OLEH :
FERSYA PALINGGI
NIM : 19008
1
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
FERSYA PALINGGI
NIM : 19008
2
LEMBAR PERSETUJUAN
OLEH :
Pembimbing
MENGETAHUI :
Direktur Akper Rantepao Tana Toraja
3
LEMBAR PENGESAHAN
Susunan Penguji :
Penguji I Penguji II
(Nofita T. Rombeallo, S.Kep, Ns, M.Kep) (Fera Dwiyanti, S.Kep, Ns, M.Kep)
MENGETAHUI :
Direktur Akper Rantepao Tana Toraj a
ABSTRAK
4
Nama : Fersya Palinggi
Nim : 19008
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn.’W” dengan gangguan
system pernafasan “TB Paru” di Ruang perawatan Interna
Laki RSUD Lakipadada Tana Toraja.
Daftar pustaka : 1 halaman
Jumlah halaman : 96 halaman
Pendahuluan : Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Biasanya mempengaruhi paru-paru dan
beberapa di luar paru-paru, seperti kelenjar getah bening, kulit, tulang, dan selaput
otak. Sumber penularan adalah penderita TB BTA (+) melalui percik renik dahak.
Tuberkulosis menyebar melalui udara melalui batuk dan dahak. Saat Anda batuk,
tetesan infeksi (droplet nucei) terbentuk, dan infeksi terjadi ketika orang lain
menghirup udara yang mengandung tetesan dahak yang menular. Risiko
penularan lebih tinggi dengan BTA (+) dibandingkan dengan BTA (-).
Tujuan penulisan : Memberikan gambaran secara umum pelaksanaan
Asuhan keperawatan pada klien khususnya pada Tn.’W” dengan gangguan system
pernafasan “TB Paru” di Ruang perawatan Interna Laki RSUD Lakipadada Tana
Toraja.
Metode : penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu dengan studi
kasus, proses pengumpulan data, dilakukan dengan wawancara, melihat cacatan
rekam medik pasien dan tindakan keperawatan.
Hasil : setelah melakukan keperawatan selama 3 hari diagnosa yang diteori
ada 5 yaitu, Bersihan Jalan nafas tidak efektif, Nyeri akut, Gangguan pola tidur,
Ansietas dan Defisit Nutrisi. Namun dari kelima diagnosa tersebut hanya satu
diagnosa yang tidak diangkat penulis yaitu ansietas dan deficit nutrisi bukan tidak
memiliki tanda dan gejala melainkan klien tidak merasakan tanda dan gejala
diagnosa tersebut. Dari 3 diagnosa tersebut semuanya dapat teratasi.
Kata kunci : asuhan keperawatan, Tubercolosis Paru, Bersihan jalan nafas
tidak efektif, nyeri akut dan gangguan pola tidur.
HALAMAN PERNYATAAN
5
Saya Bersumpah Bahwa Karya Tulis Ini Adalah Hasil Karya Saya Sendiri Dan
Fersya Palinggi
RIWAYAT HIDUP
6
A. IDENTITAS
1. Nama : Fersya Palinggi
2. Nim : 19008
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Tempat/ Tanggal lahir : Tarongko, 15 Februari 2001
5. Agama : Kristen protestan
6. Suku/bangsa : Toraja Indonesia
7. Alamat rumah : Tarongko
B. PENDIDIKAN
1. Tamat SDN Inpres Lapandan, Tana Toraja Tahun 2013
KATA PENGANTAR
7
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
Karya Tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan keperawatan pada Tn.’W” dengan
RSUD Lakipadada Tana Toraja. Adapun tujuan penulis dalam membuat karya
ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kata sempurna, baik dalam penulisan, maupun penyusunan serta bahasa yang
Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, penulis sering mengalami kesulitan,
namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga dalam
kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik,
oleh karena kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimah kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Rimmy Julianti B, ST. M.MT selaku ketua Yayasan Kasih Bunda yang telah
keperawatan rantepao tana toraja dan sekaligus menjadi penguji Karya Tulis
8
3. dr. Farma Lelepadang, S.Ked Selaku direktur RSUD Lakipadada Tana
Toraja beserta perawat RSUD Lakipadada Tana Toraja yang telah memberikan
Diploma III Keperawatan Akper Rantepao Tana Toraja yang telah banyak
memberikan motivasi dan dorongan serta arahan kepada penulis selama dalam
pendidikan.
5. Fera Dwiyanti, S.Kep, Ns, M. Kep selaku Pembimbing yang telah banyak
6. Nofita T. Rombeallo S.Kep, Ns, M.Kep Selaku penguji yang telah banyak
7. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Keperawatan Rantepao Tana Toraja yang
8. Klien dan keluarga TN.“W” yang telah bersedia bekerja sama selama
orang tua penulis. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan kekuatan dan kesehatan buat Mama dan Papa sehingga
9
selalu memberikan dorongan, material maupun moril serta dukungan dalam
10. Buat saudara – saudaraku tercinta Feny Palinggi S,Kep, NS (Kaka) Anastaya
Palinggi (Kakak) Nasrul Palinggi (Kakak) dan Rizky Dwi Saputra Palinggi
(Adek). Terimakasih atas dukungan, perhatiandan doa kakak dan adik serta
11. Teman-teman seperjuangan AKPER Rantepao Angkatan 2019 dalam suka dan
duka dan seluruh rekan-rekan yang penulis tidak sebutkan satu per satu yang
Namun penulis menyadari sebagai manusia biasa yang tak pernah luput
dari kata kesalahan serta keterbatasan sehingga Karya Tulis Ilmia ini masih
jauh dari kata kesempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
Tulis ini.
Semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan tenaga
Paru.
Fersya Palinggi
DAFTAR GAMBAR
10
Gambar Judul Halaman
DAFTAR TABEL
11
Tabel Judul Halaman
DAFTAR ISI
Halaman
12
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................… iv
ABSTRAK............................................................................................................… v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................… x
DAFTAR TABEL.................................................................................................… xi
DAFTAR ISI.........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................5
C. Tujuan penulisan...................................................................................6
1.Tujuan umum……………………………………………….……… 6
2.Tujuan khusus………………………………………........................6
C. Manfaat Penulis……………………………………..……...…………..7
1. Defenisi...........................................................................................10
3. Etiologi............................................................................................15
13
4. Manifestasi Klinis...........................................................................16
5. Patofisiologi....................................................................................17
6. Klasifikasi.......................................................................................18
7. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................19
8. Penatalaksanaan..............................................................................21
9. Pencegahan.....................................................................................23
B. Konsep Keperawatan............................................................................24
1. Pengkajian ......................................................................................24
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................29
3. Intervensi Keperawatan..................................................................29
A. Biodata.............................................................................................49
B. Riwayat Kesehatan...........................................................................50
E. Riwayat Ginekologi.........................................................................54
G. Pemeriksaan Fisik............................................................................64
H. Pemeriksaan Penunjang....................................................................65
I. Aktivitas sehari-hari.........................................................................66
J. Terapi...............................................................................................67
Data fokus.............................................................................................68
14
Analisa Data..........................................................................................69
Rencana Keperawatan...........................................................................73
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................87
BAB V PENUTUP................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 96
LAMPIRAN..........................................................................................................97
BAB I
PENDAHULUAN
15
A. Latar Belakang
beberapa di luar paru-paru, seperti kelenjar getah bening, kulit, tulang, dan
selaput otak. Sumber penularan adalah penderita TB BTA (+) melalui percik
renik dahak. Tuberkulosis menyebar melalui udara melalui batuk dan dahak.
