Oleh :
Syifa Widiastuti
NIM : 161440128
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN PANGKALPINANG
PRODI KEPERAWATAN PANGKALPINANG
JUNI 2019
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CEDERA KEPALA BERAT PADA
SISTEM PERSARAFAN DENGAN RISIKO KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN OTAK DI RUANG INTENSIVE CARE
UNIT (ICU) RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH
PANGKALPINANG
TAHUN 2019
Oleh :
Syifa Widiastuti
NIM : 161440128
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN PANGKALPINANG
PRODI KEPERAWATAN PANGKALPINANG
JUNI 2019
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NIM : 161440128
RT 01/RW 01
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Assalaamu’alaikum Wr. Wb
Bismillahirrohmaanirrahiim
Segala puji bagi Allah atas Rahmat dan Hidayahnya, penulis bisa
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pasien
Cedera Kepala Berat pada sistem Persarafan dengan Risiko
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak di Ruang Intensive Care Unit (ICU)
Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang Tahun 2019. Sholawat serta salam
tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang telah
mengantarkan umat dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang
yang dipenuhi dengan ilmu pengetahuan
vii
sepenuh jiwa dan seluruh raga. Ayah, Ibu ini anakmu mencoba memberikan yang
terbaik untukmu. Betapa diri ini ingin melihat kalian bangga padaku. Betapa tak
ternilai kasih sayang dan pengorbanan kalian padaku. Semoga dengan selesainya
program DIII Keperawatan ini, menjadi langkah awal bagi diriku untuk dapat
membuat kalian tersenyum bangga.
Bapak dan ibu dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini
telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan
mengarahkanku, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai
harganya, agar saya menjadi lebih baik. yang telah membimbing, memberikan
ilmunya kepadaku selama 3 tahun. semoga ilmu yang telah kalian berikan dapat
menjadi amal jariyah.
Para sahabatku yang penulis sayangi Anggi (Mak Pit), Nisa (Tohang),
Vega (Ebi), Nabillah, Yudis, Irfan (Jack), dan Ijan pertemenanan kita bermula atas
dasar hinaan, sekarang jarak yang memisahkan kita, aku rindu kalian, aku rindu
segala yang telah kita lakukan bersama. Terimakasih sudah banyak
mengajarkanku tentang kehidupan anak kosan, yang selalu memberikan semangat
kepada penulis, maafkan aku yang wisuda duluan.
Sahabat ku angakatan VII yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
betapa senangnya aku mengenal kalian, teman yang sangat ramah, baik, dan
peduli satu dengan yang lainnya, selalu medukung dan membantu penulis ketika
dalam kesulitan. Ingatkah kalian dengan impian kita sekelas, setiap dosen pernah
bertanya pada kita akan hal ini, dan kita selalu menjawab dengan kalimat ini : Be
Profesional Nurse, kata-kata yang kita ucapkan sejak Tingkat 1, kalimat ini selalu
viii
terngiang di kepalaku. Ayo kita buktikan !!! Mari kita lanjutkan perjuangan kita
diluar sana, mengabdi kepada masyarakat, jaga nama baik almamater dan buat
harum nama kampus kita. Aku merindukan saat aku berkumpul dengan kalian
semua di kelas, tertawa dan bercanda bersama. Dan saat menagih uang kas.
Sahabatku yang tidak bisa penulis tulis satu persatu, yang selalu memberikan
bantuan, dukungan, dan doa dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
ix
Motto
Setiap ketidakmungkinan yang terjadi maka akan ada Allah yang akan
memungkinkannya.
Bersyukurlah dengan nikmat yang kau dapatkan hari ini, karena orang
lain belum tentu mendapatkan apa yang kau dapatkan, belum tentu
memiliki apa yang kau miliki.
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah
tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR.
al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-
Bazzar : 2394)
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, karena ada Allah yang akan
memungkinkannya.
x
KATA PENGANTAR
berkah rahmat dan hidayah nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmih
Ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang
tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan karya
tulis ilmiah ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin
tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk
Pangkalpinang.
2. Ibu Erni Chaerani, S.Pd, MKM selaku Kepala Jurusan Program Studi
3. Bapak Ns. Abdul Kadir Hasan, SST, M.Kes selaku pembimbing I yang telah
xi
4. Bapak Ns. Heri Isyanto, S.Kep, selaku pembimbing II yang telah membimbing,
laporan ini.
6. Ibu (Buniati) dan Ayah (Ma’rup) selama ini telah mendidik, memberikan
nasehat, semangat, serta doa yang selalu menyertai penulis hingga sampai saat
ini.
Semoga dengan Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat memenuhi
Penulis
xii
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CEDERA KEPALA BERAT PADA
SISTEM PERSARAFAN DENGAN RISIKO KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN OTAK DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH PANGKALPINANG TAHUN 2019
Syifa Widiastuti, Ns.Abdul Kadir H. SST., M.Kes., Ns.Heri Isyanto, S.Kep (2019)
Program Studi DIII Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Pangkalpinang
E-mail : syifa.widiastuti@gmail.com
ABSTRAK
Cedera kepala adalah kondisi defisit neurologis yang terjadi akibat gangguan
traumatik yang disertai atau tanpa disertai perdarahaan dan terputusnya
kontinuitas otak. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab eksternal pada
cedera kepala terbanyak di antara kedua penyebab lainnya yaitu benturan akibat
terjatuh, dan tindakan kekerasan. Kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab cedera
kepala berat yang mengakibatkan kematian ke-8 di dunia dengan jumlah kematian
1,35 juta (2,5%). Tujuan studi kasus yaitu menggambarkan dalam melakukan
asuhan keperawatan pasien cedera kepala berat pada sistem persarafan dengan
risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak di Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang Tahun 2019. Rancangan studi kasus menggunakan pendekatan
deskriptif dengan subjek penelitian yang diteliti minimal berjumlah dua pasien
dengan kasus dan masalah keperawatan sama. Metode pengumpulan data pada
kasus ini menggunakan instrumen pengkajian dan survei sekunder. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa masalah yang didapatkan pada kedua pasien sama
yaitu risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak. Pemberian posisi head up 30o
dapat menstabilkan tanda-tanda vital yang menunjukkan perfusi serebral yang
adekuat. Kesimpulan yang didapatkan dari studi kasus adalah bahwa pasien
cedera kepala berat yang mengalami risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
dapat diberikan posisi head up 30o untuk memaksimalkan perfusi darah dan
memaksimalkan oksigenasi ke otak.
xiii
A NURSING CARE PATIENT HEAVY HEAD INJURY ON NEUROLOGY
SYSTEM WITH RISK OF INFECTIVITY BRAIN PERFUSSION AT THE
INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH
PANGKALPINANG ON 2019
Syifa Widiastuti, Ns.Abdul Kadir H. SST., M.Kes., Ns.Heri Isyanto, S.Kep (2019)
DIII Nursing Study Program, Polytechnic of Health Pangkalpinang, Ministry of
Health Republic Indonesia
E-mail: syifa.widiastuti@gmail.com
ABSTRACT
Head injury is the condition of neurological deficits that occur due to traumatic
disorders accompanied or without accompanied bleeding and discontinuation of
brain continuity. Traffic accidents are the most common cause of head injuries,
among others, namely collisions due to falls, and acts of violence . Traffic
accidents are the cause of severe head injuries which have resulted in the 8th
death in the world with a death toll of 1.35 million (2.5%) . The purpose of case
study that to describe a nursing care patients with severe head injury in the
neurology system with the ineffectiveness of the risk of brain tissue perfusion in
Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang on 2019. The design of the case study
uses a descriptive approach with the research subjects being researched at least
two patients with the same cases and nursing problems. The data collection
method in this case uses secondary assessment and survey instruments. The
results showed that the problems obtained in both patients were the same, namely
the risk of ineffective perfusion of brain tissue . Giving head up position 30 o can
stabilize vital signs that show adequate cerebral perfusion. The conclusion
obtained from the case study is that severe head injury patients who are at risk
of ineffective perfusion of brain tissue can be given a 30 o head up position to
maximize blood perfusion and maximize oxygenation to the brain.
xiv
DAFTAR ISI
xv
E. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ........................................................ 39
F. Pengumpulan Data ........................................................................... 39
G. Penyajian Data ................................................................................. 39
H. Etika Studi Kasus ............................................................................ 39
BAB IV HASIL ANALISA STUDI DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ............................................................................ 41
B. Pembahasan ..................................................................................... 112
C. Keterbatasan Studi Kasus ................................................................ 126
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Hasil Studi Kasus ............................................................................ 127
B. Pembahasan ..................................................................................... 128
DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
RBC : Red Blood Cell
xviii
DAFTAR TABEL
xix
DAFTAR GAMBAR
xx
DAFTAR ISTILAH
Abdomen : Perut.
Abses serebri : Infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan
nanah di dalam otak.
Adiktif : Zat yang bersifat menimbulkan ketergantungan.
Afasia : Gangguan fungsi bicara.
Agnosia : Kehilangan kemampuan mengenali objek atau
orang.
Akumulasi : Penimbunan.
Amnesia : Ketidakmampuan mengingat peristiwa untuk
jangka waktu tertentu.
Anatomis : Ilmu yang mempelajari struktur tubuh manusia.
Anemia : Kondisi ketika darah tidak memiliki sel darah
merah sehat yang cukup.
Aneurisma serebri : Pembesaran pembuluh darah otak akibat dinding
pembuluh darah yang lemah.
Anisokor : Ukuran pupil yang berbeda.
Antibiotik : Jenis obat yang digunakan untuk mengatasi dan
mencegah infeksi bakteri.
Antibiotik profilaksis : Antibiotik digunakan bagi pasien yang belum
terkena infeksi, tetapi diduga mempunyai peluang
besar untuk mendapatkannya.
Anti koagulan : Golongan obat yang dipakai untuk menghambat
pembekuan darah.
Antikonvulsan : Obat yang digunakan untuk mengembalikan
kestabilan rangsangan sel saraf sehingga dapat
mencegah atau mengatasi kejang.
Anomali : Ketidaknormalan.
Anosmia bilateral : Hilangnya indera penciuman di kedua sisi hidung.
xxi
Anosmia unilateral : Hilangnya indera penciuman disalah satu sisi
hidung.
Apraksia : Ketidakmampuan melakukan gerakan yang mem-
butuhkan ingatan.
Aritmia : Detak jantung yang abnormal.
Aspirin : Analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi.
Memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan
dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk
mencegah serangan jantung.
Aterosklerosis : Penyempitan dan penebalan arteri karena
penumpukan plak pada dinding arteri.
Basis cranii : Bagian terbawah dari kranium.
Bikonveks : Cembung pada kedua sisi.
Bradikardi : Denyut jantung kurang dari 60 kali per menit.
Calvaria : Bagian atas dari kranium.
Cardiac arrest : Henti jantung.
Defekasi : Buang air besar.
Dehidrasi : Keluarnya cairan tubuh dalam jumlah signifikan
yang mengganggu fungsi tubuh normal.
Dekubitus : Suatu keadaan kerusakan jaringan kulit yang
disebabkan oleh iskemia pada kulit akibat
tekanan dari luar yang berlebihan.
Deplesi volume : Keadaan berkurangnya cairan ekstrasel.
Diabetes insipidus : Gangguan garam dan metabolisme air ditandai
dengan haus dan sering buang air kecil.
Diabetes militus : Gangguan metabolik sekresi insulin yang
mengakibatkan tingginya kadar gula dalam darah.
Dilatasi : Pelebaran.
Diseksi arteri : Kondisi dimana lapisan luar dinding arteri
mengalami kerusakan hingga menyebabkan
robekan.
xxii
Disfagia : Kesulitan menelan makanan atau cairan.
Distorsi : Terkilir.
Eksoftalmus : Penonjolan abnormal bola mata.
Embolisme : Penyumbatan pembuluh darah oleh embolus (zat
asing) yang terbawa aliran darah.
Endokarditis infektif : Infeksi lapisan dalam pembuluh darah dan
jantung (endokardium).
Ensefalitis : Radang otak.
Ensefalopati : Kelainan struktur atau fungsi otak akibat suatu
kondisi atau penyakit.
Epilepsi : Gangguan ketika aktivitas sel saraf di otak
terganggu, yang menyebabkan kejang.
Fenitoin : Obat anti-kejang.
Fibrilasi atrium : Kondisi ketika serambi (atrium) jantung
berdenyut dengan tidak beraturan dan cepat.
Fisiologi : Cabang ilmu biologi yang mempelajari sistem
kehidupan.
Fleksi : Gerak menekuk.
Fremitus : Resonansi vokal.
Hematoma : Penumpukan darah tidak normal di luar
pembuluh darah.
Hemihipestesi : Baal atau kurangnya sensitifitas tubuh pada satu
sisi.
Hemiparesis : Otot lemah atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh
yang dapat memengaruhi lengan, kaki, dan otot
wajah.
Hemiplegi : Kelumpuhan yang di alami oleh salah satu sisi
dari bagian tubuh.
Hemisfer : Dua sisi simetris yang membagi otak besar.
Hemoglobin : Protein yang mengandung zat besi di dalam sel
darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut
xxiii
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Hemotoraks : Adanya darah dalam rongga pleura dan dapat
disebabkan karena trauma tumpul atau tajam.
Herniasi tentorium : Kondisi ketika jaringan otak dan cairan otak
(cerebrospinal fluid) bergeser dari posisi
normalnya.
Hidrosefalus : Penumpukan cairan di dalam otak.
Hiperkolesterolemia : Kondisi kelebihan kadar kolesterol dalam darah.
Hipernatremia : Konsentrasi natrium yang tinggi dalam darah.
Hipertensi : Kondisi ketika tekanan darah terhadap
dinding arteri terlalu tinggi.
Hipertermia : Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal.
Hipoksemia : Kondisi dimana sel dan jaringan tubuh
kekurangan oksigen.
Hipoksia : Kekurangan oksigen di dalam tubuh.
Hipotensi : Keadaan tekanan darah rendah.
Hipotermia : Suhu tubuh meningkat dibawah rentang normal.
Homeostatis : Keseimbangan tubuh.
Hyposmia : Penurunan kemampuan dalam mendeteksi bau.
Infark miokard akut : Serangan jantung.
Inkontinensia : Kehilangan kontrol kandung kemih.
Inkontinensia alvi : Kehilangan kontrol mengontrol buang air besar.
Ipsilateral : Dua bagian tubuh letaknya pada sisi yang sama.
Kardiomiopati : Sekumpulan kelainan pada otot jantung dan
seringkali berakhir dengan gagal jantung.
Kardiovaskular : Sistem yang berkaitan dengan jantung dan
pembuluh darah.
Katup prostetik mekanis : Katup jantung buatan.
Kemosis : Udem pada konjungtiva karena adanya transudat.
Koagulasi intravaskuler : Kondisi yang memengaruhi kemampuan darah
diseminata membeku dan menghentikan pendarahan.
xxiv
Koagulopati : Kondisi saat darah tidak menggumpal secepat
semestinya, atau tidak menggumpal sama sekali.
Kognitif : Potensi intelektual
Kolateral : Sejajar.
Koma : Tidak sadar dalam waktu panjang yang
disebabkan oleh penyakit atau cedera.
Konfusi : Mengganggu orientasi dalam hal waktu, tempat,
atau orang kadang-kadang disertai oleh gangguan
kesadaran.
Kontriksi : Penyempitan.
Konvulsi : Kejang.
Korteks visual : Bagian dari korteks serebri yang mengolah
impuls gambar yang diterima oleh alat
penglihatan.
Laserasi : Luka robekan.
Lesi : Suatu area dari jaringan yang rusak karena cedera
atau penyakit.
Letargi : Kondisi kelelahan yang melibatkan penurunan
energi, kapasitas mental, dan motivasi.
Ligamentum : Jaringan yang mengikat tulang satu dengan tulang
lain pada sendi.
Likuor : Cairan otak.
Mastoid : Tulang yang terletak di belakang telinga.
Meningitis : Peradangan yang terjadi pada meningen.
Midriasis : Dilatasi (pelebaran) pupil.
Miksoma atrium : Tumor yang berkembang di septum atrium,
biasanya di kiri atas atau kanan jantung.
Miosis : Kontriksi (pengecilan) pupil.
Motilitas : Kontraksi otot-otot polos pada saluran
pencernaan.
Motorik : Gerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia.
xxv
Neoplasma otak : Tumor otak.
Neurologis : Sistem saraf.
Okular : Bola mata.
Orbita : Rongga yang berisikan bola mata.
Otorrhea : Keluarnya cairan otak melalui telinga.
Palpasi : Pemeriksaan yang dilakukan dengan merasakan
ukuran, kekuatan, atau letak sesuatu (dari bagian
tubuh).
Paradoksal : Berlawanan.
Paralisis : Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi otot.
Paralitik ileus : Otot usus mengalami kelumpuhan.
Patologis : Ilmu pengetahuan bidang bioteknologi mengenai
penyakit.
Perifer : Sistem saraf tepi.
Periosteum : Lapisan membran fibrosa tebal yang meliputi
hampir seluruh permukaan tulang.
Peristaltik : Gerakan pada otot-otot di saluran pencernaan.
Peritonitis : Peradangan pada lapisan tipis dinding dalam
perut.
Propriosepsi : Sensasi pergerakan otot.
Protombin : Plasma darah yang berperan dalam pembekuan
darah.
Retensi urin : Pengosongan kandung kemih tidak tuntas.
Retraksi : Kontraksi yang terjadi pada otot perut dan iga
pada saat menarik nafas.
Rhinorrhea : Keluarnya cairan atau lendir kental yang
berlebihan dari hidung.
Ronkhi : Suara napas seperti dengkuran.
Sekret : Lendir atau mukus.
Sensorik : Rangsangan dari reseptor
Sianosis : Warna kebiruan pada bagian ujung tubuh.
xxvi
Sindrom sick sinus : Dapat menyebabkan detak jantung yang lambat
secara permanen (sinus bradikardi).
Sinus cavarneous : Saluran atau kantung vena yang dipisahkan
dan dibagi dua oleh duramater.
Stenosis karotis : Penyempitan pembuluh darah di bagian arteri
karotis.
Stenosis mitral : Penyempitan katup mitral.
Stridor : Bunyi mengi kasar bernada tinggi.
Stroke : Penyakit yang disebabkan oleh penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah.
Substansi alba : Serabut saraf yang membentuk bagian materi
putih.
Substernal : Dibawah sternum.
Syok hipovolemik : Jantung tidak mampu memasok darah yang cukup
ke seluruh tubuh akibat volume darah yang
kurang.
Takikardi : Denyut jantung yang lebih cepat daripada denyut
jantung normal.
Takipnea : Frekuensi napas yang cepat.
Temporer : Sementara waktu.
Tendon : Jaringan tebal yang berfungsi menempelkan otot
ke tulang.
Trombolitik : Obat untuk menghancurkan atau melarutkan
gumpalan darah.
Tromboplastin : Zat yang memulai proses pembekuan darah.
Tumor : Pertumbuhan jaringan abnormal baru yang sering
kali tidak terkontrol .
Valproate : Obat yang terutama digunakan untuk mengobati
epilepsi dan gangguan bipolar dan untuk
mencegah sakit kepala migrain.
Vasodilator : Golongan obat yang digunakan untuk melebarkan
xxvii
pembuluh darah.
Vertigo : Kondisi yang membuat penderitanya mengalami
pusing, sampai merasa dirinya atau sekelilingnya
berputar.
xxviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Izin Pengambilan Data di RS Bakti Timah Pangkalpinang Tahun 2019
2. Surat Izin Pengambilan Data di Satuan Lalu Lintas Polres Pangkalpinang
Tahun 2019
3. Lembar Rekap Data Cedera Kepala di RS Bhakti Timah Tahun 2016-2019
4. Lembar Rekap Data Laka Lantas Sat Lantas Polres Pangkalpinang Tahun
2016-2018
5. Lembar Bimbingan Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing I
6. Lembar Bimbingan Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing II
7. Lembar Revisi Proposal Karya Tulis Ilmiah
8. Bukti Sebagai Audien dan Oponen Sidang Proposal Karya Tulis Ilmiah
9. Surat Izin Penelitian di RS Bakti Timah Pangkalpinang Tahun 2019
10. Lembar Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian (PSP)
11. Informed Concent Klien 1
12. Informed Concent Klien 2
13. Pemeriksaan CT-Scan dan Radiografi Klien 1
14. Pemeriksaan CT-Scan dan Radiografi Klien 2
15. Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1
16. Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Pembimbing II
17. Lembar Revisi Karya Tulis Ilmiah
xxix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang
Tahun 2019 ?”.
C. Tujuan
D. Manfaat
Gambar 2.1 Mekanisme cedera kepala (Sumber : Black dan Jane, 2014)
d. Berdasarkan Morfologi
Putri et al (2016), mengelompokkan cedera kepala menurut
morfologi diantaranya :
1) Fraktur Kranium
Fraktur kranium diklasifikasikan berdasarkan lokasi
anatomisnya, dibedakan menjadi fraktur calvaria dan fraktur
basis cranii. Berdasarkan keadaan lukanya, dibedakan menjadi
fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
8
2) Perdarahan Epidural
Hematom epidural terletak di luar dura tetapi di dalam
rongga tengkorak dan gambarannya berbentuk bikonveks atau
menyerupai lensa cembung. Biasanya terletak di area temporal
atau temporo parietal yang disebabkan oleh robeknya arteri
meningea media akibat fraktur tulang tengkorak.
3) Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada
perdarahan epidural. Robeknya vena-vena kecil di permukaan
korteks cerebri merupakan penyebab dari perdarahan subdural.
Perdarahan ini biasanya menutupi seluruh permukaan hemisfer
otak, dan kerusakan otak lebih berat dan prognosisnya jauh lebih
buruk bila dibandingkan dengan perdarahan epidural.
4) Kontusio dan perdarahan intraserebral
Kontusio atau luka memar adalah apabila terjadi
kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah (kapiler)
pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak
rusak, menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan. Luka
memar pada otak terjadi apabila otak menekan tengkorak.
Kontusio serebri sering terjadi di lobus frontal dan lobus
temporal, walaupun dapat juga terjadi pada setiap bagian dari
otak. Kontusio serebri dapat terjadi dalam waktu beberapa jam
atau hari, berubah menjadi perdarahan intraserebral yang
membutuhkan tindakan operasi.
5) Komusio cerebri
Komusio cerebri atau gegar otak merupakan keadaan
pingsan yang berlangsung kurang dari 10 menit setelah trauma
kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak. Pasien
mungkin akan mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah
dan pucat.
