Anda di halaman 1dari 188

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. A DAN KELUARGA TN.

M
DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN
JALAN NAPAS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS
PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GIRIMAYA
TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Karya Tulis Ilmiah


Pada Program Diploma III Keperawatan

Oleh:

Enten Akhyati
NIM : 151440110

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN PANGKALPINANG
JURUSAN KEPERAWATAN
JULI 2018
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Enten Akhyati

NIM :151440110

Tempat/Tanggal Lahir : Keretak, 01 April 1998

Alamat : Gang H. Kadir RT 10, RW 01 Desa Keretak, Kecematan


Sungai Selan Kabupaten Bangka Tengah Provinsi
Kepuulauan Bangka Belitung

Institusi : Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

Aangkatan : Ke- VI (Enam)

Biografi : SDN 12 Sungai Selan Tahun Lulus 2009


SMPN 1 Simpang Katis Tahun Lulus 2012
SMAN 2 Sungai Selan Tahun Lulus 2015
MOTTO

“Harta Yang Tak Pernah Habis Adalah Imu Pengetahuan Dan Ilmu Yang Tak
Ternilai Adalah Pendidikan.”

“Allah Tidak Akan Membebani Seseorang Melainkan Sesuai Dengan


Kesanggupannya.” (Al-Baqoroh ; 286)
HALAMAN PERSEMBAHAN

Assalamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakatuh...


Puji dan syukur kepada Allah SWT karena taburan cinta dan kasih-Mu
telah memberikanku kekuatan, membekali akau dengan ilmu serta
memperkenalkan aku dengan cinta-Mu. Atas karunia serta kemudahan yang
Engkau berikan kepadaku sehingga Karya Tulis Ilmiah sederhana ini dapat
terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Baginda Rosulullah
Muhammad SAW.
Ku persembahkan karya sederhana ini kepada oarang-orang yang sangat
ku cintai dan ku sayangai.
Ibunda (Isnaini) dan Ayahanda (Juma’ah) Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga ku
persembahkan karya kecil ini kepada Ibu (Isnaini) dan Ayah (Juma‟ah) yang telah
memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga
yang tiada mungkin dapat ku balas dengan selembar kertas yang bertuliskan kata
cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu
(Isnaini) dan Ayah (Juma‟ah) bahagia karena ku sadar selama ini belum bisa
berbuat lebih. Untuk Ibu (Isnaini) dan Ayah (Juma‟ah) yang selalu membuatku
termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, yang selalu mendo‟kan ku, selalu
menasihatiku untuk menjadi lebih baik lagi. Terima Kasih Ibu... Terima Kasih
Ayah.
My Brother’s and Sister’s
Untuk kakak perempuan ku (Zariani, Diyas Nella, Tauri Yuwisah), untuk
kakak laki-laki dan kakak iparku (Zaid Tamami, Dwi Handoko, Oktfiandi, Didi
Wahyudi) serta adikku (Huriyah Uzin), tiada yang paling mengharukan saat
berkumpul bersama kalian, walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi
warna yang tak akan bisa tergantikan, terima kasih do‟a dan bantuan kalian
selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat aku persembahkan untuk kalian.
Maaf belum bisa menjadi yang terbaik untuk kalian.
My Best Friend’s
Buat sahabatku Tema‟uk (Cindi Kudok, Depusa, Big boss Juai, Desi
sabek, Mulyani pooh) terima kasih bantuan, do‟a, nasihat, hiburan, traktiran
(kadang-kadang), ojekkan dan semangat yang kalian berikan selama kuliah.
Untuk sahabat ku Tia Oktiana, Marini, Apriani, Tri Astuti, Sismitahara, Sudarno,
dan Sopi Nurisa terima kasih atas dukungan, nasihat, dan semangat yang luar
biasa semoga studi kalian selesai tahun depan.
Teman-Teman Seperjuangan (Keperawatan Angkatan Saus)
Terima kasih banyak untuk bantuan dan kerja sma selama ini, semoga kita selalu
diberi kesuksesan. Aamiin
Seluruh Pengelola Prodi Keperawatan
Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat
berarti yang telah kalian berikan kepada kami.
KATA PENGANTAR

Assalmualaikum Wr. Wb.


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya
tulis ilmiah ini yang berjudul “Asuhan keperawatan Keluarga Tn. A dan Tn. M
Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada Penderita
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Girimaya Tahun 2018”.
Proposal karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Jurusan Keperawatan
di Poltekkes Pangkal Pinang.
Dalam penyusunan Proposal karya tulis ilmiah banyak sekali pihak yang
telah membantu. Untuk itu, izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak drg. Harindra, MKM selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pangkal
Pinang.
2. Ibu Erni Chaerani, MKM selaku ketua Jurusan Keperawatan.
3. Bapak Ns. Jun Absa B, S. Kep dan ibu Erni Chaerani, MKM selaku
pembimbing I dan pembimbing II karya tulis ilmiah asuhan keperawatan
keluarga yang begitu banyak meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan kepada saya.
4. Bapak dan ibu dosen beserta staf Poltekkes Pangkalpinang yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta ketrampilan kepada penulis selama
mengikuti pendidikan.
5. Keluarga besar terutama kedua orang tua saya (Juma‟ah dan Isnaini) dan
sandara-saudara saya (Zariani, Dwi Handoko, Diyas Nella, Oktafiandi, Zaid
Tamami, Tauri Yuwisah, Didi Wahyudi, dan Huriyah Uzin).
6. Kepada sahabat-sahabat saya yang telah memberikan semangat dan motivasi
(Apriani, Tia Oktiana, Sismitahara, Marini, Tri Astuti, Armanda dan Sudarno).
7. Teman-teman seperjuangan angkatan VI jurusan keperawatan Poltekkes
Kemenkes Pangkal Pinang yang telah memberikan motivasi dan semngat untuk
lulus bersama-sama serta terima kasih atas kebersamaannya.
Yang mana dalam kesempatan ini telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.
penulis menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini.
Penulis berharap semoga proposal karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk
kemajuan bersama.

Pangkalanbaru, Juli 2018

Enten Akhyati
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DAN KELUARGA TN. M


DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN
NAPAS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS GIRIMAYA TAHUN 2018

Enten Akhyati, Ns. Jun Absa B, S. Kep, Erni Chaerani, MKM


Poltekkes Kementerian Kesehatan Pangkalpinang
email : entenakhyati98@gmail.com

Tuberkulosis sebagai infeksi akibat Mycrobacterium tyberculosis yang dapat


meyerang berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat
bervariasi. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan terus
menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan
mempunyai kewajiban antara satu orang dengan yang lainnya. Untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan asuhan
keperawatan keluarga pada keluargs Tn. A dan Tn. M dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas pada penderita tuberkulosis paru di wilayah
kerja Puskesmas Girimaya tahun 2018. Penulis menggunakan metode deskriptif
analitik, dengan sampel keluarga Tn. A dan Tn. M, data ini diperoleh dengan cara
wawancara, pemeriksaan, observasi dan studi dokumentasi. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada kedua
pasien didapatkan masalah teratasi pada semua diagnosa keperawatan keluarga
Tn. A dan keluarga Tn. M. Pada kedua pasien tidak ditemukan perbedaan yang
signifikan walaupun terdapat perbedaan umur 15 tahun antara pasien pertama dan
kedua.

Kata kunci : tuberkulosis paru, keluarga, ketidakefektifan bersihan jalan napas


ABSTRACT

FAMILY NURSING CARE OF TN. A’S FAMILY AND TN. M’S FAMILY
WITH THE PROBLEM OF INEFFECTIVE AIRWAY CLEARANCE IN
PATIENTS WITH PULMONARY TUBERCULOSIS IN THE WORKING
AREA OF GIRIMAYA COMMUNITY HEALTH CENTER 2018
Enten Akhyati, Ns. Jun Absa B, S. Kep, Erni Chaerani, MKM
Poltekkes Kementerian Kesehatan Pangkalpinang
email : entenakhyati98@gmail.com

Tuberculosis as an infection caused by Mycrobacterium tyberculosis that


can attack various organs, especially the lungs with very varied symptoms. A
family is a collection of two or more people who have the same blood relationship
or not, who are involved in a continuous life, who live in one roof, have an
emotional bond and have obligations between one person to another. To improve
the knowledge and skills in doing family nursing care to Mr. A‟s family and Mr.
M‟s family with the problem of ineffective airway clearance in patients with
pulmonary tuberculosis in the working area of Girimaya Community Health
Center 2018. The author uses descriptive analytic method, with a sample of Tn.
A‟s family and Mr. M‟s family. This data is obtained by interview, examination,
observation and documentation study. After the nursing action, the problem of
ineffective airway clearance in both patients was resolved in all nursing diagnoses
of Mr. A‟s family and also Mr. M‟s family. In both patients, there was no
significant difference. Although, there was a difference in age 15 years between
the first and second patients.

Keywords : pulmonary tuberculosis, family, ineffective clearance of airway.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ........................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... v
MOTTO ....................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
ABSTRAK .................................................................................................... xi
ABSTRACT .................................................................................................. xii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi
DAFTAR ISTILAH ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................................. 3
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ............................................................................................ 5
2. Perumusan diagnosa keperawatan ....................................................... 9
3. Intervensi keperawatan ........................................................................ 12
4. Implementasi ........................................................................................ 18
5. Evaluasi ................................................................................................ 19
B. Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas pada Tuberkulosis Paru... 19
C. Konsep Keluarga dan Penyakit
1. Konsep keluarga .................................................................................. 21
2. Konsep Penyakit .................................................................................. 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Rancangan Studi Kasus ............................................................................ 40
B. Subyek Studi Kasus ................................................................................... 40
C. Fokus Pengkajian ...................................................................................... 40
D. Definisi Operasional ................................................................................. 40
E. Pengumpulan Data .................................................................................... 41
F. Lokasi dan Waktu ...................................................................................... 41
G. Penyajian Data ........................................................................................... 41
H. Etika Studi Kasus ...................................................................................... 42

BAB IV STUDI KASUS


A. Gambaran Umum Puskesmass Girimaya ................................................. 43
B. Pengkajian Keprawatan Keluarga ............................................................ 47
C. Analisa Data Keperawatan Keluarga ....................................................... 60
D. Skoring Masalah ....................................................................................... 64
E. Diagnosa Keperawatan Keluarga ............................................................. 71
F. Intervensi Keperawatan Keluarga ............................................................ 72
G. Implementasi Keperawatan Keluarga ...................................................... 80
H. Evaluasi Keperawatan Keluarga .............................................................. 96

BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan .......................................................................... 101
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 104
C. Intervensi Keperawatan ............................................................................ 106
D. Implementasi Keperawatan ...................................................................... 112
E. Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 115

BAB VI KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 120
B. Saran ......................................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Hal
2.1 Skala Prioritas Masalah ............................................................... 12
2.2 Intervensi keperawatan pada penyakit tuberkulosis menurut nursing
outcomes classification (NOC) dan nursing interventions classification
(NIC) .......................................................................................... 15
4.1 Identitas Mahasiswa Pengkaji ...................................................... 47
4.2 Identitas Kepala Keluarga ............................................................ 47
4.3 Identitas Anggota Keluarga
4.4 Genogram Keluarga 1 dan Keluarga 2 ........................................ 48
4.5 Pengkajian Keluarga ................................................................... 50
4.6 Pengkajian Lingkungan ............................................................... 55
4.7 Struktur Keluarga ........................................................................ 56
4.8 Fungsi Keluarga .......................................................................... 57
4.9 Stress dan Koping Keluarga ........................................................ 58
4.10 Pemeriksaan Fisik Pada Anggota Keluarga 1 ........................... 59
4.11 Pemeriksaan Fisik Pada Anggota Keluarga 2 ............................ 59
4.12 Analisa Data Keluargga 1 ......................................................... 60
4.13 Analisa Data Keluarga 2 ........................................................... 61
4.14 Skoring Masalah 1 Pada Keluarga 1 ......................................... 64
4.15 Skoring Masalah 2 Pada Keluarga 1 ......................................... 65
4.16 Skoring Masalah 3 Pada Keluarga 1 ......................................... 66
4.17 Skoring Masalah 1 Pada Keluarga 2 ......................................... 67
4.18 Skoring Masalah 2 Pada Keluarga 2 ......................................... 68
4.19 Skoring Masalah 3 Pada Keluarga 2 ......................................... 69
4.20 Skoring Masalah 4 Pada Keluarga 2 ......................................... 70
4.21 Intervensi Keperawatan Pada Keluarrga 1 ................................ 72
4.22 Intervensi Keperawatan Pada Keluarga 2 ................................. 75
4.23 Implementasi Hari Pertama Pada Keluarga 1 ........................... 80
4.24 Implementasi Hari Pertama Pada Keluarga 2 ........................... 82
4.25 Implementadi Hari Kedua Pada Keluarga 1 .............................. 85
4.26 Implementasi Hari Kedua Pada Keluarga 2 .............................. 87
4.27 Implementasi Hari Ketiga Pada Keluarga 1 .............................. 90
4.28 Implementasi Hari Ketiga Pada Keluarga 2 .............................. 93
4.29 Evaluasi Keperawatan Keluarga 1 dan Keluarga 2 .................... 96
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Sistem Pernapasan ....................................................................... 28


4.1 Karakteristik Rumah Keluarga 1 ................................................. 53
4.2 Karakteristik Rumah Keluarga 2 ................................................. 54
DAFTAR ISTILAH

Alveoli : Kantung kecil didalam paru-paru yang


memungkinkan oksigen dan karbondioksida
untuk bergerak diantara paru-paru dan aliran
Anoreksia darah
Kurang nafsu makan
Antibiotik : Zat yang diproduksi oleh salah satu
mikroorganisme yang selektif menghambat
pertumbuhan lain.
Airbon infection : Infeksi yang ditularkan melalui udara.

Basil : Bio bakteri yang berbentu batang

BTA : Basil Tahan Asam


CDR : Case Detection Rate adalah persentase jumlah
pasien baru BTA positif yang ditemukan dan
diobati dibanding dengan jumlah pasien baru
BTA yang diperkirakan ada dalam wilayah
tersebut.
CNR : Case Notification Rate adalah angka yang
menunjukan pasien baru TB paru BTA positif
yang mengalami perubahan menjadi BTA negatif
setelah menjalani masa pengobatan intensif.
Deskriptif analitik : Survey atau penelitian yang mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi.
Diagnosa : Proses melakukan pemeriksaan terhadap sesuatu
dengan menggunakan cara dan teknik tertentu.
Hipertermia : Peningkatan suhu inti tubuh manusia yang
biasanya terjadi karena infeksi.
HIV : Virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia.
Kognitif : Potensi intelektual yang terdiri dari pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisa, sintesa, dan
evaluasi.
Komprehensif : Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan
dibagi dalam empat tahap kegiatan, yang meliputi
pengumpulan data, analisis data, sistematika data
dan penentuan masalah. Adapula yang
menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi
data
Kasein : Golongan protein yang komposisinya mencapai
80% dari komposisi keseluruhan protein
kasein.
Laju endap darah : Kecepatan mengendapnya sel darah merah pada
tabung khusus pemeriksaan dengan satuan
mm/jam (baca: milimeter per jam). Pada
pemeriksaan LED akan didapatkan hasil LED
tinggi, normal, atau rendah. Laju endap darah
tinggi berarti kecepatan mengendapnya sel darah
merah berlangsung lebih cepat dibanding normal.
Multidrug-resistante : Suatu kasus dimana basil tuberkulosis
mengekresikan zat membuat resisten terhadap
suatu atau lebih obat tuberkulosis.

Keadaan perasaan kurang sehat dan lesu, yang


Malaise mendahului timbulnya keadaan sakit yang lebih
gawat
Out Come : Hasil terapi yang merupakan tujuan dari
pelayanan farmasi untuk meningkatkan atau
mencapai kualitas hidup pasien yang lebih baik.
Prevalensi : Jumla individu atau persentasi populasi yang
terinfeksi pada waktu tertentu.
Resistensi : Menunjukan pada posisi sebuah sikap untuk
berperilaku bertahan, berusaha melawan,
menentang atau upaya oposisi pada umumnya
sikap ini tidak berdasarkan atau merujuk pada
paham yang jelas.
Responsive : Padanan kata dari merespon secara cepat untuk
mendapatkan sesuatu yang diinginkan
RR-TB Resistant rifampisin tuberkulosis
Stimulus : Bagian dari respon stimuli yang berhubungan
dengan kelakuan
Stressor : Stimulus atauperistiwa yang menimbulkan respon
stres pada organisme.
Tes Tuberkulin Dilakukan untuk melihat apakah Anda sudah
pernah terkena tuberkulosis (TB) sebelumnya. Tes
ini dilakukan dengan menempatkan sejumlah
kecil protein TB (antigen) di bawah lapisan atas
kulit di lengan bagian
Vital Sign : Tanda-tanda vital yang sangat menentukan
kondisi dari seseorang.
World Health : Organisasi Kesehatan Dunia adalah salah satu
Organization
badan PBB yang bertindak sebagai coordinator
kesehatan umum internasional yang bermarkas di
Jenewa, Swiss. WHO didirikan oleh PBB pada 7
april 1948. Direktur Jendral sekarang adalah
Margaret Chan (menjabat mulai 8 november
2006)
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Pengambilan Data


2. Surat Persetujuan Pengambilan Data
3. Format Asuhan Keperawatan Keluarga
4. Informed Consent
5. Penjelasan Untuk Mengikuti Studi Kasus
6. Lembar Bimbingan Proposal
7. Surat Izin Studi Kasus
8. Satuan Acara Penyuluhan
9. Leaflet Penyakit Tuberkulosis Paru
10. Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis (TB) merupakan infeksi akut atau kronis yang
disebabkan oleh Mycrobacterium tyberculosis, dan ditandai dengan
infiltrasi pulmuner, pembentukan granuloma disertai caseation (proses
pengeringan dan pembentukkan substansi mirip kasein), fibrosis, dan
kavitasi (Paramita, 2011). Menurut Junaidi, 2010 dalam Muhammad
Ardiansyah, 2012 menjelaskan bahwa tuberkulosis sebagai infeksi akibat
Mycrobacterium tyberculosis yang dapat meyerang berbagai organ,
terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi. Tuberkulosis
yang dijuluki „the great imitator‟‟ yaitu suatu penyakit yang mempunyai
kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala seperti
gejala respiratorik yang meliputi batuk, batuk darah, sesak nafas, nyeri
dada sedangkan gejala sistemik meliputi demam, keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan, serta malaise. Diagnosa keperawatan
menurut Herdman, Heather & Kamitsuru, 2015-2017 adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
lingkungan, obstruksi jalan nafas dan fisiologis.
WHO menyatakan bahwa pada tahun 2015, diperkirakan ada 10,4
juta insiden kasus TB Di seluruh dunia. Untuk penderita laki-laki
sebanyak 5,9 juta (56%), 3,5 juta (34%) diantaranya adalah perempuan
dan satu juta (10%) adalah anak-anak. Sedangkan untuk kasus HIV
sebanyak 1,2 juta (11%) menderita TB (MDR-TB) dan 100.000 orang
dengan refampisis tahan TB (RR-TB) yang juga baru memenuhi syarat
untuk pengobatan (MDR-TB). Diperkirakan ada 1,4 juta kematian akibat
TB, dan 0,4 juta kematian akibat penyakit TB di antar orang yang hidup
dengan HIV. Meskipun jumlah kematian TB turun 22% antara tahun 2000

1
2

dan 2015. TB tetap salah satu dari 10 penyakit kematian di seluruh dunia
pada tahun 2015 (WHO, 2015)
Berdasarkan data dari profil kesehatan Indonesia (2016), kasus
tuberkulosis paru BTA positif tahun 2016 di Indonesia berjumlah 156,723
penderita yang terdiri dari penderita laki-laki berjumlah 95,382 (61%) dan
penderita perempuan yang berjumlah 61,342 (39%).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, kasus baru BTA positif yang ditemukan di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung pada tahun 2014 adalah 866 kasus (CDR 39,8).
Sedangkan jumlah kasus baru yang ditemukan itu BTA positif. BTA
negatif/rontgen positif dan extra paru adalah 1358 kasus (CNR 99,84).
Angka Cure Rate (angka kesembuhan) sebesar 85,22% dengan target
nasional 85%. Angka ini menunjukan target nasional untuk angka
kesembuhan TB sudah tercapai.
Puskesmas Girimaya merupakan salah satu puskesmas yang ada di
Pangkalpinang. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota
Pangkalpinang menyatakan bahwa di Puskesmas Grimaya, kasus
tuberkulosis paru BTA (+) tanpa pemeriksaan pembiakan pada tahun 2015
berjumlah 235 penderita, pada tahun 2016 penderita TB menurun menjadi
210 penderita dan pada tahun 2017 mengalami kenaikan menjadi 199
penderita yang berada di keluarga.
Menurut Johnson‟s dalam Padila 2012, keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau
tidak, yang terlibat dalam kehidupan terus menerus, yang tinggal dalam
satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara
satu orang dengan yang lainnya. Fungsi keluarga merupakan hasil atau
konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang
dilakukan keluarga, adapun fungsi keluarga antara lain fungsi afektif,
fungsi ekonomi, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, fungsi
biologis, fungsi psikologis, dan fungsi pendidikan.
3

Menurut Friedman dan Kemenkes dalam Supriadi 2014, lima tugas


keluarga yang harus dilakukan antara lain mengenal masalah kesehatan
yang dihadapi anggota keluargannya, mengambil keputusan secara tepat
dan tepat dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya,
memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan, memodifikasi lingkungan rumah yang kondusif sehingga
mampu mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan dan
perkembangan setiap anggota keluarganya, dan menciptakan hubungan
timbal balik antara keluarga dengan berbagai sumber daya kesehatan yang
tersedia untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan anggota
keluarganya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik dan ingin
mengetahui “Bagaimana asuhan keperawatan keluarga Tn. A dan Tn. M
dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada penderita
tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Girimaya tahun 2018?”.

C. Tujuan Penulisan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
melakukan asuhan keperawatan keluarga pada keluargs Tn. A dan Tn. M
dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada penderita
tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Girimaya tahun 2018.