Saat Anda batuk, tetesan infeksi (droplet nucei) terbentuk, dan infeksi terjadi
ketika orang lain menghirup udara yang mengandung tetesan dahak yang
menular. Risiko penularan lebih tinggi dengan BTA (+) dibandingkan dengan
paru dan menyerang organ lainnya, penularan kuman tuberculosis ini melalui
ataupun bersin dalam bentuk percikan dahak/ Droplet Nuclei. Penderita dapat
dapat diderita oleh siapa saja baik orang dewasa maupun anak-anak. Proporsi
kasus tuberculosis menurut kelompok umur tahun 2019: umur 0-14 tahun 11,9
%, 15-24 tahun 15,5%, 25-34 tahun 15,19 %, 35-44 tahun 15,5 %, 45-54 tahun
16,5 %, 55-64 tahun 14,4 %, dan 65+ tahun 9,9 % (Kementrian Kesehatan RI
2020).
dunia. Semua orang bisa terkena penyakit ini baik anak-anak maupun orang
16
dewasa. Namun, orang dewasa yang lebih sering terkena TB (WHO, 2020).
(Sebelumnya 1.7 juta orang pada tahun 2000) dan 280.000 orang meninggal
pada tahun 2000). Angka kematian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
kisaran 19,67% dari seluruh kasus di Indonesia disusul oleh rentang umur 35-
17,75%, umur 15-24 tahun dengan kisaran 16,51%, umur 55-64 tahun dengan
kisaran 9,75%, umur 0-14 tahun dengan kisaran 1,75% (Kemenkes RI, 2019).
17
Dari beberapa survei, jumlah kasus baru penyakit TB 1.4 kali lebih tinggi pada
pada perempuan. Hal ini terjadi kemungkinan karena kebiasaan merokok pada
laki-laki yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit TB dan
2018). Di Indonesia, jumlah total kasus baru TB paru berjumlah total 255.812
kasus yang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yaitu 153.904 kasus
berjumlah total 11.547 kasus yang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki
yaitu 6.930 kasus kemudian diikuti oleh jenis kelamin perempuan yaitu 4.617
19.071 kasus, dengan rincian laki-laki sebanyak 11.226 orang dan perempuan
7.845 orang.,BTA+ sebesar 11.476 orang (60,17%) yang terdaftar dan diobati,
dengan kesembuhan pada tahun 2019 berjalan sebanyak 5.366 orang (46.75%)
kasus Tuberkulosis 296, selanjutnya untuk tahun 2020 total suspek 535 orang
dan yang diobati sebanyak 157 kasus dan untuk tahun 2021 total kasus TB
Paru yang tercatat sebanyak 171 kasus (Dinas Kesehatan Tana Toraja, 2022).
18
yang ditularkan oleh seseorang dengan penyakit paru aktif dengan respon
imun
yang telah menurun atau tidak adekuat melalui percikan dahak yang keluar
menghirup
pembentukan dinding ini tidak berhasil pada semua orang sehingga bakteri
fibrosis dan berkurangnya jumlah total jaringan dalam paru-paru yang dapat
yang mengakibatkan pola nafas menjadi lebih cepat, berkurangnya luas total
dalam paru yang berakibat pada menurun atau meningkatnya jumlah PO2 dan
pertukaran gas, bersihan jalan nafas tidak efektif, dan gangguan ventilasi
spontan. Tanda dan gejala yang muncul pada pasien TB paru dapat
19
karbondioksida yang terjadi pada membrane alveolus kapiler yang dapat
dan bunyi nafas tambahan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Rumah Sakit dari tahun 2019 sampai dengan bulan Juni 2022 jumlah pasien
TB paru sebanyak 254 orang. Pada tahun 2019 terdapat pasien TB paru
sebanyak 109 orang, tahun 2020 sebanyak 67 orang, pada tahun 2021
sebanyak 52 orang, dan untuk tahun 2022 dari bulan januari-juni sebanyak 26
orang yang berobat dengan TB Paru. Jumlah penderita TB Paru yang berobat
Dari uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
B. Rumusan Masalah
20
perawatan yang baik maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus :
Tuberculosis Paru
21
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Tuberculosis Paru.
c. Bagi Penulis
22
Sebagai wacana sehingga diharapkan masyarakat mengerti tentang
E. MetodePenulisan
Penulisan karya tulisi ilmiah ini menggunakan metode studi kasus, dengan
sebagai berikut :
1. Studi Prepustakaan
mendapatkan dasar teoritis, dari literature atau referensi baik dari buku
maupun internet.
2. Studi Dokumenter
lebih mendukung data yang telah di ambil dari pihak – pihak yang terkait
3. Wawancara
23
Wawancara yaitu dengan mengadakan tanya jawab dengan penderita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
24
1. Defenisi TB Paru
tuberculosis yang utama menembus paru, usus, dan juga kelenjar getah
a. Anatomi
lobus, dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan
lobus inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus
25
inferior.
(cavumpleura).
1) Hidung
26
Lamina propria pada mukosa hidung umumnya mengandung
2) Alat pengindu
selolfaktoris.
3) Sinus paranasal
5) Laring
27
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm.
pita suara palsu (lipat vestibular) dan pita suara (lipat suara).
Celah diantara pita suara disebut rima glotis. Pita suara palsu
6) Trakea
kelenjar.
7) Broncush
28
dengan trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan tidak
goblet.
8) Bronchiolusrespiratorius
10) Alveoulus
antara darah dan udara yang dihirup. Jumlahnya 200 - 500 juta.
29
Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli disokong oleh
serat kolagen, dan elastis halus. Sel epitel terdiri sel alveolar
gepeng (sel alveolar tipe I), sel alveolar besar (sel alveolar tipe
11) Pleura
dan interkostal.
30
b. Fisiologi ventilasi Paru
tekanan pada permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya
31
setiap pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting.
3. Etiologi Tb Paru
mikron.
Neelsen.
Jensen, ogawa.
jangka waktu lama pada suhu antara 4ºC sampai minus 700C.
ultraviolet .
32
h. Dalam dahak pada suhu 30-37 ℃ akan mati dalam waktu lebih
kurang 1 minggu.
4. Manifestasi Klinis
a. Gejala sistemik.
apabila suhu fisik akan naik secara kilat, tetapi tidak ada panas
disertai panas.
33
menahun, maka penderita akan merasakan badan sakit tidak
b. Gejala Respiratorik
meradang tersebut.
3) Nyeri pada dada. Nyeri dadakan muncul jika sistem syaraf yang
sifatnya domestik.
5. Patofisiologi TB Paru
34
dan paling sering paru-paru. Mycobacterium Tuberculosis terkena udara
besar dari basil tuberkulum yang dihirup. Proporsi kecil yang tidak
tubuh atau organ tubuh selain area infeksi Tuberkulosis yang sangat
35
infeksi dan dengan demikian tidak dianggap sebagai kasus
kriteria :
3) Positif 1 kali.
36
Tuberkulosis Paru aktif.
2) Gejala klinik tidak atau ada gejala sisa akibat kelainan Paru.
7. Pemeriksaan Diagnostik
sewaktu (SPS).
petugas.
37
dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan mikroskopis biasa di mana
auramin-rhodamin.
diagnosis dan melakukan uji kepekaan. Bentuk lain teknik ini adalah
Endap Darah (LED) sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED
PA. Pemeriksaan lain atas indikasi ialah foto lateral, top lordotik,
38
hanya 1 spesimen BTA +). Pemeriksaan foto toraks memberi
4) Efusi Pleura.
8. Penatalaksaan
Perpaduan obat yang dipakai yaitu perpaduan obat pertama dan pula
obat susulan (Guyton & Hall, 2016). Obat pertama yang dipakai dalam
a. Obat Rifampisin
39
Obat rifampisin mampu mengakibatkan air seni/kencing
yang memproses air seni berwarna merah dan termasuk obat yang
tulang
b. Isoniazid (INH)
mg/kgBB 2x/1 minggu atau (300 mg/hari untuk orang cukup umur.
40
Hentikan OAT dan penyembuhan sinkron dengan arahan
c. Pirazinamid
Obat ini digunakan pada saat fase intensif 25 mg/kg berat badan,
x/satu mingggu atau: berat badan lebih 60 kg :1500 mg, berat badan
d. Streptomisin
Efek lainya ini akan melonjak seiring dengan tingkat dosis yang
e. Etambutol
41
Untuk obat ini diberikan fase intensif dengan dosis 20 mg/kg
anak akibat risiko keburukan okuler dan sulit dideteksi (Guyton dan
Hall, 2016).
9. Pencegahan TB Paru
agar setiap orang terhindar dari terjangkitnya suatu penyakit dan dapat
yaitu penyebab penyakit (agent), manusia atau tuan rumah (host) dan
42
sembuh. Cara pencegahan dan pemberantasan tuberculosis secara
tuberculosis paru.
1. Pengkajian
a) Anamnesis
1) Identitas Diri. Pasien Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis
43
dengan TB Paru meminta pertolongan pada tenaga medis dibagi
(a) Batuk. Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering
timbul pada sore hari atau pada malam hari mirip dengan
b) Riwayat Kesehatan
(d) Sputum
44
(a) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh – sembuh.
4) Riwayat Psikososial
kembali
keadaan sakit
menjadi pasien
45
Klien adalah seorang anak laki – laki
bahasa Toraja.
5) Riwayat Spiritual
6) Pemeriksaan Fisik
46
b) Breathing :
(1) Inspeksi
purulent.
luas.
(4) Auskultasi :
(a) Brain
47
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan
(b) Bledder
(c) Bowel
(d) Bone
(1) Kepala
48
Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada
benjolan/tidak, simetris/tidak
(2) Rambut
rambut
(3) Wajah
(5) Wicara
suara,afasia,dysfonia.
(6) THT
simetris/tidak,ada secret/tidak.
dan penjalaran
2. Diagnosa Keperawatan
49
injuri ). Stresstor yang isa menyebabkan banyak respon menyebabkan
( D.0001 )
(D.0077)
(D.0019)
3. Intervensi Keperawatan
50
Ketidakmampuan diharapkan bersih b. Monitor adanya
membersihkan sekr jalan nafas paten retensi sputum
et atau obstruksi dengan kriteria c. Monitor tanda
jaan nafas untuk hasil : dan gejala infeksi
mempertahankan a. Batuk efektif saluran napas
jalan napas tetap meningkat d. Monitor input dan
paten b. Produksi output cairan
Penyebab sputum ( mis. Jumlah dan
Fisiologis menurun karakteristik )
a. Spasme jalan c. Mengi menurun Terapeutik
napas d. Wheezing a. Atur posisi semi
b. Hipersekres i menurun – fowler atau
jalan napas e. Mekonium (pada fowler
c. Disfungsi neonates) b. Pasang perlak
neuromuskuler menurun dan bengkok di
d. Benda asing f. Dispsnea pangkuan pasien
dalam jalan membaik c. Buang sekret
napas buatan g. Ortopnea pada tempat
e. Adanya jalan membaik sputum
napas buatan h. Sulit bicara Edukasi
f. Sekresi yang membaik
a. Jelaskan tujuan
tertahan i. Sianosi membaik
dan prosedur
g. Hyperplasia j. Gelisah membaik
batuk efektif
dinding jalan k. Frekuensi napas
b. Anjurkan tarik
napas membaik
napas dalam
h. Proses infeksi Pola napas membaik
hidung melalui
i. Respon alergi (Buku: Defenisi dan
hidung selama 4
j. Efek agen Kriteria Hasil
detik, ditahan
farmakologi s ( Keperawatan, SLKI,
selama
mis. Anastesi ) Edisi 1) Hal 18
2 detik,
Situasional kemudian
a. Merokok aktif keuarkan dari
b. Merokok mulut dengan
pasif bibir mencucu
c. Terpajan (dibulatkan)
polutan selama 8 detik
c. Anjurkan
Gejala dan Tanda mengulangi
Mayor Subjektif tari napas dalam
( tidak tersedia ) hingga 3 kali
Objektif Kolaborasi
a. Batuk tidak a. Kolaborasi
efektif pemberian
b. Tidak mampu mukolitik atau
batuk ekspektoran, jika
perlu
51
c. Sputum (Buku : Defenisi dan
berebihan Tindakan
d. Mengi, wheezing Keperawatan, SIKI,
dan/atau ronchi Edisi 1)
kering Hal 142
e. Mekonium di
jalan napas (
pada neonates)
Gejala dan Tanda
Minor Subjektif
a. Dispnea
b. Sulit bicara
c. Ortopnea
Kondisi Klinis
Terkait
a. Gullianbarre
syndrome
b. Skerosis
c. multiple
d. Myasthenia
gravis
e. Prosedur
diagnostic ( mis.