9
4. Manifestasi klinis
Brunner dan Suddarth (2013) memaparkan gejala yang timbul
pada cedera kepala bergantung pada tingkat keparahan dan lokasi
terjadinya trauma
a. Nyeri menetap dan terlokalisasi, biasanya mengindikasikan adanya
fraktur.
b. Fraktur pada kubah tengkorak bisa menyebabkan pembengkakan di
daerah tersebut, tetapi bisa juga tidak.
c. Fraktur pada dasar tengkorak yang sering kali menyebabkan
pendarahan dari hidung, faring, dan telinga, dan darah mungkin
terlihat dibawah konjungtiva.
d. Ekimosis terlihat diatas tulang mastoid (tanda Battle).
e. Pengeluaran cairan serebrospinal (CSS). Dari telinga dan hidung
menunjukan terjadinya fraktur dasar tengkorak.
f. Pengeluaran cairan serebrospinal dapat menyebabkan infeksi serius
(misalnya, meningitis) yang masuk melalui robekan di duramater.
g. Cairan spinal yang mengandung darah menunjukan laserasi otak atau
memar otak (kontusio).
h. Cedera otak juga memiliki berbagai macam gejala, termasuk
perubahan tingkat kesadaran Level Of Consciousness (LOC),
perubahan ukuran pupil, perubahan atau hilangnya refleks muntah
atau refleks kornea, defisit neurologis, perubahan tanda vital seperti
perubahan pola napas, hipertensi, bradikardi, hipertemia atau
hipotermia, serta gangguan sensorik, penglihatan, dan pendengaran.
11
manapun dari area tersebut karena stroke, tumor, cedera kepala atau
infeksi, akan mempengaruhi beberapa aspek dari fungsi bahasa.
c. Apraksia
Apraksia adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang
memerlukan ingatan atau serangkaian gerakan. Kelainan ini jarang
terjadi dan biasanya disebabkan oleh kerusakan pada lobus parietalis
atau lobus frontalis.
d. Agnosia
Agnosia merupakan suatu kelainan dimana penderita dapat
melihat dan merasakan sebuah benda tetapi tidak dapat
menghubungkannya dengan peran atau fungsi normal dari benda
tersebut. Penderita tidak dapat mengenali wajah-wajah yang dulu
dikenalnya dengan baik atau benda-benda umum, meskipun penderita
dapat melihat dan menggambarkan benda-benda tersebut.
Penyebabnya adalah kelainan fungsi pada lobus parietalis dan
temporalis, dimana ingatan akan benda-benda penting dan fungsinya
disimpan. Agnosia seringkali terjadi segera setelah terjadinya cedera
kepala atau stroke. Tidak ada pengobatan khusus, beberapa penderita
mengalami perbaikan secara spontan.
e. Amnesia
Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan
untuk mengingat peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang
sudah lama berlalu. Penyebabnya masih belum dapat sepenuhnya
dimengerti.
1) Cedera pada otak bisa menyebabkan hilangnya ingatan akan
peristiwa yang terjadi sesaat sebelum terjadinya kecelakaan
(amnest retrogard) atau peristiwa yang terjadi sesaat sebelum
terjadinya kecelakaan (amnesia paska trauma). Amnesia hanya
berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam
(tergantung pada beratnya cedera) dan akan menghilang dengan
sendirinya. Pada cedera otak yang hebat, amnesia bisa bersifat
menetap.
13
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Rendy dan Margareth (2012) pemeriksaan dignostik
yang diperlukan pada klien dengan cedera kepala meliputi :
a. Computerized Tomography scan (CT scan) (dengan / tanpa kontras)
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan,
ventrikuler dan perubahan jaringan otak.
Catatan : untuk mengetahui adanya infark atau iskemia jangan
dilakukan pada 24 jam setelah injury.
b. Magnetic Resinance Imaging (MRI)
Digunakan sama dengan CT scan dengan/tanpa kontras
radioaktif. Cerebral angiography : menunjukkkan anomali sirkulasi
serebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema,
perdarahan trauma.
c. Serial Elektro Ensepalo Grafi (EEG)
Dapat melihat perkembangan gelombang patologis.
15
d. Sinar-X
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
e. Brain Eauditory Evoked (BAER)
Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil.
f. Possitron Emission Tomography (PET)
Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.
g. Cairan Serebro Spinal (CSS)
Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan sub arakhnoid.
h. Artery Blood Gases Analysis (ABGs)
Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
i. Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai
peningkatan tekanan intrakranial.
j. Screen Toxicology
Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat menyebabkan
penurunan kesadaran.
7. Penatalaksaan
Penatalaksanaan cedera kepala, menurut Lumbantoruan (2017) yaitu :
a. Posisi kepala ditinggikan 30 derajat.
b. Bila perlu berikan Manitol 20%. Dosis awal 1 gr / kg BB.
c. Pertahankan Cerebral Pefussion Pressure (CCP) 70-95 mmHg.
d. Pertahankan Intra Cranial Pressure (ICP) 5-15 mmHg.
e. Berikan analgetik, dan bila perlu dapat diberikan sedasi jangka
pendek.
f. Gastrointestinal : pemasangan Naso Gastric Tube (NGT) untuk
pemberian obat dan nutrisi.
16
1. Pengertian
Berisiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat
menganggu kesehatan (Nurarif dan Hardhi K, 2015).
2. Faktor risiko
Pokja SDKI DPP PPNI (2017), menjabarkan faktor-faktor risiko
pada gangguan perfusi jaringan serebral yaitu :
a. Keabnormalan masa protombin dan atau masa tromboplastin parsial.
b. Penurunan kinerja ventrikel kiri.
c. Aterosklerosis aorta.
d. Diseksi arteri.
e. Fibrilasi atrium.
17
f. Tumor otak.
g. Stenosis karotis.
h. Miksoma atrium.
i. Aneurisma serebri.
j. Koagulopati (misalkan: anemia sel sabit).
k. Dilatasi kardiomiopati.
l. Koagulasi intravaskuler diseminata.
m. Embolisme.
n. Cedera kepala.
o. Hiperkolesteronemia.
p. Hipertensi.
q. Endokarditif infektif.
r. Katup prostetik mekanis.
s. Stenosis mitral.
t. Neoplasma otak.
u. Infark miokard akut.
v. Sindrom sick sinus.
w. Penyalahgunaan zat.
x. Terapi trombolitik.
y. Efek samping tindakan (misalkan tindakan operasi bypass).
3. Kondisi Klinis Terkait
a. Stroke.
b. Cedera kepala.
c. Aterosklerotik aortik.
d. Infark miokard akut.
e. Diseksi arteri.
f. Embolisme.
g. Endocarditis infektif.
h. Fibrilasi atrium.
i. Hiperkolesterolemia.
j. Hipertensi.
k. Dilatasi kardiomiopati.
18
1. Pengkajian
Menurut Muttaqin (2012) proses pengkajian yang dilakukan pada
pasien dengan cedera kepala yaitu:
a. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada
usia muda), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa
medis. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk
meminta pertolongan kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak
trauma kepala disertai penurunan tingkat kesadaran.
b. Riwayat penyakit saat ini
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari
kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan trauma langsung ke
kepala. Pengkajian yang didapat meliputi tingkat kesadaran menurun
(Glasgow Coma Scale (GCS<15)), konvulsi, muntah, takipnea, sakit
kepala, wajah simetris atau tidak, lemah, luka di kepala, paralisis,
akumulasi sekret pada saluran pernapasan, adanya likuor dari hidung
dan telinga, serta kejang. Adanya penurunan atau perubahan pada
tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan di dalam
intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan
koma.
Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar
klien (bila klien tidak sadar) tentang penggunaan obat-obatan adiktif
dan penggunaan alkohol yang sering terjadi pada beberapa klien yang
suka ngebut-ngebutan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
hipertensi, riwayat cedera kepala sebelumnya, diabetes militus,
penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obatan anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obatan adiktif, konsumsi alkohol berlebihan.
20
(2) Saraf II
Hematom palpebral pada klien cedera kepala akan
menurunkan lapang pandang dan mengganggu fungsi saraf
optikus. Perdarahan di ruang intrakranial, terutama
hemoragia subaraknoidal, dapat disertai dengan
perdarahan di retina.
(3) Saraf III, IV, dan VI
Gangguan mengangkat kelopak mata terutama pada
klien dengan cedera kepala yang merusak rongga orbita.
Pada kasus-kasus cedera kepala dapat dijumpai anisokoria.
Gejala ini harus dianggap sebagai tanda serius jika
midrasis itu tidak bereaksi pada penyinaran. Tanda dini
herniasi tentorium adalah midriasis yang tidak bereaksi
pada penyinaran. Paralisis otot okular akan menyusul pada
tahap berikutnya. Jika pada cedera kepala terdapat
anisokoria, bukan midriasis, melainkan miosis yang
bergandengan dengan pupil yang normal pada sisi yang
lain, maka pupil yang miotik adalah abnormal. Miosis ini
disebabkan oleh lesi di lobus frontalis ipsilateral yang
mengelola pusat siliospinal. Hilangnya fungsi itu berarti
pusat siliospinal menjadi tidak aktif, sehingga pupil tidak
berdilatasi melainkan berkonstriksi.
(4) Saraf V
Pada beberapa keadaan cedera kepala
menyebabkan paralisis saraf trigeminus, didapatkan
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah.
(5) Saraf VII
Persepsi pengecapan mengalami perubahan.
(6) Saraf VIII
Perubahan fungsi pendengaran pada klien cedera
kepala ringan biasanya tidak didapatkan apabila trauma
yang terjadi tidak melibatkan saraf vestibulokoklearis.
25
d) Sistem sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi. Pada persepsi terjadi
ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Disfungsi
persepsi visual karena gangguan sensori primer di antara mata
dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial
(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area
spasial) sering terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri.
Kehilangan sensorik karena cedera kepala dapat berupa
kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan
kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli
visual, taktil, dan auditorius
5) Sistem Pengindraan
Pada beberapa keadaan cedera kepala di area yang
merusak anatomis dan fisiologis klien akan mengalami kelainan
pada fungsi penciuman. Hematom palpebral pada klien cedera
kepala akan menurunkan lapang pandang. Perdarahan di ruang
intrakranial, terutama hemoragia subaraknoidal, dapat disertai
dengan perdarahan di retina. Gangguan mengangkat kelopak mata
terutama pada klien dengan cedera kepala yang merusak rongga
orbita. Persepsi pengecapan mengalami perubahan. Perubahan
fungsi pendengaran pada klien cedera kepala ringan biasanya tidak
didapatkan apabila trauma yang terjadi tidak melibatkan saraf
vestibulokoklearis. Adanya perubahan warna kulit,warna kebiruan
menunjukkan adanya sianosis (ujung kuku, ekstremitas, telinga,
hidung, bibir, dan membran mukosa). Terjadi ketidakmampuan
untuk menginterprestasikan sensasi (hemihipestesi).
6) Sistem Muskuloskeletal
a) Inspeksi umum, didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah
satu sisi karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis (kelemahan salah satu sisi tubuh) adalah tanda
yang lain.
27
7) Sistem Perkemihan
Kaji keadaan urin meliputi warna, jumlah, dan
karakteristik, termasuk berat jenis. Penurunan jumlah urin dan
peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya
28
2. Diagnosa Keperawatan
Nurarif dan Hardhi K (2015) disesuaikan menurut Herdman dan
Kamitsuru (2018) menyatakan adapun diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul pada pada pasien cedera kepala yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular, penurunan massa otot
c. Hambatan memori berhubungan dengan hipoksia.
d. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
yang tertahan, mukus berlebihan.
e. Risiko defisien volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme pengaturan.
f. Risiko ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan cedera
otak.
g. Risiko perdarahan berhubungan dengan trauma.
h. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
cedera otak.
i. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, gangguan
integritas kulit.
j. Risiko cedera berhubungan dengan hipoksia jaringan, gangguan
sensasi.
k. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini.
31
3. Perencanaan keperawatan
Prabowo (2017) menyatakan bahwa tahap perencanaan adalah
tahap yang menentukan tindakan penyembuhan kepada pasien. Pada
tahap ini berbagai langkah aplikatif akan disusun dan direncanakan
berdasarkan diagnosis yang sudah disimpulkan pada tahap sebelumnya.
Dalam tahap ini, berbagai rencana pemecahan masalah atau diagnosis
keperawatan terhadap pasien akan disusun. Berbagai rencana akan
dirumuskan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga pada
akhirnya dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
pasien. Tahap ini memuat berbagai tujuan, rencana tindakan, serta
rencana evaluasi atau penilaian terhadap seluruh tindakan yang sudah
dilaksanakan.
3. Intervensi Keperawatan
Moorhead dkk dan Bulechek (2016) menjelaskan intervensi keperawatan yang akan dilakukan berdasarkan diagnosa yang muncul
pada pasien cedera kepala sebagai berikut :
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
32
2. Hambatan mobilitas fisik 1. Pergerakan Terapi latihan : Ambulasi
berhubungan dengan 2. Ambulasi 1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lohat
gangguan neuromuskular, 3. Kemampuan berpindah respon pasien saat latihan.
penurunan massa otot. Kriteria hasil : 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
a. Keseimbangan (dipertahankan pada cukup terganggu, sesuai kebutuhan.
ditingkankan ke sedikit terganggu). 3. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi.
b. Cara berjalan (dipertahankan pada cukup terganggu, 4. Lakukan Range Of Motion (ROM) pasif.
ditingkankan ke sedikit terganggu). 5. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-
c. Koordinasi (dipertahankan pada cukup terganggu, hari secara mandiri sesuai kemampuan.
ditingkankan ke sedikit terganggu). 6. Damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan penuhi
d. Berjalan (dipertahankan pada cukup terganggu, kebutuhan aktivitas sehari-hari.
ditingkankan ke sedikit terganggu). 7. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
e. Berpindah (dipertahankan pada cukup terganggu, bantuan jika diperlukan.
ditingkankan ke sedikit terganggu).
3. Hambatan memori 1. Orientasi kognitif Stimulasi Kognisi
berhubungan dengan 2. Memori 1. Orientaikan klien terhadap waktu, tempat, dan orang.
hipoksia. 3. Memproses informasi 2. Gunakan sentuhan yang bertujuan jika diperlukan
Kriteria hasil : 3. Bicara pada klien.
a. Mengidentifikasi orang terdekat, diri sendiri, tempat, hari, 4. Rangsang memori dengan mengulang pemikiran terakhir
bulan dan tahun (sangat terganggu – tidak terganggu). klien.
b. Mengingat informasi yang sudah lama secara akurat Latihan Memori
(sangat terganggu – tidak terganggu). 1. Panggil nama klien ketika memulai interaksi.
c. Memahami kalimat (sangat terganggu – tidak terganggu). 2. Dekati klien dengan pelan dari depan.
d. Menunjukkan proses berpikir yang terorganisir (sangat 3. Bicara jelas dengan kecepatan suara, vokume dan intonasi
terganggu – tidak terganggu). suara yang tepat
4. Ketidakefektifan bersihan 1. Kepatenan jalan nafas Monitor pernafasan
jalan napas berhubungan 2. Pertukaran gas 1. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi.
dengan sekresi yang Kriteria hasil : 2. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
tertahan, mukus a. Retraksi dinding dada (dipertahankan pada deviasi cukup, bernafas.
berlebihan. dari kisaran normal, ditingkatkan ke tidak ada deviasi dari 3. Monitor pola nafas.
kisaran normal). 4. Monitor sekresi pernafasan.
b. Suara nafas tambahan (dipertahankan pada deviasi sedang, 5. Memonitor dan mencatat warna dan konsistensi secret.
33
dari kisaran normal, ditingkatkan ke tidak ada deviasi dari 6.
Memonitor status oksigen.
kisaran normal). 7.
Lakukan fisoterapi dada
c. Akumulasi sputum (dipertahankan pada deviasi sedang, 8.
Memberikan O2 sesuai kebutuhan
dari kisaran normal, ditingkatkan ke tidak ada deviasi dari 9.
Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya :
kisaran normal). nebulizer).
Penghisapan lendir pada jalan nafas
1. Lakukan tindakan suctioning
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah tindakan
suksion.
3. Gunakan alat steril setiap tindakan suksion.
4. Lakukan perawatan trakea setiap 4-8 jam sekali jika
diperlukan : membersihkan permukaan luar kanula,
membersihkan dan mengeringkan area sekitar stoma, dan
mengganti tali-tali tracheostomy.
5. Risiko defisien volume 1. Keseimbangan cairan Monitor Cairan
cairan berhubungan 2. Hidrasi 1. Monitor asupan dan pengeluaran.
dengan gangguan Kriteria hasil : 2. Monitor membran mukosa,turgor kulit, dan respon haus.
mekanisme pengaturan. a. Kelembaban membran mukosa (sangat terganggu – tidak 3. Periksa isi ulang kapiler darah.
terganggu). 4. Catat dengan akurat asupan dan pengeluaran.
b. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam (sangat 5. Berikan cairan dengan tepat.
terganggu – tidak terganggu).
c. Turgor kulit (sangat terganggu – tidak terganggu).
d. Warna urine keruh (sedang-tidak ada)
6. Risiko ketidakefektifan Termoregulasi Pengaturan suhu
termoregulasi berhubungan Kriteria hasil : 1. Monitor suhu tubuh
dengan cedera otak. a. Peningkatan suhu kulit (berat-tidak ada). 2. Monitor dan laporkan adanya tanda an gejala hipotermia
b. Denyut nadi radial (sangat terganggu-tidak terganggu). dan hipertermia
3. Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien.
Perawatan demam
1. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan,
tergantung fase demam.
2. Beri obat atau cairan intravena.
34
7. Risiko perdarahan 1. Keparahan kehilangan darah Pencegahan syok
berhubungan dengan 2. Koagulasi darah 1. Monitor terhadap adanya respon kompensasi awal syok.
trauma. Kriteria hasil : 2. Monitor status sirkulasi.
a. Hematuria (sedang – tidak ada). 3. Monitor tekanan oksimetri.
b. Hematemesis (sedang – tidak ada). 4. Periksa urin terhadap adanya darah dan protein.
c. Penurunan hemoglobin dan hematokrit (sedang – tidak Pencegahan perdarahan
ada). 1. Pertahankan agar pasien tetap tirah baring jika terjadi
d. Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik (sedang – perdarahan aktif.
tidak ada). 2. Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan
perdarahan.
8. Risiko ketidakefektifan 1. Perfusi jaringan serebral Monitor Neurologi :
perfusi jaringan otak 2. Status sirkulasi 1. Monitor tingkat kesadaran
berhubungan dengan 3. Status neurologis 2. Monitor tanda-tanda vital
cedera otak. Kriteria hasil : Manajemen Edema Serebral
a. Tekanan intrakranial (dipertahankan pada deviasi sedang 1. Monitor adanya kebingungan, perubahan pikiran, keluhan
dari kisaran normal, ditingkatkan ke tidak ada deviasi dari pusing.
kisaran normal). 2. Monitor status neurologi dengan ketat dan bandingkan
b. Tekanan darah sistolik dan diastolik (dipertahankan pada dengan nilai normal.
deviasi sedang dari kisaran normal, ditingkatkan ke tidak 3. Monitor TIK
ada deviasi dari kisaran normal). 4. Monitor status pernafasan
c. Penurunan tingkat kesadaran (dipertahankan pada sedang, 5. Posisikan kepala 30o
ditingkankan tidak ada). 6. Berikan sedasi, sesuai kebutuhan
d. Tekanan dan denyut nadi radial (dipertahankan cukup 7. Berikan anti kejang, sesuai kebutuhan
terganggu, ditingkatkan ke tidak terganggu). 8. Dorong keluarga atau orang penting untuk berbicara dengan
e. Laju pernafasan dan pola bernafas (dipertahankan pada pasien.
sedang, ditingkankan tidak ada).
f. Saturasi oksigen (dipertahankan pada deviasi ringan dari
kisaran normal, ditingkatkan ke tidak ada deviasi dari
kisaran normal).
g. Suara nafas tambahan (dipertahankan pada deviasi sedang
dari kisaran normal, ditingkatkan ke tidak ada deviasi dari
kisaran normal).
35
9. Risiko infeksi Status imunitas Perlindungan infeksi
berhubungan dengan Kriteria hasil : 1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
prosedur invasif, gangguan a. Suhu tubuh (sangat terganggu – tidak terganggu). 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi.
integritas kulit. b. Integritas mukosa (sangat terganggu – tidak terganggu). 3. Batasi jumlah pengunjung
c. Jumlah sel darah putih absolut (sangat terganggu – tidak 4. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
terganggu). 5. Anjurkan peningkatan mobilitas dan latihan
10. Risiko cedera berhubungan Perilaku pencegahan jatuh Pencegahan jatuh
dengan hipoksia jaringan, Kriteria hasil : 1. Identifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik dari pasien
gangguan sensasi. a. Menempatkan penghalang untuk mencegah jatuh (tidak yang mungkin meningkatkan potensi jatuh pada lingkungan
pernah menunjukkan – secara konsisten menunjukkan). tertentu.
b. Memberikan pencahayaan yang memadai (tidak pernah 2. Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko
menunjukkan – secara konsisten menunjukkan). jatuh.
c. Menggunakan alat bantu dnegan benar (tidak pernah 3. Kaji ulang riwayat jatuh bersama dengan pasien dan
menunjukkan – secara konsisten menunjukkan). keluarga.
4. Sediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka
meningkatkan pandangan.
Manajemen lingkungan : keselamatan
5. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahan
berbahaya dan beresiko.
6. Gunakan peralatan perlindungan
11. Ansietas berhubungan Tingkat kecemasan Peningkatan koping
dengan ancaman pada a. Perasaan gelisah (berat – tidak ada). 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
status terkini. b. Wajah tegang (berat – tidak ada). 2. Berikan suasana penerimaan
c. Tidak dapat beristirahat (berat – tidak ada). 3. Dukung penggunaan sumber-sumber spiritual.
d. Distress (berat – tidak ada). 4. Dukung verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut.
5. Dukung keterlibatan keluarga
6. Dukung pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kemampuan diri.
36
37
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam tindakan
keperawatan meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi
respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan (Budiono dan
Sumirah 2016). Tindakan yang akan penulis lakukan untuk mengatasi
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah :
a. Memonitor tanda-tanda vital.
b. Memonitor adanya kebingungan, perubahan pikiran, keluhan pusing.
c. Memonitor tingkat kesadaran.
d. Memonitor peningkatan tekanan intra kranial.
e. Memonitor status pernafasan.
f. Memberi posisi head up 30o .
g. Membatasi gerakan kepala, leher, dan punggung.
h. Mengajak keluarga atau orang terdekat untuk berbicara dengan
pasien.
Tindakan yang akan dilakukan bukan hanya untuk menyelesaikan
masalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak, tetapi semua
masalah yang ditemukan pada saat melakukan proses keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari seluruh proses keperawatan.
Tahap ini adalah tahap penilaian hasil dari seluruh pelaksanaan proses
keperawatan. Dari tahap evaluasi akan diketahui seberapa jauh
keberhasilan yang telah dicapai (Prabowo, 2017).
Hasil yang diharapkan dari proses keperawatan yaitu mengatasi
masalah keperawatan yang ditemukan terutama masalah risiko
ketidakefektifan perfusi jaringan otak, kriteria hasil yang diharapkan
yaitu :
a. Tekanan intrakranial dalam rentang normal.
b. Tekanan sistol dan diastole, saturasi oksigen dalam rentang normal.
c. Tingkat kesadaran membaik, tidak ada suara nafas tambahan.
d. Tekanan dan denyut nadi radial dalam rentang normal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Fokus Penelitian
Fokus studi dalam kasus ini adalah asuhan keperawatan pada pasien
cedera kepala berat dengan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak.