D. Manfaat
1. Untuk Penulis
Dapat menambah ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan gambaran
dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada pasien
tuberkulosis paru dengan masalah keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan napas, serta mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan
4

ketrampilan yang telah didapatkan selama pendidikan ke lahan praktik


secara langsung dan nyata.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Sebagai referensi bagi mahasiswa, mengenai pelaksanaan asuhan
keperawatan keluaraga pada pasien tuberculosis dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
3. Untuk Puskesmas
Sebagai pedoman atau acuan untuk meningkatkan asuhan
keperawatan keluarga pada pasien tuberculosis dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien dengan Tuberkulosis Paru


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerjasama dengan keluarga
dan individu-individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses
keperawatan keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
penyusunan rencana, pelaksanaan asuhan, dan penilaian (Padila, 2012).
1. Pengkajian keluarga dengan klien penderita tuberkulosis paru
Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat mengambil
data secara terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya. Sumber
informasi dari tahapan pengumpulan data dapat menggunakan metode
wawancara, observasi misalnya tentang keadaan/fasilitas rumah,
pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga secara head to toe
dan telaahan data sekunder seperti hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap
smear, dan lain sebagainya (Supriadi, 2014).
Menurut Padila (2012), pengkajian keluarga yaitu :
a. Pengumpulan data
Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat menggunakan
metode wawancara, observasi misalnya tentang keadaan / fasilitas
rumah, pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga secara
head to toe dan telaahan data sekunder seperti hasil laboratorium, hasil
X-ray, pap smear, dan lain sebagainya.
1) Data umum
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
3) Pengkajian lingkungan
4) Struktur keluarga
5) Fungsi keluarga

15
16

Menurut Soemantri (2008), pengkajian pada penderita tuberkulosis, yaitu :


a. Data pasien
Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari
usia anak sampai dewasa dengan perbadingan yang hampir sama antara
laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada
pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga
masuknya cahaya matahari dalam rumah sangat minim.
Tuberkulosis pada anak dapat terjadi pada usia berapa pun, namun
usia paling umum adalah antara 1- 4 tahun. Anak-anak lebih sering
mengalami TB luar paru-paru (extrapulmunary) dibanding TB paru-
paru dengan perbadingan 3:1. Tuberculosis luar paru-paru adalah TB
berat yang terutama ditemukan pada usia <3 tahun. Angka kejadian
(prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah,
kemudian meningkat setelah usia remaja di mana TB paru-paru
menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas
pada paru-paru).
b. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain :
1) Demam : hilang timbul.
2) Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini terjadi
untuk membuang atau mengeluarkan produksi radang yang dimulai
dari batuk kering sampai dengan purulen (menghasilkan sputum).
3) Sesak napas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
4) Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi
radang sampai pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5) Malaise : ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badab menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam.
6) Sianosis, sesak, dan kolaps merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantungnya
17

terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit
tampak bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
7) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
c. Riwayat penyakit sebelumnya
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur.
4) Riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru.
5) Daya tahan tubuh yang menurun.
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
d. Riwayat pengobatan sebelumnya
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubuungan dengan
sakitnya.
2) Jenis, warna, dosis obat yang dimunum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya.
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
e. Riwayat sosial ekonomi
1) Riwayat pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
mampu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biasanya yang banyak, masalah
tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus
harapan.
f. Faktor pendukung
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup : nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola
istirahat dan tidur, kebersihan diri.
18

3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang


penyakit,pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
g. Pemeriksaan diagnostik
1) Kultur sputum : mikrobakterium tuberkulosis postiif pada tahap
akhir penyakit.
2) Tes tuberkulin : mantoux test positif (area indurasi 10-15 cm terjadi
48-72 jam).
3) Foto thoraks : infilnatsi lasi awal pada area paru atas; pada tahap
dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awa dengan batas
tidak jelas ; pada kavittas bayangan berupa cincin ; pada klasifiikasi
tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi :untuk melihat kerusakan bronkus atau keruskan paru
karena TB paru.
5) Darah : peningkatan leukosit dan laju endap darah (LED).
6) Spirometri : penurunan fungsi paru dengan kapsitas vital menurun.
h. Pemeriksaan fisik
1) Pada tahap ini sulit diketahui.
2) Ronchi basah, kasar dan nyaring.
3) Hipersonor/tympani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskulttasi memberikan suara umforik.
4) Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi intercostal, dan fibrosis.
5) Bila mengenai pleura tejadi efusi pleura (perkusi memberikan suara
pekak).
i. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif : rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak
(napas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkerinngat pada
malam hari.
Obyektif : takikardia, takpnea/dipsnea saat kerja, irrtable, sesak
(tahap lanjut infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris ( 0- 1 C).
19

2) Pola nutrisi
Subyektif : anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan
Obyektif : turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak
subkutan.
3) Respirasi
Subyektif : batuk produktif/ non produktif sesak napas, sakit dada
Obyektif : mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulen, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronchi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipnea (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris
(cairan pleural), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif : nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obyektif : berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang ssampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.
5) Integritas ego
Subyektif : faktor sress lama, masalah keuangan, perasaan tidak
berdaya/tak ada harapan.
Obyektif : menyangkal ( selama tahap dini) ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung.
2. Perumusan diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah
keperawatan yang didapat dari data-data pada pengkajian yang fungsi
perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES
(problem, etiology, symptom) dimana untuk problem menggunakan
rumusan masalah dari NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat
20

menggunakan pendekatan lima tugas keluarga atau dengan


menggambarkan pohon masalah (Supriadi, 2014).
Tipologi dari diagnosa keperawatan keperawatan terdiri dari
diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan),
risiko (ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera (weliness). Penulisan
diagnosa keperawatan keluarga :
a. Diagnosa keperawatan keluarrga aktual
Diagnosa akeperawatan keluarga aktual dirumuskan apabila telah
terjadi respons terhadapa kondisi kesehatan yang nyata terjadi.
b. Diagnosa keperawatan keluarga resiko (ancaman)
Diagnosa keperawatan keluarga risiko dirumuskan apabila sudah ada
data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial/wellness)
Diagnosa keperawatan sejahtera merupakan suatu keadaan dimana
keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan (Supriadi, 2014).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit tuberkulosis paru
menurut Keliat, dkk (2015) dalam buku Diagnosis Keperawatan NANDA
2015-2017 yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
1) Lingkungan
a) Perokok
b) Perokok pasif
c) Terpajan asap
2) Obstruksi jalan napas
a) Adanya jalan napas buatan
b) Benda asing dalam jalan napas
c) Eksudat dalam alveoli
d) Hiperplasia pada dinding bronkus
e) Mukus berlebihan
f) Penyakit paru obstruktif kronik
21

g) Sekresi yang tertahan


h) Spasme jalan napas
3) Fisiologis
a) Asma
b) Disfungsi neuromuskular
c) Infeksi
d) Jalan napas alergik
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Gangguan psikososial
4) Ketidakmampuan mencerna makanan
5) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
6) Kurang asupan makanan
c. Hipertermi berhubungan dengan
1) Proses penyakit
2) agen farmaseutikal
3) aktivitas berlebih
4) dehidrasi
5) iskemia
6) pakaian yang tidak sesuai
7) peningkatan laju metabolisme
8) penuruanan pespirasi
9) sepsis
10) suhu lingkungan tinggi
11) trauma
22

Prioritas masalah dapat ditentukan dengan menggunakan skala


perhitungan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Skala Prioritas Masalah Keluarga
Kriteria Skor Bobot

1. Sifat masalah
a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3
b. Ancaman kesehatan 2 1
c. Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat
a. Mudah 2
b. Sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Sebagian 1
4. Menonjolnya masalah
a. Masalah berat dan harus segera 2
ditangani
b. Ada masalah, tidak perlu segera 1 1
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : Supriadi, 2014

Cara melakukan skoringnya adalah :


1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga (Supriadi, 2014).
3. Intervensi keperawatan
Feeman dan Friedman dalam Supriadi (2014) mengklasifikasikan
(tipologi) intervensi keperawatan keluarga menjadi :
a. Intervensi sumplemental
Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan
mengintervensi bidang-bidang yang keluarga tidak dapat
melakukannya.
b. Intervensi fasilitatif
23

Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan


keluarga seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, tranportasi dan
pelayanan kesehatan di rumah.

c. Intervensi perkembangan
Perawat melakukan tindakan dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan kapsitas keluarga dalam perawatan diri dan tanggung
jawab pribadi. Perawat membantu keluarga memanfaatkan sumber-
sumber perawatan unruk keluarganya termasuk dukungan internal dan
eksternal.
Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan
menjadi intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektif, dan
psikomotor (prilaku). Semua intervensi baik berupa pendidikan kesehatan,
tetapi modalitas atupun terapi komlementer pada akhirnya ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas keluarga
dalam kesehatan (Padila, 2012).
Menurut Mubaraq dkk, (2009), langkah-langkah dalam
mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga, yaitu :
a. Menentukan sasaran atau goal
Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala
upaya. Prinsip yang paling penting bahwa sasaran harus ditentukan
bersama keluarga. Jika keluarga mengerti dan menerima sasaran yang
telah ditentukan, mereka diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif
dalam mencapai sasaran tersebut.
b. Menentukan tujuan atau objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih
terperinci, berisi tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan
yang akan dilakukan. Ciri tujuan atau objektif yang baik adalah
spesifik, dapat diukur, realistis, dan ada batasan waktu.
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
24

Tindakan keperawatan yang dipilih sangat bergantung pada sifat


masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah.
Dalam perawatan kesehatan keluarga tindakan perawatan yang
dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan sebab-
sebab yang mengakibatkan timbulnya ketidaksanggupan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang diguanakan untuk
mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar menunjukkan tingkat
penampilan yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku
yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai. Pernyataan
tujuan yang tepat akan menentukan kejelasan kriteria dan standar
evaluasi.
1) Tujuan, sesudah perawat kesehatan masyarakat melakukan
kunjungan rumah, keluarga akan memanfaatkan puskesmas atau
poliklinik sebagai tempat mencari pengobatan.
2) Kriteria, kunjungan ke puskesmas atau poliklinik.
3) Standar, keluarga membawa berobat anaknya yang sakit ke
puskesmas.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2
Intervensi keperawatan pada penyakit tuberkulosis menurut nursing outcomes classification (NOC) dan nursing interventions
classification (NIC)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Ketidakefektifan bersihan jalan Status pernapasan : kepatenan jalan napas : Manajemen jalan napas :
napas 1. Status pernapasan normal 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
2. Irama pernapasan normal ventilasi
3. Kedalaman inspirasi normal 2. Buang sekret dengan memotivasi pasien
4. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret normal untuk melakukan batuk atau menyedot lendir
5. Suara napas tambahan tidak ada 3. Motivasi pasien untuk bernapas pelan,
Status pernapasan : dalam, berputar dan batuk
1. Frekuensi pernapasan normal 4. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan
2. Suara auskultasi pernapasan normal batuk efektif
3. Saturasi oksigen normal 5. Auskultasi suara napas, catat area yang
4. Retraksi dinding dada tidak ada ventilasinya menurun atau tidak ada dan
Tanda-tanda vital : adanya suara tambahan
1. Suhu tubuh normal
2. Tekanan darah sistolik normal Monitor pernapasan :
3. Tekanan darah diastolik normal 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan
4. Tekanan nadi normal kesulitan bernapas
2. Monitor suara napas tambahan seperti
ngorok atau mengi.
3. Monitor pola napas
4. Auskultasi suara napas, catat area dimana
terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi
dan keberadaan suara napas tambahan
5. Monitor kemampuan batuk efektif pasien

Monitor tanda-tanda vital :


1. Monitor tekanan darah, nadi suhu, dan status
pernapasan

15
16

2. Monitor pola pernapasan abnormal


3. Bantuan Penghentian Merokok :
1. Berikan dorongan untuk mempertahankan
gaya hidup bebas asap rokok.
2. Bantu memilih metode terbaik untuk berhenti
merokok, ketika pasien siap untuk berhenti
Teknik menenangkan :
1. Pertahankan sikap yang tenang dan hati-hati
2. Yakinkan keselamatan dan keamanan pasien
3. Identifikasi orang-orang terdekat klien yang
bisa membantu klien
Perlindungan infeksi :
1. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
yang diresepkan
2. jaga penggunaan antibiotik dengan bijaksana
3. ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada pemberi layanan
kesehatan
4. ajarkan pasien dan anggota keluarga
bagaimana cara menghindari infeksi
5. Ajarkan pasien dan anggota keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan
hars melaporkannya kepada penyedia
perawatan kesehatan

2. Hipertermia Termoregulasi : Manajemen lingkungan :


1. Berkeringat saat panas tidak terganggu 1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2. Melaporkan kenyamanan suhu tidak terganggu 2. Hindari dari paparan dan aliran udara yang
3. Peningkattan suhu kulit tidak ada tidak perlu, terlalu panas, atau terlalu dingin
4. Hipertermia tidak ada 3. Sesuaikan suhu lingkungan dengan
5. Dehidrasi tidak ada kebutuhan pasien, jika suhu tubuh berubah
Tanda-tanda vital : Manajemen cairan :
1. Suhu tubuh normal 1. Monitor status hidrasi (misalnya., membran
17

2. Tekanan darah sistolik normal mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan
3. Tekanan darah diastolik normal tekanan darah ortostatik)
4. Tekanan nadi normal 2. Monitor tanda-tanda vital
3. Tingkatkan asupan oral ( misalnya.,
memberikan sedotan, menawarkan cairan
diantara waktu makan, mengganti air es
secara rutin, menggunakan es untuk jus
favorit anak, potongan gelatin ke dalam
kotak yang menyenangkan, menggunakan
cangkir obat kecil), yang sesuai
Perawatan hipertermia :
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Jauhkan pasien dari sumber panas, pindahkan
ke lingkungan yang lebih dingin
3. Longgarkan atau lepaskan pakaian pasien
4. Berikan metode pendinginan eksternal
(misalnya., kompres dingin pada leher,
abdomen, perut, kulit kepala,, ketiak dan
selangkangan serta selimut dingin), sesuai
kebutuhan
Pengaturan suhu :
1. Monitor suhu tubuh paling tidak setiap 2
jam, sesuai kebutuhan
2. Monitor suhu dan warna kulit
3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
4. Berikan pengobatan antipiretuk, sesuai
kebutuhan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Status nutrisi : Manajemen gangguan makan :
dari kebutuhan tubuh 1. Asupan gizi dalam rentang normal 1. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik
2. Asupan makanan dalam rentang normal dengan klien (dan orang terdekat klien
3. Asupan cairan dalam rentang normal dengan tepat)
4. Hidrasi dalam rentang normal 2. Dorong klien untuk mendiskusikan makanan
Status nutrisi : asupan nutrisi : yang disukai bersama dengan ahli gizi
1. Asupan kalori adekuat Manajemen nutrisi :
18

2. Asupan protein adekuat 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan


3. Asupan lemak adekuat (pasien) untuk memenhi kebutuhan gizi
4. Asupan karbohidrat adekuat 2. Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi
5. Asupan serat adekuat makanan yang dimiliki pasien
6. Asupan vitamin adekuat 3. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
7. Asupan mineral adekuat mengkonsumsi makan (misalnya., bersih,
8. Asupan zat besi adekuat berventilasi, dan bebas dari bau yang
9. Asupan kalsium adekuat menyengat)
10. Asupan natrium adekuat 4. Pastikan makanan disajikan dengan cara
Nafsu makan : yang menarik dan pada suhu yang paling
1. Hasrat/keinginan untuk makan tidak terganggu cocok untuk konsumsi secar optimal
2. Menyenangi makanan tidak terganggu 5. Bantu pasien membuka kemasan makanan,
3. Merasakan makanan tidak terganggu memotong makanan dan makan, jika
4. Energi untuk makan tidak terngganggu diperlukan
5. Intake makan tidak tengganggu 6. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
6. Rangsangan untuk makan tidak terganggu 7. Pastikan diet mencakup makanan yang tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
8. Monitor kecendrungan terjadinya penurunan
dan kenaikan berat badan
4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, dan menilai data yang baru.
Metode yang dapat dilakukan untuk menerapkan implementasi
dapat bervariasi seperti melalui partisipasi aktif kelirag, pendidikan
kesehtan, kontak, manjemen kasus, demonstrasi, kolaborasi dan konsultasi
(Supriadi, 2014).
5. Evaluasi
Tindakan-tindakan keperawatan keluarga mungkin saja tidak dapat
dilakukan untuk menilai keberhasilan tindakan, maka selanjutnya
dilakukan penilaian dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara
bertahap, demikian halnya dengan peniilaian dilaksanakan dengan
menggunkan pendekatan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan
planning).
S: hal-hal yang dilakukan keluarga, misalnya anak D nafsu makannya
lebih baik
O: hal-hal yang ditemukan perawat yang dapat diukur, misalnya anak
D naik BBnya 0,55 kg.
A: analisa hasil yang telah dicapai, mengacu pada tujuan dan diagnosa
P: perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga
(Supriadi,2014).

B. Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas pada Tuberkulosis Paru


Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan
bersihan jalan napas (Herdman, Heather & Kamitsuru,2015-2017).

19
20

Menurut Soemantri, Irman (2008), data yang dapat dikaji antar lain:
Data subyektif : pasien mengeluh batuk, pasien mengeluh sesak, pasien
mengatakan adanya sekret di saluran napas.
Data obyektif : suara napas abnormal (ronkhi, wheezing), frekuensi napas (>
normal) dengan irama (reguler/ireguler), dispnea.
Tujuan : jalan napas bersih dan efektif setelah dua hari perawatan dengan
kriteria :
1. Pasien mengatakan bahwa batuk berkurang/hilang, tidak ada sesak dan
sekret berkurang.
2. Suara napas berkurang (vesikuler)
3. Frekuensi napas 16-20 kali permenit (dewasa)
4. Tidak ada dipsnea
Batasan karakteristik ketidakefektifan bersihhan jalan napas
1. Batuk yang tidak efektif
2. Dipsnea
3. Gelisah
4. Kesulitan verbalisasi
5. Mata terbuka lebar
6. Ortopnea
7. Penurunan bunyi napas
8. Perubahan frekuensi napas
9. Perubahan pola napas
10. Sianosis
11. Sputum dalam jumlah yang berlebihan
12. Suara napas tambahan
13. Tidak ada batuk
Faktor berhubungan :
1. Lingkungan
a. Perokok
b. Perokok pasif
c. Terpajan asap
21

2. Obstruksi jalan napas


a. Adanya jalan napas buatan
b. Benda asing dalam jalan napas
c. Eksudat dalam alveoli
d. Hiperplasia pada dinding bronkus
e. Mukus berlebihan
f. Penyakit paru obstruktif kronik
g. Sekresi yang tertahan
h. Spasme jalan napas
3. Fisiologis
a. Asma
b. Disfungsi neuromuskular
c. Infeksi
4. Jalan napas alergik

C. Konsep Keluarga dan Penyakit


1. Konsep Keluarga
a. Definisi keluarga
Menurut WHO dalam Mubarak Iqbal Wahit, dkk, 2009 keluarga
adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian
darah, adopsi, atau perkawinan. Menurut Kementerian Kesehatan RI
dalam Supriadi, 2014 Keluarga adalah sistem sosisal yang terdiri dari dua
orang atau lebih yang dihubungkan karena hubungan darah, hubungan
perkawinan, hubungan adopsi dan tinggal bersama untuk menciptakan
budaya tertentu.
Menurut Dapertemen Kesehatan RI, Wahit Iqbal Mubarak,dkk,
2009 keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu dalam keadaan saling tergantungan. Menurut
Johnson‟s dalam Padila, 2012 keluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang
22

terlibat dalam kehidupan terus menerus, yang tinggal dalam satu atap,
mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu
orang dengan yang lainnya.
b. Ciri-ciri keluarga
1) Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton dalam Padila (2012) :
a) Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b) Keluarga berbentuk sesuatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
c) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen clatur)
termasuk perhitungan garis keturunan,
d) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh
anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
e) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah
tangga.
2) Ciri keluarga Indonesia
a) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong royong.
b) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
c) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan
dilakukuan secara musyawarah.
d) Berbebtuk monogram.
e) Bertanggung jawab.
f) Mempunyai semangat gotong royong.
c. Tipe keluarga
Keluarga yang memerluukan pelayanan kesehatan berasal dari
berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial,
maka tipe keluarga mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu
memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga.
23

1) Traditional Nuclear
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah ditetapakan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatuikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja di laur rumah.
2) Extended Family
Extended Family adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi dan sebagainya.
3) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru. Satu atau keduanya dpat bekerja di luar rumah.
4) Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah / kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan karena sekolah/ perkawinan/
meniti karier.
5) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,
keduanya/ salah satu bekerja di luar rumah.
6) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian tau kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
7) Dual Carrier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8) Communter Married
Suami istri atau keduanyaorang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduuanya saling mencari pada waktu tertentu.
9) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
24

10) Three Generation


Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11) Institutional
Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
12) Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/ lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13) Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orang tua keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang
lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
14) Unmarriage Parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya
diadopsi.
15) Cohibing Couple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
d. Struktur dan Fungsi Keluarga
Menurut Supriadi (2014), struktur yang dimaksud adalah :
1) Struktur peran (role)
Struktur peran terbagi menjadi 2, yaitu :
a) Peran formal keluarga
Peran formal berkaitan dengan posisi formal keluarga, bersifat
homogen.
Peran formal keluarga terdiri dari :
(1) Peran parental dan perkawinan
Terdapat enam peran dasar yang membentuk posisi sosial
sebagai suami (ayah) dan istri (ibu), yakni peran ; sebagai
provider (penyedia), sebagai pengatur rumah tangga, sebagai
perawatan anak, sebagai sarana rekreasi, sebagai persaudaraan
25

(kinship), sebagai terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif


pasangan), dan sebagai seksual.
(2) Peran-peran dalam keluarga
Pada saat ini peran-peran dalam keluarga mengalami
perubahan seiring dengan adanya emansipasi.
(3) Peran-peran seksual perkawinan
Dimasa lalu pria memiliki hak untuk menentukan kegiatan
seksual dengan istrinya, tapi tidak merasa punya kewajiban
memberikan kepuasan pada istri. Tetapi sekarang wanita juga
berhak mendapatkan keniikmatan hubungan seksual sehingga
sifat peran seksual bagi keduanya berubah.
(4) Peran ikatan keluarga atau kinkeeping
Sampai saat ini wanita berperan sebagai penerus keturunan
(kinkeeper) dan peran sebagai pengikat hubungan keluarga
dengan memelihara komunikasi dan memantau perkembangan
keluarga.
(5) Peran kakek/nenek
Belum ada kesepakatan menyangkut apakah keterlibatan
kakek/nenek mempunyai efek langsung positif terhadap
perilaku cucu.
b) Peran informal keluarga
Peran-peran informal (peran tertutup) biasanay bersifat implisit,
tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk
memenuhi kebutuhan emosional atau untuk menjaga
keseimbangan keluarga.

2) Struktur nilai (value)


Nilai adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu.
26

3) Struktur komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik,
transaksional untuk menciptakan dan mengungkapkan pengertian
dalam keluarga.

4) Struktur kekuasaan
Kekuasaan keluarga adalah kemampuan (potensial atau aktual)
individu untuk mengontrol, mempengaruhi dan mengubah tingkah
laku anggota keluarga.
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat
beberapa fungsi keluarga menurut Friedman ; Setiawati & Darmawan
dalam Padila (2012) yaitu :
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga.
Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan sittuasi yang
dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan
melihat bagaimana cara keluarga mengekprsikan kasih sayang.
2) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisai
pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,
memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga
produktif terhadap sosial dan bagaimana keluarga memperkenalkan
anak dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal budaya
dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga
mampu berperan dalam masyarakat.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga
dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga
27

serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental


dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga
serta mengenali kondisi sakit tiapanggota keluarga.
4) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga sepertti
sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan
sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna
memenuhikebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga,
menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi biologis
Funggsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan
keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk
kelanjutan generasi selanjutnya.
6) Fungsi psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan
memberikan identitas keluarga.
7) Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak,
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai
dengan tingkatan perkembngannya.
e. Tugas keluarga
Friedman dan Kemenkes RI dalam Supriadi (2014), membagi lima
tugas keluarga yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :
1) Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarganya.
2) Mengambil keputusan secara cepat dan tepat dalam mengatasi
masalah kesehatan anggota keluarganya.
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang memiliki
masalah kesehatan.
28

4) Memodifikasi lingkungan rumah yang kondusif sehingga mampu


mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan dan
perkembangan setiap anggota keluarganya.
5) Menciptakan hubungan timbal balik antara keluarga dengan berbagai
sumber daya kesehatan yang tersedia untuk pemeliharaan dan
perawatan kesehatan anggota keluarganya.