Bbronskopi,
trasesophageal
echocardiografh
y [TEE] )
f. Depresi system
saraf pusat
g. Cedera kepala
h. Stroke
i. Kuadriplegia
j. Sindrom
k. aspirasi
mekonium
l. Infeksi saluran
napas
(BUKU : Diagnosis
Keperawatan, SDKI
Edisi 1)
Hal 18
2 Nyeri Akut berhub Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
ungan dengan batuk ( L.08065 ) Setelah )I.01006 )
menetap dan inflam dilakukan tindakan Observasi
asi paru ( D.0077 ) keperawatan a. Mengidentifikasi
Defenisi : selama 3x24 jam lokasi,
52
Pengalaman diharapkan nyeri karakteristik,
sensorik atau akut berkurang durasi, frekensi,
emosional yang dengan kriteria kualitas,
berkaitan dengan hasil : intensitas nyeri
kerusakan jaringan a. Keluhan nyeri b. Identifikasi skala
actual atau menurun nyeri
fungsional dengan b. Meringis c. Identifikasi
onset mendadak menurun respons nyeri non
atau lambat dan c. Sikap protektif verbal
bberintensitas menurun d. Identifikasi faktor
ringan hingga d. Gelisah yang
bberat yang menurun memperberat dan
berlangsung kurang e. Kesulitann memperingankan
dari 3 bulan tidur menurun nyeri
Penyebab f. Menarik diri e. Identifikasi
a. Agen pencedera menurun pengetahuan dan
fisiologis (mis. g. Berfokus keyakinan tentang
Inflamasi, pada diri nyeri
iskemia, sendiri f. Identifikasi
neoplasma) menurun pengaruh nyeri
b. Agen pencedera h. Diaphoresis pada kualitas
kiniawi (mis. menurun hidup
Terbakar, bahan i. Perasaan g. Monitor
kimia iritan) depresi keberhasilan
c. Agen pencedera (tertekan) terapi
fisik (mis. menurun komplamenter
Abses, amputasi, j. Perasaan yang sudah
terbakar, takut diberikan
terpotong, mengalami h. Monitor efek
mengangkat cedera samping
berat, prosedur berulang pengunaan
operasi, trauma, menurun analgetik
latihan fisik k. Anoreksia
berlebihan) menurun Terapeutik
Gejala Dan Tanda l. Perineum a. Berikan teknik
terasa tertekan nonfarmakologis
Mayor untuk mengurangi
menurun
Subjektif m. Uterus teraba rasa nyeri (mis.
Mengeluh nyeri membuat TENS, hypnosis,
menurun akupresur, terapi
Objektif n. Ketegangan music,
otot menurun biofeedback,
a. Tampak meringis
o. Pupil dilatasi terapi pijat,
b. Bersikap protektif menurun aromaterapi,
(mis. Waspada, p. Muntah teknik imajinasi
posisi menghindar menurun terbimbin,
53
q. Mual menurun kompres
nyeri)
r. Frekuensi nadi hangat/dingin,
c. Gelisah membaik terapi bermain)
s. Pola napas b. Kontrol
d. Frekuensi nadu
membaik lingkungan yang
meningkat
t. Tekanan memperberatkan
e. Sulit tidur darah rasa nyeri (mis.
membaik Suhu ruangan,
Gejala dan Tanda
u. Proses pencahayaan,
Minor Subjektif
berfikir kebisingan)
( tidak tersedia ) membaik c. Fasilitasi istirahat
v. Fokus membaik d. Tidur
Objektif
w. Fungsi e. Pertimbangkan
a. Tekanan darah berkemih jenis dan sumber
meningkat membaik nyeri dalam
x. Perilaku pemilihan strategi
b. Pola nafas
membaik meredahkan nyeri
berubah
y. Nafsu makan
c. Nafsu makan membaik Edukasi
berubah z. Pola tidur a. Jelaskan penyebab,
membaik periode, dan
d. Proses berfikir
(Buku: Defenisi pemicu nyeri
terganggu
dan Kriteria Hasil b. Jelaskan strategi
e. Menarik diri Keperawatan, meredahkan nyeri
SLKI, Edisi 1) c. Anjurkan
f. Berfokus pada
aa. Hal 145 memonitor ntyeri
diri sendiri
secara mandiri
g. Diaphoresis d. Anjurkan
menggunakan
Kondisi Klinis
analgetik secara
Terkait
tepat
a. Kondisi
e. Ajarkan teknik
pembedaha n
nonfarmakologi
b. Cedera
untuk menguranhi
traumamatis
ras nyeri
c. Infeksi
Kolaborasi
d. Sindrom koroner
a. Kolaborasi
akut
pemberian
e. Glaucoma
analgetik, jika
perlu
(Buku : Diagnosis
Keperawatan SDKI, (Buku: Defenisi dan
Edisi 1) Hal 172 Tindakan
Keperawatan, SIKI,
Edisi 1) Hal 201-202
3 Gangguan Pola Pola Tidur Dukungan Tidur
54
Tidur berhubungan ( L.05045 ) Setelah ( I.09265 )
dengan faktor batuk dilakukan tindakan Observasi
dan nyeri dada keperawatan a. Identifikasi pola
( D.0055 ) selama 3x24 jam aktivitas dan
diharapkan tidur
Defenisi : gangguan pola b. Identifikasi
Gangguan kualitas tidur teratasi faktor
dan kuantitas waktu dengan kriteria penganggu tidur
tidur akibat faktor hasil : (fisik dan/atau
eksternal a. Keluhan sulit psikologis)
tidur c. Identifikasi
Penyebab meningkat makana dan
a. Hambatan b. Keluhan sering minuman yang
lingkungan (mis. terjaga mengganggu
Kelembapan meningkat tidur (mis. Kopi,
lingkungan c. Keluhan tidak the, alcohol,
sekitar, suhu puas tidur makanan
lingkungan, meningkat mendekati
pencahayaa n, d. Keluhan waktu tidur
kebisingan, bau istirahat tidak minum banyak
tidak sedap, cukup air sebelum
jadwal meningkat tidur)
pemantauan/ e. Kemampuan d. Identifikasi obat
pemeriksaa beraktivitas tidur yang di
n/tindakaan) meningkat komsumsi
b. Kurang control Terapeutik
tidur (Buku : Defenisi a. Modifikasi
c. Kurang privasi dan Kriteria Hasil lingkungan (mis.
d. Restraint fisik Keperawatan, Percahayaan,
e. Ketiadaan teman SLKI, Edisi 1) Hal kebisingan, suhu,
tidur 96 matras,
f. Tidak familiar dan tempat
dengan peraatan tidur)
tidur b. Batasi waktu
Gejala dan Tanda tidur siang, jika
Mayor perlu
Subjektif c. Fasilitasi
a. Mengeluh susah menghilangkan
tidur stress sebelum
b. Mengeluh sering tidur
terjaga d. Tetapkan jadwal
c. Mengeluh tidak tidur rutin
puas tidur e. Lakukan
d. Mengeluh poa prosedur untuk
tidur berubah meningkatkan
e. Mengeluh kenyamanan
55
istirahat tidak (mis.Pijit,
cukup pengaturan
posisi, terapi
Objektif akupresur)
(tidak tersedia) f. Sesuaikan jadwal
pemberian
Gejala dan Tanda obat dan/atau
Minor tindakan untuk
Subjektif menunjang
a. Mengeluh siklus tidur-
kemampuan terjaga
beraktivitas Edukasi
menurun a. Jelaskan
Objektif pentingnya tidur
(tidak tersedia) cukup selama
sakit
Kondisi Klinis b. Anjurkan
Terkait menepati
a. Nyeri/kolik kebiasaan waktu
b. Hipertiroide sme tidur
c. Kecemasan c. Anjurkan
d. Penyakit paru menghindari
obstruksi kronis makanan/
e. Kehamilan minuman yang
f. Periode pasca menganggu tidur
partum d. Anjurkan
g. Kondisi pasca penggunaan obat
operasi tidur yang tidak
mengandung
(Buku : Diagnosis supresor terhadap
Keperawatan, SDKI, tidur REM
Edisi 1) Hal : 172 e. Ajarkan faktor –
faktor yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur (mis.
