adalah mengatur osmolaritas
tingkat kejadian hipertensi lebih volume darah yang menjaga
tinggi pada pria daripada wanita cairan tidak keluar dari darah dan
pada usia dibawah 55 tahun. Akan masuk ke dalam sel-sel serta
tetapi kejadian ini akan menjadi membantu transmisi kontraksi
sebanding pada usia 55-74 tahun, otot. Jadi, jika seseorang
mengkonsumsi natrium yang

Page 17 | 2 6
WARJIMAN., UNJA, ERMEISI ER., GABRILINDA, YOHANA., HAPSARI, F.D
JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM), VOLUME 2, EDISI 1, 31 MEI 2020

berlebih akan menyebabkan menyebabkan tubuh menahan


tubuh meretensi cairan kemudian natrium dan air (Yundini, 2006).
dapat meningkatkan volume Faktanya yang terjadi di
darah , mengecilkan diameter lapangan adalah kebanyakan
arteri, dan menyebabkan jantung lansia menderita penyakit
akan memompa keras untuk hipertensi disebabkan oleh faktor
mendorong volume darah stress dan faktor makanan.
sehingga tekanan darah menjadi Kemenkes RI (2014) pada laman
naik. (Salman, 2015). publikasinya pernah menyatakan
Salah satu faktor risiko bahwa pencegahan dan
hipertensi yang dapat dikontrol penanggulangan masalah
adalah obesitas. Akan, tetapi hipertensi di Indonesia harus
risiko hipertensi pada seseorang dimulai dengan meningkatkan
yang mengalami obesitas 2-6 kali kesadaran masyarakat untuk
lebih tinggi dibanding seseorang melakukan perubahan pola hidup
dengan berat badan normal. ke arah yang lebih sehat. Demi
Obesitas dapat meningkatkan mewujudkan hal tersebut, maka
risiko terjadinya hipertensi karena perlu dilakukan kegiatan
beberapa sebab. Semakin besar pengabdian masyarakat dalam
massa tubuh, semakin banyak bentuk Skrinning dan Penyuluhan
darah yang dibutuhkan untuk tentang Hipertensi.
memasok oksigen dan makanan
ke jaringan tubuh. Kemudian, B. METODE
volume darah yang beredar Kegiatan Pengabdian
melalui pembuluh darah menjadi Kepada Masyarakat (PKM) ini
meningkat sehingga memberi dilaksanakan dalam upaya
tekanan lebih besar pada dinding meningkatkan kesadaran
arteri. Kelebihan berat badan juga masyarakat untuk melakukan
meningkatkan frekuensi denyut perubahan pola hidup ke arah yang
jantung dan kadar insulin dalam lebih sehat terutama dalam
darah. Peningkatan insulin mengenal dan mengendalikan
tekanan darah. Maka dari itu,

Page 18 | 2 6
WARJIMAN., UNJA, ERMEISI ER., GABRILINDA, YOHANA., HAPSARI, F.D
JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM), VOLUME 2, EDISI 1, 31 MEI 2020

dalam upaya mencapai tujuan Pertemuan pertama Minggu, 08


tersebut Tim Pengabdi Desember 2019, Tim melakukan
melaksanakan PKM kepada skrining awal dengan mengukur
kelompok sasaran yaitu komunitas tekanan darah, mengisi instrumen
Gereja Katolik “Katedral”, Jln. check list faktor resiko hipertensi
Lambung Mangkurat, Kertak dan memberikan edukasi atau
Baru, Kec. Banjarmasin Tengah, pendidikan kesehatan secara
Kota Banjarmasin, Kalimantan langsung yang dilengkapi dengan
Selatan. Kelompok sasaran ini leaflet. Pertemuan kedua Minggu,
merupakan salah satu komunitas 15 Desember 2019 dilaksanakan
yang memiliki resiko dengan dengan menjalankan skrining
mayoritas anggota komunitas untuk kedua kalinya. Tujuan dari
berusia dewasa tua dan lansia. skrining kedua untuk
Kegiatan pengabdian mengevaluasi tekanan darah dan
masyarakat ini dilaksanakan melihat keberhasilan dari
dengan dua kali pertemuan yaitu penyuluhan sebelumnya kepada
tanggal 08 dan 15 Desember 2019. kelompok sasaran yang sama.