D. Defenisi Operasional
38
39
F. Pengumpulan Data
G. Penyajian Data
H. Etika Penelitian
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang
diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak
hasil penelitian tersebut. Etika penelitian ini mencakup juga perilaku peneliti
atau perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang
dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2012).
1. Hak untuk dihargai privacy-nya
Privacy adalah hak setiap orang. Semua orang mempunyai hak untuk
memperoleh privacy atau kebebasan pribadinya. Demikian pula responden
sebagai objek penelitian.
2. Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan
Informasi yang diberikan oleh responden adalah miliknya sendiri, tetapi
karena diperlukan dan diberikan kepada peneliti atau pewawancara, maka
kerahasiaan informasi tersebut perlu dijamin oleh peneliti. Apabila
informasi tersebut kemudian diberikan kepada peneliti dan diolahnya maka
bentuknya bukan informasi individual dari orang per orang dengan nama
tertentu, tetapi dalam bentuk agregat kelompok responden. Oleh sebab itu
realisasi hak responden untuk merahasiakan informasi dari masing-masing
responden maka nama respondenpun tidak perlu dicantumkan, cukup
dengan kode-kode tertentu saja.
3. Hak memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan akibat dari
informasi yang diberikan. Apabila informasi yang diberikan itu membawa
dampak terhadap keamanan atau keselamatan bagi dirinya atau
keluarganya maka peneliti harus bertanggung jawab terhadap akibat
tersebut.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
2. Gambaran Umum Ruang ICU (Intensive Care Unit) Rumah Sakit Bakti
Timah
Instalasi rawat inap ruang ICU merupakan salah satu instalasi rawat
inap yang ada di RS Bakti Timah Pangkalpinang yang menjadi tempat
perawatan bagi pasien dalam kondisi kritis yang perlu perawatan intensif.
Klasifikasi ketenagaan perawat di ruang ICU meliputi 7 dokter jaga, dan 16
perawat, 11 yang telah tersertifikasi ICU, 5 belum tersertifikasi (dalam
pengajuan). Ruang ICU diketuai oleh satu orang kepala ruangan dengan staf
keperawatan yang dibagi menjadi 4 tim yaitu Tim 1, Tim 2, Tim 3, dan Tim
4. Jadwal dinas perawat dibagi dalam tiga shift yaitu shift pagi, sore dan
malam.
Ruang ICU memiliki 3 ruangan, yang terdiri satu ruangan isolasi
yang berjumlah satu tempat tidur pasien, ruang HCU terdiri dari dua tempat
tidur pasien, dan tiga tempat tidur pasien di ruang perawatan ICU.
Ruang ICU dilengkapi dengan 6 bed side monitor, 3 ventilator
mekanik, syiringe pump, dan infusion pump.
a. Visi
“Instalasi rawat intensif yang aman (safety), terdepan, dan manusiawi
berbasis bukti-bukti dan nilai-nilai, harkat dan martabat”.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan intensif dengan mengutamakan patient
safety.
2) Menyediakan fasilitas peralatan yang canggih sesuai kebutuhan.
44
45
2) Pengumpulan Data
a) Anamnesis
Tabel 4.2 Hasil Anamnesis
Pengkajian Klien 1 Klien 2
Alasan di Keluarga klien mengatakan klien mengalami kecelakaan Keluarga klien mengatakan klien mengalami kecelakaan di
rawat di tunggal di Desa Jebus pada tanggal 11 Mei 2019 pukul Simpang 4 lampu merah Ramayana pada tanggal 7 Juni 2019
Ruang ICU 15.00 WIB dan mengalami penurunan kesadaran. Keluarga pukul 01.30. Klien ditabrak oleh pengendara mobil yang
klien mengatakan bahwa sebelum klien dirujuk ke RS sedang mabuk. Klien mengalami penurunan kesadaran dan
Bakti Timah, klien dibawa ke RS Sejiran Setason Mentok, dibawa ke RSU Depati Hamzah Pangkalpinang. Tindakan yang
klien masuk IGD RS Bakti Timah tanggal 12 Mei 2019 dilakukan di IGD RSU Depati Hamzah adalah pemasangan
pukul 01.48 WIB dengan GCS E2V1M3, TTV (tanda-tanda infus, NGT, ETT, memasang spalk, dan membersihkan luka
vital) ; TD : 110/80 mmHg, HR : 110 kali/menit, RR : 25 vulnus eksorasi. Klien dilakukan pemeriksaan radiografi
kali/menit, Suhu 37,30c, SPO2 : 98 %, klien telah cranium, thoraks, pelvis, dan cruris dextra. Tingkat kesadaran
terpasang intubasi. klien E1V1M3, TTV; TD : 120/57 mmHg, HR : 126 kali/menit,
RR : 22 kali/menit, Suhu : 36,6 0c, SPO2 : 99% dikarenakan
tidak adanya dokter spesialis bedah syaraf di RSU Depati
Hamzah, klien dirujuk ke RS Bakti Timah. Klien masuk IGD
RS Bakti Timah tanggal 7 Juni 2019 pukul 09.30 WIB dengan
GCS E1V1M3, TTV; TD : 110/60 mmHg, HR : 128 kali/menit,
RR : 20 kali/menit, Suhu : 36,0 0c, SPO2 : 99% .
Riwayat Keluarga klien mengatakan pada tanggal 12 Mei 2019 jam Keluarga klien mengatakan pada tanggal 7 Juni 2019 jam 09.30
Kesehatan 01.38-07.30 WIB klien diobservasi di IGD sampai -12.40 WIB klien diobservasi di IGD. Pada pukul 13.00 klien
Sekarang menunggu adanya tempat yang kosong untuk pasien di dipindahkan dari IGD ke ruang ICU dengan TTV; TD :123/78
ruang ICU. Pada pukul 07.38 klien dipindahkan dari IGD mmHg, HR : 142 kali/menit, RR : 30 kali/menit, suhu 36,7oc,
ke ruang ICU dengan TTV; TD :110/80 mmHg, HR : 89 SPO2 : 100%, dengan E1V1M3 tingkat kesadaran stupor. Pada
kali/menit, RR : 24 kali/menit, suhu 37oc, dengan E1V1M4 pukul 18.30 klien masuk ruang operasi dan dilakukan tindakan
tingkat kesadaran stupor. Pada pukul 11.30 klien masuk craniotomy, tracheostomy, dan Central Venous Catheter
ruang operasi dan dilakukan tindakan craniotomy, (CVC) insertion dan selesai operasi pukul 20.40 WIB. Pada
tracheostomy, dan Central Venous Catheter (CVC) pukul 21.30 WIB, klien kembali masuk ke ruang ICU dengan
insertion dan selesai operasi pukul 11.20 WIB. Pada pukul GCS E1V1M3 TTV; TD :120/80 mmHg, HR : 80 kali/menit, RR
11.40 WIB, klien kembali masuk ke ruang ICU. : 28 kali/menit, suhu 37oc, SPO2 : 98%. Pengkajian dilakukan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 Mei 2019 pukul pada tanggal 8 Juni 2019 pukul 13.00 WIB didapatkan data
46
11.05 WIB didapatkan data sebagai berikut : klien dalam sebagai berikut : klien dalam keadaan tidak sadar dengan GCS
keadaan tidak sadar dengan GCS E1V1M3 tingkat E1V1M3 tingkat kesadaran stupor dan terpasang Oropharingeal
kesadaran stupor dan terpasang Oropharingeal Airway Airway (OPA) No.3. Pernafasan spontan dengan bantuan
(OPA) No.3. Pernafasan spontan dengan bantuan T-Piece ventilator mode VC-SIMV (Volume Control-Synchronous
8 liter/menit, klien terpasang heart monitor dengan RR : Intermittent Mandatory Ventilation) dengan FiO2(Fraksi
18kali/menit, TD: 108/69 mmHg, MAP: 82 mmHg, CPP: Oksigen Inspirasi) : 90%, TV (Tidal Volume) : 400, RR : 12,
72 mmHg, HR: 110 kali/menit, suhu: 37,6 kali/menit, PEEP (Positive End Expiratory Pressure) : 5, PS : 7, SPO2 :
SPO2 : 98 %, gambaran Electro Kardio Grafi (EKG) sinus 100 %, klien terpasang heart monitor dengan TD: 126/76
rythm. Klien mendapatkan obat drip Midazolam 0,04 mmHg, MAP: 93 mmHg, CPP: 83 mmHg, RR: 29 kali/menit,
mg/KgBB/jam, drip Fentanyl 25 mcg/jam, terpasang IVFD HR: 82 kali/menit, suhu: 37,6 kali/menit, SPO2 : 100 %,
NS 0,9% 2500 cc/24 jam – Intake cairan, transfusi darah gambaran EKG sinus rythm . Klien terpasang IVFD NS 0,9% +
Whole Blood 350cc melalui CVC, racoon eyes di kedua Cernevit 2500 cc/24 jam – Intake cairan, transfusi darah Whole
mata, battle sign pada osteo mastoid dextra, pipi dan leher Blood 350cc melalui CVC, kedua mata klien tampak bengkak,
sebelah kanan tampak bengkak. Terpasang drain pada pipi dan leher klien tampak bengkak. Terpasang drain pada
bagian temporal, aliran drain lancar, berwarna merah segar bagian occipital, aliran drain lancar, berwarna merah segar
sebanyak 10cc, terpasang CVC pada subclavia sinistra, sebanyak 400cc, terpasang CVC pada subclavia sinistra,
dilakukan pengukuran Central Venous Pressure (CVP) 6 dilakukan pengukuran CVP 10 cmH2O NGT No.16 dengan
cmH2O NGT No.16, dan kateter No.16. Terdapat luka residu sebanyak 100cc, dan kateter No.12. Terdapat luka
jahitan post op craniotomy sepanjang 20x2 cm pada bagian vulnus eksorasi di bagian zygomaticum, luka tampak berwarna
temporal sinistra sampai dengan temporal dextra, luka kemerahan, luka jahitan post op craniotomy sepanjang 6x2 cm
jahitan pada bagian parietal 7x2 cm. terdapat vulnus pada bagian parietal dextra, luka jahitan pada bagian temporal
eksorasi pada anterior axilla. memanjang sampai parietal 25x2 cm. Terdapat vulnus eksorasi
Masalah Keperawatan : Risiko ketidakefektifan di sekitar ektremitas atas dextra dan ekstremitas bawah dextra.
perfusi jaringan otak Tampak ada luka fraktur terbalut perban pada ekstremitas
bawah dextra.
Masalah Keperawatan : Risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan otak
Riwayat Keluarga klien mengatakan, klien tidak mempunyai Keluarga klien mengatakan, klien tidak mempunyai riwayat
Kesehatan riwayat penyakit parah yang membuat klien bisa masuk penyakit parah yang membuat klien bisa masuk rumah sakit,
Dahulu rumah sakit, klien hanya mengalami demam, dan sakit flu klien hanya mengalami demam, dan sakit flu biasa.
biasa. Keluarga klien mengatakan bahwa klien sering
merokok selama 6 bulan terakhir.
47
Riwayat Keluarga klien mengatakan, di keluarganya tidak Keluarga klien mengatakan, di keluarganya tidak mempunyai
Kesehatan mempunyai riwayat penyakit keturunan dan penyakit yang riwayat penyakit keturunan dan penyakit yang menular.
Keluarga menular.
Genogram
Keterangan : Keterangan :
Klien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Klien Klien merupakan anak tunggal. Klien berumur 14 tahun. Klien
berumur 19 tahun. Klien merantau dan tinggal bersama tinggal bersama kedua orangtuanya di desa Jebus, Kabupaten
tetangganya di desa Jebus, Kabupaten Bangka Barat untuk Bangka Barat.
bekerja.
Kebutuhan Pada saat pengkajian klien dalam penurunan kesadaran, Pada saat pengkajian klien dalam penurunan kesadaran, GCS
Istirahat dan GCS E1V1M3 tingkat kesadaran stupor. E1V1M3 tingkat kesadaran stupor.
Tidur Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Kebutuhan Selama di ruang ICU, personal hygiene klien dibantu oleh Selama di ruang ICU, seluruh aktivitas klien dibantu oleh
Personal perawat. Klien dimandikan dan diganti pakaiannya 2 kali perawat. Personal hygiene klien dibantu oleh perawat. Klien
Hygiene sehari pada pagi dan sore hari,. Klien juga dilakukan oral dimandikan dan diganti pakaiannya 2 kali sehari pada pagi dan
hygiene 3 kali sehari pada pagi, siang, dan malam hari. sore hari,. Klien juga dilakukan oral hygiene 3 kali sehari pada
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri : pagi, siang, dan malam hari.
48
mandi, berpakaian, makan, eliminasi. Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri : mandi,
berpakaian, makan, eliminasi.
Kebutuhan Keluarga klien mengatakan bahwa klien merupakan anak Keluarga klien mengatakan bahwa klien merupakan anak yang
Psiko-Sosio- yang pendiam, klien jarang menceritakan tentang masalah pendiam, klien jarang menceritakan tentang masalah yang
Spiritual yang dialaminya. Sebelum pergi ke desa Jebus klien dialaminya. Keluarga klien mengatakan klien selalu
sempat bekerja di Jakarta selama satu tahun. Selama ini melakakukan sholat 5 waktu tidak pernah ditinggalkan, dan
klien tinggal bersama kakak dan terkadang bersama merupakan anak yang berprestasi disekolahnya. Saat klien
bibinya. Ibu klien menjadi seorang tenaga kerja wanita di sakit, klien sering dikunjungi oleh kerabatnya yang datang dari
luar negeri dan ayah klien tidak diketahui keberadaannya. Jebus.
Keluarga klien mengatakan klien mempunyai banyak Masalah Keperawatan : Tidak Ada
teman di kampung halamannya dan mempunyai hubungan
yang baik dengan mereka. Keluarga klien mengatakan
klien jarang beribadah. Saat klien sakit, klien sering
dikunjungi oleh kerabatnya yang datang dari Indralaya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
49
Auskultasi : Bunyi paru sonor.
Terdengar suara napas tambahan ronchi di lapang paru Auskultasi :
kanan dan kiri. Terdengar suara napas tambahan ronchi di lapang paru
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan bersihan kanan.
jalan napas. Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan bersihan
jalan napas.
Sistem Inspeksi : Inspeksi :
Kardiovaskuler Bentuk dada klien tampak simetris, tidak terdapat jejas Bentuk dada klien tampak simetris, tidak terdapat jejas
pada area dada klien, klien terpasang heart monitor pada area dada klien, klien terpasang heart monitor
dengan RR : 18kali/menit, TD: 108/69 mmHg, MAP: 82 dengan TD: 126/76 mmHg, MAP: 93 mmHg, CPP: 83
mmHg, CPP: 72 mmHg, HR: 110 kali/menit, suhu: 37,6 mmHg, RR: 29 kali/menit, SPO2 : 100 %, irama napas
kali/menit, SPO2 : 98 %, gambaran EKG sinus rythm cepat dan dangkal, HR: 82 kali/menit, suhu: 37,6
Palpasi : kali/menit,gambaran EKG sinus rythm
CRT 5 detik, akral teraba hangat, ictus cordis tidak Palpasi :
teraba. CRT 2 detik, akral teraba hangat, ictus cordis tidak teraba.
Perkusi : Perkusi :
Batas atas jantung pada ICS II, batas kanan jantung mid Batas atas jantung pada ICS II, batas kanan jantung mid
sternum pada ICS IV. sternum pada ICS IV.
Auskultasi : Auskultasi :
Irama jantung regular, suara jantung s1 s2 terdengar lup Irama jantung regular, suara jantung s1 s2 terdengar lup
dup. dup.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Sistem Neurologis Nervus Olfaktorius: Nervus Olfaktorius:
Tidak dapat dilakukan pengkajian Tidak dapat dilakukan pengkajian
Nervus Optikus : Nervus Optikus :
Terdapat raccoon eyes pada kedua mata klien. Reflek pupil 2mm/2mm, terdapat perdarahan disekitar
sklera.
Nervus Okulomotoris : Nervus Okulomotoris :
Tidak dapat dilakukan pengkajian Tidak dapat dilakukan pengkajian
Nervus Troklearis : Nervus Troklearis :
Tidak dapat dilakukan pengkajian Tidak dapat dilakukan pengkajian
Nervus Trigeminus : Nervus Trigeminus :
Tidak dapat dilakukan pengkajian Tidak dapat dilakukan pengkajian
Nervus Abdusen : Nervus Abdusen :
50
Tidak dapat dilakukan pengkajian Tidak dapat dilakukan pengkajian
Nervus Facilalis : Nervus Facilalis :
Tidak dapat dilakukan pengkajian Tidak dapat dilakukan pengkajian
Nervus Auditorius : Nervus Auditorius :
Tidak dapat dilakukan pengkajian Tidak dapat dilakukan pengkajian
Nervus Glosopharingeal : Nervus Glosopharingeal :
Tidak dapat dilakukan pengkajian Tidak dapat dilakukan pengkajian
Nervus Vagus : Nervus Vagus :
Tidak dapat dilakukan pengkajian Tidak dapat dilakukan pengkajian
Nervus Asesorius : Nervus Asesorius :
Tidak dapat dilakukan pengkajian Tidak dapat dilakukan pengkajian
Nervus Hipoglosus : Nervus Hipoglosus :
Tidak dapat dilakukan pengkajian Tidak dapat dilakukan pengkajian
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Sistem Persepsi Terdapat raccoon eyes pada kedua mata klien, klien Mata klien tampak bengkak, klien dalam kondisi
Sensori dalam kondisi penurunan kesadaran. Keluarga klien penurunan kesadaran. Keluarga klien mengatakan
mengatakan sebelum masuk ke rumah sakit pengelihatan sebelum masuk ke rumah sakit penglihatan dan
dan pendengaran klien baik dan tidak mengggunakan pendengaran klien baik. Klien tidak menggunakan alat
alat bantu pengelihatan maupun pendengaran. Saat ini bantu penglihatan maupun pendengaran. Saat ini klien
tidak dapat dilakukan pemeriksaan pada penglihatan dan tidak dapat dilakukan pemeriksaan pada penglihatan dan
pendengaran klien karena klien mengalami penurunan pendengaran karena klien mengalami penurunan
kesadaran. kesadaran.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Sistem Perkemihan Terpasang kateter dengan jumlah urin 1000 cc, urine Terpasang kateter dengan jumlah urin 100 cc, urine
berwarna kuning pekat seperti teh, tidak tampak berwarna kuning, tidak tampak gangguan pada sistem
gangguan pada sistem perkemihan, aliran kateter tampak perkemihan, aliran kateter tampak lancar. Terpasang drain
lancar. Terpasang drain pada bagian temporal sebanyak pada bagian temporal sebanyak 400cc. Klien terpasang,
10cc. Klien terpasang drip Midazolam 0,04 terpasang IVFD NS 0,9%, transfusi darah PRC 250cc.
mg/KgBB/jam, drip Fentanyl 25 mcg/jam, terpasang Input :
IVFD NS 0,9% 2500 cc/24 jam – Intake cairan, transfusi IVFD NS 0,9% = 1.322,5 cc
darah Whole Blood 350cc Transfusi PRC 2 x 250 cc = 500 cc
Input : Inj. Tramadol 3 x 2ml (amp) = 6 cc
IVFD NS 0,9% = 1.100 cc Inj. Ceftriaxone 2 x 2gr (vial) = 10 cc
Transfusi Whole Blood 2 x 350cc = 700 cc Inj. Pantoprazole 1 x 40mg (vial) = 5 cc
51
Drip Nore Epineprin = 9 cc Inj. Asam Tranexamat 3 x 250mg (vial) = 7,5 cc
Drip Midazolam = 46,8
cc Inj. Vitamin K 3 x 1ml (amp) = 3 cc
Drip Fenthanyl = 48,3cc Inj. Cernevit 1 x 750mg (vial) = 5 cc
Inj. Ceftriaxone 2 x 2gr (vial) = 10 cc Paracetamol Flash 1gr/100ml = 100 cc
Inj. Pantoprazole 1 x 40mg (vial) = 5 cc Diet Sonde 8 x 100 cc = 800 cc
Inj. Asam Tranexamat 3 x 250 mg (vial) = 7,5
cc Air Minum 8 x 50 cc = 400 cc
Inj. Vitamin K 3 x 1ml (amp) = 3 cc +
Inj. Cernevit 1 x 750mg (vial) = 5 cc 3.159 cc
Inj. Citicoline 3 x 250mg/2ml (amp) = 6 cc
Inj. CA Gluconas 1 x 1000mg/10ml (amp) = 10 cc Output
Inj. Furosemide 1 x 20mg/2ml (amp) = 2 cc Urine = 1.430 cc
Diet Sonde 8 x 100 cc = 800 cc Drain = 400 cc
Air Minum 8 x 50 cc = 400 cc Residu = 450 cc
+ +
3.152,6 cc 2.280 cc
Output
Urine = 1.480 cc IWL
Drain = 50 cc 15 X BB/24jam
BAB = 664 cc 15 x 40/24 jam = 600 cc/24 jam
+
2.194 cc Balance cairan = Input – (Output+IWL)
= 3.159 – (2.280 + 600)
IWL = 279 cc/24 jam
15 X BB/24jam Masalah Keperawatan : Tidak ada
15 x 60/24 jam = 900 cc/24 jam
Balance cairan = Input – (Output+IWL)
= 3.152,6 – (2.194 + 900)
= 58,6 cc/24 jam
Masalah Keperawatan : Tidak ada
Sistem Pencernaan Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk perut datar, warna kulit sawo matang, turgor kulit Bentuk perut datar, warna kulit sawo matang, turgor kulit
klien baik, mukosa bibir lembab, klien mendapat jenis klien baik, mukosa bibir lembab, klien mendapat jenis
makanan cair 3x150 cc/8 jam. Klien terpasang NGT, makanan cair 3x150 cc/8 jam. Klien terpasang NGT
tidak adanya reflek mual dan muntah, BAB klien dengan residu sebanyak 100cc yang berwarna kecoklatan,
52
berwarna kuning dengan konsistensi lembek. tidak adanya reflek mual dan muntah, klien belum BAB
Auskultasi :. sejak pagi.
Peristaltik usus 10x/m. Auskultasi :
Palpasi : Peristaltik usus 13x/m.
Perut teraba hangat, tidak ada massa. Palpasi :
Perkusi : Perut teraba hangat, tidak ada massa.
Perut terdengar timpani. Perkusi :
Perut terdengar timpani.
BB : 60 Kg
TB : 170 cm BB : 40 Kg
IMT : 20,8 (Berat badan normal) TB : 155 cm
Masalah Keperawatan : Tidak Ada IMT : 17 (Berat badan kurang)
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Sistem Klien bed rest total di tempat tidur, tidak ada fraktur, Klien bed rest total di tempat tidur, tampak luka fraktur
Muskuloskeletal kekuatan otot tidak dapat dikaji karena klien mengalami terbalut perban pada tibia dextra, ekstremitas bawah klien
penurunan kesadaran. Klien hanya merespon fleksi tampak bengkak, warna kulit pucat saat dielevasi, CRT 4
ketika diberi rangsangan nyeri. detik, kekuatan otot tidak dapat dikaji karena klien
Masalah Keperawatan : Hambatan Mobilitas Fisik mengalami penurunan kesadaran. Klien hanya merespon
fleksi ketika diberi rangsangan nyeri.