Psikologis, gaya
hidup, sering
berubah shift
bekerja)
f. Ajarkan relaksasi
otot autogenic
atau cara
nonfarmakologi
lainnya
56
(Buku : Defenisi dan
Tindakan
Keperawatan, SIKI,
Edisi 1) Hal 48
4 Ansietas TingkatAnsietas Reduksi Ansietas (
berhubungan (L.09093) Setelah I.093124 )
dengan perubahan dilakukan tindakan
status kesehatan ( keperawatan selam Observasi
D.0080 ) 3x24 jam a. Identifikasi saat
Defenisi : diharapkan ansietas tingkat ansietas
Kondisi emosi dan dapat menurun berubah ( mis.
pengalaman dengan kriteria Kondisi, waktu,
subjektif individu hasil : stressor )
terhadap objek yang a. Verbalisasi b. Identifikasi
tidak jelas dan kebingungan kemampuan
spesifik akibat menurun mengambil
antisipasi bahaya b. Verbalisasi keputusan
yang khawatiran c. Monitor tanda
memungkinkan akibat kondisi – tanda ansietas
individu melakukan yang dihadapi (verbal dan
tindakan untik menurun nonverbal)
menghadapi c. Perilaku gelisa Terapeutik
ancaman menurun a. Ciptakan suasana
Penyebab d. Perilaku tegang terapeutik untuk
a. Krisis menurun menumbuhkan
situasiona e. Keluhan pusing kepercayaan
b. Kebutuhan menurun b. Temani pasien
tidak terpenuhi f. Anoreksia untuk mengurangi
c. Krisis maturasio menurun kecemasan, jika
nal g. Palpitasi memungkinkan
d. Ancaman menurun c. Pahami situasi
terhadap konsep h. Frekuensi yang membuat
diri pernapasan ansietas
e. Ancaman menurun d. Dengarkan dengan
terhadap i. Frekuensi nadi penuh perhatian
kematian menurun e. Gunakan
f. Kekhawatiran j. Tekanan darah pendekatan yang
mengalami menurun tenang dan
kegagalan k. Diaforesis menyakinkan
g. Disfungsi menurun f. Tempatkan barang
system keluarga l. Tremor pribadi yang
h. Hubungan menurun memberikan
orang tua m.Pucat menurun kenyamanan
anak tidak n. Konsentrasi g. Motivasi
memuaskan membaik mengidentifiksi
57
i. Faktor o. Pola tidur situasi yang
Keturunan membaik memicu
(temperamen p. Perasaan kecemasan
mudah ketidakberdayaa h. Diskusikan
teragitasi sejak n membaik perencanaan
lahir) q. Kontak mata realistis tentang
j. Penyalahgunaan membaik peristiwa yang
zat Terpapar r. Pola berkemi akan dating
bahaya membaik Edukasi
lingkungan( mis s. Orientasi a. Jelaskan prosedur,
. Toksin, membaik termasuk sensasi
polutan, dan yang mungkin
lain-lain) (Buku: Defenisi dialami
k. Kurang terpapar dan Kriteria Hasil b. Informasikan secara
informasi Keperawatan, factual mengenai
SLKI, Edisi 1) Hal diagnosi,
Gejala dan Tanda 132 pengobatan, dan
Mayor prognosis
Subjektif c. Anjurkan keluarga
a. Merasa bingung untuk tetap
b. Merasa khawatir bersama
dengan akibat pasien, jika perlu
dari kondisi d. Anjurkan
yang dihadapi melakukan kegiatan
c. Sulit yang tidak
berkonsentr asi kompetetif sesuai
kebutuhan
Objektif e. Anjurkan
a. Tampak gelisah mengungkapkan
b. Tampak tegang perasaan dan
c. Sulit tidur persepsi
f. Latih kegiatan
Gejala dan Tanda penglihatan untuk
Minor mengurangi
Subjektif ketegangan
a. Mengeluh g. Latih penggunaan
pusing mekanisme
b. Anoreksia pertahanan diri
c. Palpitasi yang tepat
d. Merasa tidak h. Latih teknik
berdaya relaksasi
Objektif Kolaborasi
a. Frekuensi nafas a. Kolaborasi
meningkat pemberian obat
b. Frekuensi nadi ansietas, jika perlu
58
meningkat
c. Tekanan darah (Buku: Defenisi dan
meningkat Tindakan
d. Diaphoresis Keperawatan, SIKI,
e. Tremor Edisi 1) Hal 387
f. Muka tampak
pucat
g. Suara bergetar
h. Kontak mata
buruk
i. Sering berkemih
j. Berorientasi
pada masa lalu
Kondisi Klinis
Terkait
a. Penyakit kronis
progresif (mis.
