Disusun oleh:
ELLY SURYATI
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin
memacu tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan kuantitatif dan
pelayanan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
Walaupun pengetahuan semakin berkembang tapi bisa saja dalam
menangani suatu penyakit tidak begitu efisien, terutama dengan pasien
post operasi harus memerlukan penanganan yang kompetent. Pada pasien
post operasi laparatomi misalnya, seorang pasien memerlukan perawatan
yang maksimal demi mempercepat proses kesembuhan luka pasca bedah
bahkan penyembuhan fisik pasien itu sendiri. Pengembalian fungsi fisik
pasien post-op laparatomi dilakukan segera setelah operasi dengan latihan
napas dan batuk efektf serta latihan mobilisasi dini.
Masalah yang sering terjadi pada post operasi adalah ketika pasien
merasa terlalu sakit atau nyeri dan faktor lain yang menyebabkan mereka
tidak mau melakukan mobilisasi dini dan memilih untuk istirahat di tempat
tidur (Kozier et al, 2005). Dalam masa hospitalisasi, pasien sering memilih
untuk tetap di tempat tidur sepanjang hari, meskipun kondisi mereka
mungkin membolehkan untuk melakukan aktivitas atau pergerakan lain
(Berger & Williams, 2006). Banyak pasien dirumah sakit yang harus
menjalani imobilisasi, apakah harus tirah baring karena terapi atau karena
penyakit yang diderita.
Pasien yang mengalami perawatan tirah baring dengan waktu yang
lama tanpa melakukan aktivitas apapun sangat mudah mengalami
kontraktur pada otot-otot persendian. Gangguan pemenuhan aktivitas yang
dialami oleh pasien akan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan pasien yang lain di mana semua itu akan menghambat proses
penyembuhan. Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk
bergerak bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang
untuk bergerak dengan bebas. Keperawatan klinik menghendaki perawat
untuk menggabungkan ilmu pengetahuan dan keterampilan ke dalam
praktik. Salah satu komponen keterampilan adalah mekanika tubuh. Salah
satu istilah untuk menggambarkan usaha untuk mengkoordinasikan sistem
muskuloskeletal.
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang mengapa dan
bagaimana otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan
mempertahankan pergerakan secara aman. Dalam mempergunakan
mekanika tubuh yang tepat, perawat perlu mengerti mengenai konsep
pergerakan, termasuk bagaimana mengkoordinasikan gerakan tubuh yang
meliputi fungsi integrasi dari sistem muskuloskeletal (otak, otot, skelet dan
syaraf yang berperan).
. Klien dapat kehilangan kemampuan dalam menggerakkan
ekstrimitasnya dan anggota gerak lainnya. Ekstrimitas yang tidak
digerakan dalam kurun waktu tertentu dapat mengakibatkan atrofi otot
atau pengecilan massa otot karena otot tidak pernah dipergunakan untuk
beraktivitas. Klien dengan gangguan mobilisasi harus menjadi perhatian
perawat untuk mencegah atrofi otot atau merawat jika telah terjadi atrofi
pada klien dengan gangguan mobilisasi. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan perawat dalam mengintervensi gangguan mobilisasi dan
mencegah atrofi adalah dengan memberikan tindakan Range of Motion
(ROM).
D. Sasaran
E. Materi:
(terlampir)
F. Media:
G. Metode
H. Kegiatan Penyuluhan
2. 15 menit Pelaksanaan :
Penyampaian materi Mendengarkan
1. Menjelaskan pengertian
mobilisasi dini post operasi
2. Menjelaskan tujuan mobilisasi
dini post operasi
3. Menjelaskan macam-macam
mobilisasi post operasi
4. Menjelaskan rentang gerak
dalam mobilisasi
5. Menjelaskan manfaat mobilisasi
Bertanya
dini
6. Menjelaskan kerugian bila tidak
melakukan mobilisasi
7. Menjelaskan definisi ROM
8. Menjelaskan tentang tujuan
ROM
9. Menjelaskan klasifikasi ROM
10. Menjelaskan Prinsip ROM
11. Menjelaskan Kontradiksi ROM
12. Menjelaskan tentang prosedur
tindakan ROM aktif dan ROM
pasif
13. Demonstrasi ROM Aktif dan
Pasif
14. Tanya jawab
15. Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
3. 3 menit Evaluasi:
1. Menanyakan kembali hal-hal yang Menjelaskan
sudah dijelaskan mengenai ROM
4. 5 menit Penutup :
1. Menutup pertemuan dengan Mendengarkan
menyimpulkan materi yang telah
dibahas Menjawab salam
2. Memberikan salam penutup
I. Evaluasi :
1. Peserta mampu mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh
perawat
2. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diajukan perawat
Lampiran Materi
Materi Penyuluhan
9. Klasifikasi ROM
Menurut (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) klasifikasi
ROM sebagai berikut:
a. ROM pasif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang mengalami
kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang
maupun sendi dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga
klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga.
b. ROM aktif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa
bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM aktif
adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendiri
dan kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA
Beyer, Dudes (1997). The Clinical Practice Of Medical Surgical Nursing 2nd:
Brown Co Biston
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta :
EGC.
Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamental of nursing. 4th edition. St.Louis
Missouri: Mosby-Year Book, Inc
Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC
Suratun, Heryati, Manurung, S.,Raenah. 2008. Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Jakarta: EGC.
Tseng, C.-N., Chen, C. C.-H., Wu, S.-C., & Lin, L.-C. (2007). Effects of a range-
of-motion exercise programme. Journal of Advanced Nursing, 57(2), 181-
191.