Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi

demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah

mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi kepenyakit

tidak menular (PTM) meliputi penyakit degenerative dan man made

diseases yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan

mortalitas.Terjadinya transisi epidemiologi ini disebabkan terjadinya

perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk,

saat masyarakat telah mengadopsi gaya hidup tidak sehat, misalnya

merokok, kurang aktivitas fisik, makanan tinggi lemak dan kalori, serta

konsumsi alcohol yang diduga merupakan faktor risiko PTM (Widiyani,

2013).

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular dengan angka

kejadian yang sangat tinggi di dunia. Pernyataan ini dibuktikan dengan

banyaknya temuan penderita hipertensi pada pelayanan primer.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2013,

melaporkan bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita hipertensi dari

600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 milyar pada tahun 2008. Diperkirakan

akan terus meningkat hingga 1,56 miliar orang dewasa akan hidup

dengan hipertensi pada tahun 2020 (Kemenkes RI, 2014). WHO juga
menyebutkan negara ekonomi berkembang memiliki 40% penderita

hipertensi sedangkan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika

memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu sebesar 40%.

Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%. Hipertensi di Asia telah

membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukan bahwa

satu dari tiga orang di Asia menderita hipertensi (Widiyani, 2013).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun

2013, dengan gambaran menggunakan unit analisis individu menyatakan

bahwa secara nasional 25,8 % penduduk indonesia menderita penyakit

hipertensi (Kemenkes RI, 2016). Data survey dari salah satu puskesmas

di Sulawesi selatan, Puskesmas Makkasau pada tahun 2018 didapatkan

1063 jiwa mengalami hipertensi dari jumlah 2752 kepala keluarga. angka

ini sangat tinggi dan harus menjadi perhatian petugas kesehatan dan

pemangku kepentingan untuk memberikan solusi terbaik untuk

menurunkan angka kejadian hipertensi di Tamansari, mengingat masih

banyak penderita hipertensi yang tidak melakukan pengobatan secara

teratur ke puskesmas.

Hipertensi memberikan dampak negatif yang luar biasa pada

pasien. Salah satunya dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit

kardiovaskular. tingginya risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik

dan stroke diakibatkan oleh peningkatan 20 mmHg tekanan darah sistolik

atau 10 mmHg tekanan darah diastolik (Chobanian, dkk., 2013). Maka dari

itu, terkontrolnya tekanan darah sistolik dapat menurunkan risiko


kematian, penyakit kardiovaskular, stroke, dan gagal jantung (Soenarta,

dkk., 2015). Selain itu, ekonomi juga menjadi dampak yang dirasakan oleh

pasien karena pasien dengan mengalami hipertensi mengharuskan pasien

untuk mengkonsumsi obat secara teratur dan mengeluarkan biaya yang

tidak sedikit untuk menjaga kesembuhannya. Bahkan negara dengan

penghasilan rendah dan menengah banyak penderita hipertensi tidak

melakukan pengobatan karena biaya yang mahal (WHO, 2016).

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi

dalam dua kelompok besar yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan

seperti jenis kelamin, umur, genetik, ras dan faktor yang dapat

dikendalikan seperti pola makan, kebiasaan olahraga, konsumsi garam,

kopi, alkohol dan stres. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor

risiko tersebut secara bersama-sama (common underlying risk factor),

dengan kata lain satu faktor risiko saja belum cukup menyebabkan

timbulnya hipertensi (Depkes RI, 2013).

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tekanan darah yang tidak dapat diubah. Seperti beberapa penelitian ini

yang mengungkapkan hasil bervariatif. Penelitian yang dilakukan oleh

Everet dan Zajacova (2015) menunjukkan bahwa laki laki memiliki tingkat

hipertensi yang lebih tinggi daripada wanita namun laki-laki memiliki

tingkat kewaspadaan yang lebih rendah terhadap penyakit hipertensi

daripada wanita. Hasil yang sama didapatkan di Sumatera Barat yang

melaporkan ada 18,6% laki-laki dan 17,4% perempuan dengan hipertensi.


Sebaliknya, penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyuni dan Eksanoto

(2013) menunjukkan bahwa wanita cenderung menderita hipertensi

daripada laki laki. Pada penelitian tersebut dilaporkan 27,5% wanita

mengalami hipertensi, sedangkan untuk laki laki hanya sebesar 58%.

Resiko hipertensi semakin meningkat pada usia 50-an keatas.

Hampir 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebab sebenarnya.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi seperti : usia,

keturunan (herediter), kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, kegemukan,

stress, penyakit ginjal, gangguan adrenal, penyakit jantung congenital,

obat-obatan tertentu, pre-eklamsia, konsumsi tinggi garam, dan gaya

hidup kurang aktif, dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi. Resiko

kejadian hipertensi paling besar berada pada kategori umur paling tua (75

tahun ke atas) yaitu sebesar 17 kali lebih besar dibandingkan kategori

umur 15-24 tahun. Resiko menjadi lebih kecil dengan bertambah mudanya

usia, yaitu pada kategori umur 65-74 tahun, 55-64 tahun, 45-54 tahun, 35-

44 tahun dan 25-34 tahun sebesar berturut-turut 14, 9, 6, 4, dan 2 kali

dibandingkan kategori umur 15-24 tahun ( Indrawati,2013).

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari rekam medis

Puskesmas Tumbang Datu, kabupaten Tana Toraja tahun 2022 yaitu

pada Tahun 2020 sebanyak 697 orang pasien dengan rentang umur

antara 20 – 70 tahun, dengan perbandingan jenis kelamin laki-laki

sebanyak 405 orang sedangkan perempuan sebanyak 292 orang. Untuk

tahun 2021 sebanyak 661 orang pasien dengan rentang umur antara 20 –
70 tahun, dengan perbandingan jenis kelamin laki-laki sebanyak 400

orang sedangkan perempuan sebanyak 261 orang. Peningkatan penderita

hipertensi masih sangat signifikan dari tahun ke tahun.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kejadian penyakit masih

sangat tinggi khususnya di wilayah kerja Puskesmas Tumbang Datu.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran

Kejadian Penyakit Hipertensi Berdasarkan Umur dan jenis kelamin di

wilayah kerja Puskesmas Tumbang Datu”.

B. Rumusan Masalah

Dari pembahasan tersebut, penulis merumuskan sebuah masalah

penelitian : “ Gambaran Kejadian Penyakit Hipertensi Berdasarkan Umur

dan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Tumbang Datu?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran Kejadian Penyakit Hipertensi

Berdasarkan Umur dan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas

Tumbang Datu.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Gambaran Kejadian Penyakit Hipertensi

Berdasarkan Umur di wilayah kerja Puskesmas Tumbang Datu

b. Untuk mengetahui Gambaran Kejadian Penyakit Hipertensi

Berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Tumbang

Datu
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Sebagai tambahan pustaka dalam meningkatkan ilmu pengetahuan

khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

penyakit hipertensi dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya

yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi lebih mendalam.

2. Manfaat Institusi

Sebagai referensi di ruang baca untuk menambah wawasan

mahasiswa tentang konsep penyakit Hipertensi.

3. Manfaat Masyarakat

Sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk dilakukannya

upaya pencegahan resiko hipertensi essensial pada masyarakat

khususnya di wilayah kerja Puskesmas Tumbang Datu dengan

mempublikasikan mengenai kelompok umur dan jenis kelamin yang

beresiko mengidap hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai