Anda di halaman 1dari 111

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN “W” DENGAN


GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN “TB PARU”
DI RUANG PERAWATAN INTERNA LAKI
RSUD LAKIPADADA TANA TORAJA

OLEH :
FERSYA PALINGGI
NIM : 19008

YAYASAN KASIH BUNDA KALALEMBANG


AKADEMI KEPERAWATAN RANTEPAO
TANA TORAJA
2022

1
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN “W” DENGAN


GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN “TB PARU”
DI RUANG PERAWATAN INTERNA LAKI
RSUD LAKIPADADA TANA TORAJA

Karya Tulis Ilmiah


Disususn Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan
Rantepao Lakipadada Tana Toraja

OLEH :
FERSYA PALINGGI
NIM : 19008

YAYASAN KASIH BUNDA KALALEMBANG


AKADEMI KEPERAWATAN RANTEPAO
TANA TORAJA
2022

2
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN “W” DENGAN


GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN “TB PARU”
DI RUANG PERAWATAN INTERNA LAKI
RSUD LAKIPADADA TANA TORAJA
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan dewan penguji ujian
akhir pada tanggal, Oktober 2022

OLEH :

Pembimbing

(Fera Dwiyanti, S.Kep, Ns, M.Kep )

MENGETAHUI :
Direktur Akper Rantepao Tana Toraja

(Alberthina Kalalembang, SKM, M.Kes)

3
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN “W” DENGAN


GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN “TB PARU”
DI RUANG PERAWATAN INTERNA LAKI
RSUD LAKIPADADA TANA TORAJA

Telah dipertahankan di depan tim Ujian Sidang Kasus Karya Tulis


Ilmiah Pada tanggal, Oktober 2022

Susunan Penguji :

Penguji I Penguji II

(Nofita T. Rombeallo, S.Kep, Ns, M.Kep) (Fera Dwiyanti, S.Kep, Ns, M.Kep)

MENGETAHUI :
Direktur Akper Rantepao Tana Toraj a

(Alberthina Kalalembang, SKM, M.Kes)

ABSTRAK

4
Nama : Fersya Palinggi
Nim : 19008
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn.’W” dengan gangguan
system pernafasan “TB Paru” di Ruang perawatan Interna
Laki RSUD Lakipadada Tana Toraja.
Daftar pustaka : 1 halaman
Jumlah halaman : 96 halaman
Pendahuluan : Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Biasanya mempengaruhi paru-paru dan
beberapa di luar paru-paru, seperti kelenjar getah bening, kulit, tulang, dan selaput
otak. Sumber penularan adalah penderita TB BTA (+) melalui percik renik dahak.
Tuberkulosis menyebar melalui udara melalui batuk dan dahak. Saat Anda batuk,
tetesan infeksi (droplet nucei) terbentuk, dan infeksi terjadi ketika orang lain
menghirup udara yang mengandung tetesan dahak yang menular. Risiko
penularan lebih tinggi dengan BTA (+) dibandingkan dengan BTA (-).
Tujuan penulisan : Memberikan gambaran secara umum pelaksanaan
Asuhan keperawatan pada klien khususnya pada Tn.’W” dengan gangguan system
pernafasan “TB Paru” di Ruang perawatan Interna Laki RSUD Lakipadada Tana
Toraja.
Metode : penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu dengan studi
kasus, proses pengumpulan data, dilakukan dengan wawancara, melihat cacatan
rekam medik pasien dan tindakan keperawatan.
Hasil : setelah melakukan keperawatan selama 3 hari diagnosa yang diteori
ada 5 yaitu, Bersihan Jalan nafas tidak efektif, Nyeri akut, Gangguan pola tidur,
Ansietas dan Defisit Nutrisi. Namun dari kelima diagnosa tersebut hanya satu
diagnosa yang tidak diangkat penulis yaitu ansietas dan deficit nutrisi bukan tidak
memiliki tanda dan gejala melainkan klien tidak merasakan tanda dan gejala
diagnosa tersebut. Dari 3 diagnosa tersebut semuanya dapat teratasi.
Kata kunci : asuhan keperawatan, Tubercolosis Paru, Bersihan jalan nafas
tidak efektif, nyeri akut dan gangguan pola tidur.

HALAMAN PERNYATAAN

5
Saya Bersumpah Bahwa Karya Tulis Ini Adalah Hasil Karya Saya Sendiri Dan

Belum Pernah Dikumpulkan Orang Lain Untuk Memperoleaxh Gelar Dari

Berbagai Jenjang Pendidikan Di Perguruan Tinggi Manapun

Makale, 07 Oktober 2022

Fersya Palinggi

RIWAYAT HIDUP

6
A. IDENTITAS
1. Nama : Fersya Palinggi
2. Nim : 19008
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Tempat/ Tanggal lahir : Tarongko, 15 Februari 2001
5. Agama : Kristen protestan
6. Suku/bangsa : Toraja Indonesia
7. Alamat rumah : Tarongko

B. PENDIDIKAN
1. Tamat SDN Inpres Lapandan, Tana Toraja Tahun 2013

2. Tamat SMP Kristen Makale, Tana Toraja Tahun 2016

3. Tamat SMA Katolik Makale, Tana Toraja Tahun 2019

4. Melanjutkan pedidikan pada Jurusan Diploma III Keperawatan Akper

Rantepao Tana Toraja Tahun 2019 sampai sekarang

KATA PENGANTAR

7
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat dan segala rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan keperawatan pada Tn.’W” dengan

gangguan system pernafasan “TB Paru” di Ruang perawatan Interna Laki

RSUD Lakipadada Tana Toraja. Adapun tujuan penulis dalam membuat karya

ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program

Diploma III Akademi Keperawatan Rantepao Tana Toraja.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kata sempurna, baik dalam penulisan, maupun penyusunan serta bahasa yang

digunakan. Oleh karena itu, penulis meharapkan kepada pembaca untuk

senantiasa memberikan masukan, kritikan, dan saran yang sifatnya membangun

untuk lebih menyempurnakan penelitian selanjutnya.

Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, penulis sering mengalami kesulitan,

namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga dalam

kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik,

oleh karena kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimah kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Rimmy Julianti B, ST. M.MT selaku ketua Yayasan Kasih Bunda yang telah

memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Akademi

Keperawatan Rantepao Tana Toraja.

2. Alberthina Kalalembang, S.KM., M.Kes. selaku direktur akademi

keperawatan rantepao tana toraja dan sekaligus menjadi penguji Karya Tulis

Ilmiah (KTI) ini.

8
3. dr. Farma Lelepadang, S.Ked Selaku direktur RSUD Lakipadada Tana

Toraja beserta perawat RSUD Lakipadada Tana Toraja yang telah memberikan

kesempatan dan ijin kepada penulis dalam melakukan pengambilan kasus.

4. Nofita Tudang Rombeallo S.Kep, Ns, M.Kep Selaku Ketua Program

Diploma III Keperawatan Akper Rantepao Tana Toraja yang telah banyak

memberikan motivasi dan dorongan serta arahan kepada penulis selama dalam

pendidikan.

5. Fera Dwiyanti, S.Kep, Ns, M. Kep selaku Pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah.

6. Nofita T. Rombeallo S.Kep, Ns, M.Kep Selaku penguji yang telah banyak

meluangkan waktunya dengan penuh perhatian, memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian Karya Tulis Imiah

7. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Keperawatan Rantepao Tana Toraja yang

telah member pengajaran mengenai ilmu-ilmu dan pengalaman-pengalaman

yang berhubungan dengan keperawatan yang sangat bermanfaat bagi penulis

selama mengikuti pendidikan.

8. Klien dan keluarga TN.“W” yang telah bersedia bekerja sama selama

melaksanakan asuhan keperawatan ini

9. Teristimewa pada akhirnya penulis hanturkan sembah sujud dan terimaksih

kepada Ayahanda (Amir Palinggi), Ibunda (Herlina R.Limbong) selaku

orang tua penulis. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan kekuatan dan kesehatan buat Mama dan Papa sehingga

9
selalu memberikan dorongan, material maupun moril serta dukungan dalam

doa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan di Akademi Keperawatan

Rantepao Tana Toraja

10. Buat saudara – saudaraku tercinta Feny Palinggi S,Kep, NS (Kaka) Anastaya

Palinggi (Kakak) Nasrul Palinggi (Kakak) dan Rizky Dwi Saputra Palinggi

(Adek). Terimakasih atas dukungan, perhatiandan doa kakak dan adik serta

semangat penulis mengikuti perkuliahan di Akademi Keperawatan Rantepoa

11. Teman-teman seperjuangan AKPER Rantepao Angkatan 2019 dalam suka dan

duka dan seluruh rekan-rekan yang penulis tidak sebutkan satu per satu yang

telah memotivasi dan memberikan dukungan kepada penulis

Namun penulis menyadari sebagai manusia biasa yang tak pernah luput

dari kata kesalahan serta keterbatasan sehingga Karya Tulis Ilmia ini masih

jauh dari kata kesempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan kritikan yang positif dengan kesempurnaan Karya

Tulis ini.

Semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan tenaga

perawat, khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien TB

Paru.

Makale, Oktober 2022

Fersya Palinggi

DAFTAR GAMBAR

10
Gambar Judul Halaman

2.1 Anatomi Sistem Pernafasan………………… 11

2.2 Penyimpangan KDM ………………………. 47

3.1 Genogram ………………………………….. 50

DAFTAR TABEL

11
Tabel Judul Halaman

2.1 Konsep teori Asuhan keperawatan TB Paru…..…… 11

3.1 Pemeriksaan Laboratorium ………..………………. 61

3.2 Aktivitas sehari-hari ……………………………….. 62

3.3 Data Fokus ………………………………………… 65

3.4 Analisa Data……………………………………….. 66

3.5 Diagnosa keperawatan ……………………………. 68

3.6 Rencana keperawatan …………………………….. 69

3.7 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ………… 72

DAFTAR ISI

Halaman

12
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................… iii

HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................… iv

ABSTRAK............................................................................................................… v

RIWAYAT HIDUP .........................................................................................… vi

KATA PENGANTAR...........................................................................................… vii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................… x

DAFTAR TABEL.................................................................................................… xi

DAFTAR ISI.........................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................5

C. Tujuan penulisan...................................................................................6

1.Tujuan umum……………………………………………….……… 6

2.Tujuan khusus………………………………………........................6

C. Manfaat Penulis……………………………………..……...…………..7

D. Metode dan Teknik Penulis………………………..…………………...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................10

A. Konsep medis TB Paru.........................................................................10

1. Defenisi...........................................................................................10

2. Anatomi Fisiologi ..........................................................................10

3. Etiologi............................................................................................15

13
4. Manifestasi Klinis...........................................................................16

5. Patofisiologi....................................................................................17

6. Klasifikasi.......................................................................................18

7. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................19

8. Penatalaksanaan..............................................................................21

9. Pencegahan.....................................................................................23

B. Konsep Keperawatan............................................................................24

1. Pengkajian ......................................................................................24

2. Diagnosa Keperawatan...................................................................29

3. Intervensi Keperawatan..................................................................29

4. Penyimpangan KDM .....................................................................48

BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................49

A. Biodata.............................................................................................49

B. Riwayat Kesehatan...........................................................................50

C. Riwayat Persalinan dan Kehamilan Lalu.........................................53

D. Riwayat Kehamilan saat ini..............................................................54

E. Riwayat Ginekologi.........................................................................54

F. Data umum kesehatan saat ini..........................................................62

G. Pemeriksaan Fisik............................................................................64

H. Pemeriksaan Penunjang....................................................................65

I. Aktivitas sehari-hari.........................................................................66

J. Terapi...............................................................................................67

Data fokus.............................................................................................68

14
Analisa Data..........................................................................................69

Diagnosa Keperawatan .........................................................................72

Rencana Keperawatan...........................................................................73

Implementasi Keperawatan ..................................................................77

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................87

BAB V PENUTUP................................................................................................94

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 96

LAMPIRAN..........................................................................................................97

BAB I

PENDAHULUAN

15
A. Latar Belakang

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium Tuberculosis. Biasanya mempengaruhi paru-paru dan

beberapa di luar paru-paru, seperti kelenjar getah bening, kulit, tulang, dan

selaput otak. Sumber penularan adalah penderita TB BTA (+) melalui percik

renik dahak. Tuberkulosis menyebar melalui udara melalui batuk dan dahak.

Saat Anda batuk, tetesan infeksi (droplet nucei) terbentuk, dan infeksi terjadi

ketika orang lain menghirup udara yang mengandung tetesan dahak yang

menular. Risiko penularan lebih tinggi dengan BTA (+) dibandingkan dengan

BTA (-) (Kemenkes RI, 2016).

Mycobakterium Tuberculosis adalah bakteri penyebab penyakit

tuberculosis yang merupakan penyakit menular yang menyerang organ paru

paru dan menyerang organ lainnya, penularan kuman tuberculosis ini melalui

perantara udara dimana saat penderita mengeluarkan bakteri lewat batuk

ataupun bersin dalam bentuk percikan dahak/ Droplet Nuclei. Penderita dapat

menghsilkan 3000 percikan dahak sekali batuk, Penyakit Tuberkulosis ini

dapat diderita oleh siapa saja baik orang dewasa maupun anak-anak. Proporsi

kasus tuberculosis menurut kelompok umur tahun 2019: umur 0-14 tahun 11,9

%, 15-24 tahun 15,5%, 25-34 tahun 15,19 %, 35-44 tahun 15,5 %, 45-54 tahun

16,5 %, 55-64 tahun 14,4 %, dan 65+ tahun 9,9 % (Kementrian Kesehatan RI

2020).

Penyakit TB masih menjadi salah satu penyakit mematikan nomor 10 di

dunia. Semua orang bisa terkena penyakit ini baik anak-anak maupun orang

16
dewasa. Namun, orang dewasa yang lebih sering terkena TB (WHO, 2020).

Penyakit TB bisa dicegah dan disembuhkan. Sekitar 85% pasien TB bisa

disembukan dengan pemberian regimen obat selama 6 bulan dengan patuh

meminum obat yang diberikan. Secara global, diperkirakan 10 juta orang

terkena penyakit TB di tahun 2019, angka tersebut bisa dikatakan menurun

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Diperikirakan 1.2 juta orang di

seluruh dunia meninggal karena penyakit TB dengan tes HIV negatif

(Sebelumnya 1.7 juta orang pada tahun 2000) dan 280.000 orang meninggal

karena penyakit TB dengan tes HIV positif (Sebelumnya 678.000 orang 3

pada tahun 2000). Angka kematian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya (WHO, 2020).

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki insiden penyakit

tuberkulosis terbanyak di dunia selain China, Pakistan, India, Filipina, Afrika

Selatan, dan Nigeria. Penyakit tuberkulosis yang paling banyak di Indonesia

adalah TB paru. Di Indonesia, perkiraan jumlah kasus TB sudah mencapai

842,000 kasus dan jumlah kasus TB di Indonesia menempati urutan ketiga di

dunia setelah India dan China (Kemenkes RI, 2019).