Masalah Keperawatan :
Hambatan Mobilitas Fisik
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Sistem Integumen Turgor kulit baik, kulit elastis, terdapat luka vulnus Turgor kulit baik, kulit elastis, terdapat luka vulnus
eksorasi di bagian frontal dextra sampai zygomaticum, eksorasi di bagian zygomaticum, luka tampak berwarna
luka tampak berwarna kemerahan dan disertai darah kemerahan, luka jahitan post op craniotomy sepanjang
yang mengering disekitar luka, luka jahitan post op 6x2 cm pada bagian parietal dextra, luka jahitan pada
craniotomy sepanjang 20 x 2 cm pada bagian temporal bagian temporal sampai parietal 25x2 cm. Terdapat
sinistra sampai dengan temporal dextra, luka jahitan pada vulnus eksorasi di sekitar ektremitas atas dextra dan
bagian parietal 7x2 cm. Terdapat vulnus eksorasi pada ekstremitas bawah dextra. Luka tampak kotor disertai
anterior axilla. Terpasang drain kepala pada bagian darah yang mengering. Terpasang drain kepala pada
parietal, CVC pada subclavia sinistra, dan tracheostomy. bagian occipital, CVC pada subclavia sinistra, dan
Masalah Keperawatan : tracheostomy.
Kerusakan integritas kulit Masalah Keperawatan :
Kerusakan integritas jaringan Kerusakan integritas kulit
53
Risiko infeksi Kerusakan integritas jaringan
Risiko infeksi
Sistem Imunitas Keluarga klien mengatakan klien mendapat imunisasi Keluarga klien mengatakan klien mendapat imunisasi
secara lengkap. secara lengkap.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Sistem Endokrin Tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti diabetes Tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti diabetes
meliitus, hipertiroid, dan tidak ada diet khusus pada meliitus, hipertiroid, dan tidak ada diet khusus pada
pasien. pasien.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Sistem Reproduksi Tidak ada tanda-tanda trauma pada area reproduksi klien, Tidak ada tanda-tanda trauma pada area reproduksi klien.
terdapat rambut. Genetalia klien tampak bersih. Klien Genetalia klien tampak bersih. Klien belum menikah.
belum menikah. Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
54
c) Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 4.4 Hasil Laboratorium
Hari/tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Klien 1 Nama : Tn.H No. RM : 02-19-420031
Umur : 19 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + EDH
13 Mei 2019 Hematologi
Hematologi rutin
Jumlah Leukosit 15,6 10^3 /ul 4,8 - 10,0
Jumlah Eritrosit 2,3 10^6 /uL 4,7 - 6,1
Hemoglobin 7,2 g/dL 12 – 16
Hematokrit 19 % 42 – 52
MCV 86 fL 80 – 90
MCH 32,0 Pg 27,0 - 31,0
MCHC 37,1 g/dL 32,0 - 36,0
Jumlah Trombosit 73 10^3 /ul 150 – 450
RDW-SD 40.3 fL 37 – 47
RDW-CV 12,8 11,5 - 14,5
PDW 10,6 fL 9,0 - 13,0
MPV 10,2 fL 7,2 - 11,1
P-LCR 25,7 % 15,0 - 25,0
Golongan Darah O
Kreatinin
e.GFR 48,850 ml/min/1,73 m2 - Normal/minimal
kidney >90 damage
with normal GFR
- Mild decrease in
GFR 60-89
- MD rate decrease in
GFR 30-59
- Severe decrease in
GFR 15-29
55
- Kidney failure <15
SGOT 135 u/L < 35
SGPT 55 u/L < 31
Elektrolit (natrium, kalium, klorida)
Natrium Darah 136,0 mmol/L 135 – 148
Kalium Darah 4,6 mmol/L 3,5 – 5,3
Klorida Darah 100,0 mmol/L 98 – 108
Kalsium 8,8 mg/dL 8,1 – 10,4
Serologi
HbsAg Negatif Negatif
Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif
Anti HCU Rapid Negatif Negatif
Hari/tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Klien 2 Nama : An.M No. RM : 02-19-421593
Umur : 14 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + SAH
7 Juni 2019 Hematologi
Hematologi rutin
Jumlah Leukosit 21,8 10^3 /ul 4,8 - 10,0
Jumlah Eritrosit 3,2 10^6 /uL 4,7 - 6,1
Hemoglobin 9,2 g/dL 12 – 16
Hematokrit 25 % 42 – 52
MCV 77 fL 80 – 90
MCH 28,9 Pg 27,0 - 31,0
MCHC 37,6 g/dL 32,0 - 36,0
Jumlah Trombosit 237 10^3 /ul 150 – 450
RDW-SD 35.4 fL 37 – 47
RDW-CV 12,5 11,5 - 14,5
PDW 7,6 fL 9,0 - 13,0
MPV 8,7 fL 7,2 - 11,1
P-LCR 14,0 % 15,0 - 25,0
Golongan Darah A
Hitung Jenis
56
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 1–3
Neutrofil 89 % 50 – 70
Limfosit 4 % 20 – 40
Monosit 7 % 2–8
Laju Endap Darah 18 mm/jam < 15
PT/INR (Waktu Protombin)
PT 11,5 detik 9,2 – 12,4
INR 1,1 0,5 – 1,2
Kontrol (PT) 11,4 detik
APTT (Waktu Tromboplastin)
APTT 30 detik 23 – 34
Kontrol (APTT) 26,0 detik
Kimia Darah
Ureum darah 16 mg/dL 17 - 43
Kreatinin
Kreatinin darah 0,4 mg/dL 0,7 – 1,2
e.GFR 294,847 ml/min/1,73 m2 - Normal/minimal
kidney >90 damage
with normal GFR
- Mild decrease in GFR
60-89
- MD rate decrease in
GFR 30-59
- Severe decrease in
GFR 15-29
- Kidney failure <15
SGOT 84 u/L < 35
SGPT 46 u/L < 31
Elektrolit (natrium, kalium, klorida)
Natrium Darah 135,0 mmol/L 135 – 148
Kalium Darah 3,9 mmol/L 3,5 – 5,3
Klorida Darah 107,0 mmol/L 98 – 108
57
Kalsium 8,8 mg/dL 8,1 – 10,4
Serologi
HbsAg Negatif Negatif
Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif
Anti HCU Rapid Negatif Negatif
58
-Trachea tampak normal, posisi di midline
-Mediastinum superior dan inferior tampak normal
-Diaphragma tampak normal
-Sinus costophrenicus kanan dan kiri tampak tajam
-SIC tampak simetris
-Struktur tulang dan soft tissue dinding toraks tampak normal
-Terpasang trakeostomi dengan tip setinggi VTh4
Kesimpulan :
Pneumonia
Hari/tanggal Jenis Pemeriksaan
Klien 2 Nama : An.M No. RM : 02-19-421593
Umur : 14 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + SAH
7 Juni 2019 CT-Scan tanpa kontras
Kesimpulan :
- ICH (volume 26,9 cc) disertai perifocal edema disekitarnya
parenchyma frontotemporoparietal kiri dan ICH (volume 2,10 cc) di
medullary temporoparietal kanan.
- IVH, di cornu posterior ventrikel lateralis kanan
- Hemorrhage di sisterna dan pontine hemorrhage
- SAH di regio parietal bilateral terutama kanan dan hemorrhage di
interhemisphere
- Hematosinus maksillaris kiri
- Fraktur di os parietal kanan dan os frontal
- Fraktur diastasis di sutura coronalis
- Garis fraktur di dinding lateral sinus maksillaris kiri
- Subcutaneous hemorrhage di soft tissue region parietalis bilateral.
Radiografi Toraks AP
Hasil :
- Cor : besar dan bentuk tampak normal, aorta tampak normal.
- Pulmo : tak tampak infiltrate di kedua lapang paru, bronkhovascular pattern
tampak normal, kedua hilus tampak normal.
- Trachea tampak normal, posisi di midline
- Mediastinum superior dan inferior tampak normal
- Diaphragma tampak normal
59
- Sinus costophrenicus kanan dan kiri tampak tajam
- SIC tampak simetris
- Struktur tulang dan soft tissue dinding toraks tampak normal
- Terpasang trakeostomi dengan tip setinggi VTh4-5
- Terpasang NGT dengan tip di proyeksi gaster
Kesimpulan :
Cor dan pulmo tak tampak kelainan
Terpasang ET tube dengan tip setinggi VTh4-5
Terpasang NGT dengan tip di proyeksi gaster
Radiografi Cruris Kanan AP/Lateral
Hasil :
- Tampak fraktur comminutive, displaced di 1/3 medial os tibia kanan dan
fraktur simple, displaced di 1/3 proksimal os fibula kanan
- Celah dan permukaan sendi tampak normal
- Subchondral bone layer tampak normal
- Tak tampak soft tissue swelling, tak tampak adanya kalsifikasi abnormal.
Kesimpulan :
- Fraktur comminutive, displaced di 1/3 medial os tibia kanan
- Fraktur simple, displaced di 1/3 proksimal os fibula kanan
60
(3) Tindakan Kolaborasi Medis
Tabel 4.6 Tindakan Kolaborasi Medis
Hari/tanggal Terapi
Klien 1 Nama : Tn.H No. RM : 02-19-420031
Umur : 19 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + EDH
Senin, 13 Mei 1. IVFD NS 0,9 % 2500cc/24jam – intake cairan
2019 2. Drip Nore Epineprine (2 amp)
3. Drip Midazolam 0,04g
4. Drip Fenthanyl 25g
5. Transfusi Whole Blood (2 kantong)
6. Inj. Ceftriaxone 2 x 2gr
7. Inj. Pantoprazole 1 x 40mg
8. Inj. Asam Tranexamat 3 x 250 mg
9. Inj. Vitamin K 3 x 1ml
10. Inj. Cernevit 1x 750mg
11. Inj. Citicoline 3 x 250mg
12. Inj. CA Gluconas (extra) 1 x 1000mg
13. Inj. Furosemide (extra) 1 x 20mg
14. Diet sonde 8x100 cc
15. Terapi oksigen 8-10 liter/menit
Selasa, 14 Mei 1. IVFD NS 0,9 % 2500cc/24jam – intake cairan
2019 2. Drip Midazolam 0,02 KgBB/jam
3. Drip Fentanyl 12,5mg/jam
4. Transfusi Whole Blood (1 kantong)
5. Inj. Ceftriaxone 1 x 2gr
6. Inj. Pantoprazole 1 x 40mg
7. Inj. Asam Tranexamat 3 x 250 mg
8. Inj. Vitamin K 3 x 1ml
9. Inj. Cernevit 1x 750mg
10. Inj. Citicoline 3 x 250mg
11. Inj. Lasix 1 x 20mg
12. Inj. CA Gluconas 1 x 1000mg
13. Inj. Tramadol 3 x 2ml
61
14. Inj. Hydrocortisone 4 x 100mg
15. Inj. Extra Midazolam 2mg
16. Paracetamole flash 1 gr/100cc
17. Diet sonde 8x100 cc
18. Terapi oksigen 8-10 liter/menit
Rabu, 15 Mei 1. IVFD NS 0,9 % 2500cc/24jam – intake cairan
2019 2. IVFD Nacl 3 % 10 tpm
3. Inj. Ceftriaxone 1 x 2gr
4. Inj. Cernevit 1 x 750mg
5. Inj. Lasix 1 x 20 mg
6. Inj. Hydrocortisone 4 x 100mg
7. Diet sonde 8x100 cc
8. Terapi oksigen 8-10 liter/menit
Kamis, 16 Mei 1. IVFD NS 0,9 % 2500cc/24jam
2019 2. IVFD Nacl 3 % 5 tpm
3. Inj. Cernevit 1x 750mg
4. Inj. Hydrocortisone 4 x 100mg
5. Diet sonde 8x100 cc
6. Terapi oksigen 8-10 liter/menit
Hari/tanggal Terapi
Klien 2 Nama : An.M No. RM : 02-19-421593
Umur : 14 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + SAH
Sabtu, 8 Juni 1. IVFD NaCl 0,9 % 2100 cc/24 jam – intake cairan lain
2019 2. Transfusi Whole Blood
3. Inj. Tramadol 3 x 2ml
4. Inj. Ceftriaxone 2 x 2gr
5. Inj. Pantoprazole 1 x 40mg
6. Inj. Asam Tranexamat 3 x 250mg
7. Inj. Vitamin K 3 x 1ml
8. Inj. Cernevit 1 x 750 mg
9. Paracetamol Flash 1gr/100 ml
10. Diet sonde 8 x 100 cc
11. Terapi oksigen 8-10 liter/menit
62
Minggu, 9 Juni 1. IVFD NaCl 0,9 % 2100 cc/24 jam
2019 2. Inj. Tramadol 3 x 2ml
3. Inj. Ceftriaxone 2 x 2gr
4. Inj. Pantoprazole 1 x 40mg
5. Inj. Asam Tranexamat 3 x 250mg
6. Inj. Vitamin K 3 x 1ml
7. Inj. Cernevit 1 x 750 mg
8. Diet sonde 8 x 100 cc
9. Terapi oksigen 8-10 liter/menit
Senin, 10 Juni 1. IVFD NaCl 0,9 % 2100 cc/24 jam
2019 2. Inj. Tramadol 3 x 2ml
3. Inj. Ceftriaxone 2 x 2gr
4. Inj. Pantoprazole 1 x 40mg
5. Inj. Asam Tranexamat 3 x 250mg
6. Inj. Vitamin K 3 x 1ml
7. Inj. Cernevit 1 x 750 mg
8. Inj. Amiodaron tab 200mg
9. Diet sonde 8 x 100 cc
10. Terapi oksigen 8-10 liter/menit
Selasa, 11 Juni 1. IVFD NaCl 0,9 % 2100 cc/24 jam
2019 2. Inj. Tramadol 3 x 2ml
3. Inj. Ceftriaxone 2 x 2gr
4. Inj. Pantoprazole 1 x 40mg
5. Inj. Asam Tranexamat 3 x 250mg
6. Inj. Vitamin K 3 x 1ml
7. Inj. Cernevit 1 x 750 mg
8. Inj. Amiodaron tab 200mg
9. Diet sonde 8 x 100 cc
10. Terapi oksigen 8-10 liter/menit
63
3) Analisa Data
Tabel 4.7 Analisa Data
Keterangan No. Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
Nama : Tn.H No. RM : 02-19-420031
Klien 1 Umur : 19 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + EDH
1. Data subjektif : - Cedera otak Risiko ketidakefektifan
Data objektif : perfusi jaringan otak
Klien dalam keadaan tidak sadar dengan GCS E1V1M3, tingkat
kesadaran stupor. Pernafasan spontan dengan bantuan T-Piece
8-10 l/m, RR : 18x/m, TD: 108/69 mmHg, MAP: 82 mmHg,
CPP: 72 mmHg , HR: 110 x/m, suhu: 37,6 x/m, SPO 2 : 98 %.
Klien mendapatkan obat drip Midazolam 0,04 mg/KgBB/jam,
drip Fentanyl 25 mcg/jam, terpasang IVFD NS 0,9% 2500
cc/24 jam – Intake cairan, transfusi darah Whole Blood 350cc,
raccoon eyes di kedua mata, battle sign pada osteo mastoid
sinistra, pipi dan leher sebelah kanan tampak bengkak. CRT 5
detik
2. Data subjektif : - Mukus berlebihan, Ketidakefektifan
Data objektif : sekresi yang tertahan bersihan jalan napas
Pernafasan spontan dengan tracheostomy via T-Piece 8 l/m,
irama napas regular, frekuensi napas 18x/m, SPO 2 : 98%,
terdengar suara napas tambahan ronchi, terdapat banyak
sputum pada area tracheostomy yang berwarna kuning
bercampur dengan darah, tidak ada refleks batuk.
3. Data subjektif : - Faktor eksternal : Kerusakan integritas jari
Data objektif : prosedur bedah gan
Luka jahitan post op craniotomy sepanjang 20 x 2 cm pada
bagian temporal sinistra sampai dengan temporal dextra, luka
jahitan pada bagian parietal 7x2 cm. terdapat vulmus eksorasi
pada anterior axilla. Terpasang drain kepala pada bagian
parietal, CVC pada subclavia sinistra, dan tracheostomy.
64
4. Data subjektif : - Gangguan Defisit perawatan diri:
Data objektif : neuromuscular mandi, berpakaian,
Semua kegiatan klien dibantu oleh perawat, klien hanya makan, eliminasi
berbaring di tempat tidur, tampak lemah, dan penurunan
kesadaran.
5. Data subjektif : - Faktor eksternal : cedera Kerusakan integritas
Data objektif : fisik kulit
Terdapat luka vulnus eksorasi di bagian frontal dextra sampai
zygomaticum, luka tampak berwarna kemerahan dan disertai
darah yang mengering disekitar luka.
65
Keterangan No. Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
Klien 2 Nama : An.M No. RM : 02-19-421593
Umur : 14 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + SAH
1. Data subjektif : - Cedera otak Risiko ketidakefektifan
Data objektif : perfusi jaringan otak
Klien dalam keadaan tidak sadar dengan GCS E1V1M3 tingkat
kesadaran stupor. Pernafasan spontan dengan bantuan
ventilator mode VC-SIMV dengan FiO2: 90%, TV: 400, RR:
12, PEEP: 5, PS: 7, SPO2: 100 %. Klien terpasang IVFD NS
0,9% + Cernevit 2500 cc/24 jam – Intake cairan, transfusi
darah Whole Blood 350cc melalui CVC, kedua mata klien
tampak bengkak, pipi dan leher klien tampak bengkak.
Terpasang drain pada bagian occipital. Tanda-tanda vital : TD:
126/76 mmHg, MAP: 93 mmHg, CPP: 83 mmHg, HR: 82
kali/menit, suhu: 37,6 kali/menit.
2. Data subjektif : - Sekresi yang tertahan Ketidakefektifan
Data objektif : bersihan jalan napas
Pada saat pengkajian didapatkan data bentuk dada simetris,
pernafasan spontan dengan bantuan ventilator mode VC-
SIMV dengan FO2 : 90%, TV: 400, RR: 12, PEEP: 5, PS: 7,
SPO2: 100 %, klien terpasang OPA, RR: 29 kali/menit, SPO2 :
100 %, irama napas cepat dan dangkal, terdapat sputum pada
area tracheostomy yang berwarna kuning bercampur dengan
darah, tidak ada reflek batuk. Terdengar suara napas
tambahan ronchi di lapang paru kanan.
3. Data subjektif : - Faktor eksternal : Kerusakan integritas jari
Data objektif : prosedur bedah ngan
Luka jahitan post op craniotomy sepanjang 6x2 cm pada
bagian parietal dextra, luka jahitan pada bagian temporal
sampai parietal 25x2 cm. Terpasang drain kepala pada bagian
occipital, CVC pada subclavia sinistra, dan tracheostomy.
Tampak luka fraktur terbalut perban pada tibia dextra.
66
4. Data subjektif : - Gangguan Defisit perawatan diri:
Data objektif : neuromuskular mandi, berpakaian,
Selama di ruang ICU, personal hygiene klien dibantu oleh makan, eliminasi
perawat. Klien dimandikan dan diganti pakaiannya 2 kali
sehari pada pagi dan sore hari,. Klien juga dilakukan oral
hygiene 3 kali sehari pada pagi, siang, dan malam hari.
Seluruh aktivitas klien dibantu oleh perawat.
5. Data subjektif : - Trauma Ketidakefektifan perfusi
Data objektif : jaringan perifer
Tampak luka fraktur terbalut perban pada tibia dextra,
ekstremitas bawah klien tampak bengkak dan pucat, CRT 4
detik. Warna kulit pucat saat elevasi.
6. Data subjektif : - Faktor eksternal : cedera Kerusakan integritas
Data objektif : fisik kulit
Terdapat luka vulnus eksorasi di bagian frontal dextra sampai
zygomaticum, luka tampak berwarna kemerahan dan disertai
darah yang mengering disekitar luka.
7. Data subjektif : - Gangguan Hambatan mobilitas
Data objektif : neuromuskular fisik
Klien bed rest total di tempat tidur, kekuatan otot tidak dapat
dikaji karena klien mengalami penurunan kesadaran. Klien
hanya merespon fleksi ketika diberi rangsangan nyeri.
8. Data subjektif : - Prosedur invasive Risiko infeksi
Data objektif : Terdapat luka vulnus eksorasi di bagian
zygomaticum, luka tampak berwarna kemerahan, luka jahitan
post op craniotomy sepanjang 6x2 cm pada bagian parietal
dextra, luka jahitan pada bagian temporal sampai parietal 25x2
cm. Terdapat vulnus eksorasi di sekitar ektremitas atas dextra
dan ekstremitas bawah dextra. Luka tampak kotor disertai
darah yang mengering. Terpasang drain kepala pada bagian
occipital, CVC pada subclavia sinistra, dan tracheostomy.
Leukosit : 21,8 10^3/ul
67
b. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Klien 1 Nama : Tn.H No. RM : 02-19-420031
Umur : 19 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + EDH
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan cederaotak ditandai dengan klien mengalami penurunan
kesadaran dengan GCS E1V1M3, tingkat kesadaran stupor. Pernafasan spontan dengan bantuan T-Piece 8-10 l/m, RR : 18x/m, TD:
108/69 mmHg, MAP: 82 mmHg, CPP: 72 mmHg, HR: 110 x/m, suhu: 37,6 x/m, SPO 2 : 98 %. Klien mendapatkan obat drip
Midazolam 0,04 mg/KgBB/jam, drip Fentanyl 25 mcg/jam, terpasang IVFD NS 0,9% 2500 cc/24 jam – Intake cairan, transfusi
darah Whole Blood 350cc, raccoon eyes di kedua mata, battle sign pada osteo mastoid sinistra, pipi dan leher sebelah kanan tampak
bengkak.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebihan ditandai dengan terdengar suara napas tambahan
ronchi, terdapat banyak sputum pada area tracheostomy yang berwarna kuning bercampur dengan darah, tidak ada refleks batuk.
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor eksternal : cedera fisik, prosedur bedah ditandai dengan luka jahitan post
op craniotomy sepanjang 20 x 2 cm pada bagian temporal sinistra sampai dengan temporal dextra, luka jahitan pada bagian parietal
7x2 cm. terdapat vulmus eksorasi pada anterior axilla. Terpasang drain kepala pada bagian parietal, CVC pada subclavia sinistra, dan
tracheostomy. Terdapat luka vulnus eksorasi di bagian frontal dextra sampai zygomaticum, luka tampak berwarna kemerahan dan
disertai darah yang mengering disekitar luka.
d. Defisit perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, eliminasi berhubungan dengan gangguan neuromuskular ditandai dengan klien
hanya berbaring di tempat tidur, tampak lemah, dan penurunan kesadaran, semua kegiatan klien dibantu oleh perawat.