Kanker,
penyakit
autoimun)
b. Penyakit akut
c. Hospilitasi
d. Rencana operasi
e. Kondisi
diagnosis
penyakit belum
jelas
f. Penyakit
Neurologis
g. Tahap tumbuh
kembang
(Buku : Diagnosis
Keperawatan,
SDKI, Edisi 1) Hal
180
5 Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen
berhubungan ( L.03030 ) Setelah Nutrisi
dengan peningkatan dilakukan tindakan (I.03119)
metabolisme tubuh ( keperawatan Observasi
D.0019 ) selama 3x24 jam a. Identifikasi
Defenisi : diharapkan defisit status nutrisi
Asupan nutrisi tidak nutrisi terpenuhi b. Identifikasi
cukup untuk dengan kriteria alergi dan
memenuhi hasil : intoleransi
kebutuhan a. Porsi makana makan
59
metabolisme yang dihabiskan c. Identifikasi
Penyebab meningkat makan yang di
a. Ketidakmampua b. Kekuatan otot sukai
n menelan pengunyah d. Identfikasi
makanan meningkat kebutuhan kalori
b. Ketidakmampuan c. Kekuatan otot dan jenis nutrient
mencerna menelan e. Identifikasi
makanan meningkat perlunya
c. Ketidakmampua d. Serumalbumin penggunaan
n mengabsorsi meningkat selang
nutrient e. Verbaisasi nasogastrik
d. Peningkatan keinginan untuk f. Monitor asupan
kebutuhan meningkatkan Makan
metabolisme nutrisi g. Monitor berat
e. Faktor ekonomi meningkat badan
(mis. Finansial f. Pengetahuan h. Monitor hasil
tidak mencukupi) tentang pilihan pemeriksaan
f. Faktor psikologis makanan yang laboratorium
(mis. Stress, sehat meningkat
keengganan g. Pengetahuan Terapeutik
untuk makan) tentang pilihan a. Lakukan oral
Gejala dan Tanda minuman yang hygiene sebelum
Mayor Subjektif sehat meningkat makan, jika perlu
(tidak tersedia) h. Pengetahuan b. Fasilitasi
tentang standar menentukan
Objektif asupan nutrisi pedoman diet
a. Berat badan yang tepat (mis. Piramida
menurun meningkat makanan)
minimal 10% di i. Penyiapan dan c. Sajikan makanan
bawah rentang penyimpanan secara menarik
ideal makan yang dan suhu yang
aman sesuai
Gejala dan Tanda meningkat d. Berikan
Minor Subjektif j. Penyiapan dan makanan tinggi
a. Cepat kenyang penyimpanan serat untuk
setelah makan minuman aman mencegah
b. Kram/nyeri meningkat konstipasi
abdomen k. Sikap terhadap e. Berikan
c. Nafsu makan makan/minuma makanan tinggi
menurun n sesuai dengan kalori dan tinggi
Objektif tujuan protein
a. Bising usus kesehatan f. Berikan
hiperaktif meningkat suplemen
b. Otot pengunyah l. Perasaan cepat makanan, jika
lemah kenyang perlu
c. Otot menelan menurun g. Hentikan
60
lemah m. Nyeri abdomen pemberian
d. Membrane menurun makan melalui
mukosa pucat n. Sariawan selang
e. Sariawan menurun nasogastrik jika
f. Serum albumin o. Rambut rontok asupan oral
menurun menurun dapat ditoleransi
g. Rambut rontok p. Diare menurun
berlebihan q. Berat badan Edukasi
h. Diare membaik a. Anjurkan posisi
r. Indeks Massa duduk, jika
Kondisis Klinis Tubuh (IMT) mampu
Terkait membaik
a. Stroke s. Frekuensi Kolaborasi
b. Parkinson makanan a. Kolaborasi
c. Mobius membaik pemberian
syndrome t. Nafsu makan medikasi
d. Cerebral palsy membaik sebelum makan
e. Cleft lip u. Bising usus (mis. Pada nyeri,
f. Cleft palate membaik antlemetik), jika
g. Amyotropic v. Tebal llipatan perlu
lateral sclerosis kulit trisep b. Kolaborasi
h. Kerusakan membaik denga ahli gizi
neuromuscu lar w. Membrane untuk
i. Luka bakar mukosa menentukan
j. Kanker membaik jumlah kalori
k. Infeksi dan jenis nutrient
l. AIDS (Buku : Defenisi yang dibutuhka,
m. Penyakit Crohn’sdan Kriteria Hasil jika perlu
Keperawatan, (Buku : Defenisi dan
(Buku: Diagnosis SLKI, Edisi 1) Tindakan
Keperawatan, SDKI, Hal 121 Keperawatan, SIKI,
Edisi 1) Hal 56 Edisi 1) Hal 200
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. BIODATA
A. Identitas Klien
61
4. Agama/Keyakinan : Kristen protestan
5. Alamat : Rano
6. Suku/Bangsa : Toraja/Indonesia
9. No.RM : 17-49-49
1. Nama : Tn “J”
2. Usia : 54 Tahun
4. Pekerjaan : Pendeta
62
A. Riwayat kesehatan saat ini
Satu hari sebelum klien masuk RS, Klien mengeluh batuk darah,
menit dengan skala nyeri 4(0-10), klien merasa nyeri yang dirasakan
saat posisi setengah duduk dan terasa berat saat berbaring. klien juga
63
Genogram 3 Generasi :
G1
75 65
7 72
G2
54 4
18 10
00
G3 23
KETERANGAN :
= Laki – laki
= Perempuan
= Klien
= Meninggal
64
= Garis Perkawinan
= Garis Keturunan
= Tinggal serumah
Kesimpulan :
usia
2 dari 3 bersaudara
1. Citra tubuh
2. Ideal diri
kembali
3. Harga diri
65
Klien ingin dihargai dan diperhatikan walaupun dalam
keadaan sakit
4. Peran diri
menjadi pasien
5. Identitas diri
B. Pola kongnitif
C. Pola koping
D. Pola interaksi
kepercayaannya
66
B. Dukungan keluarga klien
V. PEMERIKSAAN FISIK
4. Bicara : Jelas
TB : 160 cm
BB : 46 kg
B. Tanda – tandaVital
TD : 110 x/ 80 mmHg
N : 95 x/ menit
Suhu : 36,20C
Pernapasan : 28 x/ menit
C. Sistem Pernafasan
1. Hidung
epistaksis
2. Leher
67
Inspeksi :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
kelenjar tiroid
3. Dada
D. Sistem Kardiovaskuler
Palpasi : Tidak ada pembesaran jantung, tidak ada nyeri tekan pada
garis dada, tidak ada nyeri tekan pada mitral yang terletak di
68
Kiri Atas : ICS II Linea Para Sternal sinistra
E. Sistem Pencernaan
1. Mulut
2. Abdomen
F. Sistem Indra
1. Mata
2. Hidung
69
tidak ada secret, ada pernapasan cuping hidung
3. Telinga
G. Sistem Saraf
1. Fungsi serebral
dia berada di RS
c. Bicara : Jelas
2. Fungsi Cranial
a. Nervus I (olfaktorius)
b. Nervus II (optikus)
70
d. Nervus V (trigeminus)
saat mengunyah.