Di Indonesia, Rentang umur yang terkena kasus baru TB paru

terkonfirmasi bakteriologis paling banyak adalah umur 45-54 tahun dengan

kisaran 19,67% dari seluruh kasus di Indonesia disusul oleh rentang umur 35-

44 tahun dengan kisaran 18,30%, kemudian umur 25-34 dengan kisaran

17,75%, umur 15-24 tahun dengan kisaran 16,51%, umur 55-64 tahun dengan

kisaran 9,75%, umur 0-14 tahun dengan kisaran 1,75% (Kemenkes RI, 2019).

17
Dari beberapa survei, jumlah kasus baru penyakit TB 1.4 kali lebih tinggi pada

laki-laki dibandingkan pada perempuan. Bahkan, ada survei yang mengatakan

bahwa prevalensi penyakit TB 3 kali lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan

pada perempuan. Hal ini terjadi kemungkinan karena kebiasaan merokok pada

laki-laki yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit TB dan

ketidakpatuhan meminum obat yang diberikan oleh dokter (Kemenkes RI,

2018). Di Indonesia, jumlah total kasus baru TB paru berjumlah total 255.812

kasus yang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yaitu 153.904 kasus

kemudian diikuti oleh jenis kelamin perempuan yaitu 101.908 kasus. Di

Sulawesi Selatan, jumlah kasus baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis

berjumlah total 11.547 kasus yang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki

yaitu 6.930 kasus kemudian diikuti oleh jenis kelamin perempuan yaitu 4.617

kasus (Kemenkes RI, 2019).

Jumlah penderita TB Paru perkabupaten/ Kota tahun 2019 sebanyak

19.071 kasus, dengan rincian laki-laki sebanyak 11.226 orang dan perempuan

7.845 orang.,BTA+ sebesar 11.476 orang (60,17%) yang terdaftar dan diobati,

dengan kesembuhan pada tahun 2019 berjalan sebanyak 5.366 orang (46.75%)

(Dinas Kesehatan Provinsi Sul-Sel 2020).

Jumlah Kasus TB di Kabupten Tana Toraja tahun 2019 dengan jumlah

kasus Tuberkulosis 296, selanjutnya untuk tahun 2020 total suspek 535 orang

dan yang diobati sebanyak 157 kasus dan untuk tahun 2021 total kasus TB

Paru yang tercatat sebanyak 171 kasus (Dinas Kesehatan Tana Toraja, 2022).

TB paru disebabkan adanya bakteri basil Mycobacterium Tuberculosis

18
yang ditularkan oleh seseorang dengan penyakit paru aktif dengan respon

imun

yang telah menurun atau tidak adekuat melalui percikan dahak yang keluar

melalui batuk yang mengakibatkan terjadinya infeksi pada orang yang

menghirup

saat bernafas (Brunner & Suddarth, 2014).

Pada pasien TB paru, bakteri basil menyebabkan reaksi berupa penyerbuan

daerah terinfeksi oleh makrofag yang diikuti dengan pembentukan dinding di

sekitar lesi untuk membantu membatasi penyebaran bakteri tersebut. Tetapi

pembentukan dinding ini tidak berhasil pada semua orang sehingga bakteri

basil menyebar keseluruh paru-paru yang menyebabkan banyaknya area

fibrosis dan berkurangnya jumlah total jaringan dalam paru-paru yang dapat

berfungsi dengan normal. Efek ini menyebabkan beberapa masalah seperti

meningkatnya usaha otot pernafasan dalam proses pemenuhan ventilasi paru

yang mengakibatkan pola nafas menjadi lebih cepat, berkurangnya luas total

permukaan dan terjadi penebalan membran pernapasan yang menyebabkan

penurunan kapasitas difusi paru serta rasio ventilasi-perfusi yang abnormal

dalam paru yang berakibat pada menurun atau meningkatnya jumlah PO2 dan

PCO2 dalam darah (Guyton, 2016).

Masalah keperawatan yang muncul pada pasien TB paru yaitu gangguan

pertukaran gas, bersihan jalan nafas tidak efektif, dan gangguan ventilasi

spontan. Tanda dan gejala yang muncul pada pasien TB paru dapat

menyebabkan terjadinya kelebihan atau kekurangan gas baik oksigen maupun

19
karbondioksida yang terjadi pada membrane alveolus kapiler yang dapat

menyebakan terjadinya gangguan pertukaran gas berupa dispnea, PCO2

meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri meningkat/menurun,

dan bunyi nafas tambahan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum

Daerah Lakipadada didapatkan data melalui Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit dari tahun 2019 sampai dengan bulan Juni 2022 jumlah pasien

TB paru sebanyak 254 orang. Pada tahun 2019 terdapat pasien TB paru

sebanyak 109 orang, tahun 2020 sebanyak 67 orang, pada tahun 2021

sebanyak 52 orang, dan untuk tahun 2022 dari bulan januari-juni sebanyak 26

orang yang berobat dengan TB Paru. Jumlah penderita TB Paru yang berobat

di RSUD Lakipadada terbilang masih cukup tinggi.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk memenuhi

kebutuhan dasar klien secara holistic memiliki tanggung jawab untuk

membantu pemenuhan kebutuhan oksigen klien yang tidak adekuat. Dalam

tindakannya, seorang perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan harus

melakukan metode keperawatan berupa pengkajian, diagnosis keperawatan,

intervensi, dan evaluasi.

Dari uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

”Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberkulosis Paru “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, tingginya kasus penderita TB Paru

di RSUD Lakipadada dan efek yang ditimbulkan jika tidak mendapatkan

20
perawatan yang baik maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana

Asuhan Keperawatan Tn “W” dengan Gangguan Sistem Pernafasan : TB

Paru di Ruangan Perawatan Penyakit Dalam RSUD Lakipada, Tana Toraja?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada klien

Tuberculosis Paru, baik secara teori maupun pengalaman nyata di RSUD

Lakipadada Tana Toraja

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian keperawatan

pada klien dengan diagnosa medis Tuberculosis Paru

b. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam menetapkan diagnosa

keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Tuberculosis Paru

c. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam menetapkan intervensi

keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Tuberculosis Paru

d. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan

implkementasi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis

Tuberculosis Paru

e. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi

keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Tuberculosis Paru

21
D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan

pengembangan Keilmuan Keperawatan Kesehatan dengan pendekatan

teori behavior model of health services use yang ditunjukan pada

kelompok khusus dengan gangguan kesehatan khususnya pada penyakit

menular yang memerlukan pengawasan dan bimbingan yaitu TB Paru.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Kasus ini dapat digunakan sebagai data besar untuk mengembangkan

pelayanan kesehatan guna memperbaiki mutu pelayanan perawatan

Tuberculosis Paru.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Kasus ini dapat dipertimbangkan dalam mengembangkan kurikulum

dalam bidang penanganan kasus Tuberculosis Paru serta meningkatkan

sarana dan prasarana laboratorium yang menunjang pembelajaran

dalam memberikan penyuluhan tentang kasus Tuberculosis Paru

c. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan serta kemampuan penilaian dalam

menerapkan ilmu yang telah di dapatkan dalam perkuliahan kedalam –

lingkungan secara nyata

d. Bagi Masyarakat atau Pasien

22
Sebagai wacana sehingga diharapkan masyarakat mengerti tentang

penyakit Tuberculosis Paru, sehingga dapat melakukan pencegahan

dan menerapkan kebiasaan hidup sehat.

E. MetodePenulisan

Penulisan karya tulisi ilmiah ini menggunakan metode studi kasus, dengan

pendekatan ilmiah menggunakan proses keperawatan guna mengumpulkan

data. Sedangkan teknik yang digunakan dengan pengumpulan data adalah

sebagai berikut :

1. Studi Prepustakaan

Studi kepustakaan adalah cara yang di gunakan dengan mengumpulkan

data secara komprehensift untuk mendapatkan data atau bahan yang

berhubugan dengan penderita Tuberculosis Paru dalam rangka

mendapatkan dasar teoritis, dari literature atau referensi baik dari buku

maupun internet.

2. Studi Dokumenter

Studi Dokumenter yaitu mendapat data dari catatan medis untuk

melaksanakan asuhan keperawatan. Teknik studi documenter ini akan

lebih mendukung data yang telah di ambil dari pihak – pihak yang terkait

sehingga data yang di peroleh dapat di percaya.

3. Wawancara

23
Wawancara yaitu dengan mengadakan tanya jawab dengan penderita

maupun keluarganya dalam rangka mengumpulkan data mengenai

Riwayat kesehatan pasien tersebut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis TB Paru

24
1. Defenisi TB Paru

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang

berbagai organ, terutama paru-paru (Depkes RI, 2016).

Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyebab

penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis.

Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk

dalam ordo Actinomycetales. Kompleks Mycobacterium tuberculosis

meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M.

Canettii (Yuliadi, 2015).

Tuberkulosis paru (TBC) merupakan bakteri berupa batang yang

tahan asamalkohol (acidalcoholfastbacillus /AAFB) Mycobacterium

tuberculosis yang utama menembus paru, usus, dan juga kelenjar getah

bening.(Sutanto & Fitriani, 2017).

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi

Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu cavum nasi, faring,

laring, trakea, karina, bronchu sprincipalis, bronchuslobaris,

bronchus segmentalis, bronchiolus terminalis, bronchiolus

respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli. Terdapat

lobus, dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan

lobus inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus

25
inferior.

Pulmo dextra terdapat fissura horizontal yang membagi lobus

superior dan lobus media, sedangkan fissura oblique membagilobus

media dengan lobus inferior. Pulmo sinistra terdapat fissura oblique

yang membagi lobus superior dan lobus inferior. Pembungkus paru

(pleura) terbagi menjadi 2 yaitu parietalis (luar) dan visceralis

(dalam), diantara 2 lapisan tersebut terdapat rongga pleura

(cavumpleura).

Gambar 1.1 Anatomi Sistem Pernafasan, (Gregory, 2017)

1) Hidung

Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris

anterior yang dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan

tulang rawan. Permukaan luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar

sebasea besar dan rambut. Terdapat epitel respirasi : epitelber

lapis silindris bersilia bersel goblet dan mengandung sel basal.

Didalamnya ada konka nasalis superior, medius dan inferior.

26
Lamina propria pada mukosa hidung umumnya mengandung

banyak pleksus pembuluh darah.

2) Alat pengindu

Mengandung epitel olfaktoria : bertingkat silindris tanpa

selgoblet, dengan lamina basal yang tidak jelas. Epitelnya

disusun atas 3 jenis sel: sel penyokong, sel basal dan

selolfaktoris.

3) Sinus paranasal

Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam

tulang tengkorak yang berhubungan dengan rongga hidung. Ada

4 sinus: maksilaris, frontalis, etmoidalis dansphenoidalis.

4) Faring Lanjutan posterior dari rongga mulut.

Saluran napas dan makanan menyatu dan menyilang. Pada saat

makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat bernapas

udara dihantarkan kelaring. Ada 3 rongga : nasofaring,

orofaring, dan laring ofaring. Mukosa pada nasofaring sama

dengan organ respirasi, sedangkan orofaring dan laring ofaring

sama dengan saluran cerna. Mukosa faring tidak memilki

muskularis mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat

elastin. Lapisan fibroelastis menyatu dengan jaringan ikat

interstisiel. Orofaring dan laring ofaring dilapisi epitel berlapis

gepeng, mengandungk elenjar mukosa murni.

5) Laring

27
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm.

Terletak antara faring dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang

rawan tiroid dan krikoid. Muskulus ekstrinsik mengikat laring

pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring pada

tulang tiroid dan krikoid berhubungan dengan fonasi. Lapisan

laring merupakan epitel bertingkat silia.

Epiglotis memiliki epitel selapis gepeng, tidak ada

kelenjar. Fungsi laring untuk membentuk suara, dan menutup

trakea pada saat menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu

pita suara palsu (lipat vestibular) dan pita suara (lipat suara).

Celah diantara pita suara disebut rima glotis. Pita suara palsu

terdapat mukosa dan lamina propria. Pita suara terdapat jaringan

elastic otot suara (otot rangka) vaskularisasi: AV laringeal

media dan Inferior. Inervasi : NLaringealissuperior.

6) Trakea

Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah di antaranya

dilapisi oleh jaringan ika fibroelastik. Struktur trakea terdiri

dari : tulang rawan, mukosa, epitel bersilia ,jaringan limfoid dan

kelenjar.

7) Broncush

Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama.

Bronki primer bercabang menjadi bronki lobar, bronki

segmental, bronki sub segmental. Struktur bronkus primer mirip

28
dengan trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan tidak

teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada bronkus sub

segmental hilang sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman

dan spiral. Mukosa tersusun atas lipatan memanjang. Epitel

bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan

kelenjar submukosa. Lamina propria : serat retikular, elastin,

limfosit, selmast, eosinofil. Bronchiolus Cabang ke 12 – 15

bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak

mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan

jaringan ikat longgar. Epitel kuboid bersilia dan sel bronkiolar

tanpa silia (sel Clara). Lamina propria tidak mengandung sel

goblet.

8) Bronchiolusrespiratorius

Merupakan peralihan bagian konduksi kebagian respirasi paru.

Lapisan : epitelkuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung

kantong tipis (alveoli).

9) Duktusalveolaris lanjutan dari bronkiolus.

Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli bermuara.

10) Alveoulus

Kantong berdinding sangat tipis pada bronkio literminalis.

Tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbon dioksida

antara darah dan udara yang dihirup. Jumlahnya 200 - 500 juta.

29
Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli disokong oleh

serat kolagen, dan elastis halus. Sel epitel terdiri sel alveolar

gepeng (sel alveolar tipe I), sel alveolar besar (sel alveolar tipe

II). Sel alveolar gepeng (tipe I) jumlahnya hanya 10%,

menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II)

jumlahnya 12 %, menempati 5 % alveolar. Sel alveo largepeng

terletak didekat septa alveolar, bentuknya lebih tebal, apical

bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin, memilki

badan berlamel. Sel alveolar besar menghasilkan surfak tanpul

monar. Surfaktan ini fungsi nya untuk mengurangi kolaps

alveoli pada akhir ekspirasi. Jaringan diantara 2 lapis epitel

disebut interstisial. Mengandung serat, sel septa (fibroblas), sel

mast, sedikit limfosit. Septa tipis diantara alveoli disebut pori

Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar disebut makro fagalveolar.

Pada perokok sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran.

Jumlah sel makro fagme lebihi jumlah sel lainnya.

11) Pleura

Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini

mengandung serat elastin, fibroblas, kolagen. Yang melekat

pada paru disebut pleura viseral, yang melekat pada dinding

toraks disebut pleura parietal ciri khas mengandung banyak

kapiler dan pembuluh limfe. Saraf adalah cabangan. Frenikus

dan interkostal.

30
b. Fisiologi ventilasi Paru

Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru.