Klien 2 Nama : An.M No. RM : 02-19-421593
Umur : 14 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + SAH
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan cedera otak ditandai dengan klien dalam keadaan tidak sadar
dengan GCS E1V1M3 tingkat kesadaran stupor. Pernafasan spontan dengan bantuan ventilator mode VC-SIMV dengan: 90%, TV :
400, RR : 12, PEEP: 5, PS : 7, SPO 2 : 100 %. Klien terpasang IVFD NS 0,9% + Cernevit 2500 cc/24 jam – Intake cairan, transfusi
darah Whole Blood 350cc melalui CVC, kedua mata klien tampak bengkak, pipi dan leher klien tampak bengkak. Terpasang drain
pada bagian occipital. Tanda-tanda vital : TD: 126/76 mmHg, MAP: 93 mmHg, CPP: 83 mmHg, HR: 82 kali/menit, suhu: 37,6
kali/menit.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan ditandai dengan pernafasan spontan dengan
bantuan ventilator mode VC-SIMV dengan FO2 : 90%, TV : 400, RR : 12, PEEP : 5, PS : 7, SPO 2 : 100 %, klien terpasang OPA, RR:
29 kali/menit, SPO2 : 100 %, irama napas cepat dan dangkal, terdapat sputum pada area tracheostomy yang berwarna kuning
bercampur dengan darah, tidak ada reflek batuk. Terdengar suara napas tambahan ronchi di lapang paru kanan.
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor eksternal: cedera fisik, prosedur bedah ditandai dengan terdapat luka
68
jahitan post op craniotomy sepanjang 6x2 cm pada bagian parietal dextra, luka jahitan pada bagian temporal sampai parietal 25x2
cm. Terpasang drain kepala pada bagian occipital, CVC pada subclavia sinistra, dan tracheostomy. Tampak luka fraktur terbalut
perban pada tibia dextra. Terdapat luka vulnus eksorasi di bagian zygomaticum, sekitar ektremitas atas dextra dan ekstremitas bawah
dextra luka tampak berwarna kemerahan. Luka tampak kotor disertai darah yang mengering.
d. Defisit perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, eliminasi berhubungan dengan gangguan neuromuskular ditandai dengan Klien
bed rest total di tempat tidur, kekuatan otot tidak dapat dikaji karena klien mengalami penurunan kesadaran. Klien hanya merespon
fleksi ketika diberi rangsangan nyeri.
c. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Paraf
No. NOC NIC
Klien 1 Nama : Tn.H No. RM : 02-19-420031
Umur : 19 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + EDH
1. Resiko ketidakefektifan 1. Perfusi jaringan serebral Monitor Neurologi Syifa
perfusi jaringan otak 2. Status sirkulasi 1. Monitor tingkat kesadaran
berhubungan dengan 3. Status neurologis 2. Monitor tanda-tanda vital
cedera otak Kriteria hasil : Manajemen Edema Serebral
a. Tekanan intrakranial (dipertahankan pada 1. Monitor adanya kebingungan, perubahan
deviasi sedang dari kisaran normal, pikiran, keluhan pusing.
ditingkatkan ke tidak ada deviasi dari 2. Monitor status neurologi dengan ketat
kisaran normal). dan bandingkan dengan nilai normal.
b. Tekanan darah sistolik dan diastolik 3. Monitor TIK
(dipertahankan pada deviasi sedang dari 4. Monitor status pernafasan
kisaran normal, ditingkatkan ke tidak ada 5. Posisikan kepala 30o
deviasi dari kisaran normal). 6. Berikan sedasi, sesuai kebutuhan
c. Penurunan tingkat kesadaran (dipertahankan 7. Berikan anti kejang, sesuai kebutuhan
pada sedang, ditingkankan tidak ada). 8. Dorong keluarga atau orang penting
d. Tekanan dan denyut nadi radial untuk berbicara dengan pasien.
(dipertahankan cukup terganggu,
ditingkatkan ke tidak terganggu).
e. Laju pernafasan dan pola bernafas
69
(dipertahankan pada sedang, ditingkankan
tidak ada).
f. Saturasi oksigen (dipertahankan pada
deviasi ringan dari kisaran normal,
ditingkatkan ke tidak ada deviasi dari
kisaran normal).
2. Ketidakefektifan 1. Kepatenan jalan nafas Monitor pernafasan Syifa
bersihan jalan napas 2. Pertukaran gas 1. Monitor suara nafas tambahan seperti
berhubungan dengan Kriteria hasil : ngorok atau mengi.
mukus berlebihan, a. Tidak ada deviasi dari kisaran normal). 2. Monitor kecepatan, irama, kedalaman,
sekresi yang tertahan Retraksi dinding dada (dipertahankan pada dan kesulitan bernafas.
deviasi cukup, dari kisaran normal, 3. Monitor pola nafas.
ditingkatkan ke tidak ada deviasi dari 4. Monitor sekresi pernafasan.
kisaran normal). 5. Memonitor dan mencatat warna dan
b. Suara nafas tambahan (dipertahankan pada konsistensi secret.
deviasi sedang, dari kisaran normal, 6. Memonitor status oksigen.
ditingkatkan ke tidak ada deviasi dari 7. Lakukan fisoterapi dada
kisaran normal). 8. Memberikan O2 sesuai kebutuhan
c. Akumulasi sputum (dipertahankan pada 9. Berikan bantuan terapi nafas jika
deviasi sedang, dari kisaran normal, diperlukan (misalnya : nebulizer).
ditingkatkan ke Penghisapan lendir pada jalan nafas
1. Lakukan tindakan suctioning
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah tindakan suksion.
3. Gunakan alat steril setiap tindakan
suksion.
4. Lakukan perawatan trakea setiap 4-8 jam
sekali jika diperlukan : membersihkan
permukaan luar kanula, membersihkan
dan mengeringkan area sekitar stoma,
dan mengganti tali-tali tracheostomy.
70
3. Kerusakan integritas 1. Integritas jaringan : kulit dan membran Perawatan luka S
jaringan berhubungan mukosa 1. Monitor kulit akan adanya kemerahan . Syifa
dengan faktor eksternal : Kriteria Hasil : 2. Memandikan pasien dengan sabun dan
cedera fisik, prosedur a. Hidrasi (tidak terganggu) air hangat.
bedah b. Integritas kulit (tidak terganggu) 3. Gunakan pakaian yang longgar pada
c. Lesi pada kulit (tidak ada) pasein.
4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
dan kering.
5. Lakukan perawatan luka
6. Kolaborasi dalam pemberian obat
Perawatan daerah (area) sayatan
1. Monitor proses penyembuhan di daerah
sayatan
2. Bersihkan daerah sekitar sayatan dengan
pembersihan yang tepat
3. Bersihkan mulai dari area yang bersih ke
area yang kurang bersih
4. Gunakan kapas steril untuk pembersihan
jahitan benang luka.
5. Bersihkan area sekitar drainase atau
pada area selang drainase
6. Jaga posisi selang drainase
7. Berikan plester untuk menutup
8. Berikan salep antiseptic
4. Defisit perawatan diri: 1. Perawatan diri : Mandi Bantuan perawatan diri : Syifa
mandi, berpakaian, 2. Perawatan diri : Berpakaian mandi/kebersihan
makan, eliminasi 3. Perawatan diri : Makan 1. Tentukan tipe dan jumlah terkait dengan
berhubungan dengan 4. Perawatan diri : Eliminasi bantuan yang diperlukan.
gangguan neuromuskular Kriteria Hasil : 2. Lakukan oral hygiene
a. Mencuci wajah (tidak terganggu) 3. Monitor kebersihan kuku, sesuai dengan
b. Mencuci badan bagian atas dan bawah kemampuan merawat diri pasien.
(tidak terganggu) 4. Berikan bantuan sampai pasien benar-
c. Mengeringkan badan (tidak terganggu) benar mampu merawat diri secara
d. Melakukan keramas rambut (tidak mandiri.
71
terganggu) Bantuan perawatan diri : eliminasi
e. Mempertahankan kebersihan mulut (tidak 1. Lepaskan pakaian/popok yang
terganggu) digunakan setelah eliminasi.
f. Mempertahankan kebersihan tubuh (tidak 2. Beri privasi selama eliminasi.
terganggu) 3. Fasilitasi kebersihan setelah
g. Mengosongkan kandung kemih (tidak meyelesaikan eliminasi.
terganggu) 4. Ganti pakaian pasien setelah eliminasi
h. Mengelap sendiri setelah BAB dan BAK 5. Sediakan alat bantu (misalnya : kateter
(tidak terganggu) eksternal/urin dengan tepat)
i. Menghabiskan makanan (tidak terganggu)
Bantuan perawatan diri : pemberian
makan
1. Monitor kemampuan pasien untuk
makan.
2. Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan selama waktu makan.
3. Pastikan posisi pasien yang tepat untuk
memfasilitasi mengunyah dan menelan
serta nyaman.
4. Berikan bantuan fisik sesuai kebutuhan.
5. Makanan disajikan dengan tepat dalam
nampan, sesuai kebutuhan
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat
72
Klien 2 Nama : Tn.H No. RM : 02-19-420031
Umur : 19 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + EDH
1. Resiko ketidakefektifan 1. Perfusi jaringan serebral Monitor Neurologi Syifa
perfusi jaringan otak 2. Status sirkulasi 1. Monitor tingkat kesadaran
berhubungan dengan 3. Status neurologis 2. Monitor tanda-tanda vital
cedera otak Kriteria hasil : Manajemen Edema Serebral
a. Tekanan intrakranial 1. Monitor adanya kebingungan, perubahan pikiran,
(dipertahankan pada deviasi sedang keluhan pusing.
dari kisaran normal, ditingkatkan 2. Monitor status neurologi dengan ketat dan
ke tidak ada deviasi dari kisaran bandingkan dengan nilai normal.
normal). 3. Monitor TIK.
b. Tekanan darah sistolik dan 4. Monitor status pernafasan
diastolik (dipertahankan pada 5. Posisikan kepala 30o
deviasi sedang dari kisaran normal, 6. Berikan sedasi, sesuai kebutuhan
ditingkatkan ke tidak ada deviasi 7. Berikan anti kejang, sesuai kebutuhan
dari kisaran normal). 8. Dorong keluarga atau orang penting untuk
c. Penurunan tingkat kesadaran berbicara dengan pasien.
(dipertahankan pada sedang,
ditingkankan tidak ada).
d. Tekanan dan denyut nadi radial
(dipertahankan cukup terganggu,
ditingkatkan ke tidak terganggu).
e. Laju pernafasan dan pola bernafas
(dipertahankan pada sedang,
ditingkankan tidak ada).
f. Saturasi oksigen (dipertahankan
pada deviasi ringan dari kisaran
normal, ditingkatkan ke tidak ada
deviasi dari kisaran normal).
2. Ketidakefektifan bersihan 1. Kepatenan jalan nafas Monitor pernafasan Syifa
jalan napas berhubungan 2. Pertukaran gas 1. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau
dengan mukus Kriteria hasil : mengi.
berlebihan, sekresi yang a. Retraksi dinding dada 2. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan
tertahan (dipertahankan pada deviasi cukup, kesulitan bernafas.
73
dari kisaran normal, ditingkatkan 3. Monitor pola nafas.
ke tidak ada deviasi dari kisaran 4. Monitor sekresi pernafasan.
normal). 5. Memonitor dan mencatat warna dan konsistensi
b. Suara nafas tambahan secret.
(dipertahankan pada deviasi 6. Memonitor status oksigen.
sedang, dari kisaran normal, 7. Lakukan fisoterapi dada
ditingkatkan ke tidak ada deviasi 8. Memberikan O2 sesuai kebutuhan
dari kisaran normal). 9. Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan
c. Akumulasi sputum (dipertahankan (misalnya : nebulizer).
pada deviasi sedang, dari kisaran Penghisapan lendir pada jalan nafas
normal, ditingkatkan ke tidak ada 1. Lakukan tindakan suctioning
deviasi dari kisaran normal). 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
tindakan suksion.
3. Gunakan alat steril setiap tindakan suksion.
4. Lakukan perawatan trakea setiap 4-8 jam sekali
jika diperlukan : membersihkan permukaan luar
kanula, membersihkan dan mengeringkan area
sekitar stoma, dan mengganti tali-tali
tracheostomy.
3. Kerusakan integritas 1. Integritas jaringan : kulit dan Perawatan luka S
jaringan berhubungan membran mukosa 1. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat. yifa
dengan faktor eksternal : Kriteria Hasil : 2. Gunakan pakaian yang longgar pada pasein.
cedera fisik, prosedur a. Hidrasi (tidak terganggu) 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
bedah b. Integritas kulit (tidak terganggu) kering.
c. Lesi pada kulit (tidak ada) 4. Lakukan perawatan luka
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
Perawatan daerah (area) sayatan
1. Monitor proses penyembuhan di daerah sayatan
2. Bersihkan daerah sekitar sayatan dengan
pembersihan yang tepat
3. Bersihkan mulai dari area yang bersih ke area
yang kurang bersih
4. Gunakan kapas steril untuk pembersihan jahitan
benang luka.
74
5. Bersihkan area sekitar drainase atau pada area
selang drainase
6. Jaga posisi selang drainase
7. Berikan plester untuk menutup
8. Berikan salep antiseptic
4. Defisit perawatan diri: 1. Perawatan diri : Mandi Bantuan perawatan diri : mandi/kebersihan Syifa
mandi, berpakaian, 2. Perawatan diri : Berpakaian 1. Tentukan tipe dan jumlah terkait dengan bantuan
makan, eliminasi 3. Perawatan diri : Makan yang diperlukan.
berhubungan dengan 4. Perawatan diri : Eliminasi 2. Lakukan oral hygiene
gangguan neuromuskular Kriteria Hasil : 3. Monitor kebersihan kuku, sesuai dengan
a. Mencuci wajah (tidak terganggu) kemampuan merawat diri pasien.
b. Mencuci badan bagian atas dan 4. Berikan bantuan sampai pasien benar-benar
bawah (tidak terganggu) mampu merawat diri secara mandiri.
c. Mengeringkan badan (tidak
terganggu) Bantuan perawatan diri : eliminasi
d. Melakukan keramas rambut (tidak 1. Lepaskan pakaian/popok yang digunakan setelah
terganggu) eliminasi.
e. Mempertahankan kebersihan mulut 2. Beri privasi selama eliminasi.
(tidak terganggu) 3. Fasilitasi kebersihan setelah meyelesaikan
f. Mempertahankan kebersihan tubuh eliminasi.
(tidak terganggu) 4. Ganti pakaian pasien setelah eliminasi
g. Mengosongkan kandung kemih 5. Sediakan alat bantu (misalnya : kateter
(tidak terganggu) eksternal/urin dengan tepat)
h. Mengelap sendiri setelah BAB dan
BAK (tidak terganggu) Bantuan perawatan diri : pemberian makan
i. Menghabiskan makanan (tidak 1. Monitor kemampuan pasien untuk makan.
terganggu) 2. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama
waktu makan.
3. Pastikan posisi pasien yang tepat untuk
memfasilitasi mengunyah dan menelan serta
nyaman.
4. Berikan bantuan fisik sesuai kebutuhan.
5. Makanan disajikan dengan tepat dalam nampan,
sesuai kebutuhan.
75
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
76
d. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.10 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No Diagnosa Waktu Implementasi Waktu Evaluasi Paraf
Keperawatan
Klien 1 Nama : Tn.H No. RM : 02-19-420031
Umur : 19 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + EDH Hari/Tanggal : Selasa, 14 Mei 2019
1. Risiko 20.00 1. Memonitor tingkat kesadaran 06.15 S:- Syifa
ketidakefektifan Respon : E1V1M3 O:
perfusi jaringan 20.10 2. Memonitor tanda-tanda vital GCS klien E1V1M3, tingkat
otak Respon : TD : 120/67 mmHg kesadaran klien stupor, TTV :
berhubungan HR : 120 kali/menit TD: 133/78 mmHg, HR: 102
dengan cedera RR : 36 kali/menit kali/menit, RR: 26 kali/menit, T:
otak T : 38,6 0 c 36,8 0 c , SPO2: 98 %, MAP: 96,
SPO2 : 96 % CPP: 86 (normal).
20.00 3. Memonitor status neurologi dengan ketat
dan bandingkan dengan nilai normal. A:
Respon : Tingkat kesadaran klien stupor Masalah risiko ketidakefektifan
20.00 4. Memonitor TIK perfusi jaringan otak belum
Respon : terjadinya penurunan teratasi.
kesadaran pada klien, MAP: 85, CPP P : Intervensi dilanjutkan
:75 mmHg (normal) I:
20.10 5. Memonitor status pernafasan 1. Monitor tingkat kesadaran
Respon : pernafasan klien cepat dan 2. Monitor tanda-tanda vital
dangkal 3. Monitor status neurologi
20.45 6. Memberikan posisikan kepala 30o dengan ketat dan
Respon : klien diberikan posisi head up bandingkan dengan nilai
300 normal.
20.00 7. Memberikan obat drip Midazolam 0,02 4. Monitor TIK
KgBB/jam, Fentanyl 12,5 mg/jam, 5. Monitor status pernafasan
Injeksi Citicoline 3x250mg, Vitamin K 6. Posisikan kepala 30o
3x1ml, Lasix 1 amp, Asam Tranexamat 7. Berikan sedasi, sesuai
3x25mg, Midazolam 2mg, dan kebutuhan
Paracetamol Flash 1gr 8. Dorong keluarga atau orang
77
Respon : obat drip Midazolam dan penting untuk berbicara
Fentanyl diberikan melalui drip, Injeksi dengan pasien.
Citicoline, Vitamin K, Asam 9. Kolaborasi dengan dokter
Tranexamat diberikan melalui three dalam pemberian obat
ways jam 12.00, 20.00, 04.00 WIB. Lasix, ditambahkan 3x1
Midazolam dan Paracetamol Flash amp
diberikan pukul 02.50 WIB. E : Monitor peningkatan TIK
18.30 8. Menganjurkan keluarga atau orang R:
penting untuk berbicara dengan pasien Intervensi No.7 dihentikan.
ketika jam besuk. Pemberian obat Fentanyl,
Respon : keluarga klien selalu mengajak Midazolam, Citicoline, Vitamin
klien berbicara dan mendengarkan K, Asam Tranexamat,
murrotal pada klien. Paracetamol Flash dihentikan.
2. Ketidakefektifa 13.00 1. Memonitor suara nafas tambahan 06.15 S:- Syifa
n bersihan jalan Respon : terdengar suara napas ronchi O:
napas 13.05 2. Memonitor kecepatan, irama, Terdengar suara napas tambahan
berhubungan kedalaman, dan kesulitan bernafas. ronchi, pernafasan klien cepat dan
dengan mukus Respon : RR: 30 kali/menit dangkal, produksi secret
berlebihan, 13.05 3. Memonitor pola nafas. meningkat dan kental berwarna
sekresi yang Respon : pernafasan klien cepat dan putih bercampur dengan darah,
tertahan dangkal terpasang NRM 8 liter/menit
13.10 4. Memonitor sekresi pernafasan. viaT-Piece, RR: 26 kali/menit
Respon : terdapat secret dalam jumlah SPO2 98 %.
yang banyak di tracheostomy A:
13.15 5. Memonitor dan mencatat warna dan Masalah ketidakefektifan bersihan
konsistensi secret. jalan napas belum teratasi.
Respon : secret berwarna putih kental P : Intervensi dilanjutkan
bercampur darah. I:
13.05 6. Memberikan O2 sesuai kebutuhan 1. Monitor suara nafas
Respon : klien diberikan NRM 8 tambahan.
liter/menit via T-Piece 2. Monitor kecepatan, irama,
13.30 7. Memonitor status oksigen. kedalaman, dan kesulitan
Respon : SPO2 98 % bernafas.
13.25 8. Mengauskultasi suara nafas sebelum dan 3. Monitor pola nafas.
78
sesudah tindakan suksion. 4. Monitor sekresi pernafasan.
Respon : suara ronchi berkurang 5. Memonitor dan mencatat
13.40 9. Melakukan fisioterapi dada warna dan konsistensi
Respon : dilakukan sebelum tindakan secret.
suction (menepuk-nepuk dada dan 6. Memonitor status oksigen.
punggung klien) 7. Lakukan fisoterapi dada
13.40 10. Melakukan tindakan suction 8. Memberikan O2 sesuai
Respon : terdengar suara ronchi kebutuhan
berkurang, setelah dilakukan suction 9. Lakukan tindakan
RR: 20 kali/menit suctioning
13.40 11. Menggunakan alat steril setiap tindakan 10. Auskultasi suara nafas
suksion sebelum dan sesudah
Respon : perawat menggunakan alat tindakan suksion.
steril di setiap tindakan yang diberikan 11. Gunakan alat steril setiap
pada pasien. tindakan suksion.
11.15 12. Melakukan perawatan tracheostomy 12. Lakukan perawatan trakea
Respon : membersihkan permukaan luar setiap 4-8 jam sekali jika
kanula, membersihkan dan diperlukan : membersihkan
mengeringkan area sekitar stoma, dan permukaan luar kanula,
mengganti tali tracheostomy. membersihkan dan
mengeringkan area sekitar
stoma, dan mengganti tali-
tali tracheostomy.
E:
Terpasang NRM 8 liter/menit
viaT-Piece
R : Tidak ada perubahan intevensi
3. Kerusakan 08.45 1. Memandikan pasien dengan sabun dan 06.15 S :- Syifa
integritas air hangat. O:
jaringan Respon : klien dimandikan 2 kali sehari Luka vulnus eksorasi di bagian
berhubungan pada pagi dan sore hari frontal dextra sampai
dengan faktor 09.00 2. Menggunakan pakaian yang longgar zygomaticum dan vulmus
eksternal : pada pasein. eksorasi pada anterior axilla
cedera fisik, Respon : klien dipakaikan pakaian tampak kotor, berwarna merah,
79
prosedur bedah khusus ruangan ICU yang longgar mulai mengering, dan
09.30 3. Menjaga kebersihan kulit agar tetap mengeluarkan cairan plasma
bersih dan kering. darah, luka jahitan post op
Respon : setelah dimandikan, klien craniotomy sepanjang 20 x 2 cm
dikeringkan dengan handuk. pada bagian temporal sinistra
09.45 4. Melakukan perawatan luka sampai dengan temporal dextra,
Respon : luka vulnus eksorasi dan post luka jahitan pada bagian parietal
op craniotomy, CVC,dibersihkan dengan 7x2 cm dan CVC tidak tampak
cairan NS 0,9% 2 kali sehari. pus, dan bengkak.