2. Konsep Penyakit
a. Definisi Tuberculosis
Menurut Junaidi dalam Ardiansyah, 2012 menjelaskan bahwa TB
sebagai infeksi akibat Mycrobacterium tyberculosis yang dapat meyerang
berabagi organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi.
Menurut Wahit & Suprapto, 2013 menjelaskan bahwa TB merupakan
infeksi bakterikronik yang disebabkan oleh Mycrobacterium tyberculosis
dan ditandai oleh hipersensitivitas yang diperentarai sel (cell-mediated
hypersensitivity).
Menurut Brunner & Suddarth, 2016 menjelaskan bahwa Tb adalah
suatu penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim paru,
biasanya disebabkan oleh Mycrobacterium tyberculosis, Tb dapat
menyebar hampir ke setiap bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal,
tulang dan nodus limfe.
29

b. Anatomi Paru-Paru
Gambar 2.1

Gambar sistem pernapasan

Sumber : www.nursingbegin.com
Sistem pernapasan pada manusai dibagi menjadi beberapa bagian.
Saluran penghantar udara dari hidung hingga mencapai paru-paru sendiri
meliputi dua bagian, yaitu saluran pernapasan bagian atas dan bagian
bawah.
1) Saluran pernapasan bagian atas (upper respiratory airway)
Secara umum, fungsi utama dari saluran pernapasan atas adalah
sebagai saluran udara (air conduction) menuju saluran napas bagian
bawah untuk pertukaran gas (protecting) saluran napas bagian bawah
dari benda asing, dan sebagai penghangat, penyaring,serta pelembab
(warming filtration and hemidification) dari udara yang dihirup
hidung. Saluaran pernapasan atas terdiri atas organ-organ berikut :
a) Hidung (cavum nasalis)
Rongga hidung dilapisi sejenis selaput lendir yang sangat
kaya akan pembuluh darah. Rongga ini bersambung dengan
lapisan faring dan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang
masuk ke dalam rongga hidung.
b) Sinus paranalisis
Sinus paranalisis merupakan daerah yang terbuka pada
tulang kepala. Nama sinus paranalisis sendiri disesuaikan dengan
nama tulang dimana organ itu berada. Organ ini terdiri atas sinus
30

frotalis, sinus etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus maksilaris.


Fungsi dari sinus adalah untuk membantu menghangatkan dan
melembabkan uudara, meringankan berat tulang tengkorak, serta
mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.
c) Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus, pada
ketinggian tulang rawan krikoiid. Oleh karena itu, letak faring
dibelakang laring (larynx-pharyngeal).
2) Saluran pernapasan bagain bawah
Ditinjau dari fungsinya, secara umum saluran pernapasan bagian
bawah terbagi menjadi dua komponen. Pertama, saluran udara
kondusif atau sering disebut sebagai percabangan dari
trakeobronkialis. Saluran ini terdiri atas trakea, bronkhi dan
bronkioli. Kedua, satuan dari respiratorius terminal (kadang kala
disebut dengan acini) yang merupakan saluran udara konduktif
dengan fungsi utamnya sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan
keluar dari satuan respiratoriuus terminal meruapakan tempat
pertukaran gas yang sesungguhnya. Alveoli sendiri merupakan
bagian dari satuan respiratorius terminal.
a) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan memiliki panjang kira-
kira 9 cm. Organ ini merenang laring sampai kira-kira dibagian
atas vertebrata torakolis kelima. Dari tempat ini, trakea bercabang
menjadi dua bronkus (brochi). Trakea tersususn atas 16-20
lingkaran tak lengkap, berupa cincin tulang rawan yang disatukan
bersama oleh jaringan fibrosa dan melengkapi lingkaran di
sebelah belakang trakea. Selain itu, trakea juga memuat beberapa
jaringan otot.
31

b) Bronkus dan bronkeoli


Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada
tingkatan vertebrata torakolis kelima, mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus ini membentang ke bawah dan samping, ke arah tumpuk
paru. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang
kanan, serta merentang di bawah arteri pulmonalis sebelum
akhirnya terbelah menjadi beberapa cabang menuju ke lobus atas
dan bawah. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang
menjadi bronkus lobaris dan kemudian menjadi lobus
segmentalis. Percabangan ini merentang terus menjadii bronkus
yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi
bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara). Bronkeolus tidak diperkuat
oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke
bawah sampai tingkat bronkhiolus terminalis disebut saluran
penghantar udara, karena fungsi utamanya sebagai penghantar
udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
c) Alveolus
Alveolus (yaitu tempat pertukaran gas sinus) terdiri dari
bronkiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong
udara kecil atau alveoli pada dindingnya.alveolus adalah kantung
berdinding tipis yang mengandung udara. Melalui seluruh dinding
inilah terjadi pertukaran gas. Setiap paru mengandung sekitar 300
juta alveoli.
d) Paru-paru
Bagian kiri dan kanan paru-paru terdapat dalam rongga
thoraks. Paru-paru juga dilapisi pleura, yaitu parietal pleura dan
visceral pleura. Paru kanan dibagi atas tiga lobus, yaitu lobus
32

superior, lobus medius, dan lobus inferior. Sedangkan, paru kiri


dibagi menjadi dua lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior.
e) Thoraks, diafragma dan pleura
Rongga thoraks berfungsi melindung paru-paru, jantung,
dan pembulu darah besar. Bagian rongga thorak terdiri dari 12 iga
costa. Pada bagian atas thoraks di daerah leher, terdapat dua otot
tambahan untuk proses inspirasi, yakni skleneus dan
stenokleidomastoideus. Otot skleneus menaikkan tulang iga
pertama dan kedua selam inspirasi untuk memperluas rongga
dada atas dan menstabilkan dinding dada.
Diafragma terletak di bawah rongga thoraks. Pada
keadaan relaksasi, diafragma ini berbentuk kubah. Mekanisme
pengaturan otot diafragma (nervus frenikus) terdapat pada tulang
belakang (spinal cord) di servikal ke-3 (C3). Oleh karena itu, jika
terjadi kecelakaan pada saraf C3, maka hal ini dapat
menyebabkan gangguan ventilasi.
Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti
paru. Terdapat dua jenis pleura, yaitu pleura parietal yang
melapisi rongga thoraks dan pleura viseral yang menutupi setiap
paru-paru.

c. Etiologi
Menurut Suprapto Iman dan Wahid Abdul (2013) etiologi dari TB paru
adalah :
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh basil Mycrobacterium tyberculosis tipe humanus, sejenis kuman
berbentuk batang dengan panjang 1,4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. Struktur
kuman ini terdiri atas lipid (lemak) yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam, serta dari berbagai gangguan kimia dan fisik. Kuman ini
juga tahan berada di udara kering dan keadaan dingin (misalnya dalam
33

lemari es) karena sifatnya yang dormant, yaituu dapat bangkit kembali
dan menjadi lebih aktif, selain itu, kuman ini bersifat aerob.
Tuberkulosis paru merupakan infeksi pada saluran pernapasan
yang vital. Basil Mycrobacterium masuk ke dalam jaringan paru melalui
saluran napas (droplet infection) sampai alveoli dan terjadilah infeksi
primer (ghon). Kemudian, di kelenjar getah bening terjadilah primer
kompleks yang disebut tuberkulosis primer. Dalam sebagian besar kasus,
bagian yang terinfeksi ini dapat mengalami penyembuhan. Peradangan
terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhdap basil
Mycrobacterium pada usia 1-3 tahun. Sedangkan, post primer
tuberculosis (reinfection) adalah peradangan yang terjadi pada jaringan
paru yang disebabkan oleh penularan ulang.

d. Manifestasi klinis
Menurut Suprapto Iman dan Wahid Abdul (2013), tuberkulosis
yang dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang
asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik :
1) Gejala respiratorik, meliputi :
a) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini. Gejala ini banyak
ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk
ini diperlukan untuuk membuang produk-produk radang keluar.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian
setelah timbul peradangan menjadi prokduktif (menghasilkan
sputum) ini terjadi lebih dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut
34

adalah batuk darah (hemoptooe) karena terdapat pembuluh darah


yang pecah.
b) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervarias, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah
atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi
karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah
tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c) Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru.
Gejala ini temukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothoraks, anemia dan lain-lain
d) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pluritik yang
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persaraffan di pleura
terkena.
2) Gejala sistemik, meliputi :
a) Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influen a. Tapi kadang-
kadang panas bahkan dapat mencapai 0- 1 C. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya
infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasnya timbul
pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang ttimbul
dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas
serangan makin pendek.
b) Gejala sistemik lain
Gejala sisttemik lain adalah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise (gejala umum sering
35

ditemukan berupa : tidak ada nafsu makan, sakit kepala, meriang,


nyeri otot, dll).

e. Patofisologi
Port de’ entri kuman microbaterium tuberculosis adalah saluran
pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan
infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air bone), yaitu melalui
inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di
inhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yeng lebih besar
cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di
bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di bagian atas lobus bawah.
Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampat pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria
namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama
maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut (Iwan, dalam
Suprapto Iman dan Wahid Abdul, 2013).

f. Komplikasi
Menurut Suprapto Iman dan Wahid Abdul, 2013 Komplikasi berikut
sering terjadi pada penderita stadium lanjut :
1) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan napas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3) Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
36

4) Pneumothoraks (adanya udara di dalam rongga pleura) sponttan :


kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal dan sebagainya.
6) Insufiensi kardio pulmoner (cardio pulmonary insufficiency).

g. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Suprapto Iman dan Wahid Abdul (2013) pemeriksaan
diagnostik TB paru yaitu :
Pemeriksaan laboratorium
1) Darah
Pada saat tuberkulosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah
leukosit yang sedikit meninggi dengan diferiensiasi pergeseran ke
kiri. Jumlah limfosit masih dibawah normal. Lalu endap darah mulai
meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali
normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi. Lalu endap darah
menurun kearah normal lagi. Pemeriksaan ini kurang mendapat
perhatian karena angka-angka positif palsu dan negatif palsunya
masih besar.
2) Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya
kuman BTA (basil tahan atas), diagnosis tuberculosis sudah dapat
dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat
memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah
diberikan.kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-krangnya
ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain
diperlukan 5000 kuman dalam satu sputum.
Hasil pemeriksaan dikatakan positif jika sediktnya 2 dari 3
spesimen BTA hasilnya positif. Bila hanya satu spesimen yang
positiif perlu dilakukan pemeriksaan SPS (sewaktu-pagi-sewaktu)
ulang. Apabila fasilitas memungkinkan, maka dilakukan
37

pemeriksaan lain miasalnya biakan. Bila ketiga spesimen hasilnya


negatif diberikan antibiotik spectrum luas (misalnya kotrimaksasol
atau amoksilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak ada perbaikan gejala
klinis tetap mencurigakan TBC, ulangi pemeriksaan SPS.
a) Hasil pemeriksaan SPS positif didiagnosis TBC BTA positif.
b) Hasil SPS negatif, lakukan pemeriksaan rontgen thoraks :
(1) Hasil mendung TBC, penderita TBC BTA (-) rontgen (+).
(2) Hasil tidak mendukung TBC bukan penderita TBC
3) Tes tuberculin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu
menegakkan diagnosis tuberculosis terutama pada anak-anak
(balita). Biasanya di pakai cara Mantoux yakni dengan
menyuntikkan 0,1 cc tuberculin P. P. D (purified protein derivative)
intrakutan berkekuatan 5 T.U. (intermediate strength).
Hasil tes mantoux dibagi dalam :
a) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative = golongan
no ssensitivity. Disini peranan antibodi humoral paling
menonjol.
b) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan golongan low grade
sensitivity. Disini peranan antibodi humoral masih lebih
menonjol.
c) Indurasi 10-15 mm : mantoux positif = golongan normal
sensitivity. Disini peranan kedua antibodi seimbang.
d) Indurassi lebih dari 16 mm : mantoux positif kuat = golongan
hyper-sensitivity. Disini peranan antibodi selular paling
menonjol.
4) Foto thoraks
Foto thoraks PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan
radiologi standar. Jenis pemeriksaan radiologi lain hanya atas
indikasi top foto, oblik, tomogram dan lain-lain :
Karakteristik radiologi yang menunjang diagnostik antara lain :
38

a) Bayangan lesi radiologi yang terletak di lapangan atas paru.


b) Banyang yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler).
c) Kelianan yang bilateral, terutaam bila terdapat di lapangan atas
paru.
d) Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa
minggu.
e) Bayangan bilier.

h. Penatalaksanaan
Menurut Suprapto Iman dan Wahid Abdul (2013), tujuan
pengobatan pada penderita TB paru selain untuk
menyembuhkan/mengobati penderita juga mencegah kematian,
mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan
mata rantai penularan.
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu :
1) Tahap intensif (2-3 bulan)
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap
semua OAT, terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif
tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi
tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada
akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahap intensif
sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
2) Tahap lanjutan (4-7 bulan)
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan
39

rekomendasi WHO adalah rifampisin, INH, pirasinamid,


streptomisin dan etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah
kanamisin, kuinolon, makrolide, dan amoxilin + asam klavulanat,
derivat riffampisi/ INH.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus


Studi kasus yang diambil dalam penelitian ini adalah studi deskriptif untuk
mngeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien
Tuberkulosis Paru Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Di Wilayah Kerja Puskesmas Grimaya. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subyek Studi Kasus


Subyek studi kasus yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah
keluarga dengan anggota keluarga yang menderita tuberkulosis. Adapun
subyek studi kasus yang diambil minimal berjumlah dua pasien dengan
penyakit dan masalah keperawatan yang sama yaitu, Tuberkulosis Paru
dengan masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas.

C. Fokus Studi
Fokus asuhan keperawatan ini adalah pada pasien tuberkulosis paru
dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas di wilayah kerja
Puskesmas Girimaya.

D. Definisi Operasional
1. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu beriteraksi atau sama lain.
2. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycrobacterium

40
41

tyberculosis, Tb dapat menyebar hampir ke setiap bagian tubuh, termasuk


meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas.

D. Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data
Dalam studi kasus ini penulis langsung merawat dan mempelajari
serta melaksanakan asuhan keperawatan terhadap pasien tuberkulosis
paru dengan cara :
a. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas anggota keluarga
dan pasien, riwayat kesehatan keluarga dan lain-lain) sumber data dari
pasien dan keluarga.
b. Observasi (dengan cara inspeksi).
c. Pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA : inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi).
d. Studi dokumentasi dan angket (KK, buku dan KMS,).
2. Instrumen pengumpulan data
Alat dan instrumen pengumpulan data menggunakan format
pengkajian asuhan keperawatan keluarga sesuai ketentuan yang berlaku.

E. Lokasi & Waktu Studi Kasus


Lokasi pada studi kasus ini yaitu di wilayah kerja Puskesmas Girimaya,
lama waktunya ialah dari tanggal 30 April sampai 08 Juni 2018.

F. Penyajian Data
Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana untuk menyajikan data
sebaik-baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca. Untuk studi kasus ini,
data disajikan secara tekstular atau narasi dan dapat disertai dengan ungkapan
42

verbal dari pasien tuberkulosis paru dengan maslah ketidakefektifan bersihan


jalan napas.

G. Etika Studi Kasus


Masalah etika dalam keperawatan merupakan masalah yang sangat penting
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, mengingat pelaksanaan keperawatan
akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika harus
diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi manusia dalam kegiatan
asuhan keperawatan ialah sebagai berikut :
1. Lembar persetujuan
Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara penulis
dan responden dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar
persetujuan tersebut diberikan sebelum asuhan keperawatan dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. tujuan
lembar persetujuan adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya.
2. Tanpa nama
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam menggunakan subjek dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan.
3. Kerahasian
Masalah keperawatan merupakan masalah etika dengan
memberikan jaminan dalam kerahasian hasil asuhan keperawatan, baik
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh penulis,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil asuhan
keperawatan.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS

A. Gambaran Umum Puskesmas Girimaya


1. Sejarah Singkat Puskesmas Girimaya
Unit Pelayanan Teknis (UPT) Puskesmas Girimaya merupakan suatu
alat perangkat Kota dan bertanggung jawab langsung baik teknis maupun
administrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang. UPT
Puskesmas Girimaya Kota Pangkalpinang didirikan sekitar tahun 1976 yang
dipimpin oleh dokter dan mempunyai delapan karyawan.
Berdasarkan surat keputusan Walikota Pangkalpinang Nomor 244
Tahun 2011 Tanggal 11 Mei 2011 tentang status Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Pangkalpinang bahwa dalam rangka meningkatkan dan
mengoptimalkan fungsi dan kedudukan Pusat Kesehatan Masyarakat dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat sesuai dengan asas pertanggungjawaban wilayah dnegan adanya
pemekaran kecamatan dan kelurahan, dalam SK Walikota Pangkalpinang
tersebut nama Puskesmas Bukit Intan diganti menjadi Puskesmas Girimaya
Kelurahan Batu Intan, Kecematan Girimaya sebagai Puskesmas Non
Keperawatan dengan wialayah kerja meliputi : Pasar Padi, Semabung Baru,
Batu Intan, Sriwijaya dan Bukit Besar. Pergantian nama secara efektif
diberlakukan tanggal 1 Januari 2012.
Wilayah kerja Puskesmas Girimaya meliputi 5 kelurahan, yaitu : Pasar
Padi, Semabung Baru, Batu Intan, Sriwijaya dan Bukit Besar dengan luas
wilayah kerja sekitar 464, 5 Ha. dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Air Itam
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Bintang
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Parit Lalang
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dul Kecamatan Pangkalan
Baru Kabupaten Bangka Tengah

43
44

Susunan organisasi Puskesmas Girimaya mengacu pada Peraturan


Kermenkes No. 75 tahun 2014 Tentang Organisasi Puskesmas. Adapun
organisasi Puskesmas Girimaya sebagai berikut :
1) Kepala Puskesmas
2) Unit Tata Usaha yang dibagai menjadi 4 bagian yaitu :
a) Perencanaan dan penilaian
b) Umum dan kepegawaian
c) Data dan informasi
d) Keuangan
3) UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat yang dibagi menjadi 2
bagian yaitu :
a) Upaya kesehatan wajib
b) Upaya kesehatan pengembang
4) UKP, Kefarmasian, dan Laboratorium
5) Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
2. Visi, Misi, Motto
a. Visi
Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Girimaya Sehat dan Peduli
Kesehatan
b. Misi
1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Girimaya
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi setiap keluarga dan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Girimaya
3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sesuai
dengan standar serta terjangkau bagi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Girimaya
4) Mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat yyang berkunjung dan
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Girimaya tanpa
45

diskriminasi dan dengan menerapkan kemajaun ilmu dan teknologi


kesehatan yang sesuai.
c. Motto
UPT PUSKESMAS GIRIMAYA MELAYANI DENGAN SEPENUH
HATI
3. Tujuan
Masyarakat mengetahui gambara Puskesmas Girimaya secara keseluruhan
baik struktur organisasi, berbagai program yang dilaksanakan serta berbagai
bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan.

B. Karakteristik Subyek Penulis/Identitas Pasien


1. Pasien pertama
Pasien pertama yang menjadi klien penulis adalah Tn. A dengan
diagnosa medis tuberculosis paru. Tn. A lahir pada tanggal 7 Januari
1964 dan usianya sekarang adalah 54 tahun. Status Tn. A sekarang
adalah duda dengan dua orang anak, istri Tn. A meninggal sejak 2
tahun yang lalu. Tn. A tinggal serumah dengan anak pertamanya
sedangkan anak kedua dari Tn. A telah menikah dan meninggalkan
rumah. Tn. A dan anaknya bertempat tinggal di Semabung Baru. Tn. A
saat ini sudah tidak bekerja lagi sejak 2 bulan lalu karena sakit yang
diideritanya dan yang bekerja sekarang adalah anaknya yang bekerja
sebagai buruh harian. Agama yang dianut keluarga Tn. A adalah agama
Islam.
2. Pasien kedua
Pasien kedua yang menjadi klien penulis adalah Tn. M dengan
diagnosa medis tuberkulosis paru. Tn. M lahir pada tanggal 3 Februari
1949 dan usianya sekarang adalah 69 tahun. Status Tn. M sekarang
menikah dan memiliki enam orang anak, Tn. M dan istri beserta anak
ke empat tinggal serumah di Semabung Baru Pangkalpinang. Tn. M
sudah tidak bekerja lagi karena sakit, kebutuhan sehari-hari Tn. M
46

dipenuhi oleh anak-anak Tn. M. Agama yang dianut keluarga Tn. M


adalah agama Islam.
C. Data Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Mahasiswa Pengkaji
Tabel 4.1 identitas mahasiswa pengkaji
Identitas Pengkaji Keluarga 1 Keluarga 2
Nama Mahasiswa Enten Akhyati Enten Akhyati
NIM 151440110 151440110
Tanggal Pengkajian 22 Mei 2018 22 Mei 2018

b. Data kepala keluarga


Tabel 4.2 identitas kepala keluarga
Identitas Kepala Keluarga Keluarga 1 Keluarga 2
Nama Kepala Keluarga Tn. A Tn. M
Alamat Semabung Baru Semabung Baru
Suku Melayu Melayu

c. Data keluarga
Tabel 4.3 identitas anggota keluarga
Nama Status Usia Jenis Agama Kewargane Pendidika Pekerjaan Status
Hub Kelamin garaan n Saat ini Perkawinan
Dalam Terakhir
Keluarga
Kelua Tn. A Kepala 54 th Laki-laki Islam Indonesia Tamat SD Tidak Duda
rga 1 Keluarga bekerja
Tn. E Anak 1 28 th Laki-laki Islam Indonesia Tamat SD Buruh harian Belum
menikah

47
48

Kelua Tn. M Kepala 69 th Laki-laki Islam Indonesia Tamat SD Tudak Menikah


rga 2 Keluarga bekerja
Ny. S Istri 65 th Perempuan Islam Indonesia Tamat SD Tidak Menikah
bekerja
49

d. Genogram
Tabel 4.4 Genogram keluarga 1 dan 2
Keluarga 1 Keluarga 2
50

Penjelasan : Penjelasan :
Tn. A mengatakan bahwa Tn. A meruapakan anak kedua dari Tn. M merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, Kedua orang tua Tn. M telah
5 bersaudara. Kedua orang tuan Tn. A juga sudah meninggal meninggal dunia. Tn. M mengatakan bahwa ibu Tn. M memiliki penyakit yang sama
dunia. Tn. A mengatakan kedua orang tuanya tidak memiliki dengan Tn. M yaitu diabetes melitus, sdangkan ayah Tn. M tidak memiliki riwayat
riwayat penyakit apapun, kedua orangtuanya meninggal penyakit apapun. Istri Tn. M merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Orang tua istri
karena faktor usia. Tn. A menikah dengan istrinyya yang Tn. M juga telah meninggal dunia. Tn. M dan istrinya dikaruniai lima orang anak, tiga
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Kedua orang tua orang anak perempuan dan dua orang anak laki-laki. Anak kedua Tn. M meninggal
istri Tn. A juga sudah meninggal dunia. Dari pernikahan Tn. dunia karena sakit ketika masih kecil. Anak Tn. M sekarang telah mempunyai keluarga
A dan istrinya mereka dikaruniai dua anak, anak pertama yaitu masing-masing. Tn. M tinggal serumah dengan istri, anak keempat, menantu dan dua
laki-laki dan anak kedua yaitu perempuan. Pada tahun 2016 orang cucu.
istri Tn. A meninggal. Tn. A tinggal satu rumah dengan anak
pertamanya. Tn. A tinggal dirumah milik pribadi.

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal serumah

: Meninggal

: Menikah

: Klien
e. Pengkajian keluarga
Tabel 4.5 Pengkajian Keluarga
Pengkajian Keluarga Keluarga 1 Keluarga 2
Tipe Keluarga Tipe keluarga ini adalah Tipe keluarga ini adalah
tipe keluarga single parent pasangan usia lanjut,
yaitu satu orang tua extended family dimana
sebagai akibat perceraian keluarga inti ditambah
atau kematian pasangan dengan sanak saudara.
nya dan anak-anak nya
dapat tinggal di rumah di
luar rumah.