Tabel 1.1 Permasalahan, solusi, metode dan Target Capaian Pengabdian


Masyarakat
No Masalah Solusi yang ditawarkan Metode Target Capaian
1 Kelompok masyarakat Pemberian Health - Diskusi 90% Peseta kegiatan
tidak memahami Education dalam bentuk - Tanya Jawab memahami
tentang faktor resiko penyuluhan tentang - Leaflet mengenai faktor
Hipertensi dan penatalaksanaan resiko hipertensi dan
penatalaksaannya. hipertensi. penatalaksanaannya.

2 Kelompok masyarakat Skrinning penderita - Pemeriksaan 69 orang berperan


tidak memahami hipertensi. tekanan darah aktif dalam
pentingnya pentingnya - Kuesioner pelaksanaan
pemeriksaan tekanan skrining hipertensi.
darah rutin pada
penderita Hipertensi

Page 19 | 2 6
WARJIMAN., UNJA, ERMEISI ER., GABRILINDA, YOHANA., HAPSARI, F.D
JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM), VOLUME 2, EDISI 1, 31 MEI 2020

Gambar 1.1 Kegiatan Skrining Hipertensi Pertama

Sumber : STIKES Suaka Insan Banjarmasin


Gambar 1.2 Kegiatan Edukasi Hipertensi

Sumber : STIKES Suaka Insan Banjarmasin


Gambar 1.3 Kegiatan Skrining Hipertensi Kedua

Sumber : STIKES Suaka Insan Banjarmasin

C. HASIL DAN PEMBAHASAN Banjarmasin Tengah, Kalimantan


Temuan hasil kegiatan PKM
Selatan, didapatkan karakteristik
pada 69 orang anggota komunitas
peserta yang berbeda-beda. Hal
Gereja Katolik “Katedral” Kota
tersebut dapat dilihat jelas pada
Banjarmasin, di Jln. Lambung
Tabel 1.2 dibawah ini :
Mangkurat, Kertak Baru, Kec.

Page 20 | 2 6
WARJIMAN., UNJA, ERMEISI ER., GABRILINDA, YOHANA., HAPSARI, F.D
JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM), VOLUME 2, EDISI 1, 31 MEI 2020

Tabel 1.2 Karakteristik peserta skrining


No Karakteritik Peserta Jumlah Persentase
1 Jenis kelamin
Laki-laki 30 43,5 %
Perempuan 39 56,5 %
Total 69 100%
2 Umur
<50 tahun 22 31,9%
>50 tahun 47 68,1%
Total 69 100%
3 Berat Badan
<55 kg 19 27,5%
>55 kg 50 72,5%
Total 69 100%
4 Tekanan Darah
Normal 17 24,6%
Pre Hipertensi 13 18,8%
Hipertensi Stadium 1 25 36,2%
Hipertensi Stadium 2 14 20,4%
Total 69 100%

Tabel 1.2 diatas terlihat tersebut seolah menjelaskan hasil


bahwa peserta kegiatan skrining skrinning yang mendapatkan
paling banyak adalah perempuan jumlah wanita dengan usia >50
dengan umur paling banyak >50 tahun banyak menderita
tahun, dengan berat badan hipertensi. Black & Hawks (2005)
mayoritas >55kg. Penelitian dalam Putra (2016) juga
Anggraini dkk, dalam menyatakan tingkat kejadian
Novitaningtyas, (2014) hipertensi lebih tinggi pada pria
mengatakan bahwa perempuan daripada wanita pada usia
cenderung akan mengalami dibawah 55 tahun. Akan tetapi
peningkatan resiko tekanan darah kejadian ini akan menjadi
tinggi setelah menopause yaitu sebanding pada usia 55-74 tahun,
pada usia diatas 45 tahun. Hal wanita lebih rentan mengalami
Page 21 | 2 6
WARJIMAN., UNJA, ERMEISI ER., GABRILINDA, YOHANA., HAPSARI, F.D
JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM), VOLUME 2, EDISI 1, 31 MEI 2020