08.00 5. Memberikan obat injeksi Hydrocortisone A:
4x100mg, Tramadol 3x1 amp dan Masalah kerusakan integritas kulit
Ceftriaxone 1x2 gr. belum teratasi
Respon : obat injeksi Hydrocortisone P : Intervensi dilanjutkan
(jam 08.00, 14.00, 22.00 WIB, -stop), I:
Tramadol (jam 08.00, 16.00, dan 24.00) 1. Memandikan pasien dengan
dan Ceftriaxone (jam 08.00)klien sabun dan air hangat.
diberikan obat melalui three ways. 2. Gunakan pakaian yang
09.35 6. Monitor proses penyembuhan di daerah longgar pada pasein.
sayatan 3. Jaga kebersihan kulit agar
Respon : luka vulnus eksorasi tampak tetap bersih dan kering.
merah, mulai mengering, dan 4. Lakukan perawatan luka
mengeluarkan cairan plasma darah. 5. Kolaborasi dalam
Tidak tampak pus, dan bengkak pada pemberian obat.
luka jahitan post op craniotomy dan 6. Monitor proses
CVC. penyembuhan di daerah
09.35 7. Bersihkan daerah sekitar sayatan sayatan
dengan pembersihan yang tepat 7. Bersihkan daerah sekitar
Respon : luka klien dibersihkan dengan sayatan dengan pembersihan
menggunakan cairan NS 0,9% dan yang tepat
perlengkapan GV set. 8. Bersihkan mulai dari area
09.35 8. Bersihkan mulai dari area yang bersih yang bersih ke area yang
ke area yang kurang bersih kurang bersih
Respon : dilakukan pembersihan pada 9. Gunakan kapas steril untuk
area luka post op craniotomy, CVC, dan pembersihan jahitan benang
80
dilanjutkan luka vulnus eksorasi. luka.
09.35 9. Gunakan kapas steril untuk 10. Bersihkan area sekitar
pembersihan jahitan benang luka. drainase atau pada area
Respon : saat pembersihan luka dan selang drainase
dressing digunakan kassa steril. 11. Jaga posisi selang drainase
09.40 10. Bersihkan area sekitar drainase atau 12. Berikan plester untuk
pada area selang drainase menutup
Respon : Area sekitar drainase 13. Berikan salep antiseptik
dibersihkan dengan cairan NS 0,9%
09.55 11. Jaga posisi selang drainase E : Lakukan perawatan luka
Respon : Dilakukan up drain. R:
09.40 12. Berikan plester untuk menutup Intervensi No. 10 dan 11
Respon : Luka post op craniotomy dan dihentikan karena klien telah
CVC yang telah dibersihkan ditutup dilakukan up drain.
dengan plester.
09.40 13. Berikan salep antiseptik
Respon : Setiap melakukan perawatan
luka klien diberikan salep myconazole.
4. Defisit 14.30 1. Menentukan tipe dan jumlah terkait 06.15 S:- Syifa
perawatan diri: dengan bantuan yang diperlukan. O:
mandi, Respon : klien mengalami penurunan Klien mengalami penurunan
berpakaian, kesadaran dan memerlukan bantuan kesadaran dan memerlukan
makan, total. bantuan total, semua aktivitas
eliminasi 15.00 2. Melakukan oral hygiene mandi, berpakaian, makan dan
berhubungan Respon : dilakukan oral hygiene 3x eliminasi klien dibantu oleh
dengan sehari, yaitu pada pagi, sore, dan malam, perawat.
gangguan mulut klien tampak bersih A:
neuromuscular 08.30 3. Memonitor kebersihan kuku, sesuai Masalah defisit perawatan diri:
dengan kemampuan merawat diri pasien. mandi, berpakaian, makan,
Respon : kuku klien tampak bersih dan eliminasi belum teratasi
pendek. P : Intervensi dilanjutkan
14.25 4. Memberikan bantuan sampai pasien I:
benar-benar mampu merawat diri secara 1. Tentukan tipe dan jumlah
mandiri. terkait dengan bantuan yang
81
Respon : klien tampak lemah, semua diperlukan.
aktivitas klien dibantu oleh perawat. 2. Lakukan oral hygiene
14.45 5. Melepaskan pakaian/popok yang 3. Monitor kebersihan kuku,
digunakan setelah eliminasi. sesuai dengan kemampuan
Respon : tidak terdapat feses. merawat diri pasien.
14.45 6. Memberi privasi selama tindakan. 4. Berikan bantuan sampai
Respon : tirai selalu ditutup ketika klien pasien benar-benar mampu
dimandikan. merawat diri secara mandiri.
14.50 7. Memfasilitasi kebersihan setelah 5. Lepaskan pakaian/popok
meyelesaikan eliminasi. yang digunakan setelah
Respon : daerah genetelia klien tampak eliminasi.
bersih. 6. Beri privasi selama
08.00 8. Mengganti pakaian pasien setelah tindakan.
eliminasi 7. Fasilitasi kebersihan setelah
Respon : pakaian klien selalu diganti meyelesaikan eliminasi.
setiap selesai mandi. 8. Ganti pakaian pasien setelah
09.10 9. Menyediakan alat bantu (misalnya : eliminasi
kateter eksternal/urin dengan tepat) 9. Sediakan alat bantu
Respon : klien terpasang urin kateter. (misalnya : kateter
10.00 10. Memonitor kemampuan pasien untuk eksternal/urin dengan tepat)
makan. 10. Monitor kemampuan pasien
Respon : klien mengalami penurunan untuk makan.
kesadaran dan diberikan diet cair melalui 11. Makanan disajikan dengan
NGT. tepat dalam nampan, sesuai
10.00 11. Menyajikan makanan dalam nampan, kebutuhan
sesuai kebutuhan 12. Sediakan pakaian pasien,
Respon : diet cair dalam gelas 100 cc. sediakan pakaian pribadi
08.30 12. Menyediakan pakaian pasien, sediakan dengan tepat.
pakaian pribadi dengan tepat. 13. Kolaborasi dengan dokter
Respon : perlengkapan klien sudah dalam pemberian obat
tersedia E : Klien perlu bantual total
13.00 13. Memberikan obat injeksi Pantoprazole R:
1x1 amp, Cernevit 1x1vial, CA Tidak ada perubahan intervensi
Gluconas 1 amp.
82
Respon : obat injeksi Pantoprazole dan
Cernevit (jam 20.00 WIB), CA glukonas
(jam 13.00 WIB). Klien diberikan obat
melalui three ways.
Nama : Tn.H No. RM : 02-19-420031
Umur : 19 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + EDH Hari/Tanggal : Rabu, 15 Mei 2019
1. Resiko 21.00 1. Memonitor tingkat kesadaran 22.00 S:- Syifa
ketidakefektifan Respon : E1V1M3 O:
perfusi jaringan 21.10 2. Memonitor tanda-tanda vital GCS klien E1V1M3, tingkat
otak Respon : TD : 126/78 mmHg kesadaran klien stupor, TTV :
berhubungan HR : 98 kali/menit TD: 111/65 mmHg, HR: 67
dengan cedera RR : 20 kali/menit kali/menit, RR: 22 kali/menit, T:
otak T : 36,5 0 c 36,5 0 c , SPO2: 98 %, MAP: 76
SPO2 : 98 % mmHg, CPP: 66 mmHg (rendah).
20.00 3. Memonitor status neurologi dengan ketat
dan bandingkan dengan nilai normal. A:
Respon : Tingkat kesadaran klien Masalah risiko ketidakefektifan
stupor. perfusi jaringan belum teratasi.
20.00 4. Memonitor TIK P : Intervensi dilanjutkan
Respon : terjadinya penurunan I:
kesadaran pada klien, MAP: 94 mmHg, 1. Monitor tingkat kesadaran
CPP: 84 mmHg (normal). 2. Monitor tanda-tanda vital
21.10 5. Memonitor status pernafasan 3. Monitor status neurologi
Respon : pernafasan klien cepat dan dengan ketat dan
dangkal bandingkan dengan nilai
18.45 6. Memberikan posisikan kepala 30o normal.
Respon : klien diberikan posisi head up 4. Monitor TIK
300 5. Monitor status pernafasan
21.00 7. Memberikan obat Injeksi Lasix 3x1amp. 6. Posisikan kepala 30o
Respon : klien diberikan obat Lasix jam 7. Dorong keluarga atau orang
21.00 three ways. penting untuk berbicara
29.00 8. Mengevaluasi kembali keluarga atau dengan pasien.
orang penting untuk berbicara dengan 8. Kolaborasi dengan dokter
pasien ketika jam besuk. dalam pemberian obat Lasix
83
Respon : keluarga klien selalu mengajak E : Monitor peningkatan TIK
klien berbicara dan mendengarkan R:
murrotal pada klien. Intervensi No.8, pemberian Lasix
3x1 amp dihentikan
2. Ketidakefektifa 13.00 1. Memonitor suara nafas tambahan 22.00 S:- Syifa
n bersihan jalan Respon : terdengar suara napas ronchi O:
napas 13.05 2. Memonitor kecepatan, irama, Terdengar suara napas tambahan
berhubungan kedalaman, dan kesulitan bernafas. ronchi, pernafasan klien cepat dan
dengan mukus Respon : RR: 32 kali/menit dangkal, produksi secret
berlebihan, 13.05 3. Memonitor pola nafas. meningkat dan kental berwarna
sekresi yang Respon : pernafasan klien cepat dan putih bercampur dengan darah,
tertahan dangkal terpasang NRM 8 liter/menit
13.10 4. Memonitor sekresi pernafasan. viaT-Piece, RR: 22 kali/menit,
Respon : terdapat secret dalam jumlah SPO2 98 %.
yang banyak di area tracheostomy. A:
14.15 5. Memonitor dan mencatat warna dan Masalah ketidakefektifan bersihan
konsistensi secret. jalan napas belum teratasi.
Respon : secret berwarna putih kental P : Intervensi dilanjutkan
bercampur darah. I:
14.05 6. Memonitor status oksigen. 1. Monitor suara nafas
Respon : Saturasi O2 98 % tambahan.
14.30 7. Mengauskultasi suara nafas sebelum dan 2. Monitor kecepatan, irama,
sesudah tindakan suksion. kedalaman, dan kesulitan
Respon : suara ronchi berkurang bernafas.
14.25 8. Melakukan fisioterapi dada 3. Monitor pola nafas.
Respon : dilakukan sebelum tindakan 4. Monitor sekresi pernafasan.
suction (menepuk-nepuk dada dan 5. Memonitor dan mencatat
punggung klien) warna dan konsistensi
14.40 9. Melakukan tindakan suction secret.
Respon : terdengar suara ronchi 6. Memonitor status oksigen.
berkurang, setelah dilakukan suction 7. Lakukan fisoterapi dada
RR: 19 kali/menit. 8. Memberikan O2 sesuai
14.40 10. Menggunakan alat steril setiap tindakan kebutuhan
suksion 9. Lakukan tindakan
84
Respon : perawat menggunakan alat suctioning
steril di setiap tindakan yang diberikan 10. Auskultasi suara nafas
pada pasien. sebelum dan sesudah
08.00 11. Memberikan O2 sesuai kebutuhan tindakan suksion.
Respon : klien diberikan NRM 8 11. Gunakan alat steril setiap
liter/menit tindakan suksion.
15.00 12. Melakukan perawatan tracheostomy 12. Lakukan perawatan trakea
Respon : membersihkan permukaan luar setiap 4-8 jam sekali jika
kanula, membersihkan dan diperlukan : membersihkan
mengeringkan area sekitar stoma, dan permukaan luar kanula,
mengganti tali tracheostomy. membersihkan dan
mengeringkan area sekitar
stoma, dan mengganti tali-
tali tracheostomy.
E:
Terpasang NRM 8 liter/menit
viaT-Piece
R : Tidak ada perubahan intevensi
3. Kerusakan 08.45 1. Memandikan pasien dengan sabun dan 22.00 S :- Syifa
integritas kulit air hangat. O:
berhubungan Respon : klien dimandikan 2 kali sehari Luka vulnus eksorasi di bagian
dengan faktor pada pagi dan sore hari frontal dextra sampai
eksternal : 09.00 2. Menggunakan pakaian yang longgar zygomaticum dan vulmus
cedera fisik, pada pasein. eksorasi pada anterior axilla
luka insisi Respon : klien dipakaikan pakaian tampak merah, mulai mengering,
khusus ruangan ICU yang longgar. dan bersih. Luka jahitan post op
09.30 3. Menjaga kebersihan kulit agar tetap craniotomy sepanjang 20 x 2 cm
bersih dan kering. pada bagian temporal sinistra
Respon : setelah dimandikan, klien sampai dengan temporal dextra,
dikeringkan dengan handuk. luka jahitan pada bagian parietal
09.45 4. Melakukan perawatan luka 7x2 cm, dan CVC, tidak tampak
Respon : luka vulnus eksorasi dan post pus, dan bengkak.
op craniotomy, CVC,dibersihkan dengan A:
cairan NS 0,9% 2 kali sehari. Masalah kerusakan integritas kulit
85
08.00 5. Memberikan obat injeksi Hydrocortisone teratasi sebagian.
4x100mg dan Ceftriaxone 1x2 gr. P : Intervensi dilanjutkan
Respon : obat injeksi Hydrocortisone I:
(jam 08.00, 14.00, 22.00 WIB, -stop) 1. Memandikan pasien dengan
dan Ceftriaxone (jam 08.00), klien sabun dan air hangat.
diberikan obat melalui three ways. 2. Gunakan pakaian yang
10.00 6. Monitor proses penyembuhan di daerah longgar pada pasein.
sayatan 3. Jaga kebersihan kulit agar
Respon : luka vulnus eksorasi tampak tetap bersih dan kering.
merah, mulai mengering, dan bersih. 4. Lakukan perawatan luka
Tidak tampak pus, dan bengkak pada 5. Kolaborasi dalam
luka jahitan post op craniotomy dan pemberian obat.
CVC. 6. Monitor proses
10.00 7. Bersihkan daerah sekitar sayatan dengan penyembuhan di daerah
pembersihan yang tepat sayatan.
Respon : luka klien dibersihkan dengan 7. Bersihkan daerah sekitar
menggunakan cairan NS 0,9% dan sayatan dengan pembersihan
perlengkapan GV set. yang tepat.
10.00 8. Bersihkan mulai dari area yang bersih ke 8. Bersihkan mulai dari area
area yang kurang bersih yang bersih ke area yang
Respon : dilakukan pembersihan pada kurang bersih.
area luka post op craniotomy, CVC, dan 9. Gunakan kapas steril untuk
dilanjutkan luka vulnus eksorasi. pembersihan jahitan benang
10.00 9. Gunakan kapas steril untuk pembersihan luka.
jahitan benang luka. 10. Berikan plester untuk
Respon : saat pembersihan luka dan menutup.
dressing digunakan kassa steril. 11. Berikan salep antiseptik.
10.15 10. Berikan plester untuk menutup E : Lakukan perawatan luka
Respon : Luka post op craniotomy dan R:
CVC yang telah dibersihkan ditutup Tidak ada perubahan intervensi
dengan plester.
10.05 11. Berikan salep antiseptik
Respon : Setiap melakukan perawatan
luka klien diberikan salep myconazole
86
4. Defisit 07.30 1. Menentukan tipe dan jumlah terkait 22.00 S:- Syifa
perawatan diri: dengan bantuan yang diperlukan. O:
mandi, Respon : klien mengalami penurunan Klien mengalami penurunan
berpakaian, kesadaran dan memerlukan bantuan kesadaran dan memerlukan
makan, total. bantuan total, semua aktivitas
eliminasi 08.00 2. Melakukan oral hygiene mandi, berpakaian, makan dan
berhubungan Respon : klien dilakukan oral hygiene 3 eliminasi klien dibantu oleh
dengan kali sehari, yaitu pada pagi, sore, dan perawat.
gangguan malam, mulut klien tampak bersih A:
neuromuskular 08.30 3. Memonitor kebersihan kuku, sesuai Masalah defisit perawatan diri:
dengan kemampuan merawat diri pasien. mandi, berpakaian, makan,
Respon : kuku klien tampak bersih dan eliminasi belum teratasi
pendek. P : Intervensi dilanjutkan
08.25 4. Memberikan bantuan sampai pasien I:
benar-benar mampu merawat diri secara 1. Tentukan tipe dan jumlah
mandiri. terkait dengan bantuan yang
Respon : klien tampak lemah, semua diperlukan.
aktivitas klien dibantu oleh perawat. 2. Lakukan oral hygiene
08.45 5. Melepaskan pakaian/popok yang 3. Monitor kebersihan kuku,
digunakan setelah eliminasi. sesuai dengan kemampuan
Respon : tidak terdapat feses. merawat diri pasien.
08.45 6. Memberi privasi selama tindakan. 4. Berikan bantuan sampai
Respon : tirai selalu ditutup ketika klien pasien benar-benar mampu
dimandikan. merawat diri secara mandiri.
08.50 7. Memfasilitasi kebersihan setelah 5. Lepaskan pakaian/popok
meyelesaikan eliminasi. yang digunakan setelah
Respon : daerah genetelia klien tampak eliminasi.
bersih. 6. Beri privasi selama
09.00 8. Mengganti pakaian pasien setelah tindakan.
eliminasi 7. Fasilitasi kebersihan setelah
Respon : pakaian klien selalu diganti meyelesaikan eliminasi.
setiap selesai mandi. 8. Ganti pakaian pasien setelah
09.10 9. Menyediakan alat bantu (misalnya : eliminasi
kateter eksternal/urin dengan tepat) 9. Sediakan alat bantu
87
Respon : klien terpasang urin kateter. (misalnya : kateter
10.00 10. Memonitor kemampuan pasien untuk eksternal/urin dengan tepat)
makan. 10. Monitor kemampuan pasien
Respon : klien mengalami penurunan untuk makan.
kesadaran dan diberikan diet cair melalui 11. Makanan disajikan dengan
NGT. tepat dalam nampan, sesuai
10.00 11. Menyajikan makanan dalam nampan, kebutuhan
sesuai kebutuhan 12. Sediakan pakaian pasien,
Respon : diet cair dalam gelas 100 cc. sediakan pakaian pribadi
08.30 12. Menyediakan pakaian pasien, sediakan dengan tepat.
pakaian pribadi dengan tepat. 13. Kolaborasi dengan dokter
Respon : perlengkapan klien sudah dalam pemberian obat.
tersedia. E : Klien perlu bantual total
13. Memberikan obat injeksi Cernevit R:
20.00 1x1vial. Tidak ada perubahan intervensi
Respon : obat injeksi Cernevit diberikan
jam 20.00 WIB. Klien diberikan obat
melalui three ways.
Klien 1 Nama : Tn.H No. RM : 02-19-420031
Umur : 19 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + EDH Hari/Tanggal : Kamis, 16 Mei 2019
1. Resiko 06.00 1. Memonitor tingkat kesadaran 05.00 S:- Syifa
ketidakefektifan Respon : E1V1M3 O:
perfusi jaringan 06.10 2. Memonitor tanda-tanda vital GCS klien E1V1M3, tingkat
otak Respon : TD : 122/71 mmHg kesadaran klien stupor, TTV :
berhubungan HR : 76 kali/menit TD: 116/79 mmHg, HR: 74
dengan cedera RR : 23 kali/menit kali/menit, RR: 20 kali/menit, T:
otak T : 36,6 0 c 36,6 0 c , SPO2: 99 %, MAP: 91
SPO2 : 99 % mmHg, CPP: 81 mmHg (normal)
06.00 3. Memonitor status neurologi dengan ketat A:
dan bandingkan dengan nilai normal. Masalah risiko ketidakefektifan
Respon : Tingkat kesadaran stupor perfusi jaringan otak belum
06.15 4. Memonitor TIK teratasi.
Respon : terjadinya penurunan P : Intervensi dilanjutkan oleh
kesadaran pada klien, MAP: 88 mmHg, perawat ruangan
88
CPP: 78 mmHg (normal)
07.10 5. Memonitor status pernafasan
Respon : pernafasan klien cepat dan
dangkal
07.10 6. Memberikan posisikan kepala 30o
Respon : klien diberikan posisi head up
300
07.15 7. Menganjurkan keluarga atau orang
penting untuk berbicara dengan pasien
ketika jam besuk.
Respon : keluarga klien selalu mengajak
klien berbicara dan mendengarkan
murrotal pada klien.
2. Ketidakefektifa 22.00 1. Memonitor suara nafas tambahan 05.00 S:- Syifa
n bersihan jalan Respon : terdengar suara napas ronchi O:
napas 22.05 2. Memonitor kecepatan, irama, Terdengar suara napas tambahan
berhubungan kedalaman, dan kesulitan bernafas. ronchi, pernafasan klien cepat dan
dengan mukus Respon : RR: 36 kali/menit dangkal, produksi secret
berlebihan, 22.05 3. Memonitor pola nafas. meningkat dan kental berwarna
sekresi yang Respon : pernafasan klien cepat dan putih bercampur dengan darah,
tertahan dangkal terpasang NRM 5 liter/menit
22.10 4. Memonitor sekresi pernafasan. viaT-Piece, RR: 20 kali/menit,
Respon : terdapat banyak secret di area SPO2 99 %.
tracheostomy A:
22.15 5. Memonitor dan mencatat warna dan Masalah ketidakefektifan bersihan
konsistensi secret. jalan napas belum teratasi.
Respon : secret berwarna putih kental P : Intervensi dilanjutkan perawat
bercampur darah. ruangan
22.05 6. Memonitor status oksigen.
Respon : Saturasi O2 98 %
21.30 7. Mengauskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah tindakan suksion.
Respon : suara ronchi berkurang
21.30 8. Melakukan fisioterapi dada
89
Respon : dilakukan sebelum tindakan
suction (menepuk-nepuk dada dan
punggung klien)
21.25 9. Melakukan tindakan suction
Respon : terdengar suara ronchi
berkurang, RR: 24 kali/menit.
21.25 10. Menggunakan alat steril setiap tindakan
suksion
Respon : perawat menggunakan alat
steril di setiap tindakan yang diberikan
pada pasien.
07.00 11. Memberikan O2 sesuai kebutuhan
Respon : klien diberikan NRM 5
liter/menit
16.00 12. Melakukan perawatan tracheostomy
Respon : membersihkan permukaan luar
kanula, membersihkan dan
mengeringkan area sekitar stoma, dan
mengganti tali tracheostomy.
3. Kerusakan 08.45 1. Memandikan pasien dengan sabun dan 05.00 S :- Syifa
integritas kulit air hangat. O:
berhubungan Respon : klien dimandikan 2 kali sehari Luka vulnus eksorasi di bagian
dengan faktor pada pagi dan sore hari frontal dextra sampai
eksternal : 09.00 2. Menggunakan pakaian yang longgar zygomaticum dan vulmus
cedera fisik, pada pasein. eksorasi pada anterior axilla
luka insisi Respon : klien dipakaikan pakaian tampak merah, mulai mengering,
khusus ruangan ICU yang longgar dan bersih. Luka jahitan post op
09.30 3. Menjaga kebersihan kulit agar tetap craniotomy sepanjang 20 x 2 cm
bersih dan kering. pada bagian temporal sinistra
Respon : setelah dimandikan, klien sampai dengan temporal dextra
dikeringkan dengan handuk. dan luka jahitan pada bagian
09.45 4. Melakukan perawatan luka parietal 7x2 cm dan CVC tidak
Respon : luka vulnus eksorasi dan post tampak pus, dan bengkak.
op craniotomy, CVC,dibersihkan dengan
90
cairan NS 0,9% 2 kali sehari. A:
10.00 5. Memberikan obat injeksi Hydrocortisone Masalah kerusakan integritas kulit
4x100mg. teratasi sebagian.