Pergerakan udara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh :

1) Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara

pleura paru dan pleura dinding dada. Tekanan pleura normal

sekitar - 5 cm H2O, yang merupakan nilai isap yang dibutuhkan

untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai nilai

istirahatnya. Kemudian selama inspirasi normal, pengembangan

rangka dada akan menarik paru kearah luar dengan kekuatan

yang lebih besar dan menyebabkan tekanan menjadi lebih

negatif (sekitar -7,5 cmH2O).

2) Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli paru.

Ketika glotis terbuka dan tidak ada udara yang mengalir ke

dalam atau keluar paru,maka tekanan pada semua jalan nafas

sampai alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosfer

(tekanan acuan dalam jalan nafas) yaitu tekanan0 cm H2O. Agar

udara masuk, tekanan alveoli harus sedikit di bawah tekanan

atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cmH2O) dapat menarik sekitar

0,5 liter udara ke dalam paru selama 2 detik. Selama ekspirasi,

terjadi tekanan yang berlawanan.

3) Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli dan

tekanan pada permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya

elastis dalam paru yang cenderung mengempiskan paru pada

31
setiap pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting.

3. Etiologi Tb Paru

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan

oleh kuman dari kelompok Mycobacterium atau Mycobacterium

tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain :

Mycobacterium tuberculosis,Mycobacterium africanum,

Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae dsb, yang juga dikenal

sebagai bakteri tahan asam (BTA). Secara umum sifat kuman TB

(Mycobacterium tuberculosis) antara lain adalah sebagai berikut :

a. Berbentuk panjang dengan panjang 1 – 10 mikron, lebar 0,2 – 0,6

mikron.

b. Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl

Neelsen.

c. Memerlukan biakan khusus untuk biakan, antara lain Loweinstein

Jensen, ogawa.

d. Kuman nampak berbentuk batang bewarna merah dalam

pemeriksaan dibawah mikroskop.

e. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam

jangka waktu lama pada suhu antara 4ºC sampai minus 700C.

f. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar

ultraviolet .

g. Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet, sebagian besar kuman

akan mati dalam waktu dalam beberapa menit.

32
h. Dalam dahak pada suhu 30-37 ℃ akan mati dalam waktu lebih

kurang 1 minggu.

i. Kuman dapat bersifat dormant (“tidur”/tidak berkembang)

(Kemenkes RI, 2014).

4. Manifestasi Klinis

Bukti gejala tuberkulosis dibagi 2 (dua) golongan seperti gejala

sistemik dan gejala respiratorik. (Inayah dan Wahyono, 2018).

a. Gejala sistemik.

1) Badan Panas. Tuberkulosis paru gejala pertamanya kadang kala

muncul suhu meningkat dikit disiang hingga disore hari. Badan

suhu meningkat menjadi makin tinggi apabila proses jadi

progresif kemudian penderita merasakan badannya menjadi

hangat atau wajahnya panas.

2) Badan kedinginan/menggigil. Badan merasa dingin terjadi

apabila suhu fisik akan naik secara kilat, tetapi tidak ada panas

dengan angka sama dapat menjadi reaksi umum lebih kuat.

3) Peluh dimalam hari. Peluh malam bukan salah satu gejala

patognomonis dari penyakit TB paru. Tetapi peluh malam pada

umumnya akan timbul jika proses sudah lanjut, kecuali

penderita dengan vasodilation labil, peluh malam juga bisa

muncul lebih awal. Tachycardia yang hanya muncul apabila

disertai panas.

4) Malaise lantaran penyakit. Tuberkulosis paru sifatnya radang

33
menahun, maka penderita akan merasakan badan sakit tidak

enak dirasakan, nafsu makan berkurang, pegal linu, badan

semakin kurus dan gampang capek.

b. Gejala Respiratorik

1) Batuk-batuk. Batuk awal mulai muncul jika proses dari penyakit

TBC sudah mengena bronkeolus, selanjutnya mengakibatkan

peradangan bronkeolus, dan batuk menjadi aktif. Kemudian

bermanfaat sebagai pembuang produk pengeluaran dahak yang

meradang tersebut.

2) Sekret. Sesuatu yang sifatnya mukoid membuntangi paru-paru

dan keluar dengan jumlah sedikit, kemudian akan menjelma

seperti muko purulen berwarna kuning atau hijau sampai

purulen tersebut mengalami perubahan dengan tekstur kental

jika secret telah terbentuk menjadi lunak atau seperti keju.

3) Nyeri pada dada. Nyeri dadakan muncul jika sistem syaraf yang

ada dalam parietal sudah mengenai, gejala yang dirasakan

sifatnya domestik.

4) Ronchii. Satu hasil pemeriksaan yang tersiar bunyi tambahan

seperti suara gaduh terutama pada saat penderita ekspirasi

disertai adanya sekret pada pernafasan.

5. Patofisiologi TB Paru

Tuberkulosis adalah infeksi bakteri di udara yang disebabkan

oleh Mycobacterium Tuberculosis yang mempengaruhi bagian tubuh

34
dan paling sering paru-paru. Mycobacterium Tuberculosis terkena udara

sebagai intidroplet dari batuk, bersin, berteriak atau bernyanyi dari

individu dengan Tuberkulosis Paru. Penularan terjadi melalui inhalasi

inti droplet yang melewati rongga mulut atau hidung, saluran

pernapasan bagian atas, bronkusdan akhirnya mencapai alveoli paru-

paru. Setelah Mycobacterium Tuberculosis atau Tubercle bacilli

mencapai Alveoli, mereka tertelan oleh Makrofag Alveolar yang

mengakibatkan penghancuran atau penghambatan proporsi yang lebih

besar dari basil tuberkulum yang dihirup. Proporsi kecil yang tidak

terpengaruh berlipat ganda dalam Makrofag dan dilepaskan setelah

kematian Makrofag. Bakteri Tuberkulum yang disebarkan langsung

menyebar melalui aliran darah atau saluran limfatik ke bagian jaringan

tubuh atau organ tubuh selain area infeksi Tuberkulosis yang sangat

rentan seperti paru-paru, laring, kelenjar getah bening, tulang belakang,

tulang atau ginjal.

Dalam sekitar 2 sampai 8 minggu, respon imundipicu yang

memungkinkan sel darah putih untuk membungkus atau

menghancurkan sebagian besar basil tuberkulum. Enkapsulasi oleh sel

darah putih menghasilkan penghalang di sekitar Tuberkulum Bacilli

membentuk Granuloma. Begitu masuk ke dalam shell penghalang, basil

tuberkulum dikatakan berada di bawah kontrol dan dengan demikian

membentuk keadaan infeksi Tuberkulosis laten. Orang pada tahap ini

tidak menunjukkan gejala Tuberkulosis, tidak dapat menyebarkan

35
infeksi dan dengan demikian tidak dianggap sebagai kasus

Tuberkulosis. Di sisi lain, jika sistem kekebalan gagal untuk menjaga

basil tuberkulum di bawah kontrol, perbanyakan cepat basil terjadi

kemudian yang mengarah ke perkembangan dari infeksi Tuberkulosis

laten ke kasus Tuberkulosis. Waktu untuk pengembangan ke

Tuberkulosis mungkin segera setelah infeksi tuberkulosis laten atau

lebih lama setelah bertahun-tahun. Kasus Tuberkulosis sangat menular

dan dapat menyebarkan basil ke orang lain (Agyemen, 2017).

6. Klasifikasi Tuberkulosis Paru

Klasifikasi Tuberkulosis Paru dibuat berdasarkan gejala klinik,

bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya.

Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan

untuk menetapkan strategi terapi. Sesuai dengan program P2TBC Paru,

klasifikasi Tuberkulosis Paru dibagi sebagai berikut :

a. Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam (BTA) Positif dengan

kriteria :

1) Dengan atau tanpa gejala klinik.

2) BTA Positif: mikroskopok positif 2 kali, mikroskopik positif 1

kali disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik.

3) Positif 1 kali.

4) Gambaran radiologik sesuai dengan Tuberkulosis Paru.

b. Tuberkulosis Paru BTA Negatif dengan kriteria :

1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan

36
Tuberkulosis Paru aktif.

2) BTA negatif, biarkan negatif tetapi radiologik positif.

c. Bekas Tuberkulosis Paru dengan kriteria :

1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif.

2) Gejala klinik tidak atau ada gejala sisa akibat kelainan Paru.

d. Radiologik menunjukkan gambaran lesi Tuberkulosis Paru inaktif,

menunjukkan serial foto yang tidak berubah. Ada riwayat

pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang mendukung

adekuat (Gannika, 2016).

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan dahak mikroskopis. Pemeriksaan dahak berfungsi

untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan

menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan

diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang

dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan sewaktu-pagi-

sewaktu (SPS).

a. S (sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberculosis

datang berkunjung pertama kali.

b. P (pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera

setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada

petugas.

c. S (sewaktu): Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat

menyerahkan dahak pagi hari. Pemeriksaan mikroskopisnya dapat

37
dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan mikroskopis biasa di mana

pewarnaannya dilakukan dengan Ziehl Nielsen dan pemeriksaan

mikroskopis fluoresens di mana pewarnaannya dilakukan dengan

auramin-rhodamin.

a. Pemeriksaan Bactec. Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan

Bactec ini adalah metode radiometrik. Mycobacterium tuberculosa

memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2

yang akan dideteksi growth indexnya, untuk membantu menegakkan

diagnosis dan melakukan uji kepekaan. Bentuk lain teknik ini adalah

dengan memakai Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT).

b. Pemeriksaan Darah. Hasil pemeriksaan darah rutin dapat

menunjukan indikator yang spesifik untuk Tuberkulosis Paru. Laju

Endap Darah (LED) sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED

yang normal juga tidak menyingkirkan diagnosa TB sehingga dapat

digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita

serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan

penderita. Demikian pula kadar lymfosit dapat menggambarkan

daya tahan tubuh penderita.

c. Pemeriksaan Radiologis. Pemeriksaan standar adalah foto toraks

PA. Pemeriksaan lain atas indikasi ialah foto lateral, top lordotik,

oblik, CT-Scan. Pada beberapa kasus dengan hapusan positif perlu

dilakukan foto toraks bila : curiga adanya komplikasi (misal : efusi

pleura, pneumotoraks, hemoptisis berulang atau berat, didapatkan

38
hanya 1 spesimen BTA +). Pemeriksaan foto toraks memberi

gambaran bermacam-macam bentuk.

d. Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB paru aktif :

1) Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus

atas dan segmen superior lobus bawah paru.

2) Caviti terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak

berawan atau nodular.

3) Bayangan bercak milier.

4) Efusi Pleura.

e. Gambaran radiologi yang dicurigai TB paru inaktif :

1) Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus

atas dan atau segmen superior lobus bawah.

2) Klasifikasi, dan Penebalan ( Tridian, M. 2018).

8. Penatalaksaan

Ada fase metode penyembuhan tuberkulosis yaitu fase mendalam

semasa (2 sampai 3 bulan) dalam fase susulan hingga 4 atau 7 candra.

Perpaduan obat yang dipakai yaitu perpaduan obat pertama dan pula

obat susulan (Guyton & Hall, 2016). Obat pertama yang dipakai dalam

terapi Tuberkulosis Paru celah lainmenjadi berikut:

a. Obat Rifampisin

Rifampisisin sediaan obtatnya 10 mg/kg berat badan, maks 600

mg2- 3x/minggunya (berat badan lebih 60 kg sampai 600 mg, berat

badannya 40-60 kg sampai 450 mg, berat badan.

39
Obat rifampisin mampu mengakibatkan air seni/kencing

berwarna merah, peluh, air mata, dan selera. Proses metabolisme

yang memproses air seni berwarna merah dan termasuk obat yang

tidak berbahaya. Hal tersebut harus diinfokan kepada pengidap

supaya dipahami dan tidak perlu dikhawatirkan. Efek samping

ringan hanya perlu penyembuhan sistematis ialah :

1) Syndrome influenza seperti panas kedinginan bahkan nyeri

tulang

2) Syndrome perut dirasakan sepertimulas, mual, taknafsu santap,

muntah,kadang kala berak air.

3) Syndrome kulit dirasakan seperti terasa renyem dan kebiraman

b. Isoniazid (INH)

Dosis yang diberikan untuk obat INH adalah 5 mg/kg berat

badan, maximal 300 mg, 10 mg/kg berat badan 3x/seminggunya, 15

mg/kgBB 2x/1 minggu atau (300 mg/hari untuk orang cukup umur.

lntermiten : 600 mg/kali). Efek samping ringan muncul tanda terjadi

keracunan syaraf tepi,kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri

otot. Efek sampingnya bisa dikurangi dengan pemberian piridoksin

dengan dosis 100 mg/hari dengan vitamin Bkompleks. Pada suasana

tersebut penyembuhan bisa dijalankan. Abnormalitas lain ialah

menyamai syndrom pellagra.

Efek samping berat bisa berupa hepatitis yang mungkin muncul

kurang lebihnya 0,5% pengidap. Jika terjadi hepatitis dampak obat,

40
Hentikan OAT dan penyembuhan sinkron dengan arahan

tuberkulosis pada suasana privat.

c. Pirazinamid

Obat ini digunakan pada saat fase intensif 25 mg/kg berat badan,

35 mg/kg berat badan 3x/semingggunya, 50 mg/kg berat badan 2

x/satu mingggu atau: berat badan lebih 60 kg :1500 mg, berat badan

40-60 kg:1000 mg, berat badan kurang 40 kg :750 mg.

Efek samping pertamanya hepatitis dampak obat jika

penatalaksanaan menurut arahan tuberkulosis di suasana privat.

Nyeri persendian dirasakan bisa diberikan aspirin dan kadang kala

dapat mengakibatkan serbuan arthritis Gout, hal itu barang kali

diakibatkan oleh terbatasnya ekskresi dan pengumpulan asam urat.

Kadang kala timbul reaksi seperti: panas dingin, meluah, kemerahan

dan reaksi kulit yang lain.

d. Streptomisin

Pada obat streptomisin ini diberikan dosis 15 mg/kg berat

badan /(BB lebih 60 kg sampai 1000 mg, BBnya 40-60 kg = 750

mg, BB kurang 40 kg = sesuai berat badan).

Efek samping yang pertama dapat terjadi keburukan pada syaraf

kedelapan yang berangkaian pada kesepadanan dan pendengaran.

Efek lainya ini akan melonjak seiring dengan tingkat dosis yang

digunakan dan berdasarkan usia pengidap.

e. Etambutol

41
Untuk obat ini diberikan fase intensif dengan dosis 20 mg/kg

BB, fase lanjut 15 mg/kg berat badan, 30 mg/kg berat badan

3x/seminggunya, 45 mg/kg berat badan 2x/seminggu atau : (BB

lebih 60 kg :1500 mg, berat badan 40-60 kg :1000mg, berat badan

kurang 40 kg :750 mg, Dosis intermiten 40 mg/kg BB/ kali).