hipertensi daripada pria. Pada memicu timbulnya berbagai


laki-laki penyebab terbanyak penyakit seperti artritis, jantung
hipertensi adalah karena dan pembuluh darah, hipertensi
penyimpangan kesehatan seperti (Hamer, 2006).
kurangnya manajemen berat Tabel 1.2 juga
badan dan kebiasaan merokok memperlihatkan jika separuh dari
dibandingkan pada perempuan. total peserta PKM yang mengikuti
Usia jelas mempengaruhi skrining pertama mengalami
terjadinya hipertensi. Dengan hipertensi, baik hipertensi
bertambahnya umur, risiko stadium 1 dan stadium 2.
terkena hipertensi menjadi lebih Klasifikasi hipertensi dikatakan
besar sehingga prevalensi hipertensi stadium I jika tekanan
hipertensi di kalangan usia lanjut darah sistole antara 140-159
cukup tinggi. Pada usia + 50 tahun mmHg dan tekanan darah diastole
dan dewasa lanjut asupan kalori 90-99 mmHg. Sedangkan
mengimbangi penurunan hipertensi stadium II adalah jika
kebutuhan energi karena tekanan darah Sistole >160
kurangnya aktivitas. Itu sebabnya mmHg dan tekanan darah diastole
berat badan meningkat. Obesitas >100 mmHg. Lebih jelasnya lihat
dapat memperburuk kondisi Tabel 1.3 dibawah ini:
lansia. Kelompok lansia dapat

Tabel 1.3 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Klasifikasi Hipertensi Tekanan Darah Sistole Tekanan Darah


(mmHg) Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Stadium 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Stadium 2 >160 Atau >100
(Sumber: Crea, 2008)

Hasil skrining hipertensi saat kegiatan juga menunjukkan


lainnya yang didapatkan dari beberapa faktor yang dapat
kuesioner yang dibagikan pada menyebabkan munculnya
Page 22 | 2 6
WARJIMAN., UNJA, ERMEISI ER., GABRILINDA, YOHANA., HAPSARI, F.D
JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM), VOLUME 2, EDISI 1, 31 MEI 2020

hipertensi pada usia lanjut, seperti Hasil tersebut dapat dilihat pada
faktor keturunan, kebiasaan Tabel 1.4 dibawah ini,
makan makanan yang diasinkan,
merokok dan kurangnya olahraga.

Tabel 1.4 Faktor Resiko Hipertensi


No Faktor Resiko Persentase Total
Ya Tidak
1 Keturunan 85 % 15% 100%
2 Makanan Asin & diawetkan 74,8 % 25,2 % 100 %
3 Merokok 42,7 % 57,3 % 100 %
4 Kurang Olahraga 78 % 22 % 100 %

Tabel 1.4 menunjukkan yang kuat oleh faktor lingkungan


bahwa faktor keturunan hipertensi atau gaya hidup utama.
dari orang tua menjadi faktor Tabel 1.4 juga menunjukkan
tertinggi. Riwayat keluarga dekat bahwa faktor tertinggi kedua
yang menderita hipertensi (faktor adalah karena kurang berolah
keturunan) diketahui memang raga, diikuti dengan kebiasaan
dapat mempertinggi risiko mengkonsumsi makanan asin dan
terkena hipertensi, terutama pada diawetkan seperti mandai dan
hipertensi primer (essensial). ikan asin, dan yang terakhir
Namun, Carey (2018) dalam adalah merokok. Susilo (2011)
penelitiannya menyebutkan menjelaskan bahwa jenis
meskipun faktor genetik makanan yang menyebabkan
memiliki kecenderungan tidak hipertensi yaitu makanan yang
dapat dirubah pada pasien siap saji yang mengandung
hipertensi dan dapat membawa pengawet, kadar garam yang
risiko CVD seumur hidup, namun terlalu tinggi dalam makanan,
risiko untuk hipertensi dapat kelebihan konsumsi lemak.
dimodifikasi dan sebagian besar Flynn, Ingel, dkk (2013)
dapat dicegah karena pengaruh menambahkan kebiasaan-
kebiasaan tidak sehat seperti pola