Respon : obat injeksi Hydrocortisone P : Intervensi dilanjutkan perawat
(jam 08.00, 14.00, 22.00,04.00 WIB) ruangan
klien diberikan obat melalui three ways.
10.00 6. Monitor proses penyembuhan di daerah
sayatan
Respon : luka vulnus eksorasi tampak
merah, mulai mengering, dan bersih.
Tidak tampak pus, dan bengkak pada
luka jahitan post op craniotomy dan
CVC.
10.00 7. Bersihkan daerah sekitar sayatan dengan
pembersihan yang tepat
Respon : luka klien dibersihkan dengan
menggunakan cairan NS 0,9% dan
perlengkapan GV set.
10.05 8. Bersihkan mulai dari area yang bersih ke
area yang kurang bersih
Respon : dilakukan pembersihan pada
area luka post op craniotomy, CVC, dan
dilanjutkan luka vulnus eksorasi.
10.10 9. Gunakan kapas steril untuk pembersihan
jahitan benang luka.
Respon : saat pembersihan luka dan
dressing digunakan kassa steril.
10.25 10. Berikan plester untuk menutup
Respon : Luka post op craniotomy dan
CVC yang telah dibersihkan ditutup
dengan plester.
10.25 11. Berikan salep antiseptik
Respon : Setiap melakukan perawatan
luka klien diberikan salep myconazole
91
4. Defisit 07.30 1. Menentukan tipe dan jumlah terkait 05.00 S:- Syifa
perawatan diri: dengan bantuan yang diperlukan. O:
mandi, Respon : klien mengalami penurunan Klien mengalami penurunan
berpakaian, kesadaran dan memerlukan bantuan kesadaran dan memerlukan
makan, total. bantuan total, semua aktivitas
eliminasi 08.00 2. Melakukan oral hygiene mandi, berpakaian, makan dan
berhubungan Respon : klien dilakukan oral hygiene 3 eliminasi klien dibantu oleh
dengan kali sehari, yaitu pada pagi, sore, dan perawat.
gangguan malam, mulut klien tampak bersih A:
neuromuskular 08.30 3. Memonitor kebersihan kuku, sesuai Masalah defisit perawatan diri:
dengan kemampuan merawat diri pasien. mandi, berpakaian, makan,
Respon : kuku klien tampak bersih dan eliminasi belum teratasi
pendek. P : Intervensi dilanjutkan perawat
08.25 4. Memberikan bantuan sampai pasien ruangan
benar-benar mampu merawat diri secara
mandiri.
Respon : klien tampak lemah, semua
aktivitas klien dibantu oleh perawat.
08.45 5. Melepaskan pakaian/popok yang
digunakan setelah eliminasi.
Respon : tidak terdapat feses.
08.45 6. Memberi privasi selama tindakan.
Respon : tirai selalu ditutup ketika klien
dimandikan.
08.50 7. Memfasilitasi kebersihan setelah
meyelesaikan eliminasi.
Respon : daerah genetelia klien tampak
bersih.
09.00 8. Mengganti pakaian pasien setelah
eliminasi
Respon : pakaian klien selalu diganti
setiap selesai mandi.
09.10 9. Menyediakan alat bantu (misalnya :
kateter eksternal/urin dengan tepat)
92
Respon : klien terpasang urin kateter.
10.00 10. Memonitor kemampuan pasien untuk
makan.
Respon : klien mengalami penurunan
kesadaran dan diberikan diet cair melalui
NGT.
10.00 11. Menyajikan makanan dalam nampan,
sesuai kebutuhan
Respon : diet cair dalam gelas 100 cc.
08.30 12. Menyediakan pakaian pasien, sediakan
pakaian pribadi dengan tepat.
Respon : perlengkapan klien sudah
tersedia.
20.00 13. Memberikan obat injeksi Cernevit
1x1vial.
Respon : Klien diberikan obat injeksi
Cernevit jam 20.00 WIB melalui three
ways.
Klien 2 Nama : An.M No. RM : 02-19-421593
Umur : 14 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + SAH Hari/Tanggal : Minggu, 9 Juni 2019
1. Risiko 20.00 1. Memonitor tingkat kesadaran 06.00 S:- Syifa
ketidakefektifan Respon : E1V1M3 O:
perfusi jaringan 20.10 2. Memonitor tanda-tanda vital GCS klien E1V1M3, tingkat
otak Respon : TD : 140/75 mmHg kesadaran klien stupor, TTV :
berhubungan HR : 112 kali/menit TD: 129/84 mmHg, HR: 100
dengan cedera RR : 30 kali/menit kali/menit, RR: 24 kali/menit, T:
otak T : 36,7 0 c 36,8 0 c, SPO2: 100 %, MAP: 99
SPO2 : 100 % mmHg, CPP: 89 mmHg (normal)
20.00 3. Memonitor status neurologi dengan ketat A:
dan bandingkan dengan nilai normal. Masalah risiko ketidakefektifan
Respon : Tingkat kesadaran klien stupor perfusi jaringan otak belum
20.00 4. Memonitor TIK teratasi.
Respon : terjadinya penurunan P : Intervensi dilanjutkan
kesadaran pada klien, MAP : 96 mmHg, I:
93
CPP : 86 mmHg 1. Monitor tingkat kesadaran
20.10 5. Memonitor status pernafasan 2. Monitor tanda-tanda vital
Respon : pernafasan klien cepat dan 3. Monitor status neurologi
dangkal. dengan ketat dan
20.45 6. Memberikan posisikan kepala 30o bandingkan dengan nilai
Respon : klien diberikan posisi head up normal.
300 4. Monitor TIK
16.00 7. Memberikan obat injeksi Vitamin K 5. Monitor status pernafasan
3x1ml, Asam Tranexamat 3x250mg. 6. Posisikan kepala 30o
Respon : obat injeksi Vitamin K dan 7. Dorong keluarga atau orang
Asam Tranexamat diberikan jam 08.00, penting untuk berbicara
16.00, 24.00 WIB, yang diberikan dengan pasien.
melalui three ways. 8. Kolaborasi dengan dokter
18.30 8. Menganjurkan keluarga atau orang dalam pemberian obat
penting untuk berbicara dengan pasien Vitamin K 3x1ml, Asam
ketika jam besuk. Tranexamat 3x250mg, dan
Respon : keluarga klien selalu mengajak Amiodaron tab 1x200mg
klien berbicara dan memberikan kata- E : Monitor peningkatan TIK
kata penyemangat agar klien bisa segera R:
pulih dari keadaaannya. Tidak ada rencana keperawatan
yang diubah
2. Ketidakefektifa 13.00 1. Memonitor suara nafas tambahan 06.15 S:- Syifa
n bersihan jalan Respon : terdengar suara napas ronchi O:
napas 13.05 2. Memonitor kecepatan, irama, Suara napas vesikuler, pernafasan
berhubungan kedalaman, dan kesulitan bernafas. klien reguler, produksi secret
dengan mukus Respon : RR: 34 kali/menit meningkat dan kental berwarna
berlebihan, 13.05 3. Memonitor pola nafas. putih bercampur dengan darah,
sekresi yang Respon : pernafasan cepat dan dangkal. RR: 24 kali/menit, SPO2 100 %.
tertahan 13.10 4. Memonitor sekresi pernafasan. Terpasang ventilator dengan
Respon : terdapat banyak secret di area mode VC-SIMV, FiO2 : 80%,
tracheostomy. PEEP : 5, PS : 7, RR : 12, SPO2
13.15 5. Memonitor dan mencatat warna dan 100 %.
konsistensi secret.
Respon : secret berwarna putih kental
94
bercampur darah. A:
13.05 6. Mengobservasi pemasangan ventilator Masalah ketidakefektifan bersihan
mekanik jalan napas belum teratasi.
Respon : klien terpasang ventilator P : Intervensi dilanjutkan
dengan mode VC-SIMV, FiO2 : 80%, I:
PEEP : 5, PS : 7, RR : 12, SPO2 : 99 % 1. Monitor suara nafas
13.30 7. Memonitor status oksigen. tambahan.
Respon : SPO2 99% 2. Monitor kecepatan, irama,
13.25 8. Mengauskultasi suara nafas sebelum dan kedalaman, dan kesulitan
sesudah tindakan suksion. bernafas.
Respon : suara napas vesikuler. 3. Monitor pola nafas.
13.40 9. Melakukan fisioterapi dada 4. Monitor sekresi pernafasan.
Respon : dilakukan sebelum tindakan 5. Memonitor dan mencatat
suction (menepuk-nepuk dada dan warna dan konsistensi
punggung klien) secret.
13.40 10. Melakukan tindakan suction 6. Memonitor status oksigen.
Respon : terdengar suara ronchi 7. Lakukan fisoterapi dada
berkurang, RR: 23 kali/menit 8. Memberikan O2 sesuai
13.40 11. Menggunakan alat steril setiap tindakan kebutuhan
suksion 9. Lakukan tindakan
Respon : perawat menggunakan alat suctioning
steril di setiap tindakan yang diberikan 10. Auskultasi suara nafas
pada pasien. sebelum dan sesudah
14.40 12. Melakukan perawatan tracheostomy tindakan suksion.
Respon : dilakukan setelah mandi pada 11. Gunakan alat steril setiap
pagi dan sore hari dengan membersihkan tindakan suksion.
permukaan luar kanula, membersihkan 12. Lakukan perawatan trakea
dan mengeringkan area sekitar stoma, setiap 4-8 jam sekali jika
dan mengganti tali tracheostomy. diperlukan : membersihkan
permukaan luar kanula,
membersihkan dan
mengeringkan area sekitar
stoma, dan mengganti tali-
tali tracheostomy.
95
E:
Terpasang ventilator dengan
mode VC-SIMV, FiO2 : 80%,
PEEP : 5, PS : 7, RR : 12,
SPO2 : 97 %
R : Tidak ada perubahan intevensi
3. Kerusakan 08.45 1. Memandikan pasien dengan sabun dan 06.15 S :- Syifa
integritas kulit air hangat. O:
berhubungan Respon : klien dimandikan 2 kali sehari Luka vulnus eksorasi di bagian
dengan faktor pada pagi dan sore hari zygomaticum, sekitar ektremitas
eksternal : 09.00 2. Menggunakan pakaian yang longgar atas dextra dan ekstremitas bawah
cedera fisik, pada pasein. dextra, luka tampak mengering
luka insisi Respon : klien dipakaikan pakaian dan berwarna kemerahan. Luka
09.30 khusus ruangan ICU yang longgar jahitan post op craniotomy, drain
3. Menjaga kebersihan kulit agar tetap kepala, CVC, tidak tampak
bersih dan kering. kemerahan, pus dan bengkak.
Respon : setelah dimandikan, klien Luka fraktur pada tibia dextra
dikeringkan dengan handuk. tampak bersih, tidak tampak pus,
09.45 4. Melakukan perawatan luka dan bengkak.
Respon : klien dilakukan perawatan A:
drain, luka post op craniotomy, CVC, Masalah kerusakan integritas kulit
dan luka vulnus eksorasi. belum teratasi
12.00 5. Melakukan perawatan luka P : Intervensi dilanjutkan
Respon : luka vulnus eksorasi dan post I:
op craniotomy, CVC,dibersihkan dengan 1. Memandikan pasien dengan
cairan NS 0,9% 2 kali sehari. sabun dan air hangat.
08.00 6. Memberikan obat injeksi Tramadol 3x1 2. Gunakan pakaian yang
amp dan Ceftriaxone 2x2 gr. longgar pada pasein.
Respon : obat injeksi Tramadol (jam 3. Jaga kebersihan kulit agar
08.00, 16.00, 24.00WIB) dan tetap bersih dan kering.
Ceftriaxone (jam 12.00 dam 24.00WIB) 4. Lakukan perawatan luka
klien diberikan obat melalui three ways. 5. Kolaborasi dalam pemberian
09.45 7. Monitor proses penyembuhan di daerah obat Tramadol 3x2ml dan
sayatan Ceftriaxone 2x2 gr.
96
Respon : Tidak tampak pus, dan 6. Monitor proses penyembuhan
bengkak pada luka jahitan post op di daerah sayatan
craniotomy dan CVC. 7. Bersihkan daerah sekitar
09.45 8. Bersihkan daerah sekitar sayatan sayatan dengan pembersihan
dengan pembersihan yang tepat yang tepat
Respon : luka klien dibersihkan dengan 8. Bersihkan mulai dari area
menggunakan cairan NS 0,9% dan yang bersih ke area yang
perlengkapan GV set. kurang bersih
09.45 9. Bersihkan mulai dari area yang bersih 9. Gunakan kapas steril untuk
ke area yang kurang bersih pembersihan jahitan benang
Respon : dilakukan pembersihan pada luka.
area luka post op craniotomy, CVC, dan 10. Bersihkan area sekitar
dilanjutkan luka vulnus eksorasi. drainase atau pada area selang
09.45 10. Gunakan kapas steril untuk drainase
pembersihan jahitan benang luka. 11. Jaga posisi selang drainase
Respon : saat pembersihan luka dan 12. Berikan plester untuk
dressing digunakan kassa steril. menutup
09.45 11. Bersihkan area sekitar drainase atau 13. Berikan salep antiseptik
pada area selang drainase
Respon : Area sekitar drainase
dibersihkan dengan cairan NS 0,9% E : Lakukan perawatan luka
09.45 12. Jaga posisi selang drainase R:
Respon : Selang drainase dalam Tidak ada perubahan intervensi
keadaan baik.
09.45 13. Berikan plester untuk menutup
Respon : Luka post op craniotomy dan
CVC yang telah dibersihkan ditutup
dengan plester.
09.45 14. Berikan salep antiseptik
Respon : Luka post op craniotomy
diberi dressing cuticell, dan untuk luka
vulnus eksorasi diberikan salep
Myconazole.
97
4. Defisit 14.30 1. Menentukan tipe dan jumlah terkait 06.15 S:-
perawatan diri: dengan bantuan yang diperlukan. O:
mandi, Respon : klien mengalami penurunan Klien mengalami penurunan
berpakaian, kesadaran dan memerlukan bantuan kesadaran dan memerlukan
makan, total. bantuan total, semua aktivitas
eliminasi 15.00 2. Melakukan oral hygiene mandi, berpakaian, makan dan
berhubungan Respon : dilakukan oral hygiene 3 kali eliminasi klien dibantu oleh
dengan sehari, pada pagi, sore, dan malam. perawat.
gangguan Mulut klien tampak bersih A:
neuromuskular 08.30 3. Memonitor kebersihan kuku, sesuai Masalah defisit perawatan diri:
dengan kemampuan merawat diri pasien. mandi, berpakaian, makan,
Respon : kuku klien tampak bersih dan eliminasi belum teratasi
pendek. P : Intervensi dilanjutkan
14.25 4. Memberikan bantuan sampai pasien I:
benar-benar mampu merawat diri secara 1. Tentukan tipe dan jumlah
mandiri. terkait dengan bantuan yang
Respon : klien tampak lemah, semua diperlukan.
aktivitas klien dibantu oleh perawat. 2. Lakukan oral hygiene
14.45 5. Melepaskan pakaian/popok yang 3. Monitor kebersihan kuku,
digunakan setelah eliminasi. sesuai dengan kemampuan
Respon : tidak terdapat feses. merawat diri pasien.
14.45 6. Memberi privasi selama tindakan. 4. Berikan bantuan sampai
Respon : tirai selalu ditutup ketika klien pasien benar-benar mampu
dimandikan. merawat diri secara mandiri.
14.50 7. Memfasilitasi kebersihan setelah 5. Lepaskan pakaian/popok
meyelesaikan eliminasi. yang digunakan setelah
Respon : daerah genetelia klien tampak eliminasi.
bersih. 6. Beri privasi selama
08.00 8. Mengganti pakaian pasien setelah tindakan.
eliminasi 7. Fasilitasi kebersihan setelah
Respon : pakaian klien selalu diganti meyelesaikan eliminasi.
setiap selesai mandi. 8. Ganti pakaian pasien setelah
09.10 9. Menyediakan alat bantu (misalnya : eliminasi
kateter eksternal/urin dengan tepat) 9. Sediakan alat bantu
98
Respon : klien terpasang urin kateter. (misalnya : kateter
10.00 10. Memonitor kemampuan pasien untuk eksternal/urin dengan tepat)
makan. 10. Monitor kemampuan pasien
Respon : klien mengalami penurunan untuk makan.
kesadaran dan diberikan diet cair melalui 11. Makanan disajikan dengan
NGT. tepat dalam nampan, sesuai
10.00 11. Menyajikan makanan dalam nampan, kebutuhan
sesuai kebutuhan. 12. Sediakan pakaian pasien,
Respon : diet cair dalam gelas 100 cc. sediakan pakaian pribadi
08.30 12. Menyediakan pakaian pasien, sediakan dengan tepat.
pakaian pribadi dengan tepat. 13. Kolaborasi dengan dokter
Respon : perlengkapan klien sudah dalam pemberian obat
tersedia injeksi Pantoprazole 1x40
16.00 13. Memberikan obat injeksi Pantoprazole mg, Cernevit 1x1vial
1x40 mg, Cernevit 1x1vial. E : Klien perlu bantual total
Respon : obat injeksi Pantoprazole dan R:
Cernevit diberikan pukul 16.00. Klien Tidak ada perubahan intervensi
diberikan obat melalui three ways.
Nama : An. M No. RM : 02-19-421593
Umur : 14 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + SAH Hari/Tanggal : Senin, 10 Juni 2019
1. Resiko 21.00 1. Memonitor tingkat kesadaran 22.00 S:- Syifa
ketidakefektifan Respon : E1V1M3 O:
perfusi jaringan 21.10 2. Memonitor tanda-tanda vital GCS klien E1V1M3, tingkat
otak Respon : TD : 140/80 mmHg kesadaran klien stupor, TTV :
berhubungan HR : 141 kali/menit TD: 146/89 mmHg, HR: 138
dengan cedera RR : 28 kali/menit kali/menit, RR : 23 kali/menit, T :
otak T : 36,8 0 c 36,5 0 c , SPO2: 100 %, MAP: 102
SPO2 : 99 % mmHg, CPP: 92 mmHg (normal)
20.00 3. Memonitor status neurologi dengan ketat
dan bandingkan dengan nilai normal. A:
Respon : Tingkat kesadaran klien stupor Masalah risiko ketidakefektifan
20.00 4. Memonitor TIK perfusi jaringan otak belum
Respon : terjadinya penurunan teratasi.
kesadaran pada klien, MAP: 100 mmHg, P : Intervensi dilanjutkan
99
CPP: 90 mmHg (normal) I:
21.10 5. Memonitor status pernafasan 1. Monitor tingkat kesadaran
Respon : pernafasan regular. 2. Monitor tanda-tanda vital
18.45 6. Memberikan posisikan kepala 30o 3. Monitor status neurologi
Respon : klien diberikan posisi head up dengan ketat dan
300 bandingkan dengan nilai
20.00 7. Memberikan obat Injeksi Asam normal.
Tranexamat 3 x 250mg, Amiodaron tab 4. Monitor TIK
200mg, dan Vitamin K 3x1ml. 5. Monitor status pernafasan
Respon : obat injeksi Vitamin K dan 6. Posisikan kepala 30o
Asam Tranexamat diberikan jam 08.00, 7. Dorong keluarga atau orang
16.00, 24.00 WIB, yang diberikan penting untuk berbicara
melalui three ways. Amiodaron jam dengan pasien.
20.00 WIB melalui NGT. 8. Kolaborasi dengan dokter
klien diberikan melalui drip dan three dalam pemberian obat
ways. Vitamin K 3x1ml, Asam
19.00 8. Mengevaluasi kembali keluarga atau Tranexamat 3x250mg, dan
orang penting untuk berbicara dengan Amiodaron tab 1x200mg
pasien ketika jam besuk.
Respon : keluarga klien selalu mengajak E : Monitor peningkatan TIK
klien berbicara dan memberikan kata- R:
kata penyemangat untuk klien. Tidak ada rencana keperawatan
yang diubah
2. Ketidakefektifa 13.00 1. Memonitor suara nafas tambahan 22.00 S:-
n bersihan jalan Respon : suara napas ronchi berkuranng O:
napas 13.05 2. Memonitor kecepatan, irama, Suara napas tambahan ronchi
berhubungan kedalaman, dan kesulitan bernafas. berkurang, pernafasan klien
dengan mukus Respon : RR : 26 kali/menit regular, produksi secret menurun,
berlebihan, 13.05 3. Memonitor pola nafas. RR: 22 kali/menit, SPO2 : 100 %,
sekresi yang Respon : pernafasan klien cepat terpasang ventilator dengan mode
tertahan 13.10 4. Memonitor sekresi pernafasan. VC-SIMV, FiO2 : 80%, PEEP : 5,
Respon : terdapat secret di tracheostomy PS : 7, RR : 23, SPO2 : 98 %
14.15 5. Memonitor dan mencatat warna dan A:
konsistensi secret. Masalah ketidakefektifan bersihan
100
Respon : secret berwarna putih kental jalan napas teratasi sebagian.
bercampur darah. P : Intervensi dilanjutkan
14.05 6. Mengobservasi pemasangan ventilator I:
mekanik 1. Monitor suara nafas
Respon : klien terpasang ventilator tambahan.
dengan mode VC-SIMV, FiO2 : 80%, 2. Monitor kecepatan, irama,
PEEP : 5, PS : 7, RR : 23, SPO2 : 98 % kedalaman, dan kesulitan
14.30 7. Memonitor status oksigen. bernafas.
Respon : Saturasi O2 98 % 3. Monitor pola nafas.
14.25 8. Menguskultasi suara nafas sebelum dan 4. Monitor sekresi pernafasan.
sesudah tindakan suksion. 5. Memonitor dan mencatat
Respon : suara ronchi berkurang warna dan konsistensi
14.40 9. Melakukan fisioterapi dada secret.
Respon : dilakukan sebelum tindakan 6. Memonitor status oksigen.
suction (menepuk-nepuk dada dan 7. Lakukan fisoterapi dada
punggung klien) 8. Memberikan O2 sesuai
14.40 10. Melakukan tindakan suction kebutuhan
Respon : terdengar suara ronchi 9. Lakukan tindakan
berkurang, RR : 18 kali/menit suctioning
07.00 11. Menggunakan alat steril setiap tindakan 10. Auskultasi suara nafas
suksion sebelum dan sesudah
Respon : perawat menggunakan alat tindakan suksion.
steril di setiap tindakan yang diberikan 11. Gunakan alat steril setiap
pada pasien. tindakan suksion.
16.40 12. Melakukan perawatan tracheostomy 12. Lakukan perawatan trakea
Respon : membersihkan permukaan luar setiap 4-8 jam sekali jika
kanula, membersihkan dan diperlukan : membersihkan
mengeringkan area sekitar stoma, dan permukaan luar kanula,
mengganti tali tracheostomy. membersihkan dan
mengeringkan area sekitar
stoma, dan mengganti tali-
tali tracheostomy.