Suku Bangsa
1. Latar belakang etnis Latar belakang keluarga Latar Belakang Keluarga
keluarga/anggota Tn. A beserta anggota Tn. M beserta anggota
keluarga keluarga nya bersuku keluarga nya bersuku
melayu melayu

2. Tempat tinggal Tempat tinggal keluarga Tempat tinggal keluarga


Keluarga (bagian dari Tn. A bersifat homogen Tn. M bersifat heterogen
sebuah lingkungan karena sanak saudara dari karena di sekitar rumah Tn.
yang secara etnis pihak suami tinggal A terdiri dari bberapa suku
bersifat berdekatan di wilayah seperti suku Jawa.
homogeen/heterogen) yang sma dengan keluarga
Tn. A yaitu di semabung
baru.

3. Kegiatan keagamaan, Tn. A mengatakan jarang Istri Tn. M mengatakan


sosial, budaya,, mengikuti kegiatan bahwa Tn. M tidak pernah
rekreasi, pendidikan. keagamaan akan tetapi lagi ikut kegiatan
Tn. A tetap melaksanakan keagamaan karena kondisi
ibadah. Keluarga Tn. A Tn. M yang lemah, Tn. M
sering berinteraksi dengan selalu berdo‟a untuk
orang sekitar nya. kesembuhan nya. Istri Tn.
M mengatakan tetangga
nya sering berkunjung ke
rumah nya untuk
menjenguk Tn. M

4. Kebiasaaan diet dan Tn. A mengatakan Istri Tn. M mengatakan


berbusana (tradisional sebelum sakit ia makan 3 sebelum sakit Tn. M
atau modern) kali sehari dengan porsi makan 3 kali sehari dengan
habis, ia sering merokok. porsi habis, ketika Tn. M
Setelah mengetahui sakit nafsu makan Tn. M
penyakit nya Tn. A muali menurun, Tn. M makan
berhenti merokok dan bubur dengan porsi sedikit,
makan 2 kali sehari istri Tn. M mengatakan
dengan porsi sedikit bahwa Tn. M lebih banyak
kareena nafsu makan Tn. minum. dalam keseharian
A menurun. Dalam keluarga Tn. M berbusana
keseharian keluarga Tn. A bebas pantas, namun Tn.
berbusana sopan. M berbusana dengan
sarung dan menggunakan

51
52

popok karena Tn. M sakit


dan tidak dapat bangun
dari tempat tidurnya.

5. Penggunaan jasa-jasa Tn. A mengatakan apabila Istri Tn. M mengatakan


perawatan kesehatan ada anggota keluarga yang bahwa apabila ada anggota
keluarrga dan praktisi. sakit mereka hanya keluarga yang sakit,
meminum obat bebas, mereka langsung
ketika sakit mulai parah membawa nya ke
baru di bawa ke pelayanan pelayanan kesehatn
keseehatn terdekat. Tn. A terdekat. Istri Tn. M juga
datang ke Puskesmas mengatakan bahwa Tn. M
Girimaya setiap minggu rutin setiap bulan datang
untuk mengambil obatnya. ke Rumah Sakit untuk
memeriksakan kesehatan
dan mengambil obat.

6. Penggunaan bahasa Keluarga Tn. A Keluarga Tn. M


sehari-hari menggunakan bahasa mengunakan bahasa daerah
daerah Bangka Bangka
Agama dan Kepercayaan Keluarga Tn. A menganut Keluarga Tn. M menganut
satu agama yang sama satu kepercayaan yaitu
yaitu agama islam. Tn. A agama islam. Istri Tn. M
mengatakan jika mengatakan bahwa
keluarganya taat keluarganya jarang
beribadah meskipun beribadah. namun keluarga
jarang mengikuti kegiatan Tn. M percaya bahwa
keagamaan. Tn. A percaya penyakit yang diderita Tn.
bahwa penyakitnya dapat M dapat diatasi.
disembuhkan sehingga ia
tidak begitu khawatir
terhadap penyakitnya
Status Ekonomi Keluarga Tn. A mengatakan bahwa Istri Tn. M mengatakan
semenjak sakit anaknya semenjak Tn. M sakit
lah yang bekerja sebagai anak-anak mereka lah
buruh harian dan membantu dalam
memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan
rumah tangga. sehari-hari.
Penghasilan anak Tn. A
perbulan yaitu Rp. 1.
500.000,-
Aktivitas Rekreasi Tn. A mengatakan Istri Tn. M mengatakan
Keluarga keluarganya tidak pernah semenjak Tn. M sakit
pergi ke pantai akan tetapi mereka tidak pernah lagi
ia sering menghabiskan pergi ke pantai.Waktu
waktu luangnya untuk luang Tn. M banyak
menonton tv, berkumpul dihabiskan dengan
bersama keluarga ataupun berkumpul dengan
pergi mengunjungi sanak keluarganya dan menonton
saudaranya. tv.
Riwayat dan Tahap
Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan Pada saat ini keluarga Tn. Pada saat ini keluarga Tn.
keluarga saat ini A berada pada tahap M berada pada tahap
perkembangan keeluarga perkembangan keluarga
53

dengan anak sudah dengan anak sudah


dewasa. Tugas dewasa, menikah dan
perkembangan keluarga meninggalkan rumah.
yang telah terpenuhi Tugas perkembangan telah
adalah memberikan terpenuhi adalah
kebebasan dan tanggung memberikan kebebasan
jawab kepada sang anak kepada anak untuk
untuk menjadi lebih membentuk keluarga yang
dewasa dan semakin baru.
mandiri. Berkomunikasi
secara terbuka antar orang
tua dan anak. Tugas
perkembangan keluarga
yang belum/tidak
terpenuhi yaitu
memfokuskan kembali
hubungan perkawinan
karena istri Tn. A telah
meninggal

Riwayat Kesehatan
Keluarga
1. Riwayat keluarga Tn. A mengatakan orang Tn. M mengatakan bahwa
sebelumnya tuanya mninggal karena orang tuanya meninggal
faktor usianya, bukan karena faktor usianya, ayah
karena memiliki Tn. M memiliki penyakit
ppenyakit tertentu. Tn. A yang sama dengan Tn. M
mengatakan mengalami yaitu diabetes, Tn. M
penurunan berat badan, kontrol hanya 1 bulan
batuk yang lebih dari 2 sekali. Tn. M mengalami
bulan, dan sesak nafas. penurunan berat badan
drastis, batuk, sesak nafas,
sulit tidur dan tidak
mampu berdiri.

2. Riwayat kesehatan Tn. A mengatakan bahwa Istri Tn. M mengatakan


masing-masing mengidap penyakit Tb bahwa Tn. M mengidap Tb
keluarga saat ini semenjak 2 bulan yang semenjak 2 bulan yang
lalu, selain Tb, Tn. A lalu, selain Tb, Tn. M juga
mengeluh kurang mengidap diabetes melitus
pendengaran semenjak sejak umur 55 tahun, Tn.
mengkonsumsi obat. Tn. M juga mengelu sulit tidur,
A juga mengatakan bahwa sulit bernafas, batuk, tidak
sering batuk pada malam dapat berdiri maupun
hari, dan sulit bernafas. duduk dan kurang
pendengaran.
54

f. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Gambar 4.1 karakteristik rumah keluarrga 1

Kamar Ruang TV
Kamar

Teras

5m
WC Ruang Tamu
Dapur

8m

Tn. A tinggal bersama anaknya yang pertama. Keluarrga Tn. A


tinggal di rumah milik sendiri. Luas bangunan rumah 8 x 5 m2,
memiliki 2 kamar tidur, 1 kamr mandi, 1 ruang tamu, 1 ruang tv, 1
dapur, tipe rumah permanen, lantai rumah tegel, setiap kamar tidur
memiliki jendela. Tn. A selalu membuka jendela dan pintu depan.
Jarak rumah Tn. A dengan tetangga dekat. Keluarga Tn. A
menggunakan air galon untuk minum, menggunakan air sumur untuk
memasak, mencuci dan mandi. Keluarga Tn. A masak menggunakan
kompor gas. Keluarga Tn. A memiliki kamar mandi dan WC, jenis
WC leher angsa, dikamar madi ada sabun. Dari hasil observasi cara
pengaturan perabot rumah rapi, lantai bersih disapu 2 kali sehari.
Ventilasi rumah cukup. Tn. A tidur di kamar depan sedangkan
anaknya tidur di kamar belakang. Tn. A mengatakan ia biasanya
tidur pada jam 22.00 WIB dan bangun pada jam 06.00 WIB,
sedangkan anaknya tidak menentu. Tn. A mengatakan ia dan
55

anaknya membuang sampah ke tempat penampungan dan 2 hari


sekali ada petugas kebersihan yang mengambil sampah.

Gambar 4.2 karakteristik rumah keluarga 2

Ruang tamu
Kamar
Teras
8m

Kamar
Ruang TV

WC

Bagasi Dapur

10 m

Tn. M tinggal bersama istri, anak ketiga, menantu dan dua orang
cucu. Keluarga Tn. M tinggal di rumah milik sendiri dengan luas
rumah 10 x 8 m2, memiliki 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang tv, 1
dapur, 1 kamar mandi dan WC dan 1 bagasi. setiap kamar
mempunyai jendela. Pencahayaan rumah redup karena jendela dan
pintu jarang dibuka. Jarak rumah dengan tetangga dekat. Keluarga
Tn. M menggunakan air galon untuk minum, air sumur digunakan
untuk memasak, mencuci, dan mandi. Tn. M memasak
menggunakan kompor gas, Keluarga Tn. M mempunyai kamar
mandi dan WC, jenis WC yang digunakan yaitu leher angsa. Dari
56

observasi cara pengaturan perabot rumah rapi, lantai bersih disapu 2


kali sehari. Ventilasi rumah cukup. Tn. M dan istrinya tidur di depan
tv, sedangkan anak dan cucunya tidur di kamar. Istri Tn. M
mengatakan bahwa sudah beberapa hari Tn. M tidak bisa tidur.
Keluarga Tn. M membuang sampah ke tempat penampungan sampah
yang kemudian akan diambil oleh petugas kebersihan.
Tabel 4.6 Pengkajian Lingkungan
Pengkajian Lingkungan Keluarga 1 Keluarga 2
Karakteristik Tetangga Keluarga Tn. A Keluarga Tn. M
bertempat tinggal di bertempat tinggal di
lingkungan yang cukup lingkungan yang cukup
padat. sebagian besar padat. sebagian besar
dari tetangga di dari tetangga di
lingkungan tempat lingkungan tempat
tinggal adalah penduduk tinggal adalah
asli dan ada beberapa penduduk asli dan ada
pendatang. Sebagian beberapa pendatang.
besar penduduk bekerja Sebagian besar
sebagai wiraswasta, penduduk bekerja
buruh harian dan sebagai buruh harian,
karyawan. Interaksi antar wiraswasta dan
warga jarang kecuali karyawan. Interaksi
pada waktu tertentu. antar warga jarang
Hubungan antar tetangga kecuali pada waktu
cukup baik. tertentu. Hubungan
antar tetangga cukup
baik.
Mobilitas Geografis Tn. A mengatakan ia Istri Tn. M mengatakan
Keluarga lahir di Pangkalpinang. ia lahir di
kemudian ia menikah Pangkalpinang.
dengan istrinya dan kemudian ia menikah
tinggal di semabung dengan istrinya dan
baru. tinggal di semabung
baru.
Perkumpulan Keluarga Tn. A tinggal bersama Istri Tn. M tinggal
dan Interaksi dengan anaknya. Tn. A sering bersama anaknya. Tn.
Masyarakat berinteraksi dengan M sering berinteraksi
tetangganya. Hubunga dengan tetangganya.
keluarga Tn. A cukup Hubunga keluarga Tn.
baik. Tn. A memandang M cukup baik. Tn. M
lingkungan tempat memandang
tinggalnya sebagai lingkungan tempat
lingkungan yang baik. tinggalnya sebagai
lingkungan yang baik.
Sistem Pendukung Keluarga Tn. A Istri Tn. M mengatakan
Keluarga menggunakan kendaraan bahwa menggunakan
bermotor milik sendiri kendaraan bermotor
jika ada keperluan, jika ada keperlua,
seperti pergi bekerja, ke namun untuk pergi ke
puskesmas, dan lain-lain. rumah sakit Tn. M
57

Tn. A mengatakan menggunakan mobil


memiliki BPJS. pribadi milik anaknya.
Keluarga Tn. M
mempunyai jaminan
kesehatan berupa
BPJS.

Tabel 4.7 Struktur Keluarga


Struktur Keluarga Keluarga 1 Keluarga 2
Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi Tn. A dan anaknya Tn. M dan anggota
keluarga menggunakan bahasa keluarganya
daerah Bangka untuk menggunakan bahasa
berkomunikasi, sehingga daerah Bangka untuk
terjalin komunikasi yang berkomunikasi,
baik antara setiap sehingga terjalin
anggota keluarganya. komunikasi yang baik
Pola komunikasi yang antara setiap anggota
digunakan keluarga Tn. keluarganya. Pola
A yaitu pola komunikasi komunikasi yang
terbuka sehingga digunakan keluarga Tn.
masing-masing anggota M yaitu pola
keluarga dapat komunikasi terbuka
mengungkapkan sehingga masing-
pendapatnya. masing anggota
keluarga dapat
mengungkapkan
pendapatnya.

2. Struktur kekuatan Tn. A mengatakan Istri Tn. M mengatakan


keluarga pengambilan keputusan pengambilan keputusan
terhadap suatu hal terhadap sesuatu hal
dilakukannya bersama- dilakukannya bersama
sama dengan anaknya, ia istri dan ank-anaknya,
tetap bertanya pendapat ia tetap bertanya
anaknya tentang pendapat istri dan
keputusannya. anak-anaknya tentang
keputusannya.

3. Struktur peran Tn. A berperan sebagai Tn. M berperan sebagai


kepala keluarga juga kepala keluarga dan
sebagai ayah dimana ia juga sebagai ayah dan
melakukan pekerjaaan kakek dari cucu-
rumah seperti menyapu, cucunya.
mencuci dan masak.

4. Nilai dan norma Nilai dan norma yang Nilai dan norma yang
berlaku dalam keluarga berlaku dalam keluarga
menyesuaikan dengan menyesuaikan dengan
nilai dalam agama islam nilai dalam agama
yang dianut serta norma islam yang dianut serta
masyarakat disekitarnya. norma masyarakat
disekitarnya.
58

Tabel 4.8 Fungsi Keluarga


Fungsi Keluarga Keluarga 1 Keluarga 2
Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif Tn. A mengatakan sangat Tn. M mengatakan
menyayangi anaknya dan sangat menyayangi
sangat khawatir apabila istri, anak-anaknya dan
anaknya sakit atau tidak cucu-cucunya.
pulang ke rumah.

2. Fungsi sosialisasi Tn. A mengatakan Istri Tn. M mengatakan


hubungan keluarganya hubungan keluarganya
dengan tetangganya tetangganya berjalan
berjalan dengan baik, ia dengan baik, tetangga
terkadang mengobrol di sekitar rumah Tn. M
dengan tetangga di sering datang ke rumah
samping rumahnya. Tn. M

3. Fungsi perawatan Tn. A mengatakan Istri Tn. M mengatakan


kesehatan apabila anaknya ataupun apabila suaminya
ia sendiri sakit, ia ataupun dirinya sendiri
langsung membeli obat sakit, ia langsung pergi
bebas, dan ia akan e pelayanan kesehatan
berobat ke pelayanan terdekat. Tn. M satu
kesehatan apabila bulan sekali pergi ke
sakitnya tidak bisa rumah sakit untuk
diobati dengan obat mengambil obat dan
bebas atau ketika sakit mengontrol gula
mulai parah. Tn. A tidak darahnya.
pernah olahraga dan
selalu meminum
obatnya. Tn. A
mengatakan satu minggu
sekali pergi ke
puskesmas untuk
mengambil obatnya.

4. Fungsi reproduksi Tn. A mengatakan tidak Tn. M mengatakan


ingin mempunyai istri tidak ingin mempunyai
lagi, ia memiliki dua anak lagi.
orang anak.

5. Fungsi Ekonomi Tn. A meruapakan Istri Tn. M mengatakan


seorang kepala keluarga. bahwa Tn. M sudah
Semenjak ia sakit yang lama tidak bekerja,
menjadi tulang punggung untuk kebutuhan
di keluarganya yaitu sehari-hari Tn. M di
anaknya yang bekerja bantu oleh anak-
sebagai buruh harian. anaknya.
Penghasilan anaknya
yaitu satu juta lima ratus
per bulan. Uang tersebut
digunakn untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarga Tn.
A.
59

Tabel 4.9 Stress dan Koping Keluarga


Stress dan Koping Keluarga 1 Keluarga 2
Keluarga
Stress dan Koping
Keluarga Tn. A mengatakan ia Tn. M mengatakan ia
1. Stressor jangka pendek memiliki beban pikiran memiliki beban pikiran
dan jangka panjang pada saat pertama kali ia pada saat pertama kali
menderita penyakit Tb ia menderita penyakit
paru, akan tetapi ia Tb paru, akan tetapi ia
percaya aia akan sembuh percaya ia akan
dari penyakitnya. Tn. A sembuh dari
mengatakan saat ini ia penyakitnya. Tn. M
tidak memiliki beban mengatakan saat ini ia
pikiran. tidak memiliki beban
pikiran.

2. Kemampuan keluarga Tn. A menatakan tidak Tn. M menatakan tidak


berespon terhadap pernag peduli terhadap pernag peduli terhadap
situasi atau stressor masalah apapun, ia masalah apapun, ia
ppercaya bahwa segala ppercaya bahwa segala
sesuatu akan ada sesuatu akan ada
solusinya solusinya

3. Strategi koping yang Tn. A mengatakan jika Tn. M mengatakan jika


digunakan ada masalah dalam ada masalah dalam
keluarganya maka ia keluarganya maka ia
akan lebih mendekatkan akan lebih
diri kepada Yanag Maha mendekatkan diri
Kuasa. kepada Yanag Maha
Kuasa.

4. Strategi adaptasi
disfungsional Tn. A mengatakan Tn. M mengatakan
apabila keluarganya apabila keluarganya
memiliki masalah maka memiliki masalah
ia akan menyikapinya maka ia akan
dengan terang dan selalu menyikapinya dengan
berdoa kepada Tuhan terang dan selalu
agar diberikan solusi berdoa kepada Tuhan
untuk mengatasi agar diberikan solusi
masalahnya untuk mengatasi
masalahnya
g. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.10 Pemeriksaan Fisik Pada Anggota Keluarga 1
No Nama Status Gizi (TB, TTV (TD,N,S,RR) Alat Penampilan Riwayat Status
BB, BMI) Bantu/Protesa Umum Penyakit/Alergi Kesehatan saat
ini
1. Tn. A 160 cm, 45 kg, TD : 140/90 Tidak ada Baik Tuberkulosis Paru Sakit
17,27 m2/kg mmHg, N : 90
x/menit, S : 36,6 0C,
RR : 27 x/menit
2. Tn. E Tidak dilakukan TD : 120/80 Tidak ada Baik Tidak ada Sehat
pemeriksaan mmHg, N: 68
x/menit, S : 36,4 0C,
RR : 19 x/menit

Tabel 4.11 Pemeriksaan Fisik Pada Anggota Keluarga 2


No Nama Status Gizi (TB, TTV (TD,N,S,RR) Alat Penampilan Riwayat Status
BB, BMI) Bantu/Protesa Umum Penyakit/Alergi Kesehatan saat
ini
1. Tn. M Tidak dilakukan TD : 100/80 Pispot Baik Diabetes, Sakit
pemeriksaan mmHg, N: 89 Tuberkulosis Paru
x/menit, S : 36,2 0C,
RR : 26 x/menit
2. Ny. S Tidak dilakukan TD : 150 mmHg, N Tidak ada Baik Hipertensi Sehat
pemeriksaan : 78 x/menit, S :
36,5 0C, RR : 21
x/menit

60
61

Analisa Data
Tabel 4. 12 Analisa Data Keluarga 1
No. Data Intepretasi Data Masalah
1. DS : Ketidakmampuan Ketidakfektifan bersihan
1. Klien mengatakan keluarga Tn. A dalam jalan napas
sesak napas mengenal masalah
2. Klien mengatakan kesehatan yang dimiliki
batuk lebih dari 2 oleh Tn. A
bulan, batuk
berdahak
3. Klien mengatakan
cepat lelah ketika
beraktivitas
4. klien mengatakan
jarang menggunakan
masker
5. Klien mengatakan
tidak tahu penyebab
sesak napasnya
DO :
1. RR : 27 x.menit
2. klien tampak gelisah
3. klien tampak lemas
2. DS :
1. Tn. A mengatakan Ketidakmampuan Risiko tinggi terjadinya
sakit Tb paru sejak 2 keluarga dalam merawat penularan Tb paru pada
bulan yang lalu anggota keluarga anggota keluarga yang
2. Tn. A mengatakan lain
obatnya diminum
secara teratur, ketika
obat habis klien
kembali lagi ke
puskesmas untuk
mengambil obat
3. Klien mengatakan
saat ini sedang
batuk dan flu
DO :
1. kesadaran
composmentis
2. Berat badan klien
45 Kg
3. klien tampak tidak
menggunakan
masker
62

3. DS :
1. Keluarga Tn. A Ketidakmampuan Defisiensi pengetahuan
mengatakan hanya Keluarga Tn. A dalam
mengetahui bahwa mengenal masalah
Tb paru adalah
batuk-batuk biasa
2. Keluarga Tn. A
mengatakan bahwa
tidak mengetahui
dampak dari
penyakit Tn. A
3. Keluarga Tn. A
mengatakan tidak
mengetahui
penyakit Tb paru
menular
4. Tn. A mengatakan
tidak tahu
bagaimana cara
pencegahan
penyakit Tb paru
5. Tn. A mengatakan
bahwa yang selalu
mengantarkan ke
puskesmas
Girimaya untuk
mengambil obat
adalah adiknnya
DO :
1. Tn. A tampak diam
ketika ditanyakan
tentang
akibat/dampak dari
penyakitnya
2. Tn. A tampak diam
ketika ditanyakan
bahwa penyakit Tb
paru menular atau
tidak

Tabel 4. 13 Analisa Data Keluarga 2


No. Data Intepretasi Data Masalah
1. DS : Ketidakmampuan Ketidakefektifan bersihan
1. Klien mengatakan keluarga dalam mengenal jalan napas
sering sesak masalah Tn. M
2. Istri klien
mengatakan ketika
malam hari klien
sering batuk
3. Klien mengatakan
ketika malam hari
klien banyak
berkeringat
DO :
63

1. Klien tampak
gelisah
2. RR : 26 x/menit
3. Klien tampak lemas
2. DS : Ketidakmampuan Risiko tinggi terjadinya
1. Tn. M mengatakan keluarga dalam mengenal penularan Tb paru pada
sakit Tb paru sejak 2 masalah anggota keluarga yang lain
bulan yang lalu
2. Tn. M mengatakan
obatnya diminum
secara teratur, ketika
obat habis klien
kembali lagi ke
puskesmas untuk
mengambil obat
3. Klien mengatakan
saat ini sedang batuk
dan sering
berkeringat pada
malam hari
DO :
1. kesadaran
composmentis
2. klien tampak tidak
menggunakan
masker
3. klien tampak
terbaring
3. DS : Ketidakmampuan Hambatan mobilitas fisik
1. Klien mengatakan keluarga Tn. M dalam
tidak bisa duduk, merawat Tn. M yang sakit
berdiri, maupun
berjalan sejak 7
bulan terakhir
2. Klien mengatakan
tidak tahu penyebab
tidak bisa berjalan
3. Klien mengatakan
mempunyai riwayat
penyakit diabetes
melitus
4. Klien mengatakan
masih bisa miring
kiri,miring kanan
5. Klien mengatakan
semua aktivitasnya
seperti makan,
minum, toileting
dibantu oleh
keluarga
DO :
1. Klien tampak
berbaring di tempat
tidur
2. Klien tampak lemas
64