Page 23 | 2 6
WARJIMAN., UNJA, ERMEISI ER., GABRILINDA, YOHANA., HAPSARI, F.D
JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM), VOLUME 2, EDISI 1, 31 MEI 2020

makan yang tidak seimbang gaya hidup yang bisa dilakukan


dengan kadar kolesterol yang adalah mengatur pola makan,
tinggi, garam, minimnya olahraga olahraga secara teratur, dan
dan porsi istirahat, obesitas menghindari konsumsi alkohol
sampai stres juga dapat atau rokok. Tim mencoba
berpengaruh terhadap memberikan edukasi dalam
kemunculan tekanan darah. bentuk diskusi dan leaflet kepada
Berdasarkan uraian di atas dapat setiap peserta. Informasi yang
disimpulkan bahwa gaya hidup diberikan meliputi pengertian,
memang sangat berpengaruh penyebab dan faktor resiko
besar terhadap munculnya hipertensi serta bagaimana cara
penyakit hipertensi. Gaya hidup menjaga pola hidup sehat
sehat dapat disimpulkan sebagai dirumah. Peserta sangat antusias
serangkaian pola perilaku atau menerima informasi tersebut dan
kebiasaan hidup sehari- hari untuk menyatakan siap merubah
memelihara dan menghasilkan perilaku kesehatan dirumah. Saat
kesehatan, mencegah resiko dilakukan tanya jawab, sebagian
terjadinya penyakit serta besar peserta dapat menjelaskan
melindungi diri untuk sehat secara kembali faktor resiko hipertensi
utuh. dan bagaimana cara menjaga pola
Perubahan gaya hidup sehat hidup sehat yang benar. Hasil
adalah langkah penting untuk evaluasi dapat dilihat pada
menurunkan dan mengatasi diagram dibawah ini,
tekanan darah tinggi. Perubahan

Gambar 1.4 Hasil Evaluasi Edukasi Pada Pertemuan ke dua

Pengetahuan

10%
30% Sangat Baik
Baik

60% Kurang Baik

Page 24 | 2 6
WARJIMAN., UNJA, ERMEISI ER., GABRILINDA, YOHANA., HAPSARI, F.D
JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM), VOLUME 2, EDISI 1, 31 MEI 2020

Gambar 1.4 memperlihatkan D. KESIMPULAN


evaluasi hasil kegiatan PKM Kesimpulan yang dapat ditarik
sebelumnya sebagian besar dari dari hasil kegiatan pengabdian
peserta memiliki pengetahuan Masyarakat yang telah
yang baik, dan sangat baik dilakukan adalah
mengenai hipertensi dan cara 1. Beberapa faktor resiko
menjaga pola hidup sehat hipertensi yang didapatkan
dirumah. Walaupun masih ada pada jemaat Gereja Katedral
jumlah kecil peserta dengan Banjarmasin adalah usia,
pengetahuan rendah, peningkatan jenis kelamin, obesitas,
angka dari sebelumnya makanan asin yang
menunjukan keberhasilan dari diawetkan.
kegiatan. Peningkatan 2. Masyarakat sangat antusias
pengetahuan ini tentu diharapkan untuk mengikuti
dapat menjadi dasar bagi peserta pemeriksaan tekanan darah
untuk mampu menerapkan secara rutin.
perilaku sehat dalam upaya 3. Pelaksanaan edukasi dengan
mengontrol tekanan darah. diskusi langsung disertai
Seperti ungkapan Notoadmodjo dengan penggunaan leaflet
(2007) dalam Wawan & Dewi dan buku panduan
(2010), dimana pengetahuan yang memudahkan masyarakat
baik dapat mempengaruhi untuk lebih memahami
perilaku seseorang sesuai mengenai hipertensi.
pengetahuan yang di
dapatkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Adriaansz, P.N., Rottie, J., Lolong, J. Carey, R. M. (2018). Prevention and


(2016). Hubungan Konsumsi Control of Hypertension. Journal
Makanan Dengan Kejadian Of The American College Of
Hipertensi Pada Lansia Di Cardiology, Published By
Puskesmas Ranomuut Kota Elsevier. (Diakses Tanggal 25
Manado. Jurnal Keperawatan. Vol. September 2019)
4, No. 1