Etambutol juga mengakibatkan terganggunya pandangan berupa

kurangnya ketajaman penglihatan, buta warna untuk warna merah

dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung

dosis yang digunakan, ronggang terjadi bila dosisnya 15-25mg/kg

BB perhari atau 30mg/kg BB diberikan 3 x/seminggu. Gangguan

pendangan bisa normal lagisetelah seputar minggu obat

diperhentikan. Dianjurkan etambutol tak dikasihkan untuk anak-

anak akibat risiko keburukan okuler dan sulit dideteksi (Guyton dan

Hall, 2016).

9. Pencegahan TB Paru

Upaya pencegahan adalah upaya kesehatan yang dimaksudkan

agar setiap orang terhindar dari terjangkitnya suatu penyakit dan dapat

mencegah terjadinya penyebaran penyakit. Tujuannya adalah untuk

mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit

yaitu penyebab penyakit (agent), manusia atau tuan rumah (host) dan

faktor lingkungan (environment). Pencegahan tuberculosis yang utama

bertujuan memutus rantai penularan yaitu menemukan pasien

tuberculosis paru dan kemudian mengobatinya sampai benar-benar

42
sembuh. Cara pencegahan dan pemberantasan tuberculosis secara

efektif menurut Yuliadi (2015) diuraikan sebagai berikut :

a. Melenyapkan sumber infeksi dengan penemuan penderita sedini

mungkin, isolasi penderita sedemikian rupa selama masih dapat

menularkan, segara diobati.

b. Memutuskan mata rantai penularan.

c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit

tuberculosis paru.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep asuhan keperawatan TB Paru meliputi (Elin Erlina, 2020) :

1. Pengkajian

a) Anamnesis

1) Identitas Diri. Pasien Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis

kelamin, agama dan lain-lain.

2) Keluhan Utama. Keluhan yang sering menyebabkan klien

43
dengan TB Paru meminta pertolongan pada tenaga medis dibagi

menjadi 4 keluhan, yaitu :

(a) Batuk. Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering

dikeluhkan, apakah betuk bersifat produktif/nonproduktif,

sputum bercampur darah.

(b) Batuk berdahak. Seberapa banyak darah yang keluar atau

hanya blood streak, berupa garis atau bercak-bercak darah

(c) Sesak Nafas. Keluhan ini ditemukan bila kerusakan

parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal menyertai

seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.

(d) Nyeri Dada. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di

pleural terkena TB.

3) Keluhan Sistematis. Keluhan ini sering dijumpai yang biasanya

timbul pada sore hari atau pada malam hari mirip dengan

influenza keluhan sistematis lain keluhan yang timbul antara lain

: keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan malaise

b) Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

(a) Keadaan pernapasan pendek ( nafas pendek )

(b) Nyeri dada

(c) Batuk, dan

(d) Sputum

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

44
(a) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh – sembuh.

(b) Pernah berobat tapi tidak sembuh

(c) Pernah berobat tetapi tidak teratur

(d) Riwayat kontak dengan pendrita TB Paru

(e) Daya tahan tubuh menurun

(f) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur

(g) Riwayat putus QAT

3) Riwayat Kesehatan. Keluarga adakah anggota keluarga yang

menderita empisema, asma, alergi dan TB

4) Riwayat Psikososial

(a) Pola konsep diri

(1) Citra tubuh

Klien tidak percaya diri dengan keadaannya saat ini

(2) Ideal diri

Klien berharap cepat sembuh dan dapat beraktivitas

kembali

(3) Harga diri

Klien ingin dihargai dan di perhatikan walaupundalam

keadaan sakit

(4) Peranan diri

Klien berperan sebagai seorang anak dan klien sekarang

menjadi pasien

(5) Identitas diri

45
Klien adalah seorang anak laki – laki

(b) Pola kongnitif

Harapan klien adalah setelah menjalani perawatan, klien

cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasanya

(c) Pola koping

Dalam mengambil keputusan klien di bantu oleh keluarga

(d) Pola interaksi

Klien dapat berbicara dengan jelas tapi pelan. Klien dapat

berinteraksi dengan perawat, dokter dan orang yang ada

disekitarnya. Bahasa yang digunakan bahasa Indonesia dan

bahasa Toraja.

5) Riwayat Spiritual

a) Ketaatan klien beribadah

b) Dukungan keluarga klien

c) Ritual yang biasa dilakukan

6) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum dan tanda – tanda vital

Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya

didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan,

frekuensi napas meningkat disertai sesak napas, denyut nadi

meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan

frekuensi pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai

dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.

46
b) Breathing :

(1) Inspeksi

(a) Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan

TB Paru biasanya terlihat kurus sehingga pada

bentuk dada terlihat adanya penurunan proporsi

anterior-posterior bading proporsi diameter lateral.

(b) Batuk dan sputum. Batuk produktif disertai adanya

peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang

purulent.

(2) Palpasi : Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi

pernapasan. TB Paru tanpa komplikasi pada saat

dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan

seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya penurunan

gerakan dinding pernapasan biasanya ditemukan pada

klien TB Paru dengan kerusakan parenkim paru yang

luas.

(3) Perkusi : Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya

ditemukan resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.

pada klien dengan komplikasi efusi pleura didapatkan

bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai

dengan akumulasi cairan

(4) Auskultasi :

(a) Brain

47
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan

adanya sianosis perifer apaila ada gangguan perfusi

jaringan berat. Pengkajian objektif , klien tampak

wajah meringis, menangis, merintih,, pada saat

dilakukan pengkajian pada mata.. biasanya

didapatkan konjungtiva anemis pada TB Paru yang

hemaptu dan ikterik pada pasien pada pasien TB Paru

dengan gangguan fungsi hati.

(b) Bledder

Pengukuran volume output urin berhubungan dengan

intake cairan. Memonitor adanya oliguria karena hal

tersebut merupakan tanda awal syok

(c) Bowel

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan

nafsu makan dan penurunan berat badan

(d) Bone

Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien

TB Paru. gejala yang muncul antara lain kelemahan,

kelelahan, insomnia, pola hidup menetap

(e) Pemeriksaan Fisik Head To Toe

(1) Kepala

48
Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada

benjolan/tidak, simetris/tidak

(2) Rambut

Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna

rambut

(3) Wajah

Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak

(4) Sistem Penglihatan

Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva

anemia/tidak, sclera ikterik/tidak).

(5) Wicara

Wicara Kaji fungsi wicara, perubahan

suara,afasia,dysfonia.

(6) THT

Inspeksi hidung : kaji adanya obtruksi/tidak,

simetris/tidak,ada secret/tidak.

Telinga : Kaji Telinga Luar bersih/tidak,

membran tympani, ada secret/tidak

Palpasi : Kaji THT ada/tidak nyeri tekan lokasi

dan penjalaran

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan pada dasarnya adalah mendiagnosa respon

pasien terhadap stressor ( biasa berupa kejadian tertentu, penyakit, atau

49
injuri ). Stresstor yang isa menyebabkan banyak respon menyebabkan

yang bias dikarakteristikansebagai respon adaptif atau respon maladatif.

Respon maladaptive pada akhirnya akan memunculkan masalah

kesehatan (Nurjannah 2015 ).

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi

berdasarkan teori, maka diagnosa kepperawatan yang mungkinmuncul

pada klien Tuberculosis Paru adalah :

a. Bersih jalan tidak efektif berhungan dengan penumpukan sekret

( D.0001 )

b. Nyeri akut berhubungan dengan batuk menetap dan inflamasi paru

(D.0077)

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor batuk dan nyeri

dada (D. 0055)

d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (D.0080)

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolism tubuh

(D.0019)

3. Intervensi Keperawatan

Menurut Buku SDKI, SLKI, SIKI EDISI 1

Tabel 2.2 Asuhan Keperawatan

N SDKI SLKI SIKI


O
1 Bersih Jalan Nafas Bersih Jalan Latihan Batuk
Tidak Efektif Nafas ( L.01001 ) Efektif ( I.01006 )
berhubungan Setelah dilakukan Observasi
penumpukan sekret tindakan
a. Identifikasi
( D.0001 ) keperawtan selama
kemampuan
Defenisi: 3x24 jam
batuk

50
Ketidakmampuan diharapkan bersih b. Monitor adanya
membersihkan sekr jalan nafas paten retensi sputum
et atau obstruksi dengan kriteria c. Monitor tanda
jaan nafas untuk hasil : dan gejala infeksi
mempertahankan a. Batuk efektif saluran napas
jalan napas tetap meningkat d. Monitor input dan
paten b. Produksi output cairan
Penyebab sputum ( mis. Jumlah dan
Fisiologis menurun karakteristik )
a. Spasme jalan c. Mengi menurun Terapeutik
napas d. Wheezing a. Atur posisi semi
b. Hipersekres i menurun – fowler atau
jalan napas e. Mekonium (pada fowler
c. Disfungsi neonates) b. Pasang perlak
neuromuskuler menurun dan bengkok di
d. Benda asing f. Dispsnea pangkuan pasien
dalam jalan membaik c. Buang sekret
napas buatan g. Ortopnea pada tempat
e. Adanya jalan membaik sputum
napas buatan h. Sulit bicara Edukasi
f. Sekresi yang membaik
a. Jelaskan tujuan
tertahan i. Sianosi membaik
dan prosedur
g. Hyperplasia j. Gelisah membaik
batuk efektif
dinding jalan k. Frekuensi napas
b. Anjurkan tarik
napas membaik
napas dalam
h. Proses infeksi Pola napas membaik
hidung melalui
i. Respon alergi (Buku: Defenisi dan
hidung selama 4
j. Efek agen Kriteria Hasil
detik, ditahan
farmakologi s ( Keperawatan, SLKI,
selama
mis. Anastesi ) Edisi 1) Hal 18
2 detik,
Situasional kemudian
a. Merokok aktif keuarkan dari
b. Merokok mulut dengan
pasif bibir mencucu
c. Terpajan (dibulatkan)
polutan selama 8 detik
c. Anjurkan
Gejala dan Tanda mengulangi
Mayor Subjektif tari napas dalam
( tidak tersedia ) hingga 3 kali
Objektif Kolaborasi
a. Batuk tidak a. Kolaborasi
efektif pemberian
b. Tidak mampu mukolitik atau
batuk ekspektoran, jika
perlu

51
c. Sputum (Buku : Defenisi dan
berebihan Tindakan
d. Mengi, wheezing Keperawatan, SIKI,
dan/atau ronchi Edisi 1)
kering Hal 142
e. Mekonium di
jalan napas (
pada neonates)
Gejala dan Tanda
Minor Subjektif
a. Dispnea
b. Sulit bicara
c. Ortopnea
Kondisi Klinis
Terkait
a. Gullianbarre
syndrome
b. Skerosis
c. multiple
d. Myasthenia
gravis
e. Prosedur
diagnostic ( mis.
Bbronskopi,
trasesophageal
echocardiografh
y [TEE] )
f. Depresi system
saraf pusat
g. Cedera kepala
h. Stroke
i. Kuadriplegia
j. Sindrom
k. aspirasi
mekonium
l. Infeksi saluran
napas
(BUKU : Diagnosis
Keperawatan, SDKI
Edisi 1)
Hal 18
2 Nyeri Akut berhub Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
ungan dengan batuk ( L.08065 ) Setelah )I.01006 )
menetap dan inflam dilakukan tindakan Observasi
asi paru ( D.0077 ) keperawatan a. Mengidentifikasi
Defenisi : selama 3x24 jam lokasi,

52
Pengalaman diharapkan nyeri karakteristik,
sensorik atau akut berkurang durasi, frekensi,
emosional yang dengan kriteria kualitas,
berkaitan dengan hasil : intensitas nyeri
kerusakan jaringan a. Keluhan nyeri b. Identifikasi skala
actual atau menurun nyeri
fungsional dengan b. Meringis c. Identifikasi
onset mendadak menurun respons nyeri non
atau lambat dan c. Sikap protektif verbal
bberintensitas menurun d. Identifikasi faktor
ringan hingga d. Gelisah yang
bberat yang menurun memperberat dan
berlangsung kurang e. Kesulitann memperingankan
dari 3 bulan tidur menurun nyeri
Penyebab f. Menarik diri e. Identifikasi
a. Agen pencedera menurun pengetahuan dan
fisiologis (mis. g. Berfokus keyakinan tentang
Inflamasi, pada diri nyeri
iskemia, sendiri f. Identifikasi
neoplasma) menurun pengaruh nyeri
b. Agen pencedera h. Diaphoresis pada kualitas
kiniawi (mis. menurun hidup
Terbakar, bahan i. Perasaan g. Monitor
kimia iritan) depresi keberhasilan
c. Agen pencedera (tertekan) terapi
fisik (mis. menurun komplamenter
Abses, amputasi, j. Perasaan yang sudah
terbakar, takut diberikan
terpotong, mengalami h. Monitor efek
mengangkat cedera samping
berat, prosedur berulang pengunaan
operasi, trauma, menurun analgetik
latihan fisik k. Anoreksia
berlebihan) menurun Terapeutik
Gejala Dan Tanda l. Perineum a. Berikan teknik
terasa tertekan nonfarmakologis
Mayor untuk mengurangi
menurun
Subjektif m. Uterus teraba rasa nyeri (mis.
Mengeluh nyeri membuat TENS, hypnosis,
menurun akupresur, terapi
Objektif n. Ketegangan music,
otot menurun biofeedback,
a. Tampak meringis
o. Pupil dilatasi terapi pijat,
b. Bersikap protektif menurun aromaterapi,
(mis. Waspada, p. Muntah teknik imajinasi
posisi menghindar menurun terbimbin,

53
q. Mual menurun kompres
nyeri)
r. Frekuensi nadi hangat/dingin,
c. Gelisah membaik terapi bermain)
s. Pola napas b. Kontrol
d. Frekuensi nadu
membaik lingkungan yang
meningkat
t. Tekanan memperberatkan
e. Sulit tidur darah rasa nyeri (mis.
membaik Suhu ruangan,
Gejala dan Tanda
u. Proses pencahayaan,
Minor Subjektif
berfikir kebisingan)
( tidak tersedia ) membaik c. Fasilitasi istirahat
v. Fokus membaik d. Tidur
Objektif
w. Fungsi e. Pertimbangkan
a. Tekanan darah berkemih jenis dan sumber
meningkat membaik nyeri dalam
x. Perilaku pemilihan strategi
b. Pola nafas
membaik meredahkan nyeri
berubah
y. Nafsu makan
c. Nafsu makan membaik Edukasi
berubah z. Pola tidur a. Jelaskan penyebab,
membaik periode, dan
d. Proses berfikir
(Buku: Defenisi pemicu nyeri
terganggu
dan Kriteria Hasil b. Jelaskan strategi
e. Menarik diri Keperawatan, meredahkan nyeri
SLKI, Edisi 1) c. Anjurkan
f. Berfokus pada
aa. Hal 145 memonitor ntyeri
diri sendiri
secara mandiri
g. Diaphoresis d. Anjurkan
menggunakan
Kondisi Klinis
analgetik secara
Terkait
tepat
a. Kondisi
e. Ajarkan teknik
pembedaha n
nonfarmakologi
b. Cedera
untuk menguranhi
traumamatis
ras nyeri
c. Infeksi
Kolaborasi
d. Sindrom koroner
a. Kolaborasi
akut
pemberian
e. Glaucoma
analgetik, jika
perlu
(Buku : Diagnosis
Keperawatan SDKI, (Buku: Defenisi dan
Edisi 1) Hal 172 Tindakan
Keperawatan, SIKI,
Edisi 1) Hal 201-202
3 Gangguan Pola Pola Tidur Dukungan Tidur