kiri/kanan
g. Nervus IX (glossopharingeus)
posterior lidah
h. Nervus X (Vagus)
71
i. Nervus XI (Accesorius)
kanan
j. Nervus XII(Hipoglosus)
dan ke bawah
Kekuatan otot 5 5
5 5
4. Fungsi sensorik
5. Reflex
Patella : Ekstensi tungkai bawah sebelah kanan (+) sebelah kiri (+)
H. Sistem Muskuloskeletal
1. Kepala
ada luka
72
2. Vertebra
3. Lutut
4. Kaki
5. Tangan
I. Sistem Integumen
1. Rambut
2. Kulit
73
3. Kuku
Palpasi : Permukaan kuku rata, tidak mudah patah CRT <2 detik,
J. Sistem Endokrin
K. Sistem Reproduksi
L. Sistem Imun
Pemeriksaan
Granulosit 72 % 50 – 80
Basophil 1 % 0–1
74
Neutrophil 60 % 50 – 70
Lemfosit 20 % 20 – 40
Hemotokrit (HCT) 43 % 36 – 47
MVC 24* Pg 27 – 31
Pemeriksaan Radiologi
75
VII. AKTIVITAS SEHARI – HARI
1. NUTRISI
A. Makanan
kesukaan
Tidak ada Tidak ada
- Makanan
pantangan
Baik Kurang
- Nafsu makan
baik
Mandiri Mandiri
- Cara makan
B. Minum
- Jenis
Air putih, teh, susu Air putih
minuman
76
- Frekuensi 6-8 gelas 6-7 gelas
- Cara minum
Mandiri Mandiri
2. ELIMINASI
A. BAB
pencahar
Pagi hari Tidak teratur
- Waktu
Bau khas Bau khas
- Bau
Lunak Lunak
- Konsistensi
Tidak ada Tidak ada
- Kesulitan
Tidak ada Tidak ada
- Konstipasi
Tidak ada Tidak ada
- Diare
Mandiri Mandiri
- Cara
pengeluaran
B. BAK
- Frekuensi
Tidak menentu Tidak menentu
- Warna
Kuning Kuning
- Bau
Bau khas Bau khas
77
Masalah : Tidak ada Tidak ada
3. ISTIRAHAT DAN
TIDUR
malam
14.00-15.30 wita Tidak teratur
- Waktu siang
- Kebiasaan
Membaca Tidak ada
pengantar
tidur
- Lamanya
7-8 jam Tidak menentu
- Masalah
Tidak ada Tidak ada
tidur
- Kegiatan
Nonton TV Tidak ada
yang di
lakukan saat
istirahat
4. KEBERSIHAN DIRI
78
- Pemeliharaan 3 kali sehari rawat
melakukan Mandiri
5. AKTIVITAS/
LATIHAN
A. Olahraga
Tidak ada Tidak ada
- Jenis
Tidak menentu Tidak ada
- Frekuensi
Membaca, nonton TV Tidak ada
B. Kegiatan
diwaktu luang
Mandiri Tidak ada
C. Cara melakukan
VIII. TERAPI :
1. IVFD RL 20 tetes/menit
79
5. Entambutol 500 mg 2x1
DATA FOKUS
( CP 1 A )
NO. RM : 17- 49 – 49
80
1. Klien mengatakan batuk 1. KU lemah
hari P : 22x/menit
ANALISA DATA
( CP.B)
NO. RM : 17 - 49 – 49
81
1. DS : Mycobacterium Bersih Jalan Nafas
mengatakan
batuk Aveolius
berdahak
darah
Pelepasan bahan
DO :
tuberkel dari dinding
a. KU lemah
kavasitas
b. Klien batuk
c. Terjadi
Trakeobronkial
Fremitus vocal
dada
penumpukan sekret
d. Bunyi lapang
paru Sonor
e. Bunyi nafas
TD : 110/80
mmHg
N : 95x/menit
S : 36,2℃
P : 22x/menit
82
2. DS : Mycobacterium Nyeri Akut
a. Klien Tubeculosis
mengatakan
dada saat
tertusuk –
Pelepasan bahan
tusuk dengan
tuberkel dari dinding
durasi 2 – 3
kapasitas
menit dengan
skala nyeri 4
Trakebronkial
( 0 – 10 )
Penumpukan sekret
DO :
a. Klien batuk
Batuk
b. Klien meringis
Nyeri
83
3. DS : Pelepasan bahan Gangguan Pola
mengatakan kavitas
b. TTV Trakebronkial
TD : 110/80
N : 95x/menit
Batuk
S : 36,2℃
P : 22x/menit
DO :
Gangguan
a. Klien gelisah Pola Tidur
b. Kantong mata
bawah klien
hitam
DIAGNOSA KEPERAWATAN
( CP. 2 )
NO. RM : 17 – 49 – 49
berhubungan dengan
84
penumpukan sekret (D.0001)
Hal 18
127
RENCANA KEPERAWATAN
( CP.3 )
NO. RM : 17 – 49 – 49
( SDKI )
85
berhubungan dengan Keperawatan selama 3x24 ( I.01006 )
Ronchi efektif
f. TTV Kolaborasi
P : 22x/menit
86
batuk menetap dan jam diharapakan Tingkat Observasi
10 ) Edukasi
DO : a. Ajarkan teknik
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
87
DS : hasil ( L.05045 ) : b. Identifikasi factor
kebisingan, suhu,
tidur )
Edukasi
a. Jelaskan pentingnya
sakit
b. Anjurkan menghindari
makana/minumanyang
menganggu tidur
88
IMPLEMENTASI & EVALUASI
(CP 4 & 5)
NO. RM : 17 – 49 – 49
sputum 1. KU lemah
89
08.50 4. Mengatur posisi Semi Fowler atau Ronchi
Fowler 6. TTV
teratasi)
P : Lanjutkan intervensi
1,2,3, dan 4
10 ) 1. Klien batuk
09.20
2. Mengidentifikasi skala nyeri 2. Klien meringis
90
3. Mengidentifikasi respons nyeri (Masalah belum
nonverbal teratasi)
09.35 Hasil : klien terlihat meringis P : Lanjutkan intervensi
nyeri
5. Mengajarkan teknik
rasa nyeri
nafas dalam
91
penganggu tidur hitam
5. Menganjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menganggu tidur
memahaminya
sputum O:
92
masih dalam jumlah banyak 2. Klien batuk
P : 22 x/ menit
S : 360C
(masalah belum
teratasi)
P : Lanjutkan intervensi
2, 3, dan 4
93
pada dada saat batuk seperti tusuk yang ersifat
10 ) – 10 )
08.40
2. Mengidentifikasi skala nyeri O:
analgetik
4-5 jam) O:
09.35
2. Mengidentifikasi faktor 1. Klien batuk
94
penganggu tidur 2. Klien gelisah
3. Memodifikasi lingkungan
pengunjung
melakukannya Ronchi
08.35
4. Memberikan posisi nyaman 4. TTV
95
posisi semifowler, terlentang, 0
N :
98x/
menit
S :
36,20
P :
20x/
menit
(masalah teratasi)
P : Pertahakan
intervensi
96
09.25 3. Mengidentifikasi respon nyeri berkurang
A : Nyeri Akut
(Masalah teratasi)
P : Pertahankan
Intervensi
tidur S:
O:
1. Batuk klien
berkurang
2. Klien tenang
A : Gangguan Pola
97
P : Pertahankan
Intervensi
RESUME KEPERAWATAN
(CP.6)
Umur : 23 tahun
Alamat : Rano
No. RM : 17 – 49 – 49
98
Tanggal Masuk : 27 Februari 2022
Tanggal Keluar : -
frekuensi,kualitasintensitas nyeri
l. Memodifikasi lingkungan
tidur
99
3. Evaluasi
BAB IV
PEMBAHASAN
Seperti yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, dalam karya tulis ini
dimana penulis telah menjabarkan berbagai hal tentang TB Paru, baik teori medis
maupun teori keperawatan yang termuat dalam tinjauan kepustakaan melalui studi
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara landasan
teori dengan asuhan keperawatan secara nyata dan untuk lebih jelasnya penulis
100
akan membuat pembahasan dengan pendekatan proses keperawatan yaitu,
A. Pengkajian
psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Semua sumber data mengenai klien
diperoleh dari beberapa sumber yaitu dari klien sendiri, dari keluarga pasien,
dari tenaga kesehatan dan catatan pemeriksaan fisik klien. Tujuan pengkajian
timbul pada sore hari atau pada malam hari mirip dengan influenza)
101
c. Pada pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien
2. Dalam pengkajian pada Tn. “W” dengan TB Paru penulis menemukan data
sebagai berikut :
darah,
dengan durasi 2-3 menit dengan skala nyeri 4(0-10), klien merasa
nyeri yang dirasakan saat posisi setengah duduk dan terasa berat saat
berbaring. klien juga mengatakan sulit untuk tidur karna batuk terus
menerus.