E:
Terpasang ventilator ventilator
101
dengan mode VC-SIMV, FiO2 :
80%, PEEP : 5, PS : 7, RR : 23,
SPO2 : 98 %
102
bengkak pada luka jahitan post op 6. Monitor proses
craniotomy dan CVC. penyembuhan di daerah
10.05 8. Bersihkan daerah sekitar sayatan sayatan
dengan pembersihan yang tepat 7. Bersihkan daerah sekitar
Respon : luka klien dibersihkan dengan sayatan dengan pembersihan
menggunakan cairan NS 0,9% dan yang tepat
perlengkapan GV set. 8. Bersihkan mulai dari area
10.05 9. Bersihkan mulai dari area yang bersih yang bersih ke area yang
ke area yang kurang bersih kurang bersih
Respon : dilakukan pembersihan pada 9. Gunakan kapas steril untuk
area luka post op craniotomy, CVC, dan pembersihan jahitan benang
dilanjutkan luka vulnus eksorasi. luka.
10.05 10. Gunakan kapas steril untuk 10. Bersihkan area sekitar
pembersihan jahitan benang luka. drainase atau pada area
Respon : saat pembersihan luka dan selang drainase
dressing digunakan kassa steril. 11. Jaga posisi selang drainase
10.10 11. Bersihkan area sekitar drainase atau 12. Berikan plester untuk
pada area selang drainase menutup
Respon : Area sekitar drainase 13. Berikan salep antiseptik
dibersihkan dengan cairan NS 0,9%
10.15 12. Jaga posisi selang drainase E : Lakukan perawatan luka
Respon : Selang drainase dalam R:
keadaan baik. Tidak ada perubahan intervensi
10.15 13. Berikan plester untuk menutup
Respon : Luka post op craniotomy dan
CVC yang telah dibersihkan ditutup
dengan plester.
10.10 14. Berikan salep antiseptik
Respon : Luka post op craniotomy
diberi dressing cuticell, dan untuk luka
vulnus eksorasi diberikan salep
Myconidazole.
103
4. Defisit 07.30 1. Menentukan tipe dan jumlah terkait 22.00 S:- Syifa
perawatan diri: dengan bantuan yang diperlukan. O:
mandi, Respon : klien mengalami penurunan Klien mengalami penurunan
berpakaian, kesadaran dan memerlukan bantuan kesadaran dan memerlukan
makan, total. bantuan total, semua aktivitas
eliminasi 08.00 2. Melakukan oral hygiene mandi, berpakaian, makan dan
berhubungan Respon : dilakukan oral hygiene 3 kali eliminasi klien dibantu oleh
dengan sehari, pada pagi, sore, dan malam. perawat.
gangguan Mulut klien tampak bersih A:
neuromuskular 08.30 3. Memonitor kebersihan kuku, sesuai Masalah defisit perawatan diri:
dengan kemampuan merawat diri pasien. mandi, berpakaian, makan,
Respon : kuku klien tampak bersih dan eliminasi belum teratasi
pendek. P : Intervensi dilanjutkan
08.25 4. Memberikan bantuan sampai pasien I:
benar-benar mampu merawat diri secara 1. Tentukan tipe dan jumlah
mandiri. terkait dengan bantuan yang
Respon : klien tampak lemah, semua diperlukan.
aktivitas klien dibantu oleh perawat. 2. Lakukan oral hygiene
08.45 5. Melepaskan pakaian/popok yang 3. Monitor kebersihan kuku,
digunakan setelah eliminasi. sesuai dengan kemampuan
Respon : tidak terdapat feses. merawat diri pasien.
08.45 6. Memberi privasi selama tindakan. 4. Berikan bantuan sampai
Respon : tirai selalu ditutup ketika klien pasien benar-benar mampu
dimandikan. merawat diri secara mandiri.
08.50 7. Memfasilitasi kebersihan setelah 5. Lepaskan pakaian/popok
meyelesaikan eliminasi. yang digunakan setelah
Respon : daerah genetelia klien tampak eliminasi.
bersih. 6. Beri privasi selama
09.00 8. Mengganti pakaian pasien setelah tindakan.
eliminasi 7. Fasilitasi kebersihan setelah
Respon : pakaian klien selalu diganti meyelesaikan eliminasi.
setiap selesai mandi. 8. Ganti pakaian pasien setelah
09.10 9. Menyediakan alat bantu (misalnya : eliminasi
kateter eksternal/urin dengan tepat) 9. Sediakan alat bantu
104
Respon : klien terpasang urin kateter. (misalnya : kateter
10.00 10. Memonitor kemampuan pasien untuk eksternal/urin dengan tepat)
makan. 10. Monitor kemampuan pasien
Respon : klien mengalami penurunan untuk makan.
kesadaran dan diberikan diet cair melalui 11. Makanan disajikan dengan
NGT. tepat dalam nampan, sesuai
10.00 11. Menyajikan makanan dalam nampan, kebutuhan
sesuai kebutuhan 12. Sediakan pakaian pasien,
Respon : diet cair dalam gelas 100 cc. sediakan pakaian pribadi
08.30 12. Menyediakan pakaian pasien, sediakan dengan tepat.
pakaian pribadi dengan tepat. 13. Kolaborasi dengan dokter
Respon : perlengkapan klien sudah dalam pemberian obat
tersedia. injeksi Cernevit 1x1vial dan
16.00 13. Memberikan obat injeksi Cernevit Pantoprazole 1 x40 mg
1x1vial dan Pantoprazole 1 x40 mg E : Klien perlu bantual total
Respon : obat injeksi Pantoprazole dan R:
Cernevit diberikan pukul 16.00. Klien Tidak ada perubahan intervensi
diberikan obat melalui three ways.
Nama : Tn.m No. RM : 02-19-421593
Umur : 14 Tahun Diagnosa Medis : CKB + ICH + SAH Hari/Tanggal : Selasa, 11 Juni 2019
1. Resiko 06.00 1. Memonitor tingkat kesadaran 05.00 S:-
ketidakefektifan Respon : E1V1M3 O:
perfusi jaringan 06.10 2. Memonitor tanda-tanda vital GCS klien E1V1M3, tingkat
otak Respon : TD : 147/86 mmHg kesadaran klien stupor, TTV :
berhubungan HR : 151 kali/menit TD: 142/71 mmHg, HR: 136
dengan cedera RR : 27 kali/menit kali/menit, RR : 25 kali/menit, T:
otak T : 36,5 0 c 36,50 c , SPO2: 99 %, MAP: 95
SPO2 : 99 % mmHg, CPP: 85mmHg(normal)
06.00 3. Memonitor status neurologi dengan ketat A:
dan bandingkan dengan nilai normal. Masalah risiko ketidakefektifan
Respon : Tingkat kesadaran klien stupor perfusi jaringan otak belum
06.15 4. Memonitor TIK teratasi.
Respon : terjadinya penurunan P : Intervensi dilanjutkan oleh
kesadaran pada klien, MAP: 108mmHg, perawat ruangan
105
CPP: 98mmHg
07.10 5. Memonitor status pernafasan
Respon : pernafasan klien cepat
07.10 6. Memberikan posisikan kepala 30o
Respon : klien diberikan posisi head up
300
07.15 7. Menganjurkan keluarga atau orang
penting untuk berbicara dengan pasien
ketika jam besuk.
Respon : keluarga klien selalu mengajak
klien berbicara dan memberikan kata-
kata penyemangat untuk klien.
08.00 8. Memberikan obat Injeksi Asam
Tranexamat 3 x 250mg, Amiodaron tab
200mg, dan Vitamin K 3x1ml.
Respon : obat injeksi Vitamin K dan
Asam Tranexamat diberikan jam 08.00,
16.00, 24.00 WIB, yang diberikan
melalui three ways. Amiodaron jam
20.00 WIB melalui NGT.
2. Ketidakefektifa 22.00 1. Memonitor suara nafas tambahan 05.00 S:- Syifa
n bersihan jalan Respon : suara ronchi berkurang O:
napas 22.05 2. Memonitor kecepatan, irama, Suara napas tambahan ronchi
berhubungan kedalaman, dan kesulitan bernafas. berkurang, pernafasan klien
dengan mukus Respon : RR : 30 x/m reguler, produksi secret menurun,
berlebihan, 22.05 3. Memonitor pola nafas. RR: 25 kali/menit, SPO2 : 100 %
sekresi yang Respon : pernafasan klien cepat dan terpasang ventilator dengan mode
tertahan dangkal VC-SIMV, FiO2 : 50%, PEEP : 5,
22.10 4. Memonitor sekresi pernafasan. PS : 7, RR : 23, SPO2 : 100 %
Respon : terdapat secret di tracheostomy A:
22.15 5. Memonitor dan mencatat warna dan Masalah ketidakefektifan bersihan
konsistensi secret. jalan napas teratasi sebagian.
Respon : secret berwarna putih kental P : Intervensi dilanjutkan perawat
bercampur darah. ruangan
106
22.05 6. Memonitor status oksigen.
Respon : Saturasi O2 100 %
21.30 7. Menguskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah tindakan suksion.
Respon : terdengar suara ronchi
berkurang, RR : 18 kali/menit
21.30 8. Melakukan fisioterapi dada
Respon : dilakukan sebelum tindakan
suction (menepuk-nepuk dada dan
punggung klien)
21.25 9. Melakukan tindakan suction
Respon : terdengar suara ronchi
21.25 10. Menggunakan alat steril setiap tindakan
suksion
Respon : perawat menggunakan alat
steril di setiap tindakan yang diberikan
pada pasien.
07.00 11. Mengobservasi pemasangan ventilator
mekanik
Respon : klien terpasang ventilator
dengan mode VC-SIMV, FiO2 : 80%,
PEEP : 5, PS : 7, RR : 17, SPO2 : 98 %
16.00 12. Melakukan perawatan tracheostomy
Respon : membersihkan permukaan luar
kanula, membersihkan dan
mengeringkan area sekitar stoma, dan
mengganti tali tracheostomy.
3. Kerusakan 08.45 1. Memandikan pasien dengan sabun dan 05.00 S :- Syifa
integritas kulit air hangat. O:
berhubungan Respon : klien dimandikan 2 kali sehari Luka vulnus eksorasi di bagian
dengan faktor pada pagi dan sore hari zygomaticum, sekitar ektremitas
eksternal : 09.00 2. Menggunakan pakaian yang longgar atas dextra dan ekstremitas bawah
cedera fisik, pada pasein. dextra, luka tampak mengering
luka insisi Respon : klien dipakaikan pakaian dan berwarna kemerahan. Luka
107
khusus ruangan ICU yang longgar jahitan post op craniotomy, drain
09.30 3. Menjaga kebersihan kulit agar tetap kepala, CVC, tidak tampak
bersih dan kering. kemerahan, pus dan bengkak.
Respon : setelah dimandikan, klien Luka fraktur pada tibia dextra
dikeringkan dengan handuk. tampak bersih, tidak tampak pus,
09.45 4. Melakukan perawatan luka dan bengkak.
Respon : klien dilakukan perawatan
drain, luka post op craniotomy, CVC, A:
dan luka vulnus eksorasi. Masalah kerusakan integritas kulit
10.00 5. Melakukan perawatan luka teratasi sebagian.
Respon : luka vulnus eksorasi dan post P : Intervensi dilanjutkan perawat
op craniotomy, CVC,dibersihkan dengan ruangan
cairan NS 0,9% 2 kali sehari.
08.00 6. Memberikan obat injeksi Tramadol 3x1
amp dan Ceftriaxone 2x2 gr.
Respon : obat injeksi Tramadol (jam
08.00, 16.00, 24.00WIB) dan
Ceftriaxone (jam 12.00 dam 24.00WIB)
klien diberikan obat melalui three ways.
10.00 7. Monitor proses penyembuhan di daerah
sayatan
Respon : Tidak tampak pus, dan
bengkak pada luka jahitan post op
craniotomy dan CVC.
10.00 8. Bersihkan daerah sekitar sayatan
dengan pembersihan yang tepat
Respon : luka klien dibersihkan dengan
menggunakan cairan NS 0,9% dan
perlengkapan GV set.
10.00 9. Bersihkan mulai dari area yang bersih
ke area yang kurang bersih
Respon : dilakukan pembersihan pada
area luka post op craniotomy, CVC, dan
dilanjutkan luka vulnus eksorasi.
108
10.05 10. Gunakan kapas steril untuk
pembersihan jahitan benang luka.
Respon : saat pembersihan luka dan
dressing digunakan kassa steril.
10.05 11. Bersihkan area sekitar drainase atau
pada area selang drainase
Respon : Area sekitar drainase
dibersihkan dengan cairan NS 0,9%
10.10 12. Jaga posisi selang drainase
Respon : Selang drainase dalam
keadaan baik.
10.15 13. Berikan plester untuk menutup
Respon : Luka post op craniotomy dan
CVC yang telah dibersihkan ditutup
dengan plester.
10.10 14. Berikan salep antiseptik
Respon : Luka post op craniotomy
diberi dressing cuticell, dan untuk luka
vulnus eksorasi diberikan salep
Myconazole.
4. Defisit 07.30 1. Menentukan tipe dan jumlah terkait 05.00 S:- Syifa
perawatan diri: dengan bantuan yang diperlukan. O:
mandi, Respon : klien mengalami penurunan Klien mengalami penurunan
berpakaian, kesadaran dan memerlukan bantuan kesadaran dan memerlukan
makan, total. bantuan total, semua aktivitas
eliminasi 08.00 2. Melakukan oral hygiene mandi, berpakaian, makan dan
berhubungan Respon : dilakukan oral hygiene 3 kali eliminasi klien dibantu oleh
dengan sehari, pada pagi, sore, dan malam. perawat.
gangguan Mulut klien tampak bersih A:
neuromuskular 08.30 3. Memonitor kebersihan kuku, sesuai Masalah defisit perawatan diri:
dengan kemampuan merawat diri pasien. mandi, berpakaian, makan,
Respon : kuku klien tampak bersih dan eliminasi belum teratasi
pendek. P : Intervensi dilanjutkan perawat
08.25 4. Memberikan bantuan sampai pasien ruangan
109
benar-benar mampu merawat diri secara
mandiri.
Respon : klien tampak lemah, semua
aktivitas klien dibantu oleh perawat.
08.45 5. Melepaskan pakaian/popok yang
digunakan setelah eliminasi.
Respon : tidak terdapat feses.
08.45 6. Memberi privasi selama tindakan.
Respon : tirai selalu ditutup ketika klien
dimandikan.
08.50 7. Memfasilitasi kebersihan setelah
meyelesaikan eliminasi.
Respon : daerah genetelia klien tampak
bersih.
09.00 8. Mengganti pakaian pasien setelah
eliminasi
Respon : pakaian klien selalu diganti
setiap selesai mandi.
09.10 9. Menyediakan alat bantu (misalnya :
kateter eksternal/urin dengan tepat)
Respon : klien terpasang urin kateter.
10.00 10. Memonitor kemampuan pasien untuk
makan.
Respon : klien mengalami penurunan
kesadaran dan diberikan diet cair melalui
NGT.
10.00 11. Menyajikan makanan dalam nampan,
sesuai kebutuhan
Respon : diet cair dalam gelas 100 cc.
08.30 12. Menyediakan pakaian pasien, sediakan
pakaian pribadi dengan tepat.
Respon : perlengkapan klien sudah
tersedia.
16.00 13. Memberikan obat injeksi Cernevit
110
1x1vial dan Pantoprazole 1x40mg
Respon : obat injeksi Pantoprazole dan
Cernevit diberikan pukul 16.00. Klien
diberikan obat melalui three ways.
111
112
B. Pembahasan
ekstremitas bawah dextra. Tampak ada luka fraktur terbalut perban pada
ekstremitas bawah dextra.
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan penulis antara teori dan
secara langsung di lapangan, penulis menyimpulkan adanya kesesuaian
teori dan praktik bahwa kebanyakan dari teori sama dengan pengkajian
yang dilakukan secara langsung.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut teori pada BAB II, Nurarif dan Hardhi K (2015)
disesuaikan menurut Herdman dan Kamitsuru (2018) menyatakan adapun
diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pada pasien cedera
kepala yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular, penurunan massa otot.
c. Hambatan memori berhubungan dengan hipoksia.
d. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan, mukus berlebihan.
e. Risiko defisien volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme pengaturan.
f. Risiko ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan cedera otak.
g. Risiko perdarahan berhubungan dengan trauma.
h. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
cedera otak.
i. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, gangguan
integritas kulit.
j. Risiko cedera berhubungan dengan hipoksia jaringan, gangguan
sensasi.
k. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini.
115
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan ini disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditemukan, berdasarkan buku NOC dan NIC yang dikemukakan oleh
Moorhead dkk dan Bulechek dkk. (2016). Adapun rencana keperawatan
yang dibuat dari tinjauan teori pada BAB II yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan yaitu menggunakan analgetik yang direkomendasikan,
melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada professional kesehatan,
mengerang dan menangis, ekspresi nyeri wajah, tekanan darah sistolik
dan diastolic, tekanan nadi. Intervensi yang dapat dilakukan yaitu :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi kuat dan faktor pencetus.
2) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
116
4. Implementasi Keperawatan
Proses implementasi keperawatan pada Tn.H dan An.M dengan
diagnosa medis CKB menyesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat
sebelumnya. Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilaksanakan sesuai dengan
kondisi dan situasi serta menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia di
ruangan ICU. Penulis melakukan kolaborasi dengan dokter dan perawat
ruangan, serta melibatkan keluarga klien agar pasien mendapat perawatan yang
optimal dan maksimal.
Berdasarkan implementasi yang dilakukan pada tanggal 14 Mei 2019
dan 9 Juni 2019 yaitu:
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak faktor risiko cedera otak.
1) Monitor tingkat kesadaran
2) Monitor tanda-tanda vital
3) Monitor adanya kebingungan, perubahan pikiran, keluhan pusing.
4) Monitor status neurologi dengan ketat dan bandingkan dengan nilai
normal.
5) Monitor TIK
6) Monitor status pernafasan
122
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang ada pada Tn.H dan An.M dilakukan
secara formatif yaitu SOAPIER (Subjective, Objective, Analysis, Planning,
Impementation, Evaluation, Revised) dan sumatif yaitu SOAP (Subjective,
Objective, Analysis, Planning). Adapun evaluasi akhir pada Tn.H dan An.M
yang didapatkan sebagai berikut :
a. Evaluasi keperawatan pada Tn.Hq
1) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan cedera
otak
Tanggal : 16 Mei 2019
Hasil :
Masalah keperawatan belum teratasi karena klien masih terjadi
penurunan kesadaran GCS klien E1V1M3, tingkat kesadaran klien stupor,
TTV klien dalam rentang normal, TD: 116/79 mmHg, HR: 74 kali/menit,
RR: 20 kali/menit, T: 36,6 0 c , SPO2: 99 %, MAP: 91 mmHg, CPP : 81
mmHg. Sehingga intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan.
124
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.H
dan An.M selama 4 hari di ruang ICU RS Bakti Timah Pangkalpinang dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pengkajian dilakukan dengan pengumpulan data secara sistematis, memilah
dan mengatur data yang telah dikumpulkan, serta mendokumentasikan
dengan format yang telah ditentukan. Berdasarkan pembahasan yang
dilakukan penulis antara teori dan secara langsung di lapangan, penulis
menyimpulkan adanya kesesuaian teori dan praktik bahwa kebanyakan dari
teori sama dengan pengkajian yang dilakukan secara langsung.
2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan sesuai dengan hasil analisa data,
serta data-data penunjang yang ditemukan pada klien. Berdasarkan
pembahasan yang dilakukan penulis antara teori dan secara langsung di
lapangan, penulis menyimpulkan adanya kesenjangan diagnosa antara teori
dan praktik dikarenakan kondisi pasien serta tidak didapatkan data subjektif
dan objektif untuk mendukung diagnosa teori yang lainnya.
3. Intervensi pada klien disusun berdasarkan prioritas masalah yang sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan. Intervensi keperawatan
disusun menggunakan NIC dan NOC. Berdasarkan pembahasan yang
dilakukan penulis untuk perencanaan (intervensi) secara teori maupun
intervensi secara langsung (praktik) tidak ditemukan kesenjangan.
4. Implementasi keperawatan yang dibahas secara teori dengan implementasi
secara langsung (praktik) pada Tn.H dan An.M penulis menyimpulkan
adanya kesenjangan antara teori dan praktik langsung. Penulis
menyimpulkan berdasarkan teori dan praktik secara langsung bahwa
sebanyak sembilan intervensi tidak dilakukan terhadap pasien dikarenakan
tidak ditemukannya data yang mendukung untuk mengangkat diagnosa
tersebut.
127
128
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang
Diharapan dapat meningkatkan pengetahuan terutama perawat pelaksana
dalam memberi asuhan keperawatan terhadap pasien cedera kepala berat.
2. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
Penulis berharap, agar diperbanyak referensi di perpustakaan tentang
Keperawatan Kritis terutama pada kasus cedera kepala berat.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian untuk melaksanakan
asuhan keperawatan pasien kritis terutama dengan cedera kepala berat.
DAFTAR PUSTAKA
Eka, Putra DS dkk. 2016. Nilai Skor Glasgow Coma Scale, Age, Systolic Blood
Pressure (Gap Score) dan Saturasi Oksigen Sebagai Prediktor Mortalitas
Pasien Cidera Kepala Di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Malang :
Universitas Brawijaya Malang. https://jurnal.poltekkes-
soepraoen.ac.id/index.php/HWS/article/download/138/60 diakses pada
tanggal 14 Februari 2019 19.55
Putri, dkk. 2016. Hubungan Antara Cedera Kepala dan Terjadinya Vertigo di
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Malang : ejournal.umm .ac.id/
index.php/ sainmed/article/download/5261/5130 diakses pada tanggal 14
Februari 2019 17.08
Rawis, Maria dkk. 2016. Profil Pasien Cedera Kepala Sedang dan Berat yang
Dirawat di ICU dan HCU. Manado : Universitas Sam Ratulangi.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/14481/1405
4 diakses pada 14 Februari 2019 17.44.
Rekam Medis RS Bhakti Timah. 2018. Rekap Penderita Cedera Kepala di RS
Bhakti Timah Pangkalpinang Tahun 2016-2019 : RS Bhakti Timah.
Rendy, M.Clevo dan Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rosadhi, Carolline B dan Kowalski Mary T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Dasar
Edisi 10. Jakarta : EGC.
Satuan Lalu Lintas Polres Pangkalpinang. 2018. Data Laka Lantas Sat Lantas
Polres Pangkalpinang 2016-2018. Pangkalpinang : Sat Lantas Pores
Pangkalpinang.
Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : CV. Sagung Seto.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : DPP PPNI.
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha
Medika.
WHO. Regional Office for South East-Asia. 2013. Status Keselamatan Jalan di
WHO Regional Asia Tenggara Tahun 2013. http://www.searo.who.int/
entity/disabilities_injury_rehabilitation/documents/roadsafety factsheetino.
pdf?ua=1 diakses pada 13 Februari 2019 19.29
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
PENEJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
(PSP)
Peneliti
Syifa Widiastuti
Lampiran 11
Lampian 12
Lampiran 13
Hasil Pemeriksaan Ct-Scan dan Radiografi Klien 1
Radiografi Thoraks AP
Lampiran 14
Hasil Pemeriksaan Ct-Scan dan Radiografi Klien 2