54
Tidur berhubungan ( L.05045 ) Setelah ( I.09265 )
dengan faktor batuk dilakukan tindakan Observasi
dan nyeri dada keperawatan a. Identifikasi pola
( D.0055 ) selama 3x24 jam aktivitas dan
diharapkan tidur
Defenisi : gangguan pola b. Identifikasi
Gangguan kualitas tidur teratasi faktor
dan kuantitas waktu dengan kriteria penganggu tidur
tidur akibat faktor hasil : (fisik dan/atau
eksternal a. Keluhan sulit psikologis)
tidur c. Identifikasi
Penyebab meningkat makana dan
a. Hambatan b. Keluhan sering minuman yang
lingkungan (mis. terjaga mengganggu
Kelembapan meningkat tidur (mis. Kopi,
lingkungan c. Keluhan tidak the, alcohol,
sekitar, suhu puas tidur makanan
lingkungan, meningkat mendekati
pencahayaa n, d. Keluhan waktu tidur
kebisingan, bau istirahat tidak minum banyak
tidak sedap, cukup air sebelum
jadwal meningkat tidur)
pemantauan/ e. Kemampuan d. Identifikasi obat
pemeriksaa beraktivitas tidur yang di
n/tindakaan) meningkat komsumsi
b. Kurang control Terapeutik
tidur (Buku : Defenisi a. Modifikasi
c. Kurang privasi dan Kriteria Hasil lingkungan (mis.
d. Restraint fisik Keperawatan, Percahayaan,
e. Ketiadaan teman SLKI, Edisi 1) Hal kebisingan, suhu,
tidur 96 matras,
f. Tidak familiar dan tempat
dengan peraatan tidur)
tidur b. Batasi waktu
Gejala dan Tanda tidur siang, jika
Mayor perlu
Subjektif c. Fasilitasi
a. Mengeluh susah menghilangkan
tidur stress sebelum
b. Mengeluh sering tidur
terjaga d. Tetapkan jadwal
c. Mengeluh tidak tidur rutin
puas tidur e. Lakukan
d. Mengeluh poa prosedur untuk
tidur berubah meningkatkan
e. Mengeluh kenyamanan

55
istirahat tidak (mis.Pijit,
cukup pengaturan
posisi, terapi
Objektif akupresur)
(tidak tersedia) f. Sesuaikan jadwal
pemberian
Gejala dan Tanda obat dan/atau
Minor tindakan untuk
Subjektif menunjang
a. Mengeluh siklus tidur-
kemampuan terjaga
beraktivitas Edukasi
menurun a. Jelaskan
Objektif pentingnya tidur
(tidak tersedia) cukup selama
sakit
Kondisi Klinis b. Anjurkan
Terkait menepati
a. Nyeri/kolik kebiasaan waktu
b. Hipertiroide sme tidur
c. Kecemasan c. Anjurkan
d. Penyakit paru menghindari
obstruksi kronis makanan/
e. Kehamilan minuman yang
f. Periode pasca menganggu tidur
partum d. Anjurkan
g. Kondisi pasca penggunaan obat
operasi tidur yang tidak
mengandung
(Buku : Diagnosis supresor terhadap
Keperawatan, SDKI, tidur REM
Edisi 1) Hal : 172 e. Ajarkan faktor –
faktor yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur (mis.
Psikologis, gaya
hidup, sering
berubah shift
bekerja)
f. Ajarkan relaksasi
otot autogenic
atau cara
nonfarmakologi
lainnya

56
(Buku : Defenisi dan
Tindakan
Keperawatan, SIKI,
Edisi 1) Hal 48
4 Ansietas TingkatAnsietas Reduksi Ansietas (
berhubungan (L.09093) Setelah I.093124 )
dengan perubahan dilakukan tindakan
status kesehatan ( keperawatan selam Observasi
D.0080 ) 3x24 jam a. Identifikasi saat
Defenisi : diharapkan ansietas tingkat ansietas
Kondisi emosi dan dapat menurun berubah ( mis.
pengalaman dengan kriteria Kondisi, waktu,
subjektif individu hasil : stressor )
terhadap objek yang a. Verbalisasi b. Identifikasi
tidak jelas dan kebingungan kemampuan
spesifik akibat menurun mengambil
antisipasi bahaya b. Verbalisasi keputusan
yang khawatiran c. Monitor tanda
memungkinkan akibat kondisi – tanda ansietas
individu melakukan yang dihadapi (verbal dan
tindakan untik menurun nonverbal)
menghadapi c. Perilaku gelisa Terapeutik
ancaman menurun a. Ciptakan suasana
Penyebab d. Perilaku tegang terapeutik untuk
a. Krisis menurun menumbuhkan
situasiona e. Keluhan pusing kepercayaan
b. Kebutuhan menurun b. Temani pasien
tidak terpenuhi f. Anoreksia untuk mengurangi
c. Krisis maturasio menurun kecemasan, jika
nal g. Palpitasi memungkinkan
d. Ancaman menurun c. Pahami situasi
terhadap konsep h. Frekuensi yang membuat
diri pernapasan ansietas
e. Ancaman menurun d. Dengarkan dengan
terhadap i. Frekuensi nadi penuh perhatian
kematian menurun e. Gunakan
f. Kekhawatiran j. Tekanan darah pendekatan yang
mengalami menurun tenang dan
kegagalan k. Diaforesis menyakinkan
g. Disfungsi menurun f. Tempatkan barang
system keluarga l. Tremor pribadi yang
h. Hubungan menurun memberikan
orang tua m.Pucat menurun kenyamanan
anak tidak n. Konsentrasi g. Motivasi
memuaskan membaik mengidentifiksi

57
i. Faktor o. Pola tidur situasi yang
Keturunan membaik memicu
(temperamen p. Perasaan kecemasan
mudah ketidakberdayaa h. Diskusikan
teragitasi sejak n membaik perencanaan
lahir) q. Kontak mata realistis tentang
j. Penyalahgunaan membaik peristiwa yang
zat Terpapar r. Pola berkemi akan dating
bahaya membaik Edukasi
lingkungan( mis s. Orientasi a. Jelaskan prosedur,
. Toksin, membaik termasuk sensasi
polutan, dan yang mungkin
lain-lain) (Buku: Defenisi dialami
k. Kurang terpapar dan Kriteria Hasil b. Informasikan secara
informasi Keperawatan, factual mengenai
SLKI, Edisi 1) Hal diagnosi,
Gejala dan Tanda 132 pengobatan, dan
Mayor prognosis
Subjektif c. Anjurkan keluarga
a. Merasa bingung untuk tetap
b. Merasa khawatir bersama
dengan akibat pasien, jika perlu
dari kondisi d. Anjurkan
yang dihadapi melakukan kegiatan
c. Sulit yang tidak
berkonsentr asi kompetetif sesuai
kebutuhan
Objektif e. Anjurkan
a. Tampak gelisah mengungkapkan
b. Tampak tegang perasaan dan
c. Sulit tidur persepsi
f. Latih kegiatan
Gejala dan Tanda penglihatan untuk
Minor mengurangi
Subjektif ketegangan
a. Mengeluh g. Latih penggunaan
pusing mekanisme
b. Anoreksia pertahanan diri
c. Palpitasi yang tepat
d. Merasa tidak h. Latih teknik
berdaya relaksasi
Objektif Kolaborasi
a. Frekuensi nafas a. Kolaborasi
meningkat pemberian obat
b. Frekuensi nadi ansietas, jika perlu

58
meningkat
c. Tekanan darah (Buku: Defenisi dan
meningkat Tindakan
d. Diaphoresis Keperawatan, SIKI,
e. Tremor Edisi 1) Hal 387
f. Muka tampak
pucat
g. Suara bergetar
h. Kontak mata
buruk
i. Sering berkemih
j. Berorientasi
pada masa lalu

Kondisi Klinis
Terkait
a. Penyakit kronis
progresif (mis.
Kanker,
penyakit
autoimun)
b. Penyakit akut
c. Hospilitasi
d. Rencana operasi
e. Kondisi
diagnosis
penyakit belum
jelas
f. Penyakit
Neurologis
g. Tahap tumbuh
kembang
(Buku : Diagnosis
Keperawatan,
SDKI, Edisi 1) Hal
180
5 Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen
berhubungan ( L.03030 ) Setelah Nutrisi
dengan peningkatan dilakukan tindakan (I.03119)
metabolisme tubuh ( keperawatan Observasi
D.0019 ) selama 3x24 jam a. Identifikasi
Defenisi : diharapkan defisit status nutrisi
Asupan nutrisi tidak nutrisi terpenuhi b. Identifikasi
cukup untuk dengan kriteria alergi dan
memenuhi hasil : intoleransi
kebutuhan a. Porsi makana makan

59
metabolisme yang dihabiskan c. Identifikasi
Penyebab meningkat makan yang di
a. Ketidakmampua b. Kekuatan otot sukai
n menelan pengunyah d. Identfikasi
makanan meningkat kebutuhan kalori
b. Ketidakmampuan c. Kekuatan otot dan jenis nutrient
mencerna menelan e. Identifikasi
makanan meningkat perlunya
c. Ketidakmampua d. Serumalbumin penggunaan
n mengabsorsi meningkat selang
nutrient e. Verbaisasi nasogastrik
d. Peningkatan keinginan untuk f. Monitor asupan
kebutuhan meningkatkan Makan
metabolisme nutrisi g. Monitor berat
e. Faktor ekonomi meningkat badan
(mis. Finansial f. Pengetahuan h. Monitor hasil
tidak mencukupi) tentang pilihan pemeriksaan
f. Faktor psikologis makanan yang laboratorium
(mis. Stress, sehat meningkat
keengganan g. Pengetahuan Terapeutik
untuk makan) tentang pilihan a. Lakukan oral
Gejala dan Tanda minuman yang hygiene sebelum
Mayor Subjektif sehat meningkat makan, jika perlu
(tidak tersedia) h. Pengetahuan b. Fasilitasi
tentang standar menentukan
Objektif asupan nutrisi pedoman diet
a. Berat badan yang tepat (mis. Piramida
menurun meningkat makanan)
minimal 10% di i. Penyiapan dan c. Sajikan makanan
bawah rentang penyimpanan secara menarik
ideal makan yang dan suhu yang
aman sesuai
Gejala dan Tanda meningkat d. Berikan
Minor Subjektif j. Penyiapan dan makanan tinggi
a. Cepat kenyang penyimpanan serat untuk
setelah makan minuman aman mencegah
b. Kram/nyeri meningkat konstipasi
abdomen k. Sikap terhadap e. Berikan
c. Nafsu makan makan/minuma makanan tinggi
menurun n sesuai dengan kalori dan tinggi
Objektif tujuan protein
a. Bising usus kesehatan f. Berikan
hiperaktif meningkat suplemen
b. Otot pengunyah l. Perasaan cepat makanan, jika
lemah kenyang perlu
c. Otot menelan menurun g. Hentikan

60
lemah m. Nyeri abdomen pemberian
d. Membrane menurun makan melalui
mukosa pucat n. Sariawan selang
e. Sariawan menurun nasogastrik jika
f. Serum albumin o. Rambut rontok asupan oral
menurun menurun dapat ditoleransi
g. Rambut rontok p. Diare menurun
berlebihan q. Berat badan Edukasi
h. Diare membaik a. Anjurkan posisi
r. Indeks Massa duduk, jika
Kondisis Klinis Tubuh (IMT) mampu
Terkait membaik
a. Stroke s. Frekuensi Kolaborasi
b. Parkinson makanan a. Kolaborasi
c. Mobius membaik pemberian
syndrome t. Nafsu makan medikasi
d. Cerebral palsy membaik sebelum makan
e. Cleft lip u. Bising usus (mis. Pada nyeri,
f. Cleft palate membaik antlemetik), jika
g. Amyotropic v. Tebal llipatan perlu
lateral sclerosis kulit trisep b. Kolaborasi
h. Kerusakan membaik denga ahli gizi
neuromuscu lar w. Membrane untuk
i. Luka bakar mukosa menentukan
j. Kanker membaik jumlah kalori
k. Infeksi dan jenis nutrient
l. AIDS (Buku : Defenisi yang dibutuhka,
m. Penyakit Crohn’sdan Kriteria Hasil jika perlu
Keperawatan, (Buku : Defenisi dan
(Buku: Diagnosis SLKI, Edisi 1) Tindakan
Keperawatan, SDKI, Hal 121 Keperawatan, SIKI,
Edisi 1) Hal 56 Edisi 1) Hal 200
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. BIODATA

A. Identitas Klien

1. Nama Klien : Tn “W”

2. Usia/tgl lahir : 23 tahun/ 06-06-1998

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

61
4. Agama/Keyakinan : Kristen protestan

5. Alamat : Rano

6. Suku/Bangsa : Toraja/Indonesia

7. Status Perkawinan : Belum Kawin

8. Pekerjaan : Belum Bekerja

9. No.RM : 17-49-49

10. Tanggal Masuk RS : 27 Februari 2022

11. Tanggal Pengkajian : 28 Februari 2022

12. Diagnosa : TB Paru

13. Rencana Terapi : - IFVD RL 2O tetes/menit

- Ketorolac 1 amp/12 jam

- Isoniazid 300 mg 1x1

- Pirazanamid 500 mg 2x1

2. Nama Penanggung Jawab

1. Nama : Tn “J”

2. Usia : 54 Tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Pekerjaan : Pendeta

5. Hubungan keluarga : Ayah Kandung

II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN

62
A. Riwayat kesehatan saat ini

1. Keluhan Utama : Batuk Darah

2. Riwayat Keluhan Sekarang :

Satu hari sebelum klien masuk RS, Klien mengeluh batuk darah,

karena keadaan klien semakin memburuk, akhirnya keluarga klien

memutuskan untuk membawa klien berobat ke RSUD Lakipadada

untuk mendapatkan perawatan pada tanggal 27 Februari 2022.

Pada saat dikaji tanggal 28 februari 2022, klien mengatakan batuk

berdahak terus menerus kadang bercampur dengan darah. Klien

mengatakan nyeri pada dadanya saat batuk, nyeri yang di rasakan

seperti tertusuk-tusuk yang bersifat hilang timbul dengan durasi 2-3

menit dengan skala nyeri 4(0-10), klien merasa nyeri yang dirasakan

saat posisi setengah duduk dan terasa berat saat berbaring. klien juga

mengatakan sulit untuk tidur karna batuk terus menerus.