3. Punggung kaki
sebelah kiri klien
tampak bengkak
4. DS : Ketidakmampuan Defisiensi pengetahuan
1. Keluarga Tn. M keluarga dalam mengenal
mengatakan hanya masalah
mengetahui bahwa
Tb paru adalah
batuk-batuk biasa
2. Keluarga Tn. M
mengatakan bahwa
tidak mengetahui
dampak dari
penyakit Tn. M
3. Keluarga Tn. M
mengatakan tidak
mengetahui penyakit
Tb paru menular
4. Tn. M mengatakan
tidak tahu
bagaimana cara
pencegahan
penyakit Tb paru
5. Tn. M mengatakan
bahwa yang selalu
mengantarkan ke
rumah sakit adalah
anaknya
DO :
1. Tn. M tampak diam
ketika ditanyakan
tentang
akibat/dampak dari
penyakitnya
2. Tn. M tampak diam
ketika ditanyakan
bahwa penyakit Tb
paru menular atau
tidak
3. Tn. M tampak tidak
menggunakan
masker
4. Tn. M tampak
terbaring di tempat
tidurnya
Skoring Masalah Keluarga 1
Masalah 1
Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. A dalam mengenal masalah kesehatan yang
dimiliki oleh Tn. A
Tabel 4. 14 Skoring Masalah 1
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat Masalah : Masalah ketidakefektiifan
Aktual 3 bersihan jalan napas
Potensial 2 1 3:3x1= bersifat aktual, dimana Tn.
Risiko 1 1 A meneluh sesak napas
2. Kemungkinan Kemungkinan masalah
masalah dapat dapat diubah yaitu
diubah : 1:2x2= sebagian karena kurangnya
Mudah 2 1 tindakan Tn. A untuk
Sebagian 1 2 menangani penyakitnya.
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah : Potensi masalah dapat
Tinggi 3 dicegah yaitu cukup
Cukup 2 1 2:3x1= karena ketika Tn. A mulai
Rendah 1 2/3 sesak napas Tn. A
menghentikan semua
aktivitas dan beristirahat
sebenttar
4. Menonjolnya Keluarga Tn. A merasakan
masalah : terjadinya masalah dan
Masalah berat, 2 harus segera ditangani
harus segera 1 2:2x1=
ditangani 1 1
Ada masalah, tidak
perlu segera 0
ditangani
Tidak dirasakan
ada masalah
TOTAL NILAI 3 2/3

65
66

Masalah 2
Risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluarga yang lain
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit
Tabel 4. 15 Skoring Masalah 2
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat Masalah : Masalah risiko tinggi
Aktual 3 terjadinya penularan Tb
Potensial 2 1 1:3x1= paru pada anggota
Risiko 1 1/3 keluarga yang lain
bersifat risiko, dimana
masalah harus segera
ditangani agar tidak
terjadinya penularan pada
anggota keluarga lainnya.
2. Kemungkinan Kemungkinan masalah
masalah dapat dapat diubah adalah
diubah : mudah, karena dapat
Mudah 2 dilakukan dengan
Sebagian 1 2 2:2x2= keluarga mau merawat
Tidak dapat 0 1 Tn. A
3. Potensi masalah : Potensi masalah untuk
Tinggi 3 dicegah yaitu rendah,
Cukup 2 1 1:3x1= karena Tn. A malas
Rendah 1 1/3 menggunakan masker
saat berinteraksi dengan
anggota keluarga lainnya.
4. Menonjolnya Keluarga Tn. A
masalah : 2 merasakan masalah berat
Masalah berat, dan harus segera
harus segera 1 1 2:2x1= ditangani, karena risiko
ditangani 1 penularan Tb paru pada
Ada masalah, tidak 0 anggota keluarga lain
perlu segera tinggi
ditangani
Tidak dirasakan
ada masalah
TOTAL NILAI 2 2/3
67

Masalah 3
Defisiensi pengetahuan pada keluarga Tn. A tentang penyakit Tb paru yang
dimilki Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. A mengenal
masalah
Tabel 4.16 Skoring Masalah 3
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat Masalah :
Aktual 3 Masalah defisiensi
Potensial 2 1 1:3x1= pengetahuan bersifat
Risiko 1 1/3 risiko, keluarga Tn. A
tidak mengetahui tentang
penyakit yang diderita
oleh Tn. A yang dapat
menular
2. Kemungkinan Kemungkinan masalah
masalah dapat dapat diubah yaitu
diubah : mudah, karena keluarga
Mudah 2 Tn. A sedikit tahu
Sebagian 1 2 2:2x2= tentang penyakit Tn. A
Tidak dapat 0 2
3. Potensi masalah : Potensi msaalah dapat
Tinggi 3 dicegah yaitu tinggi
Cukup 2 1 3:3x1= dengan memberikan
Rendah 1 1 penyuluhan tentang
penyakit Tb paru kepada
keluuarrga Tn. A
4. Menonjolnya Keluarga Tn. A tidak
masalah : 2 merasakan ada masalah
Masalah berat, yang terjadi pada
harus segera 1 1 0:2x1= keluarga Tn. A karena
ditangani 0 menganggap penyakit
Ada masalah, tidak 0 Tn. A adalah penyakit
perlu segera biasa.
ditangani
Tidak dirasakan
ada masalah
TOTAL NILAI 3 1/3
68

Skoring Masalah Keluarga 2


Masalah 1
Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. M dalam mengenal masalah Tn. M
Tabel 4.17 Skoring Masalah 1
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat Masalah : Masalah ketidakefektifan
Aktual 3 bersihan jalan nappas
Potensial 2 1 3:3x1= bersifat aktual, dimana Tn.
Risiko 1 1 M mengetahui
masalahnya akan tetapi
perlu kesadaran diri untuk
mengatasinya
2. Kemungkinan Kemungkinan msalah
masalah dapat dapat diubah yaitu
diubah : sebagian karena
Mudah 2 kurangnya tindakan Tn. M
Sebagian 1 2 1:2x2= dan keluarganya untuk
Tidak dapat 0 1 menangani masalahnya
3. Potensi masalah : Potensi masalah dapat
Tinggi 3 dicegah yaitu rendah
Cukup 2 1 2:3x1= karena Tn. A dan
Rendah 1 2/3 keluarganya tidak tahu
cara mengatasi penyakit
Tn. M
4. Menonjolnya Keluarga Tn. M
masalah : 2 merasakan terjadinya
Masalah berat, masalah akan tetapi
harus segera 1 1 2:2x1= keluarga Tn. M merasa
ditangani 1 tidak perlu segera
Ada masalah, tidak 0 ditangani karena Tn. M
perlu segera belum merasakan
ditangani terjadinya masalah yang
Tidak dirasakan parah pada dirinya.
ada masalah
TOTAL NILAI 3 2/3
69

Masalah 2
Risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluaga lain
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. M dalam merawat Tn. M
yang sakit
Tabel 4.18 Skoring Masalah 2
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat Masalah : Masalah risiko tinggi
Aktual 3 terjadinya penularan Tb
Potensial 2 1 1:3x1= paru pada anggota
Risiko 1 1/3 keluaga lain bersifat
risiko dimana masalah
harus segera ditangani
agar tidak terjadinya
penularan pada anggota
keluarga lain
2. Kemungkinan Kemungkinan masalah
masalah dapat dapat diubah yaitu mudah
diubah : karena dapat dilakukan
Mudah 2 dengan keluarga mau
Sebagian 1 2 2:2x2= merawat Tn. M
Tidak dapat 0 1
3. Potensi masalah : Potensi masalah dapat
Tinggi 3 diubah yaitu rendah
Cukup 2 1 1:3x1= karena kurangnya
Rendah 1 1/3 kesadaran Tn. M dan
keluarganya dalam
mengatasi masalah Tn. M
4. Menonjolnya Keluarga Tn. M
masalah : 2 merasakan ada masalah
Masalah berat, berat dan harus segera
harus segera 1 1 2:2x1= ditangani.
ditangani 1
Ada masalah, tidak 0
perlu segera
ditangani
Tidak dirasakan
ada masalah
TOTAL NILAI 2 2/3
70

Masalah 3
Hambatan mobilitas fisik pada Tn. M berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga Tn. M dalam merawat Tn. M yang sakit
Tabel 4.19 Skoring Masalah 3
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat Masalah : Hambatan mobilitas fisik
Aktual 3 bersifat aktual , diman
Potensial 2 1 3:3x1= Tn. M merasakan dan
Risiko 1 1 mengetahui adanya
masalah akan tetapi Tn.
M dan keluarganya
memrlukan kesadaran
diri untuk mengatasi
masalah Tn. M
2. Kemungkinan Kemungkinan masalah
masalah dapat dapat diubah yaitu
diubah : sebagian karena
Mudah 2 kurangnya tindakan Tn.
Sebagian 1 2 1:2x2= M untuk mengatasi
Tidak dapat 0 1 masalahnya serta
kurangnya kesadaran
keluarga dalam merawat
Tn. M
3. Potensi masalah : Potensi masalah dapat
Tinggi 3 diubah yaitu rendah
Cukup 2 1 1:3x1= karena semua aktivitas
Rendah 1 1/3 Tn. M dibantu oleh
keluarganya
4. Menonjolnya Keluarga Tn. M
masalah : 2 merasakan adanya
Masalah berat, masalah akan tetapi
harus segera 1 1 1 : 2 x 1 keluarga Tn. M merasa
ditangani =1/2 tidak perlu segera
Ada masalah, tidak 0 ditangani karena Tn. M
perlu segera belu merasakan
ditangani terjadinya masalah yang
Tidak dirasakan parah pada dirinya.
ada masalah
TOTAL NILAI 2 5/6
71

Masalah 4
Defisiensi pengetahuan pada keluarga Tn. M terhadap penyakit Tb paru yang
dimiliki Tn. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah Tn. M
Tabel 4.20 Skoring Masalah 4
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat Masalah : Defisiensi pengetahuan
Aktual 3 bersifat risiko, keluarga
Potensial 2 1 1:3x1= Tn. M tidak mengetahui
Risiko 1 1/3 tentang penyakit Tn. M
2. Kemungkinan Kemungkinan masalah
masalah dapat dapat diubah yaitu mudah
diubah : karena keluarga Tn. M
Mudah 2 sudah mengetahui sedikit
Sebagian 1 2 2:2x2= tentang penyakit Tn. M
Tidak dapat 0 2
3. Potensi masalah : Potensi masalah dapat
Tinggi 3 dicegah yaitu tinggi
Cukup 2 1 3:3x1= dengan memberikan
Rendah 1 1 penyuluhan tentang
penyakit Tb. paru kepada
keluarrga Tn. M
4. Menonjolnya Keluarg Tn. M tidak
masalah : 2 merasakan adanya
Masalah berat, masalah yang terjadi
harus segera 1 1 pada keluarga Tn. M
ditangani 0:2x1= karena sudah
Ada masalah, tidak 0 0 menganggap penyakit
perlu segera Tn. M adalah penyakit
ditangani biasa
Tidak dirasakan
ada masalah
TOTAL NILAI 3 2/3
72

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan prioritas masalah kesehatan pada keluarga 1 diatas, maka
dapat diketahui prioritas masalah kesehatan pada keluarga yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. A dalam mengenal masalah kesehatan
yang dimiliki oleh Tn. A
b. Defisiensi pengetahuan pada keluarga Tn. A tentang penyakit Tb paru
yang dimilki Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
Tn. A dalam mengenal masalah kesehatan yang dimiliki Tn. A
c. Risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluarga yang
lain berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit
Bedasarkan prioritas masalah kesehatan pada keluarga 2 diatas, maka
dapat diketahui prioritas masalah kesehatan pada keluarga yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. M dalam mengenal masalah kesehatan
yang dimiliki Tn. M
b. Defisiensi pengetahuan pada keluarga Tn. M terhadap penyakit Tb
paru yang dimiliki Tn. M berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah Tn. M
c. Hambatan mobilitas fisik pada Tn. M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. M dalam merawat Tn. M yang sakit.
d. Risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluarga yang
lain berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.21 Intervensi Keperawatan pada Keluarga 1
No. Diagnosa TUJUAN EVALUASI Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar
1. Ketidakefektifan Setelah 1. Setelah Kognitif Tb paru adalah 1. Gali pengetahuan tentang Tb
bersihan jalan napas dilaksanakan 3 dilakukan sebagai infeksi paru
pada Tn. A kali kunjungan tindakan akibat 2. Beri motivasi keluarga untuk
berhubungan dengan ke rumah Tn. A keperawatan Mycrobacterium mengemukakan pendapatnya
ketidakmampuan diharapkan Tb 3 kali 60 tyberculosis yang tentang Tb paru
keluarga Tn. A dalam paru yang menit, Tn. A dapat meyerang 3. Diskusikan bersama keluarga
mengenal masalah diderita Tn. A dapat berabagi organ, mengenai pengertian, penyebab,
kesehatan yang sembuh serta mengenal terutama paru-paru dan tanda dan gejal Tb paru
dimiliki oleh Tn. A jalan napas masalah dengan gejala yang 4. Bimbing keluarga untuk
kembali normal kesehatan sangat bervariasi. menjelaskan ulang pengertian,
dengan Tanda dan gejala penyebab, tandan dan gejala Tb
menjelaskan Tb paru adalah paru
masalah batuk, batuk darah, 5. Beri pujian positif atas jawaban
kesehatan sesak napas, yang diberikan
demam, nyeri dada, 6. Monitor tanda-tanda vital
malaise,sakit
kepala, berat badan
menurun

2. Setelah Psikomotor Batuk efektif adalah 1. Diskusikan dengan keluarga


dilakukan merupakan suatu tentang batuk efektif
tindakan metode batuk yang 2. Ajarkan dan demonstrasikan
keperawatan benar, dimana klien kepada anggota keluarga dan
3 x 15 menit dapat mengeluarkan klien tentang cara batuk efektif
diharapkan energi dan 3. Evaluasi tindakan yang telah
Tn. A mengeluarkan dilakukan

73
74

mampu dahak secara 4. Beri pujian positif pada klien


mempraktik maksimal. Manfaat
kan batuk batuk efektif adalah
efektif memperbaiki fungsi
pernafasan,
mencegah
pengempisan paru,
memperbaiki
ketahanan dan
kekuatan otot-otot
pernafasan,
memperbaiki pola
napas yang tidak
efisien, dan
meningkatkan
relaksasi. Cara
melakukan batuk
efektif tarik napas
dalam 2 kali secara
perlahan-lahan
melalui hidung dan
hembuskan melalui
mulut, tarik napas
dalam yang ke 3
kali dan tahan
napas sampai
hitungan yang
ketiga, batukkan
dengan kuat 2-3
kali secara berturut-
turut, buang dahak
ditempat tertutup,
ulangi sesuai
kebutuhan.
75

2. Defisiensi Setelah Setelah Kognitif Keluarga dapat 1. Diskusikan dengan keluarga


pengetahuan pada dilaksanakan 3 dilakukan mengenal penyakit mengenai akibat dari penyakit
keluarga Tn. A kali kunjungan tindakan Tb paru. Pengertian Tb paru.
tentang penyakit Tb ke rumah Tn. A keperawatan Tb paru yaitu 2. Berikan kesempatan pada
paru yang dimilki Tn. diharapkan selama 3 kali penyakit menular keluarga untuk bertanya yang
A berhubungan keluarga mampu 60 menit yang paling sering belum dipahami mengenai Tb
dengan mengatasi pertemuan mengenai parenkim paru.
ketidakmampuan defisiensi diharapkan paru, biasanya 3. Evaluasi pemahaman keluarga
keluarga Tn. A dalam pengetahuan keluarga disebabkan oleh mengenai Tb paru.
mengenal masalah mampu Mycrobacterium
kesehatan yang mengenal tyberculosis, Tb
dimiliki Tn. A masalah dapat menyebar
penyakit Tb hampir ke setiap
paru, bagian tubuh,
komplikasi, termasuk meninges,
cara penularan ginjal, tulang dan
Tb paru, dan nodus limfe.
pentingnya Komplikasi nya
penggunaan yaitu penyebaran
masker infeksi ke organ
lain seperti otak,
tulang, persendian,
ginjal dan sebagain
ya, Pneumothorax.
Cara penularan Tb
paru yaitu melalui
udara (batuk,
bersin, berbicara
dengan
memercikakan
ludah). Pentingnya
penggunaan masker
76

3. Risiko tinggi Setelah Setelah Kognitif Keluarga mampu 1. Gali pengetahuan tentang Tb
terjadinya penularan dilaksanakan 3 kunjungan 3 menyebutkan paru
Tb paru pada anggota kali kunjungan kali 30 menit pengertisn Tb paru 2. Anjurkan klien menggunakan
keluarga yang lain ke rumah Tn. A keluarga Tn. A adalah suatu masker
berhubungan dengan diharapkan mampu penyakit yang 3. Anjurkan keluarga untuk
ketidakmampuan keluarga mampu mengenal menular. anda dan memisahkan alat makan klien
keluarga dalam mengatasi risiko masalah gejala adalah batuk dari alat makan anggota
merawat anggota tinggi terjadinya dengan terus-menrus dan keluarga lain
keluarga yang sakit penularan pada menyebutkan berdahak, sesak 4. Anjurkan keluarga klien untuk
anggota pengertian, nafas, keluar tidak tidur dengan klien dalam
keluarga yang tanda dan keringat pada satu ruangan
lain gejala, serta malam hari, berat
penyebab dari badan menurun.
Tb paru Keluarga mampu
menyebutkan
penyebab Tb paru
adalah bakteri
myccrobacterium
tuberculosis

Tabel 4. 22 Intervensi Keperawatan pada Keluarga 2


No. Diagnosa TUJUAN EVALUASI Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar
1. Ketidakefektifan Setelah 1. Setelah Kognitif Tb paru adalah 1. Gali pengetahuan tentang Tb
bersihan jalan napas dilaksanakan 3 dilakukan sebagai infeksi paru
pada Tn. M kali kunjungan tindakan akibat 2. Beri motivasi keluarga untuk
berhubungan dengan ke rumah Tn. M keperawata Mycrobacterium mengemukakan pendapatnya
ketidakmampuan diharapkan Tb n 3 kali 60 tyberculosis yang tentang Tb paru
keluarga Tn. M paru yang menit, Tn. dapat meyerang 3. Diskusikan bersama keluarga
dalam mengenal diderita Tn. M M dapat berabagi organ, mengenai pengertian, penyebab,
masalah kesehatan sembuh serta mengenal terutama paru-paru dan tanda dan gejal Tb paru
77

yang dimiliki oleh jalan napas masalah dengan gejala yang 4. Bimbing keluarga untuk
Tn. M kembali normal kesehatan sangat bervariasi. menjelaskan ulang pengertian,
dengan Tanda dan gejala penyebab, tandan dan gejala Tb
menjelaska Tb paru adalah paru
n masalah batuk, batuk darah, 5. Beri pujian positif atas jawaban
kesehatan sesak napas, yang diberikan
demam, nyeri dada, 6. Monitor tanda-tanda vital
malaise,sakit
kepala, berat badan
menurun

2. Setelah Psikomotor Batuk efektif 1. Diskusikan dengan keluarga


dilakukan adalah merupakan tentang batuk efektif
tindakan suatu metode batuk 2. Ajarkan dan demonstrasikan
keperawata yang benar, dimana kepada anggota keluarga dan
n selama 3 klien dapat klien tentang cara batuk efektif
x 15 menit mengeluarkan 3. Evaluasi tindakan yang telah
Tn. M energi dan dilakukan
mampu mengeluarkan 4. Beri pujian positif pada klien
mempraktik dahak secara
kan cara maksimal. Manfaat
batuk batuk efektif adalah
efektif memperbaiki fungsi
pernafasan,
mencegah
pengempisan paru,
memperbaiki
ketahanan dan
kekuatan otot-otot
pernafasan,
memperbaiki pola
napas yang tidak
efisien, dan
meningkatkan
78

relaksasi. Cara
melakukan batuk
efektif tarik napas
dalam 2 kali secara
perlahan-lahan
melalui hidung dan
hembuskan melalui
mulut, tarik napas
dalam yang ke 3
kali dan tahan
napas sampai
hitungan yang
ketiga, batukkan
dengan kuat 2-3
kali secara berturut-
turut, buang dahak
ditempat tertutup,
ulangi sesuai
kebutuhan.