Page 25 | 2 6
WARJIMAN., UNJA, ERMEISI ER., GABRILINDA, YOHANA., HAPSARI, F.D
JURNAL SUAKA INSAN MENGABDI (JSIM), VOLUME 2, EDISI 1, 31 MEI 2020

Flynn, J. T., Ingel, J. R., & Editors, R. J. Rahajeng E., Tuminah., Sulistyowati.
P. (2013.). Pediatric (2009). Prevalensi Hipertensi Dan
Hypertension. Third Edition. Determinannya Di Indonesia.
Humana Press. Springer Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis
Science+Business Media New dan Farmasi Badan Penelitian
York. Kesehatan Departemen Kesehatan
Hamer, Mark. 2006. The Anti- RI
Hypertensive Effects of Exercise: Salman, Y. A. R. M. A., 2015. Pola
Integrating Acute and Konsumsi Natrium dan Lemak
Chronic Mechanisms. sebagai Faktor Risiko Terjadinya
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/1 Penyakit Hipertensi di Wilayah
6464120/. (Diakses Tanggal 22 Kerja Puskesmas Kandangan
Mei 2020) Kecamatan Kandangan Kabupaten
Jannah, R. S. A., 2018. Hipertensi Hulu Sungai Selatan. Jurkessia,
dikalangan dewasa muda; Kejadian Volume V No.2.
Hipertensi Di Tinjau Dari Gaya Seke, P. A. J. L., 2016. Hubungan
Hidup Di Kalangan Dewasa Muda. Kejadian Stres Dengan Penyakit
Kemenkes, RI (2014). Infodatin; Hipertensi Pada Lansia Di Balai
Hipertensi; Mencegah dan Penyantunan Lanjut Usia Senjah
Mengontrol Hipertensi Agar Cerah Kecamatan Mapanget Kota
Terhindar dari Kerusakan Organ Manado. e-journal
Jantung, Otak dan Ginjal. Keperawatan(e-Kp) Volume 4
Kementrian Kesehatan Republik Nomor 2, , Volume 4.
Indonesia (2013). Hasil Utama Setiawan, Z. (2006). Karakteristik
Riset Kesehatan Dasar 2018., 1– sosiodemografi sebagai faktor
100. https://doi.org/1 Desember resiko hipertensi studi ekologi di
2013 (Diakases Tanggal 15 pulau Jawa tahun 2004 [Tesis].
November 2019) Jakarta: Program Studi
Kementrian Kesehatan Republik Epidemiologi Program Pasca
Indonesia (2018). Hasil Utama Sarjana FKM-UI.
Riset Kesehatan Dasar 2018., 1– Sheps, Sheldon G. (2005). Mayo Clinic
100. https://doi.org/1 Desember Hipertensi Mengatasi Tekanan
2018 (Diakases Tanggal 15 Darah Tinggi. Jakarta: PT Intisari
November 2019) Mediatama
Novitaningtyas, T. (2014). Hubungan Susilo, R., 2011. Pendidikan Kesehatan
Karakteristik (Umur, Jenis dalam Keperawatan.. Yogyakarta:
Kelamin, Tingkat Pendidikan) Dan Nuha.
Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Wawan, & Dewi. (2010). Pengetahuan,
Darah Pada Lansia Di Kelurahan sikap dan perilaku manusia.
Makamhaji Kecamatan Kartasura Yoyakarta: Nuha Medika.
Kabupaten Sukoharjo (Doctoral Yundini. (2006). Faktor Resiko
dissertation, Universitas Hipertensi dan Pengendalian
Muhammadiyah Surakarta). Penyakit Tidak Menular.
Price, S.A., Wilson, L.M. (2012). Jakarta: PT. Gramedi.
Patofisiologi Konsep Klinis
ProsesProses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC 6.

Putra, A.M.P., & Ulfah, A. (2016).


Analisis Faktor Risiko Hipertensi
Di Puskesmas Kelayan Timur Kota
Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Ibnu
Sina. Vol. 1, No. 27

Page 26 | 2 6

Anda mungkin juga menyukai