B. Riwayat Kesehatan masa lalu

1. Klien pernah berobat ke dokter praktek sejak penyakitnya

tersebut telah diketahui tapi tidak ada perubahan

2. Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap cuaca, obat –

obatan dan makanan

3. Klien belum pernah di rawat di RS sebelumnya

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

63
Genogram 3 Generasi :

Gambar 3.1 Genogram

G1

75 65
7 72
G2

54 4

18 10
00
G3 23

KETERANGAN :

= Laki – laki

= Perempuan

= Klien

= Meninggal

64
= Garis Perkawinan

= Garis Keturunan

= Tinggal serumah

Kesimpulan :

G1 = Kakek dan nenek dari pihak ayah meninggal karena terkena

penyakit TB Paru dan ibu sudah meninggal karena faktor

usia

G2 = Ayah klien anak ke 2 dari 3 bersaudara, dan Ibu klien anak ke

2 dari 3 bersaudara

G3 = klien adalah anak pertama dari 3 bersaudara

III. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

A. Pola konsep diri

1. Citra tubuh

Klien tidak percaya diri dengan keadaanya saat ini

2. Ideal diri

Klien berharap cepat sembuh dan dapat beraktivitas

kembali

3. Harga diri

65
Klien ingin dihargai dan diperhatikan walaupun dalam

keadaan sakit

4. Peran diri

Klien berperan sebagai seorang anak dan klien sekarang

menjadi pasien

5. Identitas diri

Klien adalah seorang anak laki-laki

B. Pola kongnitif

Harapan klien adalah setelah menjalani perawatan, klien cepat

sembuh dan beraktivitas seperti biasanya

C. Pola koping

Dalam mengambil keputusan klien di bantu oleh keluarganya

D. Pola interaksi

Klien dapat berbicara dengan jelas tapi pelan. Klien dapat

berinteraksi perawat, dokter dan orang yang ada disekitarnya.

Bahasa yang digunakan bahasa Indonesia dan bahasa Toraja.

IV. RIWAYAT SPIRITUAL

A. Ketaatan klien beribadah

Sebelum sakit klien taat beribadah dan menjalankan

kepercayaannya

66
B. Dukungan keluarga klien

Keluarga klien mendoakan agar klien cepat sembuh

C. Ritual yang biasa dilakukan

Klien berdoa dan mengikuti ibadah di gereja

V. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum Klien

1. Tanda – tanda distress : Klien

2. Penampilan : Sesuai dengan umur

3. Ekspresi wajah : Meringis

4. Bicara : Jelas

TB : 160 cm

BB : 46 kg

B. Tanda – tandaVital

TD : 110 x/ 80 mmHg

N : 95 x/ menit

Suhu : 36,20C

Pernapasan : 28 x/ menit

C. Sistem Pernafasan

1. Hidung

Inspeksi : Lubang hidung simetris kanan dan kiri, tidak ada

epistaksis

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

2. Leher

67
Inspeksi :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada

peningkatan vena jugularis

Palpas : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya pembesaran

kelenjar tiroid

3. Dada

Inpeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, penggunaan

otot bantu pernapasan (intracosta dan diafragma)

Palpasi : Vocal fremitus pada dada

Perkusi : Bunyi lapang paru sonor

Auskultasi : Bunyi nafas Ronchi

D. Sistem Kardiovaskuler

Inpeksi : Konjungtiva tidak anemis, bibir kering, arteri karotis kuat,

tekanan vena jugularis tidak meninggi

Palpasi : Tidak ada pembesaran jantung, tidak ada nyeri tekan pada

titik pulmonalis yang terletak di ICS 3 sinistra, tidak ada

nyeri tekan pada aorta yang terletak di ICS 3 dextra, tidak

ada nyeri tekan pada trikuspidalis terletak di ICS 5 di tengah

garis dada, tidak ada nyeri tekan pada mitral yang terletak di

ICS 5 midklafikula sinistra

Perkusi : Batas – batas jantung

Kanan atas : ICS II Linea Para Sternalis Dextra

Kanan bawah : ICS IV Linea Para Sternal Dextra

68
Kiri Atas : ICS II Linea Para Sternal sinistra

Kiri bawah : ICS IV Linea Medio Clavicula sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung

S1 lup : Bunyi pada penutupan katup pulmonal dan aorta

S1 dup : Bunyi pada penutupan katup tricuspidalis dan mitral

E. Sistem Pencernaan

1. Mulut

Inspeksi : Tidak ada perdarahan gusi, jumlah gigi 32 buah, tidak

ada gangguan menelan, tidak ada gigi berlubang

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

2. Abdomen

Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak ada luka bekas operasi

Auskultasi : Gerakan peristaltik usus 8x/menit

Perkusi : Bunyi tympani

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen

F. Sistem Indra

1. Mata

Inspeksi : Palpebra tidak edema, lapang pandang 180° konjungtiva

tidak anemis, sclera tidak icterus

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada palpera

2. Hidung

Inspeksi : Dapat membedahkan bau minyak kayu putih dengan bau

kulit jeruk, tidak polip di hidung, tidak ada epitaksis,

69
tidak ada secret, ada pernapasan cuping hidung

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada hidung

3. Telinga

Inspeksi : Auricula simetris kiri dan kanan, auditorius bersih,

ada tapi sedikit serumen, fungsi pendengaran normal,

dapat mendengar suara bisikan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada auricular

G. Sistem Saraf

1. Fungsi serebral

a. Status mental : Klien dapat mengetahui hari kamis, klien dapat

mengenal orang disekitarnya, klien dapat mengetahui bahwa

dia berada di RS

b. Kesadaran : Compos mentis GCS = 15 (E=4 V=5 M=6)

c. Bicara : Jelas

2. Fungsi Cranial

a. Nervus I (olfaktorius)

Fungsi penghidu baik, klien dapat membedahkan aroma

minyal kayu putih dengan jeruk

b. Nervus II (optikus)

Lapang pandang 180° penglihatan jelas

c. Nervus III,IV,VI (okulomotorius, troklearis, abducens)

Pergerakan bola mata ke 6 arah cardinal, refleks pupil isokor,

kelopak mata membuka dengan spontan.

70
d. Nervus V (trigeminus)

Motorik : Kontraksi otot – otot masseter dan temporal pada

saat mengunyah.

Sensorik :Mampu merasakan sentuhan kapas pada pipi

kiri/kanan

e. Nervus VII (facialis)

Sensorik : Klien dapat merasakan rasa pahit, asam dan manis

pada ⅔ anterior lidah

Otonom : Ada produksi saliva

Motorik :Wajah simetris kiri dan kanan, klien dapat

tersenyum, klien dapat mengangkat alis mata,

membuka mata dan menutup mata secara

bersamaan antara kanan dan kiri

f. Nervus VIII (Vestibulocholearis)

Pendengaran : Fungsi pendengaran normal, klien dapat

mendengar suara dengan berbisik

Keseimbangan : Klien dapat berjalan

g. Nervus IX (glossopharingeus)

Sensorik : Klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3

posterior lidah

Motorik : Klien dapat menelan dengan baik

h. Nervus X (Vagus)

Tidak ada gangguan menelan, ada rangsangan muntah

71
i. Nervus XI (Accesorius)

Dapat menggerakkan kepala dan mengangkat bahu kiri dan

kanan

j. Nervus XII(Hipoglosus)

Klien dapat menggerakkan lidah ke kanan dank e kiri, ke atas

dan ke bawah

3. Fungsi motoric : Massa otot kenyal,Tonus otot aktif,

Kekuatan otot 5 5

5 5

4. Fungsi sensorik

Suhu : Klien dapat membedahkan antara panas dan dingin

Nyeri : Klien dapat merasakan sensasi nyeri

5. Reflex

Bisep : Fleksi lengan bawah

Trisep : Ekstensi lengan bawah

Patella : Ekstensi tungkai bawah sebelah kanan (+) sebelah kiri (+)

H. Sistem Muskuloskeletal

1. Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala mesocepal, klien dapat menggerakkan

kepala ke atas, ke bawah, ke samping kiri kanan, tidak

ada luka

Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan

72
2. Vertebra

Inspeksi : Tidak ada kelainan bentuk (lordosis, koposis, scoliosis)

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

3. Lutut

Inspeksi : Tidak kaku, tidak ada edema, pergerakkan aktif

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Terjadi reflex (+) pada lutut

4. Kaki

Inspeksi : Tidak ada edema, gerakkan aktif, kemampuan jalan baik

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

5. Tangan

Inspeksi : Tidak ada edema, gerakkan normal, terpasang infus

pada tangan kanan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

I. Sistem Integumen

1. Rambut

Inspeksi : Warna hitam, penyebaran rambut merata, tidak terdapat

ketombe, tidak terdapat lesi

Palpasi : Tidak mudah di cabut, rambut tidak mudah rontok

2. Kulit

Inspeksi : Warna kulit sawo matang, terdapat rambut pada kulit

tangan dan kaki, turgor kulit elastic

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

73
3. Kuku

Inspeksi : Warna merah putih, kuku panjang dan bersih

Palpasi : Permukaan kuku rata, tidak mudah patah CRT <2 detik,

tidak ada nyeri tekan

J. Sistem Endokrin

Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada riwayat

DM, (Poliurine, Polidipsi, Poliphagia), suhu tubuh normal, tidak

ada keringat berlebihan

Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid

K. Sistem Reproduksi

Inspeksi : Daerah genetalia bersih, tidak ada lesi

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

L. Sistem Imun

1.Tidak ada riwayat transfuse

2. Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan,

debu, binatang, obat – obatan, dan cuaca

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Laboratorium 27 Februari 2022

Tabel 3.1 Pemeriksaan Laboratorium


Test / Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan

Pemeriksaan

Granulosit 72 % 50 – 80

Basophil 1 % 0–1

74
Neutrophil 60 % 50 – 70

Lemfosit 20 % 20 – 40

Eosinophil 11* % 1–3

Hemoglobin (HGB) 13.0 g/dL 12 – 16

Eritrosit (RBC) 5.46* Juta/uL 4.1- 5.1

Hemotokrit (HCT) 43 % 36 – 47

Leukosit (WBC) 115* ribu/uL 4.0 -5.1

Thrombosit (PLT) 79* fL 88 – 99

MVC 24* Pg 27 – 31

MCHC 30* g/dl 31 – 37

GDS 95 mg/dL 70 – 200

Pemeriksaan Radiologi

Tgl : 28 Februari 2021

Hasil Foto Thorax PA :

1. Infiltrat lapangan atas kedua paru di sertai fibrosis

2. Cor, sinus, diafragma baik

3. Tulang – tulang intak

Kesan : TB Paru Lama Aktif

75
VII. AKTIVITAS SEHARI – HARI

Tabel. 3.2 Aktivitas Sehari-hari


No Pemenuhan sehari – hari Sebelum sakit Saat sakit

1. NUTRISI

A. Makanan

- Jenis Nasi, sayur, ikan, Bubur, sayur,

makanan danging ikan, tempe

- Porsi 1 Porsi ¼ Porsi

- Makanan Ikan Tidak ada

kesukaan
Tidak ada Tidak ada
- Makanan

pantangan
Baik Kurang
- Nafsu makan

baik
Mandiri Mandiri
- Cara makan

B. Minum

- Jenis
Air putih, teh, susu Air putih
minuman

76
- Frekuensi 6-8 gelas 6-7 gelas

- Cara minum

Mandiri Mandiri

Masalah : Tidak ada Ada

2. ELIMINASI

A. BAB

- Frekuensi 1-2 kali/hari 1-2 kali/hari

- Penggunaan Tidak ada Tidak ada

pencahar
Pagi hari Tidak teratur
- Waktu
Bau khas Bau khas
- Bau
Lunak Lunak
- Konsistensi
Tidak ada Tidak ada
- Kesulitan
Tidak ada Tidak ada
- Konstipasi
Tidak ada Tidak ada
- Diare
Mandiri Mandiri
- Cara

pengeluaran

B. BAK

- Frekuensi
Tidak menentu Tidak menentu
- Warna
Kuning Kuning
- Bau
Bau khas Bau khas

77
Masalah : Tidak ada Tidak ada

3. ISTIRAHAT DAN

TIDUR

- Waktu 22.00-05.00 wita Tidak teratur

malam
14.00-15.30 wita Tidak teratur
- Waktu siang

- Kebiasaan
Membaca Tidak ada
pengantar

tidur

- Lamanya
7-8 jam Tidak menentu
- Masalah
Tidak ada Tidak ada
tidur

- Kegiatan
Nonton TV Tidak ada
yang di

lakukan saat

istirahat

Masalah : Tidak ada Ada

4. KEBERSIHAN DIRI

- Mandi 2 kali sehari 1 kali dalam 2

- Gosok gigi 2 kali sehari hari

- Pemeliharaan 1 kali seminggu 1 kali sehari

kuku 1 kali selama di

78
- Pemeliharaan 3 kali sehari rawat

rambut 1 kali selama di

- Cara Mandiri rawat

melakukan Mandiri

Masalah : Tidak ada Tidak ada

5. AKTIVITAS/

LATIHAN

A. Olahraga
Tidak ada Tidak ada
- Jenis
Tidak menentu Tidak ada
- Frekuensi
Membaca, nonton TV Tidak ada
B. Kegiatan

diwaktu luang
Mandiri Tidak ada
C. Cara melakukan

Masalah : Tidak ada Tidak ada

VIII. TERAPI :

1. IVFD RL 20 tetes/menit

2. Levoflafacyn 1 Ampl/12 jam/IV

3. Inoiazid 300 mg 1x1

4. Rifanpazi 450 mg 1x1

79
5. Entambutol 500 mg 2x1

6. Pirazanamid 500 mg 2x1

7. Ketorolac 1 Amp/12 jam/IV

8. Asam traneksamat 1 Amp/12jam/IV

DATA FOKUS

( CP 1 A )

Nama Klien : Tn “W”

NO. RM : 17- 49 – 49

Ruangan Perawatan : Interna Laki RSUD Lakipadada

Tabel 3.3 Data Fokus


DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

80
1. Klien mengatakan batuk 1. KU lemah

berdahak dan bercampur 2. Klien batuk

darah 3. Klien tampak meringis

2. Klien mengatakan nyeri 4. Klien tampak gelisah

pada dada saat batuk seperti 5. Kantong mata bawah klien

tertusuk – tusuk dengan hitam

durasi 2 – 3 menit dengan 6. TTV :

skala nyeri 4 ( 0 – 10 ) TD : 110/80 mmHg

3. Klien mengatakan sulit N : 95x/menit

untuk tidur pada malam S : 36,2℃

hari P : 22x/menit

ANALISA DATA

( CP.B)

Nama Klien : Tn ”W”