2. Defisiensi Setelah Setelah Kognitif Keluarga dapat 1. Diskusikan dengan keluarga


pengetahuan pada dilaksanakan 3 dilakukan mengenal penyakit mengenai akibat dari penyakit
keluarga Tn. M kali kunjungan tindakan Tb paru. Pengertian Tb paru.
tentang penyakit Tb ke rumah Tn. M keperawatan Tb paru yaitu 2. Berikan kesempatan pada
paru yang dimilki Tn. diharapkan selama 3 kali penyakit menular keluarga untuk bertanya yang
M berhubungan keluarga 60 menit yang paling sering belum dipahami mengenai Tb
dengan mampu pertemuan mengenai parenkim paru.
ketidakmampuan mengatasi diharapkan paru, biasanya 3. Evaluasi pemahaman keluarga
keluarga Tn. M defisiensi keluarga disebabkan oleh mengenai Tb paru.
dalam mengenal pengetahuan mampu Mycrobacterium
masalah kesehatan mengenal tyberculosis, Tb
yang dimiliki Tn. M masalah dapat menyebar
penyakit Tb hampir ke setiap
paru, bagian tubuh,
79

komplikasi, termasuk meninges,


cara penularan ginjal, tulang dan
Tb paru, dan nodus limfe.
pentingnya Komplikasinya
penggunaan yaitu penyebaran
masker infeksi ke organ
lain seperti otak,
tulang, persendian,
ginjal dan
sebagainya,
Pneumothorax.
Cara penularan Tb
paru yaitu melalui
udara (batuk,
bersin, berbicara
dengan
memercikakan
ludah). Pentingnya
penggunaan masker

3. Hambatan mobilitas Setelah Setelah Psikomotor Keluarga mampu 1. Ajarkan keluarga untuk
fisik pada Tn. M dilakukan dilakukan melakukan rentang mengenal rentang gerak (ROM)
berhubungan dengan tindakan tindakan gerak (ROM) pada 2. Demonstrasikan cara
ketidakmampuan keperawatan keperawatan Tn. M setiap hari melakuakan ROM
keluarga Tn. M selama 3 x 60 selama 3 x 60 3. Dukung keluarga untuk
dalam merawat Tn. menit menit membantu aktivitas Tn.M
M yang sakit. diharapkan pertemuan 4. Evaluasi setiap hari kegiatan
keluarga diharapkan ROM yang dilakukan keluarga
mampu keluarga Tn. A
mengatasi mampu 5. Beri pujian positif kepada
hambatan melakuukan anggota keluarga
mobilitas fisik rentang gerak
(ROM) pada
Tn. M
80

4. Risiko tinggi Setelah Setelah Kognitif Keluarga mampu 1. Gali pengetahuan tentang Tb
terjadinya penularan dilaksanakan 3 kunjungan 3 menyebutkan paru
Tb paru pada anggota kali kunjungan kali 30 menit pengertisn Tb paru 2. Aanjurkan klien menggunakan
keluarga yang lain ke rumah Tn. A keluarga Tn. A adalah suatu masker
berhubungan dengan diharapkan mampu penyakit yang 3. Anjurkan keluarga untuk
ketidakmampuan keluarga mengenal menular. anda dan memisahkan alat makan klien
keluarga dalam mampu masalah dengan gejala adalah batuk dari alat makan anggota keluarga
merawat anggota mengatasi risiko menyebutkan terus-menrus dan lain
keluarga yang sakit tinggi terjadinya pengertian, berdahak, sesak 4. Anjurkan keluarga klien untuk
penularan pada tanda dan nafas, keluar tidak tidur dengan klien dalam
anggota gejala, serta keringat pada satu ruangan
keluarga yang penyebab dari malam hari, berat
lain Tb paru badan menurun.
Keluarga mampu
menyebutkan
penyebab Tb paru
adalah bakteri
myccrobacterium
tuberculosis
81

4. Implementasi Keperawatan
Tabel 4. 23 Implementasi Hari Pertama Pada Keluarga 1
Tanggal Diagnosa Tindakan Keperawatan Respon Paraf dan Nama
Keperawatan
Kamis, 24 Mei Ketidakefektifan TUK 1 dapat mengenal masalah S: Enten Akhyati
2018 Jam 08.00 bersihan jalan napas kesehatan dengan menjelaskan masalah 1. Klien mengatakan hanya
WIB pada Tn. A kesehatan mengetahui bahwa Tb paru
berhubungan dengan 1. Menggali pengetahuan tentang Tb adalah penyakit yang
ketidakmampuan paru disebabkan oleh batuk
keluarga Tn. A dalam 2. Memberi motivasi keluarga untuk 2. Keluargaa klien mengatakan
mengenal masalah mengemukakan pendapatnya tentang bahwa obat-obatan yang
kesehatan yang Tb paru dikonsumsi Tn. A harus rutin
dimiliki oleh Tn. A 3. Mendiskusikan bersama keluarga diminum
mengenai pengertian, penyebab, dan O:
tanda dan gejal Tb paru 1. Tn. A dan keluarga tampak
4. Membimbing keluarga untuk sangat antusias mendengar
menjelaskan ulang pengertian, penjelasan tentang penyakit
penyebab, tanda dan gejala Tb paru Tb paru
5. Memberi pujian positif atas jawaban 2. Tn. A dan keluarga tampak
yang diberikan masih bingung dengan apa
yang telah dijelaskan
mengenai Tb paru
3. Tn. A dan keluarga tampak
bingung ketika
diinstruksikan untuk
mengulang penjelasaan
yang disampaikan
4. Tn. A dan keluarga tampak
senang ketika dipuji
5. TD : 130/80 mmH, N : 88
82

x/menit, S : 36,60, RR : 27
x/ menit
TUK 2 mampu mempraktikkan batuk S: Enten Akhyati
efektif. 1. Tn. A mengatakan baru
1. Mendiskusikan dengan keluarga dan pertama kali mendengar
Tn. A tentang batuk efektif tentang batuk efektik dan
2. Mengajarkan dan demonstrasikan tidak tahu cara
kepada anggota keluarga dan klien melakukannya
tentang cara batuk efektif O:
3. Mengevaluasi tindakan yang telah 1. Tn. A dan keluarga tampak
dilakukan antusias
4. Memb 2. Tn. A tamppak bersemangat
5. Memberi pujian positif pada klien melakukan batuk efektif
3. Tn. A tampak senang ketika
dipuji
Defisiensi pengetahuan TUK 1 mampu mengenal masalah S: Enten Akhyati
pada keluarga Tn. A penyakit Tb paru, komplikasi, cara 1. Klien mengatakan tidak
tentang penyakit Tb penularan Tb paru, dan pentingnya mengehui akibat dari
paru yang dimilki Tn. penggunaan masker penyakitnya
A berhubungan dengan 1. Mendiskusikan dengan keluarga 2. Klien mengatakan bahwa
ketidakmampuan mengenai akibat dari penyakit Tb tidak mengethaui bahwa
keluarga Tn. A dalam paru. penyakitnya dapat menular
mengenal masalah 2. Memberikan kesempatan pada 3. Klien menanyakan tentang
kesehatan yang keluarga untuk bertanya yang belum mengapa pentingnya
dimiliki Tn. A dipahami mengenai Tb paru. menggunakan masker
3. Mengevaluasi pemahaman keluarga O:
mengenai Tb paru 1. Klien tampak bersemangat
mendengarkan penjelasan
perawat
2. Klien tampak belum paham
tentang apa yang dijelaskan
Risiko tinggi terjadinya TUK 1 mampu mengenal masalah S: Enten Akhyati
penularan Tb paru pada dengan menyebutkan pengertian, tanda 1. Klien mengatakan bahwa
anggota keluarga yang dan gejala, serta penyebab dari Tb paru Tb paru disebabkan oleh
83

lain berhubungan 1. Menggali pengetahuan tentang Tb batuk


dengan paru 2. Klien mengatakan jarang
ketidakmampuan 2. Menganjurkan klien menggunakan menggunakan masker
keluarga dalam masker 3. Keluarga klien mengatakan
merawat anggota 3. Menganjurkan keluarga untuk bahwa alat makan Tn. A
keluarga yang sakit memisahkan alat makan klien dari masih bercampur dengan
alat makan anggota keluarga lain alat makan anggota keluarga
4. Menganjurkan keluarga klien untuk lainnya.
tidak tidur dengan klien dalam satu 4. Keluarga klien mengatakan
ruangan Tn. A tidur di kamar sendiri
O:
1. Klien tampak semangat
mendengarkan penjelasan
2. Klien tampak senang

Tabel 4. 24 Implementasi Keperawatan Hari Pertama pada Keluarga 2


Tanggal Diagnosa Tindakan Keperawatan Respon Paraf dan Nama
Keperawatan
Kamis, 24 Mei Ketidakefektifan TUK 1 dapat mengenal masalah S: Enten Akhyati
2018 Jam 10.00 bersihan jalan napas kesehatan dengan menjelaskan masalah 1. Klien mengatakan hanya
WIB pada Tn. M kesehatan mengetahui bahwa Tb paru
berhubungan dengan 1. Menggali pengetahuan tentang Tb adalah penyakit yang
ketidakmampuan paru disebabkan oleh batuk
keluarga Tn. M dalam 2. Memberi motivasi keluarga untuk 2. Keluargaa klien mengatakan
mengenal masalah mengemukakan pendapatnya tentang bahwa obat-obatan yang
kesehatan yang Tb paru dikonsumsi Tn. M harus
dimiliki oleh Tn. M 3. Mendiskusikan bersama keluarga rutin diminum
mengenai pengertian, penyebab, dan O:
tanda dan gejal Tb paru 1. Tn. M dan keluarga tampak
4. Membimbing keluarga untuk sangat antusias mendengar
menjelaskan ulang pengertian, penjelasan tentang penyakit
penyebab, tanda dan gejala Tb paru Tb paru
84

5. Memberi pujian positif atas jawaban 2. Tn. M dan keluarga tampak


yang diberikan masih bingung dengan apa
6. Memonitor tanda-tanda vital yang telah dijelaskan
mengenai Tb paru
3. Tn. M dan keluarga tampak
bingung ketika
diinstruksikan untuk
mengulang penjelasaan
yang disampaikan
4. Tn. M dan keluarga tampak
senang ketika dipuji
5. TD : 120/80 mmHg, N : 76
x/menit, S : 36,50 C, RR : 26
x/menit

TUK 2 mampu mempraktikkan batuk S: Enten Akhyati


efektif. 1. Tn. M mengatakan baru
1. Mendiskusikan dengan keluarga dan pertama kali mendengar
Tn. M tentang batuk efektif tentang batuk efektik dan
2. Mengajarkan dan demonstrasikan tidak tahu cara
kepada anggota keluarga dan klien melakukannya
tentang cara batuk efektif O:
3. Mengevaluasi tindakan yang telah 1. Tn. M dan keluarga tampak
dilakukan antusias
4. Memberi pujian positif pada klien 2. Tn. M tamppak bersemangat
melakukan batuk efektif
3. Tn. M tampak senang ketika
dipuji
Defisiensi pengetahuan TUK 1 mampu mengenal masalah S: Enten Akhyati
pada keluarga Tn. M penyakit Tb paru, komplikasi, cara 1. Klien mengatakan tidak
tentang penyakit Tb penularan Tb paru, dan pentingnya mengehui akibat dari
paru yang dimilki Tn. penggunaan masker penyakitnya
M berhubungan dengan 1. Mendiskusikan dengan keluarga 2. Klien mengatakan bahwa
ketidakmampuan mengenai akibat dari penyakit Tb tidak mengethaui bahwa
85

keluarga Tn. M dalam paru. penyakitnya dapat menular


mengenal masalah 2. Memberikan kesempatan pada 3. Klien menanyakan tentang
kesehatan yang keluarga untuk bertanya yang belum mengapa pentingnya
dimiliki Tn. M dipahami mengenai Tb paru. menggunakan masker
3. Mengevaluasi pemahaman keluarga O:
mengenai Tb paru 1. Klien tampak bersemangat
mendengarkan penjelasan
perawat
2. Klien tampak belum paham
tentang apa yang dijelaskan
Hambatan mobiIitas TUK 1 mampu melakuukan rentang S: Enten Akhyati
fisik pada Tn. M gerak (ROM) pada Tn. M 1. Klien mengatakan belum
berhubungan dengan 1. Mengajarkan keluarga untuk pernah mendengar tentang
ketidakmampuan mengenal rentang gerak (ROM) rentang gerak
keluarga Tn. M dalam 2. Mendemonstrasikan cara 2. Klien mengatakan ingin
merawat Tn. M yang melakuakan ROM beraktivitas secara mandiri
sakit. 3. Mendukung keluarga untuk O:
membantu aktivitas Tn.M 1. Klien tampak
4. Mengevaluasi setiap hari kegiatan memperhatikan
ROM yang dilakukan keluarga Tn. A demonstrasi rentang gerak
5. Memberi pujian positif kepada 2. Klien tampak senang
anggota keluarga 3. Klien tampak mengikuti
gerakan yang
didemonstrasikan
Risiko tinggi terjadinya TUK 1 mampu mengenal masalah S: Enten Akhyati
penularan Tb paru pada dengan menyebutkan pengertian, tanda 1. Klien mengatakan bahwa
anggota keluarga yang dan gejala, serta penyebab dari Tb paru Tb paru disebabkan oleh
lain berhubungan 1. Menggali pengetahuan tentang Tb batuk
dengan paru 2. Klien mengatakan tidak
ketidakmampuan 2. Menganjurkan klien menggunakan pernah menggunakan
keluarga dalam masker masker
merawat anggota 3. Menganjurkan keluarga untuk 3. Keluarga klien mengatakan
keluarga yang sakit memisahkan alat makan klien dari bahwa alat makan Tn. M
alat makan anggota keluarga lain masih bercampur dengan
86

4. Menganjurkan keluarga klien untuk alat makan anggota keluarga


tidak tidur dengan klien dalam satu yang lain
ruangan 4. Keluarga klien mengatakan
bahwa Tn. M tidur di ruang
TV dengan istrinya
O:
1. Klien tampak semangat
mendengarkan penjelasan
2. Klien tampak senang

Tabel 4.25 Implementasi Keperawatan Hari Ke 2 Pada Keluarga 1


Tanggal Diagnosa Tindakan Keperawatan Respon Paraf dan Nama
Keperawatan
Jum‟at, 25 Mei Ketidakefektifan TUK 1 dapat mengenal masalah S: Enten Akhyati
2018 Jam 08.00 bersihan jalan napas kesehatan dengan menjelaskan masalah 1. Klien mengatakan hanya
WIB pada Tn. A kesehatan mengetahui bahwa Tb paru
berhubungan dengan 1. Memberi motivasi keluarga untuk adalah penyakit yang
ketidakmampuan mengemukakan pendapatnya tentang disebabkan oleh bakteri
keluarga Tn. A dalam Tb paru 2. Klien mengatakan bahwa
mengenal masalah 2. Mendiskusikan bersama keluarga penyakit Tb paru adalah
kesehatan yang mengenai pengertian, penyebab, dan penyakit yang menular
dimiliki oleh Tn. A tanda dan gejala Tb paru 3. Keluarga klien mengatakan
3. Membimbing keluarga untuk bahwa obat-obatan yang
menjelaskan ulang pengertian, dikonsumsi Tn. A harus
penyebab, tanda dan gejala Tb paru rutin diminum
4. Memberi pujian positif atas jawaban 4. Tn. A mengatakan lupa
yang diberikan nama bakteri yang
5. Memonitor tanda-tanda vital menyebabkan Tb paru
O:
1. Tn. A dan keluarga tampak
sangat antusias mendengar
penjelasan tentang penyakit
87

Tb paru
2. Tn. A dan keluarga tampak
masih bingung dengan apa
yang telah dijelaskan
mengenai Tb paru
3. Tn. A dan keluarga tampak
bingung ketika
diinstruksikan untuk
mengulang penjelasaan
yang disampaikan
4. Tn. A dan keluarga tampak
senang ketika dipuji
5. TD : 130/90 mmHg, S : 36,7
0
C, N : 89 x/menit, RR : 28
x/menit

TUK 2 mampu mempraktikkan batuk S: Enten Akhyati


efektif. 1. Tn. A mengatakan lupa cara
1. Mendiskusikan kembali dengan melakukan batuk efektiif
keluarga dan Tn. A tentang batuk 2. Tn. A mengatakan manfaat
efektif batuk efektif adalah untuk
2. Mengajarkan dan demonstrasikan mengeluarkan dahak
kepada anggota keluarga dan klien O:
tentang cara batuk efektif 1. Tn. A dan keluarga tampak
3. Mengevaluasi tindakan yang telah antusias
dilakukan 2. Tn. A tamppak bersemangat
4. Memberi pujian positif pada klien melakukan batuk efektif
3. Tn. A tampak senang ketika
dipuji
Defisiensi pengetahuan TUK 1 mampu mengenal masalah S: Enten Akhyati
pada keluarga Tn. A penyakit Tb paru, komplikasi, cara 1. Klien mengatakan baru
tentang penyakit Tb penularan Tb paru, dan pentingnya mengetahui bahwa
paru yang dimilki Tn. penggunaan masker penyakitnya dapat menular
88

A berhubungan dengan 1. Mendiskusikan dengan keluarga 2. Klien mengatakan risih saat


ketidakmampuan mengenai akibat dari penyakit Tb menggunakan masker
keluarga Tn. A dalam paru. O:
mengenal masalah 2. Memberikan kesempatan pada 1. Klien tampak bersemangat
kesehatan yang keluarga untuk bertanya yang belum mendengarkan penjelasan
dimiliki Tn. A dipahami mengenai Tb paru. perawat
3. Mengevaluasi pemahaman keluarga 2. Klien tampak tidak
mengenai Tb paru menggunakan masker
Risiko tinggi terjadinya TUK 1 mampu mengenal masalah S: Enten Akhyati
penularan Tb paru pada dengan menyebutkan pengertian, tanda 1. Klien mengatakan bahwa
anggota keluarga yang dan gejala, serta penyebab dari Tb paru Tb paru disebabkan oleh
lain berhubungan 1. Menggali pengetahuan tentang Tb batuk
dengan paru 2. Klien mengatakan bahwa
ketidakmampuan 2. Gali pengetahuan tentang Tb paru saat menggunakan masker
keluarga dalam 3. Menganjurkan klien menggunakan sesak bertambah parah
merawat anggota masker 3. Keluarga Tn. A mengatakan
keluarga yang sakit 4. Menganjurkan keluarga untuk sudah memisahkan alat
memisahkan alat makan klien dari makan Tn. A
alat makan anggota keluarga lain O:
5. Menganjurkan keluarga klien untuk 1. Klien tampak semangat
tidak tidur dengan klien dalam satu mendengarkan penjelasan
ruangan 2. Klien tampak senang

Tbel 2.27 Implementasi Keperawatan Hari Ke 2 Pada Keluarga 2


Tanggal Diagnosa Tindakan Keperawatan Respon Paraf dan Nama
Keperawatan
Jum‟at, 25Mei Ketidakefektifan TUK 1 dapat mengenal masalah S: Enten Akhyati
2018 10.00 wib bersihan jalan napas kesehatan dengan menjelaskan masalah 1. Keluarga klien mengatakan
pada Tn. M kesehatan bahwa obat-obatan yang
berhubungan dengan 1. Menggali pengetahuan tentang Tb dikonsumsi Tn. M harus
ketidakmampuan paru rutin diminum
keluarga Tn. M dalam 2. Memberi motivasi keluarga untuk 2. Keluarga klien mengatakan
89

mengenal masalah mengemukakan pendapatnya tentang bahwa penyakit Tb paru


kesehatan yang Tb paru disebabkan oleh bakteri
dimiliki oleh Tn. M 3. Mendiskusikan bersama keluarga dengan gejala batuk, sesak
mengenai pengertian, penyebab, dan napas
tanda dan gejal Tb paru O:
4. Membimbing keluarga untuk 1. Tn. M dan keluarga tampak
menjelaskan ulang pengertian, sangat antusias mendengar
penyebab, tanda dan gejala Tb paru penjelasan tentang penyakit
5. Memberi pujian positif atas jawaban Tb paru
yang diberikan 2. Tn. M dan keluarga tampak
6. Memonitor tanda-tanda vital masih bingung dengan apa
yang telah dijelaskan
mengenai Tb paru
3. Tn. M dan keluarga tampak
bingung ketika
diinstruksikan untuk
mengulang penjelasaan
yang disampaikan
4. Tn. M dan keluarga tampak
senang ketika dipuji
5. TD : 130/80 mmHg, N : 78
x/menit, S : 36,7 0C, RR : 27
x/menit

TUK 2 mampu mempraktikkan batuk S: Enten Akhyati


efektif. 1. Tn. M mengatakan mulai
1. Mendiskusikan dengan keluarga dan bisa melakukan batuk
Tn. M tentang batuk efektif efektif namun Tn. M sering
2. Mengajarkan dan demonstrasikan lupa dengan urutannya
kepada anggota keluarga dan klien O:
tentang cara batuk efektif 1. Tn. M dan keluarga tampak
3. Mengevaluasi tindakan yang telah antusias
dilakukan 2. Tn. M tamppak bersemangat
4. Memberi pujian positif pada klien melakukan batuk efektif
90

3. Tn. M tampak senang ketika


dipuji
Defisiensi pengetahuan TUK 1 mampu mengenal masalah S: Enten Akhyati
pada keluarga Tn. M penyakit Tb paru, komplikasi, cara 1. Klien mengatakan baru
tentang penyakit Tb penularan Tb paru, dan pentingnya mengetahui bahwa
paru yang dimilki Tn. penggunaan masker penyakitnya dapat menular
M berhubungan dengan 1. Mendiskusikan dengan keluarga 2. Klien menanyakan tentang
ketidakmampuan mengenai akibat dari penyakit Tb mengapa pentingnya
keluarga Tn. M dalam paru. menggunakan masker
mengenal masalah 2. Memberikan kesempatan pada 3. Keluarga klien mengatakan
kesehatan yang keluarga untuk bertanya yang belum Tn. M tidak pernah
dimiliki Tn. M dipahami mengenai Tb paru. menggunkan masker
3. Mengevaluasi pemahaman keluarga O:
mengenai Tb paru 1. Klien tampak bersemangat
mendengarkan penjelasan
perawat
2. Klien tampak belum paham
tentang apa yang dijelaskan
Hambatan mobiIitas TUK 1 mampu melakuukan rentang S: Enten Akhyati
fisik pada Tn. M gerak (ROM) pada Tn. M 1. Klien mengatakan
berhubungan dengan 1. Mengajarkan keluarga untuk keluarganya bisa
ketidakmampuan mengenal rentang gerak (ROM) melakukan Rom kepada
keluarga Tn. M dalam 2. Mendemonstrasikan cara dirinya namun sering lupa
merawat Tn. M yang melakuakan ROM dengan urutannya
sakit. 3. Mendukung keluarga untuk 2. Klien mengatakan ingin
membantu aktivitas Tn.M beraktivitas secara mandiri
4. Mengevaluasi setiap hari kegiatan O:
ROM yang dilakukan keluarga Tn. A 1. Klien tampak
5. Memberi pujian positif kepada memperhatikan
anggota keluarga demonstrasi rentang gerak
yang diulang
2. Klien tampak senang
3. Keluarga klien tampak
mengikuti gerakan yang
91

didemonstrasikan
Risiko tinggi terjadinya TUK 1 mampu mengenal masalah S: Enten Akhyati
penularan Tb paru pada dengan menyebutkan pengertian, tanda 1. Klien mengatakan bahwa
anggota keluarga yang dan gejala, serta penyebab dari Tb paru Tb paru disebabkan oleh
lain berhubungan 1. Menggali pengetahuan tentang Tb batuk
dengan paru 2. Klien mengatakan risih
ketidakmampuan 2. Gali pengetahuan tentang Tb paru menggunakan masker dan
keluarga dalam 3. Menganjurkan klien menggunakan sesak makin bertambah
merawat anggota masker ketika memakai masker
keluarga yang sakit 4. Menganjurkan keluarga untuk 3. Keluarga klien mengatakan
memisahkan alat makan klien dari bahwa sudah memisahkan
alat makan anggota keluarga lain alat makan Tn. M
5. Menganjurkan keluarga klien untuk 4. Tn. M tidur di ruang Tv
tidak tidur dengan klien dalam satu bersama istrinya
ruangan O:
1. Klien tampak semangat
mendengarkan penjelasan
2. Klien tampak senang
3. Klien tampak tidak
menggunakan masker

Tabel 2. 28 Implementasi Keperawatan Hari Ke 3 Pada Keluarga 1


Tanggal Diagnosa Tindakan Keperawatan Respon Paraf dan Nama
Keperawatan
Sabtu, 26 Mei Ketidakefektifan TUK 1 dapat mengenal masalah S: Enten Akhyati
2018 Jam 08.00 bersihan jalan napas kesehatan dengan menjelaskan masalah 1. Klien mengatakan hanya
WIB pada Tn. A kesehatan mengetahui bahwa Tb paru
berhubungan dengan 1. Memberi motivasi keluarga untuk adalah penyakit yang
ketidakmampuan mengemukakan pendapatnya tentang disebabkan oleh bakteri
keluarga Tn. A dalam Tb paru 2. Klien mengatakan bahwa
mengenal masalah 2. Mendiskusikan bersama keluarga penyakit Tb paru adalah
kesehatan yang mengenai pengertian, penyebab, dan penyakit yang menular
92

dimiliki oleh Tn. A tanda dan gejala Tb paru 3. Keluarga klien mengatakan
3. Membimbing keluarga untuk bahwa obat-obatan yang
menjelaskan ulang pengertian, dikonsumsi Tn. A harus
penyebab, tanda dan gejala Tb paru rutin diminum
4. Memberi pujian positif atas jawaban 4. Keluarga Tn. A mengatakan
yang diberikan lupa nama bakteri yang
5. Memonitor tanda-tanda vital menyebabkan Tb paru
O:
1. Tn. A dan keluarga tampak
sangat antusias mendengar
penjelasan tentang penyakit
Tb paru
2. Tn. A dan keluarga tampak
bingung ketika
diinstruksikan untuk
mengulang penjelasaan
yang disampaikan namun
Tn. A dan keluarga sudah
mengerti tentang penyakit
Tb
3. Tn. A dan keluarga tampak
senang ketika dipuji
4. TD : 130/80 mmHg, N : 77
x/menit, S : 36,6 0C, RR : 27
x/menit