badan dan malaise) yang ada pada teori tidak terdapat pada
102
b. Dalam pemeriksaan fisik penulis tidak menemukan adanya
B. Diagnosa Keperawatan
(D.0001)
(D.0077)
(D.0019)
103
penulis menemukan beberapa batasan karakteristik yang dapat di
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor batuk dan nyeri dada
(D. 0055). Diagnosa gangguan pola tidur diangkat oleh penulis karena
tidak semua diagnosa yang ada pada teori juga terdapat pada studi kasus
timbul akibat dari proses penyakit yang setiap orang akan mengalami suatu
perubahan yang berbeda sehingga kesenjangan antara teori dan studi kasus
C. Perencanaan
Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa tidak semua intervensi
104
sebaliknya intervensi yang tidak ada dalam teori namun dapat di aplikasikan
kedalam praktek. Seperti yang penulis temukan dalam kasus ini, bahwa antara
penumpukan sekret.
Pada diagnosa ini tidak ada kesenjangan antara intervensi yang ada pada
teori dan intervensi yang terdapat dalam praktek, namun terdapat beberapa
b. Pada diagnosa kedua: Nyeri akut berhubungan dengan batuk menetap dan
inflamasi paru.
Pada diagnosa ini tidak ada kesenjangan antara intervensi yang ada pada
teori dan intervensi yang terdapat dalam praktek, namun terdapat beberapa
Pada diagnosa ini tidak ada kesenjangan antara intervensi yang ada pada
teori dan intervensi yang terdapat dalam praktek, namun terdapat beberapa
Kesenjangan antara intervensi yang ada dalam teori dan dalam study
kasus bisa saja terjadi karena tidak selamanya intervensi yang ada dalam teori
105
sesuai dengan kebutuhan pasien, begitupun sebaliknya intervensi yang tidak
ada dalam teori dapat digunakan jika intervensi tersebut dapat mengatasi
masalah yang dialami pasien, namun terdapat beberapa intervensi yang tidak
dapat dilaksanakan pada praktek karena keterbatasan alat, waktu dan lainnya.
D. Pelaksanaan
Adapun implementasi yang diperoleh pada kasus ini, hanya dapat dilakukan
selama 3 hari rawat. Hal ini disebabkan karena secara umum kondisisi
kesehatan pasien yang sudah pulih atau membaik dan sudah di perbolehkan
E. Evaluasi
Evaluasi adalah fase akhir dari proses keperawatan untuk menilai asuhan
dilakukan dalam kasus ini adalah evaluasi kriteria akhir dengan catatan
perkembangan (SOAP) setiap hari dan evaluasi tujuan yang akan dicapai
Dari ke tiga diagnosa keperawatan yang tejadi pada klien Tn. “W”
106
semua dapat teratasi walaupun ada sebagian kecil intervensi yang harus
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menuliskan beberapa kesimpulan akhir dari karya
tulis ini dan saran-saran untuk peningkatan pelayanan perawatan khususnya pada
A. Kesimpulan
landasan teori, laporan kasus, dan pembahasan maka penulis dapat mengambil
107
kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam
terutama paru-paru (Depkes RI, 2016). Secara teori pada pasien TB Paru
didapatkan data batuk, batuk berdahak, sesak nafas, nyeri dada, keringat
suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai
2018).
2. Pada pengkajian klien dengan TB Paru, tidak semua konsep yang ada
dalam teori dapat ditemukan pada kasus, hal ini tergantung dari anamnesis.
Tanda dan gejala yang biasa terjadi pada klien dengan TB Paru, yaitu
batuk, batuk berdahak, sesak nafas, nyeri dada dan sampai gangguan tidur.
tinjauan teori dan tinjauan kasus, walaupun tidak semua timbul pada setiap
kasus.
108
memenuhi kebutuhan klien dan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan
6. Evaluasi keperawatan pada klien TB Paru tidak dapat dicapai dalam waktu
yang singkat karena TB Paru merupakan gangguan multi sistem yang akan
B. Saran
Dengan melihat kenyataan yang ada pada pelaksanaan studi kasus TB Paru
di ruang perawatan Interna Laki RSUD Lakipadada Tana Toraja, maka penulis
mengajukan beberapa saran yang kiranya dapat diterima atau paling tidak
Bagi RSUD Lakipadada dalam hal ini dapat digunakan sebagai data dasar
109
menerapkan ilmunya dan lebih berkompeten dalam memberikan asuhan
keperawatan.
terkait dalam lingkup yang lebih luas dengan metode asuhan keperawatan
110
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 12).
Egc
Depkes RI., 2015. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :
Depkes RI bab 10 hal. 70-7
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2020. Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2020. Dinkes Prov. Sul-sel, 2020.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tana Toraja, 2022. Profil Kesehatan Kabupaten Tana
Toraja Tahun 2020. Dinkes Kab. Tana Toraja, 2022.
Guyton & Hall. (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Elsevier Singapore Pte
Ltd.
Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
2016;163
Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta:
Kemenkes RI; 2019.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. TB Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan; 2020.
Rekam Medis RSUD Lakipadada, 2022. Profil Kunjungan di Rumah Sakit.
Medical Record RSUD Lakipadada, 2022.
Sdki, T. P. (2018). Dpp Ppni. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(I).Jakarta. Practice Nurse
Siki, T. P. (2018). Dpp Ppni. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(I).Jakarta. Practice Nurse.
Slki, T. P. (2018). Dpp Ppni. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(I).Jakarta. Practice Nurse.
Sutanto. (2017). Buku Ajar Ilmu Keperawatan keluarga Teori dan Praktik.
Jakarta:EGC.
World Health Organization. 2020. Tuberculosis. https://www.who.int/news-
room/fact sheets/detail/tuberculosis −Diakses Juni 2020
World Health Organization. (2020). GLOBAB TUBERCULOSIS
REPORT2020.https://doi.org/https://www.who.int/publications/i/item/
9789240013131
Yuliadi, R. Memahami Penyakit Tuberkulosis. www.kabarindonesia.com.
2015.
111