NO. RM : 17 - 49 – 49

Ruang Rawat : Interna Laki RSUD Lakipadada

Tabel 3.4 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah

81
1. DS : Mycobacterium Bersih Jalan Nafas

a. Klien Tuberculosis Tidak Efektif

mengatakan

batuk Aveolius

berdahak

bercampur Respon radang

darah
Pelepasan bahan
DO :
tuberkel dari dinding
a. KU lemah
kavasitas
b. Klien batuk

c. Terjadi
Trakeobronkial
Fremitus vocal

dada
penumpukan sekret
d. Bunyi lapang

paru Sonor

e. Bunyi nafas

Ronchi Bersih jalan napas


f. TTV tidak efektif

TD : 110/80

mmHg

N : 95x/menit

S : 36,2℃

P : 22x/menit

82
2. DS : Mycobacterium Nyeri Akut

a. Klien Tubeculosis

mengatakan

nyeri pada alveolus

dada saat

batuk seperti Respon radang

tertusuk –
Pelepasan bahan
tusuk dengan
tuberkel dari dinding
durasi 2 – 3
kapasitas
menit dengan

skala nyeri 4
Trakebronkial
( 0 – 10 )

Penumpukan sekret
DO :

a. Klien batuk
Batuk
b. Klien meringis

Nyeri

83
3. DS : Pelepasan bahan Gangguan Pola

a. Klien tuberkel dari dinding Tidur

mengatakan kavitas

sulit untuk tidur

b. TTV Trakebronkial

TD : 110/80

mmHg Penumpukan sekret

N : 95x/menit
Batuk
S : 36,2℃

P : 22x/menit

DO :
Gangguan
a. Klien gelisah Pola Tidur

b. Kantong mata

bawah klien

hitam

DIAGNOSA KEPERAWATAN

( CP. 2 )

Nama Klien : Tn “W”

NO. RM : 17 – 49 – 49

Ruangan Perawatan : Interna Laki RSUD Lakipadada

Tabel 3.5 Diagnosa Keperawatan


No. Diagnosa keperawatan Tgl Ditemukan Tgl Teratasi

1. Bersih Jalan Nafas 28 Februari 2022 02 Maret 2022

berhubungan dengan

84
penumpukan sekret (D.0001)

Hal 18

2. Nyeri Akut berhubungan 28 Februari 2022 02 Maret 2022

dengan batuk menetap dan

inflamasi paru (D.0077) Hal

127

3. Gangguan Pola Tidur 28 Februari 2022 02 Maret 2022

berhubungan dengan sering

terbangun akibat batuk

(D.0055) Hal 126

RENCANA KEPERAWATAN

( CP.3 )

Nama Klien : Tn “W”

NO. RM : 17 – 49 – 49

Ruang Rawat : Interna Laki RSUD Lakipadada

Tabel 3.6 Rencana Keperawatan

No DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI ( SDKI )

KEPERAWATAN HASIL ( SLKI )

( SDKI )

1. Bersih Jalan Nafas Setelah dilakukan Tindakan Latihan Batuk Efektif

85
berhubungan dengan Keperawatan selama 3x24 ( I.01006 )

penumpukan sekret jam Diharapakan Bersih Observasi

( D.0005 ) Jalan nafas efektif, dengan a. Identifikasi

DS : kriteria hasil (L.01001 ) : kemampuan batuk

a. Klien mengatakan a. Batuk efektif meningkat b. Monitor adanya retensi

batuk berdahak b. Produksi sputum sputum

bercampur darah menurun c. Monitor tanda dan

DO : c. Frekuensi nafas gejala infeksi saluran

a. KU lemah membaik napas

b. Klien batuk Terapeutik

c. Terjadi Fremitus a. Atur posisi semi-

vocal dada Fowler atau Fowler

d. Bunyi lapang paru Edukasi

Sonor a. Jelaskan tujuan dan

e. Bunyi nafas prosedur bentuk batuk

Ronchi efektif

f. TTV Kolaborasi

TD : 110/80 mmHg a. Kolaborasi pemberian

N : 95x/menit mukotik atau

S : 36,20C ekspektoran, jika perlu

P : 22x/menit

2. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri

berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 ( I.082398)

86
batuk menetap dan jam diharapakan Tingkat Observasi

inflamasi paru Nyeriteratasi dengan kriteria a. Identifikasi lokasi,

DS : hasil ( L.08066 ) : karakteristik, durasi,

a. Klien mengatakan a. Keluhan nyeri menurun frekuensi kualitas,

batuk b. Meringis menurun intensitas nyeri

b. Klien mengatakan c. Gelisah menurun b. Identifikasi skala nyeri

nyeri dada pada c. Identifikasi respon

saat batuk seperti nyeri non verbal

terusuk – tusuk Terapeutik

dengan durasi 2 – c. Berikan teknik

3 menit dengan nonfarmakologis untuk

skla nyeri 4 ( 0 – mengurangi rasa nyeri

10 ) Edukasi

DO : a. Ajarkan teknik

a. Klien batuk nonfarmakologis untuk

b. Klien meringis mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu

3. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur ( I.09265)

berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 Observasi

sering terbangun jam, diharapakan Pola Tidur a. Identifikasi pola

karena batuk terpenuhi dengan kriteria aktifitas dan tidur

87
DS : hasil ( L.05045 ) : b. Identifikasi factor

a. klien a. Keluhan sulit tidur penganggu tidur ( fisik

mengatakan sulit tidur menurun dan/atau psikologis )

DO : b. Keluhan sering terjaga Terapeutik

a. klien gelisah menurun a. Modifikasi lingkungan

b. kantong mata c. Kesulitan pola tidur ( misalnya

bawah tampak hitam berubah menurun pencahayaan,

kebisingan, suhu,

matras, dan tempat

tidur )

Edukasi

a. Jelaskan pentingnya

tidur cukup selama

sakit

b. Anjurkan menghindari

makana/minumanyang

menganggu tidur

88
IMPLEMENTASI & EVALUASI

(CP 4 & 5)

Nama Klien : Tn “W”

NO. RM : 17 – 49 – 49

Ruang Perawatan : Interna Laki RSUD Lakipadada

Tabel 3.7 Implementasi dan Evaluasi


TGL NDX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI SOAP

Senin I 08.25 1. Melakukan pengkajian batuk Jam 12.00

28 efektif S : Klien mengatakan

Februa Hasil : klien belum mampu masih batuk berdahak

ri melakukan batuk efektif bercampur darah


08.30
2021 2. Memonitor adananya retensi O:

sputum 1. KU lemah

Hasil : sputum pada klien masih 2. Klien batuk

dalam jumlah banyak 3. Terjadi


08.40
3. Memonitor tanda dan gejala Fremitus vocal

infeksi saluran napas dada

Hasil : adanya tanda – tanda 4. Bunyi lapang

infeksi karena di sebabkan paru sonor

oleh bakteri dan virus 5. Bunyi nafas

89
08.50 4. Mengatur posisi Semi Fowler atau Ronchi

Fowler 6. TTV

Hasil : Klien di berikan posisi TD : 120/80

nyaman yaitu posisi semifowler mmHg

dan fowler N : 98 x/ menit


09.00
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur P : 22 x/ menit

batuk efektif S : 360C

Hasil : klien mengerti dan A : Bersih Jalan Nafas

memahaminya (masalah belum

teratasi)

P : Lanjutkan intervensi

1,2,3, dan 4

II 09.10 1. Mengidentifikasi lokasi, Jam 12.00

karakteristik, durasi, frekuensi, S : Klien mengatakan

kualitas, intensitas nyeri nyeri pada dada saat

Hasil : klien mengatakan nyeri batuk seperti tertusuk –

pada dada saat batuk seperti tusuk yang bersifat

tertusuk – tusuk yang bersifat hilang timbul dengan

hilang timbul dengan durasi 2 – 4 durasi 3 – 4 menit

menit dengan skala nyeri 4 ( 0 – O:

10 ) 1. Klien batuk
09.20
2. Mengidentifikasi skala nyeri 2. Klien meringis

Hasil : skala nyeri 4 ( 0 – 10 ) A : Nyeri Akut


09.30

90
3. Mengidentifikasi respons nyeri (Masalah belum

nonverbal teratasi)
09.35 Hasil : klien terlihat meringis P : Lanjutkan intervensi

4. Memberikan teknik 1,2,3,4, dan 6

nonfarmakologi untuk mengurangi

nyeri

Hasil :klien di latih teknik


09.40
relaksasi napas dalam

5. Mengajarkan teknik

nonfarmakologi untuk mengurangi

rasa nyeri

09.45 Hasil : kien mengerti

dengan teknik relaksasi

nafas dalam

6. Melayani pemberian analgetik

Hasil : ketorolac 30 mg/IV

III 09.50 1. Mengidentifikasi pola aktivitas Jam 12.00

dan tidur S : Klien mengatakan

Hasil : Pola tidur klien susah tidur

tidak teratur (tidur siang O :

30 menit, tidur malam 1. Klien gelisa

4-5 jam) 2. Kantong mata


09.55
2. Mengidentifikasi faktor bawa klien

91
penganggu tidur hitam

Hasil : Klien batuk terus – A : Gangguan Pola

menerus dan pada saat klien batuk Tidur (Masalah belum

dada klien nyeri sehingga pola teratasi)


10.00
tidur klien terganggu P : Lanjutkan intervensi

3. Memodifikasi lingkungan 1,2, dan 3

Hasil : membatasi jumlah


10.10
kunjungan

4. Menjelaskan pentingnya tidur

cukup selama sakit

Hasil : Klien mengerti dan


10.15
memahami

5. Menganjurkan menghindari

makanan/minuman yang

menganggu tidur

Hasil : klien mengerti dan

memahaminya

Selasa I 08.00 1. Melakukan pengkajian Batuk Jam 12.30

01 Hasil : klien sudah mampu S : Klien mengatakan

Maret melakukan batuk efektif masih batuk berdahak

2022 08.05 2. Memonitor adanya retensi bercampur darah

sputum O:

Hasil : sputum pada klien 1. Ku lemah

92
masih dalam jumlah banyak 2. Klien batuk

08.10 3. Memonitor tanda dan gejala 3. Terjadi

infeksi saluran napas Fremitus vocal

Hasi : adanya tanda – tanda dada

infeksi disebabkan oleh bakteri 4. Bunyi lapang

dan virus paru sonor


08.20
4. Mengatur posisi Semi Fowler 5. Bunyi nafas

atau Fowler Ronchi

Hasil : Klien diberikan posisi 6. TTV

nyaman dan klien merasa TD : 110/80

nyaman diberi posisi mmHg

semifowler dan fowler N : 98 x/ menit

P : 22 x/ menit

S : 360C

A : Bersih Jalan Nafas

(masalah belum

teratasi)

P : Lanjutkan intervensi

2, 3, dan 4

II 08.30 1. Mengidentifikasi lokasi, Jam 12.30

karakteristik, durasi, frekuensi, S : Klien mengatakan

kualitas, intensitas nyeri nyeri dada pada ssaat

Hasil : kien mengatakan nyeri batuk seperti tertusuk –

93
pada dada saat batuk seperti tusuk yang ersifat

tertusuk – tusuk yang bersifat hilang timbul dengan

hilang timbu dengan durasi 2 – 3 durasi 2– 3 menit

menit dengan skala nyeri 3 ( 0 – dengan skala nyeri 2( 0

10 ) – 10 )
08.40
2. Mengidentifikasi skala nyeri O:

Hasil : skala nyeri 3 ( 0 – 10 ) 1. Klien batuk


08.50
3. Mengidentifikasi respon nyeri 2. Klien meringis

Hasil : Klien terlihat meringis A : Nyeri Akut


09.00
4. Memerikan teknik nonfarmakologi ( masalah belum

untuk mengurangi nyeri teratasi)

Hasil : klien di latih teknik P : Lanjutkan intervensi

09.10 relaksasi nafas dalam 1,2,3, dan 5

5. Melayani pemberian pemberian

analgetik

Hasil : ketorolac 30 mg/IV

III 09.25 1. Mengidentifikasi pola aktivitas Jam 12.30

tidur S : Klien mengatakan

Hasil : Pola tidur klien batuk, klien

tidak teratur (tidur siang mengatakan sulit untuk

30 menit, tidur malam tidur

4-5 jam) O:
09.35
2. Mengidentifikasi faktor 1. Klien batuk

94
penganggu tidur 2. Klien gelisah

Hasil : klien batuk terus – A : Gangguan Pola

menerus dan pada saat Tidur (masalah belum

klien batuk dada klien teratasi)

nyeri sehingga pola P : Lanjutkan intervensi


10.00
klien terganggu 1 dan 2

3. Memodifikasi lingkungan

Hasil : membatasi jumlah

pengunjung

Rabu I 08.00 1. Memonitor adanya retensi sputum Jam 12.30

02 Hasil : jumlah sputum pada klien S : Klien mengatakan

Maret sudah berkurang batuk berdahak serta

2022 08.10 2. Memonitor tanda – tanda infeksi bercampur darah sudah

saluran napas berkurang

Hasil : adanya tanda – tanda O:

infeksi disebakan oleh bakteri 1. Klien rileks


08.25
3. Mengatur posisi Semi Fowler dan 2. Terjadi lapang

Fowler paru sonor

Hasil : klien mengerti dan 3. Bunyi nafas

melakukannya Ronchi
08.35
4. Memberikan posisi nyaman 4. TTV

Hasil : Klien diberi posisi nyaman TD :

dan klien merasa nyaman diberi 120/8

95
posisi semifowler, terlentang, 0

miring kanan dan kiri mmH

N :

98x/

menit

S :

36,20

P :

20x/

menit

A :Bersih Jalan Nafas

(masalah teratasi)

P : Pertahakan

intervensi

II 08.55 1. Mengidentifikasi lokasi, Jam 12.30

karakteristik, durasi, frekuensi, S : Klien mengatakan

kualitas, intensitas nyeri batuk berdahak

Hasil : klien mengatakan nyeri danberrcampur darah

sudah berkurang sudah berkurang


09.10
2. Mengidentifikasi skala nyeri O:

Hasil : skala nyeri 0 ( 0 – 10 ) 1. Batuk klien

96
09.25 3. Mengidentifikasi respon nyeri berkurang

Hasil : Klien terlihat rileks 2. Klien rileks

A : Nyeri Akut

(Masalah teratasi)

P : Pertahankan

Intervensi

III 10.00 1. Mengidentifikasi poa aktifitas Jam 12.30

tidur S:

Hasil : Pola tidur klien Klien

teratur (tidur siang 1-2 mengatakan

jam dan tidur malam 6-7 batuk berkurang

jam) dan klien


10.20
2. Mengidentifikasi faktor mengatakan

penganggu tidur tidak lagi

Hasil : batuk dan nyeri dada pada mengalami

klien berkurang sehingga pola kesulitan untuk

tidur klien sudah teratur tidur

O:

1. Batuk klien

berkurang

2. Klien tenang

A : Gangguan Pola

Tidur (masalah teratasi)

97
P : Pertahankan

Intervensi

RESUME KEPERAWATAN

(CP.6)

Nama klien : TN “W”

Umur : 23 tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Alamat : Rano

No. RM : 17 – 49 – 49

Ruang Rawat : Interna Laki RSUD Lakipadada

98
Tanggal Masuk : 27 Februari 2022

Tanggal Keluar : -

1. Masalah keperawatan pada saat di rawat :

a. Bersih Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0005)

b. Nyeri Akut (D.0077)

c. Gangguan Pola Tidur (D.0055)

2. Tindakan keperawatan selama klien di rawat :

a. Mengidentifikasi kemampuan batuk efektif

b. Memonitor adanya retensi sputum

c. Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

d. Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

e. Mengidentifikasi lokasi karakteristik durasi

frekuensi,kualitasintensitas nyeri

f. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal

g. Memberikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

h. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

i. Mengkolaorasikan pemerian analgetik

j. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur

k. Mengidentifikasi faktor penganggu tidur

l. Memodifikasi lingkungan

m. Menjelaskaan pentingnya tidur yang cukup selama sakit

n. Menganjurkan menghindari makanan/minuman yang menganggu

tidur

99
3. Evaluasi

NDx 1 : Masalah teratasi

NDx 2 : Masalah teratasi

NDx 3 : Masalah teratasi

BAB IV

PEMBAHASAN

Seperti yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, dalam karya tulis ini

dimana penulis telah menjabarkan berbagai hal tentang TB Paru, baik teori medis

maupun teori keperawatan yang termuat dalam tinjauan kepustakaan melalui studi

kepustakaan, sedangkan tinjauan kasus langsung diperoleh dari pasien yang

sedang dirawat di ruangan Interna Laki RSUD Lakipadada Tana Toraja.