TUK 2 mampu mempraktikkan batuk S: Enten Akhyati


efektif. 1. Tn. A mengatakan mulai
1. Mendiskusikan kembali dengan bisa melakukan batuk
keluarga dan Tn. A tentang batuk efektif
efektif 2. Tn. A mengatakan manfaat
2. Mengajarkan dan demonstrasikan batuk efektif adalah untuk
kepada anggota keluarga dan klien mengeluarkan dahak
93

tentang cara batuk efektif 3. Tn. A mengatakan merasa


3. Mengevaluasi tindakan yang telah terbantu saat melakukan
dilakukan batuk efektif karena dapat
4. Memberi pujian positif pada klien membantu mengeluarkan
dahak
O:
1. Tn. A dan keluarga tampak
antusias
2. Tn. A tamppak bersemangat
melakukan batuk efektif
3. Tn. A tampak senang ketika
dipuji
4. Tn. A tampak membuang
dahak di tempat tertutup
Defisiensi pengetahuan TUK 1 mampu mengenal masalah S: Enten Akhyati
pada keluarga Tn. A penyakit Tb paru, komplikasi, cara 1. Klien mengatakan akibat
tentang penyakit Tb penularan Tb paru, dan pentingnya dari penyakit Tb paru adalah
paru yang dimilki Tn. penggunaan masker dapat terjadinya komplikasi
A berhubungan dengan 1. Mendiskusikan dengan keluarga ke bagian organ lainnya
ketidakmampuan mengenai akibat dari penyakit Tb 2. Klien mengatakan risih saat
keluarga Tn. A dalam paru. menggunakan masker
mengenal masalah 2. Memberikan kesempatan pada 3. Klien mengatakan sudah
kesehatan yang keluarga untuk bertanya yang belum mengerti pentingnya
dimiliki Tn. A dipahami mengenai Tb paru. penggunaan masker
3. Mengevaluasi pemahaman keluarga O:
mengenai Tb paru 1. Klien tampak bersemangat
mendengarkan penjelasan
perawat
2. Klien tampak tidak
menggunakan masker
Risiko tinggi terjadinya TUK 1 mampu mengenal masalah S: Enten Akhyati
penularan Tb paru pada dengan menyebutkan pengertian, tanda 1. Klien mengatakan bahwa
anggota keluarga yang dan gejala, serta penyebab dari Tb paru Tb paru disebabkan oleh
lain berhubungan 1. Menggali pengetahuan tentang Tb batuk
94

dengan paru 2. Klien mengatakan risih


ketidakmampuan 2. Menganjurkan klien menggunakan menggunakan masker dan
keluarga dalam masker sesak bertambah parah
merawat anggota 3. Menganjurkan keluarga untuk ketika menggunakan masker
keluarga yang sakit memisahkan alat makan klien dari 3. Keluarga klien mengatakan
alat makan anggota keluarga lain bahwa sudah memisahkan
4. Menganjurkan keluarga klien untuk alat makan Tn. A
tidak tidur dengan klien dalam satu O:
ruangan 1. Klien tampak semangat
mendengarkan penjelasan
2. Klien tampak senang

Tabel 4.28 Implementasi Keperawatan Hari Ke 3 Pada Keluarga 2


Tanggal Diagnosa Tindakan Keperawatan Respon Paraf dan Nama
Keperawatan
Sabtu, 26 Mei Ketidakefektifan TUK 1 dapat mengenal masalah S: Enten Akhyati
2018 Jam 10.00 bersihan jalan napas kesehatan dengan menjelaskan masalah 1. Keluarga klien mengatakan
WIB pada Tn. M kesehatan bahwa obat-obatan yang
berhubungan dengan 1. Menggali pengetahuan tentang Tb dikonsumsi Tn. M harus
ketidakmampuan paru rutin diminum
keluarga Tn. M dalam 2. Memberi motivasi keluarga untuk 2. Keluarga klien mengatakan
mengenal masalah mengemukakan pendapatnya tentang bahwa penyakit Tb paru
kesehatan yang Tb paru disebabkan oleh bakteri
dimiliki oleh Tn. M 3. Mendiskusikan bersama keluarga dengan gejala batuk, sesak
mengenai pengertian, penyebab, dan napas
tanda dan gejal Tb paru O:
4. Membimbing keluarga untuk 1. Tn. M dan keluarga tampak
menjelaskan ulang pengertian, sangat antusias mendengar
penyebab, tanda dan gejala Tb paru penjelasan tentang penyakit
5. Memberi pujian positif atas jawaban Tb paru
yang diberikan 2. Tn. M dan keluarga tampak
6. Monitor tanda-tanda vital bingung ketika
95

diinstruksikan untuk
mengulang penjelasaan
yang disampaikan
3. Tn. M dan keluarga tampak
senang ketika dipuji
4. TD : 130/80 mmHg, S : 36,6
0
C, N : 89 x/menit, RR : 28
x/menit

TUK 2 mampu mempraktikkan batuk S: Enten Akhyati


efektif. 1. Tn. M mengatakan mulai
5. Mendiskusikan dengan keluarga dan bisa melakukan batuk
Tn. M tentang batuk efektif efektif namun Tn. M sering
1. Mengajarkan dan demonstrasikan lupa dengan urutannya
kepada anggota keluarga dan klien O:
tentang cara batuk efektif 1. Tn. M dan keluarga tampak
2. Mengevaluasi tindakan yang telah antusias
dilakukan 2. Tn. M tamppak bersemangat
3. Memberi pujian positif pada klien melakukan batuk efektif
3. Tn. M tampak senang ketika
dipuji
Defisiensi pengetahuan TUK 1 mampu mengenal masalah S: Enten Akhyati
pada keluarga Tn. M penyakit Tb paru, komplikasi, cara 1. Klien mengatakan baru
tentang penyakit Tb penularan Tb paru, dan pentingnya mengetahui bahwa
paru yang dimilki Tn. penggunaan masker penyakitnya dapat menular
M berhubungan dengan 1. Mendiskusikan dengan keluarga 2. Klien menanyakan tentang
ketidakmampuan mengenai akibat dari penyakit Tb mengapa pentingnya
keluarga Tn. M dalam paru. menggunakan masker
mengenal masalah 2. Memberikan kesempatan pada 3. Keluarga klien mengatakan
kesehatan yang keluarga untuk bertanya yang belum Tn. M tidak pernah
dimiliki Tn. M dipahami mengenai Tb paru. menggunkan masker
3. Mengevaluasi pemahaman keluarga O:
mengenai Tb paru 1. Klien tampak bersemangat
mendengarkan penjelasan
96

perawat
2. Klien tampak belum paham
tentang apa yang dijelaskan
Hambatan mobiIitas TUK 1 mampu melakuukan rentang S: Enten Akhyati
fisik pada Tn. M gerak (ROM) pada Tn. M 1. Klien mengatakan
berhubungan dengan 1. Mengajarkan keluarga untuk keluarganya bisa melakukan
ketidakmampuan mengenal rentang gerak (ROM) Rom kepada dirinya namun
keluarga Tn. M dalam 2. Mendemonstrasikan cara sering lupa dengan
merawat Tn. M yang melakuakan ROM urutannya
sakit. 3. Mendukung keluarga untuk 2. Klien mengatakan ingin
membantu aktivitas Tn.M beraktivitas secara mandiri
4. Mengevaluasi setiap hari kegiatan O:
ROM yang dilakukan keluarga Tn. A 1. Klien tampak
5. Memberi pujian positif kepada memperhatikan
anggota keluarga demonstrasi rentang gerak
yang diulang
2. Klien tampak senang
3. Keluarga klien tampak
mengikuti gerakan yang
didemonstrasikan
Risiko tinggi terjadinya TUK 1 mampu mengenal masalah S: Enten Akhyati
penularan Tb paru pada dengan menyebutkan pengertian, tanda 1. Klien mengatakan bahwa
anggota keluarga yang dan gejala, serta penyebab dari Tb paru Tb paru disebabkan oleh
lain berhubungan 1. Menggali pengetahuan tentang Tb batuk
dengan paru 2. Klien mengatakan risih
ketidakmampuan 2. Menganjurkan klien menggunakan menggunakan masker dan
keluarga dalam masker merasa semakin sesak
merawat anggota 3. Menganjurkan keluarga untuk ketika memakai masker
keluarga yang sakit memisahkan alat makan klien dari 3. Keluarga klien mengatakan
alat makan anggota keluarga lain bahwa sudah memisahkan
4. Menganjurkan keluarga klien untuk alat makan Tn. M
tidak tidur dengan klien dalam satu 4. Tn. M tidur di ruangan TV
ruangan bersama istrinya
O:
97

1. Klien tampak semangat


mendengarkan penjelasan

5. Evaluasi Keperawatan
Tabel 2.29 Evaluasi Keperawatan Keluarga 1 dan Keluarga 2
Tanggal Diagnosa Jam Evaluasi Keluarga 1 Jam Evaluasi Keluarga 2 Nama dan
Keperawatan Paraf
Jum‟at, Ketidakefektifan 10.00 S: 11.30 WIB S: Enten Akhyati
26 Mei bersihan jalan napas WIB 1. Klien mengatakan hanya 1. Keluarga klien mengatakan
2018 pada Tn. A mengetahui bahwa Tb paru bahwa obat-obatan yang
berhubungan dengan adalah penyakit yang dikonsumsi Tn. M harus
ketidakmampuan disebabkan oleh bakteri rutin diminum
keluarga Tn. A dalam 2. Klien mengatakan bahwa 2. Keluarga klien mengatakan
mengenal masalah penyakit Tb paru adalah bahwa penyakit Tb paru
kesehatan yang penyakit yang menular disebabkan oleh bakteri
dimiliki oleh Tn. A 3. Keluarga klien mengatakan dengan gejala batuk, sesak
bahwa obat-obatan yang napas
dikonsumsi Tn. A harus rutin O:
diminum 1. Tn. M dan keluarga
4. Tn. A mengatakan lupa nama tampak sangat antusias
bakteri yang menyebabkan Tb mendengar penjelasan
paru tentang penyakit Tb paru
5. Tn. A mengatakan mulai bisa 2. Tn. M dan keluarga
melakukan batuk efektif tampak masih bingung
6. Tn. A mengatakan manfaat dengan apa yang telah
batuk efektif adalah untuk dijelaskan mengenai Tb
mengeluarkan dahak paru
7. Tn. A mengatakan merasa 3. Tn. M dan keluarga
terbantu saat melakukan batuk tampak senang ketika
efektif karena dapat membantu dipuji
mengeluarkan dahak 4. Tn. M dan keluarga
98

O: tampak antusias
1. Tn. A dan keluarga tampak 5. Tn. M tampak bersemangat
antusias melakukan batuk efektif
2. Tn. A tamppak bersemangat A : Tn. M mengerti tentang
melakukan batuk efektif penyakit Tb paru dan
3. Tn. A tampak senang ketika mampu melakukan batuk
dipuji efektif
4. Tn. A tampak membuang dahak P : Intervensi dihentikan
di tempat tertutup
5. Tn. A dan keluarga tampak
sangat antusias mendengar
penjelasan tentang penyakit Tb
paru
6. Tn. A dan keluarga tampak
bingung ketika diinstruksikan
untuk mengulang penjelasaan
yang disampaikan namun
keluarga sudah mengerti
tentang penyakit Tb
7. Tn. A dan keluarga tampak
senang ketika dipuji
A : Tn. A sudah mengerti tentang
penyakit Tb paru dan mengerti
tentang batuk efektif
P : Intervensi dihentikan
Defisiensi 10.00 S: 12.30 WIB S: Enten Akhyati
pengetahuan pada WIB 1. Klien mengatakan akibat dari 1. Klien mengetahui bahwa
keluarga Tn. A penyakit Tb paru adalah dapat penyakitnya dapat menular
tentang penyakit Tb terjadinya komplikasi ke bagian 2. Klien menanyakan tentang
paru yang dimilki Tn. organ lainnya mengapa pentingnya
A berhubungan 2. Klien mengatakan risih saat menggunakan masker
dengan menggunakan masker 3. Keluarga klien mengatakan
ketidakmampuan 3. Klien mengatakan sudah Tn. M tidak pernah
keluarga Tn. A dalam mengerti pentingnya menggunakan masker
99

mengenal masalah penggunaan masker O:


kesehatan yang O: 1. Klien tampak senang
dimiliki Tn. A 1. Klien tampak bersemangat A : Tn. M mengerti tentang
mendengarkan penjelasan penyakit Tb paru dan mengerti
perawat tentang penggunaan masker
2. Klien tampak tidak P : Intervensi dihentikan
menggunakan masker
A : Tn. A mengerti tentang akibat
dari penyakit
Tb dan pentingnya penggunaan
masker
P : Intervensi dihentikan
Risiko tinggi 10.05 S: 11.35 WIB S: Enten Akhyati
terjadinya penularan WIB 1. Klien mengatakan bahwa Tb 1. Klien mengatakan bahwa
Tb paru pada anggota paru disebabkan oleh batuk Tb paru disebabkan oleh
keluarga yang lain 2. Klien mengatakan risih batuk
berhubungan dengan menggunakan masker dan sesak 2. Klien mengatakan risih
ketidakmampuan bertambah parah ketika menggunakan masker dan
keluarga dalam menggunakan masker merasa semakin sesak
merawat anggota 3. Keluarga klien mengatakan ketika memakai masker
keluarga yang sakit bahwa sudah memisahkan alat 3. Keluarga klien mengatakan
makan Tn. A bahwa sudah memisahkan
O: alat makan Tn. M
1. Klien tampak semangat 4. Tn. M tidur di ruangan TV
mendengarkan penjelasan bersama istrinya
2. Klien tampak senang O:
A : Masalah belum teratasi 1. Klien tampak semangat
P : Intervensi dilanjutkan mendengar penjelasan
2. Klien tampak senang
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Hambatan mobilitas 11.45 WIB S: Enten Akhyati
fisik pada Tn. M 1. Klien mengatakan
berhubungan dengan keluarganya bisa
100

Ketidakmampuan melakukan rentang gerak


keluarga Tn. M (ROM) kepada dirinya
merawat Tn. M yang namun sering lupa
sakit urutannya
2. Klien mengatkan ingin
beraktivitas secara mandiri
O:
1. Keluarga klien tampak
memperhatikan
demonstrasi rentang gerak
yang diulang
2. Klien tampak senang
3. Keluarga klien tampak
mengikuti yang
didemonstrasikan
A : Keluarga Tn. M mampu
mendemonstrasikan rentang
gerak (ROM)
P : Intervensi dihentikan
BAB V
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara asuhan
keperawatan secara teori dan asuhan keperawatan yang diberikan langsung kepada
pasien tanggal 22 Mei 2018 sampai 26 Mei 2018 di Wilayah kerja Puskesmas
Girimaya (Semabung Baru) Pangkalpinang. Selain membahas kesenjangan diatas
penulis juga akan mengemukakan beberapa masalah selama melaksanakan asuhan
keperawatan serta pemecahannya. Sesuai dengan tahapan proses keperawatan,
maka penulis akan mengemukakan pembahasan mulai drai pengkajian, penentuan
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan (intervensi), dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat mengambil data
secara terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya. Sumber informasi
dari tahapan pengumpulan data dapat menggunakan metode wawancara,
observasi misalnya tentang keadaan/fasilitas rumah, pemeriksaan fisik
terhadap seluruh anggota keluargasecara head to toe dan telaahan data
sekunder seperti hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap smear dan lain
sebagainya (Supriadi 2014).
Setelah dilakukan perbandingan menurut teoritis dan pasien kelolaan
memiliki kesamaan dan perbedaan data yang didapatkan. Kesamaaan data
yang didapatkan pasien pertama yaitu bernama Tn. A keluhan utama yaitu
klien mengatakan sesak napas. Sedangkan keluhan utama Tn. M adalah Klien
mengatakan sering sesak. Hal ini sesuai dengan manifestasi klinis dari
Suprapto Iman dan Wahid Abdul (2013). pada Tn. A didapatkan tanda-tanda
vital yaitu TD : 140/90 mmHg, N : 90 x/menit, S : 36, 6 0C, RR : 27 x/menit.
Sedangkan pada Tn. M didapatkan hasil tanda-tanda vital yaitu TD : 100/80
mmHg, N : 89 x/menit, RR : 26 x/menit. Dari data diatas dapat disimpulkan
bahwa tidak ada kesenjangan yang berarti antara konsep pengkajian teori
dengan pengkajian yang dilakukan secara langsung oleh penulis.

101
102

Selain itu didapatkan juga data yang tidak sesuai dengan konsep teori pada
Keluarga Tn. A dan Tn. M yaitu mengatakan tidak tahu bagaimana cara
pencegahan penyakit Tb paru. Pada keluarga Tn. A tidak dimemiliki riwayat
penyakit keturunan seperti hipertensi dan yang lainnya, sedangkan pada Tn.
M klien mengatakan bahwa selain menderita Tb paru klien juga menderita
diabetes mellitus. Pada Tn. A aktivitas sehari-hari dilakukan secara mandiri
sedangkan pada Tn. M aktivitasnya di bantu oleh keluarga.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan didapatkan bahwa keluarga
Tn. A merupakan keluarga dengan tipe keluarga single parent yaitu Satu
orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah. Pada saat ini keluarga Tn. A
berada pada tahap perkembangan keeluarga dengan anak sudah dewasa.
Tugas perkembangan keluarga yang telah terpenuhi adalah memberikan
kebebasan dan tanggung jawab kepada sang anak untuk menjadi lebih dewasa
dan semakin mandiri. Berkomunikasi secara terbuka antar orang tua dan
anak. Tugas perkembangan keluarga yang belum/tidak terpenuhi yaitu
memfokuskan kembali hubungan perkawinan karena istri Tn. A telah
meninggal.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan didapatkan bahwa keluarga
Tn. M merupakan keluarga dengan tipe keluarga ini merupakan pasangan usia
lanjut, kelurga tradisional yang terdiri dari keluarga inti yaitu ayah, ibu, dan
anak. Pada saat ini keluarga Tn. M berada pada tahap perkembangan keluarga
dengan anak sudah dewasa, menikah dan meninggalkan rumah. Tugas
perkembangan telah terpenuhi adalah memberikan kebebasan kepada anak
untuk membentuk keluarga yang baru.
Ada lima tugas keluarga yang harus dilakukan keluarga menurut Friedman
(1998) dan Kemenkes RI (2010) dalam Supriadi (2014), yaitu
1. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarganya
2. Mengambil keputusan secara cepat dan tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarganya
103

3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang memiliki masalah


kesehatan
4. Memodifikasi lingkungan rumah yang kondusif sehingga mampu
mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan dan
perkembangan setiap anggota keluarga
5. Menciptakan hubungan timbal balik antar keluaga dengan berbagai
sumber daya kesehatan yang tersedia untuk pemeliharaan dan perawatan
kesehatan anggota keluarga.
Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Tn. A didapatkan ada beberapa
tugas keluarga yang tidak dijalankan dengan baik oleh keluarga Tn. A yaitu :
1. Ketidakmampuan keluarga Tn. A dalam mengenal masalah kesehatan
yang dimiliki oleh Tn. A
Keluarga Tn. A mengetahui bahwa Tn. A memiliki penyakit Tuberkulosis
paru akan tetapi keluarga tidak mengetahui akibat dari penyakit
tuberkulosis paru apabila tidak dilakukan perawatan dan pengontrolan dan
tidak mengetahui penyebab dari tuberkulosis paru.
2. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
Klien mengatakan tidak mengetahui bagaimana cara pearawatan pada Tn.
A yang sakit
Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Tn. M didapatkan ada beberapa
tugas keluarga yang tidak dijalankan dengan baik oleh keluarga Tn. M yaitu :
1. Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yang
dimiliki Tn. M
Keluarga Tn. M mngetahui bahwA Tn. M memiliki penyakit tuberkulosis
paru akan tetapi keluarag Tn. M tidak mengetahui akibat dari penyakit
tuberkulosis paru apbila tidak dilakukan perawatan dan pengontrolan dan
tidak mengetahui penyebab tuberkulosis paru.
2. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn. M mengatakan bahwa tidak mengetahui cara merawat Tn.
M denggan baik dan benar. Keluarga Tn. M juga tidak tahu cara
mengatasi masalah Tn. M
104

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat
profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan
pasien, baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis
dan intepretasi data hasil pengkajian. Pernyataan diagnosa keperawatan harus
jelas, singkat, dan lugas terkait masalah kesehatan pasien berikut
penyebabnya yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan (Asmadi,
2008).
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah
keperawatan yang didapat dari data-data pada pengkajian yang fungsi
perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES
(problem, etiology, symptom) dimana untuk problem menggunakan rumusan
masalah dari NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan
pendekatan lima tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon masalah
(Supriadi, 2014).
Dari pengkajian pada Tn. A dan Tn. M penulis menemukan satu diagnosa
keperawatan keluarga prioritas yang sama yaitu ketidakefektifan bersihan
jalan napas. Faktor berhubungan pada diagnosa bersihan jalan napas Tn. A
dan Tn. M yaitu ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah. Pada
diagnosa keperawatan keluarga Tn. A ditemukan satu diagnosa keperawatan
yang sama dengan teoritis, yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas pada
Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. A dalam mengenal
masalah kesehatan yang dimiliki oleh Tn. A, dengan data penunjangnya yaitu
:
1. Data subyektif
a) Klien mengatakan sesak napas
b) Klien mengatakan batuk lebih dari 2 bulan, batuk berdahak
c) Klien mengatakan cepat lelah ketika beraktivitas
d) klien mengatakan jarang menggunakan masker
e) Klien mengatakan tidak tahu penyebab sesak napasnya
105

2. Data Obyektif
a) RR : 27 x.menit
b) klien tampak gelisah
c) klien tampak lemas
Alasan penulis mengangkat diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas
pada Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. A dalam
mengenal masalah kesehatan yang dimiliki oleh Tn. A adalah keluarga Tn. A
tidak mengetahui akibat dari penyakit tuberkulosis yang diderita Tn. A pabila
tidak diberikan perawatan dan pengontrolan dan tidak tahu cara untuk
mengatasi masalahnya.
Pada diagnosa keperawatan keluarga kedua Tn. M ditemukan satu
diagnosa keperawatan yang sama dengan teoritis, yaitu Ketidakefektifan
bersihan jalan napas pada Tn. M berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga Tn. M dalam mengenal masalah kesehatan yang dimiliki Tn. M,
dengan data penunjangnya yaitu :
1. Data subyektif
a. Klien mengatakan sering sesak
b. Istri klien mengatakan ketika malam hari klien sering batuk
c. Klien mengatakan ketika malam hari klien banyak berkeringat
2. Data obyektif
a. Klien tampak gelisah
b. RR : 26 x/menit
c. Klien tampak lemas
Alasan penulis menegakkan diagnosa keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan napas pada Tn. M dengan etiologi ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah kesehatan yang dimiliki Tn. M adalah istri Tn. M
mengatakan ketika malam hari Tn. M sering batuk.
Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti antara
diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. A dan Tn. M.
106

Selanjutnya juga ditegakkan diagnosa lain pada Tn. A yaitu :


d. Defisiensi pengetahuan pada keluarga Tn. A tentang penyakit Tb paru
yang dimilki Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. A
dalam mengenal masalah kesehatan yang dimiliki Tn. A
e. Risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluarga yang
lain berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Tn. M dengan penyakit
tuberkulosis paru setelah dilakukan pengkajian, yaitu :
e. Defisiensi pengetahuan pada keluarga Tn. M terhadap penyakit Tb paru
yang dimiliki Tn. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah Tn. M
f. Hambatan mobilitas fisik pada Tn. M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. M dalam merawat Tn. M yang sakit.
g. Risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluarga yang
lain berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit.