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara landasan

teori dengan asuhan keperawatan secara nyata dan untuk lebih jelasnya penulis

100
akan membuat pembahasan dengan pendekatan proses keperawatan yaitu,

pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi tindakan.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian ini

harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,

psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Semua sumber data mengenai klien

diperoleh dari beberapa sumber yaitu dari klien sendiri, dari keluarga pasien,

dari tenaga kesehatan dan catatan pemeriksaan fisik klien. Tujuan pengkajian

adalah untuk mengumpulkan informasi tentang klien, dan membuat

perumusan masalah yang dialami klien.

Adapun hasil dari pengkajian pada tanggal 28 Februari 2022 adalah

1. Secara teori pada pasien TB Paru didapatkan :

a. Keluhan Utama (Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB

Paru meminta pertolongan pada tenaga medis) diantaranya batuk,

batuk berdahak, sesak nafas, nyeri dada, keringat malam, anoreksia,

penurunan berat badan dan malaise.

b. Keluhan Sistematis (Keluhan ini sering dijumpai yang biasanya

timbul pada sore hari atau pada malam hari mirip dengan influenza)

yang kadang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia,

penurunan berat badan dan malaise.

101
c. Pada pemeriksaan fisik hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien

biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan,

frekuensi napas meningkat disertai sesak napas, denyut nadi meningkat

seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan

tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti

hipertensi (SDKI, SIKI, SLKI, 2018).

2. Dalam pengkajian pada Tn. “W” dengan TB Paru penulis menemukan data

sebagai berikut :

a. Keluhan utama : klien mengeluh batuk berdahak bercampur dengan

darah,

b. Keluhan penyerta : Klien mengatakan nyeri pada dadanya saat batuk,

nyeri yang di rasakan seperti tertusuk-tusuk yang bersifat hilang timbul

dengan durasi 2-3 menit dengan skala nyeri 4(0-10), klien merasa

nyeri yang dirasakan saat posisi setengah duduk dan terasa berat saat

berbaring. klien juga mengatakan sulit untuk tidur karna batuk terus

menerus.

c. Hasil TTV : TD : 110/80 mmHg, S : 36,2°C , N: 95x/mnt, P: 28x/mnt.

3. Kesenjangan yang terjadi antara hasil pengkajian secara langsung dengan

teori tentang TB Paru adalah

a. Keluhan sistematis (keringat malam, anoreksia, penurunan berat

badan dan malaise) yang ada pada teori tidak terdapat pada

pengkajian pada klien.

102
b. Dalam pemeriksaan fisik penulis tidak menemukan adanya

peningkatan suhu tubuh dan peningkatan tekanan darah.

c. Kesenjangan yang ada antara teori dan hasil pengkajian langsung

pada pasien dengan TB Paru, bisa saja terjadi tergantung dengan

tingkat/grade penyakit yang diderita, juga kadang dipengaruhi jika

ada penyakit penyerta pada pasien.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan

mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual,

resiko tinggi ataupun potensial.

1. Secara teori di dapatkan masalah keperawatan :

a. Bersih jalan tidak efektif berhungan dengan penumpukan sekret

(D.0001)

b. Nyeri akut berhubungan dengan batuk menetap dan inflamasi paru

(D.0077)

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor batuk dan nyeri

dada (D. 0055)

d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (D.0080)

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolism tubuh

(D.0019)

2. Secara praktek didapatkan diagnose keperawatan :

a. Bersih jalan tidak efektif berhungan dengan penumpukan sekret

(D.0001 ). Penulis mengangkat diagnosa keperawatan tersebut karena

103
penulis menemukan beberapa batasan karakteristik yang dapat di

jadikan acuan untuk mengangkat diagnosa keperawatan tersebut.

Diantaranya klien mengeluh batuk berdahak campur darah.

b. Nyeri akut berhubungan dengan batuk menetap dan inflamasi paru

(D.0077). Diagnosa ini di angkat oleh penulis karena klien mengeluh

nyeri pada dada saat batuk sehingga dijadikan alasan untuk

mengangkat diagnosa tersebut disertai dengan ekspresi wajah yang

meringis saat batuk.

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor batuk dan nyeri dada

(D. 0055). Diagnosa gangguan pola tidur diangkat oleh penulis karena

mendapatkan keluhan susah tidur oleh klien karena batuk yang

menjadi acuan untuk mengangkat diagnose keperawatan tersebut yang

juga disertai dengan waktu tidur yang berkurang.

Berdasarkan diagnosa diatas kesenjangan yang terjadi adalah  bahwa

tidak semua diagnosa yang ada pada teori juga terdapat pada studi kasus

begitu pula sebaliknya. Karena diagnosa  keperawatan merupakan respon

klien terhadap perubahan patologis dan fisiologis, dimana perubahan itu

timbul akibat dari proses penyakit yang setiap orang akan mengalami suatu

perubahan yang berbeda sehingga kesenjangan antara teori dan studi kasus

sangatlah mungkin terjadi.

C. Perencanaan

Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa tidak semua intervensi

yang ada dalam teori dapat di aplikasikan kedalam praktek, begitupun

104
sebaliknya intervensi yang tidak ada dalam teori namun dapat di aplikasikan

kedalam praktek. Seperti yang penulis temukan dalam kasus ini, bahwa antara

teori dengan praktek terdapat kesenjangan.

a. Pada diagnosa pertama: Bersih jalan tidak efektif berhungan dengan

penumpukan sekret.

Pada diagnosa ini tidak ada kesenjangan antara intervensi yang ada pada

teori dan intervensi yang terdapat dalam praktek, namun terdapat beberapa

intervensi yang tidak dapat dilaksanakan pada praktek karena keterbatasan

alat, waktu dan lainnya.

b. Pada diagnosa kedua: Nyeri akut berhubungan dengan batuk menetap dan

inflamasi paru.

Pada diagnosa ini tidak ada kesenjangan antara intervensi yang ada pada

teori dan intervensi yang terdapat dalam praktek, namun terdapat beberapa

intervensi yang tidak dapat dilaksanakan pada praktek karena keterbatasan

alat, waktu dan lainnya.

c. Pada diagnosa ketiga: Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor

batuk dan nyeri dada.

Pada diagnosa ini tidak ada kesenjangan antara intervensi yang ada pada

teori dan intervensi yang terdapat dalam praktek, namun terdapat beberapa

intervensi yang tidak dapat dilaksanakan pada praktek karena keterbatasan

alat, waktu dan lainnya.

Kesenjangan antara intervensi yang ada dalam teori dan dalam study

kasus bisa saja terjadi karena tidak selamanya intervensi yang ada dalam teori

105
sesuai dengan kebutuhan pasien, begitupun sebaliknya intervensi yang tidak

ada dalam teori dapat digunakan jika intervensi tersebut dapat mengatasi

masalah yang dialami pasien, namun terdapat beberapa intervensi yang tidak

dapat dilaksanakan pada praktek karena keterbatasan alat, waktu dan lainnya.

D. Pelaksanaan

Implementasi atau pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana tindakan

yang telah disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang telah di rumuskan.

Adapun implementasi yang diperoleh pada kasus ini, hanya dapat dilakukan

selama 3 hari rawat. Hal ini disebabkan karena secara umum kondisisi

kesehatan pasien yang sudah pulih atau membaik dan sudah di perbolehkan

untuk pulang. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, penulis tidak

mendapat hambatan yang berarti, semua intervensi (rencana tindakan) dapat

terlaksana dengan melibatkan klien dan keluarganya, klien bersikap lebih

terbuka, kooperatif dan mudah diajak kerja sama, mudah menerima

penjelasan dan saran, klien berpartisipasi aktif dalam tindakan keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah fase akhir dari proses keperawatan untuk menilai asuhan

keperawatan yang telah diberikan kepada klien. Asuhan keperawatan yang

dilakukan dalam kasus ini adalah evaluasi kriteria akhir dengan catatan

perkembangan (SOAP) setiap hari dan evaluasi tujuan yang akan dicapai

sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.

Dari ke tiga diagnosa keperawatan yang tejadi pada klien Tn. “W”

berdasarkan pengkajian tanggal 28 februari 2022 setelah dilakukan evaluasi

106
semua dapat teratasi walaupun ada sebagian kecil intervensi yang harus

dilanjutkan baik secara mandiri maupun dengan kolaborasi. Untuk menilai

keberhasilan dari masing-masing diagnosa keperawatan setelah dilakukan

tindakan dicatat dalam bentuk perkembangan yang meliputi : subjektif,

objektif, analisis dan perencanaan keperawatan berdasarkan tujuan dan

kriteria evaluasi yang telah dibuat.

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menuliskan beberapa kesimpulan akhir dari karya

tulis ini dan saran-saran untuk peningkatan pelayanan perawatan khususnya pada

penderita TB Paru yang mulai berkembang di Tana Toraja.

A. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan tentang proses keperawatan TB Paru mulai

landasan teori, laporan kasus, dan pembahasan maka penulis dapat mengambil

suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyebab penyakit ini adalah bakteri

107
kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam

famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales.

Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis,

M. africanum, M. microti, dan M. Canettii (Yuliadi, 2015). Tuberkulosis

(TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri

Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,

terutama paru-paru (Depkes RI, 2016). Secara teori pada pasien TB Paru

didapatkan data batuk, batuk berdahak, sesak nafas, nyeri dada, keringat

malam, anoreksia, penurunan berat badan dan malaise. Pada pemeriksaan

fisik hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan

peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat

disertai sesak napas, denyut nadi meningkat seirama dengan peningkatan

suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai

dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi (SDKI, SIKI, SLKI,

2018).

2. Pada pengkajian klien dengan TB Paru, tidak semua konsep yang ada

dalam teori dapat ditemukan pada kasus, hal ini tergantung dari anamnesis.

Tanda dan gejala yang biasa terjadi pada klien dengan TB Paru, yaitu

batuk, batuk berdahak, sesak nafas, nyeri dada dan sampai gangguan tidur.

3. Diagnosa keperawatan pada penderita TB Paru mempunyai kesamaan pada

tinjauan teori dan tinjauan kasus, walaupun tidak semua timbul pada setiap

kasus.

4. Perencanaan keperawatan pada klien dengan TB Paru ditunjukkan untuk

108
memenuhi kebutuhan klien dan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan klien selama sakit tidak bertentangan dengan konsep nilai/budaya

yang dianut oleh klien.

5. Tindakan keperawatan, keterlibatan keluarga dalam perawatan sangat

diperlukan karena keluarga tersebut mempunyai peranan yang sangat

penting dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan secara psikologis

keluarga lebih dekat dengan klien.

6. Evaluasi keperawatan pada klien TB Paru tidak dapat dicapai dalam waktu

yang singkat karena TB Paru merupakan gangguan multi sistem yang akan

memerlukan perawatan yang intensif.

B. Saran

Dengan melihat kenyataan yang ada pada pelaksanaan studi kasus TB Paru

di ruang perawatan Interna Laki RSUD Lakipadada Tana Toraja, maka penulis

mengajukan beberapa saran yang kiranya dapat diterima atau paling tidak

dijadikan sebagai bahan pertimbangan :

1. Bagi Lahan Tempat Pengambilan Kasus

Bagi RSUD Lakipadada dalam hal ini dapat digunakan sebagai data dasar

untuk mengembangkan pelayanan kesehatan guna memperbaiki mutu

pelayanan perawatan pada klien TB Paru.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi Pendidikan disarankan untuk lebih membekali mahasiswa dengan

pengetahuan keterampilan untuk melakukan penyuluhan dan perawatan

TB Paru sehingga nantinya apabila sudah terjun dalam masyarakat dapat

109
menerapkan ilmunya dan lebih berkompeten dalam memberikan asuhan

keperawatan.

3. Bagi Penulis Selanjutnya

Berdasarkan hasil yang didapat dari study kasus TB Paru, penulis

selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penulisan dengan topik yang

terkait dalam lingkup yang lebih luas dengan metode asuhan keperawatan

yang lebih baik.

110
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 12).
Egc
Depkes RI., 2015. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :
Depkes RI bab 10 hal. 70-7
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2020. Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2020. Dinkes Prov. Sul-sel, 2020.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tana Toraja, 2022. Profil Kesehatan Kabupaten Tana
Toraja Tahun 2020. Dinkes Kab. Tana Toraja, 2022.
Guyton & Hall. (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Elsevier Singapore Pte
Ltd.
Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
2016;163
Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta:
Kemenkes RI; 2019.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. TB Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan; 2020.
Rekam Medis RSUD Lakipadada, 2022. Profil Kunjungan di Rumah Sakit.
Medical Record RSUD Lakipadada, 2022.
Sdki, T. P. (2018). Dpp Ppni. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(I).Jakarta. Practice Nurse
Siki, T. P. (2018). Dpp Ppni. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(I).Jakarta. Practice Nurse.
Slki, T. P. (2018). Dpp Ppni. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(I).Jakarta. Practice Nurse.
Sutanto. (2017). Buku Ajar Ilmu Keperawatan keluarga Teori dan Praktik.
Jakarta:EGC.
World Health Organization. 2020. Tuberculosis. https://www.who.int/news-
room/fact sheets/detail/tuberculosis −Diakses Juni 2020
World Health Organization. (2020). GLOBAB TUBERCULOSIS
REPORT2020.https://doi.org/https://www.who.int/publications/i/item/
9789240013131
Yuliadi, R. Memahami Penyakit Tuberkulosis. www.kabarindonesia.com.
2015.

111

Anda mungkin juga menyukai