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga atau perencanaan meruapakan proses
menetapkan tujuan, mengidentifikasi sumber-sumber dalam keluarga untuk
tindakan keperawatan, membuat alternatif-alternatif pendekatan kepada
keluarga, merancang intervensi, dan menetapkan prioritas terapi keperawatan
(Sudiharto,2007).
Pada intervensi keperawatan teoritis dari penyaki tuberkulosis paru
diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas mengacu pada
buku NANDA NIC-NOC (2015) yaitu :
1. Manajemen jalan napas :
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lendir
107

c. Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, berputar dan batuk


d. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
e. Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
ada dan adanya suara tambahan
2. Monitor pernapasan :
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas
b. Monitor suara napas tambahan seperti ngorok atau mengi.
c. Monitor pola napas
d. Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan keberadaan suara napas tambahan
e. Monitor kemampuan batuk efektif pasien
3. Monitor tanda-tanda vital :
a. Monitor tekanan darah, nadi suhu, dan status pernapasan
b. Monitor pola pernapasan abnormal
c. Bantuan Penghentian Merokok :
d. Berikan dorongan untuk mempertahankan gaya hidup bebas asap rokok.
e. Bantu memilih metode terbaik untuk berhenti merokok, ketika pasien
siap untuk berhenti
4. Teknik menenangkan :
a. Pertahankan sikap yang tenang dan hati-hati
b. Yakinkan keselamatan dan keamanan pasien
c. Identifikasi orang-orang terdekat klien yang bisa membantu klien
5. Perlindungan infeksi :
a. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik yang diresepkan
b. jaga penggunaan antibiotik dengan bijaksana
c. ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan
kapan harus melaporkannya kepada pemberi layanan kesehatan
d. ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana cara menghindari
infeksi
e. Ajarkan pasien dan anggota keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
dan kapan hars melaporkannya kepada penyedia perawatan kesehatan
108

Adapun intervensi yang disusun penulis sesuai dengan masalah keperawatan


keluarga Tn. A yaitu :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. A berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga Tn. A dalam mengenal masalah kesehatan
yang dimiliki oleh Tn. A
Rencana keperawatan yang dibuat untuk masalah Ketidakefektifan
bersihan jalan napas pada Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga Tn. A dalam mengenal masalah kesehatan yang dimiliki oleh Tn.
A yaitu keluarga dapat mengenal masalah kesehatan dengan menjelaskan
masalah kesehatan dan dapat melakukan batuk efektif.
a. Gali pengetahuan tentang Tb paru
b. Beri motivasi keluarga untuk mengemukakan pendapatnya tentang Tb
paru
c. Diskusikan bersama keluarga mengenai pengertian, penyebab, dan
tanda dan gejala Tb paru
d. Bimbing keluarga untuk menjelaskan ulang pengertian, penyebab, dan
tanda dan gejala Tb paru.
e. Beri pujian positif atas jawaban yang diberikan
f. Monitir tanda-tanda vital
g. Diskusikan dengan keluarga ttentang batuk efektif
h. Ajarkan dan demonstrasikan kepada anggota keluarga dan klien cara
batuk efektif
i. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
j. Beri pujian positif pada klien
2. Defisiensi pengetahuan pada keluarga Tn. A tentang penyakit Tb paru
yang dimiliki Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn.
A dalam mengenal masalah kesehatan yang dimiliki Tn. A
Rencana keperawatan yang dibuuat untuk masalah keperawatan
defisiensi pengetahuan pada keluarga Tn. A yaitu keluarga mampu
109

mengenal masalah penyakit Tb paru, komplikasi, cara penularan Tb paru,


dan pentingnya penggunaan masker.
a. Diskusikan dengan keluarga mengenai akibat dari penyakit Tb paru
b. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum
dipahami mengenai Tb paru
c. Evaluasi pemahaman keluarga mengenai Tb paru
3. Risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluarga yang
lain berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit
Rencana keperawatan yang dibuat untuk masalah risiko tinggi
terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluarga lain yaitu keluarga
mampu mengenalmasalah dengan mnyebutkan pengertian, tanda dan
gejala, serta penyebab Tb paru.
a. Gali pengetahuan tentang Tb paru
b. Beri motivasi keluarga untuk mengemukakan pendapatnya tenttang
Tb paru
c. Diskusikan bersama keluarga mengenai pengertian, penyebab, tanda
dan gejala Tb paru
d. Bimbing keluarga untuk menjelaskan ulang pengertian, penyebab,
tanda dan gejala Tb paru.
e. Beri pujian positif atas jawaban yang diberikan.
Adapun intervensi yang disusun penulis sesuai dengan masalah keperawatan
keluarga Tn. M yaitu :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. M dalam mengenal masalah kesehatan
yang dimiliki Tn. M
Rencana tindakan keperawatan yang dibuat untuk masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. M
berdasarkan tujuan yaitu keluarga mengenal masalah kesehatan dengan
menjelaskan masalah kesehatan dan mampu mempraktikkan cara batuk
efektif.
110

a. Gali pengetahuan tentang Tb paru


b. Beri motivasi keluarga untuk mengemukakan pendapatnya tentang Tb
paru
c. Diskusikan bersama keluarga mengenai pengertian, penyebab, dan
tanda dan gejala Tb paru
d. Bimbing keluarga untuk menjelaskan ulang pengertian, penyebab, dan
tanda dan gejala Tb paru.
e. Beri pujian positif atas jawaban yang diberikan
f. Monitor tanda-tanda vital
g. Diskusikan dengan keluarga ttentang batuk efektif
h. Ajarkan dan demonstrasikan kepada anggota keluarga dan klien cara
batuk efektif
i. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
j. Beri pujian positif pada klien
2. Defisiensi pengetahuan pada keluarga Tn. M tentang penyakit Tb paru
yang dimilki Tn. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan yang dimilki Tn. M
Rencana tindakan keperawatan yang dibuat untuk masalah
keperawatan defisiensi pengetahuan pada keluarga Tn. M berdasarkan
tujuan yaitu mengenal masalah penyakit Tb paru, komplikasi, cara
pencegahan, dan pentingnya penggunaan masker.
a. Diskusikan dengan keluarga mengenai akibat dari Tb paru
b. Beriakn kesempatan keluarga untuk bertanya yang belum dipahami
mengenai Tb paru
c. Evaluasi pemahaman keluarga mengenai Tb paru
3. Hambatan mobilitas fisik pada Tn. M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. M daalam merawat Tn. M yang sakit
Rencana tindakan keperawatan yang dibuat untuk masalah
keperawatan hambatan mobilitas fisik pada Tn. M berdasarkan tujuan
yaitu mampu melakukan rentang gerak (ROM) pada Tn. M
a. Ajarkan keluarga untuk mengenal rentang gerak (ROM)
111

b. Demonstrasikan cara melakukan rentang gerak (ROM)


c. Dukung keluarga untuk membantu aktivitas Tn. M
d. Evaluasi setiap hari kegiatan rentang gerak (ROM) yang dilakukan
keluarga Tn. M
e. Beri pujian positif kepada anggota keluarga yang melakukan rentang
gerak (ROM) kepada Tn. M
4. Risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluarga yang
lain berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit
Rencana tindakan keperawatan yang dibuat untuk masalah
keperawatan risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota
keluarga yang lain berdasarkan tujuan yaitu mengenal masalah dengan
menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, serta penyebab dari Tb paru.
a. Gali pengalaman tentang Tb paru
b. Aanjurkan klien menggunakan masker
c. Anjurkan keluarga untuk memisahkan alat makan klien dari alat makan
anggota keluarga lain
d. Anjurkan keluarga klien untuk tidak tidur dengan klien dalam satu
ruangan
Dapat disimpulkan bahwa pada intervensi Tn. A dan Tn. M dengan
diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas tidak terdapat
perbedaan yang berarti antara keluarga Tn. A dan keluarga Tn. M.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, dan menilai data yang baru (Rohma & Walid,
2009).
Dari intervensi yang ditegakkan pada keluarga Tn. A, penulis dapat
melaukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah disusun, yaitu :
112

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. A berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga Tn. A dalam mengenal masalah kesehata yang
dimilki Tn. A
a. Menggali pengetahuan tentang Tb paru
b. Memberi motivasi keluarrga untuk mengemukakan pendapatnya
tentang Tb paru
c. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian, penyebab, dan
tanda dan gejala Tb paru
d. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian, penyebab, dan
tanda dan gejala Tb paru
e. Memberi pujian positif atas jawaban yang telah diberikan
f. Memonitor tanda-tanda vital
g. Mendiskusikan dengan keluarga dan Tn. A tentang batuk efektif
h. Mengajarkan dan demonstrasikan kepada anggota keluarga dan lien
tentang cara batuk efektif
i. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
j. Memberi pujian positif kepada keluarga
2. Defisiensi pengetahuan keluarag Tn. A tentang penyakit Tb paru yang
dimilki Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan yang dimiliki Tn. A
a. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai akibat dari penyakit Tb
paru
b. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang beluum
dipahami mengenai Tb paru
c. Mengevaluasi pemahaman keluarga mengenai Tb paru
3. Risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluarga lain
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit
a. Menggali pengetahuan tentang Tb paru
b. Menganjurkan klien menggunakan masker
113

c. Mengnjurkan keluarga untuk memisahkan alat makan klien dari alat


makan anggota keluarga lain
d. Mengnjurkan keluarga klien untuk tidak tidur dengan klien dalam satu
ruangan
Dari intervensi yang ditegakkan pada keluarga Tn. M, penulis dapat
melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah disusun, yaitu :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. M dalam mengenal masalah kesehata yang
dimilki Tn. M
a. Menggali pengetahuan tentang Tb paru
b. Memberi motivasi keluarrga untuk mengemukakan pendapatnya
tentang Tb paru
c. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian, penyebab, dan
tanda dan gejala Tb paru
d. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian, penyebab, dan
tanda dan gejala Tb paru
e. Memberi pujian positif atas jawaban yang telah diberikan
f. Memonitor tanda-tanda vital
g. Mendiskusikan dengan keluarga dan Tn. A tentang batuk efektif
h. Mengajarkan dan demonstrasikan kepada anggota keluarga dan lien
tentang cara batuk efektif
i. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
j. Memberi pujian positif kepada keluarga
2. Defisiensi pengethuan keluarga Tn. M tentang penyakit Tb paru yang
dimilki Tn. M berhubungan dnegan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah yang dimilki Tn. M
a. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai akibat dari penyakit Tb
paru
b. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang beluum
dipahami mengenai Tb paru
c. Mengevaluasi pemahaman keluarga mengenai Tb paru
114

3. Hambatan mobilitas pada Tn. M berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga Tn. M dalam merawat Tn. M yang sakit
a. Mengajaekan keluarga untuk mengenal rentang gerak (ROM)
b. Mendemonstrasikan cara melakukan rentang gerak (ROM)
c. Mendukung keluarga untuk membantu aktivitas Tn. M
d. Mengevaluasi setiap hari kegiatan rentang gerak (ROM) yang
dilakukan keluarga Tn. M
e. Memberi pujian positif kepada keluarga Tn. M
4. Risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluarga yang
lain berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit
a. Menggali pengetahuan tentang Tb paru
b. Menganjurkan klien menggunakan masker
c. Mengnjurkan keluarga untuk memisahkan alat makan klien dari alat
makan anggota keluarga lain
d. Mengnjurkan keluarga klien untuk tidak tidur dengan klien dalam satu
ruangan
Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh penulis sudah sesuai
dengan intervensi keperawatan keperawatan yang ada di dalam perencanaan
dan intervensi pelaksana dengan berpedoman pada kaidah pelaksanaan
tindakan keperawatan sesuai teori yaitu mengacu pada lima tugas pokok
keluarga. Pelaksanaan tindakan, penulis tidak mengalami hambatan karena
kedua pasien selalu berada di rumah.
E. Evaluasi Keperawatan
Tindakan-tindakan keperawatan keluarga mungkin saja tidak dapat
dilakukan untuk menilai keberhasilan tindakan, maka selanjutnya dilakukan
penilaian dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara bertahap,
demikian halnya dengan peniilaian dilaksanakan dengan menggunkan
pendekatan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan planning).
S : hal-hal yang dilakukan keluarga, misalnya anak D nafsu makannya
lebih baik
115

O : hal-hal yang ditemukan perawat yang dapat diukur, misalnya anak


D naik BBnya 0,55 kg.
A : analisa hasil yang telah dicapai, mengacu pada tujuan dan diagnosa
P : perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga
(Supriadi,2014).
Berdasarkan kelolaan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. A dengan
tuberkulosis paru, didapatkan hasil evaluasi akhir yang cukup memuaskan.
Hasil evaluasi akhir yang didapatkan berdasarkan masalah keperawatan yang
terjadi pada keluarga Tn. A yaitu :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. A dalam mengenal masalah yang dimilki
oleh Tn. A
a. Subyektif
1) Klien mengatakan hanya mengetahui bahwa Tb paru adalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri
2) kliien mengatakan bahwa penyakit Tb paru adalah penyakit yang
menular
3) Keluarga klien mengatakan bahwa obat-obatan yang dikonsumsi
oleh Tn. A harus rutin diminum
4) Tn. A mengatakan lupa nama bakteri yang menyebabkan Tb paru
5) Tn. A mengatakan mulai bisa melakukan batuk efektif
6) Tn. A mengatakan manfaat batuk efektif adalah untuk
mengeluarkan dahak
7) Tn A mengatakan merasa terbantu saat melakukan batuk efektif
karena dapat membantu mengeluarkan dahak
b. Obyektif
a. Tn. A tampak antusias
b. Tn. A tampak bersemangat melakukan batuk efektif
c. Tn. A tampak senang ketika dipuji
d. Tn. A dampak membuang dahak tertutup
116

e. Tn. A dan keluarga tampak antusias mendengar penjelasan tentang


penyakit Tb paru
f. Tn. A dan keluarga tampak bingung ketika diinstruksikan untuk
mengulang penjelasan yang disampaikan namun keluarga sudah
mengerti tentang penyakit Tb paru
g. Tn. A dan keluarga tampak senag ketika dipuji
d. Analisa
Tn. A sudah mengerti tentang penyakit Tb paru dan mengerti tentang
batuk efektif
e. Planning
Intervensi dihentikan (anjurkan keluarga untuk tetap mempertahankan
intervensi)
2. Defisiensi pengetahuan pada keluarga Tn. A tentang penyakit Tb paru
yang dimilki Tn. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah kesehatan yang dimilki Tn. A
a. Subyektif
a. Klien mengatakan akibat dari penyakit Tb paru adalag dapat
terjadinya komplikasi ke bagian organ lainnya
b. Klien mengatakan risih saat menggunakan masker
c. Klien mengatkan sudah mengerti pentingnya penggunaan masker
b. Obyektif
1) Klien tampak bersemangat mendengarkan penjelasan perawat
2) Klien tampak tidak menggunakan masker
c. Analisa
Tn. A mengerti tentang akibat dari penyakit Tb paru dan pentingnya
penggunaan masker
d. Planning
Intevensi dihentikan
3. Risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluarga yang
lain berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit
117

a. Subyektif
4. Klien mengatakan bahwa Tb paru disebabkan oleh batuk
5. Klien mengatakan risih menggunakan masker dan sesak bertambah
parah ketika menggunakan masker
6. Keluarga klien mengatakan bahwa sudah memisahkan alat makan
Tn. A
b. Obyektif
1) Klien tampak semangat mendengarkan penjelasan
2) Klien tampak senang
c. Analisa
Masalah belum teratasi
d. Planning
Intervensi dilanjutkan
Berdasarkan kelolaan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. M dengan
tuberkulosis paru, didapatkan hasil evaluasi akhir yang cukup memuaskan.
Hasil evaluasi akhir yang didapatkan berdasarkan masalah keperawatan yang
terjadi pada keluarga Tn. M yaitu :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yang
dimilki oleh Tn. M
a. Subyektif
1) Keluarga klien mengatakan bahwa obat-obatan yang dikonsumsi
Tn. M harus rutin diminum
2) Klien mengatakan bahwa penyakit Tb paru disebabkan oleh
bakteri dengan gejala batuk, sesak napas
b. Obyektif
1) Tn. M dan keluarga tampak sangat antusias mendengar penjelasan
tentang penyakit Tb paru
2) Tn. M dan keluarga tampak senang ketika dipuji
3) Tn. M tampak bersemangat melakukan batuk efektif
118

c. Analisa
Tn.M mengerti tentang penyakit Tb paru dan mampu melakukan
batuk efektif
d. Planning
Intervensi dihentikan
2. Defisiensi pengetahuan pada keluarga Tn. M tentang penyakit Tb paru
yang dimilki Tn. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarag
dalam mengenal masalah kesehatan yang dimilki Tn.M
a. Subyektif
1) Klien mengtakan mengetahui bahwa penyakitnya dapat menular
2) Klien menanyakan mangapa pentingnya menggunakan masker
3) Keluarga Tn. M mengatakan tidak pernah menggunakan masker
b. Obyektif
1) Klien tampak senang
c. Analisa
Tn. M mengerti tentang penyakit Tb paru dan mengerti tentang
penggunaan masker
d. Planning
Intervensi dihentikan
3. Hambatan mobilitas fisik pada Tn. M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. M dalam merawat Tn. M yang sakit
a. Subyektif
1) Klien mengatakan keluarganya bisa melakuukan rentang gerak
(ROM) kepada dirinya namun sering lupa urutannya
2) Klien mengatakan ingin beraktivitas secara mandiri
b. Obyektif
1) Keluarga klien tampak memperhatikan demonstrasi rentang gerak
yang diulang
2) Klien tampak senang
3) Keluarga klien tampak mengikuti gerakan yang didemonstrasikan
119

c. Analisa
Keluarga Tn. M mampu mendemonstasikan ROM
d. Planning
Intervensi dihentikan
4. Risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluarga yang
lain berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit
a. Subyektif
1) Klien mengatakan bahwa Tb paru disebabkan oleh batuk
2) Klien mengatakan risih menggunakan masker dan merasa semakin
sesak ketika memakai masker
3) Keluarga klien mengatakan bahwa sudah memisahkan alat makan
Tn. M
4) Tn. M tidur di ruangan TV bersama istrinya
b. Obyektif
1) Klien tampak semngat mendengarkan penjelasan
2) Klien tampak senang
c. Analisa
Masalah belum teratasi
d. Planning
Intervensi dilanjutkan
Bedasarkan hasil evaluasi akhir yang telah diuraikan diatas, didapatkan
pada keluarga Tn. A 2 masalah dapat teratasi sesuai dan sebagai rencana tindak
lanjut penulis menganjurkan keluarga dan klien untuk tetap mempertahankan
intervensi yang telah diberikan. Sedangkan pada keluarga Tn. M didapatkan 3
masalah teratasi. Terdapat 1 masalah pada keluarga Tn. A dan Tn. M yang
tidak teratasi yaitu risiko tinggi terjadinya infeksi pada anggota keluarga
lainnya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. A
dan Tn. M mulai dari tanggal 22 Mei 2018 sampai 26 Mei 2018 di wilayah
kerja Puskemas Girimaya (Semabung Baru) Pangkalpinang dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pengkajian dilakukan dengan pengumpulkan data secara sistematis,
memilah dan mengatur data yang dikumpulkan, serta mendokumentasikan
dengan format yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan pada pasien 1 berupa sesak napas, batuk lebih dari 2 bulan,
tidak mengetahui penyebab sesak, RR : 27 x/menit. Sedangkan data pada
pasien 2 berupa sesak napas, malam hari klien sering batuk, RR : 26
x/menit
2. Diagnosa yang didapatkan disesuaikan dengan hasil analisa data, serta
data-data penunjang yang telah ditemukan pada pasien. Pada Tn. A dan
Tn. M didapatkan satu diagnosa yang sesuai dengan diagnosa
keperawatan teoritis, diagnosa tersebut adalah ketidakefektifan bersihan
jalan napas. kemudian diagnosa yang tidak sesuai dengan diagnosa
keperawatan teoritis pada keluarga Tn. A adalah defisiensi pengetahuan
dan risiko tinggi terjadinya penularan Tb paru pada anggota keluarga
yang lain. Sedangkan pada keluarga Tn. M ditemukan tiga diagnosa yang
tidak sesuai dengan diagnosa keperawatan teoritis yaitu defisiensi
pengetahuan, hambatan mobilita fisik pada Tn. M dan risiko tinggi
terjadinya penularan Tb paru.
3. Intervensi keperawatan dialkukan sesuai dengan diagnosa keperawatan
dan kondisi klien. Terdapat kesenjangan pada intervensi keperawatan
teoritis dan intervensi keperawatan pada kondisi klien.
4. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi
keperawatan yang telah disusun sebelumnya.

120
121

5. Evaluasi keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan


SOAP. Pda Tn. A dan Tn. M evaluasi keperawatan dilakukan setiap hari
dengan pendekatan evaluasi formatif dan pada hari terakhir menggunakan
pendekatan evaluassi sumatif. Hasil evaluasi didapatkan masalah teratasi
pada semua diagnosa keperawatan keluarga Tn. A dan keluarga Tn. M.
6. Pada tahap dokumentasi, penulis mendokumentasikan semua kegiatan
yang dilakukan dengan bentuk laporan

B. Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. A dan keluarga
Tn. M dengan penyakit tuberkulosis paru pada Tn. A dan Tn. M, maka
beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, yaitu :
1. Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang (Institusi pendidikan)
Karya Tulis Ilmiah ini menambah wawasan bagi mahasiswa dan
sebagai bahan referensi tentang asuhan keperawatan keluarga dengan
Tuberkulosis Paru sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis
lain yang berminat untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga
dengan penyakit tuberkulosis paru.
2. Puskesmas Girimaya (Lahan Praktik)
Melalui Karya Tulis Ilmiah ini diaharapkan agar adanya kerjasama
antara petugas kesehatan dan kader di Semabung Baru untuk menadakan
penyuluhan mengenai penyakit-penyakit yang sering terjadi di masyarakat
ataupun melakukan pendeteksian dini dengan cara kontrol kesehatan
untuk mencegah terjadinya akibat lebih lanjut.
3. Penulis
Dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan proses
keperawatan serta menguasai kasus yang didapatkan sehingga asuhan
keperawatan dapat dilakukan secara maksimal dan dapat memberikan
hasil yang memuaskan.
122

DAFTAR PUSTAKA

Abata Aina, 2016. Ilmu Penyakit Dalam Edisi Lengkap. Jawa Timur : PP Al-
furqon.

Ardiansyah Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta :


DIVA Press.

Brunner & Suddarth, 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku


Kedokteran EGC.

Bulechek, G. dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC) edisi VI.


Singapore : Cv. Mocomedia.

Dinas Kesehatan Kota Pangkal Pinang. 2017, Data Penyakit TB paru di


Puskesmas Grimaya.

Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2014, Profil Kesehatan


Provinsi kepulauan Bangka Belitung.

Herdman, Heather & Kamitsuru, Shigemi. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan :


Definisi & Klasifikasi 2015- 2017 edisi 10, Jakarta : EGC

Moorhead, Sue. dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi VI.
Singapore : Cv. Mecomedia.

Mubarak, Wahid Iqbal & Chayatin, Nurul. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
Pengantar Teori Dan Kewirausahaan. Jakarta : Salemba Medika.

Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2017, Data dan Informasi
Profil kesehatan Indonesia 2016

Soemantri, Irman. 2008, Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran


EGC

Suprapto Imam, Wahid Abd. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan


Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respiratori. Jakrta Timur : CV.
Trans Info Media.

Supriadi. 2014. Konsep Dan Asuhan Keperawatan Keluarga. Bandung : Diktat


Poltekkes Kemenkes Bandung.
123

WHO, 2015. Penyakit Tuberkulosis Paru. (http : // www.who.int/gho/tb/en/ =


who/tbc diakses 22 Februari 2017)
124

LAMPIRAN
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168

Anda mungkin juga menyukai